transformasi ruang pada permukiman di kampung nelayan …
TRANSCRIPT
TRANSFORMASI RUANG PADA PERMUKIMAN
DI KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI BELAWAN MEDAN
OLEH
ADHE MAULIDINA R HARAHAP
140406048
DEPARTEMENT ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
TRANSFORMASI RUANG PADA PERMUKIMAN
DI KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI BELAWAN MEDAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 06 Juli 2018
Adhe Maulidina R Harahap
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal: 06 Juli 2018
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji
Anggota Komisi Penguji
: Beny O. Y. Marpaung, ST., MT., Ph.D, IPM
: 1. Hajar Suwantoro, ST., MT.
2. Novi Ramadhani, ST., MT.
iii
Universitas Sumatera Utara
SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI
Nama : Adhe Maulidina R Harahap
NIM : 140406048
Judul Skripsi : Transformasi Ruang pada Permukiman di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Rekapitulasi Nilai :
A B + B C + C
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
Waktu Paraf
Koordinator
No. Status
Pengumpulan
Pembimbing
Skripsi
Laporan
1 Lulus Langsung
2 Lulus Melengkapi
3 Perbaiki Tanpa Sidang
4 Perbaiki dengan Sidang
5 Tidak Lulus
Medan, 06 Juli 2018
Ketua Departemen Arsitektur,
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc
NIP. 196305271993032005
iv
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pertambahan penduduk di suatu permukiman dengan berjalannya tahun semakin
meningkat. Kebutuhan masyarakat yang meningkat akan tempat tinggal di
permukiman menjadikan ini sebagai hal yang penting, tetapi untuk mendapatkan
tempat tinggal tersebut masyarakat terkendala oleh ekonomi, hal ini menjadi salah
satu faktor pembentuk permukiman tidak terencana yang berkembang di bagian
pesisir. Masyarakat memilih membangun rumah di bagian pesisir karena dekat
dengan lokasi mata pencaharian penduduknya. Kampung Nelayan Belawan
Medan letaknya dekat dengan laut, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai
nelayan dan pedagang yang menjadikan hunian atau lahan dari tapak rumah
mereka sebagai tempat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga. Masyarakat dengan profesi sebagai nelayan akan menentukan tempat
tinggal dekat dengan kawasan mencari nafkah. Hal ini menjadi pemikiran
tradisional dari penghuni dengan profesi sebagai nelayan. Pembentukan suatu
permukiman pada awalnya ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya adalah
budaya masyarakat setempat. Namun, pada daerah pesisir dijadikan tempat tinggal
yang paling tepat sekalipun keadaan fisik tanah dan alamnya berbahaya bagi
penghuni. Pola berpikir seperti ini menjadi tradisi turun temurun para nelayan.
Norma-norma yang berlaku menjadi tradisi tumbuh dan berkembang berdasarkan
bertambahnya waktu dan tuntutan kebutuhan hidup. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi norma-norma yang dipahami masyarakat Melayu Deli dalam
membentuk pola ruang, struktur dan transformasi ruang pada pemukiman Desa
Nelayan di Bagan Deli Belawan Medan. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan menggunakan hasil wawancara kepada penduduk
untuk mengetahui norma-norma yang berlaku pada masyarakat Melayu Deli,
struktur dan transformasi ruang pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan. Penelitian menemukan bahwa norma-norma yang berkaitan
dengan penentuan tapak rumah di Desa Nelayan di Bagan Deli Belawan Medan
mempengaruhi transformasi ruang pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan.
Kata kunci: norma melayu deli, struktur ruang, transformasi ruang
v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Population growth in a settlement with the passage of years is increasing.
Increased community needs a place to live in the settlements makes this an
important thing, but to get the residence is constrain by the economic society, it is
becoming one of the determining factors of unplanned settlements that developed
on the coast. The community chose to build a house on the coast because of the
site close to the livelihood of the population. The settlement of Fisherman Village
in Bagan Deli Belawan Medan is place near the sea, mostly residents of The
Fisherman Village in Bagan Deli Belawan Medan and traders who make
residential or land footprint of their home as a place to earn a living to meet the
economic needs of the family. Communities with the profession as a fisherman will
be deciding where to stay close to the area to make a living. This has become the
traditional thinking of the inhabitants of the profession as a fisherman. The
establishment of a settlement was initially determined by various factors including
the local culture. However, in the coastal regions serve the most appropriate
place to stay even if the physical condition of the land and its natural dangerous
for the occupants. Patterns of thinking is becoming a tradition for generations of
fishermen. Prevailing norms become a tradition grew and developed based on
increasing time and demands hidup.Penelitian aims to identify the norms
understood Melayu Deli community in shaping patterns of space, structure and
transformation of space on The settlement of The Fisherman Village in Bagan
Deli Belawan Medan. This research uses a qualitative method approach using the
results of the interviews to the population to determine the applicable norms
Melayu Deli community living, structure and transformation of space The
Fisherman Village in Bagan Deli Belawan Medan. The research found that norms
related to determining the footprint homes in The Fisherman Village in Bagan
Deli Belawan Medan influence the transformation of space on a settlement in
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Keywords: norm melayu deli, space structures, transformation of space
vi
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun
skripsi ini berjudul “Transformasi Ruang pada Permukiman di Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan” dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada program studi Arsitektur di Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi, ternyata penulis tidak terlepas dari banyak
halangan dan kendala. Segala halangan dan kendala tersebut kemudian dijadikan
kritik, semangat, dan masukan yang membangun atas bantuan dari berbagai pihak.
Maka dari itu, atas segala bantuan yang telah diberikan selama proses pengerjaan
skripsi dan kegiatan di kampus penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Beny O. Y. Marpaung, ST., MT., Ph.D, IPM selaku dosen
pembimbing dan skretaris Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu, waktu,
saran, dan bimbingan dalam proses pengerjaan skripsi
2. Bapak Hajar Suwantoro, ST., MT dan Ibu Novi Ramadhani, ST., MT
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang
membangun dalam proses pengerjaan skripsi
3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc selaku ketua Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara
4. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta staf atau pegawai Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
5. Orangtua saya Alm. H. Belgi Harahap, SH dan Hj. Fenny Rosita Siregar,
SE serta abang saya Marahalim Harahap, S.Kom yang tidak pernah henti
memberikan doa, semangat, dukungan dan keikhlasan hati sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
6. Sahabat-sahabat di Arsitektur USU 2014. Khususnya Marina, Novi, Eka
Nurul, Nisa, Nurdina dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah membantu penulis. Semoga segala bantuan dan dukungan yang
telah diberikan senantiasa menjadi berkah untuk kita semua sehingga pada
akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kemajuan pendidikan.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................ 6
1.5 Batasan Penelitian............................................................. 7
1.6 Kerangka Berpikir............................................................. 7
1.7 Sistematika Penelitian....................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 12
2.1 Pengaruh Norma Masyarakat Dalam Membentuk Pola 12
Ruang..............................................................................
2.1.1 Faktor Lingkungan Fisik Pada Permukiman 13
Tradisional............................................................
2.1.2 Penggunaan Lahan Di Permukiman Tradisional.. 15
2.2 Struktur Pola Ruang Tradisional....................................... 17
ix
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Pola Ruang Pada Permukiman Tradisional........... 19
2.3 Proses Transformasi Pada Pola Ruang Tradisional.......... 21
2.3.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada 22
Permukiman..........................................................
2.3.2 Transformasi Spasial Pada Permukiman.............. 24
2.4 Norma-Norma Dalam Masyarakat Etnik Melayu Deli..... 26
2.5 Rangkuman Teori............................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 37
3.1 Metoda Penentuan Lokasi Penelitian................................ 37
3.2 Metoda Penentuan Variabel.............................................. 37
3.3 Metoda Pengumpulan Data............................................... 46
3.4 Metoda Analisa Data........................................................ 52
BAB IV KAWASAN KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI 56
BELAWAN MEDAN................................................................
4.1 Keberadaan Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan 56
Medan ...............................................................................
4.2 Kondisi Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan 59
Bagan Deli Belawan Medan.............................................
4.2.1 SituasiEksistingPermukimanKampung 65
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan...................
BAB V KAJIAN TRANSFORMASI POLA RUANG DI KAMPUNG
NELAYAN BAGAN DELI BELAWAN MEDAN................... 67
5.1 Norma-Norma Yang Diyakini Masyarakat Bagan Deli
Belawan Medan................................................................ 67
x
Universitas Sumatera Utara
5.2 Norma Masyarakat Sebagai Faktor Dalam Membentuk
Lingkungan Fisik Pada Permukiman Bagan Deli
Belawan Medan.............................................................. .. 71
5.2.1 Norma Masyarakat Melayu Deli Sebagai Faktor
Dalam Membentuk Penggunaan Lahan Di
Permukiman Bagan Deli Belawan Medan ............ 81
5.2.2 Pengaruh Norma Masyarakat Dalam Membentuk 87
Ruang Di Permukiman Bagan Deli Belawan
Medan...................................................................
5.3 Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan................................................................ 90
5.4 Proses Transformasi Pada Pola Ruang Di Permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.............. 93
5.4.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada
Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan.................................................... 97
BAB VI PENEMUAN.............................................................................. 101
6.1 Norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam
membentuk ruang di permukiman Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan............................................. 101
6.2 Struktur ruang pada permukiman di permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.............. 108
6.3 Transformasi ruang pada permukiman di permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan............ 109
BAB VII KESIMPULAN.......................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 119
xi
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1: HASIL NARASI RESPONDEN...................................................... 122
LAMPIRAN 2: POSISI TEMPAT TINGGAL RESPONDEN ............................. 173
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.5 Kerangka Berpikir .................................................................................................. 9
2.1 Pola penyebaran permukiman terkait arah mata angin ................................ 29
2.2 Diagram terkait norma masyarakat Melayu dalam menentukan tapak
rumah ......................................................................................................................... 30
2.3 Diagram kondisi tradisi etnik Melayu mengalami akulturasi budaya ..... 31
3.1 Pembagian segmen untuk penghuni yang akan diwawancara ................... 52
3.2 Metode Analisa keterkaitan norma-norma masyarakat Melayu dan
ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ......................... 53
3.3 Metode Analisa keterkaitan dengan struktur ruang permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan .......................................... 54
3.4 Metode Analisa keterkaitan dengan transformasi ruang permukiman
di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ..................................... 55
4.1 Peta Lokasi Kecamatan Medan Belawan ........................................................ 56
4.2 Lokasi Penelitian .................................................................................................... 57
4.3 Jaringan Jalan .......................................................................................................... 58
4.4 Peta Lokasi Objek Penelitian .............................................................................. 60
4.5 Peta Sirkulasi Jaringan Jalan ............................................................................... 61
4.5(a) Peta sirkulasi jaringan jalan utama ....................................................... 61
4.5(b) Peta sirkulasi jaringan lorong Lk.4 ........................................................ 62
4.5(c) Peta sirkulasi jaringan lorong Lk.5 ....................................................... 62
4.5(d) Peta sirkulasi jaringan jembatan............................................................ 62
xiii
Universitas Sumatera Utara
4.5(e) Peta sirkulasi jaringan jembatan ............................................................ 63
4.6 Peta lokasi penelitian area pesisir di Kampung Nelayan Bagan Deli.. 64
4.7 Denah potongan kawasan permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli ............................................................................................................................. 65
4.8 Potongan kawasan 1-1 .......................................................................................... 66
4.9 Potongan kawasan 2-2 .......................................................................................... 66
5.1 Norma-norma yang diyakini masyarakat Kampung Nelayan Bagan 69
Deli Belawan Medan terkait pemilihan tapak rumah ..........................
5.2 Aspek pembangunan rumah menurut etnik Melayu Deli ........................... 70
5.3 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat tapat yang
memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat ................................... 71
5.4 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat tapak yang tepat tidak
merusak alam, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana
bagi penghuninya ................................................................................................... 72
5.5 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin ................................................................... 73
5.6 Agama islam pada dasarnya telah mempengaruhi masyarakat etnik
Melayu Deli di Kampung Nelayan Bagan Deli dalam membentuk
ruang .......................................................................................................................... 75
5.7 Pemilihan tapak yang tepat tidak merusak alam, sedangkan yang
tidak tepat akan membawa bencana bagi penghuninya.......................
5.8 Masyakat Melayu Deli Dalam Membentuk Lingkungan Fisik
dengan memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat pada
lorong Lk. 15.......................................................................................
5.8(a) Norma masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan
fisik dengan memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat
76
77
78
xiv
Universitas Sumatera Utara
pada lorong Lk.5 ..................................................................................
5.8(b) Norma masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan
fisik dengan memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat
pada lorong Lk.4..................................................................................................... 79
5.9 Masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan fisik dengan
menentukan posisi rumah memperhitungkan arah mata angin ................. 80
5.10 Deretan fungsi hunian komersial yang ditempati etnik Melayu Deli
menjadi pemicu tempat berkumpulnya penghuni kampung Zona 1 ....... 83
5.11 Deretan fungsi hunian komersial yang ditempati etnik Melayu Deli
menjadi pemicu tempat berkumpulnya penghuni kampung Zona 2 ....... 85
5.12 Menentukan tapak memperhitungkan sifat rasa mempengaruhi
terbentuknya fungsi hunian komersial menjadi tempat berkumpul ......... 86
5.13 Pengaruh Norma terhadap Ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan ...................................................................................................... 89
5.14 Penyebaran Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan dari Mesjid Nurul Hilal ........................................................ 92
5.15 Penyebaran Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan dari Lorong Pertamina ................................................ 93
5.16 Proses Transformasi Pola Ruang Pada Permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan .............................................................. 96
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Rangkuman kajian teori ........................................................................................ 31
3.1 Metoda penentuan variabel .................................................................................. 38
3.2 Metoda pengumpulan data ................................................................................... 46
5.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada Permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan .............................................................. 99
6.1 Norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam membentuk ruang
pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan ........................................................................................................................ 101
6.2 Struktur ruang pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan ...................................................................................................... 108
6.3 Transformasi ruang pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan ............................................................................................. 109
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 HASIL NARASI RESPONDEN ............................................................................. 122
2 POSISI TEMPAT TINGGAL RESPONDEN ..................................................... 173
xvii
Universitas Sumatera Utara
1
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan penduduk di suatu permukiman dengan berjalannya tahun
semakin meningkat. Kebutuhan masyarakat yang meningkat akan tempat tinggal
di permukiman menjadikan ini sebagai hal yang penting, tetapi untuk
mendapatkan tempat tinggal tersebut masyarakat terkendala oleh ekonomi, hal ini
menjadi salah satu faktor pembentuk permukiman tidak terencana yang
berkembang di bagian pesisir. Masyarakat memilih membangun rumah di bagian
pesisir karena dekat dengan lokasi mata pencaharian penduduknya. Peristiwa ini
telah banyak terjadi, akibat pembangunan yang tidak terkendali membuat
permukiman terlihat kumuh dan tidak memiliki stuktur pola ruang yang jelas.
Fenomena permukiman kumuh banyak terdapat pada suatu kota di pesisir laut,
bukan hanya pada kawasan perkotaannya saja yang sering terlihat di pusat kota
ataupun di pinggiran kota. Pembangunan kawasan permukiman secara spontan
dan ilegal ini mengakibatkan kawasan tersebut terbilang tidak terencana karena
tidak adanya perhatian dari pemerintah.
Interaksi sosial memberikan dampak kepada kehidupan komunitas yang
seimbang. Kehidupan komunitas yang seimbang dalam perkotaan dapat
mengungkap kompleksitas keberlanjutan perkotaan. Adapun kompleksitas
keberlanjutan perkotaan tentunya harus didukung oleh adanya penekanan kepada
aspek budaya, norma norma sosial dan sistem jaringan dalam permukiman. Ruang
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
dalam permukiman terwujud oleh adanya interaksi sosial ( Biddulph, 2003 ).
Proses perwujudannya dapat saja terjadi secara formal maupun informal. Adanya
interaksi pada suatu komunitas dalam mewujudkan ruang di permukiman
menggambarkan bahwa kehidupan masyarakatnya berjalan seimbang. Semakin
kompleks komunitas dalam permukiman akan membentuk tempat yang maknanya
juga kompleks. Kompleksitas ruang dapat berjalan berkelanjutan apabila
didukung oleh penghuni permukiman. Interaksi sosial mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan ruang yang terus berada dalam proses menuju
kompleksitas. Dalam hal ini, ruang akan mengalami perubahan karena adanya
pengaruh aspek-aspek budaya, norma norma sosial dan sistem jaringan dalam
permukiman.
Permukiman tradisional mempunyai karakteristik adanya proses adaptasi
penghuni terhadap kondisi dari iklim setempat, sumber daya yang tersedia, dan
topografi. Gabungan1 untuk berbagai konsep bioclimatic1 akan selalu diterapkan
dalam suatu desain ruang yang dibangun bahkan juga diterapkan untuk ruang
terbuka publik. (Savvides 2016). Kampung Nelayan Belawan Medan letaknya
dekat dengan laut, sebagian besar penduduk Kampung Nelayan Belawan
berprofesi sebagai nelayan dan pedagang yang menjadikan hunian atau lahan dari
tapak rumah mereka sebagai tempat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
1Bioclimatic : Ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan
terutama efek dari iklim pada organisme hidup dan aktifitas sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
ekonomi keluarga. Masyarakat dengan profesi sebagai nelayan akan menentukan
tempat tinggal dekat dengan kawasan mencari nafkah. Hal ini menjadi pemikiran
tradisional dari penghuni dengan profesi sebagai nelayan. Pembentukan suatu
permukiman pada awalnya ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya adalah
budaya masyarakat setempat. Namun, pada daerah pesisir dijadikan tempat
tinggal yang paling tepat sekalipun keadaan fisik tanah dan alamnya berbahaya
bagi penghuni. Pola berpikir seperti ini menjadi tradisi turun temurun para
nelayan. Norma-norma yang berlaku menjadi tradisi tumbuh dan berkembang
berdasarkan bertambahnya waktu dan tuntutan kebutuhan hidup.
Desa dan kota memiliki cara mereka sendiri dalam norma-norma sosial dan
tradisi budaya masing-masing. Desa melibatkan perubahan sosial dengan cara
berbeda yang maknanya dapat mengarah kepada suatu tindakan pemberontakan.
Perubahan yang ditampilkan desa mempunyai makna sebagai transformasi.
Namun, transformasi tidak terjadi dengan lancar, dan desa yang mempunyai
norma-norma asli berdasarkan sosial dan tradisi budaya sering tetap untuk waktu
yang lama. Berdasarkan adanya norma-norma sosial yang bersifat tradisional dan
keberadaan jaringan ikatan keluarga yang kuat, adat istiadat setempat, kelompok
kasta dan strata sosial berdampak kepada terpeliharanya keadaan asli suatu desa.
Dalam kenyataannya, kadangkala sebagian besar warga desa tidak mengambil
bagian atau sikap terhadap perubahan yang terjadi. Sebaliknya, mereka
membentuk ruang baru yang diatur sesuai dengan norma-norma sosial dan
tradisi. (Liu, Y., (2010). Keadaan masyarakat pesisir yang terus tumbuh
selayaknya berkembang menjadi penghuni dengan cara berpikir berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
4
Universitas Sumatera Utara
kaidah tradisi yang telah berlangsung dari masa ke masa. Hal tersebut membuat
penghuni di permukiman pesisir dikatakan masyarakat tradisional.
Keadaan masyarakat, dan ekonomi sebagai aspek yang tidak dapat dilihat
secara terpisah. Hal ini hampir tidak akan ditemui untuk mengurangi
ketergantungan masa lalu dari masa depan. Di mana ada masyarakat atau
gabungan orang yang tinggal bersama-sama, itu telah menghasilkan praktek-
praktek sosial dan ekonomi dari yang lingkungan yang interaktif yang tengah
berlangsung. Desain dan tata letak bangunan dan unit hunian berdasarkan pada
cara desain tradisional juga disesuaikan dengan iklim yang panas dan kering yang
keras dari wilayah tersebut. Di pemukiman Islam, rumah-rumah yang introvert di
alam mempertahankan tingkat tinggi privasi dan keamanan bagi penghuninya.
Tingkat kejahatan hampir diabaikan karena intrusi minimal publik ke dalam
kehidupan pribadi orang. Permukiman tua juga mempertahankan campuran yang
optimal dari ruang terbuka dalam bentuk kotak, halaman serta koridor jalan bagi
anak-anak untuk bermain dengan aman dan orang dewasa untuk memiliki diskusi
penting dan percakapan (Dhingra, M., & Chattopadhyay, S. , 2016). Identifikasi
struktur pola ruang tradisional tepatnya di Permukiman Kampung Bagan Deli
Belawan Medan yang terletak di Jalan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan ,
Kelurahan Bagan Deli ini perlu diteliti yang berkaitan dengan susunan ruang
rumah-rumah tradisional yang ada didalam permukiman tersebut dengan tingkat
hubungan sosial yang tinggi di Permukiman Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Penduduk yang berada di permukiman berkembang sedikit demi sedikit
melakukan susunan lingkungan fisik mereka agar dapat mewadahi berbagai
Universitas Sumatera Utara
5
Universitas Sumatera Utara
kegiatan. Lingkungan fisik pada Permukiman Kampung Bagan Deli Belawan
Medan yang saling berhubungan dengan manusia yang akan mempengaruhi dan
akhirnya menimbulkan suatu pola kehidupan yang lebih spesifik.
Menurut Patterson (2007,1288), mengungkapkan bahwa terjadinya
transformasi pada masyarakat biasanya diakibatkan dari kejadian yang berproses
dari masa lalu ke masa sekarang namun tidak diketahui oleh zaman atau proses
transformasi dalam ambang tak terkendali yang dihasilkan dari penekanan
terhadap peristiwa yang diidentifikasi dari waktu ke waktu. Berdasarkan
permasalahan ini penting untuk diteliti bahwa transformasi pola ruang yang
terjadi di Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
berbasis dalam norma masyarakat serta penekanan terhadap durasi waktu dari
tahun ke tahun dalam membentuk ruang sehingga muncul transformasi
struktur pola ruang tradisional di Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan. Proses transformasi pola ruang tradisional di Permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan diperoleh dari identifikasi
struktur pola ruang tradisional permukimannya. Sehingga hasil penelitian ini
nantinya dapat dijadikan basis bagi pemerintah dalam perencanaan
permukiman yang tumbuh dan berkembang dengan mengikutsertakan tradisi
penghuni permukiman tradisional di kawasan pesisir.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah dengan
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
6
Universitas Sumatera Utara
a. Bagaimana norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam membentuk ruang
di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan?
b. Bagaimana struktur ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan?
c. Bagaimana transformasi ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini ialah:
a. Mengidentifikasi norma-norma yang dipahami masyarakat Melayu Deli
dalam membentuk pola ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan.
b. Menemukan struktur ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan.
c. Menemukan bagaimana transformasi ruang di permukiman Kampung Bagan
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini ialah:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi basis bagi pemerintah dalam
merencanakan permukiman yang tumbuh dengan mengikutsertakan tradisi
pemukim.
Universitas Sumatera Utara
7
Universitas Sumatera Utara
b. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan terkait dengan bentuk
peran masyarakat untuk pembangunan permukiman
c. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi teori sebelumnya mengenai
struktur ruang dan permukiman serta proses perubahan yang selalu menyertai.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah:
Etnik yang mendominasi kawasan penelitian adalah suku Melayu Deli
sehingga norma-norma yang dikaji oleh Peneliti berkaitan dengan nilai-nilai
yang diyakini oleh masyarakat Melayu Deli.
Proses transformasi yang diidentifikasi oleh Peneliti berada dalam bentang
waktu 5 tahun.
Kajian proses transformasi hanya mencakup hubungan norma-norma yang
diyakini masyarakat penghuni yang didominasi etnik Melayu Deli terhadap
ruang di luar bangunan.
1. 6 Kerangka Berpikir
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan kerangka berpikir sebagai
konsep pemecahan masalah yang disusun untuk menjelaskan suatu proses
penelitian seperti (Gambar 1.1). Latar belakang merupakan dasar dari sebuah
penelitian, yang menjadi alasan mengapa objek tersebut menarik untuk diteliti .
Latar belakang ini diperkuat dengan adanya data. Data merupakan sumber yang
didapat oleh peneliti. Data diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Data yang
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara
didapat dengan cara observasi dan wawancara. Data ini mempunyai peran yang
sangat penting dalam menentukan kualitas dari hasil penelitian . Dari latar
belakang maka diperoleh sebuah permasalahan penelitian. Kemudian, untuk
menyelesaikan suatu permasalahan penelitian maka dibutuhkan landasan teori
yang sesuai dengan latar belakang penelitian. Setelah itu landasan teori dan data
di analalisa untuk memperoleh sebuah penemuan, yang dikaitkan kembali dengan
permasalahan penelitian. Kemudian dari hasil penemuan diperoleh kesimpulan
penelitian dimana hal ini akan membuktikan penemuan penelitian tersebut
memperkuat teori yang sudah ada sebelumnya atau menghasilkan sebuah
penemuan baru.
