traktus piramidalis

5

Click here to load reader

Upload: akang-eko-cuman-begini

Post on 18-Jan-2016

165 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: traktus piramidalis

Traktus piramidalis

Pada susunan traktus piramidalis, dapat dilihat bahwa serabut piramidalis yang menghantarkan impuls motorik ini mengadakan persilangan di decussatio piramidum. Bila terjadi lesi pada salah satu hemisperium otak, misalnya lesi pada korteks motorik hemisperium kanan, maka akan mengganggu impuls motorik pada daerah ini, akibatnya akan terjadi lemah separuh badan (hemiparese bagian kiri).Ada dua system utama lintasan motorik yang digolongkan sebagai system piramidalis dan ekstrapiramidalis. Traktus piramidalis (traktus kortikospinalis lateralis dan ventralis) merupakan bagian yang serabut-serabutnya menyatu dalam medulla oblongata membentuk piramis, sehingga dinamakan traktus piramidalis. Lintasan motorik desendens umumnya melibatkan dua neuron utama, yaitu neuron motorik atas (Upper Motor Neuron) dan neuron motorik bawah (Lower Motor Neuron). Neuron motorik atas seluruhnya terletak di dalam SSP, sedangkan Neuron Motorik Bawah dimulai dalam SSP (kornu anterior substansia grisea medulla spinalis) dan mengirimkan serabut-serabutnya untuk mempersarafi otot-otot. Jadi, neuron motorik bawah merupakan bagian dari system saraf perifer.Traktus kortikospinalis lateralis dan ventralis merupakan traktus voluntar utama pada medulla spinalis. Neuron motorik atas traktus kortikospinalis berasal dari area 4 korteks motorik primer, area 6 korteks premotorik, dan berbagai bagian lobus parietalis. Dari sini serabut-serabut berjalan menurun melalui kapsula interna untuk bersinaps dengan neuron internunsial pada berbagai tingkat medulla spinalis, yang kemudian bersinaps dengan neuron dalam substansia grisea kornu ventralis. Namun, beberapa serabut dapat saja langsung bersinaps dengan neuron motorik bawah.Sekitar 85% dari serabut desendens bersilangan dalam medulla oblongata kemudian turun ke medulla spinalis sisi yang berlawanan sebagai traktus kortikospinalis lateralis. Serabut sisa-sisanya (15%) tidak menyilang dan berjalan turun pada sisi medulla spinalis yang sama sebagai traktus kortikospinalis ventralis.Yang membawa impuls untuk pengendalian voluntar otot ekstremitas dan otot tubuh adalah traktus piramidalis (diatur secara halus), sedangkan system ekstrapiramidalis mengatur otot-otot voluntar secara kasar. Kerusakan pada traktus piramidalis dan kortikobulbaris pada bagian atas medulla oblongata menyebabkan paralisis wajah, lengan, dan tungkai bawah pada sisi kontralateral (berlawanan dari lesi). Apabila terdapat lesi pada arteri cerebri media, wajah dan lengan lebih lumpuh, dan lesi pada arteri cerebri anterior, tungkai yang lebih lumpuh. Bila disertai hemiplegia, lesi pada kapsula interna.Lesi pada salah satu hemisfer akan menimbulkan efek (hemiparesis) pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemiparesis kontralateral.

Page 2: traktus piramidalis

STRUKTUR PENYUSUN SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL

            Gerakan volunter dipengaruhi oleh interaksi sistem piramidal, ekstrapiramidal, dan serebelum. Sistem ekstrapiramidal meliputi :

Basal ganglia : nucleus caudatus, putamen, globus pallidus. Substansia nigra Nucleus rubra

NEUROFARMAKOLOGI

            Pada penelitian telah dibuktikan bahwa obat – obatan seperti reserpin dan fenotiazin dapat menimbulkan sindrom ekstrapiramidal yang dapat dijelaskan berdasarkan adanya neurotransmiter.

            Neurotransmiter merupakan zat yang disintesis dan disimpan di presinaptik dan dapat dilepaskan ke dalam sinaptik gap bila mendapatkan stimulus yang adekuat. Pada saat dilepaskan neurotransmiter tersebut dapat bereaksi dengan reseptor khususnya yang berada pada neuron postsinaps. Beberapa neurotransmiter tersebut antara lain : acetylcholine, dopamine, gamma aminobutyric acid, serotonin, dan glutamate.

