transfer kemiskinan antargenerasi: pengaruh nilai anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang...

122
TRANSFER KEMISKINAN ANTARGENERASI: PENGARUH NILAI ANAK DAN PERILAKU INVESTASI PADA ANAK (Kasus di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi) AGUS SURACHMAN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: trinhthuy

Post on 05-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

TRANSFER KEMISKINAN ANTARGENERASI: PENGARUH NILAI ANAK

DAN PERILAKU INVESTASI PADA ANAK (Kasus di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug,

Kabupaten Sukabumi)

AGUS SURACHMAN

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 3: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Transfer Kemiskinan

Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak (Kasus

Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi) adalah karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Agus Surachman

NIM I24070026

Page 4: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 5: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

ABSTRACT

AGUS SURACHMAN. Intergenerational Transfer of Poverty: Influence of Value of Children and Parental Investment Behavior on Child (Case in Pasawahan Village, Cicurug Subdistrict, District of Sukabumi). Under supervision of HARTOYO.

This research aimed to analyze intergenerational transfer of poverty in two generation of family and it interplay with value of children and parental investment behavior on child. Design of this research combined cross sectional and retrospective study; involved 60 families (as the second generation family) that dwelled in Pasawahan village with the last child was under five years old, split into two social economic status: poor (30 families) and not poor (30 families), base on BKKBN’s family welfare phasing. Both husband and wife were interviewed by using structure questionnaire to obtain the information of both generations of families. This research revealed that value of children affected parental investment on child, while both variables were affected by family social economic status. Parental investment on child was the determinant factor of children welfare in the future. This research estimated that chance of family with husband came from poor family was 38 times higher to be poor also. Some samples experienced status mobility from poor to be not poor, because of education factor (for husband) and also marital factor (for wife).

Keywords: intergenerational transfer of poverty, value of children, parental investment behavior on child

ABSTRAK

AGUS SURACHMAN. Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak (Kasus Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi). Dibimbing Oleh HARTOYO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transfer kemiskinan antargenerasi pada dua generasi keluarga dan keterkaitannya dengan nilai anak dan perilaku investasi pada anak. Desain penelitian ini merupakan kombinasi dari cross sectional dan retrospective; melibatkan 60 keluarga (sebagai keluarga generasi kedua) yang tinggal di Desa Pasawahan dan memiliki anak terakhir berusia di bawah lima tahun, dikelompokan menjadi dua status sosial ekonomi: miskin (30 keluarga) dan tidak miskin (30 keluarga) berdasarkan data pentahapan keluarga sejahtera BKKBN. Suami dan istri diwawancarai dengan menggunakan kuisioner terstruktur untuk menggali informasi mengenai kedua generasi keluarga. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai anak mempengaruhi perilaku investasi orang tua terhadap anak, sementara kedua variabel tersebut sama-sama dipengaruhi oleh status kesejahteraan keluarga. Perilaku investasi pada anak merupakan faktor determinan yang menentukan kesejahteraan anak di masa depan. Hasil penelitian memperkirakan peluang keluarga dengan suami berasal dari keluarga miskin 38 kali lebih besar untuk miskin juga. Beberapa contoh dalam penelitian ini mengalami mobilitas status dari miskin menjadi tidak miskin, baik karena faktor pendidikan (suami) dan juga faktor perkawinan (istri). Kata kunci: transfer kemiskinan antar generasi, nilai anak, perilaku investasi pada anak

Page 6: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 7: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

RINGKASAN AGUS SURACHMAN. Kajian Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak (Kasus Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi). Dibimbing Oleh HARTOYO. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transfer kemiskinan antargenerasi pada dua generasi keluarga serta menganalisis pengaruh dari persepsi orang tua terkait nilai anak dan investasi orang tua pada anak terkait fenomena tersebut. Lebih lanjut tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis dinamika kemiskinan di antara dua generasi keluarga untuk melihat terjadinya transfer kemiskinan antargenerasi dalam keluarga; 2) menganalisis hubungan antarvariabel transfer kemiskinan antargenerasi, persepsi orang tua terkait nilai anak, dan investasi orang tua pada anak; 3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status kesejahteraan keluarga dan investasi orang tua pada anak. Penelitian ini menggabungkan desain cross sectional dengan retrospective study. Penelitian di lakukan di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi yang dipilih secara purposive berdasarkan perbandingan keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah tersebut. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak terakhir berusia balita yang dipilih dengan teknik stratified random sampling dengan kriteria stratifikasi status kesejahteraan keluarga berdasarkan pentahapan keluarga sejahtera BKKBN (Pra KS dan KS I digolongkan miskin, tahapan selanjutnya digolongkan tidak miskin). Dipilih 30 keluarga contoh berstatus miskin dan 30 keluarga contoh lainnya berstatus tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu dari keluarga contoh yang diwawancarai untuk menggali informasi terkait informasi dari keluarga contoh dan keluarga asalnya masing-masing. Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteritik sosiodemografi dan ekonomi keluarga contoh serta keluarga asal ayah dan ibu, persepsi orang tua dari kedua generasi keluarga menganai nilai anak (nilai psikologis, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan investasi orang tua terhadap anak (alokasi waktu dan uang) pada dua generasi keluarga. Pada generasi pertama, investasi orang tua (kakek dan nenek) terhadap anak (ayah dan ibu) dilihat dari perilaku investasi saat suami dan istri berusia dini, lama pendidikan formal suami dan istri, dan warisan yang diterima suami ayah dan ibu. Investasi orang tua terhadap anak pada generasi kedua dilihat dari perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anaknya saat ini yang berusia di bawah lima tahun. Sementara itu, status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu diukur dengan menggunakan metode Family Life History yang telah dimodifikasi. Sedangkan data kesejahteraan keluarga contoh didapatkan dari data sekunder pentahapan keluarga sejahtera BKKBN. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasya dengan nilai α-crobbach sebesar 0,653 (persepsi orang tua terkait nilai ayah dan ibu), 0,712 (persepsi ayah dan ibu terkait nilai anak) 0,849 (perilaku investasi orang tua pada ayah dan ibu), dan 0,889 (perilaku investasi ayah dan ibu pada anak). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata usia ayah dan ibu dalam penelitian ini berada pada rentang usia dewasa muda (antara 18-40 tahun). Rata-rata usia suami (M=35,7 tahun; sd=6,6 tahun) lebih tinggi dibandingkan rata-rata usia istri (M=32 tahun; sd=5,7 tahun), dan secara statistik keduanya berbeda nyata (p<0,01). Secara umum, suami menempuh pendidikan formal yang lebih lama (M=9,7 tahun; sd=3,8 tahun) bila dibandingkan dengan istri (M=8,4 tahun; sd=2,7 tahun) dan secara statistik keduanya berbeda nyata (p<0,01). Suami maupun istri yang saat ini tidak miskin menempuh pendidikan formal yang lebih lama dibandingkan suami dan istri yang saat ini berstatus miskin (secara statistik berbeda nyata). Pekerjaan ayah pada keluarga contoh lebih didominasi oleh buruh pabrik (46,7%). Hal tersebut berkaitan dengan keberadaan sejumlah industri di wilayah tempat penelitian dilakukan. Berbeda dengan orang tua pada keluarga asal ayah maupun ibu yang sebagian besar bekerja di bidang pertanian. Sementara itu, sebagian besar ibu (86,7%) tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Jumlah anak keluarga contoh adalah 2,4 anak (sd=1,3 anak), hampir setengah dari rata-rata jumlah anak keluarga asal ayah maupun ibu. Keluarga contoh yang berstatus miskin memiliki rata-rata jumlah anak

Page 8: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

yang lebih rendah (M=2,2 anak; sd=1,3 anak) dibandingkan keluarga tidak miskin (M=2,6 anak; sd=1,4 anak). Namun secara statistik keduanya tidak berbeda nyata (p>0,05). Hampir setengah keluarga contoh berstatus miskin memiliki total pendapatan keluarga per bulan antara Rp500.000,00 hingga Rp999.999,00 sementara pada kelompok keluarga tidak miskin berada pada rentang Rp2.000.000,00 hingga Rp2.999.999,00. Rata-rata pendapatan total per bulan kedua kelompok keluarga secara statistik berbeda nyata (p<0,01). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga miskin adalah Rp218.305,60 (sd=Rp91.071,27), sementara keluarga tidak miskin adalah Rp582.182,5 (sd=Rp321.579,40). Lebih dari setengah keluarga asal ayah dan ibu memiliki status kesejahteraan tidak miskin dengan persentase masing-masing 55 persen dan 51,7 persen. Ayah dan ibu yang saat ini berstatus tidak miskin, sebagian besar berasal dari keluarga yang juga berstatus tidak miskin (persentasenya masing-masing 93,3% dan 86,7%). Begitu pula sebaliknya, ayah dan ibu yang saat ini berstatus miskin, sebagian besar berasal dari keluarga yang juga berstatus miskin (persentasenya masing-masing 83,3%). Dilihat dari status dinamika yang dialami ayah dan ibu, sebagian besar ayah mengalami status dinamika kemiskinan selalu miskin (41,7%) dan tidak pernah miskin (46,7%). Sisanya, 3,3 persen ayah mengalami kondisi keluar dari kemiskinan dan 8,3 persen lainnya mengalami kondisi terjerumus ke dalam kemiskinan. Sementara itu, sebagian besar ibu juga mengalami status dinamika kemiskinan selalu miskin (41,7%) dan tidak pernah miskin (43,3%). Sisanya sebesar 8,3 persen ibu mengalami kondisi terjerumus ke dalam kemiskinan dan 6,7 persen lainnya mengalami kondisi keluar dari kemiskinan. Secara umum anak dipersepsikan bernilai tinggi dalam aspek psikologis dan secara umum persepsi orang tua terkait nilai anak berada pada kategori sedang. Skor persepsi nilai anak ayah dan ibu dari keluarga berstatus miskin dan tidak miskin berbeda nyata. Selain itu, skor persepsi ayah dan ibu terkait nilai anak secara statistik tidak berbeda dengan skor persepsi orang tua terkait nilai ayah dan ibu. Dalam hal perilaku investasi terhadap anak, ibu secara umum memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi (M=48,4; sd= 4,1) bila dibandingkan dengan ayah (M=43,2; sd=4,8). Sebaran tertinggi skor perilaku investasi ayah dan ibu berada pada kategori sedang dengan persentase masing-masing 78,3 persen untuk kelompok ayah dan 53,3 persen untuk kelompok ibu. Hasil uji beda menunjukkan bahwa skor perilaku investasi ayah dan ibu secara statistik berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku investasi terhadapa anak, ayah dan ibu melakukan hal yang lebih baik bila dibandingkan orang tua masing-masing terhadap ayah dan ibu saat keduanya berusia balita. Hasil uji regresi menunjukkan beberapa faktor yang secara signifikan mempengaruhi perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak. Perilaku investasi ayah terhadap anak dipengaruhi oleh status kesejahteraan keluarga contoh (p<0,01), perilaku investasi orang tua terhadap ayah (p<0,1), perilaku investasi ibu terhadap anak (p<0,01), dan persepsi ayah terkait nilai anak (p<0,01). Sementara itu perilaku investasi ibu terhadap anak dipengaruhi oleh variabel status kesejahteraan keluarga contoh (p<0,01) dan perilaku investasi orang tua terhadap ibu (p<0,1). Analisis dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan terdapat tiga variabel yang secara statistik mempengaruhi status kesejahteraan keluarga contoh. Ketiga variabel tersebut adalah status kesejahteraan keluarga asal ayah (p<0,1), lama pendidikan ayah (p<0,1), dan perilaku investasi orang tua terhadap ibu (p<0,1). Keluarga contoh dengan ayah yang berasal dari keluarga miskin memiliki peluang 38 kali lebih besar untuk berstatus miskin juga saat ini dibandingkan keluaga contoh dengan ayah dari keluarga asal tidak miskin. Lebih lanjut, pendapatan keluarga contoh secara statistik dipengaruhi oleh status kesejahteraan keluarga asal ayah (p<0,05) dan lama pendidikan ayah (p<0,01). Penelitian ini dilakukan dengan menggali informasi dari dua generasi keluarga yang ditanyakan kepada ayah dan ibu (generasi kedua). Hal tersebut bisa menimbulkan bias terkait penggalian informasi keluarga asal masing-masing. Selain itu, penelitian ini juga melakukan simplifikasi terkait status kesejahteraan keluarga asal yang dianggap konstan sepanjang waktu serta dalam hal transfer kapital antargenerasi dalam keluarga. Hal-hal tersebut yang menjadi keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.

Page 9: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 10: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 11: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

TRANSFER KEMISKINAN ANTARGENERASI: PENGARUH NILAI ANAK

DAN PERILAKU INVESTASI PADA ANAK (Kasus di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug,

Kabupaten Sukabumi)

AGUS SURACHMAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 12: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 13: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

Judul : Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak (Kasus Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi)

Nama : Agus Surachman NIM : I24070026

Tanggal Lulus:

Disetujui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Dosen Pembimbing

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Page 14: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 15: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

PRAKATA

Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Transfer

Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan Perilaku Investasi pada Anak

(Kasus di Desa Pasawahan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi)” ini.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang

telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

dan juga dosen pembimbing skripsi atas arahan, masukan, serta saran yang

diberikan dalam penyusunan skripsi

2. Ibu Alfiasari, S.P., M.Si. selaku dosen pemadu seminar serta Dr. Lilik Noor

Yuliati, MFSA dan Dr. Istiqlaliyah Muflikahti, M.Si. selaku dosen penguji

skripsi atas masukan untuk penyempurnaan skripsi

3. Dr. Ir. Diah Krisnatuti P., MS. atas bimbingan dan dorongan kepada penulis

selama menjadi dosen pembimbing akademik

4. Kader beserta jajaran pemerintahan Desa Pasawahan dan Kecamatan

Cicurug atas bantuan dan kerjasamanya

5. Yayasan Karya Salemba Empat beserta donatur untuk bantuan beasiswa dan

dana penelitian sehingga memungkinkan penulis menyelesaikan studi dan

skripsi ini, serta pihak Eka Tjipta Foundation untuk bantuan beasiswa bagi

penulis

6. Bapak, Ibu (almarhum), Teteh, Aa, dan seluruh keluarga atas doa serta

dukungan yang tak pernah terhenti untuk penulis

7. Teman-teman IKK 44 atas kebersamaan yang telah dibangun selama lebih

dari tiga tahun, terima kasih karena telah membangun lingkungan yang

bersahabat dan saling mendukung; teman-teman pondok de Netto (Panji, Zul,

dan Heriana) atas bantuan dan dukungan, juga kepada Bapak Suratman

beserta keluarga untuk segala kemurahan hatinya bagi penulis; teman-teman

di Koran Kampus IPB, Himaiko, Forces, grantee IELSP batch 7 University of

Arizona untuk semua kebersamaan dan pengalaman luar biasa dalam rangka

bersama-sama mengembangkan diri

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis

menantikan kritik serta saran untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.

Bogor, Desember 2011

Penulis

Page 16: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 17: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

17

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................................ 3 Tujuan ................................................................................................... 4 Kegunaan ............................................................................................. 5 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7 Kemiskinan ........................................................................................... 7 Nilai Anak ............................................................................................. 14 Investasi Orang Tua pada Anak ............................................................ 17 Nilai Anak, Investasi Orang tua pada Anak, dan Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Penelitian Empiris ................. 21 KERANGKA PENELITIAN ........................................................................... 23 METODE PENELITIAN ................................................................................ 27

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ................................................. 27 Contoh dan Metode Penarikan Contoh ................................................. 27 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 28 Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 29 Definisi Operasional ............................................................................. 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 37 Hasil ...................................................................................................... 37 Pembahasan ......................................................................................... 77 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 87 Simpulan ............................................................................................... 87 Saran .................................................................................................... 87 DATAR PUSTAKA ....................................................................................... 89 LAMPIRAN .................................................................................................. 95 Kuisioner Penelitian .............................................................................. 97 Riwayat Hidup ....................................................................................... 101

Page 18: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

18

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS ...................... 10

2 Status kesejahteraan keluarga berdasarkan Desa di Kecamatan Cicurug ......................................................................... 38

3 Sebaran usia ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga ............................................................ 39

4 Sebaran lama pendidikan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga ............................................................ 40

5 Sebaran pekerjaan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga ....................................................................... 41

6 Sebaran contoh berdasarkan bidang pekerjaan orang tua pada keluarga asal .............................................................................. 42

7 Sebaran jumlah anak yang dimiliki keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan ........................................................................... 42

8 Sebaran usia dan jenis kelamin anak terakhir keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan ...................................................... 43

9 Rata-rata pendapatan per bulan keluarga contoh dan pendapatan per kapita keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan ............ 44

10 Sebaran contoh berdasarkan stabilitas pendapatan orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh .......................................... 45

11 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan dan kondisi rumah orang tua serta status kesejahteraan keluarga contoh ............. 46

12 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan pertanian orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh .......................... 47

13 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan hewan ternak orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh .......................... 47

14 Sebaran contoh berdasarkan kemampuan literasi orang serta status kesejahteraan keluarga contoh ................................................. 48

15 Sebaran contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal dan status kesejahteraan keluarga contoh .......................................... 49

16 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal dan status kesejahteraan saat ini .................................. 50

17 Persentase status kesejahteraan keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu ................................ 51

18 Sebaran lama pendidikan formal contoh berdasarkan status dinamika kemiskinan ........................................................................... 52

19 Sebaran contoh berdasarkan warisan yang diterima dan status kesejahteraan keluarga ....................................................................... 53

20 Sebaran contoh berdasarkan warisan yang diterima dan dinamika kemiskinan yang dialami ..................................................................... 54

21 Sebaran contoh berdaarkan kategori skor nilai anak per dimensi

Page 19: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

19

dan status kesejahteraan keluarga contoh .......................................... 55

22 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi ayah dan ibu mengenai nilai anak keseluruhan dan status kesejahteraan keluarga contoh .................................................................................. 56

23 Sebaran contoh berdasarkan persepsi orang tua mengenai nilai Ayah dan ibu serta status kesejahteraan keluarga contoh ................... 56

24 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan ibu serta persepsi ayah dan ibu mengenai nilia anak ............................................................................ 57

25 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi ayah dan ibu tentang nilai anak dan status dinamika kemiskinan ............................. 58

26 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi orang tua Terkait nilai ayah dan ibu serta status dinamika kemiskinan contoh .... 59

27 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi untuk tiap dimensi dan status kesejahteraan keluarga contoh ...................... 59

28 Sebaran perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak Berdasarkan status kesejahteraan ...................................................... 60

29 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu serta status kesejahteraan keluarga contoh .................................................................................. 61

30 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu serta kategori skor perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak ................................................. 62

31 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak berdasarkan status dinamika kemiskinan ................................................................ 62

32 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu dan status dinamika kemiskinan ...... 63

33 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal ayah, persepsi orang tua terkait nilai ayah, dan perilaku investasi orang tua terhadap ayah ..................................................................... 64

34 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal ibu, persepsi orang tua terkait nilai ibu, dan perilaku investasi orang tua terhadap ibu ........................................................................................ 65

35 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga contoh, persepsi ayah dan ibu terkait nilai anak, dan perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak ................................................................ 67

36 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal dan keluarga contoh, nilai anak serta perilaku investasi orang tua pada dua generasi keluarga ................................................................ 70

37 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak ........................ 72

38 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak ........................... 74

Page 20: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

20

39 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesejahteraan keluarga contoh ................................... 75

40 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan keluarga .................................................. 76

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Perangkap kemiskinan ........................................................................ 11

2 Alur transfer kemiskinan antar generasi ............................................... 13

3 Transfer nilai anak antargenerasi dalam keluarga dan kaitannya Dengan perilaku investasi orang tua terhadap anak ............................ 16

4 Kerangka berpikir penelitian ................................................................ 25

5 Skema cara penarikan contoh .............................................................. 28

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Daftar pertanyaan kuisioner ................................................................ 94

2 Riwayat hidup .................................................................................... 101

Page 21: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan dianggap sebagai permasalahan sosial dan ekonomi yang

paling sulit untuk diselesaikan pada abad ini (Wagle 2008). Sekitar 320 hingga

433 juta penduduk dunia terjebak dalam perangkap kemiskinan (CPRC 2008).

Mereka mengalami kemiskinan kronis (chronic poverty), yaitu suatu deprivasi

untuk jangka waktu yang panjang, bahkan seringkali seumur hidup mereka

(Moore 2005).

Masalah kemiskinan juga masih menjadi persoalan yang mendapat

prioritas utama di Indonesia. Untuk memenuhi target yang tercantum dalam

Millenium Declaration, Indonesia dituntut untuk mengurangi setengah dari angka

kemiskinan pada tahun 1990 (sekitar 15%) menjadi sekitar 7,5 persen pada

tahun 2015. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia

adalah sekitar 31,02 juta penduduk (13,33%), masih jauh dari target yang harus

dicapai.

Angka kemiskinan pada tahun 2010 merupakan yang terendah sejak

2004. Walaupun terjadi penurunan sejak 2006, namun angka penduduk miskin

masih tergolong tinggi. Terlebih bila jumlah penduduk miskin dihitung dengan

menggunakan standar kemiskinan yang digunakan oleh Bank Dunia

(penghasilan per kapita per hari minimal $2), angkanya akan semakin besar yaitu

42 persen (World Bank 2006). Hal tersebut disebabkan oleh besarnya proporsi

penduduk Indonesia yang hidup sedikit di atas garis kemiskinan.

Penelitian Widyanti et al. (2009) mengenai dinamika kemiskinan di

Indonesia dengan menggunakan data panel IFLS (Indonesian Family Life

Survey) dari tahun 1993 hingga tahun 2000 menunjukkan bahwa 14 persen

rumah tangga yang menjadi sampel mengalami kemiskinan kronis (selalu

miskin). Sementara itu hasil pengolahan data Survey Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) memperlihatkan bahwa selama periode Maret 2006 hingga Maret

2007, jumlah penduduk Indonesia yang selalu miskin adalah sebesar 18,6 juta

orang (Urip 2008). Hal tersebut mengindikasikan proporsi penduduk Indonesia

yang mengalami kemiskinan kronis tergolong tinggi.

Anak yang lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga miskin kronis,

memiliki kemungkinan 35 persen lebih tinggi untuk tetap miskin saat dewasa

dibandingkan anak yang lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga yang tidak

Page 22: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

2

miskin kronis (Pakpahan et al. 2009). Kemiskinan kronis menyebabkan individu

dan keluarga terperangkap dalam lingkaran kemiskinan, sehingga investasi

sumberdaya manusia yang dilakukan kurang. Kemiskinan tersebut akhirnya

diturunkan kepada generasi selanjutnya karena rendahnya kualitas sumberdaya

manusia yang dihasilkan dalam keluarga pada generasi berikutnya (CPRC

2008).

Investasi terhadap sumberdaya manusia, terutama dalam hal pendidikan,

akan meningkatkan efisiensi ekonomi sehingga akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi (Schultz 1981). Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat keharusan

(necessary condition) bagi pengurangan angka kemiskinan (Siregar 2006).

Selain itu, investasi terhadap sumberdaya manusia juga dapat menurunkan

ketimpangan distribusi pendapatan, sehingga berpotensi untuk menurunkan

tingkat kemiskinan (Anderson & Hague 2007; Sitepu 2007). Dengan demikian,

investasi sumberdaya manusia merupakan salah satu determinan tingkat

kesejahteraan.

Hasil penelitian Cho (2005) terkait program pengentasan kemiskinan

Progressa di Meksiko menunjukkan bahwa program tersebut meningkatkan rata-

rata lama sekolah dan akumulasi sumberdaya manusia sehingga meningkatkan

pendapatan seumur hidup sebesar 12 persen. Secara makro, tingkat pendidikan

penduduk yang semakin tinggi terbukti berpengaruh negatif terhadap tingkat

kemiskinan (Siregar & Widyanti 2008; Chaudry et al. 2010). Bukti empiris

tersebut memperlihatkan bahwa akumulasi modal sosial (human capital) yang

lebih besar, terutama pendidikan, berdampak pada peningkatan penghasilan

sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan.

Penelitian Leibowitz (1982) dan Hartoyo (1998) memperlihatkan

pentingnya peran keluarga dalam meningkatkan kualitas individu melalui

investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak. Keluarga, dalam hal ini orang

tua, termotivasi untuk melakukan investasi terhadap anak mereka melalui

sumberdaya yang dimilikinya dengan harapan anak-anak tersebut akan menjadi

lebih sukses di masa depan (Hample 2010).

Investasi orang tua terhadap anak dalam keluarga merupakan suatu hal

yang bersifat krusial, terutama pada saat usia dini. Hal tersebut berkaitan dengan

peran investasi sumberdaya manusia sebagai salah satu determinan tingkat

kesejahteraan individu di masa depan. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

akibat kurangnya investasi akan menyebabkan individu terperangkap dalam

Page 23: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

3

kemiskinan. Perangkap kemiskinan tersebut seringkali menyebabkan adanya

transfer kemiskinan antargenerasi dalam keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku investasi orang tua

terhadap anak pada dua generasi keluarga dan hubungannya dengan

kemiskinan keluarga. Dengan demikian dapat dilihat pengaruh investasi

sumberdaya manusia terhadap transfer kemiskinan antargenerasi dalam

keluarga.

Rumusan Masalah

Data BPS pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa 41,67 persen kepala

rumah tangga miskin di Indonesia memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD,

diikuti oleh tamat SD sebesar 38,36 persen (Rusastra & Napitupulu 2008). Lebih

lanjut dijelaskan bahwa angka partisipasi sekolah anak-anak dari keluarga miskin

lebih rendah dari anak-anak yang berasal dari keluarga tidak miskin, baik pada

tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama. Sebaliknya, angka

putus sekolah anak-anak dari keluarga miskin lebih tinggi dibandingkan anak-

anak dari keluarga tidak miskin untuk kedua jenjang pendidikan tersebut.

Fenomena tersebut menunjukkan dua hal penting; pertama, kualitas

sumberdaya manusia sangat menentukan status sosial ekonomi, salah satunya

dilihat dari tingkat pendidikan; kedua, kesadaran pendudukan miskin untuk

memperbaiki nasib keturunannya melalui investasi sumberdaya manusia

(misalnya di bidang pendidikan) lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok

tidak miskin. Hal tersebut memperlihatkan bahwa konsep mengenai nilai seorang

anak belum dipahami sepenuhnya oleh lapisan masyarakat berpenghasilan

rendah dan miskin.

Ciri yang menonjol dari keluarga miskin adalah jumlah anak yang banyak

(ukuran keluarga yang besar), karena anak dinilai bukan sebagai aset (investasi)

melainkan sumber faktor produksi (tenaga kerja) untuk menambah pendapatan

keluarga (Rusastra & Napitupulu 2008). Hal tersebut didukung oleh penelitian

Puspitawati et al. (2008) di Kabupaten Indramayu yang memperlihatkan bahwa

55,7 persen orang tua atau wali menyetujui bahwa anak adalah tenaga kerja

keluarga. Akibatnya orang tua cenderung kurang mementingkan pendidikan anak

dan memilih untuk menjadikannya sebagai pekerja untuk membantu

perekonomian keluarga (Puspitawati et al. 2009).

Page 24: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

4

Orang tua yang mendapatkan sedikit investasi dari orang tuanya –

terutama dalam hal pendidikan – kurang termotivasi untuk melakukan investasi

pada anaknya. Hal tersebut tercermin dari hasil penelitian Puspitawati et al.

lainnya yang memperlihatkan bahwa sekitar 62,9 persen ayah dan 64,1 persen

ibu dengan anak yang mengalami drop out dari sekolah mempunyai tingkat

pendidikan sampai dengan tamat SD. Didukung dengan beberapa hasil

penelitian lain (misal Hartoyo et al. 2003; Simanjuntak 2010) yang

memperlihatkan rendahnya proporsi pengeluaran keluarga miskin untuk investasi

terhadap anak, terutama dalam hal pendidikan dan kesehatan.

Investasi sumberdaya manusia, terutama yang dilakukan oleh keluarga

telah terbukti menjadi determinan tingkat kesejahteraan dan dapat mengurangi

tingkat kemiskinan (Cho 2005; Anderson & Hague 2007; Sitepu 2007; Sitepu

2007; Siregar & Wahyuniarti 2008; Chaudry et al. 2010). Kurangnya investasi

sumberdaya manusia berpotensi menyebabkan individu dan keluarga terjebak

dalam lingkaran kemiskinan. Anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam

keluarga miskin cenderung akan tumbuh menjadi individu yang juga miskin saat

dewasa. Inilah gambaran transfer kemiskinan yang terjadi antargenerasi dalam

keluarga.