Universitas Sumatera Utara
9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1 Skematik Kerangka berpikir
Universitas Sumatera Utara
10
Universitas Sumatera Utara
1.7 Sistematika Penelitian
Adapun sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang terhadap
permasalahan penelitian yang akan diteliti yang kemudian dilanjutkan
dengan rumusan masalah yang berisi tentang masalah-masalah yang akan
diteliti sehingga dapat ditetapkan tujuan penelitian. Pada bab ini juga
dijelaskan manfaat dari dilakukannya penelitian ini. Pada akhir bab ini
dijelaskan mengenai kerangka berfikir dan sistematika penelitian ini untuk
memaparkan susunan pemikiran yaitu kaitan masalah satu dengan yang
lainnya.
Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang kajian pustaka mengenai teori-
teori yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian . Teori-teori
tersebut berkaitan dengan segala permasalahan dengan trasformasi pola
ruang permukiman.
Bab III Metode Penelitian, menjelaskan metodologi yang digunakan
dalam penelitian sehingga didalam bab ini dapat dipahami metode-metode
yang dilakukan dalam penelitian ini. Susunan metode penelitian meliputi
metode penentuan lokasi penelitian, metode penentuan variabel metode
pengumpulan data dan metode analisa data.
Bab IV Kawasan Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, bab
ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian di suatu kawasan
beserta uraian mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
11
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan transformasi pola ruang tradisional permukiman di
Kampung Nelayan Belawan Medan.
Bab V Kajian Transformasi Pola Ruang Di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan, berisi tentang analisa mengenai data-data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian akan dihubungkan dengan
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dengan memakai metode
analisa data yang sudah ditetapkan.
Bab VI Penemuan, menguraikan sebuah penemuan yang didapat dari data
dan juga observasi di lapangan yang memiliki kaitannya dengan
transformasi pola ruang tradisional permukiman di Kampung Nelayan
Belawan Medan. Penemuan ini kembali dianalisa lagi dan dihubungkan
dengan teori yang sudah dikaji sebelumnya.
Bab VII Kesimpulan, berisi tentang kesimpulan dari hasil data penelitian
yang kemudian akan dikaitkan dengan teori dan inti permasalahan atau
issue permasalahan yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
12
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Norma Masyarakat Dalam Membentuk Pola Ruang
Menurut ( Biddulph, 2003 ), Interaksi sosial memberikan dampak kepada
kehidupan komunitas yang seimbang. Kehidupan komunitas yang seimbang
dalam perkotaan dapat mengungkap kompleksitas keberlanjutan perkotaan.
Adapun kompleksitas keberlanjutan perkotaan tentunya harus didukung oleh
adanya penekanan kepada aspek budaya, norma norma sosial dan sistem jaringan
dalam permukiman. Pola ruang dalam permukiman terwujud oleh adanya
interaksi sosial. Proses perwujudannya dapat saja terjadi secara formal maupun
informal. Adanya interaksi pada suatu komunitas dalam mewujudkan ruang di
permukiman menggambarkan bahwa kehidupan masyarakatnya berjalan
seimbang. Semakin kompleks komunitas dalam permukiman akan membentuk
tempat yang maknanya juga kompleks. Kompleksitas ruang dapat berjalan
berkelanjutan apabila didukung oleh penghuni permukiman. Interaksi sosial
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan ruang yang terus berada dalam
proses menuju kompleksitas. Dalam hal ini, ruang akan mengalami perubahan
karena adanya pengaruh aspek-aspek budaya, norma norma sosial dan sistem
jaringan dalam permukiman.
Desa dan kota memiliki norma-norma sosial dan tradisi budaya masing-
masing. Desa dan kota sangat berbeda dan bahkan saling menampilkan
eksklusivitas. Desa melibatkan perubahan sosial berbeda yang maknanya dapat
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
mengarah kepada suatu tindakan pemberontakan. Norma-norma sosial yang
bersifat tradisional dan keberadaan jaringan desa yang kuat, adat istiadat setempat,
kelompok kasta dan tingkat sosial berdampak bertahannya keadaan asli suatu desa
(Liu, Y., (2010). Pedesaan mempunyai norma yang berlaku dalam masyarakat
serta tradisi budaya setempat yang sejak dahulu hingga saat ini berlaku didalam
kehidupan bermasyarakat. Berbeda dengan perkotaan, desa membuat perubahan
yang saling terpisah dari masyarakat perkotaan. Dalam transformasi nya tidak
berlangsung cepat karena di pedesaan berlaku norma-norma sosial atau peraturan
terhadap sikap perilaku masyarakatnya dan terdapat tradisi budaya yang biasanya
tetap sama untuk kurun waktu yang relatif lama. Pada hakikatnya masyarakat
yang berada di permukiman membutuhkan norma-norma yang berlaku di daerah
tersebut untuk membentuk ruang serta memperhatikan tradisi budaya yang sudah
berlangsung sejak dahulu hingga sekarang, maka jarang terlihat warga di pedesaan
tradisional mengambil satu bagian dari unsur budaya modern. Oleh karena itu
masyarakat pedesaan tidak mengambil bagian atau sikap terhadap perubahan yang
terjadi, sebaliknya masyarakat pedesaan membentuk ruang baru yang
menggunakan norma-norma tradisional dan tradisi budaya yang berlaku di
daerah tersebut.
2.1.1 Faktor Lingkungan Fisik Pada Permukiman Tradisional
Lawrence dan Low (1990,454), Permukiman terbentuk dengan adanya
perubahan fisik dari lingkungan alam terjadi dari masa ke masa melalui proses
konstruksi oleh manusia. Terbentuknya permukiman diakibatkan dari perubahan
fisik dari lingkungan yang terjadi secara bertahap serta memiliki durasi waktu
Universitas Sumatera Utara
14
Universitas Sumatera Utara
dalam membentuk suatu ruang yang baru melalui proses panjang yang seiring
berjalannya waktu dipengaruhi oleh perubahan iklim, lingkungan, serta
meningkatnya situasi yang kompleks terhadap perubahan. Ruang yang terbentuk
dari proses transformasi akan menghasilkan kesempatan baru yang bertujuan agar
masyarakat dalam membuat ruang untuk menduduki suatu permukiman, dan
membentuk ruang lagi.
Permukiman tradisional mempunyai karakteristik adanya proses adaptasi
penghuni terhadap kondisi dari iklim setempat, sumber daya yang tersedia, dan
topografi. Gabungan untuk berbagai konsep bioclimatic akan selalu diterapkan
dalam suatu desain ruang yang dibangun bahkan juga diterapkan untuk ruang
terbuka publik (Savvides, 2016). Permukiman tradisional berada di suatu kawasan
yang dikelompokkan dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap cuaca iklim
dari permukiman tersebut untuk menentukan bentuk dari permukiman yang
berciri khas tradisional. Sumber daya yang terdapat pada permukiman juga
menjadi alasan terbentuknya permukiman tradisional pada kawasan yang
memiliki mata pencaharian sesuai dengan potensi sumber daya yang ada di
lingkungannya. Kondisi bumi di suatu kawasan daerah permukiman tradisional
menjadi faktor penting keberadaannya yaitu dengan diadakannya penyesuaian
dengan kondisi angin, berbagai iklim, serta struktur tanah di daerah pedesaan.
Setelah terciptanya hubungan ekologi maka akan terwujud keseimbangan desain
ruang yang akan terbentuk di kawasan permukiman tradisional tersebut.
Sejak tahun 1978, China telah melakukan perubahan ekonomi membawa
masa transisi didukung oleh ekonomi terencana ke ekonomi pasar. Dalam
Universitas Sumatera Utara
15
Universitas Sumatera Utara
prakteknya, reformasi ekonomi telah diatur dalam perjalanan proses perubahan
sosial dan kelembagaan yang berpotensi mendasar di pedesaan Cina yang
menciptakan kekuatan sosial-ekonomi baru, kekuatan pergeseran ke arah sosial-
ekonomi baru telah meningkatkan kemungkinan transformasi pedesaan ( Xu dan
Tan, 2001). Dari teori yang sudah pernah terjadi di pedesaan China, perubahan
ekonomi yang berlangsung pada masa reformasi didorong oleh pengaruh ekonomi
masyarakat pedesaan yang tersusun ke arah ekonomi pasar secara meluas, hal ini
sangat berpengaruh terhadap ekonomi yang mampu mewujudkan reformasi
terjadinya proses perubahan sosial dan adanya keikutsertaan lembaga yang
berkenan untuk mendukung pedesaan memperlihatkan potensinya dalam
kehidupan sosial dan ekonomi yang telah tumbuh ke arah sosial-ekonomi
berkembang selayaknya dengan hal ini transformasi akan berlangsung meningkat
di suatu kawasan pedesaan .
2.1.2 Penggunaan Lahan Di Permukiman Tradisional
Kepadatan penduduk yang tinggi dan ekonomi yang lebih tinggi akan
menimbulkan lingkungan alam yang lebih rentan untuk menjadi suatu daerah
permukiman. Hasil proses interaksi dperhatikan dari melihat keadaan
pembangunan ekonomi dan sistem pedesaan berkembang dengan cara yang
kompleks dari berbagai komponen sistem, misalnya geografis dan biogeofisik,
perkembangan industri, penduduk pedesaan, dan karakteristik sosial dan budaya (
Fang dan Liu, 2009 ). Daerah permukiman sangat cepat dengan seiring
meningkatnya jumlah populasi kepadatan penduduk di permukiman serta
mempunyai tingkat kebutuhan ekonomi yang tinggi. Kondisi ini mengharuskan
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang lebih tepat terbangun dalam sistem pedesaan yang sangat kompleks
terhadap pembangunan pedesaan maupun dari hubungan kesesuaian antara
berbagai elemen penting untuk terciptanya pembangunan pedesaan yang
memiliki bagian dari geografi yang terkait atau berhubungan dengan kawasan dan
lingkungan fisik di permukiman tersebut, perkembangan dalam bidang industri di
permukiman, serta penduduk desa yang mempunyai kriteria kaidah sosial dan
budaya yang berlaku di daerah pedesaan tersebut.
Lingkungan pesisir laut menjadi tempat tinggal penghuni yang memiliki
mata pencaharian di daerah tersebut sehingga membentuk suatu permukiman.
Permukiman yang sejajar sepanjang garis sungai, akan berganti dengan
menyesuaikan kondisi tanah, ruang hijau, dan susunan budaya (Yodsurang, P., &
Yasufumi, U., 2015). Kampung nelayan yang terletak di kawasan pesisir
menunjukkan sebuah perikanan yang mendorong lingkungan pesisir tersebut.
Timbulnya aktivitas memancing adalah suatu bentuk nyata yang mendorong
besarnya sumber daya laut berlimpah di kawasan pesisir tersebut. Masyarakat
tradisional menggunakan bidang perikanan dan pengolahan ikan sebagai budaya
penting bagi kehidupan di lahan basah tersebut. Sumber daya lahan basah ini
memberikan penekankan adanya perubahan lingkungan yang meluas, dan gaya
hidup masyarakat tradisional yang rentan karena tidak adanya stabilitas dalam
kegiatan sosial-ekonomi tradisional yang berlangsung di permukiman pesisir. Dari
bidang perikanan terwujudlah sumber daya ekonomi tradisional menjadi mata
pencaharian utama dari penghuni di dalam permukiman tradisional tersebut, yaitu
Universitas Sumatera Utara
17
Universitas Sumatera Utara
permukiman yang lainnya memiliki masyarakat yang bekerja menuju kearah
sektor industri karena alasan kebutuhan ekonomi di kawasan pesisir tersebut.
Perencanaan manajemen yang jelas akan menjamin pelestarian kawasan
lansekap yang tercipta agar mencegah transformasi yang tidak diinginkan, maka
diterapkannya elemen lansekap tradisional atau kegiatan untuk peningkatan
kualitas estetika dan ekologi wilayah menjadi suatu konsep prinsip yang akan
berhasil dalam merencanakan wilayah-wilayah yang baru (Zigmunde, D.,2010,
May). Elemen lansekap tradisional dan kegiatan untuk penyatuan berbagai
kelompok dari lansekap pemukiman perumahan baru, yaitu pendidikan penduduk
dalam budaya dan sejarah permukimannya. Pengetahuan masyarakat tentang
sejarah dan tradisi tempat tentu akan memainkan peran besar dalam mencegah hal
apa saja yang akan terjadi dari berlangsungnya era globalisasi. Pengetahuan ini
juga akan membantu menciptakan dasar dari suasana tempat, yang selanjutnya
akan memastikan hubungan emosional masyarakat dengan tempat atau milik
suatu tempat tersebut. Hubungan emosional yang tercipta di tempat tersebut
adalah salah satu pengaruh yang paling menentukan dalam keberadaan bangsa.
Semakin dekat hubungan, maka semakin besar kemungkinan bahwa orang-orang
seluruh generasi tidak akan meninggalkan tempat tersebut dan akan menjaga
tradisi dan pengetahuan tentang akar sejarah mereka.
2.2 Struktur Pola Ruang Tradisional
Budaya dan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat pesisir terwujud dari
fenomena dari sepanjang pulau dan daratan terlihat dari hubungan kompleks
Universitas Sumatera Utara
18
Universitas Sumatera Utara
permukiman. Fokus pada ruang dan waktu telah menghasilkan perubahan yang
signifikan dalam lingkungan alam dan terstruktur di masyarakat pedesaan.
Pembangunan perumahan yang tidak proporsional, dan pembangunan ilegal
menimbulkan pemalsuan karakteristik arsitektur morfologi bangunan (Fragkou,
D.,2017). Pola ruang yang luas untuk penataannya harus menerapkan hubungan
yang kompleks dengan sejarah budaya daerah setempat. Identitas masing-masing
tempat tersusun melalui banyak unsur-unsur lingkungan alam, sejarah dan budaya
masyarakat. Hasil dari perjalanan sosio-ekonomi dan lingkungan dari waktu ke
waktu, dengan catatan masa lalu yang penting untuk diperhatikan, perpindahan
masa kini dan adanya pandangan terhadap masa depan pada suatu kawasan
permukiman. Dengan demikian identitasnya hanya bisa menjadi hasil dari proses
evolusi yang sangat kompleks, bertingkat dan berkelanjutan dari semua sumber
daya alam dan buatan manusia yaitu bentuk ruang yang lebih luas tempatnya.
Cara mengetahuinya dengan membaca dan mengevaluasi sumber daya dan proses
pertumbuhannya di setiap situasi sosio-ekonomi yang berlangsung dapat
membentuk ruang baru. Setiap elemen lingkungan yang tersusun, warisan budaya
yaitu (material), dasar sosial budaya, struktur dari ekonomi produktif yang bekerja
sama pada identitas yang dihasilkan.
Keadaan masyarakat, dan ekonomi memberi dampak terhadap praktek-praktek
sosial dan ekonomi dari interaksi lingkungan hingga saat ini. Tata letak bangunan
dan hunian berdasarkan cara desain tradisional dengan adaptasi iklim yang panas
dan kering di kawasan tersebut. Permukiman tua juga mempertahankan gabungan
dari ruang terbuka dalam bentuk halaman dan koridor jalan bagi anak-anak untuk
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
bermain dengan aman dan orang dewasa dalam berinteraksi sosial (Dhingra, M.,
& Chattopadhyay, S., 2016). Permukiman tradisional memperlihatkan dasar
perencanaan dalam nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan sosial
memberikan dampak pada masyarakat berkelanjutan. Lingkungan tradisional
menggunakan cara pembangunan dengan melihat iklim lokal dan sumber daya
alam di kawasan tersebut. Permukiman ini tetap bertahan meskipun menimbulkan
masalah dengan adanya gabungan beragam antara masyarakat. Partisipasi
masyarakat mendorong tingkat tertinggi keputusan daerah setempat membuat
kesepakatan dari mufakat yang dilakukan bersama rakyatnya. Selanjutnya, potensi
yang tinggi untuk memanfaatkan daerah setempat dalam ekonomi yang kreatif
dan budaya yang dimiliki oleh komunitas masyarakat. Permukiman seperti ini
ditemukan untuk menjadi lebih sensitif dengan aktivitas yang mengarah
keberlanjutan budaya. Saat ini banyak terjadi perencanaan modern yang telah
diberlakukan pada daerah-daerah tanpa mempertimbangkan konteks sosial,
ekonomi dan budaya mereka menyebabkan terjadinya kehancuran sebuah
komunitas yang berkelanjutan daripada memajukan kecerdasan daerah setempat.
2.2.1 Pola Ruang Pada Permukiman Tradisional
Permukiman pedesaan tumbuh dan berkembang dari pandangan fungsional
ruang tradisional masyarakat yang terwujud dari faktor sejarah, politik, sosial, dan
budaya yang menyusun penataan ulang sistem permukiman di pedesaan.
Perspektif fungsional juga menerapkan analisis permukiman di daerah pedesaan,
peningkatan jumlah tempat tinggal, pola penyebaran tempat tinggal, diferensiasi
area, dan struktur hirarkis (Nepal, S. K.,2007). Perkembangan dari perspektif
Universitas Sumatera Utara
20
Universitas Sumatera Utara
fungsional ruang tradisional masyarakat yaitu adanya bentuk dan pola yang dalam
prosesnya dapat memperhatikan faktor sejarah, sosial dan budaya yang berlaku di
masyarakat dalam menciptakan susunan dari penataan ruang pada sistem
permukiman di pedesaan tersebut. Pandangan fungsional ruang ini dapat
mendorong terjadinya pelimpahan hak masyarakat dan rumah yang berada di
daerah pedesaan dalam meningkatnya jumlah kebutuhan tempat tinggal bagi
masyarakat serta mempengaruhi pola penyebaran ruang tradisional. Proses
terpisah dari area pedesaan dan struktur yang hirarki ini yang membuat
perpindahan pola-pola yang telah ada terhadap cara sikap masyarakat dalam
perilakunya mengambil keputusan dengan melihat dari masalah-masalah yang
terjadi pada masa lalu di daerah pedesaan serta adanya pengaruh dari politik dan
sosial terbentuknya pola permukiman tersebut. Pandangan masyarakat pedesaan
digunakan untuk memperbaki pola-pola yang telah ada sebelumnya dengan
memperhatikan bagaimana sikap orang atau perilaku pengambilan keputusan
mengenai sejarah, dan pengaruh politik serta sosial dalam mempengaruhi pola
pemukiman di kawasan pedesaan tersebut.
Perubahan menyesuaikan dari kemampuan memindahkan fungsi
penggunaan tetapi dalam transformasi nya terkait dengan adanya dorongan
teknologi (Makachia, P. A. , 2011). Hal ini diperkuat dalam proses adaptasi
perubahan berdasarkan berkembangnya ilmu teknologi yang mewujudkan
transformasi bentuk pada pola ruang permukiman khususnya pedesaan terhadap
struktural permukiman memberikan dampak yang kokoh cukup lama dan
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
digunakan dengan pemakaian material yang mendukung dari aktivitas iklim yang
berlangsung di kawasan permukiman tersebut.
2.3 Proses Transformasi Pada Pola Ruang Tradisional
Pemenuhan transformasi pada masyarakat biasanya diperoleh akibat dari
kejadian yang menyesuaikan dari masa lalu ke masa sekarang namun tidak
diketahui oleh zaman atau proses transformasi ini tak terkendali yang
menghasilkan sedikit penambahan terhadap peristiwa yang dilihat dari waktu ke
waktu (Patterson,2007,1288). Proses transformasi di masyarakat sebagai proses
adaptasi atau penyesuaian dalam waktu yang panjang dari waktu ke waktu, namun
hal ini tidak disadari oleh masyarakat dari masa ke masa, sehingga transformasi
cenderung tidak dapat terdeteksi sebagai proses perubahan yang mempertemukan
peristiwa sejarah dari awal terbentuknya hingga saat ini dengan proses sosial
budaya masyarakat yang berada didalamnya. Perubahan ini perlahan-lahan akan
terungkap dan diketahui seiring berjalannya waktu dari masa dahulu ke masa
sekarang. Oleh karena ini proses transformasi akan diketahui dengan cara
mengidentifikasikan perubahan menggunakan jangkauan durasi waktu dari tahun
ke tahun.
Pada permukiman memiliki elemen integral yang berperan sebagai dasar-dasar
yang telah ditetapkan di daerah pedesaan tersebut. Elemen tersebut yaitu
gabungan penggunaan lahan, tingginya kepadatan pembangunan, dan lingkungan
yang menarik untuk pejalan kaki, serta potensi tingkat tinggi atas keterlibatan
masyarakat dalam desain atau mengelola permukiman tersebut ( Murray, 2004).
Permukiman menerapkan prinsip-prinsip yang dipakai bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi beberapa elemen agar menunjukkan kemampuan dalam
keterlibatan masyarakat membangun ruang di permukiman dengan
memperhatikan adanya proses gabungan antara cara penggunaan lahan di suatu
kawasan permukiman yang berkaitan dengan jumlah pembangunan yang
meningkat di permukiman tersebut dalam mencapai keinginan masyarakat
mempunyai kondisi lingkungan yang bersahaja terhadap pejalan kaki ataupun
kendaraan pribadi di kawasan permukiman tersebut. Hal ini mendorong
permukiman untuk melakukan perubahan bentuk dari pola ruang masyarakat
tradisional di kawasan pedesaan tersebut.
2.3.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada Permukiman
Transformasi penggunaan lahan diperoleh dari kekuatan penduduk yang
dapat membuat keputusan untuk pengelolaan lahan berkelanjutan dalam
pembangunan daerah. Transformasi penggunaan lahan dibatasi oleh kondisi fisik,
terutama didorong oleh faktor-faktor sosial-ekonomi (Long,H.L., 2007b ).
Transformasi dari penggunaan lahan di suatu permukiman diperoleh dari
masyarakat yang menciptakan kesepakatan untuk pengelolaan lahan dalam durasi
waktu yang berlanjut dalam proses berlangsungnya pembangunan daerah
tersebut. Perubahan ini ditandai adanya batasan-batasan dari keadaan fisik
lingkungan masyarakat di permukiman yaitu munculnya pengaruh sosial dan
ekonomi yang berperan penting dalam perubahan lahan, adanya konstruksi yang
besar terkait susunan hasil pendapatan masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui
proses transformasi yang terjadi di suatu permukiman diterapkan adanya
penentuan penggunaan lahan yang tidak terlepas dari faktor ekonomi dan sosial di
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
lingkungan masyarakat tersebut. Oleh karena itu transformasi penggunaan lahan
dan lahan konstruksi diperkuat dengan hubungan kegiatan produksi manusia
didalamnya.
Aspek-aspek sosial, ekonomi dan biofisik sangat berkaitan dengan proses
transformasi pola ruang di permukiman. Pendekatan untuk transformasi
permukiman diperoleh melalui pemahaman dengan menghubungkan dan
mengintegrasikan, spasial, data, dan permukiman yang mendorong terjadinya
penambahan transformasi terkait dengan demografi, penggunaan lahan, dan data
sejarah pemukiman pada skala nasional (Etter, A. & van Wyngaarden, W., 2000).
Proses masyarakat mendorong adanya transformasi pada permukiman atau
kelompok masyarakat yang berdampak pada pola tata ruang yang diberikan
sebagai paling utama untuk mendukung proses perencanaan lansekap pada suatu
kawasan permukiman tersebut. Proses transformasi berkaitan dengan dasar sosial-
ekonomi di daerah permukiman tradisional. Selanjutnya, aktivitas ini akan
memperkuat proses terjadinya transformasi dalam memperlihatkan kecenderungan
dari situasi masa depan penduduk terhadap spasial pola ruang tradisional
permukiman. Adapun hubungannya dengan jenis penggunaan lahan yang umum
dari sejarah terjadinya transformasi di kawasan tersebut yaitu seperti daerah yang
memiliki kepadatan penduduk rendah namun memiliki tingkat transformasi tinggi
di daerah permukimannya.
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Transformasi Spasial Pada Permukiman
Daerah kawasan pedesaan yang mengalami perubahan yang cukup spasial
temporal berdampak pada perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi, serta
interaksi dari beberapa elemen kualitatif yang mempengaruhi pembangunan
pedesaan ( Long, H.L, 2009a ). Transformasi spasial pada permukiman terwujud
dengan menggunakan perkiraan waktu yang berdampak sulitnya dalam
pemahaman tentang pola ruang permukiman. Permukiman yang mengalami
perubahan spasial juga akan berdampak dengan aspek sosial, ekonomi dan
teknologi berkaitan dengan interaksi dari berbagai potensi tingkat kualitatif dalam
pembangunan di daerah permukiman. Namun, dalam teori ini menyimpulkan
suatu kawasan permukiman dapat berubah atau munculnya transformasi sebagai
pengaruh dari pentingnya perkembangan ekonomi dan budaya serta
berlangsungnya hubungan interaksi antara berbagai elemen kualitatif penilaian
terhadap kondisi fisik permukiman yang menyebabkan terciptanya pembangunan
di pedesaan. Hal ini menerapkan transformasi spasial pola ruang tradisional di
permukiman yang mendukung proses meningkatkan pembangunan pada kawasan
daerah permukiman tersebut.