                        Asetilkolin disintesis oleh small striatal cells yang mempunyai konsentrasi tertinggi di striatum dan mempunyai efek eksitasi. Sedangkan dopamin dihasilkan di substansia nigra pars kompakta dimana konsentrasi tertinggi terdapat di substansia nigra dan memiliki efek inhibisi.

            Pada keadaan normal, kedua neurotransmiter tersebut berada dalam keadaan yang seimbang jumlahnya antara asetilkolin dan dopamin.  Namun, dalam keadaan ketidakseimbangan kedua neurotransmiter tersebut mengakibatkan berbagai kelainan. Pada keadaan dimana dopamin berlebih akan menimbulkan gangguan gerakan yang disebut dengan chorea. Pada keadaan dimana dopamin berkurang dapat menimbulkan gangguan gerakan yang disebut parkinsonisme.

            GABA disintesis di striatum dan globus palidus, memiliki efek inhibisi, kekurangan GABA berhubungan dengan chorea huntington. Obat – obatan dapat mempengaruhi gangguan berjalan melalui berbagai cara seperti : mengurangi pembentukan transmiter pada ujung serabut syaraf seperti : tetrabenazine, ataupun dengan menghambat reseptor post sinaps seperti : fenotiazin. Kedua obat tersebut pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya efektifitas dopamin sehingga akan menimbulkan kelebihan asetilkolin relatif dan menimbulkan parkinsonisme.

GAMBARAN KLINIS

           Akibat gangguan sistem ekstrapiramidal pada pergerakan dapat dianggap terdiri dari defisit fungsional primer ( gejala negatif ) yang ditimbulkan oleh tidak berfungsinya sistem dan efek sekunder ( gejala positif ) yang timbul akibat hilangnya pengaruh sistem itu terhadap bagian lain. Pada gangguan dalam fungsi traktus ekstrapiramidal gejala positif dan negatif itu menimbulkan dua jenis sindrom, yaitu :

1. Sindrom hiperkinetik – hipotonik : asetilkolin ↓ , dopamin ↑

Page 3: traktus piramidalis

Tonus otot menurun Gerak involunter / ireguler

        Pada : chorea, atetosis, distonia, ballismus

       2.  Sindrom hipokinetik – hipertonik : asetilkolin ↑ , dopamin ↓

Tonus otot meningkat Gerak spontan / asosiatif ↓ Gerak involunter spontan

          Pada : parkinson

I.Gejala negatif

Gejala negatif terjadi akibat kekurangn jumlah dopamin karena produksinya yang berkurang. Gejala negatif, terdiri dari :

1. Bradikinesia

Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama sekali. Gejala ini merupakan gejala utama yang didapatkan pada penyakit parkinson sehingga menimbulkan berkurangnya ekspresi wajah, berkurangnya kedipan mata dan mengurangi perubahan postur pada saat duduk.

        2. Gangguan postural

Merupakan hilangnya refleks postural normal. Paling sering ditemukan pada penyakit parkinson. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan karena penderita tidak dapat mempertahankan keseimbangan secara cepat. Penderita akan terjatuh bila berputar dan didorong.

II.Gejala Positif

Gejala positif timbul oleh karena terjadi perubahan pelepasan ataupun disinhibisi dari dopamin, tetapi tidak ditemukan kerusakan struktur. Gejala positif, terdiri dari :

1. Gerakan involunter

Tremor Athetosis Chorea Distonia Hemiballismus

1. Rigiditas

Kekakuan yang dirasakan oleh pemeriksa ketika menggerakkan ekstremitas secara pasif. Tahanan ini timbul di sepanjang gerakan pasif tersebut, dan mengenai gerakan fleksi maupun ekstensi sering disebut sebagai plastic atau lead pipe rigidity. Bila disertai dengan tremor

Page 4: traktus piramidalis

maka disebut dengan tanda Cogwheel. Pada penyakit  parkinson  terdapat  gejala  positif dan gejala negatif seperti tremor dan bradikinesia. Sedangkan pada Chorea huntington lebih didominasi oleh gejala positif, yaitu : Chorea.