Berkaca pada fakta-fakta tersebut, penelitian ini berupaya untuk mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah terjadi transfer kemiskinan antargenerasi dalam keluarga yang

dilihat dari dinamika kemiskinan pada dua generasi keluarga?

2. Adakah hubungan antara transfer kemiskinan antargenerasi pada dua

generasi keluarga dengan nilai anak serta perilaku investasi orang tua

pada anak, serta adakah hubungan antara persepsi orang tua tentang

nilai anak dengan perilaku investasi orang tua pada anak pada dua

generasi keluarga?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi status kesejahteraan keluarga

dan perilaku investasi orang tua pada anak dalam kaitannya dengan

interaksi dua generasi keluarga?

Tujuan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transfer

kemiskinan antargenerasi pada dua generasi keluarga, serta pengaruh nilai anak

Page 25: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

5

dan investasi pada anak terhadap transfer kemiskinan tersebut. Secara khusus,

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis dinamika kemiskinan pada dua generasi keluarga untuk

melihat terjadinya transfer kemiskinan antargenerasi dalam keluarga,

2. Menganalisis hubungan antara transfer kemiskinan antargenerasi pada

dua generasi keluarga dengan nilai anak, serta perilaku investasi orang

tua pada anak,

3. Menganalisis hubungan antara persepsi orang tua tentang nilai anak

dengan perilaku investasi orang tua terhadap anak pada dua generasi

keluarga,

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status kesejahteraan

keluarga dan investasi orang tua pada anak dalam kaitannya dengan

interaksi dua generasi keluarga.

Kegunaan

Dengan dilakukannya penelitian mengenai transfer kemiskinan

antargenerasi pada dua generasi keluarga serta keterkaitannya dengan nilai

anak dan investasi orang tua pada anak, diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan keilmuan di bidang ekonomi keluarga,

terutama berkaitan dengan pembahasan terkait masalah kemiskinan dan

investasi orang tua terhadap anak. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi pengambil keputusan

untuk perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan.

Page 26: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

6

Page 27: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan

Kemiskinan didefinisikan secara berbeda oleh berbagai pihak. Badan

Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak (kebutuhan dasar

makanan maupun kebutuhan dasar bukan makanan) (Urip 2008). Lebih lanjut

Urip (2008) menyatakan bahwa dalam menggolongkan penduduk ke dalam

miskin atau tidak miskin, BPS membandingkan tingkat konsumsi penduduk

dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang per bulan.

Sementara itu, World Bank mendefinisikan kemiskinan dengan dimensi

yang lebih luas. Kemiskinan adalah kondisi terjadinya kekurangan pada taraf

hidup manusia secara fisik (kebutuhan dasar materi dan biologis termasuk

kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan, dan perumahan) serta sosial (risiko

kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kepercayaan diri

yang kurang) (Syafrian 2009).

Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial yang diadakan di

Kopenhagen pada tahun 1995 menyatakan bahwa kemiskinan memiliki wujud

yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumberdaya

produktif, yang menjamin kehidupan yang berkesinambungan; keterbatasan dan

kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi

tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan

bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak

aman; serta diskriminasi dan keterasingan sosial (Rahardjo 2006).

Berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK),

kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan pendapatan, tetapi juga mencakup

kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun

perempuan untuk menjadi miskin dan keterbatasan akses masyarakat miskin

dalam penentuan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka

(Dharmawan et al. 2010). Dengan demikian, kemiskinan merupakan suatu

permasalahan sosial yang kompleks karena menyangkut berbagai dimensi

kehidupan.

Chambers (1996) menyatakan bahwa kemiskinan (poverty) adalah

konsep integrasi dari lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2)

ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadap situasi darurat (state of

Page 28: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

8

emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation)

baik secara geografis maupun sosiologis. Sementara itu, Max Nef memaparkan

enam macam jenis kemiskinan, yaitu: 1) kemiskinan subsistensi, 2) kemiskinan

perlindungan, 3) kemiskinan pemahaman, 4) kemiskinan partisipasi 5)

kemiskinan identitas, dan 6) kemiskinan kebebasan (Muttaqien 2006).

Salim (1976) menyatakan bahwa ciri-ciri penduduk miskin adalah: 1) rata-

rata tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja,

dan keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 3) kebanyakan

bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal),

setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja), 4) kebanyakan berada

di daerah pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 5)

kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan

kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum,

pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya.

Schiller (2008) memaparkan tiga sudut pandang dalam melihat penyebab

terjadinya kemiskinan. Sudut pandang pertama adalah flawed character yang

menganggap kemiskinan disebabkan oleh individu bersangkutan. Berkaitan

dengan seberapa besar upaya tiap individu untuk melakukan investasi

sumberdaya manusia melalui pendidikan atau latihan. Sudut pandang kedua

melihat kemiskinan sebagai akibat dari keterbatasan kesempatan (restricted

opportunity) bagi individu yang bersangkutan. Hal tersebut biasanya berkaitan

dengan diskriminasi ras, gender, dan kelas sosial. Kasus di Indonesia yang lebih

relevan terkait dengan sudut pandang ini adalah pembangunan yang bias kota

dan wilayah sehingga terjadi ketidakmerataan dan ketimpangan pembangunan.

Sudut pandang yang terakhir menganggap kemiskinan disebabkan oleh

kesalahan pemerintah sebagai pengambil kebijakan (big brother view).

Kesalahan dari pemerintah bisa disebabkan oleh penerapan kebijakan yang tidak

pro terhadap masyarakat miskin, maupun pelaksanaan program pengentasan

kemiskinan yang justru membuat kelompok miskin menjadi semakin miskin

(terkait sikap dan karakter mereka).

Standar Kemiskinan

Menurut Sayogyo (1977), tingkat kemiskinan merupakan sesuatu yang

dapat diukur sehingga munculah istilah garis kemiskinan. Terdapat beberapa

konsep atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung angka

Page 29: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

9

kemiskinan, diantaranya konsep kebutuhan dasar (the concept of minimum

needs) dan konsep satuan pengukuran (unit of measure) (Schiller 2008).

Konsep kebutuhan dasar diadopsi oleh BPS dan menjadi standar

penentuan angka kemiskinan di Indonesia. BPS menggunakan suatu garis

kemiskinan yang dinyatakan dalam rupiah untuk membedakan antara penduduk

miskin dan bukan penduduk miskin. Nilai rupiah tersebut ditentukan berdasarkan

nilai yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan

makanan. Kebutuhan minimum makanan adalah besarnya nilai rupiah yang

dikeluarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan minimum energi sebesar 2100

kalori per hari, sedangkan kriteria kebutuhan minimum bukan makanan adalah

nilai rupiah yang dikeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya selain

makanan misalnya perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya

(Urip 2008).

Sementara itu, konsep satuan pengukuran mengacu pada penjelasan

dalam teori ekonomi bahwa kemampuan seseorang untuk memenuhi barang dan

jasa tercermin dari daya beli (purchasing power) dan satuan mata uang

merupakan pendekatan yang paling efektif untuk mengukur daya beli (Schiller

2008). Konsep tersebut yang diadopsi oleh World Bank untuk menjadi standar

kemiskinan, dimana penduduk miskin adalah mereka yang berpenghasilan di

bawah $2 per hari.

Bubolz dan Sontag (1993) menyatakan bahwa kesejahteraan merupakan

terminologi lain dari kualitas hidup manusia (quality of human life), yaitu suatu

keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta terealisasinya nilai-nilai

hidup. Mengingat kemiskinan merupakan kondisi dimana kebutuhan dasar

manusia tidak terpenuhi, maka kesejahteraan merupakan konsep yang

berkebalikan dengan kemiskinan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokan secara bertahap

menjadi keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera

tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan keluarga sejahtera tahap III plus.

Sunarti (2008) menyatakan bahwa batasan operasional dari keluarga sejahtera

adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan perkembangan, dan kepedulian sosial.

Untuk mengkategorisasikan keluarga ke dalam tahapan kesejahteraan,

digunakan indikator kesejahteraan keluarga (IKS). Definisi keluarga sejahtera

Page 30: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

10

menurut tahapan dalam indikator keluarga sejahtera ditunjukkan pada Tabel 1.

Indikator kesejahteraan keluarga merupakan satu-satunya alat untuk mengukur

tingkat kesejahteraan di level keluarga yang digunakan di Indonesia (Sunarti

2008). Dengan mempertimbangan pengertian kemiskinan secara luas maka

keluarga yang berada pada tahap pra keluarga sejahtera (Pra KS) dan keluarga

sejahtera I (KS I) dapat digolongkan sebagai keluarga miskin. Keluarga pada

tahap tersebut bukan hanya belum mampu memenuhi kebutuhan dasar, namun

juga kebutuhan sosial psikologis seperti akses terhadap pendidikan, kesehatan,

dan makanan yang bergizi.

Hasil penelitian Rambe (2004) terhadap empat alat ukur kesejahteraan

yaitu standar kemiskinan BPS, IKS BKKBN, pengeluaran pangan, dan ukuran

subjektif, menunjukkan bahwa IKS dianggap paling baik. Alasannya adalah

kemudahan dalam pengoprasian hingga ke level administrasi terendah dan

dengan cepat dapat mengklasifikasikan keluarga miskin. Namun, IKS

memunculkan masalah dalam menerjemahkan indikator sosial dan psikologis

seperti menjalankan ibadah sesuai agamanya (Sunarti 2008).

Tabel 1 Definisi keluarga sejahtera menurut tahapan dalam IKS

Tahap Definisi

Pra KS Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

KS I Keluarga tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

KS II Keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.

KS III Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya.

KS Plus Keluarga yang selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat.

Sumber: BKKBN (2004)

Kemiskinan Kronis

Hal yang menjadi ciri pembeda dari kemiskinan kronis (chronic poverty)

dengan jenis kemiskinan lainnya adalah panjangnya durasi dari kemiskinan

tersebut. Istilah kemiskinan kronis digunakan untuk menggambarkan kemiskinan

Page 31: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

11

yang ekstrim yang terus berlangsung untuk waktu yang panjang – bertahun-

tahun, seumur hidup, bahkan berlangsung antargenerasi (CPRC 2008). Individu

atau keluarga yang mengalami kemiskinan kronis biasanya terseret ke dalam

perangkap kemiskinan yang menyebabkan terjadinya siklus kemiskinan sehingga

mereka sulit untuk keluar dari kondisi tersebut. Menurut CPRC (2008) kelompok

yang mengalami kemiskinan kronis biasanya mengalami berbagai deprivasi,

mulai dari kemampuan yang kurang, kepemilikan aset yang rendah, dan

termarjinalkan secara sosial politik.

Ketidakberdayaan penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan

disebabkan oleh terperangkapnya penduduk miskin dalam lingkaran kemiskinan

(Dharmawan et al. 2010). Rendahnya pendapatan penduduk miskin

menyebabkan daya beli kurang. Akibatnya, pemenuhan terhadap kebutuhan

dasar seperti pangan dan kesehatan tidak optimal yang berdampak pada

rendahnya status kesehatan dan gizi. Hal tersebut akan menyebabkan tingginya

tingkat morbiditas dan mortalitas pada penduduk miskin yang berpengaruh pada

rendahnya partisipasi pendidikan. Sehingga akan berujung pada rendahnya

kualitas sumberdaya manusia yang ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas dan

pendapatan. Fenomena tersebut seringkali disebut sebagai perangkap

kemiskinan (Gambar 1).

Gambar 1 Perangkap kemiskinan (Dharmawan et al. 2010)

Dinamika Kemiskinan

Poverty dynamics atau dinamika kemiskinan berkaitan dengan perubahan

tingkat kesejahteraan (dari miskin menjadi tidak miskin atau sebaliknya) yang

Penduduk miskin

pendapatan rendah

Daya beli rendah Rendahnya kualitas: Pangan

Kesehatan Perumahan/ lingkungan

Pendidikan

Status kesehatan dan gizi rendah

Morbiditas dan mortalitas tinggi

Partisipasi pendidikan rendah

Absensi meningkat

Kecerdasan dan keterampilan rendah

Produktivitas masyarakat dan Negara rendah

Prestasi sekolah rendah

Page 32: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

12

dialami individu atau rumah tangga dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh

kombinasi dari faktor struktural dan karakteristik individu dan rumah tangga,

hingga faktor yang bersifat global (Moore 2005). Kajian mengenai dinamika

kemiskinan biasanya mengkategorikan status kemiskinan rumah tangga ke

dalam tiga kelompok, yaitu: miskin kronis (chronic poor), miskin sementara

(transient poor), dan bukan kelompok miskin (tidak pernah miskin) (Hulme et al.

2001 dalam Widyanti et al. 2009). Sementara itu, Moore (2005) membagi status

dinamika kemiskinan keluarga menjadi empat yaitu selalu miskin atau miskin

kronis (always poor atau chronic poor), keluar dari kemiskinan (moved out of

poverty), terjerumus ke dalam kemiskinan (moved into peverty), dan tidak pernah

miskin (non-poor).

Pendekatan dinamika kemiskinan yang dipaparkan sebelumnya berkaitan

dengan kondisi kemiskinan suatu keluarga dalam jangka waktu tertentu

(intrageneration). Status dinamika kemiskinan tersebut dapat diadapsi untuk

menganalisis fenomena transfer kemiskinan antargenerasi dalam keluarga.

Status kemiskinan diantara dua generasi keluarga diperbandingkan sehingga

bisa diamati dinamika diantara keduanya. Pembagian status dinamika

kemiskinan berdasakan Moore (2005) dianggap lebih tepat untuk

menggambarkan fenomena transfer kemiskinan antar generasi. Kemiskinan

ditransfer antargenerasi bila status dinamika kemiskinan diantara dua generasi

keluarga selalu miskin atau terjerumus ke dalam kemiskinan.

Transfer Kemiskinan antar Generasi

Kemiskinan tidak ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya

sebagai satu paket, melainkan sebagai satu komplek faktor negatif dan positif

yang mempengaruhi kemungkinan seorang individu untuk mengalami

kemiskinan. Pendekatan mata pencaharian atau aset sangat berguna untuk

memahami transfer kemiskinan antar generasi (intergenerational transfer of

poverty/ Intergenerational transmitted poverty atau IGT of poverty), dengan cara

fokus pada terjadinya transfer atau tidak terjadinya transfer aset-aset yang

berkaitan dengan kemiskinan dalam berbagai macam bentuk atau disebut capital

(human capital, social-cultural capital, social-political capital, material capital, dan

natural capital) (Moore 2005).

Page 33: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

13

Menurut Moore (2001), kemiskinan yang terjadi antargenerasi dapat dilihat

sebagai karakteristik dan juga penyebab dari kemiskinan kronis. Konsep penting

dalam memahami transfer kemiskinan antargenerasi adalah:

1. Unit analisis. Fokus pada private transmission dari individu dan keluarga

dari satu generasi ke generasi selanjutnya atau transfer kemiskinan

dalam, antara, atau melalui ranah publik atau komunitas, negara dan

pasar.

2. Arah transfer. Transfer hanya dilakukan dari generasi yang lebih tua

kepada generasi yang lebih muda atau terjadi juga sebaliknya. Terkait

dengan hal tersebut, apakah terjadi juga tansfer „jump generation‟,

misalnya dari kakek ke cucu atau sebaliknya.

3. Hal-hal yang ditransfer. Kemiskinan antar generasi dapat dipahami

dengan baik bila fokus pada transfer, pencabutan (extraction) transfer,

dan ketiadaan transfer pada berbagai bentuk modal atau capital

(manusia, sosial budaya, sosial politik, keuangan atau materi, dan

lingkungan alam), yang dapat menimbulkan kemiskinan baik kemiskinan

multidimensional ataupun kemiskinan dalam konteks sempit.

4. Terjadinya transfer, pencabutan, atau kurangnya transfer dalam sejumlah

atau seluruh capital dalam memastikan terjadinya IGT poverty.

Gambar 2 Alur transfer kemiskinan antargenerasi (Moore 2005)

Hal-hal yang ditransfer antargenerasi, sehingga kurangnya atau

ketiadaan transfer tersebut menyebabkan kemiskinan antargenerasi terdiri dari

modal finansial atau material, modal manusia (human capital), modal natural atau

lingkungan, dan modal sosial budaya (Moore 2001). Sebagian besar penelitian

selama ini lebih fokus pada modal manusia (human capital), terutama meliputi

investasi orang tua terhadap pendidikan anak dan kesehatan serta gizi dan

Orang tua miskin Dewasa miskin

Anak miskin

Anak

Orang tua tidak miskin

Dewasa tidak misin

Anak Tidak miskin

Life course effect Transfer kapital

Page 34: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

14

sumberdaya finansial atau materi yang ditransfer antargenerasi melalui warisan

dari generasi yang lebih tua kepada yang lebih muda (Hulme et al. 2001).

Human capital atau modal manusia didefinisikan sebagai pengetahuan,

keterampilan, kompetensi dan atribut-atribut lainnya yang ada pada diri individu

yang dapat memfasilitasi terciptanya kesejahteraan pribadi, sosial, dan ekonomi

(OECD 2004). Deacon dan Firebaugh (1988) mendefinisikan human capital dari

individu atau keluarga sebagai total simpanan (stock) kapasitas manusia pada

satu waktu tertentu yang mempengaruhi sumberdaya di masa depan dan

penggunaannya. Syarif (1997) mendefinisikan kualitas sumberdaya manusia

(SDM) sebagai gabungan dari karakteristik segenap sumberdaya yang ada

dalam diri manusia, mencakup karakteristik fisik, akal, kalbu, dan nafsu yang

menentukan derajat kehandalan manusia baik sebagai makhluk individu maupun

makhluk sosial.

Sementara itu, aset material menurut Deacon dan Firebough (1988)

adalah suatu kumpulan barang yang memiliki nilai. Rumah dan hal-hal lainnya

yang dimiliki oleh rumah tangga merupakan bagian utama dari aset material

keluarga, termasuk juga uang tunai atau deposito yang dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi. Aset material berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, baik konsumsi maupun investasi.

Uang dan aset materi lainnya juga ditransfer antar generasi melalui

pemberian hadiah atau warisan (gift dan bequest). Pewarisan modal finansial

dan material tersebut dipengaruhi oleh budaya sosial dan norma yang berlaku di

suatu masyarakat tertentu. Mas kawin dan kekayaan yang didapatkan setelah

menikah merupakan bentuk yang penting dari transfer modal secara inter vivos

dari modal material (Moore 2001).

Nilai Anak

Dari segi sosial, nilai adalah kualitas dari suatu objek yang menyebabkan

objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi serta dianggap penting atau

berharga. Dari segi ekonomi, nilai berwujud nilai tukar (harga) dan nilai guna

(utilitas). Secara umum, nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, berguna, dan

penting bagi seseorang (Guharja et al. 1992). Deacon dan Firebaugh (1988)

menyatakan bahwa nilai berkaitan dengan apa yang diinginkan atau dianggap

berharga, menjadi kriteria utama dalam mencapai tujuan, sehingga menentukan

keberlanjutan seluruh keputusan dan tindakan.

Page 35: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

15

Hoffman dan Hoffman (1973) dalam Trommsdorff (2005) menyatakan

bahwa nilai anak mengacu pada fungsi anak yang bisa diberikan kepada orang

tua atau kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh anak bagi orang tua. Konsep nilai

anak menggunakan pendekatan gabungan antara faktor objektif (ekonomi) dan

normatif juga pengaruh psikologis yang mempengaruhi perilaku fertilitas.

Menurut Sam (2001) nilai anak dikonseptualisasikan sebagai konstruksi

psikologis yang mengacu pada keuntungan yang diharapkan dari memiliki anak

dan juga biaya serta kerugiannya. Secara spesifik, nilai anak dimaknai sebagai

refleksi motivasi orang tua untuk memiliki dan membesarkan anak, dan di dalam

motivasi tersebut termasuk juga tujuan personal dan pengalaman sosialisasi

orang tua (Sam 2001).

Deacon dan Firebaugh (1988) menyatakan bahwa keluarga memiliki

tanggung jawab dalam hal perawatan dan perkembangan dari anggota keluarga

tersebut. Sebagai penghasil sumberdaya manusia, keluarga juga diharapkan

untuk berfungsi dengan baik agar dapat menghasilkan sumberdaya manusia

yang berkualitas. Investasi orang tua terhadap anak merupakan salah satu upaya

yang dilakukan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas,

salah satunya melalui alokasi uang dan waktu untuk pendidikan dan kesehatan.

Dengan demikian, motivasi orang tua untuk membesarkan anak dengan baik,

dipengaruhi oleh persepsi orang tua tentang nilai anak.

Menurut Suckow dan Klaus (2002) nilai anak terdiri dari tiga dimensi,

yaitu: nilai psikologis-emosional anak, nilai ekonomi-utilitarian anak, dan nilai

sosial-normatif anak. Sam (2001) menjabarkan ketiga dimensi nilai anak

tersebut. Disebutkan bahwa nilai psikologis mengacu pada kebahagiaan,

kesenangan, dan kenyamanan atau sebaliknya ketidaknyamanan dan stres yang

orang tua persepsikan dengan kehadiran seorang anak. Sementara itu nilai

sosial mengacu pada keuntungan sosial atau justru ketidakberuntungan yang

dipersepsikan orang tua dengan hadirnya seorang anak (misal penerimaan sosial

dan status sosial saat pasangan mendapatkan anak; keberlanjutan keturunan).

Sementara itu, nilai ekonomi anak merupakan alasan orang tua untuk memiliki

anak secara ekonomi.

Transfer nilai anak antargenerasi

Kwast-Welfel et. al (2008) menyatakan bahwa transfer nilai antargenerasi

menjadi suatu mekanisme utama untuk keberlanjutan suatu komunitas. Lebih

Page 36: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

16

lanjut Grolnick et. al (1997) dalam Hayne et al. (2006) menyatakan bahwa nilai

dan norma sosial diidentifikasi dan diinternalisasi melalui proses sosialisasi dan

enkulturasi. Nilai anak ditransfer dari satu generasi ke generasi selanjutnya

dalam keluarga melalui proses sosialisasi orang tua terhadap anak, dalam hal ini

pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anak.

Gambar 3 Transfer nilai anak antargenerasi dalam keluarga dan kaitannya dengan

perilaku investasi orang tua terhadap anak (diadopsi dari Trommsdorff 2002)

Menurut Trommsdroff (2002), hubungan orang tua-anak merupakan

bagian dari “developmental niche”, dimana orang tua melakukan sosialisasi

terhadap anak sekaligus juga melakukan transfer nilai dan perilaku yang

diharapkan pada diri anak. Lebih lanjut Kuczynski et al. dalam Trommsdroff

(2002) menjelaskan bahwa hubungan orang tua-anak yang terjadi pada satu

Variabel personal

Nilai : - anak - keluarga - individualisme/ kolektivisme)

- Kualitas Hubungan - Pengasuhan - Investasi

Variabel personal

Variabel hubungan

Generasi I

Generasi II Variabel personal

Nilai : - anak - keluarga - individualisme/ kolektivisme)

- Kualitas Hubungan - Pengasuhan - Investasi

Generasi III

Nilai : - anak - keluarga - individualisme/ kolektivisme)

- Kualitas Hubungan - Pengasuhan - Investasi

Variabel hubungan

Variabel hubungan

Page 37: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

17

generasi keluarga (misal antara ayah dan ibu dengan orang tuanya masing-

masing) merupakan suatu syarat untuk perkembangan individu pada generasi

selanjutnya (anak). Pada waktu yang bersamaan, ayah dan ibu merupakan hasil

dari perkembangan individu dan dipengaruhi oleh hubungan orang-tua anak

pada generasi sebelumnya (hubungan kakek-nenek dengan ayah atau ibu).

Berdasarkan pada pengalaman yang dialami dari hubungan orang tua-

anak (misal ayah dan ibu dengan orang tuanya masing-masing), anak (ayah dan

ibu) akan mengembangkan ekspektasi, nilai, dan perilaku preferensi yang

sifatnya cenderung stabil sepanjang waktu. Nilai dan perilaku preferensi tersebut

diasumsikan mempengaruhi persepsi ayah dan ibu tentang nilai anak saat

dewasa, termasuk terkait dengan keputusan fertilitas, persepsi subjektif tentang

anak mereka, dan bentuk hubungan ayah dan ibu dengan anaknya (Trommsdroff

2002). Gambar 3 memvisualisasikan proses transfer nilai anak antar generasi

dalam keluarga dan kaitannya dengan perilaku investasi orang tua teradap anak.

Investasi Orang Tua pada Anak

Schultz (1981) menyatakan bahwa faktor yang paling menentukan dalam

meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi, dan tanah

untuk pertanian, melainkan peningkatan kualitas manusia (human capital) dan

kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas manusia dilakukan

melalui investasi sumberdaya manusia.

Keluarga memegang peranan penting dalam memproduksi modal

manusia seorang anak, investasi dalam modal manusia merupakan salah satu

cara bagi keluarga untuk meningkatkan produktivitas marginal seorang anak

sehingga akan meningkatkan kapasitas pendapatan anak tersebut (Taubman

1996). Deacon dan Firebough (1981) menyatakan bahwa suatu bagian yang

signifikan dari pengembangan modal manusia didapat dari proses belajar secara

sadar ataupun tidak sadar yang dilakukan dalam keluarga. Orang tua yang

menggunakan waktunya untuk mengajarkan anaknya melakukan tugas tertentu

akan berkontribusi terhadap pembentukan modal manusia seorang anak. Seperti

halnya pendidikan formal, pelatihan yang dilakukan di rumah dapat berkontribusi

besar terhadap kapasitas individu. Dengan demikian keluarga merupakan

institusi pertama dan utama dalam pembangunan sumberdaya manusia.

Hartoyo (1998) mendefinisikan investasi orang tua terhadap anak sebagai

segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk

Page 38: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

18

meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi individu yang

produktif saat dewasa. Menurut Bryant dan Zick (2006) investasi terhadap

anggota keluarga yang berarti investasi terhadap sumberdaya manusia (human

capital) memiliki banyak bentuk, namun cara yang paling umum untuk

berinvestasi terhadap sumberdaya manusia adalah melalui pendidikan formal

selain juga melalui kesehatan dan pengasuhan anak.

Perilaku investasi pada anak dapat diukur dengan menghitung seberapa

besar alokasi sumberdaya keluarga, khususnya sumberdaya uang dan waktu

yang dicurahkan untuk anak (Hartoyo & Hastuti 2003). Lebih lanjut dijelaskan

bahwa curahan sumberdaya keluarga pada anak dapat meningkatkan kualitas

modal manusia pada diri anak sehingga kelak akan mempunyai produktivitas

yang lebih baik. Oleh karena itu, alokasi waktu dan uang untuk anak dapat

dipandang sebagai bentuk investasi, karena orang tua berharap anak memiliki

produktivitas yang tinggi dan memberi manfaat lebih besar pada keluarga kelak

(Hartoyo & Hastuti 2003).

Sementara itu Bonke dan Andersen (2009) mengukur investasi orang tua

pada anak dengan mengukur waktu investasi orang tua pada anak secara

kuantitas dan kualitas. Waktu investasi orang tua pada anak secara kualitas

dibedakan menjadi developmental dan non-developmental care. Developmental

care didefinisikan sebagai keterlibatan orang tua dalam perkembangan

intelektual, fisik, dan sosial anak, sementara kegiatan perawatan lainnya

digolongkan ke dalam non-develomental. Developmental care meliputi: (a)

aktivitas perawatan seperti memandikan dan memberi makan, (b) aktivitas

bermain dan companionship seperti bermain aktif dan pasif serta aktivitas waktu

luang lainnya bersama anak, (c) aktivitas terkait prestasi seperti menemani

belajar, mengerjakan tugas, membaca bersama, dan aktivitas edukatif lainnya,

serta (d) aktivitas sosial seperti mengunjungi tetangga, pembicaraan keluarga,

aktivitas religius, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial lainnya (Stafferd &

Yeung 2005 dalam Bonke & Andersen 2008).