Kegiatan sejarah mewujudkan terbentuknya spasial temporal dalam ilmu
teknologi yang semakin berkembang dan pemahaman yang lebih canggih dari
konteks budaya lingkungan yang dibentuk (Sewell, 2005,259). Transformasi
spasial terjadi muncul akibat beberapa faktor yang mendorong terciptanya
perubahan bentuk dalam proses yang mencakup kebutuhan masyarakat akan
ruang, durasi waktu dalam proses perkembangannya dan berbagai prinsip yang
Universitas Sumatera Utara
25
Universitas Sumatera Utara
mendasari suatu komunitas atau masyarakat permukiman menerapkan dasar-dasar
dalam perubahannya. Pada umumnya masyarakat mempunyai budaya yang
berhubungan dengan tanah yang melekat dengan signifikan pada faktor ekonomi,
sosial dan kepercayaan masyarakat di kawasan permukiman. Hal ini mewujudkan
pemusatan budaya dan gaya hidup masyarakat tradisional secara keseluruhan di
permukiman tersebut.
Geografi menjadi peran penting dalam proses pembangunan. Spasial telah
mempengaruhi perkembangan suatu daerah kepadatan tinggi (misalnya pemusatan
kawasan, dampak ekonomi), jarak (misalnya mobilitas spasial dan akses) dan
pembagian (misalnya integrasi spasial). (Linard, C., 2012). Pada proses
pembangunan keterkaitan geografi bertindak sangat penting yang memiliki tiga
jenis spasial yang menjadi penentu perkembangan pembangunan yang
mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi seperti pengumpulan pada satu titik
ruang dalam kawasan, perbandingan ukuran taraf ekonomi masyarakat, jarak
antara gerakan berpindahan bentuk ruang terhadap jangkauan dalam aksesnya dan
pembagian dalam pemerataan menjadi seimbang antara perubahan bentuk
menurut tingkat ekonomi yang mendorong terjadinya perubahan spasial. Situasi
ini terkait dengan infrastruktur jalur transportasi dalam pencapaian menuju
permukiman tersebut serta berbagai macam pola akses agar terwujudnya pola
ruang dengan penyebaran penduduk yang saling berhubungan antara kumpulan
penduduk di suatu daerah berpendapat yang memiliki susunan terperinci pada
tata ruang yang sama di kawasan permukiman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
26
Universitas Sumatera Utara
2.4 Norma-Norma Dalam Masyarakat Etnik Melayu Deli
Menurut (Wan Ghalib), Masyarakat etnik Melayu Deli mempunyai adab dan
sopan santun dalam pergaulan yang berdasarkan norma Islam yang sudah
menyatu menjadi adat. Pola sikap dalam pergaulan terwujud, seperti sikap
terhadap orang tua, terhadap ibu dan bapak, terhadap penguasa atau pejabat,
terhadap orang sebaya, terhadap orang yang lebih muda, antara pria dan wanita,
bertamu ke rumah orang, dalam upacara, dan sebagainya. Islam merupakan
identitas utama dari etnik Melayu. Budaya Islam juga menjadi budaya dari etnik
Melayu. Agama Islam menempatkan berpikir sebelum melakukan sesuatu sebagai
posisi yang amat terhormat yaitu adanya berbagai pantangan, larangan, dan hal
yang dianggap sumbang atau bersalah menurut adat.
Menurut Febrianti (2010), Masyarakat Melayu Deli sangat menjunjung tinggi
nilai agama, nilai adat dan tradisinya. Pengaruhnya dapat terlihat melalui
bagaimana terbentuknya sebuah permukiman, yang mana syaratnya adalah harus
terdapat rumah ibadah/mesjid (nilai agama) dan tempat upacara adat (nilai adat).
Nilai agama merupakan nilai yang tertinggi dari nilai adat dan nilai tradisi,
pengaruhnya dapat terlihat dalam bagaimana masyarakat Melayu menghargai
agama, dimana ukuran bangunan rumah ibadah harus berukuran paling besar
diantara jenis bangunan lainnya. Jika tidak akan memberikan rasa malu terhadap
masyarakat yang ada di dalamnya. Masyarakat Melayu Deli merupakan
masyarakat yang menjadikan musyawarah dan mufakat sebagai panutan
kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai budaya yang berisikan nasehat-nasehat
sebagai pengingat dalam kehidupan tercermin dari fisik bangunan Melayu itu
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Pencerminan nilai-nilai tradisi yang mengatur hubungan antara manusia
dan alam. Tata cara dan aturan-aturan yang berlaku harus diperhatikan ketika
mengambil dan memanfaatkan hasil-hasil hutan dan tidak merusak hutan dan
ekosistem yang ada di dalamnya. Dengan kata lain bahwa kebudayaan
berpengaruh terhadap bagaimana proses terbentuknya berbagai bangunan yang
dibutuhkan dalam sebuah permukiman, proses pembentukkan bangunan-
bangunan tersebut dimulai dari tahapan awal hingga tahapan akhir, dan bagaimana
bentuk fisik bangunan-bangunan tersebut serta penggunaan hiasan-hiasan berupa
ukiran yang menjadi simbolik dari etnik Melayu Deli.
Menurut (Agus Budi wibowo), mengungkapkan bahwa Adat Melayu
memperhatikan berbagai faktor dalam membangun rumah. Faktor dalam
membangun rumah tersebut terkait dengan pemilihan tapak, pemilihan kayu untuk
struktur, dan penyesuaian peraturan dan larangan dalam pemasangan pintu,
jumlah batang gelagar dan jumlah anak tangga. Pembangunan rumah pada
dasarnya tidak merusak sistem yang telah ada agar penghuninya terjamin dari
bencana serta tidak mengganggu lingkungan alam. Faktor-faktor terkait pemilihan
tapak untuk suatu permukiman sangat penting bagi masyarakat etnik Melayu Deli
agar masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut aman dari gangguan dan
terhindar dari hal-hal yang buruk dari tapak tersebut. Tanah yang tepat tidak
mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana bagi
penguninya. Menentukan tapak memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa.
Selain itu juga ditentukan keadaan permukaannya, tinggi, rendah, kecuraman,
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara
arah, mata angin, bentuk seperti tanah menanjung, di lereng bukit, rata, rawa-
rawa, gambur, bukit kecil.
Karakteristik permukiman tradisional Melayu awalnya berupa pola penyebaran
rumah yang berbanjar mengikuti sungai atau laut (Rumiati, A., & Prasetyo, Y. H.,
2013). Pola penyebaran permukiman Melayu ciri yang dipengaruhi oleh situasi
geografi alam di lingkungannya mengikuti pola sungai atau laut. Rumah-rumah
pada permukiman Melayu berkembang menyesuaikan penyebaran pola dari aliran
sungai atau laut yang berada di kawasannya. Pola penyebaran permukiman
Melayu Deli pada dasarnya dibentuk akibat dari norma-norma atau kebiasaan
masyarakat Melayu Deli dalam menentukan tapak rumah serta membentuk ruang
pada permukimannya. Masyarakat Melayu Deli yang banyak menenmpati daerah
pesisir yang mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan sehingga membangun
rumah tidak jauh dari tempat mata pencahariannya.
Menurut Yuan (1987), pada umumnya pola penyebaran rumah di permukiman
modern yang rigid, berbeda dengan pola penyebaran rumah tradisional Melayu
dibangun secara tidak terencana dan tidak berpola sehingga mempengaruhi angin
dapat bergerak secara alami dengan bebas mengikuti alirannya tanpa terhalang
oleh bangunan rumah sekitarnya. Batasan tidak ditemukan secara jelas antara
tapak lahan rumah yang satu dengan lainnya. Sehingga terdapat beberapa rumah
memiliki akses langsung terhadap jalan utama, namun ada beberapa harus melalui
pekarangan rumah tetangga yang ada di depannya (Gambar 2.1).
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Pola penyebaran permukiman terkait arah mata angin
(Sumber: Digambar ulang dari Yuan (1987)
Masyarakat Melayu pada dasarnya membangun rumah berbentuk panggung
karena mereka tinggal di kawasan pesisir yang mengalami banjir pasang air laut.
Dengan tumbuh berkembangnya wilayah tersebut, permasalahan banjir akibat
pasang air laut sudah dapat ditanggulangi dengan adanya tanggul-tanggul, dan
hutan sudah berubah menjadi daerah pembangunan permukiman, sehingga
masyarakat mulai berubah orientasi rumahnya menjadi rumah modern. Namun,
masyarakat Melayu mempunyai alasan lain dalam membangun rumah berbentuk
panggung yaitu agar rumah menjadi lebih tinggi sehingga sirkulasi udara di
sekitar rumah menjadi lebih kencang keluar dan masuk ke rumahnya. Penggunaan
orientasi rumah barat ke timur yang menjadi posisi menghadap kiblat yang dapat
mereduksi sinar matahari langsung ke arah rumah (Rumiati, A., & Prasetyo, Y.
H., 2013) (Gambar 2.2).
Pola permukiman Melayu Pola permukiman modern
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Diagram terkait norma masyarakat Melayu dalam menentukan
tapak rumah
Menurut Yurliani, R.(2007), Kondisi saat ini tradisi dari etnik Melayu di
Medan jarang menggunakan tradisi Melayu yang secara lengkap. Hal ini dapat
terjadi karena akulturasi budaya yaitu adanya percampuran dua kebudayaan atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi sehingga terjadinya adaptasi
budaya, dan adaptasi ini menyebabkan perubahan nilai atau tradisi yang dimiliki
setiap individu etnik Melayu. Lingkungan dengan beragam latar belakang yang
berbeda bisa menghasilkan sikap, nilai dan perilaku yang berbeda setiap
individunya. Sehingga tradisi etnik Melayu yang semakin ditinggalkan karena
masyarakat yang sudah bercampur kebiasaan atau kaidahnya. Masyarakat Melayu
sudah beradaptasi dengan zaman yang semakin maju dan berpendidikan sehingga
menggunakan logikanya dalam memutuskan semua aspek kehidupannya termasuk
dalam menentukan tapak rumah yang akan dibangun (Gambar 2.3).
Norma-norma masyarakat Melayu
dalam membentuk suatu permukiman
di kawasan pesisir laut
Pembangunan
rumah tidak
merusak sistem
yang telah ada
agar terjamin
dari bencana
serta tidak
mengganggu
lingkungan
alam
Terbentuknya
sebuah
permukiman
harus terdapat
rumah
ibadah/mesjid
Menentukan
tapak dengan
adanya arti
kebersamaan
terkait etnik
Melayu.
Permukiman Masyarakat
Melayu Pesisir
Tapak
rumah
berpengaruh
terhadap
arah mata
angin
Universitas Sumatera Utara
31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Diagram kondisi tradisi etnik Melayu mengalami akulturasi budaya
2.5 Rangkuman Teori
Berdasarkan kajian teori tersebut, peneliti merangkum refrensi yang dijadikan
sebagai landasan untuk menganalisa data pada bab analisa dan pembahasan pada
(tabel 2.1) berikut ini:
Tabel 2.1 Rangkuman Kajian Teori
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
Norma
Masyarakat
Melayu Deli
Dalam
Membentuk
Ruang
Desa dan kota memiliki
norma-norma sosial dan
tradisi budaya masing-
masing. Desa dan kota
sangat berbeda dan
bahkan saling
menampilkan
eksklusivitas. Desa
melibatkan perubahan
sosial berbeda yang
maknanya dapat
mengarah kepada suatu
tindakan
pemberontakan. Norma-
norma sosial yang
bersifat tradisional dan
keberadaan jaringan
desa yang kuat, adat
istiadat setempat,
kelompok kasta dan
tingkat sosial
berdampak bertahannya
keadaan asli suatu desa
Pedesaan mempunyai
norma yang berlaku dalam
masyarakat serta tradisi
budaya setempat yang sejak
dahulu hingga saat ini
berlaku didalam kehidupan
bermasyarakat. Berbeda
dengan perkotaan, desa
membuat perubahan yang
saling terpisah dari
masyarakat perkotaan.
Dalam transformasi nya
tidak berlangsung cepat
karena di pedesaan berlaku
norma-norma sosial atau
peraturan terhadap sikap
perilaku masyarakatnya dan
terdapat tradisi budaya
yang biasanya tetap sama
untuk kurun waktu yang
Akulturasi Budaya
Permukiman Masyarakat
Melayu Pesisir saat ini
Masyarakat Melayu Deli tidak
terikat oleh norma sehingga mulai
memperhitungkan fungsional dan
pemikiran logikanya.
Norma-norma masyarakat Melayu
dalam membentuk suatu permukiman
di kawasan pesisir laut
Universitas Sumatera Utara
32
Universitas Sumatera Utara
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
(Liu, Y., (2010) relatif lama.
Permukiman tradisional
mempunyai
karakteristik adanya
proses adaptasi
penghuni terhadap
kondisi dari iklim
setempat, sumber daya
yang tersedia, dan
topografi. Gabungan
untuk berbagai konsep
bioclimatic akan selalu
diterapkan dalam suatu
desain ruang yang
dibangun bahkan juga
diterapkan untuk ruang
terbuka publik
(Savvides 2016).
Permukiman tradisional
berada di suatu kawasan
yang dikelompokkan dalam
masyarakat yang
berpengaruh terhadap cuaca
iklim dari permukiman
tersebut untuk menentukan
bentuk dari permukiman
tradisional. Sumber daya
yang terdapat pada
permukiman juga menjadi
alasan terbentuknya
permukiman tradisional
pada kawasan yang
memiliki mata pencaharian
sesuai dengan potensi
sumber daya yang ada di
lingkungannya.
Lingkungan pesisir laut
menjadi tempat tinggal
penghuni yang memiliki
mata pencaharian di
daerah tersebut sehingga
membentuk suatu
permukiman.
Permukiman yang
sejajar sepanjang garis
sungai, akan berganti
dengan menyesuaikan
kondisi tanah, ruang
hijau, dan susunan
budaya (Yodsurang, P.,
& Yasufumi, U., 2015)
Kampung nelayan yang
terletak di kawasan pesisir
menunjukkan sebuah
perikanan yang mendorong
lingkungan pesisir tersebut.
Dari bidang perikanan
terwujudlah sumber daya
ekonomi tradisional
menjadi mata pencaharian
utama dari penghuni di
dalam permukiman
tradisional tersebut, yaitu
permukiman yang lainnya
memiliki masyarakat yang
bekerja menuju kearah
sektor industri karena
alasan kebutuhan ekonomi
di kawasan pesisir tersebut.
Karakteristik
permukiman tradisional
Melayu awalnya berupa
Pola penyebaran
permukiman Melayu ciri
yang dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
33
Universitas Sumatera Utara
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
pola penyebaran rumah
yang berbanjar
mengikuti sungai atau
laut (Rumiati, A., &
Prasetyo, Y. H., 2013)
situasi geografi alam di
lingkungannya mengikuti
pola sungai atau laut.
Rumah-rumah pada
permukiman Melayu
berkembang menyesuaikan
penyebaran pola dari aliran
sungai atau laut yang berada
di kawasannya. Pola
penyebaran permukiman
Melayu Deli pada dasarnya
dibentuk akibat dari norma-
norma atau kebiasaan
masyarakat Melayu Deli
dalam menentukan tapak
rumah serta membentuk
ruang pada permukimannya.
Masyarakat Melayu Deli
yang banyak menenmpati
daerah pesisir yang
mayoritas warganya
berprofesi sebagai nelayan
sehingga membangun
rumah tidak jauh dari
tempat mata
pencahariannya.
Menurut Febrianti
(2010), Masyarakat
Melayu Deli sangat
menjunjung tinggi nilai
agama, nilai adat dan
tradisinya. Pengaruhnya
dapat terlihat melalui
bagaimana terbentuknya
sebuah permukiman,
yang mana syaratnya
adalah harus terdapat
rumah ibadah/mesjid
(nilai agama) dan
tempat upacara adat
(nilai adat).
Nilai agama merupakan
nilai yang tertinggi dari
nilai adat dan nilai tradisi,
pengaruhnya dapat terlihat
dalam bagaimana
masyarakat Melayu
menghargai agama, dimana
ukuran bangunan rumah
ibadah harus berukuran
paling besar diantara jenis
bangunan lainnya. Jika
tidak akan memberikan rasa
malu terhadap masyarakat
yang ada di dalamnya.
Masyarakat Melayu Deli
merupakan masyarakat
yang menjadikan
musyawarah dan mufakat
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
sebagai panutan kehidupan
bermasyarakat. Nilai-nilai
budaya yang berisikan
nasehat-nasehat sebagai
pengingat dalam kehidupan
tercermin dari fisik
bangunan Melayu itu
sendiri.
Struktur Ruang Di
Permukiman
Budaya dan
perkembangan
kebutuhan hidup
masyarakat pesisir
terwujud dari fenomena
dari sepanjang pulau
dan daratan terlihat dari
hubungan kompleks
permukiman. Fokus
pada ruang dan waktu
telah menghasilkan
perubahan yang
signifikan dalam
lingkungan alam dan
terstruktur di
masyarakat pedesaan.
Pembangunan
perumahan yang tidak
proporsional, dan
pembangunan ilegal
menimbulkan
pemalsuan karakteristik
arsitektur morfologi
bangunan. (Fragkou, D.,
2017).
Pola ruang yang luas untuk
penataannya harus
menerapkan hubungan yang
kompleks dengan sejarah
budaya daerah setempat.
Identitas masing-masing
tempat tersusun melalui
banyak unsur-unsur
lingkungan alam, sejarah
dan budaya masyarakat.
Hasil dari perjalanan sosio-
ekonomi dan lingkungan
dari waktu ke waktu. Setiap
elemen lingkungan yang
tersusun, warisan budaya
yaitu (material), dasar
sosial budaya, struktur dari
ekonomi produktif yang
bekerja sama pada identitas
yang dihasilkan.
Permukiman pedesaan
tumbuh dan berkembang
dari pandangan
fungsional ruang
tradisional masyarakat
(bentuk dan pola) yang
terwujud dari faktor
Perkembangan dari
perspektif fungsional ruang
tradisional masyarakat yaitu
adanya bentuk ruang yang
dalam prosesnya dapat
memperhatikan faktor
sejarah, sosial dan budaya
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
sejarah, politik, sosial,
dan budaya yang
menyusun penataan
ulang sistem
permukiman di
pedesaan. Perspektif
fungsional juga
menerapkan analisis
permukiman di daerah
pedesaan, peningkatan
jumlah tempat tinggal,
pola penyebaran tempat
tinggal, diferensiasi
area, dan struktur
hirarkis. (Nepal, S.
K.,2007).
yang berlaku di masyarakat
dalam menciptakan susunan
dari penataan ruang pada
sistem permukiman di
pedesaan tersebut.
Pandangan masyarakat
pedesaan digunakan untuk
memperbaki ruang yang
telah ada sebelumnya
dengan memperhatikan
bagaimana cara sikap orang
atau perilaku pengambilan
keputusan mengenai
sejarah, dan pengaruh
politik serta sosial dalam
mempengaruhi pemukiman.
Transformasi
Ruang Di
Permukiman
Pemenuhan transformasi
pada masyarakat
biasanya diperoleh
akibat dari kejadian
yang menyesuaikan dari
masa lalu ke masa
sekarang namun tidak
diketahui oleh zaman
atau proses transformasi
ini tak terkendali yang
menghasilkan sedikit
penambahan terhadap
peristiwa yang dilihat
dari waktu ke waktu
(Patterson, (2007,1288).
Proses transformasi di
masyarakat sebagai proses
adaptasi atau penyesuaian
dalam waktu yang panjang
dari waktu ke waktu,
namun hal ini tidak disadari
oleh masyarakat dari masa
ke masa, sehingga
transformasi cenderung
tidak dapat terdeteksi
sebagai proses perubahan
yang mempertemukan
peristiwa sejarah dari awal
terbentuknya hingga saat
ini dengan proses sosial
budaya masyarakat yang
berada didalamnya.
Transformasi
penggunaan lahan
diperoleh dari kekuatan
penduduk yang dapat
membuat keputusan
untuk pengelolaan lahan
berkelanjutan dalam
Transformasi dari
penggunaan lahan di suatu
permukiman diperoleh dari
masyarakat yang
menciptakan kesepakatan
untuk pengelolaan lahan
dalam durasi waktu yang
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
Masalah Penelitian Landasan Teori Kajian Teori
pembangunan daerah.
Transformasi
penggunaan lahan
dibatasi oleh kondisi
fisik, terutama didorong
oleh faktor-faktor sosial-
ekonomi(Long,H.L.,
2007b )
berlanjut dalam proses
berlangsungnya
pembangunan daerah
tersebut. Perubahan ini
ditandai adanya batasan-
batasan dari keadaan fisik
lingkungan masyarakat di
permukiman yaitu
munculnya pengaruh sosial
dan ekonomi yang berperan
penting dalam perubahan
lahan, adanya konstruksi
yang besar terkait susunan
hasil pendapatan
masyarakat.
Kegiatan sejarah
mewujudkan
terbentuknya spasial
temporal dalam ilmu
teknologi yang semakin
berkembang dan
pemahaman yang lebih
canggih dari konteks
budaya lingkungan yang
dibentuk (Sewell,
2005,259)
Transformasi spasial terjadi
muncul akibat beberapa
faktor yang mendorong
terciptanya perubahan
bentuk dalam proses yang
mencakup kebutuhan
masyarakat akan ruang,
durasi waktu dalam proses
perkembangannya dan
berbagai prinsip yang
mendasari suatu komunitas
atau masyarakat
permukiman menerapkan
dasar-dasar dalam
perubahannya.
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metoda Penentuan Lokasi Penelitian
Dalam menentukan lokasi penelitian, dipertimbangkan beberapa kriteria yang
harus dipenuhi agar penelitian ini dapat memperoleh data yang dibutuhkan agar
tercapainya tujuan penelitian. Metode penentuan lokasi ditentukan dengan sengaja
(Purposive- metohod) memilih lokasi di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan . Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi penelitian
yaitu :
Lokasi penelitian merupakan lokasi yang berkembang secara tidak terencana.
Lokasi penelitian merupakan permukiman tradisional
Lokasi penelitian merupakan kawasan permukiman masyarakat tradisional
yang letaknya dekat dengan laut, sebagian besar masyarakatnya berprofesi
sebagai nelayan dan pedagang.
Terbentuknya lokasi penelitian mengalami proses perubahan dalam berbagai
kurun waktu.
3.2 Metoda Penentuan Variabel
Dalam menentukan variabel, peneliti mengacu kepada landasan teori dan
masalah yang telah dirumuskan. Adapun metoda penentuan variabel dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Metoda Penentuan Variabel
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
Norma
Masyarakat
Melayu Deli
Dalam
Membentuk
Ruang
Desa dan kota
memiliki norma-
norma sosial dan
tradisi budaya
masing-masing.
Desa dan kota
sangat berbeda dan
bahkan saling
menampilkan
eksklusivitas. Desa
melibatkan
perubahan sosial
berbeda yang
maknanya dapat
mengarah kepada
suatu tindakan
pemberontakan.
Norma-norma
sosial yang
bersifat tradisional
dan keberadaan
jaringan desa yang
kuat, adat istiadat
setempat,
kelompok kasta
dan tingkat sosial
berdampak
bertahannya
keadaan asli suatu
desa (Liu, Y.,
(2010).
Pedesaan
mempunyai norma
yang berlaku dalam
masyarakat serta
tradisi budaya
setempat yang sejak
dahulu hingga saat
ini berlaku didalam
kehidupan
bermasyarakat.
Dalam transformasi
nya tidak
berlangsung cepat
karena di pedesaan
berlaku norma-
norma sosial atau
peraturan terhadap
sikap perilaku
masyarakatnya dan
terdapat tradisi
budaya yang
biasanya tetap sama
untuk kurun waktu
yang relatif lama.
Norma
masyarakat
Melayu Deli
dalam
membentuk
ruang
dipengaruhi
beberapa faktor
yaitu:
-Pemilihan tapak
-Bentuk
kontruksi rumah
terkait etnik
Melayu Deli dan
lingkungan
pesisir
-Pola sirkulasi
jalan terkait
kaidah etnik
Melayu Deli
-Mesjid sebagai
identitas islam
yang merupakan
agama mayoritas
etnik Melayu
Deli
-Upacara adat
etnik Melayu
Deli
Permukiman
tradisional
mempunyai
karakteristik
adanya proses
adaptasi penghuni
terhadap kondisi
dari iklim
setempat, sumber
Permukiman
tradisional berada
di suatu kawasan
yang
dikelompokkan
dalam masyarakat
yang berpengaruh
terhadap cuaca
iklim dari
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
daya yang
tersedia, dan
topografi.
Gabungan untuk
berbagai konsep
bioclimatic akan
selalu diterapkan
dalam suatu desain
ruang yang
dibangun bahkan
juga diterapkan
untuk ruang
terbuka publik.
(Savvides 2016)
permukiman
tersebut untuk
menentukan bentuk
dari permukiman
tradisional. Sumber
daya yang terdapat
pada permukiman
juga menjadi alasan
terbentuknya
permukiman
tradisional pada
kawasan yang mata
pencaharian sesuai
dengan potensi
sumber daya yang
ada di
lingkungannya.
Lingkungan
pesisir laut
menjadi tempat
tinggal penghuni
yang memiliki
mata pencaharian
di daerah tersebut
sehingga
membentuk suatu
permukiman.