Pengeluaran Orang tua untuk Investasi pada Anak

Investasi terhadap anak meliputi waktu yang dimiliki orang tua (parental

time) dan pengeluaran yang dilakukan orang tua (parental expenditures) baik

berupa barang ataupun jasa yang digunakan oleh anak. Pengeluaran dalam

bentuk barang dan jasa yang dikonsumsi oleh anak meliputi perawatan

Page 39: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

19

kesehatan, makanan yang sehat, pendidikan, pakaian anak, mainan anak, dan

lain sebagainya (Bryant & Zick 2006).

Hasil penelitian Haveman dan Wolfe (1995) memperkirakan bahwa orang

tua di Amerika Serikat mengeluarkan setiap tahunnya $7.579 per satu anak

berusia antara 0 hingga 18 tahun (berdasarkan dolar tahun 1992) untuk

kebutuhan makanan, perumahan, transportasi, dan barang serta jasa lainnya.

Temuan Shukul (2007) di India menunjukkan bahwa orang tua menghabiskan

rata-rata Rs12,939 per anak tiap tahun untuk biaya pendidikan sebagai bentuk

investasi pada anak. Temuan Simanjuntak (2010) pada keluaraga penerima PKH

di Kecamatan Darmaga pada tahun 2008 hingga 2009 menunjukkan bahwa

sekitar 55,3% dana bantuan digunakan untuk keperluan pendidikan, 15,5% untuk

kebutuhan makanan, dan hanya 0.5% yang digunakan untuk keperluan

kesehatan. Hasil penelitian Puspitawati et al. (2009) di Kabupaten Indramayu

mengkalkulasikan bahwa rata-rata pengeluaran orang tua untuk pendidikan

adalah sebesar Rp260.962,33 per bulan atau sekitar Rp3.131.547,90 per tahun.

Investasi Waktu Orang tua pada Anak

Menurut Guhardja et al. (1989) hubungan alokasi waktu rumah tangga

dengan lingkungan dipengaruhi oleh empat sistem, yaitu sistem ekonomi, sistem

politik, sistem teknologi, dan sistem sosial budaya. Terdapat tiga kategori

penggunaan waktu rumah tangga, yaitu: (a) waktu untuk aktivitas pasar, baik

untuk upah maupun usaha sendiri, (b) waktu untuk pekerjaan rumah tangga, dan

(c) waktu santai.

Investasi waktu orang tua pada anak bukan hanya meliputi kegiatan

merawat anak yang utama seperti memberi makan, memandikan, memakaikan

baju, mengajarkan membaca, dan bermain bersama anak. Hal tersebut juga

meliputi kegiatan merawat anak sekunder seperti menjaga anak sambil

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain. Dalam kegiatan tersebut, biasanya orang

tua mengajarkan anak kemampuan tertentu (Bryant & Zick 2006).

Data tren penggunaan waktu oleh ibu di Amerika Serikat dari tahun 2003

hingga 2008 menunjukkan bahwa dalam satu minggu, sekitar 13,8 jam

dihabiskan untuk kegiatan merawat anak. Angka tersebut meningkat dari data

pada tahun 1965 sebesar 10,2 jam dalam satu minggu. Sementara ayah

menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam merawat anak, yaitu sekitar 7 jam

dalam satu minggu (Bianchi 2010).

Page 40: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

20

Investasi pada Anak Usia Dini

Kualitas seorang individu pada usia dini sangat penting, bukan hanya

untuk alasan apa yang terjadi pada usia tersebut namun juga untuk alasan masa

depan. Kapabilitas yang dimiliki oleh individu dewasa sangat dipengaruhi oleh

pengalaman yang dirasakan pada saat usia dini. Investasi dalam pendidikan dan

bentuk lainnya yang didapatkan pada masa kanak-kanak dapat meningkatkan

kapabilitas seseorang di masa depan melalui dua cara. Pertama, hal tersebut

secara langsung dapat membuat individu hidup lebih kaya dan memiliki lebih

sedikit permasalah. Persiapan yang baik pada saat usia dini dapat meningkatkan

kecakapan hidup seseorang. Kedua, individu yang dipersiapkan dengan baik

saat usia dini akan lebih produktif secara ekonomi dan menghasilkan pendapatan

yang lebih baik (Sen 1999).

Meyers (1992) dalam Sunarti (2008) menekankan beberpa alasan

pentingnya investasi dalam perkembangan anak sejak usia dini. Hal tersebut

merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi anak untuk berkembang sampai

potensi optimal. Selain itu, investasi dalam perkembangan anak usia dini juga

berkaitan dengan nilai sosial dan moral, serta memberikan sumbangan ekonomi

bila ditinjau dari produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan.

Sejumlah penelitian membandingkan tingkat pengembalian dari investasi

sumberdaya manusia pada tahapan umur yang berbeda dari perkembangan

anak. Mayoritas menyimpulkan bahwa investasi pada anak usia dini menjamin

keuntungan perkembangan secara kumulatif dimana sebaliknya – bila tidak

dilakukan atau terjadi kekurangan – bisa menyebabkan kehilangan yang bersifat

irretrievable (tidak bisa dilakukan kompensasi pada tahapan usia-usia

selanjutnya) seperti dalam hal status gizi. Defisiensi pada usia dini akan

menyebabkan kerusakan atau cacat (defect) secara fisik dan kognitif yang tidak

dapat diperbaiki atau dikompensasi di tahapan usia selanjutnya (irreversible)

yang berdampak pada produktivitas anak saat dewasa. Hal tersebut yang

menyebabkan tingginya tingkat pengembalian investasi pada anak usia dini

(Anderson & Hague 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi sedini mungkin pada anak

dalam hal kesehatan dan asupan gizi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat pengembalian jangka panjang (Alderman & King 2006). Laporan Bank

Dunia pada tahun 2006 menyoroti masalah tingkat pengembalian yang tinggi dari

investasi pada anak usia dini. Dijelaskan bahwa ketidakberuntungan dalam hal

Page 41: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

21

kesempatan akan menurunkan akses bagi anak terhadap barang dan jasa yang

dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal tersebut akan

berdampak pada produktivitasnya dimasa yang akan datang dan turut

mempengaruhi kemajuan negara yang ditandai dengan rendahnya pertumbuhan

ekonomi (World Bank 2005).

Nilai Anak, Investasi Orang tua pada Anak, dan Transfer Kemiskinan

Antargenerasi: Bukti Empiris

Sejumlah penelitian menunjukkan hasil yang konsisten bahwa anak

merupakan jaminan hari tua bagi orang tua (Hartoyo & Hastuti 2003; Kartino

2005; Puspitawati et al. 2009; Permatasari 2010; Mulyani 2010). Orang tua juga

setuju bahwa mereka harus menyediakan pendidikan setinggi-tingginya bagi

anak mereka agar kelak bisa menjadi individu yang berkualitas (Hartoyo &

Hastuti 2003). Namun, hal tersebut berkebalikan dengan sebagian orang tua

yang menyatakan bahwa anak merupakan tenaga kerja bagi keluarga yang

diharapkan memberikan kontribusi ekonomi secara langsung bagi keluarga

(Puspitawati et al. 2009; Permatasari 2010).

Perbedaan orang tua dalam mempersepsikan nilai anak dipengaruhi oleh

perbedaan status sosial ekonomi. Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2003)

menyimpulkan bahwa persepsi orang tua tentang nilai anak berbeda antara

keluarga buruh dengan keluarga juragan meskipun secara statistik tidak berbeda

nyata. Keluarga juragan memberikan penilaian lebih tinggi dalam hal nilai sosial

dan psikologis, sementara keluarga buruh menilai anak sebagai faktor produksi

yang diharapkan memberi kontribusi ekonomi pada keluarga (nilai ekonomi)

(Hartoyo 2003).

Hartoyo dan Hastuti (2003) menambahkan bahwa perbedaan dalam

mempersepsikan nilai anak diduga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi perbedaan dalam hal pengeluaran keluarga untuk anak. Dengan

demikian, persepsi orang tua tentang nilai anak menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku investasi orang tua terhadap anak. Persepsi orang tua

mengenai nilai anak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, tipe keluarga,

status pekerjaan orang tua, dan pendidikan orang tua (Kartino 2005; Mulyani

2010).

Selain nilai anak, investasi orang tua pada anak dalam bentuk uang dan

waktu dipengaruhi secara positif oleh pengeluaran keluarga dan dipengaruhi

Page 42: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

22

secara negatif oleh ukuran keluarga (Hartoyo 1998). Penelitian Puspitawati et al.

(2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua akan

meningkatkan persepsi mereka terhadap pendidikan dasar sembilan tahun,

meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dasar anaknya, dan

memperhatikan serta memprioritaskan pola asuh dan fasilitas belajar anak. Hal

tersebut sejalan dengan hasil penelitian Leibowitz (1982) yang menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan ibu berkorelasi positif dengan kualitas anak yang

diukur dengan IQ.

Kualitas anak akan semakin tinggi dengan meningkatnya investasi yang

dilakukan orang tua terhadap anak (Leibowitz 1982; Hartoyo 1998). Lebih lanjut

disimpulkan bahwa investasi orang tua dalam bentuk waktu berdampak positif

terhadap kualitas anak yang diukur dari status gizi anak (Hartoyo 1998). Artinya,

semakin banyak waktu yang dicurahkan orang tua untuk anak, terutama yang

mendukung tumbuh kembangnya, akan semakin meningkatkan status gizi anak.

Selain itu, investasi waktu orang tua pada anak juga diindikasikan memiliki

pengaruh yang negatif terhadap investasi orang tua dalam bentuk uang kepada

anak (Hartoyo 1998; Hartoyo & Hastuti 2003).

Page 43: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pengembangan

sumberdaya manusia. Untuk menjalankan perannya tersebut, keluarga harus

berfungsi dengan baik. Keberfungsian keluarga dipengaruhi oleh tingkat

kesejahteraan (miskin atau tidak miskin). Pengembangan sumber daya manusia

dalam keluarga dilakukan dengan mengalokasikan sumberdaya, terutama uang

dan waktu yang dimiliki orang tua, untuk diinvestasikan pada diri anak dalam

rangka meningkatkan produktivitasnya di masa depan. Dengan demikian,

perbedaan tingkat kesejahteraan akan mempengaruhi besar sumberdaya yang

dialokasikan untuk investasi pada diri anak.

Gambar 4 menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia dalam diri

ayah dan ibu, yang dapat dilihat dari karakteristik keduanya, dipengaruhi oleh

upaya orang tuanya masing-masing untuk melakukan investasi sumberdaya

manusia pada diri mereka. Investasi yang paling berpengaruh terutama adalah

perilaku investasi orang tua pada ayah dan ibu saat keduanya berusia dini dan

lama pendidikan formal yang ditempuh. Kualitas sumberdaya manusia pada diri

ayah dan ibu pada akhirnya menentukan tingkat kesejahteraan keluarga yang

dibentuk (keluarga contoh), selain juga pengaruh faktor eksternal lainnya seperti

pengelolaan sumberdaya yang dilakukan dalam keluarga.

Orang tua ayah dan ibu sebenarnya memiliki dua pilihan dalam

melakukan investasi dalam rangka memaksimalkan sumberdaya yang

dimilikinya, yaitu investasi sumberdaya manusia pada diri anak atau investasi

dalam bentuk aset material. Keputusan orang tua untuk berinvestasi pada diri

anak dipengaruhi oleh adanya persepsi orang tua mengenai nilai anak, yaitu

pemahaman orang tua mengenai manfaat dan risiko dari kehadiran anak seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Nilai anak terdiri dari tiga dimensi, yaitu nilai psikologis, nilai sosial, dan

nilai ekonomi. Orang tua biasanya memiliki persepsi bahwa anak adalah sumber

kebahagiaan dan jaminan bagi hari tua. Hal tersebut yang memotivasi orang tua

untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya pada diri anak. Selain

tingkat kesejahteraan dan persepsi mengenai nilai anak, karakteristik keluarga

lainnya seperti jumlah anak yang dimiliki keluarga juga turut mempengaruhi

besarnya alokasi sumberdaya yang diinvestasikan pada anak.

Page 44: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

24

Bagi ayah dan ibu ada dua hal yang didapatkan dari interaksi antara

keduanya dengan orang tua masing-masing, terutama melalui kegiatan investasi

yang dilakukan orang tua saat ayah dan ibu berusia dini. Pertama, menjamin

pertumbuhan keduanya untuk menjadi individu yang produktif di masa depan

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kedua, sebagai sarana bagi ayah dan

ibu untuk mengembangkan nilai yang akan mempengaruhi perilakunya di masa

depan. Termasuk di dalamnya pengembangan nilai anak yang akan

mempengaruhi interaksi ayah dan ibu dengan anaknya seperti perilaku investasi

ayah dan ibu terhadap anak.

Nilai, termasuk di dalamnya nilai anak, ditransfer dari satu generasi ke

generasi berikutnya dalam keluarga. Nilai anak mempengaruhi investasi orang

tua terhadap anak. Sementara investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak

mempengaruhi kualitas sumber daya anak yang akan menentukan status

kesejahteraan anak di masa depan. Investasi yang dilakukan orang tua terhadap

anak juga dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya dalam keluarga atau status

kesejahteraan keluarga. Artinya bagi keluarga miskin, alokasi sumberdaya yang

dilakukan akan lebih terbatas dibandingkan keluarga dengan status

kesejahteraan tidak miskin. Sehingga anak yang lahir dari keluarga miskin

kemungkinan akan memiliki status kesejahteraan yang sama dengan orang

tuanya di masa depan. Demikian gambaran fenomena transfer kemiskinan

antargenerasi dalam keluarga.

Page 45: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

25

Gambar 4 Kerangka berpikir penelitian

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Keluarga Contoh

Perilaku Investasi Orang Tua pada

Ayah

Persepsi Orang Tua terkait Nilai Ayah

Persepsi Orang Tua terkait

Nilai Ibu

Perilaku Investasi Orang Tua pada

Ibu

Keluarga Asal Ayah

Tingkat Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin

Karakteristik Kakek

Karakteristik Nenek

Faktor Lainnya

Keluarga Asal Ibu

Tingkat Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin

Karakteristik Kakek

Karakteristik Nenek

Faktor Lainnya

Warisan

Kualitas Ayah Kualitas Ibu

Tingkat Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin

Faktor Lainnya

Perilaku Investasi Ayah dan Ibu

pada anak

Persepsi Ayah dan Ibu tentang

nilai anak

Kualitas Anak

Page 46: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

26

Page 47: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara

cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu

waktu yang bersamaan, dengan retrospective study, menggali informasi masa

lalu contoh. Sementara metode yang digunakan adalah survei dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama.

Kabupaten Sukabumi dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive,

dengan pertimbangan kemiskinan masih menjadi permasalah utama di wilayah

ini. Penentuan lokasi penelitian selanjutnya dipilih dengan pertimbangan

kecamatan dengan persentase keluarga miskin dan tidak miskin yang cukup

berimbang. Alasannya, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara

keluarga miskin dan tidak miskin. Dipilih Kecamatan Cicurug dengan

pertimbangan rasio penduduk miskin dan tidak miskin di wilayah ini sekitar 0,6.

Selanjutnya dipilih kelurahan atau desa di Kecamatan Cicurug yang juga

memiliki jumlah penduduk miskin dan tidak miskin yang hampir berimbang, dan

Desa Pasawahan dipilih sebagai lokasi penelitian. Waktu penelitian (meliputi

persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan

laporan) adalah sembilan bulan, dimulai dari Maret 2011 hingga November 2011.

Contoh dan Metode Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah 894 keluarga yang bertempat tinggal di

Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi yang mempunyai

anak terakhir berusia balita. Contoh dalam penelitian ini adalah 60 keluarga

terpilih yang dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan status sosial

ekonomi, yaitu 30 keluarga miskin dan 30 keluarga tidak miskin. Penggolongan

dilakukan berdasarkan data tahapan keluarga sejahtera BKKBN (Pra KS dan KS

I digolongkan miskin, tahapan selanjutnya digolongkan tidak miskin).

Penarikan contoh dilakukan dengan metode stratified random sampling

dengan kriteria stratifikasi status kesejahteraan keluarga, setelah sebelumnya

dipilih dua RW secara purposive dengan syarat jumlah keluarga yang memiliki

balita tertinggi (terpilih RW 3 = 139 keluarga dengan balita dan RW 4=117

keluarga yang memiliki balita). Pemilihan contoh kemudian dilakukan dengan

mengacak keluarga yang memenuhi kriteria di dua RW terpilih dengan proporsi

Page 48: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

28

masing-masing 15 keluarga untuk setiap kriteria (15 keluarga miskin dengan

anak balita dan 15 keluarga tidak miskin dengan anak balita untuk masing-

masing RW), sehingga didapatkan total seluruh contoh penelitian adalah 60

keluarga.

Gambar 5 Skema cara penarikan contoh

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteritik sosiodemografi

dan ekonomi keluarga contoh, persepsi orang tua dari kedua generasi keluarga

menganai nilai anak (nilai psikologis, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan

investasi orang tua terhadap anak (alokasi waktu dan uang) pada dua generasi

keluarga. Pada generasi pertama, investasi orang tua (kakek dan nenek)

terhadap anak (ayah dan ibu) dilihat dari perilaku investasi terhadap ayah dan ibu

saat keduanya berusia dini, lama pendidikan formal ayah dan ibu, dan warisan

yang diterima ayah dan ibu. Investasi orang tua terhadap anak pada generasi

Pemilihan Kab. Sukabumi

Kec. Cicurug

purposive

Stratified

random

sampling

n = 15 keluarga

Desa Pasawahan (keluarga dengan

balita = 894)

RW 3 (keluarga yang

memiliki balita = 139)

purposive

purposive

purposive

RW 4 (keluarga yang

memiliki balita = 117)

n = 15 keluarga

n = 15 keluarga

n = 15 keluarga

Keluarga miskin yang mempunyai

anak terakhir balita

Keluarga tidak miskin yang

mempunyai anak terakhir balita

Keluarga miskin yang mempunyai

anak terakhir balita

Keluarga tidak miskin yang

mempunyai anak terakhir balita

Page 49: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

29

kedua dilihat dari perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak saat ini yang

berusia di bawah lima tahun.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini

telah diuji reliabilitasya dengan nilai α-crobbach sebesar 0,653 (persepsi orang

tua mengenai nilai ayah dan ibu), 0,712 (persepsi ayah dan ibu tentang nilai

anak) 0,849 (perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu), dan 0,889

(perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak). Data primer diperoleh dengan

melakukan wawancara terhadap ayah dan ibu. Sementara itu, data sekunder

yang meliputi gambaran umum wilayah dan data kependudukan didapatkan dari

dokumen yang dimiliki pemerintah setempat.

Tingkat kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu diukur dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan kepada ayah dan ibu mengenai kondisi sosial

ekonomi keluarganya pada saat mereka masih kanak-kanak. Indikator yang

digunakan untuk mengukur kesejahteraan tersebut dipilih berdasarkan tingkat

keterhandalannya terhadap variabel waktu karena tidak terpengaruh atau hanya

sedikit terpengaruh oleh inflasi. Dengan demikian, bias waktu dalam hal

penentuan kesejahteraan keluarga asal yang ditanyakan pada ayah dan ibu bisa

diminimalisir.

Indikator yang digunakan mengacu pada metode Family Life History yang

dilakukan oleh Bottema, Siregar, dan Madiadipura (2008). Indikator-indikator

tersebut adalah pekerjaan dan pendapatan kakek serta nenek yang dilihat dari

tingkat stabilitasnya, kepemilikan serta kondisi rumah, kepemilikan tanah,

kepemilikan ternak, dan pendidikan (kemampuan baca tulis). Sementara itu,

tingkat kesejahteraan keluarga contoh dilihat dari data pentahapan Keluarga

Sejahtera hasil pengukuran dengan Indikator Kesejahteraan Keluarga oleh

BKKBN.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer

yang sesuai. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melakukan tabulasi

data yang diperoleh dan analisis statistik inferensia melalui uji hubungan antar

variabel yang ditentukan serta analisis regresi. Tahapan analisis data yang

dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi individu serta keluarga

dianalisis secara deskriptif. Jumlah anak pada kedua generasi keluarga

Page 50: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

30

dikelompokan menjadi tiga kelompok (kategori keluarga asal ayah dan

ibu: 2-4 anak, 5-7 anak, dan ≥8 anak; kategori keluarga contoh: >2 anak,

2-3 anak, dan 4-5 anak); usia ayah dan ibu dibagi menjadi empat kategori

(<21 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, dan >40 tahun). Lama pendidikan

ayah dan ibu dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu: ≤6 tahun, 7-9

tahun, 10-12 tahun, dan >12 tahun. Sementara itu, pendapatan keluarga

contoh per bulan dibagi menjadi lima kategori, yaitu >500 ribu, 500-999

ribu, satu juta-1999 ribu rupiah, 2000-2999 ribu rupiah, dan diatas tiga

juta rupiah; sedangkan pendapatan per kapita per orang per bulan dibagi

menjadi lima kategori yaitu >100 ribu, 100-199 ribu, 200-299 ribu, 300-

399 ribu, dan ≥400 ribu rupiah. Status kesejahteraan keluarga generasi I

dikelompokan menjadi miskin dan tidak miskin (diukur dengan metode

Family Life Hystory/FLH, skor FLH <4=miskin, skor FLH ≥4= tidak miskin).

Status dinamika kemiskinan dibedakan menjadi empat, yaitu selalu miskin

(keluarga asal dan keluarga contoh miskin), tidak pernah miskin (keluarga

asal dan keluarga contoh tidak miskin), terjerumus miskin (keluarga asal

tidak miskin, keluarga contoh miskin), dan keluar dari miskin (keluarga

asal miskin, keluarga contoh tidak miskin).

2. Status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu (STATUS1A dan

STATUS1B) dan keluarga contoh (STATUS2) dibedakan menjadi miskin

dan tidak miskin, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat

status dinamika kemiskinan (DINAMIKA) diantara kedua generasi

keluarga tersebut. Status kesejahteraan keluarga orang tua dari ayah

(STATUS1A) dan keluarga dari ibu (STATUS1B), diasumsikan mewakili

status kesejahteraan keluarga saat ibu atau ayah berusia balita hingga

saat ini. Dinamika kemiskinan antar kedua generasi keluarga tersebut

dikategorikan berdasarkan Moore (2008), yaitu:

a. Selalu miskin bila kedua generasi keluarga selalu berada dalam

kondisi miskin

b. Terjerumus ke dalam kemiskinan bila keluarga asal contoh tidak

miskin namun keluarga contoh berstatus miskin

c. Keluar dari kemiskinan bila keluarga asal contoh berstatus miskin

namun keluarga contoh tidak miskin

d. Tidak pernah miskin bila kedua generasi keluarga tidak pernah

miskin

Page 51: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

31

Transfer kemiskinan (TRANSFER) terjadi bila dinamika kemiskinan yang

terjadi antar dua generasi keluarga adalah selalu miskin atau terjerumus

ke dalam kemiskinan.

3. Terdapat dua nilai anak yang diukur dalam penelitian ini, yaitu persepsi

ayah dan ibu mengenai nilai anaknya, dibedakan menjadi VOC2A yaitu

nilai anak dimata ayah dan VOC2B yaitu nilai anak dimata ibu. Nilai anak

diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu psikologis, sosial, dan ekonomi.

Hasil pengamatan terhadap nilai anak dikelompokan menjadi tiga

kategori, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%)

seperti pengelompokan yang dilakukan oleh Hastuti et al. (2009). Diamati

pula persepsi orang tua (kakek dan nenek) tentang nilai ayah dan ibu

yang diukur dari persepsi ayah atau ibu tentang nilai dirinya (VOC1)

dimata orang tua (nenek dan kakek), yang dibedakan menjadi VOC1A

yaitu nilai ayah dimata orang tuanya dan VOC1B yaitu nilai ibu dimata

orang tuanya.

4. Investasi orang tua terhadap anak yang diamati adalah perilaku investasi

ayah dan ibu terhadap anak. Dibedakan menjadi perilaku investasi ayah

terhadap anak (INVEST2A) dan perilaku investasi ibu terhadap anak

(INVEST2B). Data INVEST2A dan INVEST2B kemudian diolah secara

deskriptif (kategori seperti pada varaibel nilai anak). Selain itu, diamati

pula investasi orang tua (kakek dan nenek) terhadap ayah dan ibu saat

keduanya berusia dini. Investasi tersebut diukur dengan melihat lama

pendidikan ayah (EDUA) atau ibu (EDUB), warisan yang diberikan

kepada ayah (BEQUESTA) dan ibu (BEQUESTB), serta perilaku investasi

orang tua terhadap ayah (INVEST1A) dan ibu (INVEST1B). Data

investasi orang tua terhadap ayah dan ibu kemudian diolah secara

deskriptif. Skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu

dikelompokan dengan kategori yang sama seperti nilai anak.

5. Analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang digunakan untuk

melihat keterkaitan antar variabel penelitian, yaitu karakteristik keluarga,

nilai anak, dan investasi orang tua pada anak. Uji beda juga dilakukan

untuk melihat perbedaan diantara kelompok contoh.

6. Hubungan antara VOC1A dengan VOC2A, VOC1B dengan VOC2B, dan

VOC2A dengan VOC2B dianalisis dengan menggunakan uji korelasi

untuk membuktikan terjadinya transfer nilai antargenerasi. Selain itu

Page 52: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

32

variabel nilai anak juga dilihat hubungannya dengan status kesejahteraan

dengan uji korelasi.

7. Hubungan antara variabel INVEST1A dengan INVEST2A, INVETS1B,

dengan INVEST2B, INVEST2A dengan INVEST2B dianalisis dengan

menggunakan uji korelasi. Selain itu, variabel perilaku investasi juga

dihubungkan dengan status kesejahteraan dengan menggunakan uji

korelasi.

8. Hubungan antarvariabel nilai anak dengan perilaku investasi serta status

kesejahteraan diuji dengan menggunakan uji korelasi untuk melihat

keterkaitan diantara variabel-variabel tersebut.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesejahteraan keluarga contoh

diuji dengan menggunakan regresi logistik, adapun persamaannya

sebagai berikut:

a + γ1STATUS1 + β1EDUA + β2INVEST1A + β3INVEST1B +

γ2BEQUESTA + γ2BEQUESTB + β4AGE2A + ε

Keterangan:

a=konstanta, p=peluang untuk sejahtera (0=miskin, 1=tidak miskin)

β=koefisien regresi, γ=koefisien dummy

11. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan keluarga contoh

(INCOME) diuji dengan menggunakan regresi linear berganda.

Persamaan regresinya adalah:

INCOME = a + b1STATUS1A + b2STATUS2 + b3INVEST1A + b4EDUA

+ b5EDUA + b6EDUB + b7BEQUESTA + b8BEQUESTB

Keterangan:

a=konstanta, b=koefisien regresi

12. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak

(INVEST2A) diuji dengan menggunakan regresi linear berganda.

Persamaan regresinya adalah:

INVEST2A = a + b1STATUS1A + b2STATUS2 + b3INVEST1A + b4EDUB

+ b5INCOME + b6INVEST2B + b7VOC1A + b8VOC2A +

b9CHILD2 + b10AGEA

Keterangan:

a=konstanta

b=koefisien regresi

Page 53: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

33

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak

(INVEST2A) diuji dengan menggunakan regresi linear berganda.

Persamaan regresinya adalah:

INVEST2B = a + b1STATUS1B + b2STATUS2 + b3INVEST1B + b4EDUB

+ b5INCOME + b7VOC1B + b8VOC2B + b9CHILD2 +

b10AGEB

Keterangan:

a=konstanta, b=koefisien regresi

Definisi Operasional

Keluarga contoh (FAMILY2) adalah keluarga yang menjadi fokus analisis utama

penelitian ini, yaitu keluarga generasi kedua dari unit analisis yang

memiliki anak terakhir berusia balita dan dibedakan berdasarkan status

kesejahteraan (miskin dan tidak miskin)

Keluarga asal atau origin family (FAMILY1) adalah keluarga tempat ayah dan

ibu dari keluarga contoh berasal, sehingga terdapat dua keluarga asal

yaitu keluarga asal ayah dan keluarga asal ibu

Transfer kemiskinan (TRANSFER) adalah suatu fenomena terkait penurunan

status kemiskinan antargenerasi keluarga yang disebabkan oleh tidak

adanya atau kurangnya transfer modal (capital) antargenerasi keluarga

tersebut yang diukur dengan pendekatan status dinamikan kemiskinan

(DINAMIKA)

Status dinamika kemsikinan (DINAMIKA) adalah komparasi status

kesejahteraan dua generasi keuarga yang dibedakan menjadi empat,

yaitu selalu miskin (kedua generasi keluarga miskin), tidak pernah

miskin (kedua generasi keluarga tidak miskin), terjerumus miskin

(keluarga saat ini miskin, keluarga generasi sebelumnya tidak miskin),

dan keluar dari kemiskinan (keluarga saat ini tidak miskin, keluarga

generasi sebelumnya miskin). Transfer kemiskinan terjadi ketika status

dinamika kemiskinan yang dialami adalah selalu miskin dan terjerumus

miskin

Jumlah anak keluarga ayah (CHILD1A) adalah jumlah anak yang dimiliki oleh

orang tua ayah atau jumlah saudara kandung yang dimiliki ayah

Jumlah anak keluarga ibu (CHILD1B) adalah jumlah anak yang dimiliki oleh

orang tua ibu atau jumlah saudara kandung yang dimiliki ibu

Page 54: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

34

Usia ayah (AGEA) adalah usia ayah saat dilakukan wawancara dalam satuan

tahun

Usia ibu (AGEB) adalah usia ibu saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun

Usia anak (AGE3) adalah usia anak terakhir keluarga contoh saat dilakukan

wawancara dalam satuan tahun

Kemampuan baca tulis (LITERACY1) adalah kemampuan literasi atau baca

tulis orang tua ayah (LITERACY1A) dan ibu (LITERACY1B)

Lama pendidikan ayah (EDUA) adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan

oleh ayah dalam satuan tahun

Lama pendidikan ibu (EDUB) adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan

oleh ibu dalam satuan tahun

Pekerjaan orang tua ayah (WORK1A) adalah aktivitas orang tua ayah yang

menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga yang

dibedakan menjadi bidang pertanian dan non pertanian dan dianggap

konstan sepanjang waktu

Pekerjaan orang tua ibu (WORK1B) adalah aktivitas orang tua ibu yang

menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga yang

dibedakan menjadi bidang pertanian dan non pertanian dan dianggap

konstan sepanjang waktu

Pekerjaan ayah (WORK2A) adalah aktivitas ayah yang menghasilkan uang

sebagai sumber pendapatan keluarga

Pekerjaan ibu (WORK2B) adalah aktivitas ibu yang menghasilkan uang sebagai

sumber pendapatan keluarga

Stabilitas pendapatan orang tua ayah (INCOME1A) adalah persepsi ayah

terkait ketetapan nilai nominal pendapatan yang dihasilkan oleh orang

tua setiap bulan saat ayah berusia dini dan dianggap konstan sepanjang

waktu

Stabilitas pendapatan orang tua ibu (INCOME1B) adalah persepsi ibu terkait

ketetapan nilai nominal pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua

setiap bulan saat ibu berusia dini dan dianggap konstan sepanjang

waktu

Pendapatan keluarga (INCOME2) adalah total pendapatan yang diterima

keluarga contoh setiap bulan dalam satuan Rupiah saat ibu berusia dini

Status kesejahteraan keluarga asal ayah (STATUS1A) adalah persepsi ayah

terkait tingkat kesejahteraan keluarga orang tuanya saat dirinya berusia

Page 55: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

35

dini dan dianggap konstan sepanjang waktu. Diukur dengan kriteria

family life history (FLH), dibedakan menjadi miskin dan tidak miskin

Status kesejahteraan keluarga asal ibu (STATUS1B) adalah persepsi ibu

terkait tingkat kesejahteraan keluarga orang tuanya saat dirinya berusia

dini dan dianggap konstan sepanjang waktu. Diukur dengan kriteria

family life history (FLH), dibedakan menjadi miskin dan tidak miskin

Warisan yang diterima ayah (BEQUESTA) adalah aset material yang diberikan

orang tua kepada ayah yang diukur berdasarkan ada atau tidaknya aset

material yang diberikan tersebut

Warisan yang diterima ibu (BEQUESTB) adalah aset material yang diberikan

orang tua kepada ibu yang diukur berdasarkan ada atau tidaknya aset

material yang diberikan tersebut

Persepsi orang tua tentang nilai ayah (VOC1A) adalah persepsi orang tua

tentang manfaat dan risiko dari kehadiran ayah dalam keluarga yang

diukur dengan melihat persepsi ayah terkait nilai dirinya dimata orang

tua

Persepsi orang tua tentang nilai ibu (VOC1B) adalah persepsi orang tua

tentang manfaat dan risiko dari kehadiran ibu dalam keluarga yang

diukur dengan melihat persepsi ibu terkait nilai dirinya dimata orang tua

Persepsi ayah tentang nilai anak (VOC2A) adalah persepsi ayah terkait

manfaat dan risiko dari kehadiran anak dalam keluarga contoh

Persepsi ibu tentang nilai anak (VOC2B) adalah persepsi ayah terkait manfaat

dan risiko dari kehadiran anak dalam keluarga contoh

Perilaku investasi orang tua terhadap ayah (INVEST1A) adalah persepsi ayah

terkait manifestasi dari alokasi uang dan waktu yang dilakukan orang tua

terhadap ayah saat dirinya berusia dini

Perilaku investasi orang tua terhadap ibu (INVEST1B) adalah persepsi ibu

terkait manifestasi dari alokasi uang dan waktu yang dilakukan orang tua

terhadap ibu saat dirinya berusia dini

Perilaku investasi ayah terhadap anak (INVEST2A) adalah manifestasi dari

alokasi uang dan waktu yang dilakukan ayah terhadap anak saat ini

Perilaku investasi ibu terhadap anak (INVEST2B) adalah manifestasi dari

alokasi uang dan waktu yang dilakukan ibu terhadap anak saat ini

Page 56: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

36

Page 57: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji transfer kemiskinan

yang terjadi pada dua generasi keluarga dan keterkaitannya dengan nilai anak

serta perilaku investasi pada anak. Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua

generasi keluarga dan penggalian informasi dilakukan kepada ayah dan ibu yang

merupakan responden dalam penelitian ini. Dalam pembahasan, contoh

seringkali berdasakan status kesejahteraan keluarganya, miskin dan tidak miskin.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Cicurug merupakan wilayah paling utara dari Kabupaten

Sukabumi dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bogor. Dengan

luas wilayah 4544 Ha, Kecamatan Cicurug dihuni oleh 116.210 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sekitar 31.324 atau rata-rata setiap rumah tangga terdiri

dari empat orang. Berdasarkan data pentahapan kesejahteraan keluarga tahun

2010, terdapat 10.320 keluarga yang tergolong ke dalam keluarga miskin (pra KS

dan KS-1), sisanya sekitar 18.027 tergolong tidak miskin (KS-2, KS-3 dan KS-3

plus). Distribusi status kesejahteraan keluarga berdasarkan desa di Kecamatan

Cicurug ditunjukkan oleh Tabel 3.

Desa Pasawahan merupakan salah satu wilayah yang secara

administratif tergabung dalam wilayah Kecamatan Cicurug. Wilayah Desa

Pasawahan memiliki luas 625 Ha (13,75% dari wilayah Kecamatan Cicurug) dan

menjadi tempat tinggal bagi 9.235 jiwa penduduk yang terdiri dari 4.499 laki-laki

dan 4.736 perempuan. Terdapat 2.241 keluarga yang hidup di wilayah ini, 1.065

diantaranya tergolong ke dalam keluarga miskin (pra-KS dan KS-1) berdasarkan

data pentahapan keluarga sejahtera BKKBN tahun 2010.

Hampir setengah kepala keluarga di Desa Pasawahan menamatkan

pendidikan Sekolah Dasar. Kepala keluarga yang menamatkan pendidikan

hingga sekolah menengah pertama dan atas masing-masing berjumlah sekitar

seperempat dari total keseluruhan. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sebagian

besar kepala keluarga (35,21%) di wilayah Desa Pasawahan bekerja sebagai

buruh. Hanya 5,64 persen kepala keluarga yang bekerja sebagai petani.

Sejumlah industri makanan dan minuman serta garmen telah didirikan di

wilayah Desa Pasawahan, seiring dengan keberadaan industri serupa di

Page 58: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

38

beberapa wilayah lain di Kecamatan Cicurug. Hal tersebut membuka lapangan

kerja baru bagi penduduk di Desa Pasawahan dan sekitarnya. Selain itu, fasilitas

pendidikan yang didirikan di wilayah Desa Pasawahan dan Kecamatan Cicurug

semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya penduduk yang

tinggal di wilayah ini.

Tabel 2 Status kesejahteraan keluarga berdasarkan Desa di Kecamatan Cicurug

No Desa Status Kesejahteraan Rasio miskin-

tidak miskin Miskin Tidak miskin

1 Cicurug 1.051 1.599 0,66

2 Nyangkowek 601 1.131 0,53

3 Benda 1.068 2.584 0,41

4 Pasawahan 1.065 1.356 0,79

5 Purwasari 849 1.311 0,65

6 Tenjoayu 607 1.243 0,49

7 Kutajaya 738 2.871 0,26

8 Nanggerang 654 768 0,85

9 Cisaat 1.046 1.156 0,90

10 Caringin 906 469 1,93

11 Tenjolaya 837 913 0,92

12 Bangbayang 527 850 0,62

13 Mekarsari 403 1.776 0,22

Total 10.320 18.027 0,57

Sumber: diolah dari data Kecamatan Cicurug dalam Angka

Karakteristik Keluarga

Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak terakhir berusia

balita. Fokus pembahasan terkait variabel yang diteliti dilakukan terhadap

keluarga contoh yang merupakan keluarga generasi kedua dari unit analisis

penelitia ini. Pembahasan tersebut diperkaya dengan informasi yang didapatkan

dari keluarga generasi sebelumnya atau keluarga asal dari ayah dan ibu terkait

dengan variabel yang diteliti. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan

gambaran mengenai fenomena transfer kemiskinan antargenerasi pada dua

generasi keluarga secara lebih jelas.

Usia ayah dan ibu. Rata-rata usia ayah yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah 35,7 tahun (sd=6,6 tahun), sedangkan rata-rata usia ibu

adalah 32 tahun (sd=5,7 tahun). Informasi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa

Page 59: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

39

lebih dari setengah ayah (53,3%) berusia antara 31 hingga 40 tahun, sehingga

sebagian besar ayah dari keluarga contoh berada pada tahapan usia dewasa

muda (18-40 tahun). Begitu pula dengan ibu, 48,3 persennya berada pada

rentang kategori usia tersebut. Sementara itu, sekitar 23,3 persen ayah dan 5

persen ibu berada pada rentang usia lebih dari 40 tahun, yang berarti telah

memasuki tahapan dewasa madya. Usia ibu dan ayah secara statistik berbeda

nyata (t=-3,322; p<0,01).

Tabel 3 Sebaran usia ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga (n=60 keluarga)

Kelompok Usia (tahun)

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah <21 1 3,3 0 0 1 1,7 21-30 10 33,3 3 10 13 21,7 31-40 15 50 17 56,7 32 53,3 >40 4 13,3 10 33,3 14 23,3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 33,7 37,7 35,7

Sd 6,6 6,1 6,6

Ibu <21 1 3,3 0 0 1 1,7 21-30 16 53,3 11 36,7 27 45 31-40 12 40 17 56,7 29 48,3 >40 1 3,3 2 6,6 3 5

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 30,8 33,2 32

Sd 5,7 5,4 5,7

Usia ayah dari keluarga miskin memiliki rata-rata 33,7 tahun (sd=6,6

tahun), lebih muda dari rata-rata usia ayah dari keluarga tidak miskin (37,7 tahun;

sd=6,1 tahun). Hasil uji beda menunjukkan usia ayah dari kedua kelompok

kesejahteraan keluarga berbeda nyata (t=-2,458; p<0,05). Sementara itu, tidak

terdapat perbedaan yang nyata antara usia ibu dari kelompok miskin dengan

tidak miskin (t=-1.694; p>0.05). Ibu dari keluarga miskin memiliki rata-rata usia

30,8 tahun (sd=5,7 tahun) dan ibu dari keluarga tidak miskin berusia rata-rata

33,2 tahun (sd=5,4 tahun).

Pendidikan ayah dan ibu. Secara umum, ayah menempuh pendidikan

formal yang lebih lama dibandingkan ibu. Ayah rata-rata menempuh 9,7 tahun

pendidikan formal (sd=3,8), sementara ibu lebih rendah yaitu 8,4 tahun (sd=2,7).

Sebesar 38,3 persen ayah pernah mengenyam atau menamatkan pendidikan di

tingkat menengah atas, sementara pada kelompok ibu hanya 23,3 persen yang

Page 60: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

40

mengalami hal tersebut. Hampir setengah ibu (46,7%) hanya menempuh atau

menyelesaikan pendidikan formal setara sekolah dasar (Tabel 4).

Tabel 4 Sebaran lama pendidikan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga (n=60 keluarga)

Lama Sekolah (tahun)

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah ≤6 14 46,7 2 6,7 16 26,7 7-9 10 33,3 7 23,3 17 28,3 10-12 6 20 17 56,7 23 38,3 >12 0 0 4 13,3 4 6,7

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 8 11,4 9,7

Sd 2,7 2,5 3,1

Ibu ≤6 18 60 10 33,3 28 46,7 7-9 8 26,7 8 26,7 16 26,7 10-12 4 13,3 10 33,3 14 23,3 >12 0 0 2 6,7 2 3,3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 7,5 9,3 8,4

Sd 2,3 2,8 2,7

Baik ayah maupun ibu dari keluarga tidak miskin menempuh pendidikan

formal yang lebih lama bila dibandingkan dengan ayah dan ibu dari kelompok

miskin. Ayah dan ibu dari keluarga tidak miskin menempuh rata-rata pendidikan

formal berturut-turut selama 11,4 tahun (sd=2,5 tahun) dan 9,3 tahun (sd=2,8

tahun). Sementara ayah dan ibu dari keluarga tidak miskin menempuh rata-rata

pendidikan formal berturut-turut selama 8 tahun (sd=2,7 tahun) dan 7,5 tahun

(sd=2,3 tahun). Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata dalam hal

lama pendidikan formal yang ditempuh ayah dari keluarga miskin dengan

keluarga tidak miskin (t=-5,746; p<0,01) dan juga ibu dari keluarga miskin

dengan ibu dari keluarga tidak miskin (t=-2,752; p<0,01).

Pekerjaan ayah dan ibu. Hampir setengah ayah (46,7%) dalam

penelitian ini bekerja sebagai buruh pabrik, sementara sebagian besar ibu

(86,7%) tidak bekerja atau berperan sebagai ibu rumah tangga (Tabel 5).

Walaupun karakteristik wilayah tempat penelitian adalah pedesaan, namun

hanya sekitar seperempat responden ayah yang bekerja di bidang pertanian,

baik sebagai petani maupun buruh tani. Hal tersebut disebabkan keberadaan

industri yang telah menjangkau wilayah tempat penelitian dilakukan. Baik ayah

dari kelompok keluarga yang berstatus miskin maupun tidak miskin, sebagian

besar bekerja sebagai buruh pabrik (53,3% dan 40%). Sementara itu, ibu yang

Page 61: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

41

bekerja dalam penelitian ini jumlahnya masih sedikit (sekitar 13%). Sehingga

sebagian besar ibu kegiatannya lebih fokus pada kegiatan domestik keluarga.

Tabel 5 Sebaran pekerjaan ayah dan ibu berdasarkan status kesejahteraan keluarga (n=60 keluarga)

Pekerjaan Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Petani/ buruh tani 11 36.7 5 16.7 16 26,7 Buruh pabrik 16 53.3 12 40 28 46,7 Wiraswasta 0 0 11 36.7 11 18,3 Lainnya 3 10 2 6.7 5 8,3

Total 30 100 30 100 60 100

Ibu IRT 28 93,3 24 80 52 86,7 Buruh pabrik 1 3,3 0 0 1 1,7 Wiraswasta 1 3,3 4 13,3 5 8,3 Lainnya 0 0 2 6,7 2 3,3

Total 30 100 30 100 60 100

Karakteristik lokasi penelitian tengah mengalami kecenderungan

perubahan dari wilayah dengan ciri pedesaan ke arah industri seperti dapat

dilihat dari jenis pekerjaan ayah yang telah mengalami perubahan. Perubahan

tersebut terlihat jelas bila pekerjaan ayah dibandingkan dengan pekerjaan orang

tuanya pada keluarga generasi sebelumnya. Sebagian besar orang tua ayah dan

ibu menggantungkan hidup pada pekerjaan di bidang pertanian. Lebih dari tiga

perempat orang tua ayah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian,

sementara itu pada keluarga ibu jumlahnya mencapai 61,7 persen (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan bidang pekerjaan orang tua pada keluarga asal (n=60 keluarga)

Bidang Pekerjaan Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Pertanian 26 86,7 20 66,7 46 76,7 Nonpertanian 4 13,3 10 33,3 14 23,3

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Pertanian 24 80 13 43,3 37 61,7

Nonpertanian 6 20 17 56,7 23 38,3

Total 30 100 30 100 60 100

Jumlah anak. Sekitar 43,3 persen keluarga contoh memiliki dua hingga

tiga anak. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki keluarga contoh adalah 2,4 anak

(sd=1,3 anak). Pada keluarga contoh yang tergolong miskin, sebagian besar

memiliki satu atau dua hingga tiga anak. Begitu pula pada keluarga contoh yang

Page 62: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

42

tidak miskin, sekitar 43,3 persen diantaranya memiliki dua hingga tiga orang

anak. Informasi mengenai jumlah anak yang dimiliki keluarga contoh disajikan

pada Tabel 7. Rata-rata jumlah anak keluarga miskin lebih rendah (M=2,2 anak;

sd=1,3 anak) dibandingkan jumlah anak keluarga tidak miskin (M=2,6 anak;

sd=1,4 anak). Hasil uji beda menunjukkan rata-rata jumlah anak keluarga miskin

dengan tidak miskin tidak berbeda nyata (t=-1,160; p>0,05).

Tabel 7 Sebaran jumlah anak yang dimiliki keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan (n=60 keluarga)

Jumlah Anak

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

<2 13 43,3 9 30 22 36,7 2-3 13 43,3 13 43,3 26 43,3 4-5 4 13,3 8 26,7 12 20

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 2,2 2,6 2,4

Sd 1,3 1,4 1,3

Rata-rata jumlah anak keluarga contoh mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan keluarga generasi sebelumnya, baik dari pihak ayah

maupun ibu. Keluarga asal ayah memiliki rata-rata jumlah anak sebanyak 5,2

orang (sd=2 orang), sementara pada keluarga asal ibu, rata-ratanya adalah 4,8

orang (sd=1,9 orang). Penurunan jumlah anak pada keluarga contoh saat ini bila

dibandingkan dengan keluarga orang tuanya diduga disebabkan oleh pergeseran

paradigma diantara dua generasi keluarga dalam hal jumlah anak dalam

keluarga. Selain itu, keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan program

keluarga berencana dapat menjadi faktor penyebab lainnya. Namun yang perlu

digarisbawahi adalah siklus keluarga yang masih akan dijalani oleh keluarga

contoh memberikan kemungkinan bertambahnya jumlah anak.

Usia dan jenis kelamin anak. Perbandingan jenis kelamin anak terakhir

dari keluarga contoh sama besar antara laki-laki dan perempuan. Usia anak juga

beragam antara satu hingga empat tahun. Persentase terbesar usia anak (30%)

berada pada rentang dua hingga kurang dari tiga tahun (Tabel 8). Rata-rata usia

anak terakhir dari keluarga contoh yang tergolong miskin adalah 2,7 tahun

(sd=0,9 tahun). Sementara rata-rata usia anak terakhir dari keluarga contoh yang

tidak miskin lebih tinggi yaitu 2,9 tahun (sd=1,2 tahun). Tidak terdapat perbedaan

nyata antara rata-rata usia anak terakhir antara keluarga miskin dengan tidak

miskin (t = -0,481; p>0,05).

Page 63: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

43

Tabel 8 Sebaran usia dan jenis kelamin anak terakhir keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan (n=60 keluarga)

Kelompok Usia (tahun) dan

Jenis Kelamin

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Usia 1-<2 5 16,7 7 23,3 12 20 2-<3 10 33,3 8 26,7 18 30 3-<4 10 33,3 5 13,7 15 25 ≥4 5 13,7 10 33,3 15 25

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 2,7 2,9 2,7

Sd 0,9 1,2 1,1

Jenis Kelamin Laki-laki 15 50 15 50 30 50 Perempuan 15 50 15 50 30 50

Total 30 100 30 100 60 100

Pendapatan keluarga dan pendapatan per kapita. Istilah pendapatan

mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode

tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini yang diamati adalah pendapatan per

bulan keluarga, yaitu total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik

melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Secara keseluruhan, rata-

rata pendapatan per bulan keluarga contoh adalah Rp1.650.500,00

(sd=Rp1.149.253,90). Lebih dari sepertiga keluarga contoh berpenghasilan

antara Rp1.000.000,00 hingga Rp1.999.999,00 per bulan. Sementara itu, hanya

6,7 persen keluarga contoh yang berpenghasilan dibawah lima ratus ribu rupiah

per bulan (Tabel 9).

Rata-rata pendapatan per bulan keluarga miskin (M=Rp 849.333,30; sd=

Rp237.209,80) lebih rendah bila dibandingkan pendapatan rata-rata keluarga

tidak miskin (M=Rp2.451.666,70; sd=Rp1.141.421,00). Pengujian lebih lanjut

menunjukkan rata-rata pendapatan kedua keluarga berbeda nyata (t=-7,528,

p<0,01). Sebanyak 46,7 persen keluarga contoh yang tergolong miskin memiliki

penghasilan total per bulan antara Rp500.000,00 hingga Rp999.999,00. Dengan

persentase yang sama, keluarga contoh yang tidak miskin berpenghasilan antara

Rp2.000.000,00 hingga Rp2.999.999,00 per bulan.

Sementara itu, pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian total

pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Sebanyak 41

persen keluarga contoh memiliki pendapatan per kapita lebih dari sama dengan

Rp400.000,00. Rata-rata pendapatan per kapita keseluruhan keluarga contoh

adalah Rp400.244,00 per bulan (sd=Rp297.606,50). Angka tersebut lebih tinggi

dari garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat tahun 2010 yaitu sebesar

Page 64: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

44

Rp201.138,00 per kapita per bulan. Informasi mengenai hal tersebut terangkum

pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-rata pendapatan per bulan keluarga contoh dan pendapatan per kapita keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan (n=60 keluarga)

Pendapatan (ribu rupiah)

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Pendapatan keluarga (dalam ribu rupiah) >500 4 13,3 0 0 4 6.7 500-999 14 46,7 0 0 14 23,3 1000-1999 12 40 10 33,3 22 36,7 2000-2999 0 0 14 46,7 14 23,3 ≥3000 0 0 6 20 6 10

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 849.333,3 2.451.666,7 1.650.500

Sd 237.209,8 1.141.421 1.149.253,9

Pendapatan per kapita (dalam ribu rupiah) >100 1 3,3 0 0 1 1.6

100-199 13 43,3 0 0 13 21.7 200-299 8 26,7 3 10 11 18.3 300-399 6 20 4 13.3 10 16.7 ≥400 2 6,7 23 76.7 25 41.7

Jumlah 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 218.305,6 582.182,5 400.244

Sd 91.071,27 321.579,4 297.606,5

Sebanyak 43.3 persen keluarga contoh yang tergolong miskin memiliki

pendapatan per kapita antara Rp 100.000,00 hingga Rp 199.999,00. Sementara

itu, lebih dari tiga perempat keluarga contoh yang tidak miskin memiliki

pendapatan per kapita lebih dari Rp 400.000,00. Rata-rata pendapatan per

kapita keluarga contoh miskin adalah Rp218.305,60 (sd=Rp91.071,27), lebih

rendah bila dibandingkan dengan pendapatan per kapita keluarga contoh tidak

miskin (M=Rp582.182,5; sd=Rp321.579,40). Rata-rata pendapatan per kapita

kedua kelompok keluarga juga berada di atas garis kemiskinan Jawa Barat.

Rata-rata pendapatan per kapita kedua kelompok keluarga contoh secara

statistik berbeda nyata (t=-5,963; p<0,01).

Status Kesejahteraan Keluarga

Status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu diukur dengan

menggunakan metode Family Life History yang diadopsi dari Bottema et al.

(2008). Terdapat enam indikator yang digunakan, yaitu stabilitas pendapatan,

kepemilikan rumah, kondisi rumah, kepemilikan lahan pertanian, kepemilikan

hewan ternak, dan kemampuan baca tulis.

Page 65: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

45

Stabilitas pendapatan. Informasi mengenai stabilitas pendapatan orang

tua ayah dan ibu dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kakek dan atau

nenek. Karena sebagian besar pekerjaan orang tua contoh bergerak di bidang

pertanian, stabilitas akan bergantung pada kepemilkan lahan pertanian. Lebih

dari setengah orang tua ayah memiliki pendapatan yang stabil, sementara 60

persen orang tua ibu memiliki pendapatan yang tidak stabil (Tabel 10). Orang tua

ayah dan ibu yang tergolong tidak miskin cenderung memiliki pendapatan

keluarga yang stabil (persentasenya masing-masing 86,7% dan 70%).

Sebaliknya, sebagian besar orang tua dari ayah dan ibu yang tergolong miskin

memiliki pendapatan yang tidak stabil (persentasenya berturut-turut sebesar

83,3% dan 90%).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan stabilitas pendapatan orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Stabilitas pendapatan

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Tidak stabil 25 83,3 4 13,3 29 48,3 Stabil 5 16,7 26 86,7 31 51,7

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Tidak stabil 27 90 9 30 36 60

Stabil 3 10 21 70 24 40

Total 30 100 30 100 60 100

Kepemilikan dan kondisi rumah. Hampir seluruh orang tua ayah dan

ibu menempati rumah dengan status kepemilikan milik pribadi. Hanya terdapat

6,7 persen orang tua ayah dan ibu yang menempati rumah dengan status

kepemilikan bukan milik pribadi, seluruhnya merupakan orang tua dari ibu yang

dikategorikan miskin (Tabel 11).

Pada Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar orang tua dari ayah dan ibu

yang tergolong miskin memiliki kondisi yang lebih buruk bila dibandingkan kondisi

rumah lain di lingkungan sekitar (persentasenya berturut-turut adalah 80% dan

90%). Sebaliknya, keluarga orang tua dari ayah dan ibu yang berstatus tidak

miskin sebagian besar memiliki kondisi rumah yang lebih baik atau sama saja

bila dibandingkan dengan kondisi rumah lain di lingkungan sekitarnya

(persentasenya masing-masing 80% dan 63,3%).

Page 66: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

46

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan dan kondisi rumah orang tua serta status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Kepemilikan Rumah dan

Kondisi Rumah

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Kepemilikan Rumah Keluarga Asal Ayah Bukan milik pribadi 0 0 0 0 0 0 Milik pribadi 30 100 30 100 60 100

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Asal Ibu Bukan milik pribadi 4 13,3 0 0 4 6,7

Milik pribadi 26 86,7 30 100 56 93,3

Total 30 100 30 100 60 100

Kondisi Rumah Keluarga Asal Ayah Lebih buruk 24 80 6 20 30 50 Sama saja/ lebih baik 6 20 24 80 30 50

Total

Keluarga Asal Ibu Lebih buruk 27 90 11 36,7 38 63,3 Sama saja/ lebih baik 3 10 19 63,3 22 36,7

Total 30 100 30 100 60 100

Kepemilikan lahan pertanian. Wilayah pedesaan dicirikan dengan

pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga kepemilikan lahan pertanian

dapat menentukan status sosial dan tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam hal kepemilikan lahan pertanian, lebih dari setengah

orang tua ayah tidak memiliki lahan pertanian, begitu pula pada keluarga ibu.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan pertanian orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Kepemilikan Lahan Pertanian

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Tidak memiliki 25 83,3 8 26,7 33 55 Memiliki 5 16,7 22 73,3 27 45

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Tidak memiliki 23 76,7 16 53,3 39 65

Memiliki 7 23,3 14 46,7 21 35

Total 30 100 30 100 60 100

Bla dibandingkan antara keluarga orang tua ayah dan ibu berdasarkan

status kesejahteraan keluarga contoh, akan terlihat perbedaan yang cukup nyata

dalam hal kepemilikan lahan pertanian. Persentase orang tua ayah dan ibu

berstatus tidak miskin dalam hal kepemilikan lahan pertanian lebih tinggi

(berturut-turut 73,3% dan 46,7%) bila dibandingkan orang tua ayah dan ibu yang

Page 67: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

47

berstatus miskin (persentasenya masing-masing 16,7% dan 23,3%). Informasi

mengenai hal tersebut disajikan pada Tabel 12.