Permukiman yang
sejajar sepanjang
garis sungai, akan
berganti dengan
menyesuaikan
kondisi tanah,
ruang hijau, dan
susunan budaya
(Yodsurang, P., &
Yasufumi, U.,
2015).
Kampung nelayan
yang terletak di
kawasan pesisir
menunjukkan
sebuah perikanan
yang mendorong
lingkungan pesisir
tersebut. Dari
bidang perikanan
terwujudlah sumber
daya ekonomi
tradisional menjadi
mata pencaharian
utama dari
penghuni di dalam
permukiman
tradisional tersebut.
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
Karakteristik
permukiman
tradisional Melayu
awalnya berupa
pola penyebaran
rumah yang
berbanjar
mengikuti sungai
atau laut (Rumiati,
A., & Prasetyo, Y.
H., 2013)
Pola penyebaran
permukiman
Melayu ciri yang
dipengaruhi oleh
situasi geografi
alam di
lingkungannya
mengikuti pola
sungai atau laut.
Rumah-rumah pada
permukiman
Melayu berkembang
menyesuaikan
penyebaran pola
dari aliran sungai
atau laut yang
berada di
kawasannya. Pola
penyebaran
permukiman
Melayu Deli pada
dasarnya dibentuk
akibat dari norma-
norma atau
kebiasaan
masyarakat Melayu
Deli dalam
menentukan tapak
rumah serta
membentuk ruang
pada
permukimannya.
Masyarakat Melayu
Deli yang banyak
menenmpati daerah
pesisir yang
mayoritas warganya
berprofesi sebagai
nelayan sehingga
membangun rumah
tidak jauh dari
tempat mata
Universitas Sumatera Utara
41
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
pencahariannya.
Menurut Febrianti
(2010),
Masyarakat
Melayu Deli
sangat menjunjung
tinggi nilai agama,
nilai adat dan
tradisinya.
Pengaruhnya dapat
terlihat melalui
bagaimana
terbentuknya
sebuah
permukiman, yang
mana syaratnya
adalah harus
terdapat rumah
ibadah/mesjid
(nilai agama) dan
tempat upacara
adat (nilai adat).
Nilai agama
merupakan nilai
yang tertinggi dari
nilai adat dan nilai
tradisi,
pengaruhnya dapat
terlihat dalam
bagaimana
masyarakat Melayu
menghargai agama,
dimana ukuran
bangunan rumah
ibadah harus
berukuran paling
besar diantara jenis
bangunan lainnya.
Jika tidak akan
memberikan rasa
malu terhadap
masyarakat yang
ada di dalamnya.
Masyarakat Melayu
Deli merupakan
masyarakat yang
menjadikan
musyawarah dan
mufakat sebagai
panutan kehidupan
bermasyarakat.
Nilai-nilai budaya
yang berisikan
nasehat-nasehat
sebagai pengingat
dalam kehidupan
tercermin dari fisik
bangunan Melayu
itu sendiri.
Struktur Ruang
Di Permukiman
Budaya dan
perkembangan
kebutuhan hidup
Pola ruang yang
luas untuk
penataannya harus
Struktur ruang di
permukiman
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
masyarakat pesisir
terwujud dari
fenomena dari
sepanjang pulau
dan daratan
terlihat dari
hubungan
kompleks
permukiman.
Fokus pada ruang
dan waktu telah
menghasilkan
perubahan yang
signifikan dalam
lingkungan alam
dan terstruktur di
masyarakat
pedesaan.
Pembangunan
perumahan yang
tidak proporsional,
dan pembangunan
ilegal
menimbulkan
pemalsuan
karakteristik
arsitektur
morfologi
bangunan.
(Fragkou, D.,
2017).
menerapkan
hubungan yang
kompleks dengan
sejarah budaya
daerah setempat.
Identitas masing-
masing tempat
tersusun melalui
banyak unsur-unsur
lingkungan alam,
sejarah dan budaya
masyarakat. Hasil
dari perjalanan
sosio-ekonomi dan
lingkungan dari
waktu ke waktu.
Cara
mengetahuinya
dengan membaca
dan mengevaluasi
sumber daya dan
proses
pertumbuhannya di
setiap situasi sosio-
ekonomi yang
berlangsung dapat
membentuk ruang
baru. Setiap elemen
lingkungan yang
tersusun, warisan
budaya yaitu
(material), dasar
sosial budaya,
struktur dari
ekonomi produktif
yang bekerja sama
pada identitas yang
dihasilkan.
meliputi,
-Bentuk ruang
permukiman
-Karakteristik
kawasan
permukiman
Universitas Sumatera Utara
43
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
Permukiman
pedesaan tumbuh
dan berkembang
dari pandangan
fungsional ruang
tradisional
masyarakat
(bentuk dan pola)
yang terwujud dari
faktor sejarah,
politik, sosial, dan
budaya yang
menyusun
penataan ulang
sistem
permukiman di
pedesaan.
Perspektif
fungsional juga
menerapkan
analisis
permukiman di
daerah pedesaan,
peningkatan
jumlah tempat
tinggal, pola
penyebaran tempat
tinggal,
diferensiasi area,
dan struktur
hirarkis. (Nepal, S.
K.,2007).
Perkembangan dari
perspektif
fungsional ruang
tradisional
masyarakat yaitu
adanya bentuk dan
pola yang dalam
prosesnya dapat
memperhatikan
faktor sejarah,
sosial dan budaya
yang berlaku di
masyarakat dalam
menciptakan
susunan dari
penataan ruang
pada sistem
permukiman di
pedesaan tersebut.
Pandangan
masyarakat
pedesaan digunakan
untuk memperbaki
pola-pola yang
telah ada
sebelumnya dengan
memperhatikan
bagaimana cara
sikap orang atau
perilaku
pengambilan
keputusan
mengenai sejarah,
dan pengaruh
politik serta sosial
dalam
mempengaruhi pola
pemukiman di
kawasan pedesaan
Universitas Sumatera Utara
44
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
tersebut.
Transformasi
Ruang Di
Permukiman
Pemenuhan
transformasi pada
masyarakat
biasanya diperoleh
akibat dari
kejadian yang
menyesuaikan dari
masa lalu ke masa
sekarang namun
tidak diketahui
oleh zaman atau
proses
transformasi ini
tak terkendali yang
menghasilkan
sedikit
penambahan
terhadap peristiwa
yang dilihat dari
waktu ke waktu
(Patterson,
2007,1288).
Proses transformasi
di masyarakat
sebagai proses
adaptasi atau
penyesuaian dalam
waktu yang panjang
dari waktu ke
waktu, namun hal
ini tidak disadari
oleh masyarakat
dari masa ke masa,
sehingga
transformasi
cenderung tidak
dapat terdeteksi
sebagai proses
perubahan yang
mempertemukan
peristiwa sejarah
dari awal
terbentuknya
hingga saat ini
dengan proses
sosial budaya
masyarakat yang
ada didalamnya
Transformasi
ruang di
permukiman
mencakup,
-Perilaku
masyarakat suku
Melayu Deli
-Penggunaan
lahan
- Durasi waktu
Transformasi
penggunaan lahan
diperoleh dari
kekuatan
penduduk yang
dapat membuat
keputusan untuk
pengelolaan lahan
berkelanjutan
dalam
pembangunan
Transformasi dari
penggunaan lahan
di suatu
permukiman
diperoleh dari
masyarakat yang
menciptakan
kesepakatan untuk
pengelolaan lahan
dalam durasi waktu
yang berlanjut
Universitas Sumatera Utara
45
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Landasan Teori Interpretasi Variabel
daerah.
Transformasi
penggunaan lahan
dibatasi oleh
kondisi fisik,
terutama didorong
oleh faktor-faktor
sosial-ekonomi
(Long,H.L., 2007b
).
dalam proses
berlangsungnya
pembangunan
daerah tersebut.
Perubahan ini
ditandai adanya
pengaruh sosial dan
ekonomi pada
perubahan lahan.
Kegiatan sejarah
mewujudkan
terbentuknya
spasial temporal
dalam ilmu
teknologi yang
semakin
berkembang dan
pemahaman yang
lebih canggih dari
konteks budaya
lingkungan yang
dibentuk (Sewell,
2005,259)
Transformasi
spasial terjadi
muncul akibat
beberapa faktor
yang mendorong
terciptanya
perubahan bentuk
dalam proses yang
mencakup
kebutuhan
masyarakat akan
ruang, durasi waktu
dalam proses
perkembangannya
dan berbagai
prinsip yang
mendasari suatu
komunitas atau
masyarakat
permukiman
menerapkan dasar-
dasar dalam
perubahannya.
Universitas Sumatera Utara
46
Universitas Sumatera Utara
3.3 Metoda Pengumpulan Data
Dalam melakukan riset ini peneliti berpatokan kepada variabel yang sudah
ditentukan dalam tabel 3.1 sebelumnya. Adapun metoda pengumpulan data dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Metoda Pengumpulan Data
Perumusan
Masalah
Variabel Data yang
diperlukan
Metoda
Norma-norma
masyarakat
Melayu Deli
dalam
membentuk
ruang
Norma masyarakat
Melayu Deli dalam
membentuk ruang
dipengaruhi
beberapa faktor
yaitu:
-Pemilihan tapak
-Bentuk kontruksi
rumah terkait etnik
Melayu Deli dan
lingkungan pesisir
-Pola sirkulasi jalan
terkait kaidah etnik
Melayu Deli
-Mesjid sebagai
identitas islam yang
merupakan agama
mayoritas etnik
Melayu Deli
-Upacara adat etnik
Melayu Deli
Norma-norma
yang diyakini
Masyarakat di
Kampung Bagan
Deli Belawan
Medan
Melakukan metoda
wawancara yang
memiliki keterkaitan
dengan norma-
norma yang
menyebabkan
masyarakat
membentuk ruang.
Struktur ruang
di permukiman
Struktur ruang di
permukiman
meliputi,
-Bentuk ruang
permukiman
-Karakteristik
Data dapat
diperoleh dari
lurah tentang
struktur ruang di
Kampung Bagan
Deli Belawan
-Melaksanakan
observasi langsung
atau survey ke
lokasi penelitian
-Membuat peta 2D
figure ground pada
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
Perumusan
Masalah
Variabel Data yang
diperlukan
Metoda
kawasan
permukiman
Medan permukiman yang
dilihat dari Google
Earth kemudian
dibuat ulang di
Autocad.
Transformasi
ruang di
permukiman
Transformasi ruang
di permukiman
mencakup,
-Perilaku
masyarakat Melayu
Deli
-Penggunaan lahan
- Durasi waktu
-Mengkaji
transformasi
ruang
permukiman
dalam berbagai
kurun waktu
-Peta elemen
fisik pada
permukiman di
Kampung Bagan
Deli Belawan
Medan.
-Melaksanakan
observasi langsung
atau survey ke
lokasi penelitian
-Melakukan metoda
wawancara yang
memiliki keterkaitan
dengan transformasi
ruang
Adapun pertanyaan yang dikemukakan peneliti dalam melaksanakan
wawancara untuk menemukan data mengenai norma-norma masyarakat Melayu
Deli dalam membentuk ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
adalah sebagai berikut :
1. Apakah Anda suku Melayu Deli? (jika ya, maka wawancara dilanjutkan sampai
akhir)
2. Pada tahun berapa Anda datang ke kampung ini?
3. Siapakah yang membangun tempat tinggal Anda?
• Bagaimanakah cara Anda memilih tapak untuk rumah tinggal Anda?
Universitas Sumatera Utara
48
Universitas Sumatera Utara
• Apakah Anda memilih tapak untuk rumah tinggal berdasarkan
kepercayaan bahwa tapak yang tepat akan memberikan keselamatan,
kebaikan dan kesejahteraan?
• Atau, apakah Anda menentukan pemilihan tapak terikat dengan peraturan
adat, kepercayaan, pantang larang yang ditentukan oleh pawang dan
tukang yang mahir?
• Apakah Anda meyakini norma tentang “Tanah yang tepat tidak
mengganggu urat bumi dan penunggunya, sedangkan yang tidak tepat
akan membawa bencana bagi penghuninya”?
• Apakah dalam menentukan tapak untuk bangunan rumah tinggal Anda
memperhitungkan sifat fisik, tanah, rasa, dan baunya?
• Apakah dalam menentukan posisi rumah tinggal Anda memperhitungkan
arah mata angin?
4. Apa yang Anda yakini dengan keberadaan kampung ini yang dekat dengan
pesisir laut Belawan?
• Apakah keberadaan sungai/laut Belawan menjadi hal penting dalam
menempatikan posisi arah rumah Anda ?
5. Apakah rumah tinggal Anda berbentuk panggung?
• Mengapa bentuk panggung menjadi pilihan Anda dalam memutuskan
rumah tinggal yang ditempati?
• Adakah keterkaitan norma Melayu Deli dengan keputusan bentuk
panggung atau keterkaitannya dengan keberadaan kapling Anda di atas
air?
Universitas Sumatera Utara
49
Universitas Sumatera Utara
6. Apakah bentuk rumah tinggal Anda empat persegi? Norma-norma apakah yang
anda yakini dengan bentuk 4 persegi?
7. Apakah anda berperan dalam membangun jalan dan lingkungan sekitar?
Apakah masyarakat lainnya berperan serta juga?
8. Nilai-nilai apa yang Anda terapkan bersama masyarakat dalam membangun
jalan dan lingkungan sekitar?
• Apakah nilai-nilai tersebut merupakan Budaya Melayu atau Islam?
9. Apakah disini ada tempat ibadah seperti Masjid atau surau?
• Apakah masjid yang dibangun berbentuk bujur sangkar atau persegi?
• Norma-norma apa yang Anda dan masyarakat yakini dalam memutuskan
bentuk masjid?
• Siapakah yang membangun Mesjid atau surau tersebut?
• Norma-norma apakah yang diterapkan dalam pembangunan Mesjid atau
surau tersebut?
• Apakah norma-norma tersebut juga mempengaruhi posisi Mesjid atau
surau tersebut?
10. Etnik Melayu Deli mempunyai norma-norma yang identik dengan pandangan
hidup Islam. Pandangan hidup Islam sangat menjunjung tinggi norma yang
mengatur hubungan antar manusia yaitu antara anggota keluarga, kerabat
dekat, serta tetangga. Apa yang Anda yakini sebagai orang Melayu Deli
mengenai berkumpul?
• Dapatkah anda tunjukkan pada peta ini ruang-ruang mana saja yang sering
digunakan untuk berkumpul?
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
• Pentingkah bagi Anda berkumpul dengan keluarga dan tetangga? Selain
berkumpul dengan keluarga di rumah, dimanakah Anda berkumpul dan
atau bercengkeramah dengan tetangga?
• Siapakah yang membangun ruang yang Anda dan masyarakat lain gunakan
untuk berkumpul tersebut?
• Apakah ruang berkumpul tersebut dibangun berdasarkan kaedah-kaedah
Pandangan hidup Islam?
11. Adakah upacara dan atau pesta dilaksanakan di kampung Bagan Deli ini?
• Dimanakah upacara atau pesta itu selalu dilaksanakan?
• Apakah tempat upacara atau pesta (dapat berupa bangunan umum) tersebut
dibangun oleh masyarakat kampung Bagan Deli ini?
• Apakah norma-norma yang diterapkan dalam pembangunan tempat
upacara atau pesta tersebut?
Adapun pertanyaan yang dikemukakan peneliti dalam melaksanakan
wawancara untuk menemukan data mengenai transformasi ruang tradisional
permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan adalah sebagai
berikut :
1. Disini saya menunjukkan peta kampung Bagan Deli Belawan Medan, dapatkah
Anda mendeskripsikan keadaan awal kampung ini pada peta ini?
2. Disini saya menunjukkan peta fungsi kampung Bagan Deli Belawan Medan
sekarang. Menurut Anda, bagaimana dahulu fungsi-fungsi pada tanah di
kampung ini? Apakah sama dengan sekarang? (disini peneliti berdiskusi
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan / menolong memori penghuni untuk dapat menggambarkan
secara skematik pemanfaatan tanah di kampung ini sebelumnya)
3. Menurut anda, siapa yang melakukan perubahan fungsi pada area hunian
tempat anda tinggal sekarang?
Metoda dalam menentukan penghuni yang akan diwawancara oleh Peneliti
adalah:
1. Penghuni yang diwawancara tersebut merupakan tokoh yang sangat memahami
tentang perkembangan kampung Bagan Deli di Belawan Medan
2. Penghuni yang diwawancara tersebut merupakan etnik Melayu Deli
3. Penghuni tersebut memahami secara umum mengenai norma-norma etnik
Melayu Deli
4. Penghuni yang diwawancara tersebut mendirikan tempat tinggal di atas tapak
Bagan Deli di Belawan Medan
Peneliti membagi kawasan Penelitian ini menjadi 8 segmen (Gambar 3.1).
Peneliti melakukan wawancara terhadap 3 orang untuk setiap segmen.
Universitas Sumatera Utara
52
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar:
: Pembagian segmen-segmen kawasan dalam melakukan wawancara
Gambar 3.1 Pembagian segmen untuk penghuni yang akan diwawancara
3.4 Metoda Analisa
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dalam pelaksanaannya akan
dihubungkan dengan landasan teori dan data di analisa untuk memperoleh
penemuan, yang dikaitkan kembali dengan permasalahan penelitian kemudian
akan dianalisis dengan metode kualitatif sehingga dapat menghasilkan penemuan
(Gambar 3.2- 3.4).
1
5
4
6
2
3
7
8
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2. Metoda Analisa keterkaitan norma-norma masyarakat Melayu dan
ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Masalah penelitian:
Norma Masyarakat Melayu Deli
Dalam Membentuk Ruang
Teori :
-Desa dan kota memiliki norma-
norma sosial dan tradisi budaya
masing-masing. Desa dan kota
sangat berbeda dan bahkan saling
menampilkan eksklusivitas. Desa
melibatkan perubahan sosial
berbeda yang maknanya dapat
mengarah kepada suatu tindakan
pemberontakan. Norma-norma
sosial yang bersifat tradisional dan
keberadaan jaringan desa yang kuat,
adat istiadat setempat, kelompok
kasta dan tingkat sosial berdampak
bertahannya keadaan asli suatu desa
(Liu, Y., (2010).
-(Febrianti, 2010), Masyarakat
Melayu Deli sangat menjunjung
tinggi nilai agama, nilai adat dan
tradisinya. Pengaruhnya dapat
terlihat melalui bagaimana
terbentuknya sebuah permukiman,
yang mana syaratnya adalah harus
terdapat rumah ibadah/mesjid (nilai
agama) dan tempat upacara adat
(nilai adat).
Data:
Identifikasi norma-norma masyarakat
Melayu Deli dalam membentuk ruang pada
permukiman
Kajian:
-Pedesaan mempunyai norma yang
berlaku dalam masyarakat serta tradisi
budaya setempat yang sejak dahulu
hingga saat ini berlaku didalam
kehidupan bermasyarakat. Berbeda
dengan perkotaan, desa membuat
perubahan yang saling terpisah dari
masyarakat perkotaan. Dalam
transformasi nya tidak berlangsung cepat
karena di pedesaan berlaku norma-
norma sosial atau peraturan terhadap
sikap perilaku masyarakatnya dan
terdapat tradisi budaya yang biasanya
tetap sama untuk kurun waktu yang
relatif lama.
-Nilai agama merupakan nilai yang
tertinggi dari nilai adat dan nilai tradisi,
pengaruhnya dapat terlihat dalam
bagaimana masyarakat Melayu
menghargai agama, dimana ukuran
bangunan rumah ibadah harus berukuran
paling besar diantara jenis bangunan
lainnya. Jika tidak akan memberikan
rasa malu terhadap masyarakat yang ada
di dalamnya. Masyarakat Melayu Deli
merupakan masyarakat yang menjadikan
musyawarah dan mufakat sebagai
panutan kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai budaya yang berisikan
nasehat-nasehat sebagai pengingat
dalam kehidupan tercermin dari fisik
bangunan Melayu itu sendiri.
Penemuan:
Norma-norma masyarakat Melayu
dalam membentuk ruang di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Universitas Sumatera Utara
54
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3. Metoda Analisa keterkaitan dengan struktur ruang permukiman
di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Masalah penelitian:
Struktur Ruang Di Permukiman
Teori :
Budaya dan perkembangan
kebutuhan hidup masyarakat pesisir
terwujud dari fenomena dari
sepanjang pulau dan daratan terlihat
dari hubungan kompleks
permukiman. Fokus pada ruang dan
waktu telah menghasilkan perubahan
yang signifikan dalam lingkungan
alam dan terstruktur di masyarakat
pedesaan. Pembangunan perumahan
yang tidak proporsional, dan
pembangunan ilegal menimbulkan
pemalsuan karakteristik arsitektur
morfologi bangunan. (Fragkou, D.,
2017).
Data:
-Identifikasi fungsi tanah eksisting pada
permukiman
-Identifikasi jaringan jalan eksisting
pada permukiman
-Identifikasi ruang pada permukiman
Kajian:
Pola ruang yang luas untuk
penataannya harus menerapkan
hubungan yang kompleks dengan
sejarah budaya daerah setempat.
Identitas masing-masing tempat
tersusun melalui banyak unsur-unsur
lingkungan alam, sejarah dan budaya
masyarakat. Hasil dari perjalanan
sosio-ekonomi dan lingkungan dari
waktu ke waktu. Cara mengetahuinya
dengan membaca dan mengevaluasi
sumber daya dan proses
pertumbuhannya di setiap situasi sosio-
ekonomi yang berlangsung dapat
membentuk ruang baru. Setiap elemen
lingkungan yang tersusun, warisan
budaya yaitu (material), dasar sosial
budaya, struktur dari ekonomi
produktif yang bekerja sama pada
identitas yang dihasilkan.
Penemuan:
Struktur ruang pada permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Metoda Analisa keterkaitan dengan transformasi ruang permukiman
di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Masalah penelitian:
Transformasi Ruang Di Permukiman
Teori :
-Menurut Patterson (2007,1288),
pemenuhan transformasi pada
masyarakat biasanya diperoleh
akibat dari kejadian yang
menyesuaikan dari masa lalu ke
masa sekarang namun tidak
diketahui oleh zaman atau proses
transformasi ini tak terkendali yang
menghasilkan sedikit penambahan
terhadap peristiwa yang dilihat dari
waktu ke waktu.
-Transformasi penggunaan lahan
diperoleh dari kekuatan penduduk
yang dapat membuat keputusan
untuk pengelolaan lahan
berkelanjutan dalam pembangunan
daerah. Transformasi penggunaan
lahan dibatasi oleh kondisi fisik,
terutama didorong oleh faktor-
faktor sosial-ekonomi (Long,H.L.,
2007b ).
Data:
Identifikasi ruang permukiman dalam
berbagai kurun waktu
Kajian:
-Proses transformasi di masyarakat
sebagai proses adaptasi atau
penyesuaian dalam waktu yang panjang
dari waktu ke waktu, namun hal ini
tidak disadari oleh masyarakat dari
masa ke masa, sehingga transformasi
cenderung tidak dapat terdeteksi
sebagai proses perubahan yang
mempertemukan peristiwa sejarah dari
awal terbentuknya hingga saat ini
dengan proses sosial budaya
masyarakat yang berada didalamnya.
-Transformasi dari penggunaan lahan di
suatu permukiman diperoleh dari
masyarakat yang menciptakan
kesepakatan untuk pengelolaan lahan
dalam durasi waktu yang berlanjut
dalam proses berlangsungnya
pembangunan daerah tersebut.
Perubahan ini ditandai adanya batasan-
batasan dari keadaan fisik lingkungan
masyarakat di permukiman yaitu
munculnya pengaruh sosial dan
ekonomi yang berperan penting dalam
perubahan lahan, adanya konstruksi
yang besar terkait susunan hasil
pendapatan masyarakat.
Penemuan:
Transformasi ruang permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KAWASAN KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI BELAWAN MEDAN
4.1 Keberadaan Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Kampung Nelayan Belawan Medan merupakan permukiman yang tidak
terencana yang terletak di Kelurahan Bagan Deli , Kecamatan Medan Belawan,
Kota Medan, Sumatera Utara. Lokasi Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan ini berada arah utara Kota Medan. Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan tidak jauh dari Pusat Pemerintahan Kelurahan Bagan Deli yang berjarak
sekitar 200 meter dan berjarak 2,1 km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Medan
Belawan. Gambar berikut ini memperlihatkan letak astronomis dari Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yang terletak pada 3 derajat garis lintang
utara dan 98 derajat garis bujur timur dunia. Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan berada pada salah satu kelurahan dari 6 kelurahan yang ada di
Kecamatan Medan Belawan dan kepadatan penduduknya mencapai 15.987 Jiwa
(Gambar 4.1 ).
Gambar 4.1 Peta Lokasi Kecamatan Medan Belawan
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018)
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan berkembang sebagai permukiman
yang dijadikan tempat tinggal oleh para warganya yang berprofesi sebagai
nelayan. Kondisi umum geografis Kelurahan Bagan Deli merupakan kelurahan
yang terletak di Kecamatan Medan BelawanKota Medan yang berkembang
sebagai daerah nelayan, jasa perdagangan, permukiman dan lain-lain.
KelurahanBagan Deliterdiri dari 15 (limabelas) lingkungan. Adapun batas-batas
wilayah adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kelurahan Belawan 1
Sebelah Selatan: Muara Sungai Deli
Sebelah Barat: Kelurahan Belawan II dan Belawan Bahari
Sebelah Timur: Selat Malaka (Gambar 4.2)
Keterangan Gambar :
: Lokasi Penelitian
Gambar 4.2 Lokasi Penelitian
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018)
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara
Pada (Gambar 4.3 ), permukiman di Kelurahan Bagan Deli Belawan
Medan terdapat koridor-koridor jalan yang berwarna abu-abu. Permukiman
tersebut dapat dilewati menggunakan kendaraan roda empat, kendaraan roda dua,
maupun betor kerena koridor jalan untuk menuju Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan tidak dapat dilewati oleh kendaraan roda empat maupun betor.
Pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan mempunyai
beberapa gang kecil dan koridor kecil hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki,
akan tetapi sebagian gang-gang kecil tersebut masih bisa dilewati dengan
menggunakan kendaraan roda dua yang dimiliki warga setempat untuk kebutuhan
dagang. Koridor jalan pada Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli memiliki
ukuran yang relatif kecil dan sempit karena lebar koridor jalannya hanya sekitar
1.2 meter – 1,5 meter yang hanya memungkinkan bagi pejalan kaki saja yang
dapat melintasi koridor jalan tersebut.
Keterangan Gambar :
: Lokasi Penelitian
: Jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat
Gambar 4.3 Jaringan jalan
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018)
Universitas Sumatera Utara
59
Universitas Sumatera Utara
4.2 Kondisi Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan
Pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli memiliki pola ruang
permukiman tak terencana dan susunal ruang nya tidak tertata rapi. Di Kampung
Nelayan Bagan Deli dominan penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan. Warga yang berprofesi sebagai nelayan bekerja menangkap ikan dari laut
menggunakan kapal memilih untuk bertempat tinggal di kawasan pesisir karena
dekat dengan tambatan kapal-kapal mereka. umah-rumah warga yang berdiri
diatas tanah lumpur yang diakibatkan oleh air laut membuat mereka
membangunnya diatas pondasi-pondasi beton bahkan masih ada yang
menggunakan pondasi dari kayu sebagai penopang rumah mereka. Bangunan
rumah pada permukiman tersebut dihubungkan dengan koridor yang dibuat oleh
warga setempat tanpa ada bantuan dari pemerintah. Koridor yang menghubungkan
permukiman tersebut memiliki lebar 1,2 m – 1.5 m dengan pondasi dari kayu dan
beton-beton kecil yang di cor oleh warga setempat. Kampung Nelayan Bagan Deli
tidak pernah menerima bantuan apapun untuk kelayakan perkembangan
permukimannya dari lembaga yang berwewenang ataupun pemerintahan
setempat. Hal ini dikarenakan permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan dibangun diatas lahan dengan status ilegal atau kawasan yang
seharusnya tidak ada bangunan diatasnya. Namun, bangunan permukiman yang
berdiri di atas lahan miliknya sendiri berada pada kawasan yang memiliki batasan
dengan koridor-koridor jalan utama terlihat (Gambar 4.4)
Universitas Sumatera Utara
60
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Gambar :
: Lokasi Penelitian
: Permukiman yang berdiri di atas laut dan tanah berlumpur
: Permukiman yang berdiri di tanah keras dan padat
: Lahan tidak ditutupi massa bangunan
Gambar 4.4 Peta Lokasi Objek Penelitian
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018 dan digambar ulang dengan aplikasi
Autocad)
Dari gambar (Gambar 4.5) dapat dilihat koridor jalan dan aksesbilitas
kawasan permukiman Kampung Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Belawan
Medan. Kampung Nelayan Belawan Bagan Deli ini terdapat beberapa jalan yang
cukup lebar yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat, kendaraan roda dua
maupun betor. Bagi masyarakat yang rumahnya berbatasan langsung dengan
pinggiran laut hanya dapat menggunakan koridor-koridor kecil untuk akses
sehari-harinya yang lebar koridornya tidak lebih dari 1,2 meter - 1,5 meter
sehingga hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki tetapi terdapat juga kendaraan
roda dua milik warga setempat yang melewati koridor kecil tersebut. Pada
Universitas Sumatera Utara
61
Universitas Sumatera Utara
kawasan permukiman Kampung Nelayan Belawan Bagan Deli terdapat juga
jembatan panjang yang menghubungkan akses warganya. Jembatan ini memiliki
ukuran lebar 2,5 meter yang cukup lebar untuk dilewati dengan kendaraan roda
dua, tetapi akses menuju jembatan ini sangatlah sempit sehingga hanya dapat
dilewati dengan berjalan kaki saja.
Gambar 4.5 Peta Sirkulasi Jaringan Jalan
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018 dan digambar ulang menggunakan
Autocad)
Gambar 4.5(a) Peta sirkulasi jaringan jalan utama
Koridor jalan utama yang dapat dilewati
kendaraan roda empat, roda dua dan betor.
Universitas Sumatera Utara
62
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5(b) Peta sirkulasi jaringan lorong Lk.4
Gambar 4.5(c) Peta sirkulasi jaringan lorong Lk.5
Gambar 4.5(d) Peta sirkulasi jaringan jembatan
Koridor jalan di permukiman yang
dapat dilewati kendaraan rodaempat,
roda dua dan betor.
Koridor jalan di permukiman yang dapat
dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki
Jembatan panjang di permukiman yang dapat
dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki
Universitas Sumatera Utara
63
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5(e) Peta sirkulasi jaringan jembatan
Keterangan Gambar :
: Permukiman yang berdiri di atas laut dan tanah berlumpur
: Permukiman yang berdiri di tanah keras dan padat
: Lahan tidak ditutupi massa bangunan
: Jalan yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat,
kendaraan roda dua
: Jalan yang hanya lewati oleh kendaraan roda dua, dan
pejalan kaki
: Jalan berupa gang kecil yang hanya dapat dilewati oleh
pejalan kaki
Dari (Gambar 4.5(a-e)) dapat dilihat pada kawasan permukiman masyarakat
inilah yang tak terencana di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yang
berdiri tidak di lahan milik mereka sendiri. Pada kawasan ini biasanya terkena
banjir yang diakibatkan oleh air pasang laut dengan ketinggian yang terkadang
mencapai 1 meter, sehingga membuat bangunan rumah warga yang tinggal di
kawasan ini akan tenggelam pada waktu tertentu ketika air laut sedang pasang
dengan ketinggian mencapai hingga 1,5 meter.
Jembatan panjang di permukiman yang
dapat dilewati kendaraan roda dua dan
pejalan kaki
Universitas Sumatera Utara
64
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Peta lokasi penelitian area pesisir di Kampung Nelayan Bagan Deli
Keterangan Gambar :
: Daerah Pesisir
: Jalan yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat,
kendaraan roda dua, dan Betor
: Jalan yang hanya lewati oleh kendaraan roda dua, dan
pejalan kaki
: Jalan berupa gang kecil yang hanya dapat dilewati oleh
pejalan kaki
: Permukiman yang berdiri di atas laut dan tanah berlumpur
: Permukiman yang berdiri di tanah keras dan padat
: Lahan tidak ditutupi massa bangunan
Permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yang
dibangun di atas laut bahkan terdapat rumah warga yang dibangun diatas tanah
berlumpur adalah permukiman tak terencana yang dibangun pada tanah tidak
memiliki hak milik mereka. Namun, permukiman yang dibangun pada tanah keras
dan padat adalah permukiman yang dibangun diatas tanah yang memiliki hak
milik. Bangunan yang dibangun pada tanah yang memiliki hak milik (orange)
terletak dan menghadap langsung dengan jalan-jalan utama yang dapat dilalui
Universitas Sumatera Utara
65
Universitas Sumatera Utara
oleh kendaraan diantaranya, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua dan betor.
Permukiman yang dibangun pada kawasan berwarna hijau adalah bangunan tak
terencana hanya menggunakan koridor jalan kecil untuk aksesbilitas
masyarakatnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan (Gambar 4.6).
4.2.1 Situasi Eksisting Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan
Kawasan permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ini
memiliki bangunan rumah-rumah panggung yang memiliki pondasi dari beton
bahkan kayu. Rumah warga di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
dihubungkan dengan koridor-koridor kecil yang memiliki ukuran lebar 1,2 meter-
1,5 meter. Kawasan kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan juga dibangun
jembatan yang memiliki ukuran lebar 2,5 meter (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Denah potongan kawasan permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli
(sumber : https://earth.google.com/web, 2018 digambar ulang dengan autocad)
Universitas Sumatera Utara
66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Potongan kawasan 1-1
(sumber : digambar ulang dengan freehand)
Kawasan permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
berada di tanah yang memiliki tingkat rentan yang tinggi karena dibangun diatas
tanah berlumpur dan berkontur. Bangunan rumah-rumah panggung dibangun
warga pesisir memiliki pondasi dari beton bahkan kayu. Namun, pada kawasan
Kelurahan Bagan Deli terdapat sebagian bangunan rumah-rumah warga tersebut
sudah terbuat dari beton seperti rumah modern pada umumnya dan dibangun
diatas tanah yangb keras dan padat (Gambar 4.8 dan Gambar 4.9).
Gambar 4.9 Potongan kawasan 2-2
(sumber : digambar ulang dengan freehand)
Tanah berlumpur
Ruah yang berdiri
diatas air
Tanah keras dan padat
Potongan rumah yang
menggunakan pondasi dari
kayu
Potongan rumah yang
menggunakan ponadasi dari
beton
Universitas Sumatera Utara
67
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KAJIAN TRANSFORMASI POLA RUANG DI KAMPUNG NELAYAN
BAGAN DELI BELAWAN MEDAN
5.1 Norma-Norma Yang Diyakini Masyarakat Bagan Deli Belawan Medan
Mayarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan meyakini adanya
norma-norma yang mereka pakai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari. Tapak rumah yang dimiliki masyarakat tersebut merupakan hasil dari
warisan orangtua atau nenek yang sudah terlebih dahulu berada di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Menurut Agus Budi Wibowo (2018),
norma-norma yang terkait dalam menentukan tapak rumah tinggal di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu :
Norma tentang tapak yang tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan
yang tidak tepat akan membawa bencana bagi penghuninya. Dalam
menentukan tapak rumah sangat penting dilakukan karena menurut
kepercayaan dari etnik Melayu Deli meyakini bahwa tapak rumah yang
dipilih haruslah tapak yang tidak membahayakan bagi penghuninya dan tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya yang bisa berakibat bencana.
Norma tentang menentukan tapak memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan
rasa. Pada dasarnya permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan ditempati oleh etnik Melayu Deli. Masyarakat etnik Melayu Deli
memiliki prinsip arti kebersamaan yang tinggi sesama etnik Melayu Deli
sehingga memicu terbentuknya ruang-ruang pada permukiman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
68
Universitas Sumatera Utara
Norma tentang menentukan posisi rumah memperhitungkan arah mata angin.
Penentuan tapak rumah warga pada permukiman Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan berkaitan dengan adanya Mesjid yang dibangun oleh
warga yang pertama kali menempati Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Pada dasarnya posisi Mesjid tersebut memiliki arah yang mengikuti
arah mata angin menuju kiblat. Adanya keterkaitan tersebut tanpa disadari
bahwa penyebaran permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan membangun rumah pada tapak yang mengarah mata angin menuju
kiblat.
Dalam menentukan tapak rumah masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan membuat sebuah ritual adat yang menggunakan buah-buah
seperti buah “kundur” sejenis buah labu dan buah kelapa yang diikatkan pada
kayu atau tiang diatas tapak rumah yang diyakini kepercayaan adat Melayu Deli
agar rumah yang ditempati memberikan ketentraman diatas tapak rumah tersebut.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk masyarakat Kampung Nelaya
Bagan Deli dalam menjalankan norma tentang tanah yang tepat tidak mengganggu
urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana bagi penghuninya
dan berkaitan dengan norma tentang dalam menentukan tapak memperhitungkan
sifat fisik, tanah, dan rasa. Posisi rumah masyarakat Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan memenuhi norma tentang menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin sesuai norma yang diyakini sebagian dari
masyarakat tersebut (Gambar 5.1).
Universitas Sumatera Utara
69
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Norma-norma yang diyakini masyarakat Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan terkait pemilihan tapak rumah
Menurut Agus Budi Wibowo (2018), mengungkapkan bahwa etnik Melayu
Deli memperhatikan berbagai faktor dalam membangun rumah. Faktor dalam
membangun rumah tersebut terkait dengan pemilihan tapak, pemilihan kayu untuk
struktur, dan penyesuaian peraturan dan larangan. Pembangunan rumah pada
dasarnya tidak merusak sistem yang telah ada agar penghuninya terjamin dari
bencana serta tidak mengganggu lingkungan alam. Terbentuknya permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan oleh masyarakat etnik Melayu
Deli berkaitan erat dengan nilai-nilai adat etnik Melayu Deli tersebut. Hal ini
terjadi dalam pemilihan tapak rumah yang dibangun oleh para warga dipengaruhi
oleh ritual adat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat etnik Melayu Deli.
Keteragan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
70
Universitas Sumatera Utara
Ritual adat dilaksanakan untuk memberikan ketentraman bagi penghuninya
(Gambar 5.2).
Gambar 5.2 Aspek pembangunan rumah menurut etnik Melayu Deli
Faktor – faktor dalam membangun rumah
- Norma tentang tapak yang tepat tidak
mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak
tepat akan membawa bencana bagi penghuninya.
- Norma tentang menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa.
Pada dasarnya permukiman Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan ditempati oleh etnik
Melayu Deli.
- Norma tentang menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin.
Tapak Rumah
Pemilihan struktur Penyesuaian peraturan
dan larangan
Pemilihan tapak
Universitas Sumatera Utara
71
Universitas Sumatera Utara
5.2. Norma Masyarakat Sebagai Faktor Dalam Membentuk Lingkungan
Fisik Pada Permukiman Bagan Deli Belawan Medan
Norma yang diyakini masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan menjadi faktor dalam membentuk lingkungan fisik pada permukiman
terkait pembangunan jalan pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan. Dalam menentukan tapak rumah sangat penting dilakukan
karena menurut kepercayaan dari etnik Melayu Deli meyakini bahwa tapak rumah
yang dipilih haruslah tapak yang tidak membahayakan bagi penghuninya dan
tidak mengganggu lingkungan sekitarnya yang bisa berakibat bencana (Gambar
5.3).
Gambar 5.3 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat tapak yang
memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat.
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
72
Universitas Sumatera Utara
Pemilihannya sangat terikat dengan peraturan adat, kepercayaan, pantang
larang yang ditentukan oleh pawang. Norma tentang menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Pada dasarnya permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ditempati oleh etnik Melayu Deli.
Masyarakat etnik Melayu Deli memiliki prinsip arti kebersamaan yang tinggi
sesama etnik Melayu Deli sehingga memicu terbentuknya ruang-ruang pada
permukiman tersebut (Gambar 5.4).
Gambar 5.4 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat tapak yang tepat tidak
merusak alam, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana bagi
penghuninya.
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
Menurut Febrianti (2010), masyarakat Melayu Deli sangat menjunjung tinggi
nilai agama, nilai adat dan tradisinya. Pengaruhnya dapat terlihat melalui
bagaimana terbentuknya sebuah permukiman, yang mana syaratnya adalah harus
terdapat rumah ibadah/mesjid (nilai agama) dan tempat upacara adat (Gambar
5.5).
Keterangan Gambar:
: Kantor Lurah
: Sekolah
: TPI
: Mesjid Nurul Hilal
: Musholla
: Kuburan Muslim
: Rumah Hunian Komersil
: Rumah diatas permukaan
tanah berlumpur
: Rumah diatas air laut
: Tempat penampungan ikan
sementara
Gambar 5.5 Lingkungan fisik yang terbentuk akibat menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin.
Lingkungan fisik yang terbentuk diakibatkan dari norma tentang tanah yang
tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa
bencana bagi penghuninya, serta norma tentang dalam menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, rasa, dan baunya telah menghasilkan ruang-
ruang yang berbentuk linear pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
Belawan Medan. Menurut Liu, Y., (2010) mengungkapkan bahwa desa dan kota
memiliki norma-norma sosial dan tradisi budaya masing-masing. Desa melibatkan
perubahan sosial berbeda yang maknanya dapat mengarah kepada suatu tindakan
pemberontakan. Norma-norma sosial yang bersifat tradisional dan keberadaan
jaringan desa yang kuat, adat istiadat setempat, kelompok kasta dan tingkat sosial
berdampak bertahannya keadaan asli suatu desa. Lingkungan fisik yang terbentuk
dengan berlakunya norma yang diyakini masyarakat pada permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan berkaitan dengan etnik Melayu
Deli. Masyarakat etnik Melayu Deli yang mayoritasnya memiliki agama islam
yang pada dasarnya akan mempengaruhi masyarakat di Kampung Nelayan Bagan
Deli dalam membentuk ruang. Norma yang berlaku berkaitan dengan agama islam
seperti pada pembangunan jalan yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Masyarakat menerapkan norma tersebut
dalam pembangunan jalan yang pada dasarnya diperoleh dari bantuan Pemerintah.
Oleh karena itu masyarakat melakukan kesepakatan untuk mengajukan
pembangunan jalan yang sesuai dengan keberadaan jaringan desa tersebut
(Gambar 5.6).
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.6 Agama islam pada dasarnya telah mempengaruhi masyarakat etnik
Melayu Deli di Kampung Nelayan Bagan Deli dalam membentuk ruang
Menurut Lawrence dan Low (1990,454), menyatakan bahwa permukiman
terbentuk dengan adanya perubahan fisik dari lingkungan alam terjadi dari masa
ke masa melalui proses konstruksi oleh manusia. Tapak rumah yang didapatkan
berupa hasil dari tanah garapan para warga yang terdahulu berada di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada dasarnya pemilihan tapak mempunyai
kesepakatan bersama yaitu tapak harus diketahui oleh tetangga supaya arah rumah
tidak berselisihan hadap depan dan belakang rumah warga yang lain, dan agar
tempias air tidak jatuh ke rumah tetangga maka diberikan batas jarak 0,5 m – 1 m
dari setiap tapak rumah disebelahnya. Terbentuknya lingkungan fisik diakibatkan
dari masyarakat yang melakukan kesepakatan dalam area fisik yang secara
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Mesjid Nurul Hilal
Kuburan Muslim
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
bertahap hingga membentuk ruang. Lingkungan fisik yang terwujud dalam
keseimbangan desain ruang yang akan terbentuk di kawasan permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan (Gambar 5.7).
Gambar 5.7 Pemilihan tapak yang tepat tidak merusak alam, sedangkan yang
tidak tepat akan membawa bencana bagi penghuninya.
Menurut Yodsurang P & Yasufumi U (2015), lingkungan pesisir laut menjadi
tempat tinggal penghuni yang memiliki mata pencaharian di daerah tersebut
sehingga membentuk suatu permukiman. Permukiman yang sejajar sepanjang
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
garis sungai, akan berganti dengan menyesuaikan kondisi tanah, ruang hijau, dan
susunan budaya. Pada umumnya masayarakat pada permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada
permukiman tersebut terdapat beberapa pendatang dari berbagai daerah yaitu,
Batubara, Tanjung Pura, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung
Balai, dan daerah lainnya. Mereka membangun rumah pada permukiman tersebut
hanya dengan mendapatkan hak izin membangun rumah diatas air oleh
persetujuan surat hak pakai dari Kelurahan Bagan Deli. Para nelayan tersebut
datang ke Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk melanjutkan
pekerjaannya sebagai nelayan sehingga mereka memilih tinggal di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan agar tidak jauh dari tempat mereka untuk
mencari ikan, udang, kerang, kepiting, cumi, dan lainnya (Gambar 5.8).
Gambar 5.8 Masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan fisik dengan
memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat pada lorong Lk. 15
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yodsurang P & Yasufumi U (2015), lingkungan pesisir laut menjadi
tempat tinggal penghuni yang memiliki mata pencaharian di daerah tersebut
sehingga membentuk suatu permukiman. Permukiman yang sejajar sepanjang
garis sungai, akan berganti dengan menyesuaikan kondisi tanah, ruang hijau, dan
susunan budaya. Pada umumnya masayarakat pada permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada
permukiman tersebut terdapat beberapa pendatang dari berbagai daerah yaitu,
Batubara, Tanjung Pura, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung
Balai, dan daerah lainnya. Mereka membangun rumah pada permukiman tersebut
hanya dengan mendapatkan hak izin membangun rumah diatas air oleh
persetujuan surat hak pakai dari Kelurahan Bagan Deli. Para nelayan tersebut
datang ke Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk melanjutkan
pekerjaannya sebagai nelayan sehingga mereka memilih tinggal di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan agar tidak jauh dari tempat mereka untuk
mencari ikan, udang, kerang, kepiting, cumi, dan lainnya (Gambar 5.8(a)).
Gambar 5.8(a) Norma masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan fisik
dengan memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat pada lorong Lk. 5
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara
Rumah warga yang sejajar mengikuti posisi lorong jalan yang ada di
permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Dalam menentukan
posisi rumah masayarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan memberikan
jarak 0,5 m setiap rumah yang berada di sebelahnya. Pembangunan jalan di
permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan dari swadaya
masyarakat Bagan Deli, namun saat ini sudah di cor dari bantuan Pemerintah.
Jalan yang sudah di cor hanya ada perubahan tinggi cor nya yang dinaikkan
hingga 60 cm yang merupakan permintaan masyarakat yang didapatkan dari hasil
musyawarah bersama para tokoh di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Lebar jalan pada zona memiliki ukuran 1,5 m (Gambar 5.8(b)).
Gambar 5.8(b) Norma masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan fisik
dengan memperhitungkan sifat rasa kebersamaan yang erat pada lorong Lk. 4
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
80
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya rumah-rumah masyarakat yang menempati wilayah Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan memiliki posisi rumah menghadap ke lorong
jalan dan sebagian rumah lainnya yang harus memasuki gang kecil. Menurut
Zigmunde D (2010, May), Perencanaan manajemen yang jelas akan menjamin
pelestarian kawasan lansekap yang tercipta agar mencegah transformasi yang
tidak diinginkan, maka diterapkannya elemen lansekap tradisional atau kegiatan
untuk peningkatan kualitas estetika dan ekologi wilayah menjadi suatu konsep
prinsip yang akan berhasil dalam merencanakan wilayah yang baru. Masyarakat
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan memanfaatkan lorong atau gang
kecil yang hanya bisa dilalui oleh warga menggunakan sepeda motor saja
berkukuran 1,2 m lebarnya (Gambar 5.9).
Gambar 5.9 Masyakat Melayu Deli dalam membentuk lingkungan fisik dengan
menentukan posisi rumah memperhitungkan arah mata angin.
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Rumah hunian yang
menghadap lorong
Rumah hunian yang
menghadap laut
Laut
Tanah berlumpur
Universitas Sumatera Utara
81
Universitas Sumatera Utara
Pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan posisi
rumah tidak memperhitungkan arah mata angin. Rumah-rumah warga yang berada
dekat dengan pesisir laut Belawan tidak menentukan posisi arah rumah harus
menghadap laut ataupun sungai. Posisi rumah menghadap ke lorong jalan dan ada
sebagian rumah yang harus memasuki gang. Rumah berbentuk panggung dipakai
karena beradaptasi dengan lingkungannya yang berada di pesisir laut maka
dibangunlah rumah berbentuk panggung di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan yang dahulunya hingga sekarang juga masih banyak memakai
rumah panggung untuk menghindari air yang masuk ke dalam rumah jika terjadi
pasang laut tersebut. Namun, pada rumah warga yang berada di batas pesisir laut
memiliki posisi rumah yang menghadap ke laut atau sungai sehingga
memudahkan para nelayan untuk menambatkan kapalnya di dekat rumah mereka.
Menurut Savvides (2016), Permukiman tradisional mempunyai karakteristik
adanya proses adaptasi penghuni terhadap kondisi dari iklim setempat, sumber
daya yang tersedia, dan topografi. Gabungan untuk berbagai konsep bioclimatic
akan selalu diterapkan dalam suatu desain ruang yang dibangun.