Kepemilikan ternak. Selain kepemilikan lahan pertanian, kepemilikan

hewan ternak juga dianggap turut menentukan status sosial suatu keluarga di

wilayah pedesaan. Kepemilikan ternak yang diidentifikasi dalam penelitian ini

adalah ternak dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti kambing, domba, sapi,

atau kerbau. Seperti halnya kepemilikan lahan pertanian, lebih dari setengah

orang tua ayah dan ibu dalam penelitian ini tidak memiliki hewan ternak (Tabel

13). Persentase kepemilikan ternak tertinggi ada pada orang tua ayah yang

berstatus tidak miskin (56,7%). Sementara itu, persentase orang tua ibu miskin

dalam hal kepemilikan ternak lebih tinggi bila dibandingkan orang tua dari ibu

yang tidak miskin (persentasenya berturut-turut 50% dan 46,7%).

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan hewan ternak orang tua dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Kepemilikan Ternak

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Tidak memiliki 22 73,3 13 43,3 35 58,3 Memiliki 8 26,7 17 56,7 25 41,7

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Tidak memiliki 15 50 16 53,3 31 51,6

Memiliki 15 50 14 46,7 29 48,3

Total 30 100 30 100 60 100

Kemampuan literasi. Kemampuan membaca dan menulis orang tua

ayah dan ibu menunjukkan akses keluarga pendahulunya terhadap pendidikan.

Berbeda dengan kondisi saat ini, pendidikan – bahkan pendidikan dasar

sekalipun – pada masa tersebut (sekitar 40 hingga 60 tahun yang lalu)

merupakan sesuatu yang tidak setiap orang bisa dapatkan. Bergantung pada

status sosial ekonomi keluarga pada masa tersebut.

Sebagian besar orang tua ayah dan ibu memiliki kemampuan untuk

membaca dan menulis (Tabel 14). Walau begitu, persentase orang tua ayah dan

ibu yang tidak bisa membaca dan menulis angkanya masih cukup signifikan

(masing-masing 18,3% dan 15%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan

pada masa tersebut merupakan suatu hal yang sulit untuk diakses, terutama oleh

kelompok miskin. Persentase orang tua yang mampu membaca dan menulis

lebih tinggi pada orang tua ayah dan ibu tidak miskin (masing-masing 90% dan

Page 68: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

48

93,3%) bila dibandingkan dengan orang tua ayah dan ibu miskin (berturut-turut

73,3% dan 76,7%).

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kemampuan literasi orang serta status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Kemampuan Baca Tulis

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Tidak Bisa 8 26,7 3 10 11 18,3 Bisa 22 73,3 27 90 49 82,7

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Tidak Bisa 7 23,3 2 6,7 9 15

Bisa 23 76,7 28 93,3 51 85

Total 30 100 30 100 60 100

Dinamika Kemiskinan dan Transfer Kemiskinan

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan metode Family Life Hsitory,

didapatkan status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu. Secara umum, lebih

dari setengah keluarga asal ayah dan ibu berstatus tidak miskin dengan

persentase masing-masing 55 persen dan 51,7 persen. Semenetara sisanya

(45% keluarga asal ayah dan 48,3% keluarga asal ibu) digolongkan sebagai

keluarga miskin. Status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu selanjutnya

akan dibandingkan dengan status kesejahteraan keluarga contoh untuk dilihat

kecenderungan terjadinya transfer kemiskinan pada dua generasi tersebut.

Ayah dan ibu yang saat ini berstatus miskin, sebagian besar berasal dari

keluarga yang juga berstatus miskin (persentasenya masing-masing 83,3%).

Sebaliknya pada ayah dan ibu yang saat ini berstatus tidak miskin, sebagian

besar berasal dari keluarga yang juga berstatus tidak miskin (persentasenya

masing-masing 93,3% dan 86,7%). Hal tersebut menunjukkan kecenderungan

terjadinya transfer kemiskinan dalam keluarga diantara dua generasi keluarga

yang diamati dalam penelitian ini (Tabel 15).

Pengamatan terhadap fenomena transfer kemiskinan antargenerasi

dilakukan melalui pendekatan dinamika kemiskinan yang dialami oleh ayah dan

ibu. Status dinamika kemiskinan dibagi menjadi empat, yaitu tidak pernah miskin,

selalu miskin, terjerumus miskin, dan keluar dari kemiskinan. Tidak pernah miskin

artinya pada dua generasi keluarga, status kesejahteraan contoh selalu tergolong

tidak miskin. Sementara sebaliknya, selalu miskin artinya pada dua generasi

keluarga contoh mengalami status yang sama yaitu miskin. Terjerumus miskin

artinya ayah atau ibu mengalami perubahan status dari tidak miskin saat tinggal

Page 69: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

49

bersama orang tua, menjadi miskin pada saat ini. Sebaliknya, keluar dari

kemiskinan artinya berubah dari miskin saat tinggal bersama orang tua, menjadi

tidak miskin saat membentuk keluarga baru di masa sekarang.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Status Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Keluarga Ayah Miskin 25 83,3 2 6,7 27 45 Tidak Miskin 5 16,7 28 93,3 33 55

Total 30 100 30 100 60 100

Keluarga Ibu Miskin 25 83,3 4 13,3 29 48,3

Tidak Miskin 5 16,7 26 86,7 31 51,7

Total 30 100 30 100 60 100

Sebagian besar ayah mengalami status dinamika kemiskinan selalu

miskin (41,7%) dan tidak pernah miskin (46,7%). Sekitar 3,3 persen ayah

mengalami kondisi keluar dari kemiskinan dan 8,3 persen lainnya mengalami

kondisi terjerumus ke dalam kemiskinan. Sementara itu, sebagian besar ibu juga

mengalami status dinamika kemiskinan selalu miskin (41,7%) dan tidak pernah

miskin (43,3%). Sisanya sebesar 8,3 persen ibu mengalami kondisi terjerumus ke

dalam kemiskinan dan 6,7 persen lainnya mengalami kondisi keluar dari

kemiskinan.

Transfer kemiskinan terjadi ketika status dinamika kemiskinan antara dua

generasi keluarga yang dialami adalah selalu miskin dan terjerumus menjadi

miskin. Sebaliknya, bila status dinamika kemiskinan yang dialami adalah keluar

dari kemiskinan dan tidak pernah miskin maka dapat disimpulkan transfer

kemiskinan tidak terjadi. Dalam penelitian ini, jumlah contoh yang mengalami

transfer kemiskinan dan tidak mengalami transfer kemiskinan sama besar baik

pada keluarga ayah (masing-masing 30 keluarga) maupun pada keluarga ibu

(masing-masing 30 keluarga). Hal tersebut disebabkan karena keluarga contoh

dalam penelitian ini telah didesain berstatus miskin dan tidak miskin dengan

proporsi sama besar.

Dinamika kemiskinan dan perkawinan. Perkawinan bisa menjadi jalan

bagi seorang individu untuk meningkatkan status sosialnya ataupun sebaliknya.

Untuk mengamati fenomena tersebut, dapat dilakukan dengan membandingkan

status kesejahteraan keluarga asal setiap pasangan (ayah dan ibu) dengan

status kesejahteraan keluarga yang dibentuk saat ini (Tabel 16).

Page 70: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

50

Keluarga contoh yang dibentuk dari ayah dan ibu yang sama-sama

berasal dari keluarga miskin, seluruhnya juga berstatus miskin. Artinya, ayah dan

ibu dari kelompok keluarga tersebut selalu berada dalam kondisi miskin (status

dinamika kemiskinannya selalu miskin). Sementara itu, keluarga contoh yang

dibentuk dari ayah yang berasal dari keluarga tidak miskin sementara ibu berasal

dari keluarga miskin setengahnya berstatus miskin dan setengah lainnya

berstatus tidak miskin. Dengan demikian, perkawinan justru menjerumuskan

sebagian ayah dari keluarga yang tidak miskin ke dalam kemiskinan. Di lain

pihak, perkawinan juga menjadi jalan bagi sebagian ibu untuk keluar dari

kemiskinan.

Tabel 16 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal dan status kesejahteraan saat ini (n=60 keluarga)

STATUS1

Ibu Total

Miskin Tidak Miskin

STATUS2 n STATUS2 n STATUS2 n

Ayah

Miskin

Miskin 21 Miskin 4 Miskin 25

Tidak miskin 0 Tidak miskin 2 Tidak miskin 2

Sub Total 21 Sub Total 6 Sub Total 27

Tidak Miskin

Miskin 4 Miskin 1 Miskin 5

Tidak miskin 4 Tidak miskin 24 Tidak miskin 28

Sub Total 8 Sub Total 25 Sub Total 33

Miskin 25 Miskin 5 Miskin 30 Tidak miskin 4 Tidak miksin 26 Tidak miskin 30

Total 29 Total 31 Total 60

Keluarga contoh yang dibentuk dari pernkawinan ibu yang berasal dari

keluarga tidak miskin dengan ayah dari keluarga miskin, sebagian besar (67%)

berstatus miskin. Keputusan menikah dengan ayah yang berstatus miskin,

menyebabkan sebagian besar ibu terjerumus ke dalam kemiskinan. Namun ada

pula ayah yang mengalami kenaikan status kesejahteraan karena menikah

dengan ibu yang berasal dari keluarga tidak miskin. Sementara itu, keluarga

contoh yang dibentuk dari pasangan ayah dan ibu dari keluarga tidak miskin,

hampir seluruhnya berstatus tidak miskin.

Menarik untuk dianalisis lebih lanjut, terdapat satu keluarga contoh yang

dibentuk dari ayah dan ibu yang berasal dari keluarga tidak miskin namun saat ini

statusnya berubah menjadi miskin. Ayah dari keluarga tersebut menempuh lama

pendidikan formal selama sembilan tahun, beberapa tahun di bawah rata-rata

lama pendidikan ayah dari keluarga tidak miskin (11,4 tahun). Sama halnya

dengan lama pendidikan formal yang ditempuh ibu dari keluarga contoh tersebut.

Page 71: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

51

Ayah dari keluarga contoh tersebut bekerja sebagai sopir, sementara ibu tidak

bekerja dan keduanya tidak atau belum mendapatkan warisan dari orang tuanya.

Informasi pada Tabel 17 memperlihatkan bahwa status kesejahteraan

keluarga asal ayah lebih banyak menentukan kesejahteraan keluarga contoh

saat ini. Persentase keluarga contoh yang tidak miskin lebih tinggi saat ayah

berasal dari keluarga tidak miskin dibandingkan dengan keluarga yang dibentuk

dari ayah yang berasal dari keluarga miskin. Bila dianalisis kembali karakteristik

keluarga contoh dalam penelitian ini, sebagian besar keluarga menggantungkan

penghidupan hanya kepada ayah saja. Dengan demikian, kualitas (human

capital) dalam diri ayah akan sangat menentukan status kesejahteraan keluarga

contoh. Kualitas ayah sangat bergantung pada investasi yang dilakukan oleh

orang tua kepada dirinya. Sehingga status kesejahteraan keluarga asal ayah

akan sangat berperan dalam menentukan status kesejahteraan keluarga contoh.

Namun, diperlukan analisis lebih lanjut untuk lebih mendukung kesimpulan

tersebut

Tabel 17 Persentase status kesejahteraan keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan keluarga asal ayah dan ibu (n=60 keluarga)

Keluarga Asal Keluarga Contoh

Ayah Ibu Miskin (%) Tidak Miskin (%)

Miskin Miskin 100 0 Tidak miskin Miskin 50 50 Miskin Tidak miskin 67 33 Tidak miskin Tidak miskin 4 96

Dinamika kemiskinan dan lama pendidikan ayah serta ibu. Hal yang

menarik untuk diperhatikan adalah lebih dari seperempat ibu yang tidak pernah

miskin (30,8%) berpendidikan hingga tamat sekolah dasar. Sedangkan setengah

dari ibu yang mengalami kondisi keluar dari kemiskinan menempuh pendidikan

hingga pendidikan dasar dan setengahnya hingga tingkat menengah pertama

(Tabel 18).

Sementara itu, masing-masing setengah ayah yang mengalami kondisi

keluar dari kemiskinan menempuh pendidikan hingga tingkat menengah pertama

dan menengah atas. Artinya, tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat

menjadi jalan untuk meningkatkan status kesejahteraan. Hampir setengah ayah

yang terjerumus ke dalam kemiskinan menyelesaikan pendidikan formal hingga

tingkat menengah atas, pada kelompok ibu jumlahnya mencapai seperlima.

Page 72: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

52

Fakta tersebut berkebalikan dengan pendugaan sebelumnya, pendidikan yang

lebih tinggi tidak selalu berkaitan dengan status kesejahteraan yang lebih baik.

Tabel 18 Sebaran lama pendidikan formal contoh berdasarkan status dinamika kemiskinan (n=60 keluarga)

Lama Sekolah (tahun)

Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah ≤6 12 48 2 40 0 0 2 7,1 16 26,7 7-9 9 36 1 20 1 50 6 21,4 17 28,3 10-12 4 16 2 40 1 50 16 57,2 23 38,3 >12 0 0 0 0 0 0 4 14,3 4 6,7

Total 25 100 5 100 2 100 28 100 60 100

Ibu ≤6 14 56 4 80 2 50 8 30,8 28 46,7 7-9 8 32 0 0 2 50 6 23 16 26,7 10-12 3 12 1 20 0 0 10 38,5 14 23,3 >12 0 0 0 0 0 0 2 7,7 2 3,3

Total 25 100 5 100 4 100 26 100 60 100

Keterangan: SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah miskin

Warisan

Sekitar 56,7 persen ayah dan 26,7 persen ibu mengaku mendapatkan

warisan dari orang tuanya masing-masing. Sisanya ada yang memang tidak

mendapatkan warisan dan ada juga yang belum mendapatkan warisan karena

orang tuanya masih hidup. Tiga perempat warisan yang diterima ayah berupa

tanah atau sawah, sementara pada ibu persentasenya mencapai setengahnya.

Pada kelompok ayah, jumlah penerima warisan lebih banyak pada contoh

dengan status kesejahteraan saat ini tidak miskin (76,5%). Sementara pada

kelompok ibu, perbandingan penerima warisan sama besar antara contoh pada

kategori miskin dan tidak miskin.

Warisan dan dinamika kemiskinan. Bila dikaitkan dengan status

dinamika kemiskinan contoh, sebagian besar warisan diberikan kepada contoh

yang mengalami status tidak pernah miskin, baik pada kelompok ayah (76,5%)

maupun ibu (50%). Warisan merupakan salah satu transfer capital yang dapat

menghindakan kemiskinan dari satu generasi ke generasi sebelumnya.

Tabel 19 memperlihatkan bahwa jumlah ayah yang mendapatkan warisan

(n=17 atau 23,3%) lebih banyak bila dibandingkan dengan ibu (n=8 atau 13.3%)).

Dari jumlah tersebut, sebaran terbanyak penerima warisan berada pada kategori

dinamika kemiskinan tidak pernah miskin, baik untuk kelompok ayah (76.5%)

Page 73: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

53

maupun kelompok ibu (50%). Sementara itu, 11,8 persen ayah dan seperempat

ibu yang mendapatkan warisan ternyata mengalami kondisi terjerumus ke dalam

kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya jaminan bahwa warisan

akan mampu meningkatkan status kesejahteraan. Namun perlu digarisbawahi

bahwa dalam penelitian ini tidak dianalisis besarnya warisan yang diterima.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan warisan yang diterima dan status kesejahteraan keluarga (n=60 keluarga)

Warisan Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Rumah 2 11,8 2 11,8 4 23,5 Tanah/sawah 2 11,8 10 58,8 12 70,6 Uang tunai 0 0 1 5,9 1 5,9

Total 4 23,5 13 76,5 17 100

Ibu Rumah 1 12,5 1 12,5 2 25

Tanah/sawah 3 37,5 1 12,5 4 50 Uang tunai 0 0 2 25 2 25

Total 4 50 4 50 8 100

Menarik untuk diperhatikan, tidak ada satupun contoh yang mengalami

status dinamika kemiskinan keluarga keluar dari kemiskinan yang menerima

warisan, baik pada kelompok ayah maupun ibu. Hal tersebut meperlihatkan

bahwa kondisi keluar dari kemiskinan yang dialami bukan disebabkan karena

adanya warisan.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan warisan yang diterimadan dinamika kemiskinan yang dialami (n=60 keluarga)

Warisan Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah Rumah 1 5,9 1 5,9 0 0 2 11,8 4 23,5 Tanah/sawah 1 5,9 1 5,9 0 0 10 58,8 12 70,6 Uang tunai 0 0 0 0 0 0 1 5,9 1 11,8

Total 2 11,8 2 11,8 0 0 13 76,5 17 100

Ibu Rumah 0 0 1 12,5 0 0 1 12,5 2 25 Tanah/sawah 2 25 1 12,5 0 0 1 12,5 4 50 Uang tunai 0 0 0 0 0 0 2 25 2 25

Total 2 25 2 25 0 0 4 50 8 100

Keterangan:

SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah

miskin

Page 74: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

54

Nilai Anak

Konsep nilai anak mengacu pada persepsi orang tua mengenai manfaat

dan kerugian memiliki anak. Nilai anak yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari

tiga dimensi, yaitu nilai psikologis, sosial, dan ekonomi. Sebagian besar ayah dan

ibu pada semua kelompok keluarga contoh (miskin dan tidak miskin)

mempersepsikan nilai anak pada kategori yang tinggi untuk dimensi psikologis.

Persentase terbesar pada dua dimensi lainnya, dimensi sosial dan dimensi

ekonomi, adalah kategori sedang hampir pada semua kelompok contoh. Hanya

pada dimensi ekonomi, lebih dari setengah contoh ayah yang tidak miskin

mempersepsikan nilai ekonomi anak yang tinggi (Tabel 21).

Hasli uji One-Way ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

diantara keempat kelompok contoh dalam hal dimensi psikologis dan sosial

(p>0,05). Sementara itu pada dimensi nilai ekonomi, tedapat perbedaan diantara

keempat kelompok responden (p<0,01). Hasil uji lebih lanjut menunjukkan nilai

ekonomi anak antara ayah yang tidak miskin dengan ibu yang tidak miskin

berbeda nyata (p<0,05).

Tabel 21 Sebaran contoh berdaarkan kategori skor nilai anak per dimensi dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Contoh Dimensi Kategori Miskin Tidak Miskin Total

n % N % n %

Ayah

Nilai Psikologis

Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 8 26,7 3 10 11 18,3

Tinggi 22 73,3 27 90 49 81,7

Total 30 100 30 100 60 100

Nilai Sosial

Rendah 1 3,3 0 0 1 1,7

Sedang 26 86,7 23 76,7 49 81,7

Tinggi 3 10 7 23,3 10 16,7

Total 30 100 30 100 60 100

Nilai Ekonomi

Rendah 0 0 1 3,3 1 1,7

Sedang 23 76,7 12 40 35 58,3

Tinggi 7 23,3 17 56,7 24 40

Total 30 100 30 100 60 100

Ibu

Nilai Psikologis

Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 7 23,3 5 16,7 12 20

Tinggi 23 76,7 25 83,3 48 80

Total 30 100 30 100 60 100

Nilai Sosial

Rendah 1 3,3 0 0 1 1,7

Sedang 23 76,7 24 80 47 78,3

Tinggi 6 20 6 20 12 20

Total 30 100 30 100 60 100

Nilai Ekonomi

Rendah 2 6,7 4 13,3 6 10 Sedang 25 83,3 21 70 46 76,7 Tinggi 3 10 5 16,7 8 13,3

Total 30 100 30 100 60 100

Page 75: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

55

Secara keseluruhan lebih dari setengah ayah (51,7%) mempersepsikan

nilai anak pada kategori tinggi, sementara 68,3 persen ibu mempersepsikan nilai

anak pada kategori sedang. Pada kedua kelompok, ayah dan ibu, tidak terdapat

responden yang mempersepsikan nilai anak pada kategori rendah. Rata-rata

skor persepsi ayah mengenai nilai anak (M=36,4; sd=3,3) lebih tinggi dari rata-

rata skor nilai persepsi ibu mengenai nilai anak (M=35,5; sd=2,3). Walau begitu,

hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara skor

persepsi nilai anak ibu dan ayah (t=-1,840; p>0,05).

Skor persepsi nilai anak contoh yang berstatus tidak miskin, baik ayah

maupun ibu, lebih tinggi daripada contoh yang berstatus miskin (Tabel 22). Pada

kategori ayah, rata-rata skor persepsi nilai anak ayah berstatus miskin adalah

35,2 (sd=3), sementara pada kelompok ayah tidak miskin rata-ratanya lebih

tinggi yaitu sebesar 37,6 (sd=3,1). Rata-rata skor persepsi nilai anak ibu pada

kelompok miskin adalah 34,7 (sd=2,5), lebih rendah dari rata-rata kelompok

contoh ibu yang tidak miskin (M=36,2; sd=1,9). Hasil uji beda menunjukkan rata-

rata skor nilai anak ayah yang berstatus miskin dan tidak miskin berbeda nyata

(t=-3,052; p<0,01), begitu pula pada kelompok contoh ibu (t = -2,491; p<0,05).

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi ayah dan ibu mengenai nilai anak keseluruhan dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Nilai Anak Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Rendah 0 0 0 0 0 0 Sedang 17 56,7 12 40 29 48,3 Tinggi 13 43,3 18 60 31 51,7

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 35,2 37,6 36,4

Sd 3 3,1 3,3

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 24 80 17 56,7 41 68,3 Tinggi 6 20 13 43,3 19 31,7

Total 30 100 30 100 60 100

Rat-rata 34,7 36,2 35,5

Sd 2,5 1,9 2,3

Keterangan: Rendah = 15-26; sedang =27-36; tinggi = 37-45

Sementara itu, ayah dan ibu secara umum dipersepsikan memiliki nilai

yang sedang di mata orang tuanya masing-masing. Hal tersebut terlihat dari skor

rata-rata persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan ibu (Tabel 23). Bila

dibandingkan, skor rata-rata persepsi orang tua mengenai nilai ayah (M=36,3;

Page 76: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

56

sd=3,5) lebih tinggi daripada persepsi orang tua mengenai nilai ibu (M=34,7;

sd=3,2). Hasil uji beda menunjukkan rata-rata persepsi orang tua tentang nilai ibu

dan ayah secara statistik berbeda nyata (t=-2,586; p<0,05).

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan ibu serta status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Persepsi orang tua tentang nilai

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Rendah 0 0 0 0 0 0 Sedang 21 70 10 33,3 31 51,7 Tinggi 9 30 20 66,7 29 48,3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 35 37,5 36,3

Sd 3,8 2,8 3,5

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 23 76,7 17 56.7 40 66.7 Tinggi 7 23,3 13 43.3 20 33.3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 33,8 35,5 34,7

Sd 3,3 2,9 3,2

Keterangan: Rendah = 15-26; sedang =27-36; tinggi = 37-45

Hasil analisis menunjukan bahwa lebih dari tiga perempat ayah yang

mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang, dipersepsikan bernilai sedang

pula oleh orang tuanya. Begitu pula ayah dengan persepsi nilai anak pada

kategori tinggi, sebesar 74,2 persen diantaranya juga dipersepsikan pada

kategori tinggi oleh orang tuanya (Tabel 24). Hal senada juga terjadi pada

kelompok ibu, 82,9 persen ibu yang mempersepsikan nilai anak pada kategori

sedang, dipersepsikan oleh orang tuanya memiliki nilai anak pada kategori

sedang pula. Sementara itu, lebih dari setengah ibu (68.4%) yang

mempersepsikan tinggi nilai anak dipersepsikan memiliki nilai yang tinggi pula

oleh orangtuanya.

Bila dibandingkan skor antara persepsi orang tua mengenai nilai ayah

dan ibu dengan skor persepsi ayah dan ibu mengenai nilai anak, tidak terdapat

perbedaan yang nyata diantara keduanya (t=-1,559; p>0,05). Lebih jauh lagi, bila

dibandingkan skor rata-rata antara persepsi orang tua terkait nilai ayah dan ibu

dengan skor persepsi ayah dan ibu mengenai nilai anak berdasarkan status

kesejahteraan keluarga contoh, tidak terdapat perbedaan nyata (p>0,05).

Terdapat kecenderungan, baik orang tua ayah dan ibu maupun ayah dan ibu

mempersepsikan hal yang sama dalam hal nilai anak.

Page 77: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

57

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan ibu serta persepsi ayah dan ibu mengenai nilia anak (n=60 keluarga)

Persepsi Orang Tua Terkait Nilai

Ayah dan Ibu

Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Nilai Anak Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Ayah Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 0 0 23 79,3 8 25,8 31 51,7 Tinggi 0 0 6 20,7 23 74,2 29 48,3

Total 0 0 29 100 31 100 60 100

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 0 0 34 82,9 6 31,6 40 66,7 Tinggi 0 0 7 17,1 13 68,4 20 33,3

Total 0 0 41 100 19 100 60 100

Nilai anak dan dinamika kemiskinan. Lebih dari setengah ayah yang

berstatus tidak pernah miskin (60,7%) mempersepsikan nilai anak pada kategori

tinggi, sama halnya dengan ayah yang berstatus selalu miskin (52%). Sementara

itu, 42,3 persen ibu yang berstatus tidak pernah miskin dan 24 persen ibu yang

berstatus selalu miskin juga mempersepsikan anak pada kategori tinggi. Jumlah

tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan ibu yang mempersepsikan anak

pada kategori sedang di masing-masing status dinamika kemiskinan (selalu

miskin = 76%, tidak pernah miskin 57,7%). Informasi mengenai sebaran contoh

berdasarkan kategori skor nilai anak dan status dinamika kemiskinan disajikan

pada Tabel 25.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi ayah dan ibu tentang nilai anak dan status dinamika kemiskinan (n=60 keluarga)

Nilai Anak

Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 12 48 5 100 1 50 11 39,3 29 48,3 Tinggi 13 52 0 0 1 50 17 60,7 31 51,7

Total 25 100 5 100 2 100 28 100 60 100

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 19 76 5 100 2 50 15 57,7 41 68,3 Tinggi 6 24 0 0 2 50 11 42,3 19 31,7

Total 25 100 5 100 4 100 26 100 60 100

Keterangan: SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah miskin

Page 78: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

58

Seluruh ayah dan ibu yang mengalami kondisi terjerumus ke dalam

kemiskinan mempersepsikan nilai anak pada kategori sedang. Untuk contoh

dengan status dinamika kemiskinan keluar dari kemiskinan, persentase contoh

yang berada pada kategori sedang dan tinggi sama besar, baik pada kelompok

ayah (masing-masing 50%) maupun ibu (masing-masing 50%). Terlihat bahwa

tidak terdapat kecenderungan hubungan antara persepsi ayah dan ibu mengenai

nilai anak dengan status dinamika kemiskinan yang dialami oleh keduanya.

Sekitar 67,9 persen orang tua ayah yang mengalami kondisi tidak pernah

miskin, mempersepsikan nilai ayah pada kategori tinggi. Dengan jumlah yang

hampir sama, 68 persen orang tua ayah yang mengalami kondisi selalu miskin

mempersepsikan nilai ayah pada kategori sedang. Pada kelompok ibu, proporsi

terbesar persepsi orang tua mengenai nilai ibu berada pada kategori sedang baik

pada kelompok ibu yang selalu miskin (76%) maupun tidak pernah miskin

(57,7%). Hal tersebut menunjukan tidak adanya kecenderungan hubungan

antara persepsi orang tua terkait nilai ayah dan ibu dengan status dinamika

kemiskinan yang dialami oleh ayah dan ibu (Tabel 26).

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor persepsi orang tua terkait nilai ayah dan ibu serta status dinamika kemiskinan contoh (n=60 keluarga)

Persepsi orang tua

tentang nilai

Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 17 68 4 80 1 50 9 32,1 31 51,7 Tinggi 8 32 1 20 1 50 19 67,9 29 48,3

Total 25 100 5 100 2 100 28 100 60 100

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 19 76 4 80 2 50 15 57,7 40 66,7 Tinggi 6 24 1 20 2 50 11 42,3 20 33,3

Total 25 100 5 100 4 100 26 100 60 100

Keterangan: SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah miskin

Perilaku Investasi Orang Tua terhadap Anak

Perilaku investasi yang diukur terdiri dari alokasi waktu orang tua

terhadap anak serta alokasi uang orang tua terhadap anak yang

dimanifestasikan dalam perilaku investasi yang dilakukan orang tua dalam

aktivitas sehari-hari terkait interaksinya dengan anak. Perilaku aloksi waktu ayah

dan ibu untuk anak pada umumnya berada pada kategori sedang. Kecuali pada

Page 79: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

59

kelompok ibu tidak miskin, lebih dari setengah contoh pada kelompok tersebut

memiliki skor perilaku investasi kategori alokasi waktu pada kategori tinggi (Tabel

27).

Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi untuk tiap dimensi dan status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Contoh Dimensi Kategori Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah

Alokasi Waktu

Rendah 15 50 3 10 18 30

Sedang 15 50 26 86,7 41 68,3

Tinggi 0 0 1 3,3 1 1,7

Total 30 100 30 100 60 100

Alokasi Uang

Rendah 2 6,7 0 0 2 3,3

Sedang 20 66,7 9 30 29 48,3

Tinggi 8 26,7 21 70 29 48,3

Total 30 100 30 100 60 100

Ibu

Alokasi Waktu

Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 23 76,7 12 40 35 58,3

Tinggi 7 23,3 18 60 25 41,7

Total 30 100 30 100 60 100

Alokasi Uang

Rendah 1 3,3 0 0 1 1,7

Sedang 20 66,7 8 26,7 28 46,7

Tinggi 9 30 22 73,3 31 51,7

Total 30 100 30 100 60 100

Pada dimensi perilaku alokasi uang, sebaran paling tinggi untuk kelompok

contoh berstatus miskin berada pada kategori sedang, baik untuk contoh ibu

maupun ayah (masing-masing 66,7%). Sementara untuk kelompok berstatus

tidak miskin, sebaran paling tinggi berada pada kategori tinggi dengan

persentase masing-masing untuk ayah dan ibu adalah 70 persen dan 73,3

persen (Tabel 27). Hasil uji beda menunjukkan skor perilaku investasi untuk

dimensi alokasi waktu dan uang pada seluruh kelompok contoh berbeda nyata

(p<0,01).

Skor perilaku investasi ibu secara umum memiliki rata-rata yang lebih

tinggi (M=48,4; sd= 4,1) bila dibandingkan dengan skor rata-rata ayah (M=43,2;

sd=4,8). Sebaran tertinggi pada kedua kelompok berada pada kategori sedang

dengan persentase masing-masing 78,3 persen untuk kelompok ayah dan 53,3

persen untuk kelompok ibu (Tabel 28). Hasil uji beda menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang nyata antara skor perilaku investasi ibu dan ayah

(t=6,472; p<0,01)

Page 80: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

60

Tabel 28 Sebaran perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak berdasarkan status kesejahteraan (n=60 keluarga)

Perilaku Investasi Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Rendah 4 13.3 0 0 4 6.7 Sedang 26 86.7 21 70 47 78.3 Tinggi 0 0 9 30 9 15 Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 39.9 46.4 43.2

Sd 3.4 3.7 4.8

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0

Sedang 24 80 8 26.7 32 53.3 Tinggi 6 20 22 73.3 28 46.7 Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 46 50.8 48.4

Sd 3.4 3.2 4.1

Keterangan: Rendah = 20-35; Sedang =36-48; Tinggi = 49-60

Bila dibandingkan berdasarkan status kesejahteraan keluarga contoh,

ayah dan ibu yang tidak miskin memiliki rata-rata skor perilaku investasi yang

lebih baik daripada kelompok contoh ayah dan ibu dengan status miskin. Hasil uji

beda menunjukkan perbedaan yang nyata dalam hal skor rata-rata perilaku

investasi ayah miskin dengan tidak miskin (t=-7,077; p<0,01) serta ibu miskin

dengan tidak miskin (t=-5,576; p<0,01).

Penelitian ini juga turut menganalisis perilaku investasi orang tua

terhadap ayah dan ibu saat keduanya berusia dini (hasil ditunjukkan pada Tabel

29). Hasil analisis menunjukkan bahwa orang tua ayah memiliki rata-rata skor

perilaku investasi yang lebih rendah (M=40,9; sd=5) bila dibandingkan dengan

skor perilaku investasi orang tua terhadap ibu (M=43,6; sd=4,4). Baik pada

kelompok ayah maupun ibu, skor rata-rata perilaku investasi orang tua terhadap

keduanya secara umum berada pada kategori sedang (persentasenya masing-

masing 76,7% dan 83,3%). Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata

antara skor rata-rata perilaku investasi orang tua terhadap ibu dan ayah (t=-

3,962; p<0,01).

Page 81: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

61

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu serta status kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Kategori Skor Perilaku Investasi

orang tua terhadap Ayah dan Ibu

Miskin Tidak Miskin Total

n % n % n %

Ayah Rendah 8 26,7 1 3,3 9 15 Sedang 21 70 25 83,3 46 76,7 Tinggi 1 3,3 4 13,3 5 8,3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 38,1 43,7 40,9

Sd 4,5 3,9 5

Ibu Rendah 1 3,3 1 3,3 2 3,3

Sedang 28 93,3 22 73,3 50 83,3 Tinggi 1 3,3 7 23,3 8 13,3

Total 30 100 30 100 60 100

Rata-rata 41,6 45,6 43,6

Sd 3,1 4,6 4,4

Keterangan: Rendah = 20-35; sedang =36-48; tinggi = 49-60

Ayah dan ibu memiliki skor perilaku investasi yang lebih baik

dibandingkan orang tuanya masing-masing. Bila dibandingkan antara skor

perilaku investasi orang tua terhadap ibu dengan skor perilaku investasi ibu

terhadap anak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor keduanya secara statistik

berbeda nyata (t=-6.292; p<0.01). Begitu pula dengan rata-rata skor perilaku

investasi orang tua terhadap ayah dengan rata-rata skor perilaku investasi ayah

terhadap anak, keduanya juga berbeda nyata (t=-2.512; p<0.05).

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu serta kategori skor perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak (n=60 keluarga)

Perilaku Investasi

Perilaku Investasi Ayah dan Ibu Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Orang tua Ayah Rendah 3 5 6 10 0 0 9 15 Sedang 1 1,7 38 63,3 7 11,7 46 76,7 Tinggi 0 0 3 5 2 3,3 5 8,3

Total 4 6,7 47 78,3 9 15 60 100

Orang tua Ibu Rendah 0 0 1 1,7 1 1,7 2 3,3 Sedang 0 0 30 50 20 33,3 50 83,3 Tinggi 0 0 1 1,7 7 11,7 8 13,3

Total 0 0 32 53,3 28 46,7 60 100

Page 82: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

62

Perilaku investasi dan dinamika kemiskinan. Lebih dari sepertiga ayah

yang mengalami kondisi tidak pernah miskin memiliki skor perilaku investasi

terhadap anak pada kategori tinggi. Sementara ayah dengan status dinamika

kemiskinan lainnya tidak ada yang memiliki skor perilaku investasi pada kategori

tinggi. Hampir tiga perempat ibu dengan status tidak pernah miskin memiliki skor

perilaku investasi terhadap anak pada kategori tinggi. Sedangkan pada kelompok

contoh ibu dengan status dinamika kemiskinan selalu miskin, persentasenya

hanya sebesar 20 persen (Tabel 31). Hal tersebut menunjukan kecenderungan

hubungan antara skor perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak dengan

status dinamika kemiskinan yang dialami keduanya.

Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak berdasarkan status dinamika kemiskinan (n=60 keluarga)

Perilaku Investasi

Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah Rendah 3 12 1 20 0 0 0 0 4 6,7 Sedang 22 88 4 80 2 100 19 67,9 47 78,3 Tinggi 0 0 0 0 0 0 9 32,1 9 15

Total 25 100 5 100 2 100 28 100 60 100

Ibu Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 20 80 4 80 1 25 7 26.9 32 53.3 Tinggi 5 20 1 20 3 75 19 73.1 28 46.7

Total 25 100 5 100 4 100 26 100 60 100

Keterangan: SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah miskin

Sebanyak 14,3 persen ayah yang berstatus tidak pernah miskin

mendapatkan investasi pada kategori tinggi dari orang tuanya dilihat dari skor

perilaku investasi orang tua terhadap ayah. Tidak ada satupun ayah dengan

status selalu miskin yang mendapatkan investasi pada kategori tinggi dari orang

tuannya. Sebagian besar skor perilaku investasi orang tua ayah yang berstatus

selalu miskin (68%) tergolong sedang (Tabel 32).

Sementara itu, lebih dari seperempat ibu dengan status tidak pernah

miskin mendapatkan investasi yang tergolong tinggi dari orangtuanya,

sedangkan pada kelompok ibu yang selalu miskin persentasenya hanya sebesar

empat persen. Terdapat kecenderungan hubungan antara skor perilaku investasi

Page 83: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

63

yang dilakukan oleh orang tua terhadap ayah dan ibu dengan status dinamika

kemiskinan yang dialami keduanya.

Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan ibu dan status dinamika kemiskinan (n=60 keluarga)

Perilaku Investasi

Orang Tua terhadap Ayah

dan Ibu

Status Dinamika Kemiskinan Total

SM TM KM TPM

n % n % n % n % n %

Ayah Rendah 8 32 0 0 0 0 1 3,6 9 15 Sedang 17 68 4 80 2 100 23 82,1 46 76,7

Tinggi 0 0 1 20 0 0 4 14,3 5 8,3

Total 25 100 5 100 2 100 28 100 60 100

Ibu Rendah 1 4 0 0 0 0 1 3,8 2 3,3 Sedang 23 92 5 100 4 100 18 69,2 50 83,3

Tinggi 1 4 0 0 0 0 7 27 8 13,3

Total 25 100 5 100 4 100 26 100 60 100

Keterangan: SM=selalu miskin; TM=terjerumus miskin; KM=keluar dari miskin; TPM=tidak pernah miskin

Hubungan Antarvariabel Karakteristik Keluarga Asal Ayah dan Ibu,

Persepsi Orang Tua Mengenai Nilai Ayah dan Ibu, serta Perilaku Investasi

Orang Tua terhadap Ayah dan Ibu

Variabel-variabel yang berkaitan dengan karakteristik keluarga orang tua

ayah dan ibu dianalisis dengan menggunakan uji korelasi untuk melihat

keterkaitannya dengan variabel nilai anak dan perilaku investasi yang melibatkan

ayah dan ibu dengan orang tuanya masing-masing (Tabel 33 dan Tabel 34).

Status kesejahteraan keluarga orang tua ayah berhubungan positif dan nyata

dengan perilaku investasi orang tua terhadap ayah (r=0,645; p<0,01). Artinya,

semakin sejahtera keluarga, semakin baik skor perilaku investasi orang tua

terhadap ayah. Selain itu, status kesejahteraan keluarga ayah berhubungan

positif nyata dengan lama pendidikan formal yang ditempuh ayah (r=0,545;

p<0,01). Status kesejahteraan keluarga ayah juga berkaitan positif nyata dengan

warisan yang diberikan kepada dirinya (r=0,420; p<0,01). Sedangkan jumlah

anak yang dimiliki oleh keluarga ayah (jumlah saudara kandung ayah)

berhubungan posistif nyata dengan skor persepsi orang tua terkait nilai ayah

(r=0,469; p<0,01).

Page 84: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

64

Tabel 33 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal ayah, persepsi orang tua terkait nilai ayah, dan perilaku investasi orang tua terhadap ayah

Variabel Status

kesejahteraan keluarga ayah

Jumlah saudara kandung

ayah

Persepsi orang tua

terkait nilai ayah

Perilaku investasi orang tua terhadap

ayah

Warisan yang

diterima ayah

1. Status kesejahteraan keluarga asal ayah

1

2. Jumlah saudara kandung ayah

-0,053 1

3. Persepsi orang tua terkait nilai ayah

0,253 0,469** 1

4. Perilaku investasi orang tua terhadap ayah

0,645** -0,010 0,358

** 1

5. Warisan yang diterima ayah

0,420** 0,093 0,084 -0,018 1

6. Lama pendidikan ayah

0,545** 0,081 0,456

** 0,766

** 0,024

Sementara itu, persepsi orang tua mengenai nilai ayah berhubungan

positif nyata dengan perilaku investasi orang tua terhadap ayah (r=0,358;

p<0,01). Semakin tinggi skor persepsi orang tua terkait nilai ayah, maka skor

perilaku investasi orang tua terhadap ayah akan semakin tinggi pula. Persepsi

orang tua terkait nilai ayah juga berhubungan positif dan nyata dengan lama

pendidikan formal yang ditempuh ayah (r=0,456; p<0,01). Ini menunjukkan

bahwa persepsi yang semakin baik dari orang tua mengenai nilai anak,

mendorong orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada diri ayah. Baik dilihat

dari skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah maupun alokasi sumberdaya

untuk pendidikan yang dilihat dari lama pendidikan formal yang ditempuh oleh

ayah.

Sama halnya seperti pada kasus ayah, perilaku investasi orang tua

terhadap ibu berhubungan nyata positif dengan status kesejahteraan keluarga

orang tua ibu (r=0,307; p<0,05). Begitu pula dengan lama pendidikan formal yang

ditempuh ibu, hubungannya nyata positif dengan status kesejahteraan keluarga

orang tuanya (r=0,257; p<0,05). Investasi orang tua terhadap ibu, baik dalam

bentuk perilaku maupun lama pendidikan, akan meningkat seiring dengan

semakin sejahteranya keluarga asal ibu. Berbeda dengan hasil pada kasus ayah,

warisan yang diterima ibu tidak berhubungan nyata dengan status kesejahteraan

keluarga orang tua ibu (r=0,183; p>0,05). Walau begitu, arah hubungan

keduanya positif seperti halnya pada kasus ayah.

Page 85: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

65

Tabel 34 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal ibu, persepsi orang tua terkait nilai ibu, dan perilaku investasi orang tua terhadap ibu

Variabel

Status kesejahteraan keluarga asal

ibu

Jumlah saudara kandung

ibu

Persepsi orang tua

terkait nilai ibu

Perilaku investasi orang tua terhadap

ibu

Warisan yang

diterima ibu

1. Status kesejahteraan keluarga asal ibu

1

2. Jumlah saudara kandung ibu

0,053 1

3. Persepsi orang tua terkait nilai ibu

0,172 -0,190 1

4. Perilaku investasi orang tua terhadap ibu

0,307* -0,273* 0,206 1

5. Warisan yang diterima ibu

0,183 0,068 -0,064 -0,029 1

6. Lama pendidikan ibu

0,257* -0,310* 0,320* 0,653** -0,188

Hasil pegujian menunjukkan bahwa jumlah anak yang dimiliki orang tua

ibu atau jumlah saudara kandung ibu, berhubungan nyata negatif dengan

perilaku investasi orang tua terhadap ibu (r=0,273; p<0,05) dan pendidikan

formal yang ditempuh ibu (r=-0,310; p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa

dibandingkan kondisi ayah, persaingan ibu dalam keluarga untuk mendapatakan

investasi dari orang tua lebih berat ketika dikaitkan dengan jumlah anak dalam

keluarga. Mengingat rata-rata jumlah saudara kandung yang dimiliki oleh

kelompok contoh ayah lebih tinggi bila dibandingkan dengan ibu, dugaan

selanjutnya mengarah pada ketimpangan nilai gender dalam keluarga antara

anak perempuan dengan laki-laki. Ditambah dengan fakta bahwa pada keluarga

ayah, hubungan antara jumlah anak dengan pendidikan formal yang ditempuh

bersifat positif sementara sebaliknya pada keluarga ibu hubungannya negatif.

Persepsi orang tua mengenai nilai ibu berhubungan nyata positif dengan

pendidikan formal yang ditempuh ibu (r=0,320; p<0,05). Artinya semakin tinggi

skor persepsi nilai ibu dimata orang tuanya, semakin lama pendidikan formal

yang dijalani oleh ibu. Walaupun tidak nyata seperti pada kasus ayah, persepsi

orang tua terkait nilai ibu dengan perilaku investasi berhubungan positif (r=0,206;

p>0,05). Berbeda dengan hasil pada keluarga ayah, pada keluarga ibu skor

persepsi orang tua tentang nilai ibu mempunyai hubungan yang negatif dengan

jumlah anak atau jumlah saudara kandung ibu. Dua variabel yang merupakan

Page 86: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

66

bagian dari investasi orang tua terhadap anak, yaitu lama pendidikan formal yang

ditempuh oleh ibu dan perilaku investasi yang dilakukan orang tua terhadap ibu,

memiliki hubungan yang nyata positif (r=0,653; p<0,01). Semakin tinggi skor

perilaku investasi orang tua terhadap ibu, semakin lama pendidikan formal yang

ditempuh oleh ibu.

Hubungan Antarvariabel Karakteristik Keluarga Contoh, Persepsi Ayah dan

Ibu Mengenai Nilai Anak, dan Perilaku Investasi Ayah dan Ibu terhadap

Anak

Hasil pengujian varibel-varibel yang berkaitan dengan keluarga contoh

menunjukkan beberapa variabel yang berhubungan nyata dengan status

kesejahteraan keluarga contoh (Tabel 36). Variabel-variabel tersebut yaitu,

pendidikan ayah (r=0,608; p<0,01), pendidikan ibu (r=0,331; p<0,01), skor

persepsi ayah tentang nilai anak (r=0,320; p<0,05), skor persepsi ibu tentang

nilai anak (r=0,282; p<0,05), skor perilaku investasu ayah terhadap anak

(r=0,693; p<0,01), skor perilaku investasi ibu terhadap anak (r=0,597; p<0,01),

dan warisan yang diterima ayah (r=0,333; p<0,01).

Bila variabel-variabel tersebut dibagi berdasarkan interaksi antara ayah

dan ibu dengan generasi sebelumnya (kakek dan nenek) atau sesudahnya

(anak), maka didapatkan dua kelompok variabel. Pertama adalah variabel yang

melibatkan interaksi langsung antara ayah dan ibu dengan orang tuanya masing-

masing, yaitu lama pendidikan formal ayah dan ibu serta warisan yang diterima

oleh ayah. Kedua adalah variabel yang melibatkan interaksi antara ayah dan ibu

dengan anaknya, yaitu persepsi keduanya terkait nilai anak dan perilaku

investasi ayah dan ibu terhadap anak. Bila dianalisis lebih lanjut dan dikaitkan

dengan status kesejahteraan keluarga contoh, kelompok variabel pertama dapat

diduga hubungannya sebagai variabel yang mempengaruhi kesejahteraan

keluarga generasi contoh. Sementara kelompok variabel kedua, hubungannya

dapat diduga sebagai akibat atau efek dari kondisi kesejahteraan keluarga

contoh sehingga mempengaruhi interaksinya dengan anak. Namun dugaan

tersebut harus dibuktikan dengan melakukan pengujian lebih lanjut.

Jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga contoh berhubungan negatif

dengan pendidikan ayah (r=-0,210; p<0,05) dan pendidikan ibu (r=-0,270;

p>0,05). Semakin lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah dan ibu,

semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga. Jumlah anak juga

Page 87: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

67

berhubungan negatif – walaupun tidak nyata dan magnitudnya kecil – dengan

perilaku investasi, baik ayah (r=-0,080; p>0,05) maupun ibu (r=-0,069; p>0,05).

Terdapat perbedaan antara ayah dan ibu dalam hal persepsi keduanya tentang

nilai anak dengan variabel jumlah anak keluarga contoh. Dalam kasus ayah,

hubungan kedua variabel positif (r=0,075; p>0,05) sementara pada kasus ibu,

keduanya berhubungan negatif (r=-0,016; p>0,05). Hasil ini mengarahkan pada

pendugaan adanya perbedaan paradigma antara ayah dan ibu mengenai jumlah

anak.

Tabel 35 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga contoh, persepsi ayah dan ibu terkait nilai anak, dan perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak

Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Status

kesejahteraan 1

Jumlah anak 0,160 1

Pendidikan ayah

0,608** -0,210 1

Pendidikan ibu

0,331** -0,270* 0,644** 1

Umur ayah 0.300* 0,702** -0,032 -0,177 1

Umur ibu 0.220 0,739** -0,099 -0,196 0,906** 1

Persepsi ayah tentang nilai anak

0,320* 0,075 0,421** 0,333** 0,033 0.039 1

Persepsi ibu tentang nilai anak

0,282* -0,016 0,453** 0,332** 0,076 0.010 0,594** 1

Perilaku investasi ayah terhadap anak

0,693** -0,080 0,693** 0,527** 0,060 -0.004 0,550** 0,427** 1

Perilaku investasi ibu terhadap anak

0,597** -0,069 0,582** 0,482** 0,015 -0.043 0,344** 0,317* 0,764** 1

Warisan yang diterima ayah

0,333** 0,224 0,020 0,011 0,410* 0,407** 0,059 0,150 0,256* 0,132 1

Warisan yang diterima ibu

0,000 0,285* -0,147 -0,199 0,152 0,295* -0,003 -0,147 -0,145 -0,303* 0,080

Keterangan: 1: status kesejahteraan 2: jumlah anak 3: pendidikan ayah 4: pendidikan ibu 5: umur ayah 6: umir ibu

7: persepsi ayah tentang nilai anak 8: persepsi ibu tentang nilaia anak 9: perilaku investasi ayah terhadap anak

10: perilaku investasi ibu terhadap anak 11: warisan yang diterima ayah

Sementara itu, lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah ataupun

ibu berhubungan nyata dan positif dengan persepsi ayah tentang nilai anak

(r=0,421; p<0,01), persepsi ibu tentang nilai anak (r=0,332; p<0,01), perilaku

investasi ayah terhadap anak (r=0,693; p<0,01), dan perilaku investasi ibu

terhadap anak (r=0,482; p<0,01). Persepsi orang tua terkait nilai anak

Page 88: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

68

berhubungan positif dan nyata dengan perilaku investasi, baik pada kelompok

ayah (r=0,550; p<0,05) maupun ibu (r=0,317; p<0,01). Pendidikan formal yang

semakin tinggi yang ditempuh oleh ayah dan ibu semakin meningkatkan skor

persepsi nilai anak dan perilaku investasi orang tua terhadap anak. Skor persepsi

nilai anak ayah dan ibu yang semakin tinggi juga akan meningkatkan skor

perilaku investasi keduanya terhadapa anak. Masing-masing persepsi nilai anak

ayah dan ibu, serta perilaku investasi ayah dan ibu saling berhubungan nyata

positif.

Hal yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah adanya hubungan

yang nyata positif antara lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah dan

ibu (r=0,644; p<0,01). Hal ini semakin memperkuat dugaan sebelumnya yang

mengarah pada kesetaraan status sosial antara ayah dan ibu. Terlebih lagi pada

pembahasan sebelumnya didapatkan hasil bahwa lama pendidikan formal yang

ditempuh oleh ayah dan ibu berhubungan erat dengan status kesejahteraan

keluarga asal ayah dan ibu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga

contoh dibentuk dari pasangan ayah dan ibu dengan status sosial ekonomi yang

sama.

Hubungan Antarvariabel Karakteristik Keluarga Asal Contoh dan Keluarga

Contoh, Persepsi Nilai Anak serta Perilaku Investasi pada Dua Generasi

Keluarga

Status kesejahteraan keluarga asal ayah berhubungan erat dengan status

kesejahteraan keluarga contoh (r=0,771; P<0,01). Hal tersebut mengindikasikan

bahwa kemiskinan yang dialami oleh keluarga asal ayah dialami juga oleh

keluarga contoh. Hasil tersebut semakin menguatkan fakta terjadinya transfer

kemiskinan pada dua generasi keluarga, dalam hal ini dialami ayah. Sementara

itu, ayah yang saat ini berstatus tidak miskin juga memiliki keluarga asal yang

tidak miskin. Menunjukkan kondisi sebaliknya dari transfer kemiskinan (Tabel

37).

Transfer kemiskinan berkaitan dengan ada atau tidak adanya transfer

capital dari satu generasi keluarga ke generasi selanjutnya, baik dalam bentuk

material maupun investasi sumberdaya manusia. Selain transfer capital, hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat transfer hal lain diantara dua

generasi keluarga, yaitu nilai. Nilai anak – yang merupakan persepsi orang tua

mengenai manfaat dan kerugian memiliki anak – dipersepsikan sama oleh orang

Page 89: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

69

tua pada dua generasi keluarga. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil korelasi

antara persepsi orang tua tentang nilai ayah dan persepsi ayah tentang nilai anak

yang berhubungan nyata positif (r=0,788; p<0,01).

Selain itu, skor perilaku investasi orang tua terhadap ayah juga

berhubungan nyata dan positif dengan skor perilaku investasi ayah terhadap

anak (r=0,595; p<0,01). Berkaitan dengan adanya transfer nilai yang terjadi

diantara dua generasi keluarga dari garis keturunan ayah, berdampak pula pada

kesamaan perilaku diantara kedua generasi tersebut. Artinya, apa yang ayah

pelajari saat kecil dari perilaku investasi orang tua terhadap dirinya, turut

dipraktekan oleh ayah kepada anaknya. Walaupun data sebelumnya

menyebutkan bahwa rata-rata skor perilaku investasi ayah terhadap anak lebih

tinggi dibandingkan perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan keduanya

berbeda nyata.

Dalam hal jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga asal ayah dan juga

keluarga contoh, keduanya tidak berhubungan nyata (r=0,098; p>0,05). Telah

disinggung sebelumnya mengenai adanya program pemerintah mengenai

keluarga berencana dan perbedaan paradigma diantara kedua generasi keluarga

mengenai jumlah anak, diduga sebagai penyebab perbedaan jumlah anak yang

dimiliki oleh kedua generasi keluarga.

Seperti halnya pada kasus ayah, status kesejahteraan dua generasi

keluarga dari garis keturunan ibu juga berhubungan nyata positif (r=0,700;

p<0,01). Hasil tersebut juga semakin menguatkan fakta terjadinya transfer

kemiskinan di antara dua generasi keluarga tersebut. Transfer nilai – dalam hal

ini nilai anak – juga terjadi di antara dua generasi keluarga dari garis keturunan

ibu. Dilihat dari adanya hubungan nyata positif antara persepsi orang tua tentang

nilai ibu dengan persepsi ibu tentang nilai anak (r=0,609; p<0,01). Skor perilaku

investasi pada dua generasi keluarga dari garis keturunan ibu juga saling

berhubungan nyata positif (r=0,265; p<0,01).

Hal yang berbeda pada kasus ibu dibandingkan dengan kasus ayah

adalah dalam hal hubungan jumlah anak pada dua generasi keluarga.

Sebelumnya telah dibahas bahwa pada keluarga dari garis keturunan ayah,

kedua variabel tidak berhubungan nyata. Sebaliknya, pada keluarga dari garis

keturunan ibu keduanya berhubungan nyata positif (r=0,265; p<0,05). Artinya

semakin banyak jumlah anak pada keluarga asal ibu, semakin banyak pula anak

yang dimiliki pada contoh.

Page 90: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

70

Tabel 36 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik keluarga asal dan keluarga contoh, nilai anak serta perilaku investasi orang tua pada dua generasi keluarga

Kel. Contoh Kel. Asal

Status kesejah- teraan

Persepsi ayah

tentang nilai anak

Persepsi ibu

tentang nilai anak

Perilaku investasi

ayah terhadap

anak

Perilaku investasi

ibu terhadap

anak

Jumlah anak

Ayah 1. Status

kesejahteraan 0,771** 0,320* 0,512** 0,068

2. Persepsi orang tua tentang nilai ayah

0,329* 0,788** 0,521** 0,020

3. Perilaku investasi orang tua terhadap ayah

0,584** 0,339** 0,595** 0,240

4. Jumlah anak -0,030 0,140 0,202 0,098 Ibu 1. Status

kesejahteraan 0,700** 0,031 0,347** 0,186

2. Persepsi orang tua tentang nilai ibu

0,238 0,609** 0,279* -0,099

3. Perilaku investasi orang tua terhadap ibu

0,478** 0,225 0,481** -0,273*

4. Jumlah anak 0,045 -0,102 -0,004 0,265*

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi Ayah dan Ibu

terhadap Anak

Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku investasi

keluarga contoh dibagi menjadi dua, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku investasi ayah terhadap anak dan faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku investasi ibu terhadap anak. Disetiap analisis terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi variabel dependen dengan menggunakan regresi linear

bergeanda, dibangun dua model yaitu model unrestricted dan restricted.