5.2.1. Norma Masyarakat Melayu Deli Sebagai Faktor Dalam Membentuk
Penggunaan Lahan Di Permukiman Bagan Deli Belawan Medan
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat
khusus untuk berkumpul atau tempat untuk bercengkramah dengan masyarakat
lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Masyarakat
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta
tetangga hanya berkumpul di warung-warung seperti warung kopi, warung nasi,
Universitas Sumatera Utara
82
Universitas Sumatera Utara
serta kedai sayur maupun toko grosir yang berada tidak jauh dari lingkungan
tempat tinggal mereka. Upacara adat yang biasa diadakan untuk acara pernikahan
untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat khusus seperti wisma atau balai
adat di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan (Gambar 5.10). Menurut
Fang dan Liu (2009), mengungkapkan bahwa kepadatan penduduk yang tinggi
dan ekonomi yang lebih tinggi akan menimbulkan lingkungan alam yang lebih
rentan untuk menjadi suatu daerah permukiman. Hasil proses interaksi
diperhatikan dari melihat keadaan pembangunan ekonomi dan sistem pedesaan
berkembang dengan cara yang kompleks dari berbagai komponen sistem,
misalnya geografis dan biogeofisik, perkembangan industri, penduduk pedesaan,
dan karakteristik sosial dan budaya. Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan pada dasarnya tidak memiliki area ruang khusus atau balai adat untuk
melaksanakan acara-acara besar, bahkan permukiman tidak memiliki tempat
khusus untuk masyarakat berkumpul untuk bercengkramah dengan manusia
lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Hal ini disebabkan
tidak adanya lahan yag mampu menampung kegiatan-kegiatan yang berlangsung
pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Fenomena
ini akibat dari proses adaptasi penghuni terhadap keadaan sumber daya setempat
yang terbatas.
Universitas Sumatera Utara
83
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.10 Deretan fungsi hunian komersial yang ditempati etnik Melayu Deli
menjadi pemicu tempat berkumpulnya penghuni kampung Zona 1
Masyarakat pada Kampung Nelayan Bagan Deli memanfaatkan halaman
rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Rumah hunian komersil
Rumah hunian non komersil
Kios
Grosir
Kios
Grosir
Universitas Sumatera Utara
84
Universitas Sumatera Utara
jalan. Acara besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun
Bagan Deli diadakan di Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, dan dalam
melangsungkan acara tersebut juga pernah memakai tanah milik pertamina untuk
pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu. Menurut Savvides
(2016), Permukiman tradisional mempunyai karakteristik adanya proses adaptasi
penghuni terhadap kondisi dari iklim setempat, sumber daya yang tersedia, dan
topografi. Gabungan untuk berbagai konsep bioclimatic akan selalu diterapkan
dalam suatu desain ruang yang dibangun bahkan juga diterapkan untuk ruang
terbuka publik. Dalam melaksanakan upacara adat etnik Melayu Deli
menggunakan tanah dari halaman rumah warga. Kepadatan penduduk yang tinggi
menyebabkan suatu permukiman yang padat serta meningkatnya kebutuhan
masyarakat di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Interaksi sosial
yang dilaksanakan harus memperhatikan keadaan dari permukiman tersebut.
Kegiatan acara-acara besar tersebut dilaksanakan bertujuan untuk membentuk
karakteristik sosial dan budaya masyarakat di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan (Gambar 5.11).
Universitas Sumatera Utara
85
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.11 Deretan fungsi hunian komersial yang ditempati etnik Melayu Deli
menjadi pemicu tempat berkumpulnya penghuni kampung Zona 2
Menurut Fragkou, D (2017), bahwasanya budaya dan perkembangan
kebutuhan hidup masyarakat pesisir terwujud dari fenomena dari sepanjang pulau
dan daratan terlihat dari hubungan kompleks permukiman. Fokus pada ruang dan
waktu telah menghasilkan perubahan yang signifikan dalam lingkungan alam dan
terstruktur di masyarakat pedesaan. Pembangunan perumahan yang tidak
proporsional, dan pembangunan ilegal menimbulkan pemalsuan karakteristik
arsitektur morfologi bangunan. Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
tidak mempunyai tempat khusus untuk berkumpul atau tempat untuk
bercengkramah dengan masyarakat lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Rumah hunian komersil
Rumah hunian non
komersil
Universitas Sumatera Utara
86
Universitas Sumatera Utara
Belawan Medan. Masyarakat melakukan hubungan antar manusia dengan
keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya berkumpul di warung-warung seperti
warung kopi, warung nasi, serta kedai sayur maupun toko grosir yang berada tidak
jauh dari lingkungan tempat tinggal mereka (Gambar 5.12).
Gambar 5.12 Menentukan tapak memperhitungkan sifat rasa mempengaruhi
terbentuknya fungsi hunian komersial menjadi tempat berkumpul
Keterangan Gambar :
Posisi objek
pengamatan
Rumah komersil
Rumah non komersil
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Pengaruh Norma Masyarakat Dalam Membentuk Ruang Di
Permukiman Bagan Deli Belawan Medan
Norma-norma yang diyakini oleh masyarakat dalam membentuk ruang di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu norma. Norma tentang tapak
yang tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan
membawa bencana bagi penghuninya. Norma tentang menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Norma tentang menentukan posisi
rumah memperhitungkan arah mata angin. Adanya keterkaitan tersebut tanpa
disadari bahwa penyebaran permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan membangun rumah pada tapak yang mengarah mata angin menuju kiblat.
Tapak rumah yang didapatkan warga berupa hasil dari tanah garapan para warga
yang terdahulu berada di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada
dasarnya pemilihan tapak mempunyai kesepakatan bersama yang berkaitan
dengan norma-norma masyarakat etnik Melayu Deli yaitu tapak rumah yang akan
dibangun harus diketahui oleh tetangga yang bersebelahan dengan tapak supaya
arah rumah tidak berselisihan hadap depan dan belakang rumah warga yang lain,
dan agar tempias air tidak jatuh ke rumah tetangga yang berada disebelah maka
diberikan batas jarak 0,5 m - 1 m dari setiap tapak rumah disebelahnya (Gambar
5.13). Rumah berbentuk panggung dipakai karena beradaptasi dengan lingkungan
nya yang berada di pesisir laut maka dibangunlah rumah berbentuk panggung di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yang dahulunya hingga sekarang
juga masih banyak memakai rumah panggung untuk menghindari air yang masuk
ke dalam rumah jika terjadi pasang laut tersebut. Menurut Biddulph ( 2003 ),
Universitas Sumatera Utara
88
Universitas Sumatera Utara
kehidupan komunitas yang seimbang dalam perkotaan dapat mengungkap
kompleksitas keberlanjutan permukiman. Adapun kompleksitas keberlanjutan
permukiman tentunya harus didukung oleh adanya penekanan kepada aspek
budaya, norma norma sosial dan sistem jaringan dalam permukiman. Masyarakat
di kawasan Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk menentukan
tapak rumahnya memakai kaidah atau norma-norma yang berlaku pada
masyarakat. Norma-norma tersebut menyeimbangkan suatu permukiman terhadap
keberlanjutan dari kondisi permukiman tersebut. Norma yang berlaku terkait
dengan suku asli dari masayarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
yaitu etnik Melayu Deli. Penekanan dari norma-norma masyarakat tersebut
mempengaruhi bentuk tanah yang berorientasi terhadap jalan atau lorong di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, serta batasan-batasan terhadap
ruang luar permukiman di Kampung Nelayan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
89
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.13 Pengaruh Norma terhadap Ruang di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Orientasi tapak terhadap
lorong/jalan
Posisi tapak rumah
warga yang miring
menghadap lorong/
jalan
Universitas Sumatera Utara
90
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yodsurang, P., & Yasufumi, U. (2015) menyatakan bahwa
lingkungan pesisir laut menjadi tempat tinggal penghuni yang memiliki mata
pencaharian di daerah tersebut sehingga membentuk suatu permukiman.
Permukiman yang sejajar sepanjang garis sungai, akan berganti dengan
menyesuaikan kondisi tanah, ruang hijau, dan susunan budaya. Kampung nelayan
Bagan Deli Belawan Medan yang terletak di kawasan pesisir menunjukkan sebuah
perikanan yang mendorong lingkungan pesisir tersebut. Timbulnya aktivitas
memancing adalah suatu bentuk nyata yang mendorong besarnya sumber daya
laut berlimpah di kawasan pesisir tersebut. Masyarakat tradisional menggunakan
bidang perikanan dan pengolahan ikan sebagai budaya penting bagi kehidupan di
lahan basah tersebut. Sumber daya lahan basah ini memberikan penekankan
adanya perubahan lingkungan yang meluas, dan gaya hidup masyarakat
tradisional yang rentan karena tidak adanya stabilitas dalam kegiatan sosial-
ekonomi tradisional yang berlangsung di permukiman pesisir. Dari bidang
perikanan terwujudlah sumber daya ekonomi tradisional menjadi mata
pencaharian utama dari penghuni di dalam permukiman tradisional tersebut, yaitu
permukiman yang lainnya. memiliki masyarakat yang bekerja menuju kearah
sektor industri karena alasan kebutuhan ekonomi di kawasan pesisir tersebut.
5.3. Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Pola ruang permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan berawal dari
sebuah Mesjid yang dibangun di permukiman tersebut. Pola penyebaran
permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan ini dimulai dari mesjid
tersebut hingga lorong pertamina. Mesjid yang berada pada permukiman di
Universitas Sumatera Utara
91
Universitas Sumatera Utara
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan bernama Mesjid Nurul Hilal yang
dibangun pada tahun 1918 oleh para raja Kesultanan Deli terdahulu. Dalam
memutuskan bentuk Mesjid yang memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang
dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap kiblat dari Makkah menjadi patokan posisi
dari kaplingannya. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ini terdapat permukiman Melayu Deli yang
identik dengan Islam. Mesjid Nurul Hilal dahulu berbentuk panggung dan
menggunakan material kayu namun dengan berjalannya perkembangan dilakukan
renovasi oleh masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. “Bagan
Deli inilah yang pertama ada daripada Belawan ataupun Pelabuhan Belawan
tersebut”, menjadi sejarah terbentuknya Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Kampung Nelayan Bagan Deli ini dahulu hanya dijadikan tempat
persinggahan para raja dari Kesultanan Deli dalam perjalanan menuju Pulau Putri
yang berada disebelah arah timur laut dari permukiman Bagan Deli ini, sebaliknya
para Raja Deli dari Pulau Putri singgah ke Bagan Deli melewati Sungai Deli
menuju Istana Maimun. Perencanaan manajemen yang baik akan menjamin
pelestarian kawasan lansekap yang tercipta agar mencegah transformasi yang
tidak diinginkan, maka diterapkannya elemen lansekap tradisional atau kegiatan
untuk peningkatan kualitas estetika dan ekologi wilayah menjadi suatu konsep
prinsip yang akan berhasil dalam merencanakan wilayah-wilayah yang baru.
Menurut Zigmunde, D. (2010, May), Elemen lansekap tradisional dan kegiatan
untuk penyatuan berbagai kelompok dari lansekap pemukiman perumahan baru,
yaitu pendidikan penduduk dalam budaya dan sejarah permukimannya.
Universitas Sumatera Utara
92
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan masyarakat tentang sejarah dan tradisi tempat tentu akan memainkan
peran besar dalam mencegah hal apa saja yang akan terjadi dari berlangsungnya
era globalisasi. Pengetahuan ini juga akan membantu menciptakan dasar dari
suasana tempat, yang selanjutnya akan memastikan hubungan emosional
masyarakat dengan tempat atau milik suatu tempat tersebut. Hubungan emosional
yang tercipta di tempat tersebut adalah salah satu pengaruh yang paling
menentukan dalam keberadaan bangsa. Semakin dekat hubungan, maka semakin
besar kemungkinan bahwa orang-orang seluruh generasi tidak akan meninggalkan
tempat tersebut dan akan menjaga tradisi dan pengetahuan tentang akar sejarah
mereka (Gambar 5.14 dan 5.15).
Gambar 5.14 Penyebaran Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan dari Mesjid Nurul Hilal
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Mesjid Nurul Hilal
Kuburan Muslim
Universitas Sumatera Utara
93
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.15 Penyebaran Pola Ruang Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan dari Lorong Pertamina
5.4. Proses Transformasi Pada Pola Ruang Di Permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Transformasi pada pola ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan terjadi sejak berdirinya Kampung Bagan Deli oleh
Kesultanan Deli tahun 1918 hingga saat ini tahun 2018 telah banyak mengalami
perubahan karena permukiman sudah padat ditempati oleh penduduk asli Bagan
Deli maupun pendatang dari luar yang datang mencari pekerjaan sebagai nelayan
sehingga mereka membangun rumahnya di kawasan Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan. Pada dasarnya hanya pada bagian pinggiran laut saja yang
Keterangan Gambar :
Posisi objek pengamatan
Universitas Sumatera Utara
94
Universitas Sumatera Utara
banyak dilakukan penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang
datang dengan membawa keluarganya. Pada kawasan pinggiran batas laut dahulu
tidak ada bangunan rumah masyarakat akan tetapi sekarang sudah banyak
dibangun rumah berbentuk panggung pada tapak diatas air tersebut. Beberapa
bangunan rumah yang dibangun pada kawasan pinggiran laut yang berada diatas
air sejak 5 tahun terakhir terjadi akibat munculnya pendatang dari berbagai daerah
yaitu, Batubara, Tanjung Pura, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin,
Tanjung Balai, dan lainnya yang mendapatkan hak izin membangun rumah diatas
air oleh persetujuan surat hak pakai dari Kelurahan Bagan Deli. Para nelayan
tersebut datang ke Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk
melanjutkan pekerjaannya sebagai nelayan sehingga mereka memilih tinggal di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan agar tidak jauh dari tempat
mereka untuk mencari ikan, udang, kerang, kepiting, cumi, dan lainnya. Rumah-
rumah yang akan dibangun pada tapak diatas air hanya meminta surat izin dari
Kelurahan saja fungsinya agar tidak terjadi sengketa oleh tetangga yang
bersebelahan. Jarak rumah ke rumah yang lain berjarak 1 meter supaya atap
rumah tidak bersinggungan dengan rumah yang lain. Selanjutnya, perubahan
fungsi ruang juga terjadi pada rumah yang berada di depan Jalan Bagan Deli
berubah fungsi menjadi rumah tinggal yang terdapat toko grosir dan pasar sejak 5
tahun yang lalu dan perubahan fungsi ruang terjadi pada permukiman yang berada
di gang-gang kecil terdapat beberapa rumah tinggal yang terdapat kedai sayur-
sayuran, perubahan fungsi rumah tinggal tersebut terjadi sejak 3 tahun yang lalu
karena telah diperbaikinya jalan gang kecil yg di cor oleh pemerintah sehingga
Universitas Sumatera Utara
95
Universitas Sumatera Utara
bisa dilewati oleh sepeda motor dan betor serta pada rumah yang berada di depan
Jalan Bagan Deli berubah fungsi menjadi rumah tinggal yang terdapat toko grosir
dan pasar sejak 5 tahun yang lalu (Gambar 5.16) . Menurut Nepal, S. K (2007),
menyatakan bahwa permukiman pedesaan tumbuh dan berkembang dari
pandangan fungsional ruang tradisional masyarakat (bentuk atau pola) yang
terwujud dari faktor sejarah, politik, sosial, dan budaya yang menyusun penataan
ulang sistem permukiman di pedesaan. Perspektif fungsional juga menerapkan
analisis permukiman di daerah pedesaan, peningkatan jumlah tempat tinggal, pola
penyebaran tempat tinggal, diferensiasi area, dan struktur hirarkis. Pada
permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan mengalami transformasi
pola ruang yang padat sejak 5 tahun terakhir. Transformasi ruang yang terjadi
akibat kebutuhan dari masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
akan tempat tinggal untuk mereka. Masyarakat pendatang dari luar Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan memutuskan untuk bertempat tinggal di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan pada dasarnya ingin mencari kerja
yaitu nelayan. Permukiman yang berjalan perkembangannya tercipta adanya
faktor sejarah dari masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
terdahulu. Peningkatan jumlah tempat tinggal di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan terletak pada rumah-rumah masyarakat yang berdiri diatas air
laut yang berbatasan langsung dengan laut Belawan. Meningkatnya rumah
masyarakat tersebut dibatasi oleh pihak Pemerintah dengan membangun jembatan
yang membatasi antara permukiman masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan dengan laut.
Universitas Sumatera Utara
96
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.16 Proses Transformasi Pola Ruang Pada Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Peta Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan Pada
Masa Kesultanan Deli Tahun 1918
Peta Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan Pada Tahun
2012
Peta Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan Pada Tahun
2018
- Masyarakat berkembang pesat menempati
lahan-lahan kosong yang berada di Bagan
Deli
- Masyarakat didominasi para nelayan yang
sejak lahir berada di Bagan Deli maupun
pendatang yang ingin bekerja sebagai
nelayan, sehingga membawa keluarganya
ke Bagan Deli
- Bagan Deli menjadi tempat strategis bagi
para nelayan untuk berlaut karena dekat
dengan laut Belawan dan mudah
menambatkan kapal di area dekat tempat
tinggalnya.
- Tanah kering/berlumpur yang semakin
terkikis diisi oleh air laut akibat pasang air
laut.
- Muncul rumah-rumah warga diatas air laut
akibat sedikitnya lahan kering yang kosong
di Bagan Deli.
- Masyarakat pada masa Kesultanan
Deli menjadikan kawasan Bagan Deli
sebagai tempat persinggahan mereka
dalam berlaut.
- Adanya Mesjid Nurul Hilal yang
pertama kali dibangun tahun 1918
oleh Kesultanan Deli pada masa nya.
- Etnik Melayu Deli identik dengan
Islam, sehingga Mesjid menjadi
patokan awal mulanya terbentuk pola
ruang pada masa Kesultanan Deli.
- Susunan rumah-rumah yang
mengikuti arah dimana mesjid
dibangun serta jalan mengikuti
kemana arah susunan tapak rumah
yang mengikuti bangunan mesjid
tersebut.
- Posisi tapak rumah tetap mengikuti arah lorong/jalan yang
bermula dipengaruhi adanya Mesjid Nurul Hilal di permukiman
- Lahan kosong untuk membangun rumah sudah jarang
ditemukan, permukiman padat yang mayoritasnya ditempati
oleh para nelayan.
- Rumah-rumah warga yang ditempati merupakan warisan dari
orangtua dan neneknya terdahulu. Hanya sebagian saja yang
ditempati oleh pendatang baru dari luar Bagan Deli.
- Rumah pendatang banyak ditemukan di area dekat pesisir diatas
air laut Belawan.
- Lahan yang masih rawa-rawa dan hutan mejadi
lahan para nelayan yang mulai bermunculan
membangun rumah di Bagan Deli
- Posisi tapak rumah warga maupun perkantoran
serta sekolah mengikuti orientasi lorong atau jalan
- Pada dasarnya lahan hutan ini kering dan tidak
berlumpur
- Tanah kering/ berlumpur mulai diisi air akibat
pasang air laut yang naik secara berkala setiap
tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
97
Universitas Sumatera Utara
5.4.1. Transformasi Penggunaan Lahan Pada Permukiman Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan
Transformasi ruang yang terjadi di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
terjadi akibat warga yang menggarap lahan diatas air untuk tapak rumahnya sehingga
dibangun rumah diatas air yang berbentuk panggung karena tidak adanya lagi lahan tanah
kering untuk mereka membangun rumahnya. Namun, pada dasarnya bangunan diatas air
tersebut daratan yang berlumpur dan lembab akan tetapi daratan tersebut terkikis hingga naik
keatas permukaan akibat pasang dari air laut tersebut. Dalam membangun rumah diatas air
tersebut para warga hanya memegang izin saja dari Kelurahan yaitu berupa hak pakai untuk
mereka mebangun rumah diatas air tersebut. Akan tetapi Kelurahan tidak akan menjamin jika
suatu saat lahan itu akan dikelola oleh Dinas Perikanan yang memegang hak wewenang
dalam mengelola pesisir laut tersebut. Terdapat banyak tanah-tanah kosong namun berlumpur
di daerah dekat dengan TPI (Tempat Penampungan Ikan) tersebut merupakan tanah yang
dimiliki oleh Dinas Perikanan dalam menjalan TPI tesebut. Adapun perubahan hanya pada
bentuk rumah yang dari panggung sekarang tidak panggung lagi karena sudah di timbun dan
dinaikkan rumahnya akan tetapi di daerah dekat dengan laut masih ada yang membangun
rumah panggung diatas air laut (Tabel 5.1). Menurut Long,H.L., (2007b), mengungkapkan
bahwa transformasi penggunaan lahan diperoleh dari kekuatan penduduk yang dapat
membuat keputusan untuk pengelolaan lahan berkelanjutan dalam pembangunan daerah.
Transformasi penggunaan lahan dibatasi oleh kondisi fisik, terutama didorong oleh faktor-
faktor sosial-ekonomi. Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan dalam
pemenuhan tempat tinggalnya masyarakat harus mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah
yaitu Kelurahan Bagan Deli Belawan Medan. Penggunaan lahan akan berpengaruh dalam
pembangunan daerah oleh peran masyarakat yang beradasarkan keputusan dari Pemerintah
Daerah tersebut. Transformasi terjadi pada kawasan pesisir laut berkaitan dengan faktor
Universitas Sumatera Utara
98
Universitas Sumatera Utara
ekonomi masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan pada umumnya berprofesi
sebagai nelayan. Hal ini munculnya pembangunan rumah-rumah panggung yang berdiri
diatas air laut pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Perubahan fungsi ruang yang terjadi pada lingkungan 5 di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan adanya pembangunan MCK (mandi, cuci, kakus) yang dibangun
pemerintah pada area didekat pesisir laut yang masih tanah berlumpur. Lahan itu dahulunya
merupakan tanah lapangan terbuka untuk anak-anak bermain bola. Tanah lapang tersebut
telah berubah menjadi MCK sejak 5 tahun yang lalu oleh bantuan dari Perkim, LSM, serta
PU. Menurut Etter, A., & van Wyngaarden, W. (2000), menyatakan bahwa aspek-aspek
sosial, ekonomi dan biofisik sangat berkaitan dengan proses transformasi pola ruang di
permukiman. Pendekatan untuk transformasi permukiman diperoleh melalui pemahaman
dengan menghubungkan dan mengintegrasikan, spasial, data, dan permukiman yang
mendorong terjadinya penambahan transformasi terkait dengan demografi, penggunaan
lahan, dan data sejarah pemukiman pada skala nasional. Adapun perubahan yang terjadi pada
permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu fungsi ruang yang
mengalami transformasi menjadi sarana pendukung kesejahteraan masyarakat. Ruang
tersebut memiliki fungsi sebagai ruang terbuka bagi masyarakat mengalami perubahan fungsi
sebagai MCK (mandi cuci kakus) untuk masyarakat di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan. Transformasi ini menerapkan pendekatan transformasi pola ruang dengan
memahami penggunaan lahan bagi masyarakat pada permukiman di Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan. Perubahan fungsi ruang tersebut mendapatkan dorongan oleh
masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli BelawaN Medan dengan bantuan dari Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
99
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Tahun 1918 Tahun 1970 Tahun 1980 Tahun 2010 Tahun 2018
Sekolah Kuburan Muslim Hunian diatas air
Mesjid/ Musholla Kawasan Laut Hunian Komersil
Hunian tanah berlumpur Rawa-rawa Tempat Penampungan Ikan Sementara
Kantor Lurah TPI
Universitas Sumatera Utara
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Transformasi Penggunaan Lahan Pada Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan (sambungan)
Tahun 1918 Tahun 1970 Tahun 1980 Tahun 2010 Tahun 2018
Masyarakat pada masa Kesultanan Deli
menjadikan kawasan Bagan Deli sebagai
tempat persinggahan mereka dalam
berlaut. Adanya Mesjid Nurul Hilal yang
pertama kali dibangun tahun 1918 oleh
Kesultanan Deli pada masa nya. Etnik
Melayu Deli identik dengan Islam,
sehingga Mesjid menjadi patokan awal
mulanya terbentuk pola ruang pada masa
Kesultanan Deli. Susunan rumah-rumah
yang mengikuti arah dimana mesjid
dibangun serta jalan mengikuti kemana
arah susunan tapak rumah yang
mengikuti bangunan mesjid tersebut.
Norma terkait dalam pemenuhan untuk
menentukan tapak rumah pada masa
Kesultanan Deli pada tahun 1918 yaitu
adanya tempat ibadah/ mesjid memicu
terbentuknya suatu permukiman
masyarakat Melayu Deli. Pembangunan
rumah yang tidak merusak sistem yang
telah ada agar terjamin dari bencana, dan
menentukan tapak dengan menerapkan
arti kebersamaan yang erat terhadap
warga yang memiliki etnik Melayu Deli
memicu terbentuknya permukiman
Melayu Deli tersebut. Sehingga tapak
rumah berorientasi terhadap arah angin
yang terkait dengan arah kiblat.
Pada tahun 1970 permukiman di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan masih sedikit dan tidak padat.
Masyarakat menempati Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
memiliki suku Melayu Deli.
Penduduknya berasal dari daerah
Batubara, Percut, Serdang, dan Tanjung
Balai. Mereka pidah ke Kampung
Nelayan Bagan Deli karena sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai
nelayan yang berlaut di Laut Belawan
tersebut. Pola yang terwujud tidak
terencana mengikuti aliran sungai atau
laut yang berada di sekitar kawasan
permukiman. Hal ini dipengaruhi oleh
keberadaan etnik Melayu Deli yang
bertempat tinggal di pesisir laut.
Masyarakat Melayu Deli menerapkan
norma atau kebiasaan dalam menentukan
tapak dengan memperhatikan arti
kebersamaan yang erat terbukti dari
adanya keluarga sanak saudara yang
sudah menetap di Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan memicu
terbentuknya ruang-ruang pembangunan
rumah warga pendatang yang menetap
pada permukiman tersebut. Pembangunan
rumah yang tidak merusak sistem yang
telah ada sebelumnya agar tidak terjadi
bencana yang membahayakan
penghuninya. Orientasi rumah yang
masih memperhatikan arah mata angin
yang berpengaruh terhadap reduksi
matahari dan terkait dengan arah kiblat.
Pada tahun 1980 permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
berkembang seiring berjalannya waktu
selama 10 tahun. Pada permukiman
terdapat pembangunan kantor lurah dan
TPI yang dibangun oleh pemerintah.
Pada permukiman pertumbuhan hunian
semakin berkembang yang menempati
kawasan dekat dengan pesisir Laut
Belawan tersebut. Sehingga masyarakat
membangun huniannya diatas tanah
rawa-rawa yang berada di pesisir Laut
Belawan. Dalam membentuk ruang-
ruang tersebut terkait dengan pola tata
ruang yang dipengaruhi oleh norma
ataupun kaidah yang mendasari
terbentuknya pola ruang tersebut. Norma
tersebut berkaitan dengan etnik Melayu
Deli yang mayoritas warganya memiliki
suku Melayu Deli. Pembangunan rumah
warga yang dibangun tidak merusak
sistem atau melanggar peraturan daerah
tentang permukiman yang berada di
kawasan pesisir laut karena mengingat
pada tahun 1980 bangunan rumah warga
yang terbilang masih sedikit berjauhan
dengan pesisir Laut Belawan tersebut
sehingga mengurangi dampak terjadi
bencana yang membahayakan penduduk
pada permukiman tersebut. Warga
pendatang yang menempati permukiman
ini memilih Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan karena mereka
merasa ikatan kebersamaan yang kuat
terhadap sesama etnik Melayu Deli
sehingga menimbulkan kenyamanan dan
aman yang mendorong terbentuknya
ruang-ruang yang berada pada
permukiman tersebut.
Pada tahun 2010 permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
berkembang cukup pesat sehingga
jumlah hunian warga yang meledak.
Hunian warga yang semakin padat
berada pada kawasan yang dulunya
merupakan rawa-rawa, namun seiring
berjalannya waktu selama 30 tahun,
tanah tersebut berubah menjadi genangan
air akibat pasang air laut sehingga
menimbulkan bangunan rumah panggung
yang berada diatas air Laut Belawan.
Bangunan rumah warga yang mengikuti
aliran sungai atau laut tersebut memiliki
alasan tersendiri oleh masyarakat pada
permukiman di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan tersebut.
Masyarakat etnik Melayu Deli telah
tumbuh dan berkembang selayaknya
mengikuti perkembangan zaman yang
semakin maju sehingga tradisi etnik
Melayu Deli yang semakin tertinggal
terutama terhadap pemilihan tapak rumah
warga yang ingin membangun pada
kawasan tersebut. Norma yang bertahan
dalam menentukan tapak rumah yaitu
kebiasaan masyarakat etnik Melayu Deli
menempati ruang untuk membangun
tempat tinggal selalu memperhatikan
sifat rasa kebesamaan yang kuat sesama
etnik Melayu Deli yang terlebih dahulu
tinggal di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan.
Pada tahun 2018 saat ini tidak banyak
perubahan ruang yang terjadi. Perubahan
hanya terdapat pada beberapa bagian
kawasan saja yang mengubah fungsi
ruangnya, seperti lapangan yang
dibangun MCK (Mandi Cuci Kakus) oleh
pemerintah. Perubahan tersebut
dilakukan pemerintah karena sebagai
sarana bagi masyarakat Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
dalam memenuhi kebutuhannya.
Selanjutnya perubahan terjadi pada
lapangan yang dibangun rumah oleh
warga. Perubahan yang dominan terjadi
yaitu orientasi ruang-ruang pada kawasan
Kampung Nelayan Bagan Deli yang
berorientasi ke arah jalan utama sehingga
tidak memperhitungkan arah mata angin
atau kiblat lagi. Pada tahun ini
masyarakat sudah meninggal sedikit
demi sedikit tradisi kearah modern yang
lebih memperhatikan membentuk suatu
ruang dengan mempehitungkan logika
dan fungsional bangunan terhadap
lingkungan sekitarnya. Masyarakat
Melayu Deli dalam menentukan tapak
dengan orientasi kearah jaln utama dan
lorong-lorong kecil serta terdapat
beberapa rumah yang berorientasi kearah
Laut Belawan yang berada di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Universitas Sumatera Utara
101
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
PENEMUAN
6.1 Norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam membentuk ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang dituliskan oleh Peneliti mengenai norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam membentuk ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, maka
peneliti menghasilkan penemuan sebagai berikut (Tabel 6.1):
Tabel 6.1 Norma-norma masyarakat Melayu Deli dalam membentuk ruang pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
1 Norma-Norma Yang
Diyakini Masyarakat
Bagan Deli Belawan
Medan
Dalam menentukan tapak rumah masyarakat Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan membuat sebuah ritual
adat yang diyakini kepercayaan adat Melayu Deli agar rumah
yang ditempati memberikan ketentraman diatas tapak rumah
tersebut. Menurut Agus Budi Wibowo (2018), norma-norma
yang terkait dalam menentukan tapak rumah tersebut
dilaksanakan sebagai bentuk masyarakat Kampung Nelayan
Bagan Deli dalam menjalankan norma tentang tanah yang
tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat
akan membawa bencana bagi penghuninya dan berkaitan
dengan norma tentang dalam menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Posisi rumah
masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
memenuhi norma tentang menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin sesuai norma yang
diyakini sebagian dari masyarakat tersebut.
Norma-norma yang terkait dalam menentukan tapak rumah tinggal di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan yaitu :
Norma tentang tapak yang tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa
bencana bagi penghuninya. Dalam menentukan tapak rumah sangat penting dilakukan karena menurut
kepercayaan dari etnik Melayu Deli meyakini bahwa tapak rumah yang dipilih haruslah tapak yang tidak
membahayakan bagi penghuninya dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya yang bisa berakibat
bencana.
Norma tentang menentukan tapak memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Pada dasarnya permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ditempati oleh etnik Melayu Deli. Masyarakat etnik Melayu
Deli memiliki prinsip arti kebersamaan yang tinggi sesama etnik Melayu Deli sehingga memicu
terbentuknya ruang-ruang pada permukiman tersebut.
Norma tentang menentukan posisi rumah memperhitungkan arah mata angin. Penentuan tapak rumah warga
pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan berkaitan dengan adanya Mesjid yang
dibangun oleh warga yang pertama kali menempati Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada
dasarnya posisi Mesjid tersebut memiliki arah yang mengikuti arah mata angin menuju kiblat. Adanya
keterkaitan tersebut tanpa disadari bahwa penyebaran permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan membangun rumah pada tapak yang mengarah mata angin menuju kiblat.
Universitas Sumatera Utara
102
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
Menurut Agus Budi Wibowo (2018), mengungkapkan bahwa
etnik Melayu Deli memperhatikan berbagai faktor dalam
membangun rumah. Faktor dalam membangun rumah tersebut
terkait dengan pemilihan tapak, pemilihan kayu untuk
struktur, dan penyesuaian peraturan dan larangan. Dalam
pememenuhan ini dibutuhkan pawang, tukang, penghulu adat,
syarak, dan penghuni serta jiran berperan penting.
Pembangunan rumah pada dasarnya tidak merusak sistem
yang telah ada agar penghuninya terjamin dari bencana serta
tidak mengganggu lingkungan alam. Terbentuknya
permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan oleh masyarakat etnik Melayu Deli berkaitan erat
dengan nilai-nilai adat etnik Melayu Deli tersebut. Hal ini
terjadi dalam pemilihan tapak rumah yang dibangun oleh para
warga dipengaruhi oleh ritual adat yang biasa dilaksanakan
oleh masyarakat etnik Melayu Deli.
Universitas Sumatera Utara
103
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
2. Norma Masyarakat
Sebagai Faktor Dalam
Membentuk Lingkungan
Fisik Pada Permukiman
Bagan Deli Belawan
Medan
Menurut Agus Budi Wibowo (2018), norma-norma yang
terkait dalam menentukan tapak rumah tersebut dilaksanakan
sebagai bentuk masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli
dalam menjalankan norma tentang tanah yang tepat tidak
mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan
membawa bencana bagi penghuninya dan berkaitan dengan
norma tentang dalam menentukan tapak memperhitungkan
sifat fisik, tanah, dan rasa. Posisi rumah masyarakat Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan memenuhi norma
tentang menentukan posisi rumah memperhitungkan arah
mata angin sesuai norma yang diyakini sebagian dari
masyarakat tersebut.
- Norma yang diyakini masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan menjadi faktor dalam
membentuk lingkungan fisik pada permukiman terkait pembangunan jalan pada permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Dalam menentukan tapak rumah sangat penting dilakukan karena
menurut kepercayaan dari etnik Melayu Deli meyakini bahwa tapak rumah yang dipilih haruslah tapak yang
tidak membahayakan bagi penghuninya dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya yang bisa berakibat
bencana bagi penghuninya.
- Pemilihannya sangat terikat dengan peraturan adat, kepercayaan, pantang larang yang ditentukan oleh
pawang. Norma tentang menentukan tapak memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Pada dasarnya
permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ditempati oleh etnik Melayu Deli. Masyarakat
etnik Melayu Deli memiliki prinsip arti kebersamaan yang tinggi sesama etnik Melayu Deli sehingga
memicu terbentuknya ruang-ruang pada permukiman tersebut
Universitas Sumatera Utara
104
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
Menurut Febrianti (2010), masyarakat Melayu Deli sangat
menjunjung tinggi nilai agama, nilai adat dan tradisinya.
Pengaruhnya dapat terlihat melalui bagaimana terbentuknya
sebuah permukiman, yang mana syaratnya adalah harus
terdapat rumah ibadah/mesjid (nilai agama) dan tempat
upacara adat. Dalam memenuhi faktor-faktor yang terkait ini
masyarakat etnik Melayu Deli membawa pawang atau
penghulu adat yang biasanya mengikuti dalam proses
membangun rumah para warga tersebut.
- Pada dasarnya masyarakat etnik Melayu Deli mayoritasnya memeluk agama islam sehingga keberadaan
Mesjid telah mempengaruhi masyarakat etnik Melayu Deli di Kampung Nelayan Bagan Deli dalam
membentuk ruang. Norma yang berlaku berkaitan dengan agama islam seperti pada pembangunan jalan
yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Menurut Lawrence dan Low (1990,454), menyatakan bahwa
permukiman terbentuk dengan adanya perubahan fisik dari
lingkungan alam terjadi dari masa ke masa melalui proses
konstruksi oleh manusia. Tapak rumah yang didapatkan
berupa hasil dari tanah garapan para warga yang terdahulu
berada di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Lingkungan fisik yang terwujud dalam keseimbangan desain
ruang yang akan terbentuk di kawasan permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
- Tapak rumah yang didapatkan berupa hasil dari tanah garapan para warga yang terdahulu berada di
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada dasarnya pemilihan tapak mempunyai kesepakatan
bersama yaitu tapak harus diketahui oleh tetangga supaya arah rumah tidak berselisihan hadap depan dan
belakang rumah warga yang lain, dan agar tempias air tidak jatuh ke rumah tetangga maka diberikan batas
jarak 0,5 m – 1 m dari setiap tapak rumah disebelahnya. Terbentuknya lingkungan fisik diakibatkan dari
masyarakat yang melakukan kesepakatan dalam area fisik yang secara bertahap hingga membentuk ruang.
Universitas Sumatera Utara
105
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
Menurut Yodsurang P & Yasufumi U (2015), lingkungan
pesisir laut menjadi tempat tinggal penghuni yang memiliki
mata pencaharian di daerah tersebut sehingga membentuk
suatu permukiman. Permukiman yang sejajar sepanjang garis
sungai, akan berganti dengan menyesuaikan kondisi tanah,
ruang hijau, dan susunan budaya. Pada umumnya masayarakat
pada permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada
permukiman tersebut terdapat beberapa pendatang dari
berbagai daerah yaitu, Batubara, Tanjung Pura, Percut,
Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung Balai, dan
daerah lainnya. Mereka membangun rumah pada permukiman
tersebut hanya dengan mendapatkan hak izin membangun
rumah diatas air oleh persetujuan surat hak pakai dari
Kelurahan Bagan Deli.
Para nelayan tersebut datang ke Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk melanjutkan pekerjaannya
sebagai nelayan sehingga mereka memilih tinggal di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan agar tidak jauh
dari tempat mereka untuk mencari ikan, udang, kerang, kepiting, cumi, dan lainnya
Pada umumnya rumah-rumah masyarakat yang menempati
wilayah Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
memiliki posisi rumah menghadap ke lorong jalan dan
sebagian rumah lainnya yang harus memasuki gang kecil.
Menurut Zigmunde D (2010, May), Perencanaan manajemen
yang jelas akan menjamin pelestarian kawasan lansekap yang
tercipta agar mencegah transformasi yang tidak diinginkan,
maka diterapkannya elemen lansekap tradisional atau kegiatan
untuk peningkatan kualitas estetika dan ekologi wilayah
menjadi suatu konsep prinsip yang akan berhasil dalam
merencanakan wilayah yang baru.
Masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan memanfaatkan lorong atau gang kecil yang hanya bisa
dilalui oleh warga menggunakan sepeda motor saja berkukuran 1,2 m lebarnya.
Universitas Sumatera Utara
106
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
3 Norma Masyarakat
Sebagai Faktor Dalam
Membentuk Penggunaan
Lahan Di Permukiman
Bagan Deli Belawan
Medan
Menurut Fang dan Liu (2009), mengungkapkan bahwa
kepadatan penduduk yang tinggi dan ekonomi yang lebih
tinggi akan menimbulkan lingkungan alam yang lebih rentan
untuk menjadi suatu daerah permukiman. Hasil proses
interaksi diperhatikan dari melihat keadaan pembangunan
ekonomi dan sistem pedesaan berkembang dengan cara yang
kompleks dari berbagai komponen sistem, misalnya geografis
dan biogeofisik, perkembangan industri, penduduk pedesaan,
dan karakteristik sosial dan budaya. Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan pada dasarnya tidak memiliki area ruang
khusus atau balai adat untuk melaksanakan acara-acara besar,
bahkan permukiman tidak memiliki tempat khusus untuk
masyarakat berkumpul untuk bercengkramah dengan manusia
lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Hal ini disebabkan tidak adanya lahan yag mampu
menampung kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada
permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Fenomena ini akibat dari proses adaptasi penghuni
terhadap keadaan sumber daya setempat yang terbatas .
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus untuk berkumpul atau tempat
untuk bercengkramah dengan masyarakat lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Masyarakat
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya berkumpul di warung-
warung seperti warung kopi, warung nasi, serta kedai sayur maupun toko grosir yang berada tidak jauh dari
lingkungan tempat tinggal mereka. Upacara adat yang biasa diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu
Deli tidak mempunyai tempat khusus seperti wisma atau balai adat di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan.
Menurut Fragkou, D (2017), bahwasanya budaya dan
perkembangan kebutuhan hidup masyarakat pesisir terwujud
dari fenomena dari sepanjang pulau dan daratan terlihat dari
hubungan kompleks permukiman. Fokus pada ruang dan
waktu telah menghasilkan perubahan yang signifikan dalam
lingkungan alam dan terstruktur di masyarakat pedesaan.
Pembangunan perumahan yang tidak proporsional, dan
pembangunan ilegal menimbulkan pemalsuan karakteristik
arsitektur morfologi bangunan. Kampung Nelayan Bagan Deli
Masyarakat melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya berkumpul di
warung-warung seperti warung kopi, warung nasi, serta kedai sayur maupun toko grosir yang berada tidak jauh dari
lingkungan tempat tinggal mereka.
Universitas Sumatera Utara
107
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus untuk
berkumpul atau tempat untuk bercengkramah dengan
masyarakat lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan.
4 Pengaruh Norma
Masyarakat Dalam
Membentuk Ruang Di
Permukiman Bagan Deli
Belawan Medan
Menurut Biddulph ( 2003 ), Interaksi sosial memberikan
dampak kepada kehidupan komunitas yang seimbang.
Kehidupan komunitas yang seimbang dalam perkotaan dapat
mengungkap kompleksitas keberlanjutan perkotaan. Adapun
kompleksitas keberlanjutan perkotaan tentunya harus
didukung oleh adanya penekanan kepada aspek budaya,
norma norma sosial dan sistem jaringan dalam permukiman.
Masyarakat di kawasan Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan untuk menentukan tapak rumahnya memakai
kaidah atau norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
Norma-norma telah menyeimbangkan suatu permukiman terhadap keberlanjutan dari kondisi permukiman tersebut.
Norma yang berlaku terkait dengan suku asli dari masayarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu
etnik Melayu Deli. Penekanan dari norma-norma masyarakat tersebut mempengaruhi bentuk tanah yang
berorientasi terhadap jalan atau lorong di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, serta batasan-batasan
terhadap ruang luar permukiman di Kampung Nelayan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
108
Universitas Sumatera Utara
6.2 Struktur ruang pada permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai struktur ruang pada permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, maka peneliti menghasilkan penemuan sebagai berikut (Tabel 6.2)
Tabel 6.2 Struktur ruang pada permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
5 Pola Ruang Permukiman
Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan
Medan
Perencanaan manajemen yang baik akan menjamin pelestarian
kawasan lansekap yang tercipta agar mencegah transformasi
yang tidak diinginkan, maka diterapkannya elemen lansekap
tradisional atau kegiatan untuk peningkatan kualitas estetika
dan ekologi wilayah menjadi suatu konsep prinsip yang akan
berhasil dalam merencanakan wilayah-wilayah yang baru.
Menurut Zigmunde, D. (2010, May), Elemen lansekap
tradisional dan kegiatan untuk penyatuan berbagai kelompok
dari lansekap pemukiman perumahan baru, yaitu pendidikan
penduduk dalam budaya dan sejarah permukimannya.
Pengetahuan masyarakat tentang sejarah dan tradisi tempat
tentu akan memainkan peran besar dalam mencegah hal apa
saja yang akan terjadi dari berlangsungnya era globalisasi.
Pengetahuan ini juga akan membantu menciptakan dasar dari
suasana tempat. Semakin dekat hubungan, maka semakin
besar kemungkinan bahwa orang-orang seluruh generasi tidak
akan meninggalkan tempat tersebut dan akan menjaga tradisi
dan pengetahuan tentang akar sejarah mereka.
Pola ruang permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan berawal dari sebuah Mesjid yang dibangun di
permukiman tersebut. Pola penyebaran permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan ini dimulai dari
mesjid tersebut hingga lorong pertamina. Mesjid yang berada pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan bernama Mesjid Nurul Hilal yang dibangun pada tahun 1918 oleh para raja Kesultanan Deli
terdahulu. Dalam memutuskan bentuk Mesjid yang memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab.
Posisi Mesjid menghadap kiblat dari Makkah menjadi patokan posisi dari kaplingannya. Mesjid Nurul Hilal
dibangun untuk menandakan di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan ini terdapat permukiman Melayu
Deli yang identik dengan Islam.
Universitas Sumatera Utara
109
Universitas Sumatera Utara
6.3 Transformasi ruang pada permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai transformasi ruang permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, maka peneliti menghasilkan penemuan sebagai berikut (Tabel 6.3) :
Tabel 6.3 Transformasi ruang pada permukiman di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
6 Proses Transformasi
Pada Pola Ruang Di
Permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan
Menurut Nepal, S. K (2007), menyatakan bahwa permukiman
pedesaan tumbuh dan berkembang dari pandangan fungsional
ruang tradisional masyarakat (bentuk atau pola) yang terwujud
dari faktor sejarah, politik, sosial, dan budaya yang menyusun
penataan ulang sistem permukiman di pedesaan. Perspektif
fungsional juga menerapkan analisis permukiman di daerah
pedesaan, peningkatan jumlah tempat tinggal, pola
penyebaran tempat tinggal, diferensiasi area, dan struktur
hirarkis. Transformasi ruang yang terjadi akibat kebutuhan
dari masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan akan tempat tinggal untuk mereka.
Transformasi pada pola ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan terjadi sejak
berdirinya Kampung Bagan Deli oleh Kesultanan Deli tahun 1918 hingga saat ini tahun 2018 telah banyak
mengalami perubahan karena permukiman sudah padat ditempati oleh penduduk asli Bagan Deli maupun pendatang
dari luar yang datang mencari pekerjaan sebagai nelayan sehingga mereka membangun rumahnya di kawasan
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada dasarnya hanya pada bagian pinggiran laut saja yang banyak
dilakukan penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang dengan membawa keluarganya.
Pada kawasan pinggiran batas laut dahulu tidak ada bangunan rumah masyarakat akan tetapi sekarang sudah banyak
dibangun rumah berbentuk panggung pada tapak diatas air tersebut.
Universitas Sumatera Utara
110
Universitas Sumatera Utara
No. Kajian Keterkaitan dengan Teori Penemuan
7 Transformasi
Penggunaan Lahan Pada
Permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan
Menurut Long,H.L., (2007b), mengungkapkan bahwa
transformasi penggunaan lahan diperoleh dari kekuatan
penduduk yang dapat membuat keputusan untuk pengelolaan
lahan berkelanjutan dalam pembangunan daerah.
Transformasi penggunaan lahan dibatasi oleh kondisi fisik,
terutama didorong oleh faktor-faktor sosial-ekonomi.
Permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
dalam pemenuhan tempat tinggalnya masyarakat harus
mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah yaitu Kelurahan
Bagan Deli Belawan Medan. Penggunaan lahan akan
berpengaruh dalam pembangunan daerah oleh peran
masyarakat yang beradasarkan keputusan dari Pemerintah
Daerah tersebut. Transformasi terjadi pada kawasan pesisir
laut berkaitan dengan faktor ekonomi masyarakat Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan pada umumnya berprofesi
sebagai nelayan. Hal ini munculnya pembangunan rumah-
rumah panggung yang berdiri diatas air laut pada permukiman
di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Universitas Sumatera Utara
111
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN
Masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan dalam menentukan tapak
rumahnya menerapkan norma-norma yang berlaku berkaitan dengan etnik Melayu Deli.
Dalam menentukan tapak rumah masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Norma-norma yang terkait dalam menentukan tapak rumah tersebut dilaksanakan sebagai
bentuk masyarakat Kampung Nelayan Bagan Deli dalam menjalankan norma tentang tanah
yang tepat tidak mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana
bagi penghuninya dan berkaitan dengan norma tentang dalam menentukan tapak
memperhitungkan sifat fisik, tanah, dan rasa. Posisi rumah masyarakat Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan memenuhi norma tentang menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin sesuai norma yang diyakini sebagian dari masyarakat
tersebut. Norma-norma yang terkait dalam menentukan tapak rumah tinggal di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu, norma tentang tapak yang tepat tidak
mengganggu urat bumi, sedangkan yang tidak tepat akan membawa bencana bagi
penghuninya. Dalam menentukan tapak rumah sangat penting dilakukan karena menurut
kepercayaan dari etnik Melayu Deli meyakini bahwa tapak rumah yang dipilih haruslah tapak
yang tidak membahayakan bagi penghuninya dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya
yang bisa berakibat bencana. Norma tentang menentukan tapak memperhitungkan sifat fisik,
tanah, dan rasa. Pada dasarnya permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
ditempati oleh etnik Melayu Deli. Masyarakat etnik Melayu Deli memiliki prinsip arti
kebersamaan yang tinggi sesama etnik Melayu Deli sehingga memicu terbentuknya ruang-
ruang pada permukiman tersebut. Norma tentang menentukan posisi rumah
memperhitungkan arah mata angin. Penentuan tapak rumah warga pada permukiman
Universitas Sumatera Utara
112
Universitas Sumatera Utara
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan berkaitan dengan adanya Mesjid yang
dibangun oleh warga yang pertama kali menempati Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Pada dasarnya posisi Mesjid tersebut memiliki arah yang mengikuti arah mata angin
menuju kiblat. Adanya keterkaitan tersebut tanpa disadari bahwa penyebaran permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan membangun rumah pada tapak yang
mengarah mata angin menuju kiblat.
Pada dasarnya masyarakat etnik Melayu Deli mayoritasnya memeluk agama islam
sehingga keberadaan Mesjid telah mempengaruhi masyarakat etnik Melayu Deli di Kampung
Nelayan Bagan Deli dalam membentuk ruang. Norma yang berlaku berkaitan dengan agama
islam seperti pada pembangunan jalan yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan. Hal ini sesuai dengan teori dari Febrianti (2010), masyarakat
Melayu Deli sangat menjunjung tinggi nilai agama, nilai adat dan tradisinya. Pengaruhnya
dapat terlihat melalui bagaimana terbentuknya sebuah permukiman, yang mana syaratnya
adalah harus terdapat rumah ibadah/mesjid (nilai agama) dan tempat upacara adat. Dalam
memenuhi faktor-faktor yang terkait ini masyarakat etnik Melayu Deli membawa pawang
atau penghulu adat yang biasanya mengikuti dalam proses membangun rumah para warga
tersebut.