Model unrestricted dibangun dengan memasukan seluruh variabel

independen yang secara teoritis mempengaruhi variabel dependen dengan

mengabaikan aspek koreksi terhadap model regresi seperti multikolinearitas.

Dalam membangun model restricted, beberapa variabel kemudian dikeluarkan

dengan mempertimbangkan aspek koreksi yang telah dibahas sebelumnya. Nilai

R-square dari kedua model kemudian dibandingkan untuk melihat kehandalan

dari model yang dibangun.

Page 91: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

71

Model pertama dibangun untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku investasi ayah terhadap anak. Untuk unrestricted model, terdapat

sepuluh variabel yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap

anak, diantaranya status kesejahteraan keluarga asal ayah, status kesejahteraan

keluarga contoh, perilaku investasi orang tua terhadap ayah, lama pendidikan

ayah, pendapatan keluarga contoh, persepsi orang tua tentang nilai ayah,

persepsi ayah tentang nilai anak, jumlah anak keluarga contoh, dan usia ayah.

Didapatkan nilai R-square untuk unrestricted model adalah 0,783 dan model

secara statistik signifikan pada level 0,01. Artinya seluruh variabel menjelaskan

78,3 persen varian dari perilaku investasi ayah terhadap anak. Terdapat tiga

variabel yang secara nyata mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak

pada model unrestricted, yaitu status kesejahteraan keluarga contoh (p<0,05),

pendapatan keluarga contoh (p<0,1), dan perilaku investasi ibu terhadap anak

(p<0,01).

Dalam membangun model regresi perlu dipertimbangkan keterpenuhan

asumsi-asumsi model regresi, terutama berkaitan dengan multikolinearitas antar

variabel dependen yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap

anak. Untuk itu, model awal yang telah dibangun dikoreksi sehingga

menghasilkan model kedua yang disebut restricted model. Koreksi dilakukan

dengan mengeluarkan enam variabel independen dari model dan tersisa empat

variabel, yaitu status kesejahteraan keluarga generasi contoh, perilaku investasi

orang tua terhadap ayah, perilaku investasi ibu terhadap anak, dan persepsi

ayah tentang nilai anak. Keenam variabel yang dikeluarkan memiliki hubungan

yang kuat dengan empat variabel tersisa, sehingga tidak perlu dimaukkan lagi ke

dalam model karena telah terwakili oleh empat variabel tersisa.

Didapatkan nilai R-square sebesar 0,740 untuk model kedua dan model

secara statistik signifikan pada level 0,01. Perubahan R-square diantara kedua

model kecil yang menunjukkan bahwa model restricted yang dibangun sama

baiknya dengan model unrestricted dalam menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak walaupun beberapa

variabel telah dikeluarkan dari model restricted.

Keempat variabel independen yang diuji ke dalam model restricted

mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak secara nyata dan positif.

Beberapa variabel seperti perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan

persepsi ayah terkait nilai anak pengaruhnya menjadi signifikan pada model

Page 92: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

72

kedua setelah sebelumnya tidak berpengaruh signifikan pada model pertama.

Beberpa variabel yang dikeluarkan saat membangun model kedua diduga

memiliki pengaruh yang terlalu kuat terhadap variabel independen sehingga

pengaruh variabel independen lainnya menjadi tidak terlihat (tidak signifikan).

Tabel 37 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ayah terhadap anak (n=60 keluarga)

Variabel

Model

Unrestricted Restricted

B Β B β

1. Konstanta -0,831 (7,365)

-6,440 (5,337)

2. Status kesejahteraan keluarga asal ayah (0=miskin, 1=tidak miskin)

-1,587 (1,115)

-0,165

3. Status kesejahteraan keluarga contoh (0=miskin, 1=tidak miskin)

2,251 (1,243)

0,236* 2,172

(0,889) 0,475**

4. Perilaku investasi orang tua terhadap ayah (skor)

0,68 (0,114)

0,071 0,141

(0,083) 0,147*

5. Lama pendidikan ayah (tahun)

0,104 (0,156)

0,082

6. Pendapatan keluarga (Rp)

0,196x10-7

(0,000)

0,196*

7. Perilaku investasi ibu terhadap anak (skor)

0,520 (0,106)

0,440*** 0,555

(0,105) 0,469***

8. Persepsi orang tua tentang nilai ayah (skor)

0,216 (0,155)

0,159

9. Persepsi ayah tentang nilai anak (skor)

0,111 (0,177)

0,075 0,377

(0,112) 0,254***

10. Jumlah anak (anak) -0,436 (0,359)

-0,121

11. Usia ayah (tahun) 0,051

(0,074) 0,070

F 17,726*** 39,169***

R-Square 0,783 0,740

Adjusted R-Square 0,739 0,721

Keterangan: B = Koefisien tidak terstandarisasi (standar eror di dalam kurung) Β = koefsisen terstandarisasi *= signifikan pada selang kepercayaan 90% **= signifikan pada selang kepercayaan 95% ***= signifikan pada selang kepercayaan 99

Interaksi orang tua dengan ayah saat dirinya berusia dini mempengaruhi

interaksi ayah dengan anaknya saat ini terkait dengan perilaku investasi

sumberdaya manusia. Semakin baik perlakuan yang diterima ayah saat kecil,

maka perlakuan ayah terhadap anak juga akan semakin baik. Begitu pula

dengan variabel persepsi ayah mengenai nilai anak; semakin baik persepsi ayah

tentang nilai anak, maka semakin baik pula perilaku investasi ayah terhadap

anak. Perilaku investasi pasangan atau ibu juga turut mempengaruhi perilaku

Page 93: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

73

investasi ayah terhadap anak. Hal tersebut menunjukkan adanya konsensus

yang berlaku diantara ayah dan ibu, salah satunya dalam hal alokasi

sumberdaya untuk investasi sumberdaya manusia. Hasil lainnya menunjukkan

bahwa pada keluarga yang lebih sejahtera, perilaku investasi ayah terhadap

anak lebih baik. Semakin menguatkan hasil analisis sebelumnya mengenai

adanya pengaruh status kesejahteraan terhadap perilaku investasi terhadap

anak.

Model kedua dibangun untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak. Terdapat sembilan variabel

yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak (unrestricted

model). Variabel-variabel tersebut adalah: status kesejahteraan keluarga asal

ibu, status kesejahteraan keluarga contoh, perilaku investasi orang tua terhadap

ibu, lama pendidikan ibu, pendapatan keluarga, persepsi orang tua tentang nilai

ibu, persepsi ibu tentang nilai anak, jumlah anak keluarga contoh, dan usia ibu.

Model ini memiliki nilai R-square sebesar 0,475 dan model secara statistik

signifikan pada level 0,01, bermakna 47,5 persen varian perilaku investasi ibu

terhadap anak dijelaskan oleh variabel-variabel yang dimasukan ke dalam model.

Seperti halnya pada analisis regresi sebelumnya, model unrestricted yang

telah dibangun dikoreksi agar memenuhi asumsi model regresi. Beberapa

variabel dependen dikeluarkan karena mengalami multikolinearitas, sehingga

pada model kedua atau model restricted yang dibangun tersisa empat variabel

independen, yaitu status kesejahteraan keluarga contoh, perilaku investasi orang

tua terhadap ibu, dan persepsi ibu terkait nilai anak, dan jumlah anak pada

keluarga contoh. Nilai R-square pada model ini adalah 0,429 (signifikan pada

level 0,01). Perubahan nilai R-square pada kedua model kecil sehingga dapat

disimpulkan bahwa model kedua mampu menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak sebaik model unrestricted

walaupun beberapa variabel dikeluarkan dari model tersebut.

Variabel yang secara signifikan mempengaruhi perilkau investasi ibu

terhadapa anak adalah status kesejahteraan keluarga contoh (p<0,01) dan

perilaku investasi orang tua terhadap ibu (p<0,1). Hasil tersebut semakin

menguatkan fakta mengenai transfer nilai antargenerasi yang akhirnya

mempengaruhi perilaku investasi terhadap anak. Pengalaman yang dirasakan

ibu saat kecil dari interaksi yang dibangun dengan orang tuanya turut

mempengaruhi interaksi ibu dengan anak dalam hal ini berkaitan dengan perilaku

Page 94: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

74

investasi orang tua terhadap anak. Selain itu, didapatkan pula fakta bahwa status

kesejahteraan keluarga contoh berpengaruh signifikan terhadap perilaku

investasi yang dilakukan ibu terhadap anak.

Tabel 38 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku investasi ibu terhadap anak (n=60 keluarga)

Variabel

Model

Unrestricted Restricted

B Β B β

1. Konstanta 35,437 (9,807)

26,989 (7,451)

2. Status kesejahteraan keluarga asal ibu (0=miskin, 1=tidak miskin)

-0,965 (1,415)

-0,119 3,758

(0,983) 0,466***

3. Status kesejahteraan keluarga contoh (0=miskin, 1=tidak miskin)

3,744 (1,963)

0,464

4. Perilaku investasi orang tua terhadap ibu (skor)

0,088 (0,139)

0,094 0,210

(0,110) 0,226*

5. Lama pendidikan ibu (tahun) 0,303

(0,240) 0,203

6. Pendapatan keluarga (Rp) 4,792x10

-7

(0,000) 0,135

7. Persepsi orang tua tentang nilai ibu (skor)

0,075 (0,175)

0,059

8. Persepsi ibu tentang nilai anak (skor)

0,034 (0,253)

0,019 0,209

(0,189) 0,119

9. Jumlah anak (anak) 0,042

(0,494) 0,014

-0,332 (0,321)

-0,109

10. Usia ibu (tahun) -0,070 (0,116)

-0,097

F 5,032*** 10,343***

R-Square 0,475 0,429

Adjusted R-Square 0,381 0,388

Keterangan: B = Koefisien tidak terstandarisasi (standar eror di dalam kurung) Β = koefsisen terstandarisasi *= signifikan pada selang kepercayaan 90% **= signifikan pada selang kepercayaan 95% ***= signifikan pada selang kepercayaan 99

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Contoh

Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan keluarga contoh, yang diukur berdasarkan status

tahapan keluarga sejahtera BKKBN. Keluarga yang termasuk dalam kategroi pra-

KS dan KS I dikategorikan sebagai keluarga miskin, sedangkan keluarga pada

kategori lainnya digolongkan sebagai keluarga tidak miskin. Variabel-variabel

yang dimasukan ke dalam model dan diduga mempengaruhi kesejahteraan

keluarga contoh adalah status kesejahteraan keluarga asal ayah (untuk melihat

bukti terjadinya transfer kemiskinan), pendidikan ayah, warisan yang diterima

Page 95: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

75

ayah, warisan yang diterima ibu, perilaku investasi orang tua terhadap ayah dan

ibu, serta usia ayah.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model tersebut secara statistik

signifikan (chi square=62,791; p<0,000, df=7). Didapatkan nilai Nagelkerke R

Square sebesar 0,862 yang menunjukan hubungan yang kuat antara prediksi

dan pengelompokan yang dilakukan. Keberhasilan prediski secara umum sekitar

91,7 persen (90% untuk menjadi miskin dan 93,3% untuk menjadi tidak miskin).

Kriteria Wald menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi

status kesejahteraan keluarga contoh adalah status kesejahteraan keluarga asal

ayah (p<0,05), lama pendidikan formal yang ditempuh ayah (p<0,05), dan

perilaku investasi yang dilakukan orang tua terhadap ibu (p<0,05).

Tabel 39 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesejahteraan keluarga contoh (n=60 keluarga)

Variabel Independen Kesejahteraan Keluarga (0=miskin, 1=tidak miskin)

B Exp (B)

1. Konstanta -43,767 0,000 2. Status kesejahteraan keluarga

asal ayah (0=miskin, 1=tidak miskin)

3,639 38,052*

3. Lama pendidikan ayah (tahun) 0,728 2,071* 4. Perilaku investasi orang tua

terhadap ayah (skor) 0,070 1,073

5. Perilaku invetsasi orang tua terhadap ibu (skor)

0,419 1,521*

6. Warisan yang diterima ayah (0=tidak, 1=ya)

3,222 25,088

7. Warisan yang diterima ibu (0=tidak, 1=ya)

1,252 3,499

8. Umur ayah (tahun) 0,223 1,249

Chi-square 62,791

Nagelkerke R2 0,862

Keterangan: *= signifikan pada selang kepercayaan 90% **= signifikan pada selang kepercayaan 95% ***= signifikan pada selang kepercayaan 99%

Keluarga contoh dengan ayah yang berasal dari keluarga miskin, memiliki

peluang 38 kali lebih besar untuk juga berstatus miskin. Sementara itu, semakin

lama pendidikan formal yang ditempuh ayah, keluarga contoh akan lebih

berpeluang untuk lebih sejahtera. Setiap kenaikan 1 tahun lama pendidikan

formal ayah, keluarga contoh berpeluang dua kali lebih besar untuk tidak miskin.

Terakhir, variabel yang juga berpengaruh signifikan terhadap status

kesejahteraan keluarga contoh adalah perilaku investasi orang tua terhadap ibu.

Page 96: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

76

Setiap kenaikan satu skor perilaku investasi orang tua terhadap ibu, keluarga

contoh berpeluang 1,5 kali lebih besar untuk tidak miskin.

Analisis regresi linear berganda juga dilakukan untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan total keluarga contoh yang juga

merepersentasekan kesejahteraan keluarga contoh. Terdapat dua model yang

dibangun, yaitu unrestricted dan restricted model. Pada model unrestricted,

terdapat delapan variabel yang diduga mempengaruhi pendapatan keluarga

contoh, yaitu status kesejahteraan keluarga asal ayah, status kesejahteraan

keluarga asal ibu, perilaku investasi orang tua terhadap ayah, perilaku investasi

orang tua terhadap ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, warisan

yang diterima ayah, dan warisan yang diterima ibu. Model yang dibangun secara

statistik signifikan pada level 0,01 dan memiliki nila R-square sebesar 0,476.

Seperti halnya pada model regresi linear berganda lainnya, dilakukan

koreksi terhadap model unrestricted agar model yang dibangun memenuhi

asumsi model regresi. Karena terjadi multikolinearitas diantara beberapa variabel

dependen, maka sebanyak tiga variabel diantaranya dikeluarkan dan tersisa

empat variabel pada model restricted. Variabel-variabel yang tersisa adalah:

status kesejahteraan keluarga ayah, perilaku investasi orang tua terhadap ibu,

lama pendidikan formal yang ditempuh ayah, dan warisan yang diterima ayah.

Model restricted yang dibangun juga secara statistik signifikan pada level 0,01

dengan nilai R-square sebesar 0,471. Perubahan nilai R-square yang kecil dan

secara statistik tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa model restricted yang

dibangun sama baiknya dengan model unrestricted dalam menjelaskan faktor-

faktor yang memepengaruhi pendapatan keluarga contoh, walaupun beberapa

variabel telah dikeluarkan.

Lama pendidikan formal yang ditempuh ayah berpengaruh positif nyata

terhadap total pendapatan keluarga contoh (p<0,001). Setiap kenaikan satu

tahun pendidikan formal yang dijalani ayah, meningkatkan total pendapatan

keluarga sebesar Rp122.205,072. Selain lama pendidikan, status kesejahteraan

keluarga asal ayah juga berpengaruh positif nyata terhadap total pendapatan

keluarga (p<0,05).

Page 97: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

77

Tabel 40 Ringkasan analisis regresi untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan keluarga (n=60 keluarga)

Variabel

Model

Unrestricted Restricted

B β B β

1. Konstanta -2,060E6 (1,645E6)

-1,665E6 (1,170E6)

2. Status kesejahteraan keluarga asal ayah (0=miskin, 1=tidak miskin)

688109,993 (416970,744)

0,300 774714,618

(307503,228) 0,338**

3. Status kesejahteraan keluarga asal ibu (0=miskin, 1=tidak miskin)

69997,437 (297444,070)

0,031

4. Perilaku investasi orang tua terhadap ayah (skor)

5690,236 (42706,095)

0,025

5. Perilaku investasi orang tua terhadap ibu (skor)

30236,625 (36533,157)

0,115 19984,965

(29337,312) 0,076

6. Lama pendidikan ayah (tahun)

133425,559 (53596,244)

0,441 122205,072 (39359,094)

0,404***

7. Lama pendidikan ibu (tahun)

-43589,364 (68367,484)

-0,103

8. Warisan yang diterima ayah (0=ya, 1=tidak)

3634,324 (317092,161)

0,001 -38124,194

(284951,679) -0,015

9. Warisan yang diterima ibu (0=ya, 1=tidak)

-123212,328 (367178,559)

-0,037

F 5,782*** 12,241***

R-square 0,476 0,471

Adjusted R-square 0,393 0,432

Keterangan: B = Koefisien tidak terstandarisasi (standar eror di dalam kurung) Β = koefsisen terstandarisasi *= signifikan pada selang kepercayaan 90% **= signifikan pada selang kepercayaan 95% ***= signifikan pada selang kepercayaan 99

Pembahasan

Dalam tulisan yang berjudul “Konteks dan Sifat/Arah Perubahan di

Indonesia Memasuki Transisi Industrial”, dijelaskan bahwa masyarakat Indonesia

dipersepsikan sedang mengalami perubahan dari mayarakat yang bercorak

pertanian mengarah kepada masyarakat yang lebih industrial (Tjondronegoro

1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal tersebut akan berimplikasi pada

berubahnya sumber penghasilan penduduk dan kegiatan anggota keluaga dalam

mencari nafkah.

Menurut Hasansulama (1983), masyarakat desa di Indonesia pada

umumnya bercorak pertanian sebagai basis ekonomi utamanya. Hal tersebut

Page 98: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

78

didukung dengan data mata pencaharian kepala keluarga asal ayah dan ibu

dalam penelitian ini yang didominasi oleh pekerjaan di bidang pertanian. Namun

pada keluarga contoh, jenis pekerjaan kepala keluarga di bidang pertanian

berkurang hingga lebih dari setengahnya. Pekerjaan kepala keluarga pada

keluarga contoh didominasi oleh profesi sebagai buruh pabrik, seiring dengan

menjamurnya keberadaan industri di wilayah tempat penelitian di lakukan.

Selain merubah jenis pekerjaan, perubahan sosial yang terjadi di tengah

masyarakat juga berimplikasi pada perubahan peran masing-masing anggota

keluarga serta turut mempengaruhi besarnya ukuran keluarga (Soediono 1991).

Meskipun dalam penelitian ini angka ibu yang bekerja di sektor publik tidak terlalu

signifikan, namun perubahan ukuran keluarga jelas terlihat bila dibandingkan

antara besar keluarga asal contoh dengan keluarga contoh. Rata-rata jumlah

anak yang dimiliki oleh keluarga contoh hampir setengah dari jumlah yang dimiliki

oleh keluarga asal ayah maupun ibu. Hal tersebut diduga disebabkan oleh

keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan oleh pemerintah

selama kurun waktu tiga dekade. Menurut Herarti (2004), keberhasilan program

KB di Indonesia disebabkan oleh faktor komitmen politik yang kuat dan struktur

administrtif yang baik dari pusat hingga level pedesaan.

Berkaitan dengan jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga, perlu

mempertimbangkan aspek nilai anak (Herarti 2004), yaitu persepsi orang tua

mengenai manfaat dan biaya (benefit and cost) dari kehadiran anak dalam

keluarga. Menurut Zhang dan Polachek (2007), kebijakan terkait dengan maslah

populasi (seperti halnya Keluarga Berencana di Indonesia) dapat mempengaruhi

persepsi masyarakat tentang nilai anak. Penelitian Herarti (2004) di Sumedang

dan Subang menunjukkan bahwa norma keluarga kecil dengan dua anak

sebagai bagian dari program KB telah diadopsi oleh keluarga. Fakta tersebut

didukung dengan data dalam penelitian ini terkait dengan rata-rata jumlah anak

yang dimiliki oleh keluarga contoh.

Berkaitan dengan nilai anak, dalam penelitian ini dimensi nilai psikologis

anak paling menonjol bila dibandingkan dengan dimensi lainnya seperti nilai

sosial dan ekonomi baik yang dipersepsikan oleh contoh maupun orang tua

contoh. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 1975

pada orang Sunda, yang juga lebih menekankan pada aspek psikologis atau

emosi dari persepsi tentang nilai anak, seperti kebahagiaan dan mempererat

hubungan suami istri (Darroch, Meyer, & Singarimbun 1981).

Page 99: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

79

Bila dibandingkan, skor persepsi ayah terkait nilai anak lebih tinggi bila

dibandingkan dengan skor ibu (walaupun secara statistik skor keduanya tidak

berbeda nyata). Menurut Thomson dan Sanchez (1988), perbedaan nilai anak

antara ayah dan ibu bisa dianalisis dari perbedaan manfaat dan biaya dari

hadirnya seorang anak bagi masing-masing pihak. Dalam penelitian ini, sebagian

besar ibu berstatus sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya

berkonsentrasi mengurusi ranah domestik seperti mengurus anak. Sementara itu

ayah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Ketidak seimbangan

pembagian peran untuk mengurus anak tersebut diduga menyebabkan ibu lebih

banyak merasakan biaya dari kehadiran anak dibandingkan ayah. Sehingga skor

persepsi nilai anak ibu lebih rendah bila dibandingkan ayah.

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan skor yang nyata diantara

kelompok contoh berstatus miskin dengan tidak miskin. Hasil korelasi

menunjukkan bahwa status kesejahteraan keluarga contoh berhubungan positif

dengan nilai anak. Temuan serupa juga dipaparkan oleh Soeparmanto (1980)

dalam penelitian mengenai nilai anak di Madura dan Hartoyo (2003) dalam

penelitian nilai anak di Indramayu antara keluarga juragan dengan keluarga

buruh (rata-rata skor nilai anak kedua kelompok berbeda namun tidak nyata).

Karakteristik keluarga lainnya yang juga berhubungan dengan nilai anak dalam

penelitian ini adalah lama pendidikan yang ditempuh baik oleh ayah maupun ibu.

Hasil serupa juga dilaporkan oleh Soeparmanto (1980), Kartino (2005), dan

Mulyani (2010).

Hal menarik lainnya berkaitan dengan nilai anak adalah tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara skor persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan

ibu dengan skor persepsi ayah dan ibu mengenai nilai anak. Selain itu, terdapat

hubungan yang nyata dan positif diantara keduanya variabel tersebut. Fakta

tersebut menunjukkan bahwa kedua generasi memiliki persepsi yang sama

terhadap nilai anak. Hal tersebut membuktikan terjadinya transfer nilai anak

antargenerasi dalam keluarga contoh. Seperti yang dijelaskan oleh Trommsdroff

(2002), persepsi ayah maupun ibu mengenai nilai anak merupakan hasil dari

interaksi ayah dan ibu sebelumnya dengan orang tuanya masing-masing dalam

suatu hubungan orang tua-anak di keluarga asal.

Model nilai anak antar generasi yang dikembangkan oleh Trommsdorff

(2002) menunjukkan bahwa nilai yang dianut oleh individu – salah satunya nilai

anak – mempengaruhi bagaimana hubungan orang tua dengan anak tersebut

Page 100: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

80

berlangsung. Salah satu dimensi yang ada dalam hubungan orang tua dengan

anak tersebut adalah investasi orang tua terhadap anak. Dengan kata lain,

persepsi orang tua mengenai nilai anak mempengaruhi perilaku investasi orang

tua terhadap anak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hubungan orang tua-anak yang

terjadi pada generasi sebelumnya, akan mempengaruhi hubungan orang tua-

anak pada generasi selanjutnya. Artinya, perilaku investasi yang dilakukan oleh

orang tua terhadap ayah dan ibu akan mempengaruhi perilaku investasi ayah

dan ibu terhadap anak.

Hasil penelitian ini mendukung model yang dibangun oleh Tromsdorff

(2002) mengenai transfer nilai anak antargenerasi dalam keluarga serta

kaitannya dengan perilaku investasi orang tua terhadap anak. Hasil uji regresi

menunjukkan bahwa persepsi ayah terkait nilai anak berpengaruh terhadap

perilaku investasi yang dilakukannya terhadap anak. Selain itu, perilaku investasi

ayah dan ibu terhadap anak juga dipengaruhi oleh perilaku investasi orang

tuanya masing-masing terhadap diri mereka sebelumnya.

Penelitian ini juga mencoba membandingkan proses transfer nilai yang

telah dijelaskan sebelumnya pada keluarga dengan status kesejahteraan yang

berbeda. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

nyata dalam hal nilai anak pada keluarga contoh miskin dan tidak miskin. Namun

hasil korelasi menunjukkan bahwa hanya status kesejahteraan keluarga contoh

yang berhubungan dengan persepsi ayah dan ibu tentang nilai anak. Sementara

status kesejahteraan keluarga asal masing-masing tidak berhubungan nyata

dengan persepsi orang tua mengenai nilai ayah dan ibu.

Menurut Deacon dan Firebough (1988), nilai berkaitan dengan kriteria

utama seseorang yang menentukan proses pengambilan keputusan. Sementara

itu. nilai anak merupakan konsep manfaat versus resiko yang dipersepsikan

orang tua dari kehadiran seorang anak. Lebih lanjut, Sam (2001) menyatakan

bahwa nilai anak merefleksikan motivasi orang tua untuk memiliki dan

membesarkan anak. Dengan demikian, skor nilai anak menunjukan seberapa

besar motivasi orang tua untuk mengurus dan membesarkan anak. Perilaku

investasi orang tua terhadap anak bisa menjadi suatu indikator interaksi orang

tua-anak yang dipengaruhi oleh persepsi orang tua mengenai nilai anak.

Pengujian hubungan antara skor nilai anak dengan perilaku investasi

orang tua terhadap anak pada dua generasi keluarga menunjukkan adanya

hubungan positif nyata diantara keduanya. Mengingat skor nilai anak berbeda

Page 101: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

81

antara keluarga dengan status kesejahteraan yang berbeda, hal yang sama juga

terjadi pada skor perilaku investasi orang tua terhadap anak. Skor perilaku

investasi orang tua yang tidak miskin lebih tinggi bila dibandingkan dengan

contoh dari keluarga miskin. Didukung dengan hasil regresi linear yang

menunjukkan bahwa status kesejahteraan keluarga contoh mempengaruhi

perilaku investasi ayah dan ibu terhadap anak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa status kesejahteraan mempengaruhi perilaku investasi orang

tua terhadap anak.

Fakta diatas mendukung pernyataan Rahardjo (2006) mengenai

permasalahan yang dihadapi golongan miskin terkait konsep investasi

sumberdaya manusia. Penerapan konsep investasi membutuhkan adanya

sumberdaya, hal yang menjadi kekurangan pada kelompok miskin. Pada

kelompok ini, sumberdaya lebih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar –

yang seringkali juga masih dirasakan kurang memadai.

Sebelum membahas lebih lanjut keterkaitan antara kemiskinan dengan

perilaku intervensi, akan dibahas terlebih dahulu mengenai fenomena transfer.

Dalam konsep transfer kemiskinan antar generasi, kemiskinan terjadi karena

tidak adanya atau kurangnya transfer capital dari satu generasi keluarga ke

generasi berikutnya. Salah satunya adalah kurangnya atau tidak adanya transfer

human capital melalui investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak. Hampir

seluruh ayah dan ibu pada keluarga contoh memiliki status kesejahteraan yang

sama dengan status keluarga asalnya.

Bila dikaitakan dengan konsep transfer capital, terlihat perbedaan yang

jelas diantara kedua kelompok tersebut. Dari segi lama pendidikan formal yang

ditempuh, contoh yang tidak pernah miskin menempuh pendidikan hingga level

menengah atas bahkan perguruan tinggi. Sementara kelompok yang selalu

miskin sebagian besar hanya menamatkan pendidikan dasar. Hasil uji regresi

menunjukkan bahwa lama pendidikan (terutama ayah) berpengaruh nyata

terhadap status kesejahteraan keluarga contoh. Hal tersebut mendukung temuan

sebelumnya dari Siregar & Wahyuniarti (2008) dan Chaudry et al. (2010)

mengenai efek negatif lama pendidikan terhadap tingkat kemiskinan.

Transfer capital juga bisa dilihat dari warisan yang diberikan oleh generasi

orang tua kepada ayah dan ibu. Walaupun penelitian ini tidak menganalisis lebih

jauh besarnya warisan dan dampaknya terhadap status kesejahteraan, namun

dari aspek ada atau tidaknya transfer capital melalui pemberian warisan, terlihat

Page 102: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

82

kecenderungan hubungan negatif anatara warisan dengan transfer kemiskinan.

Melalui uji korelasi terlihat bahwa warisan, terutama yang diterima oleh ayah

berhubungan dengan status kesejahteraan keluarga contoh secara nyata dan

positif. Menurut Deolalikar & Singh (1990) diacu dalam Quisumbing (1995).

Transfer kekayaan melalui warisan dapat mempengaruhi ketidakmerataan pada

generasi selanjutnya, bergantung pada efek warisan tersebut terhadap akumulasi

kekayaan seumur hidup.

Fenomena menarik yang perlu juga mendapat sorotan adalah sebagian

besar keluarga contoh yang tidak mengalami perubahan status dari keluarga

pendahulunya, dibentuk dari ayah dan ibu yang memiliki status kesejahteraan

yang sama. Keluarga contoh yang saat ini miskin sebagian besar beranggotakan

ayah dan ibu yang berasal dari keluarga miskin juga. Sebaliknya, keluarga

contoh yang saat ini tidak miskin terdiri dari ayah dan ibu yang berasal dari

keluarga yang tidak miskin pula. Artinya, terjadi kecenderungan perkawinan antar

pasangan dengan status sosial ekonomi yang sama pada keluarga contoh.

Dalam ilmu Sosiologi, hal tersebut dikenal dengan istilah homogamy (Collins &

Coltrane 1996).

Hanya sebagian kecil ayah dan ibu yang mengalami perubahan status

dari generasi pendahulunya – merujuk pada konsep dalam Sosiologi mereka

mengalami apa yang disebut dengan mobilitas sosial. Mereka terbagi menjadi

dua kelompok: kelompok pertama mengalami penurunan status (terjerumus

miskin) dan yang lainnya mengalami kenaikan status (keluar dari miskin). Hal

yang menarik adalah fenomena yang menunjukkan bahwa contoh (ayah maupun

istri) yang mengalami penurunan status menempuh lama pendidikan hingga

tingkat menengah atas – sebanding dengan pendidikan contoh yang tidak

pernah miskin pda umumnya. Selain itu, kelompok ini juga mendapatkan warisan

dari keluarga pendahulunya. Tentu hal tersebut mencederai pernyataan

sebelumnya mengenai efek negatif tingkat pendidikan terhadap kemiskinan dan

pengaruh positif warisan terhadap kesejahteraan.

Untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat dari sudut pandang flawed

character atau karakter yang cacat (Schiller 2008). Sudut pandang ini melihat

individu sebagai pemegang kontrol utama status sosial ekonominya. Mengapa

mereka menjadi miskin, penyebabnya karena perilaku mereka yang tidak atau

kurang menunjukkan upaya-upaya untuk mendapatkan status sosial ekonomi

yang lebih baik. Walaupun orang tuanya telah memberikan transfer capital yang

Page 103: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

83

baik bagi diri ayah atau ibu melalui pendidikan dan pemberian warisan, namun

bila individunya kurang mampu memanfaatkan hal tersebut dengan baik, hal

tersebut menjadi sia-sia.

Sementara itu, bukan warisan yang menyebabkan terjadinya kenaikan

status pada beberapa contoh (ayah maupun ibu), karena memang mereka

berasal dari keluarga dengan status miskin. Pada kelompok ayah yang

mengalami hal tersebut, pendidikan yang lebih tinggi terlihat sebagai faktor

penyebab keluarnya mereka dari kemiskinan. Sementara itu pada kelompok ibu

yang mengalami hal tersebut, pendidikan terlihat bukan merupakan faktor

penyebab utama. Bila ditelaah lebih lanjut, ibu yang mengalami kondisi keluar

dari kemiskinan menikah dengan ayah yang tidak pernah miskin.

Fenomena yang sama juga sebenarnya terjadi pada kelompok ayah,

namun dengan status pendidikan yang berbeda dengan ibu yang mengalami

kondisi yang sama. Bagi ayah, untuk bisa menikah dengan ibu yang memiliki

status kesejahteraan yang lebih tinggi dari dirinya, diperlukan upaya peningkatan

karkteristik sosial ekonomi seperti pendidikan. Sementara pada kelompok ibu hal

tersebut tidak terjadi. Dengan demikian, ibu cenderung lebih mudah untuk

mengalami kenaikan status sosial melalui perkawinan.

Chen et al. (2009) menjelaskan fenomena diatas disebabkan karena

adanya cinderella effect. Lebih lanjut dijelaskan bahwa psosisi wanita yang

diidamkan dalam pasar perkawinan cenderung kurang ditentukan oleh

karakteristik sosial ekonomi mereka seperti kekayaan dan pendapatan. Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang menjadi pertimbangan bagi laki-

laki dan perempuan dalam memilih pasangan sangat berbeda. Perempuan

memberi penekanan pada pendapatan dan pendididikan. Sementara laki-laki

pada umumnya mempertimbangkan tampilan pasangannya secara fisik.

Menurut Collins dan Coltrane (1996) laki-laki cenderung bersikap dengan

berlandaskan perasaan cinta mereka yang terjadi secara spontan dalam mencari

pasangan. Sementara itu perkawinan akan sangat menentukan status sosial dan

ekonomi kebanyakan wanita, sehingga mereka akan melakukan apa yang

disebut “emotion work”. Wanita lebih “mengarahkan” dan “membentuk” perasaan

mereka terhadap laki-laki yang dinilai “tepat”.

Diluar itu semua, hal terpenting untuk mendapatkan perhatian adalah efek

interaksi orang tua-anak terhadap status kesejahteraan keluarga anak

selanjutnya. Status kesejahteraan keluarga contoh dipengaruhi oleh investasi

Page 104: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

84

yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, baik melalui pendidikan maupun

perilaku investasi orang tua saat anak berusia dini. Hasil tersebut sejalan dengan

temuan yang didapatkan oleh Leibowtz (1988), dimana pendapatan seseorang di

masa depan ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pengalaman yang

didapatkan saat kecil. Dengan demikian investasi terhadap anak menjadi

determinan status kesejahteraan anak di masa depan.

Telah disinggung sebelumnya bahwa konsep investasi sumberdaya

manusia ini menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi kelompok miskin karena

terbatasmya sumberdaya yang dimiliki. Hasil penelitian ini membuktikan hal

tersebut, keluarga contoh dengan ayah yang berasal dari keluarga asal berstatus

miskin berpeluang 38 kali lebih tinggi untuk juga berstatus miskin. Dua konsep

lain tentang kemiskinan (Schiller 2008) mengindikasikan dibutuhkannya peran

dari lingkungan luar, terutama pemerintah untuk memberikan kesempatan yang

sama kepada keluarga miskin agar mampu melakukan investasi kepada

anaknya.

Program pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini telah

mengarah pada konsep tersebut, membantu kelompok miskin untuk berinvestasi

terhadap anak dalam hal pendidikan dan kesehatan seperti Program Keluarga

Harapan (PKH). Namun yang kurang menjadi perhatian adalah tentang

kemungkinan adanya flawed character yang tercermin dari budaya kemiskinan.

Menurut Moore (2001) budaya kemiskinan tersebut juga turut mempengaruhi

terjadinya transfer kemiskinan antar generasi. Hasil temuan Simanjuntak (2010)

pada keluaraga penerima PKH di Kecamatan Darmaga pada tahun 2008 hingga

2009 menunjukkan bahwa alokasi bantuan dana untuk investasi tergolong

rendah dan peningkatan justru terjadi dalam hal kepemilikan aset. Diperlukan

suatu terobosan kebijakan yang mampu mengubah hal tersebut seperti

pemberian bimbingan manajemen keuangan bagi keluarga miskin penerima

bantuan.

Keterbatasan Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua generasi keluarga, namun

informasi mengenai dua keluarga tersebut dalam penelitian ini hanya didapatkan

dari keluarga contoh (generasi kedua) karena alasan keterbatasan sumberdaya.

Hal tersebut memungkinkan adanya bias dari jawaban yang diberikan, terutama

mengenai informasi yang terkait dengan keluarga asal contoh. Selain itu,

penelitian ini menyederhanakan status kesejahteraan keluarga asal contoh

Page 105: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

85

melalui pengamatan saat contoh berusia dini dan dianggap konstan dari waktu

ke waktu, mengabaikan fakta kemungkinan terjadinya dinamika kemiskinan yang

terjadi secara internal pada keluarga contoh. Hal tersebut terkait dengan

keterbatasan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.

Selain itu, penelitian ini juga hanya menganalisis terjadinya transfer

kapital dari keluarga asal kepada ayah dan ibu dari keluarga contoh sebagai

penentu utama status kesejahteraan keluarga contoh, tanpa memperhatikan

proses lainnya yang juga turut mempengaruhi keluarga contoh. Selain itu,

beberapa proses transfer kapital mungkin masih akan terjadi dan akan

berpengaruh berbeda dengan hasil yang dipaparkan saat ini. Misalkan, beberapa

contoh yang masih memiliki orang tua memiliki peluang mendapatkan warisan di

masa yang akan datang. Karena pada dasarnya perilaku investasi sumberdaya

manusia merupakan proses yang terjadi terus menerus sepanjang hidup, dan

penelitian ini hanya memfokuskan proses tersebut pada satuan waktu tertentu

untuk mempermudah proses analisis.

Page 106: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

86

Page 107: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis pada dua generasi keluarga dalam penelitian ini menunjukkan

terjadinya perubahan dalam struktur keluarga terkait dengan perubahan yang

terjadi dalam struktur masyarakat. Perubahan tersebut dapat dilihat dari jenis

mata pencaharian ayah dan jumlah anak yang dimiliki keluarga. perubahan jenis

pekerjaan disebabkan makin berkembangnya industri di lokasi penelitian,

sementara perubahan jumlah anak diduga disebabkan oleh keberhasilan

program Keluarga Berencana dan internalisasi norma program tersebut di

kalangan masyarakat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai anak berpengaruh terhadap

perilaku investasi orang tua terhadap anak. Kedua variabel tersebut juga

dipengaruhi oleh status kesejahteraan keluarga. Artinya pada keluarga yang

tidak miskin, investasi yang dilakukan terhadap anak lebih baik dibandingkan

keluarga miskin. Penelitian ini menunjukkan bahwa investasi orang tua terhadap

anak (pendidikan dan perilaku investasi saat usia dini) juga merupakan

determinan status kesejahteraan keluarga anak di masa depan. Karena keluarga

miskin kurang bisa memberikan investasi yang memadai, penelitian ini

mengindikasikan keluarga contoh yang memiliki ayah dengan status keluarga

sebelumnya miskin, berpeluang 38 kali lebih besar untuk juga tetap miskin.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

keluarga yang saat ini miskin berasal terdiri dari ayah dan ibu yang berasal dari

keluarga asal yang juga miskin. Sebaliknya, sebagian besar keluarga yang saat

tidak miskin beranggotakan ayah dan ibu yang berasal dari keluarga asal yang

tidak miskin. Sementara itu, beberapa contoh mengalami mobilitas sosial karena

perubahan status kesejahteraan. Pada contoh ayah, hal tersebut lebih

disebabkan oleh lama pendidikan yang lebih tinggi. Sementara pada contoh ibu,

penyebabnya karena pernikahan dengan pasangan yang lebih sejahtera.

Saran

Investasi orang tua terhadap anak, baik melalui pendidikan maupun

perilaku investasi pada usia dini, terbukti merupakan determinan status

kesejahteraan anak di masa depan. Sementara itu keterbatasan sumberdaya

menjadikan kelompok miskin tidak mampu memberikan investasi yang memadai

Page 108: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

88

bagi anaknya, sehingga pada kahirnya terjadi fenomena rantai kemiskinan. Oleh

karena itu, pemerintah perlu membantu sekaligus mendorong penduduk miskin

untuk melakukan investasi terhadap anak, terutama dalam bidang pendidikan

melalui pemberian kesempatan yang sama kepada semua pihak. Selain itu perlu

diperhatikan mengenai aspek budaya kemiskinan dalam pemberian bantuan agar

semakin efektif sesuai dengan tujuannya.

Sejumlah penelitian lainnya menyebutkan bahwa migrasi menjadi salah

satu upaya meningkatkan kualitas modal manusia dalam diri individu dan

variabel tersebut tidak dianalisis dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya

diharapkan bisa melengkapi keterbatasan ruang lingkup analisis tersebut. Selain

itu, penelitian yang dilakukan pada latar belakang seting sosial ekonomi

masyarakat yang berbeda (misal keluarga di perkotaan) akan semakin

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terkait masalah transfer kemiskinan

antargenerasi dalam keluarga. Peningkatan juga perlu dilakukan dalam hal

perbaikan metode dan perluasan aspek pengamatan terhadap hal-hal yang

belum diamati dan dianalisis dari penelitian ini.

Page 109: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

89

DAFTAR PUSTAKA

Anderson E, Hague S. 2007. The impact of investing in children: assesing the

cross country econometric evidance. Working Paper 280. London: Overseas Development Institute.

[BKKBN]. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2004.

Pendataan keluarga: selayang pandang. http://bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=344 [11 April 2011]

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2009. Kecamatan Cicurug dalam angka. Sukabumi:

BPS Kabupaten Sukabumi.

. 2010. Profil kemiskinan di Indonesia Maret 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul10.pdf [3 Oktober 2010]

. 2009. Statistik Kabupaten Sukabumi 2009. Sukabumi: BPS Kabupaten Sukabumi. http://sukabumikab.bps.go.id/data/ksda/2009/3.1.5.pdf [18 Oktober 2010] Bonke J, Andersen GE. 2009. Parental investment in children: how educational

homogamy and bargaining affect time allocation. Odense: University Press of Southern Denmark.

Bottema T, Masdjidin S, Madiadipura H. 2009. Family life history as a tool in the

study of long-term dynamics of poverty: an exploration. Di dalam: Rusastra, Pasaribu, Yusdja Y. Editor. Land and Household Economy 1970-2005. Bogor: Indonesian Center for Agriculture Socio-Economic and Policy Studies.

Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household,

Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press. Chambers R. 1996. Participatory Rural Apraisal: Memahami Desa Secara

Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Chaudhry IS, Malik S, Hassan A, Faridi MZ. 2010. Does education alleviate

poverty? Empirical evidence from Pakistan. IRJFE: Issue 52 (2010). Chen N, Concini P, Perroni C. 2009. Intergenerational mobility of migrants:

is there a gender gap? http://www.ecares.org/ecare/personal/conconi$/web/gss.pdf [4 Oktober 2011]

Cho Y. (2005). Investment in children’s human capital: implications of

PROGRESA. Soul: Korea Development Institute. http:// citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.61.3710&rep.. [26 September 2010]

Collin R, Coltrane S. 1995. Sociology of Marriage and The Family: Fourth Edition.

Chicago: Nelson-Hall Publishers.

Page 110: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

90

[CPRC]. Chronic Poverty Research Center. 2008. Escaping poverty traps. The

Chronic Poverty Report 2008-09. http://www.chronicpoverty.org/uploads/publication_files/CPR2_ReportFull.pdf [1 Oktober 2010]

Darroch RK, Meyer PA, Singarimbun M. 1981. Two are not enough: The value of

children to Javanese and Sundanese parents. Papers of the East-West Population Institute, No. 60-D.

Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management: Principles and

Application. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Dharmawan et al. 2010. Rencana Riset Kemiskinan Kemiskinan 2010. Bogor:

Institut Pertanian Bogor. Guhardja S. et al. 1992. Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga. Bogor:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Hample K. 2010. Intergenerational transfer of human capital among immigrants

families. Illinois: Illinois Wesleyan University. www.iwu.edu/economics/PPE18/3Hample.pdf [16 Oktober 2010]

Hartoyo. 1998. Investmenting in children: study of rural families in Indonesia.

[Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University. Hartoyo, Hastuti D. Perilaku investasi pada anak keluarga nelayan dan

implikasinya terhadap pengentasan kemiskinan. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hasansulama MI, Mahmudin E, Sugarda TJ. 1983. Sosiologi Pedesaan. Jakarta:

Depdikbud. Haveman R, Wolfe B. 1997. The determinants of children’s attainments: a review

of methods and findings. Journal of Economic Literature: Vol. 33 No. 4, 1829-1878.

Haynie M, Lalonde RN, Lee N. 2006. Parent-child value transmission among

Chinese immigrants to North America: the case of traditional mate preferences. Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology: Vol. 12, No. 2, 230 –244.

Herarti R. 2004. Family planning decision-making: case studies in West Java,

Indonesia. The 12th Biennial Conference of the Australian Population Association.

Hulme D, Moore K, Sheperd A. 2001. Chronic poverty: meanings and analytical

frameworks. CPRC: Working Paper 2. Kartino T. 2005. Nilai anak dan kualitas pengasuhan anak usia sekolah pada

keluarga nelayan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 111: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

91

Latifah EW. 2010. Analisis persepsi, sikap, dan strategi koping keluarga miskin terkait program konversi minyak tanah ke LPG di Kota Bogor.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Leibowitz A. 1982. Home investment in children. Economics of the Family:

Marriage, Children, and Human Capital. Editor: Theodore W. Schultz. Chicago: The University of Chicago Press.

Moore K. 2001. Frameworks for understanding the intergenerational transmission

of poverty and well-being in developing countries. CPRC: Working Paper 8.

. 2005. Thinking about youth poverty through the lenses of chronic poverty, life-course poverty and intergenerational poverty. CPRC Working Paper 57. http://www.chronicpoverty.org/uploads/publication_files/57Moore.pdf [1 Oktober 2010]

Mulyani SR. 2010. Studi nilai anak, jumlah anak yang diinginkan, dan

keikutsertaan keluarga dalam program KB di Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Muttaqien. 2006. Paradigma baru pengentasan kemiskinan: rekonstruksi arah

pembangunan menuju masyarakat yang berkeadilan, tebebaskan, dan demokratis. Menuju Indonesia Sejahtera. Editor: Rahardjo MD. Jakarta: Khanata

Pakpahan YM, Suryadarma D, Suryahadi A. 2009. Destined for destitution:

intergenerational poverty persistence in Indonesia. Jakarta: SMERU Research Institute. http://www.smeru.or.id/report/workpaper/intergenpoverty/intergenpoverty.pdf [26 September 2010]

Permatasari D. 2010. Pengaruh persepsi pendidikan dan nilai anak terhadap

alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Puspitawati H, Sarma M, Hartoyo, Latifah M, Herawati T. 2009. Survei Kepuasan

Terhadap Pelayanan Pendidikan Dasar yang Disediakan Oleh Sistem Desentralisasi Sekolah. Kerjasama LPPM-IPB dan ADB-PRMAP BAPPENAS.

Quisumbing AR. 1995. The extended family and intrahousehold allocation:

Inheritance and investment in children in the rural Philippines. FCND Discussion Paper No. 3.

Rahardjo MD. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan

Kemiskinan. Jakarta: Khanata Rusastra IW, Napitupulu TA. 2008. Karakteristik wilayah dan keluarga miskin di

pedesaan: basis perumusan intervensi kebijakan. Di dalam: Yusdja et al.,

Page 112: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

92

editor. Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Salim E. 1974. Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Lembaga

Penerbit FE UI. Sam DL. 2001. Value of children: effects of globalization on fertility behavior and

child-rearing practices in Ghana. Research Review NS 17.2 (2001) 5-16. Sayogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Bogor:

LPSP, IPB. Schiller BR. 2008. The Economics of Poverty and Discrimination. New Jersey:

Prantice Hall. Schultz TW. 1981. Investing in People: The Economics of Population Quality.

Berkeley: University of California Press. Sen AK. 1999. Investing in early childhood: its role in development. Breaking The

Poverty Cycle: Investing in Early Childhood. Paris: Inter-American Development Bank

Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga

dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH). [Tesis]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Siregar H, Wahyuniarti D. 2008. Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap

penurunan jumlah penduduk miskin. Di dalam: Yusdja et al., editor. Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Siregar H. 2006. Perbaikan struktur dan pertumbuhan ekonomi: mendorong

investasi dan menciptakan lapangan kerja. Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan. Jakarta: INDEF.

Sitepu RK. 2007. Dampak investasi sumberdaya manusia dan transfer

pendapatan terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soeparmanto P. 1980. Perception of the value of children by parents in relation to

fertility among the Maduran People in Kamal, Bangkalan Regency, Madura. SEAPRAP Research Report No. 78.

Suckow J, Klaus D. 2002. Value of children in six cultures.

www.iwu.edu/economics/ [4 Oktober 2010] Sunarti E. 2008. Naskah Akademik: Indikator Keluarga Sejahtera. Bogor: Institut

Pertanian Bogor. Syafrian D. 2009. Kemiskinan struktural: peran dan kegagalan negara.

http://dzulfian.myblogrepublika.com/index.php/tag/standar-kemiskinan/ [21 Februari 2010]

Page 113: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

93

Syarif H. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: GMSK, IPB.

Taubman P. 1996. The roles of the family in the formation of offsprings’ earnings

and income capacity. Household And Family Economics. Editor: Menchik PL. Boston: Kluwer Academic Publisher.

Tjondronegoro SMP. 1999. Keping-Keping Sosiologi dari Pedesaan. Jakarta:

Dirjen Dikti Depdikbud. Trommsdorff G. 2002. Value of children and intergenerational relations: A cross-

cultural study. Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Bulletin 1 (2002). pp. 6-14.

Urip S. 2008. Perkembangan jumlah pendudk miskin dan faktor penyebabnya. Di

dalam: Yusdja et al., editor. Peran Sektor Pertanian dalam Penanggulangan Kemiskinan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Wagle U. 2008. Multidimensional Poverty Measurement: Concepts and

Applications. New York: Springer Widyanti W, Suryahadi A, Sumarto S, Yumna A. 2009. The relationship between

chronic poverty and household dynamics: evidence from Indonesia. Jakarta: SMERU Research Institute.

World Bank. 2004. Reducing poverty. Jakarta: World Bank. World Bank. 2004.

Reducing poverty. Jakarta: World Bank.

. 2010. Human development index: Indonesia. http://hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html [1 Desember 2010]

Page 114: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh
Page 115: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

95

LAMPIRAN

Page 116: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

96

Page 117: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

97

Lampiran 1: Daftar pertanyaan kuisioner

KRAKTERISTIK KELUARGA CONTOH DAN KELUARGA ASAL

o Identitas keluarga (nama, hubungan antar anggota keluarga, umur, lama

pendidikan)

o Pekerjaan dan pendapatan anggota keluarga (untuk keluarga asal

pekerjaan ditanyakan berdasarkan bidang, pertanian atau non pertanian

dan pendapatan berdasarkan stabilitasnya, stabil atau tidak stabil per

bulan)

PERSEPSI ORANG TUA TERKAIT NILAI ANAK

o Nilai psikologis

- Anak memperkuat hubungan suami-istri

- Persepsi kehadiran anak sebagai beban keluarga

- Anak sebagai sumber stress

- Anak sebagai jaminan rasa aman hari tua

- Anak sebagai sumber kepuasan

o Nilai sosial

- Anak sumber penghargaan keluarga di mata masyarakat

- Keharusan dalam memiliki anak bagi keluarga

- Pendidikan anak dan penghargaan masyarakat bagi keluarga

- Perilaku anak dan nama baik keluarga

- Kekhawatiran akan perilaku anak

o Nilai ekonomi

- Kuantitas anak dan besar tanggungan keluarga

- Anak dan kontribusi ekonomi bagi keluarga

- Persepsi terkait pembiayaan anak

- Kemauan meluangkan waktu untuk mengurus anak

- Anak dan tugas rumah tangga

PERILAKU INVESTASI AYAH DAN IBU TERHADAP ANAK

o Perilaku alokasi waktu

- Memandikan anak

- Menyiapkan sarapan

- Mendampingi anak makan

Page 118: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

98

- Mengajak anak memasak

- Mengajak anak bersosialisasi

- Membawa anak ke posyandu

- Merawat saat anak sakit

- Mengajak anak ke pengajian atau kegiatan ibadah lain

- Mengajak anak olahraga

- Mencuci rambut anak secara teratur

o Perilaku alokasi uang

- Menyediakan makanan pokok yang bergizi untuk anak

- Menyediakan buah untuk anak

- Menyediakan susu untuk anak

- Membawa anak ke dokter atau fasilitas kesehatan lain saat sakit

- Membelikan mainan sesuai umur

- Menabung untuk pendidikan anak

- Menyediakan obat di rumah

- Menyediakan kayu putih dan bedak

- Memberikan uang jajan setiap hari

- Membelikan vitamin

FAMILY LIFE HISTORY

o Jenis pekerjaan dan stabilitas pendapatan yang didapat per bulan

o Status kepemilikan rumah dan konsisi rumah dibandingkan dengan

rumah lainnya di lingkungan sekitar

o Kepemilikan lahan pertanian

o Kepemilikan hewan ternak (kerbau, sapi, kambing, atau domba)

WARISAN

o Satus penerimaan warisan oleh contoh (berupa rumah, tanah, uang, atau

hewan ternak)

PERILAKU INVESTASI ORANGTUA TERHADAP AYAH DAN IBU (SAAT

KEDUANYA BERUSIA BALITA)

o Perilaku alokasi waktu

- Memandikan ayah atau ibu

- Menyiapkan sarapan untuk ayah atau ibu

Page 119: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

99

- Mendampingi ayah atau ibu makan

- Mengajak ayah atau ibu memasak

- Mengajak ayah atau ibu bersosialisasi

- Membawa ayah atau ibu ke posyandu

- Ada waktu khusus untuk saling bercengkrama

- Membacakan cerita sebelum tidur

- Berolahraga bersama

o Perilaku alokasi uang

- Menyediakan makanan pokok yang bergizi untuk ayah atau ibu

- Menyediakan buah untuk ayah atau ibu

- Menyediakan sandal untuk bermain

- Membelikan pakaian baru saat lebaran

- Membawa ke dokter saat sakit

- Memberi hadiah atau ucapan selamat saat ulang tahun

- Menyediakan kayu putih dan bedak

- Memberikan uang jajan setiap hari

- Membelikan vitamin

Page 120: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

100

Page 121: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 9 Agustus 1989 dari

pasangan Engkos Kosasih dan Enung Nurhayati (alm). Penulis merupakan anak

ke empat dari empat bersaudara, penulis memiliki dua orang kakak laki-laki dan

satu orang kakak perempuan. Penulis tinggal di Cicurug, Kabupaten Sukabumi,

tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan.

Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Negeri Cisaat 2 pada tahun

2001. Penulis kemudian mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan

pendidikan di SMP Internat Al Kausar dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan

menengah dilanjutkan di SMA Negeri 1 Cibadak hingga tahun 2007. Penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di jurusan Ilmu Keluarga

dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan, diantaranya: Koran Kampus IPB sebagai reporter (2007-2008),

anggota dari Forum for Scientific Study (FORCES) (2007-2008), Koran Kampus

IPB sebagai redaktur pelaksana 2 (2008-2009), staf HRD HIMAIKO (2008-2009),

Pimpinan Umum Koran Kampus IPB (2009-2010), dan sekretaris English Club

HIMAIKO (2009-2010). Penulis pernah juga menjadi asisten praktikum untuk

beberapa mata kuliah seperti Perilaku Konsumen (2009-2012), Sosiologi Umum

(2009-2010), dan Manajemen Sumberdaya Keluarga (2011-2012).

Penulis merupakan salah satu grantee dalam program Indonesian English

Language Study Program (IELSP) batch 7, program belajar intensif Bahasa

Inggris selama dua bulan di University of Arizona, Amerika Serikat pada tahun

2010. Penulis juga pernah menjadi juara I Sineaste Award, kompetisi film

domumenter pertanian pada tahun 2010. Prestasi lainnya yang pernah ditoreh

oleh penulis antara lain: Juara III essay writing competition yang diselenggarakan

Yayasan Anak Bangsa pada tahun 2009, Juara I lomba Koran kecil Journalistic

Fair 2008, Mahasiswa Berprestasi Departemen IKK tahun 2010 dan 2011,

Mahasiswa berprestasi II Fakultas Ekologi Manusia tahun 2011, Mahasiswa

berprestasi Karya Salemba Empat IPB 2011, dan dua kali mendapatkan

pendanaan untuk Program Kreativitas Mahasiswa (2009 dan 2011).

Page 122: Transfer Kemiskinan Antargenerasi: Pengaruh Nilai Anak dan ... · menempuh pendidikan formal yang ... berbeda nyata. Dilihat dari skor perilaku ... terhadap anak dipengaruhi oleh

102