Tapak rumah yang didapatkan berupa hasil dari tanah garapan para warga yang
terdahulu berada di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada dasarnya pemilihan
tapak mempunyai kesepakatan bersama yaitu tapak harus diketahui oleh tetangga supaya arah
rumah tidak berselisihan hadap depan dan belakang rumah warga yang lain, dan agar tempias
air tidak jatuh ke rumah tetangga maka diberikan batas jarak 0,5 m – 1 m dari setiap tapak
rumah disebelahnya. Terbentuknya lingkungan fisik diakibatkan dari masyarakat yang
melakukan kesepakatan dalam area fisik yang secara bertahap hingga membentuk ruang.
Universitas Sumatera Utara
113
Universitas Sumatera Utara
Lawrence dan Low (1990,454), menyatakan bahwa permukiman terbentuk dengan adanya
perubahan fisik dari lingkungan alam terjadi dari masa ke masa melalui proses konstruksi
oleh manusia. Tapak rumah yang didapatkan berupa hasil dari tanah garapan para warga yang
terdahulu berada di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Lingkungan fisik yang
terwujud dalam keseimbangan desain ruang yang akan terbentuk di kawasan permukiman
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan.
Para nelayan datang ke Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk
melanjutkan pekerjaannya sebagai nelayan sehingga mereka memilih tinggal di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan agar tidak jauh dari tempat mereka untuk mencari ikan,
udang, kerang, kepiting, cumi, dan lainnya. Fakta tersebut sesuai dengan teori Yodsurang P &
Yasufumi U (2015), lingkungan pesisir laut menjadi tempat tinggal penghuni yang memiliki
mata pencaharian di daerah tersebut sehingga membentuk suatu permukiman. Permukiman
yang sejajar sepanjang garis sungai, akan berganti dengan menyesuaikan kondisi tanah, ruang
hijau, dan susunan budaya. Pada umumnya masayarakat pada permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada
permukiman tersebut terdapat beberapa pendatang dari berbagai daerah yaitu, Batubara,
Tanjung Pura, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung Balai, dan daerah
lainnya. Mereka membangun rumah pada permukiman tersebut hanya dengan mendapatkan
hak izin membangun rumah diatas air oleh persetujuan surat hak pakai dari Kelurahan Bagan
Deli.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan pada dasarnya tidak memiliki area
ruang khusus atau balai adat untuk melaksanakan acara-acara besar, bahkan permukiman
tidak memiliki tempat khusus untuk masyarakat berkumpul untuk bercengkramah dengan
manusia lainnya di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Hal ini disebabkan tidak
adanya lahan yag mampu menampung kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada permukiman
Universitas Sumatera Utara
114
Universitas Sumatera Utara
di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Fenomena ini akibat dari proses adaptasi
penghuni terhadap keadaan sumber daya setempat yang terbatas. Hal ini didukung oleh teori
Fang dan Liu (2009), mengungkapkan bahwa kepadatan penduduk yang tinggi dan ekonomi
yang lebih tinggi akan menimbulkan lingkungan alam yang lebih rentan untuk menjadi suatu
daerah permukiman. Hasil proses interaksi diperhatikan dari melihat keadaan pembangunan
ekonomi dan sistem pedesaan berkembang dengan cara yang kompleks dari berbagai
komponen sistem, misalnya geografis dan biogeofisik, perkembangan industri, penduduk
pedesaan, dan karakteristik sosial dan budaya.
Norma-norma telah menyeimbangkan suatu permukiman terhadap keberlanjutan dari
kondisi permukiman tersebut. Norma yang berlaku terkait dengan suku asli dari masyarakat
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan yaitu etnik Melayu Deli. Penekanan dari
norma-norma masyarakat tersebut mempengaruhi bentuk tanah yang berorientasi terhadap
jalan atau lorong di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan, serta batasan-batasan
terhadap ruang luar permukiman di Kampung Nelayan tersebut. Hali ini berkaitan dengan
teori Biddulph (2003), menyatakan kehidupan komunitas yang seimbang dalam permukiman
dapat mengungkap kompleksitas keberlanjutan. Adapun kompleksitas keberlanjutan
permukiman tentunya harus didukung oleh adanya penekanan kepada aspek budaya, norma
norma sosial dan sistem jaringan dalam permukiman. Masyarakat di kawasan Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan untuk menentukan tapak rumahnya memakai kaidah
atau norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
Pola ruang permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan berawal dari sebuah
Mesjid yang dibangun di permukiman tersebut. Pola penyebaran permukiman di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan ini dimulai dari mesjid tersebut hingga lorong pertamina.
Mesjid yang berada pada permukiman di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan
Universitas Sumatera Utara
115
Universitas Sumatera Utara
bernama Mesjid Nurul Hilal yang dibangun pada tahun 1918 oleh para raja Kesultanan Deli
terdahulu. Dalam memutuskan bentuk Mesjid yang memiliki bentuk persegi yang memiliki
ruang dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap kiblat dari Makkah menjadi patokan posisi dari
kaplingannya. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan ini terdapat permukiman Melayu Deli yang identik dengan Islam.
Berkaitan dengan teori Zigmunde, D. (2010, May), menyatakan elemen lansekap tradisional
dan kegiatan untuk penyatuan berbagai kelompok dari lansekap pemukiman perumahan baru,
yaitu pendidikan penduduk dalam budaya dan sejarah permukimannya. Pengetahuan
masyarakat tentang sejarah dan tradisi tempat tentu akan memainkan peran besar dalam
mencegah hal apa saja yang akan terjadi dari berlangsungnya era globalisasi. Pengetahuan ini
juga akan membantu menciptakan dasar dari suasana tempat. Semakin dekat hubungan, maka
semakin besar kemungkinan bahwa orang-orang seluruh generasi tidak akan meninggalkan
tempat tersebut dan akan menjaga tradisi dan pengetahuan tentang akar sejarah mereka.
Transformasi pada pola ruang di permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan terjadi sejak berdirinya Kampung Bagan Deli oleh Kesultanan Deli tahun 1918 hingga
saat ini tahun 2018 telah banyak mengalami perubahan karena permukiman sudah padat
ditempati oleh penduduk asli Bagan Deli maupun pendatang dari luar yang datang mencari
pekerjaan sebagai nelayan sehingga mereka membangun rumahnya di kawasan Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Pada dasarnya hanya pada bagian pinggiran laut saja
yang banyak dilakukan penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang
datang dengan membawa keluarganya. Pada kawasan pinggiran batas laut dahulu tidak ada
bangunan rumah masyarakat akan tetapi sekarang sudah banyak dibangun rumah berbentuk
panggung pada tapak diatas air tersebut. Fakta tersebut sesuai dengan teori Nepal, S. K (2007),
menyatakan bahwa permukiman pedesaan tumbuh dan berkembang dari pandangan
fungsional ruang tradisional masyarakat yang terwujud dari faktor sejarah, politik, sosial, dan
Universitas Sumatera Utara
116
Universitas Sumatera Utara
budaya yang menyusun penataan ulang sistem permukiman di pedesaan. Perspektif
fungsional juga menerapkan analisis permukiman di daerah pedesaan, peningkatan jumlah
tempat tinggal, pola penyebaran tempat tinggal, diferensiasi area, dan struktur hirarkis.
Transformasi ruang yang terjadi akibat kebutuhan dari masyarakat Kampung Nelayan Bagan
Deli Belawan Medan akan tempat tinggal untuk mereka.
Universitas Sumatera Utara
117
Universitas Sumatera Utara
Saran
Pemerintah Daerah yang memiliki wewenang dalam mengelola pembangunan setiap
kelurahan harus dengan mudah mengadakan relokasi lahan permukiman terutama pada
permukiman yang berada di pesisir laut yang sesuai kebijakan dan peraturan daerah dapat
membahayakan penduduk pesisir yang berada di Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan
Medan. Sehingga masyarakat tidak lagi mengalami fenomena alam yang datang secara
berkala yaitu banjir akibat pasang air laut. Kondisi tersebut dapat membahayakan masyarakat
Melayu Deli pesisir, dan menghambat aktivitas keseharian warga serta dapat membahayakan
kesehatan warga yang berada di kawasan tersebut. Bentuk partisipasi pemerintah dalam
memberhentikan pertambahan permukiman yang semakin meningkat di Kampung Nelayan
Bagan Deli Belawan Medan sudah dilakukan dengan baik yaitu membangun jembatan beton
penghubung di sepanjang garis Laut Belawan. Pembangunan jembatan beton ini dilakukan
untuk mengurangi pertambahan bangunan rumah warga yang membangun rumah diatas air
tanpa melihat bahaya yang akan mereka alami nantinya. Dari hasil penelitian diharapkan
untuk Pemerintah Daerah lebih peka atau peduli kepada penduduk pesisir Laut Belawan.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan sangat membutuhkan banyak bantuan
pengelolaan yang lebih lanjut terutama dalam hal perencenaan tata ruang kota pada
permukiman yang berada di pesisir Laut Belawan mengingat permukiman tersebut sangat
semraut dan tidak tertata rapi serta rawan bencana.
Bagi peneliti berikutnya diharapkan agar meneliti lebih lanjut lagi permasalahan
tentang penerapan tata ruang yang baik, aman, dan sehat terhadap permukiman di Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan dengan memperhitungkan berbagai faktor-faktor sosial,
ekonomi, pendidikan, dan budaya agar dapat mudah diterima oleh penduduk pesisir Laut
Belawan tersebut maupun permasalahan di berbagai kampung nelayan yang ada di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
118
Universitas Sumatera Utara
Transformasi ruang pada permukiman di kampung nelayan sangat menarik untuk dibahas
untuk mengetahui dan memahami pola pikir masayarakat dan perilakunya terhadap ruang
yang berada didalamnya. Dengan hasil penelitian ini semoga bermanfaat sebagai menambah
wawasan ilmu teori untuk bidang tata ruang permukiman pesisir laut
Universitas Sumatera Utara
119
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Biddulph, M. (2003). The limitations of the urban village concept in neighbourhood
renewal: a Merseyside case study. Urban Design International, 8, 5–19.
2. Liu, Y., He, S., Wu, F., & Webster, C. (2010). Urban villages under China's rapid
urbanization: unregulated assets and transitional neighbourhoods. Habitat
International, 34(2), 135-144.
3. Lawrence, Denise L., and Setha M. Low. 1990. The built environment and spatial
form. Annual Review of Anthropology 19:453–505.
4. Savvides, A., Michael, A., Malaktou, E., & Philokyprou, M. (2016). Examination and
assessment of insolation conditions of streetscapes of traditional settlements in the
Eastern Mediterranean area. Habitat International, 53, 442-452.
5. Xu, W., Tan, K.C., 2001. Reform and the process of economic restructuring in rural
China: a case study of Yuhang, Zhejiang. J. Rural Stud. 17 (2), 165e181.
6. Fang, Y.G., Liu, J.S., 2009. Cultural landscape evolution of cluster agricultural
village: the case of Yukou village in Shandong province. Geogr. Res. 28 (4), 968e978
(in Chinese).
7. Yodsurang, P., & Yasufumi, U. (2015). A Traditional Community in the Chao Phraya
River Basin II: Influence of Water Circulation on the Traditional Living Culture
according to the Settlement Pattern. Asian Culture and History, 8(1), 112.
8. Rumiati, A., & Prasetyo, Y. H. (2013). Identifikasi Tipologi Arsitektur Rumah
Tradisional Melayu di Kabupaten Langkat dan Perubahannya. Jurnal Permukiman,
8(2), 78-88.
Universitas Sumatera Utara
120
Universitas Sumatera Utara
9. Yuan, L. J. 1987. The Malay House : Rediscovering Malaysia’s Indigenous Shelter
System. Institut Masyarakat. Pulau Pinang.
10. Yurliani, R.(2007) Kecenderungan Hedonisme Pada Masyarakat Melayu Medan
Dengan Masyarakat Melayu Tanjung Pura. Kecenderungan Hedonisme Pada
Masyarakat Melayu Medan Dengan Masyarakat Melayu Tanjung Pura.
11. Ridwan, T. Amin. (2005). Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi. Medan: USU
Press.
12. http://m.adicita.com/artikel/617Adat-Istiadat-dalam-Pergaulan-Orang-Melayu
13. Kearifan Lingkungan dalam Adat “Berumah” Masyarakat Melayu di Sumatra Utara |
Agus Budi wibowo Academia.Edu
14. Zigmunde, D. (2010, May). Preservation of Traditional Rural Landscape Identity as
an Integrative Tool for New Housing Settlements in Latvia. In International scientific
conference proceedings of full papers–Landscape Legacy: Landscape Architecture
and Planning between Art and Science.
15. Fragkou, D. (2017). The Impact of Mass Tourism to Traditional Settlements.
JOURNAL OF TOURISM. RESEARCH, 197.
16. Dhingra, M., & Chattopadhyay, S. (2016). Advancing smartness of traditional
settlements-case analysis of Indian and Arab old cities. International Journal of
Sustainable Built Environment, 5(2), 549-563.
17. Nepal, S. K. (2007). Tourism and rural settlements Nepal’s Annapurna region. Annals
of Tourism Research, 34(4), 855-875
18. Makachia, P. A. (2011). Evolution of urban housing strategies and dweller-initiated
transformations in Nairobi. City, Culture and Society, 2 (4), 219–234.
Universitas Sumatera Utara
121
Universitas Sumatera Utara
19. Patterson, Orlando. 2007. Review of: The logics of history, by William H. Sewell.
American Journal of Sociology 112: 1287–90. [RAJ]
20. Murray, C. (2004). Rethinking neighbourhoods: from urban villages to cultural hubs.
In D. Bell, & M. Jayne (Eds.), City of quarters: Urban villages in the contemporary
city. Aldershot: Ashgate Publishing Limited.
21. Long, H.L., Heilig, G.K., Li, X.B., Zhang, M., 2007b. Socio-economic development
and land-use change: analysis of rural housing land transition in the Transect of the
Yangtse River, China. Land Use Policy 24 (1), 141–153.
22. Etter, A., & van Wyngaarden, W. (2000). Patterns of landscape transformation in
Colombia, with emphasis in the Andean region. Ambio: A journal of the Human
Environment, 29(7), 432-439.
23. Long, H.L., Zou, J., Liu, Y.S., 2009a. Differentiation of rural development driven by
industrialization and urbanization in eastern coastal China. Habitat Int. 33 (4),
454e462.
24. Sewell, William H., Jr. 2005. The logics of history: Social theory and social
transformation. Chicago: University of Chicago Press.
25. Linard, C., Gilbert, M., Snow, R. W., Noor, A. M., & Tatem, A. J. (2012). Population
distribution, settlement patterns and accessibility across Africa in 2010. PloS one,
7(2), e31743.
Universitas Sumatera Utara
122
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1: HASIL NARASI RESPONDEN
Segmen : 1
Nama : Amin
Umur : 57 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilaksanakan kepada bapak yang bernama Amin umur 57 tahun
mempunyai suku Melayu Deli. Pak Amin lahir di Kampung Bagan Deli pada tahun 1961.
Lokasi rumahnya terletak di lingkungan 6. Rumahnya dibangun oleh Pak Amin sendiri,
namun tapak tanah diberikan oleh orang tua nya dahulu yang tapak rumahnya berada didepan
rumah pak Amin sendiri. Ia mengatakan bahwa pada umumnya dulu pemilihan tapak harus
diketahui jiran tetangga supaya arah rumah tidak berselisihan hadap depan dan belakang
rumah orang, dan agar tempias air tidak jatuh ke rumah tetangga maka diberikan batas jarak
½ m dari setiap tapak rumah disebelahnya. Semenjak tahun 1999 sudah mulai semraut,
terlihat dibagian dalam permukiman terdapat rumah yang didepan gang dan rumah saling
membelakangi. Dalam menentukan tapak rumah Pak Amin juga memakai buah “kundur”
semacam buah labu dan buah kelapa diikat pada kayu atau tiang diatas tapak tanah yang
diyakini kepercayaan adat Melayu Deli agar rumah ditempati akan memberikan ketentraman
diatas tapak rumah tersebut. Posisi rumah tidak memperhitungkan arah mata angin ataupun
arah matahari. Rumah yang berada dekat dengan pesisir laut Belawan ini tidak menentukan
posisi arah rumah harus menghadap laut atau sungai, posisi rumah menghadap ke lorong
jalan dan ada sebagian rumah yang harus memasuki gang . Rumah dahulunya berbentuk
panggung, namun sekarang sudah tidak panggung lagi namun daerah yang tanah yang
berlumpur dan diatas tanah masih menggunakan rumah panggung. Denah rumah tinggal Pak
Amin berbentuk 4 persegi yang terdiri dari beberapa ruang didalamnya.
Universitas Sumatera Utara
123
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan jalan di permukiman Bagan Deli ini awalnya dari swadaya masyarakat
Bagan Deli, kemudian dilanjutkan dengan penumpukan dari kulit kerang, sekarang sudah di
beton dari bantuan pemerintah. Dan perubahan 5 tahun terakhir masih jalan yang sudah di
beton hanya ada perubahan tinggi beton yang dinaikkan hingga 60cm dalam permintaan
musyawarah masyarakat. Dalam membangun jalan masyarakat melayu juga memakai nilai
adat istiadat Melayu Deli dengan istilah “ permisi atau ucapan salam islam ” yang berkaitan
dengan nilai agama islam juga. Jembatan dibangun oleh pemerintah sekitar 2 tahun yang lalu
secara bertahap mengelilingi batas permukiman dengan laut.
Mesjid yang berada di permukiman Bagan Deli ini bernama Mesjid Nurul Hilal yang
dibangun pada tahun 1918 oleh kesultanan deli terdahulu. Dalam memutuskan bentuk mesjid
yang memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap
kiblat dari Makkah. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Bagan Deli ini
terdapat permukiman melayu yang identik dengan islam. Dulu Mesjid Nurul Hilal dahulu
berbentuk panggung dan menggunakan material kayu namun seiring berjalan waktu dan
berkembang dilakukan renovasi oleh masyarakat Bagan Deli. Pak Amin menyatakan bahwa
“Bagan Deli inilah yang pertama ada daripada Belawan ataupun Pelabuhan Belawan
tersebut”. Kampung Nelayan Bagan Deli ini dahulu dijadikan tempat persinggahan atau
transit raja-raja deli dalam perjalanan menuju Pulau Putri yang berada disebelah arah timur
laut dari permukiman Bagan Deli ini, lalu raja-raja deli dari Pulau Putri singgah ke Bagan
Deli melewati sungai deli menuju Istana Maimun. Kemudian pada segmen 2 ini terdapat
musholla yang berada di Lorong Pertamina, namun musholla ini telah beberapa kali
mengalami perubahan bentuk dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh para warga di
Kampung Bagan Deli.
Universitas Sumatera Utara
124
Universitas Sumatera Utara
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka.
Upacara adat yang biasa diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli
tidak mempunyai tempat khusus seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung
Bagan Deli memanfaatkan halaman rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan
dan juga memakai badan jalan. Acara besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta
Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah
juga memakai tanah milik pertamina untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun
yang lalu.
Awal mulanya Kampung Bagan Deli berada di tengah-tengah permukiman ini yang
hanya memiliki luasan sekitar 70-80 meter persegi saja, namun sekitar tahun 1990 ada
pemekaran luasan menjadi 200.an meter persegi. Batas pertama kali adanya permukiman
Bagan Deli dulu hanya dari Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal, selebihnya dahulu
masih laut dan rawa-rawa saja. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai ditimbun
dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli maupun pendatang yang kebanyakan
dari daerah pesisir yaitu Batubara, Tanjung Pura, dan Tanjung Balai. Perubahan fungsi ruang
atau tanah sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak 5 tahun yang lalu
permukiman sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak penambahan
bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran batas laut
dulunya tidak ada bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk panggung
diatas air. Selanjutnya perubahan fungsi ruang terjadi di Jalan Besar Bagan Deli terdapat
bangunan rumah tempat tinggal yang sekaligus digunakan sebagai toko grosir dan jual bahan
Universitas Sumatera Utara
125
Universitas Sumatera Utara
pokok masyarakat, rumah tersebut menjadi rumah sekaligus toko sejak 5 tahun yang lalu oleh
masyarakat Bagan Deli yang tinggal di depan Jalan Besar Bagan Deli ini.
Universitas Sumatera Utara
126
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 1
Nama : Abdul Khalel
Umur : 40 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilaksanakan kepada bapak yang bernama Abdul Khalel umur 40
tahun mempunyai suku Melayu Deli. Pak Abdul lahir di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Lokasi rumahnya terletak di lingkungan 6. Rumah Pak Abdul merupakan warisan
dari orangtuanya, maka tapak rumah tersebut diberikan oleh orangtua nya. Dalam
menentukan tapak rumah Pak Abdul mengatakan bahwa pada umumnya dulu pemilihan
tapak harus diketahui tetangga agar supaya arah rumah tidak berselisihan hadap depan dan
belakang rumah orang, dan agar tempias air tidak jatuh ke rumah tetangga maka diberikan
batas jarak beberapa meter dari setiap tapak rumah disebelahnya. Dalam penentuan tapak
rumah Pak Abdul meyakini bahwa tapak tanah yang baik akan memberikan kenyamanan
keluarga yang tinggal di rumah tersebut, dan juga memanggil seorang ustad yang akan
membacakan ayat-ayat suci Al-Quran dengan menyiram air putih di tapak rumah tersebut,
serta menyajikan buah kundur dan pisang diatas tiang yang ditancapkan di tapak rumah yang
ingin dibangun rumah. Kebiasaan adat Melayu Deli seperti itu masih dilaksanakan sampai
saat ini jika ada warga yang ingin membangun rumah baru diatas tapak tanah yang kosong.
Posisi rumah tidak ada terkait dengan norma-norma adat melayu. Masyarakat Kampung
Bagan Deli hanya mengikuti dimana letak jalan dan menghadapkan rumah nya kearah jalan
tersebut. Jalan dahulunya dibangun oleh gotong royong masyarakat, namun sekarang sudah
banyak perbaikan dibangun oleh pemerintah. Rumah dari Pak Abdul berbentuk panggung
karena memang daerah tapak tanah yang dipesisir laut untuk menghindari terjadinya banjir
akibat pasang air laut.
Universitas Sumatera Utara
127
Universitas Sumatera Utara
Mesjid Nurul Hilal sudah lama dibangun oleh nenek moyang terdahulu yang pertama
kali menempati Kampung Bagan Deli ini, karena pada umumnya masyarakat Bagan Deli
mempunyai suku Melayu Deli yang mayoritasnya memeluk agama islam, maka dibangunlah
mesjid sebagai tempat ibadah umat islam yang berada di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Mesjid berbentuk persegi terdapat beberapa ruangan dan mihrab mejsid yang
menghadap kearah kiblat dari Makkah.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka. Upacara adat
yang biasa diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat
khusus seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan
halaman rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan
jalan. Acara besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli
diadakan di Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik
pertamina untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Kampung Bagan Deli dahulu tidak padat seperti sekarang, masih banyak ditemukan
pepohonan di sekitar rumah, tetapi sekarng sudah padat dibangun rumah oleh masyarakat
Kampung Bagan Deli. Batas pertama kali adanya permukiman Bagan Deli dulu hanya dari
Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal, selebihnya dahulu masih laut dan rawa-rawa
saja. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai ditimbun dan dibangun
permukiman oleh masyarakat Bagan Deli maupun pendatang yang kebanyakan dari daerah
pesisir yaitu Batubara, Tanjung Pura, dan Tanjung Balai. Perubahan fungsi ruang atau tanah
sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak 5 tahun yang lalu permukiman
Universitas Sumatera Utara
128
Universitas Sumatera Utara
sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak penambahan bangunan tempat
tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran batas laut dulunya tidak ada
bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk panggung diatas air. Selanjutnya
perubahan fungsi ruang terjadi di Jalan Besar Bagan Deli terdapat bangunan rumah tempat
tinggal yang sekaligus digunakan sebagai toko grosir dan jual bahan pokok masyarakat,
rumah tersebut menjadi rumah sekaligus toko sejak 5 tahun yang lalu oleh masyarakat Bagan
Deli yang tinggal di depan Jalan Besar Bagan Deli ini.
Universitas Sumatera Utara
129
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 2
Nama : Safaridah
Umur : 54 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melaksanakan wawancara kepada warga di lorong tanjung 2 tepatnya
pada lingkungan 15 yang termasuk kedalam segmen 2 pada wilayah permukiman Kampung
Nelayan Bagan Deli Belawan Medan. Salah satu warga bernama Ibu Safaridah yang berumur
54 tahun merupakan penduduk asli yang lahir di Kampung Bagan Deli ini. Rumah Ibu
Safaridah ini dibangun oleh orang tua nya yang terdahulu yang diwariskan kepada Ibu
Safaridah. Sehingga dahulu dalam menentukan tapak rumah tersebut tidak diketahui adakah
unsur kepercayaan dari suku adat Melayu Deli dalam menentukan tapak rumah dari Ibu
Safaridah. Akan tetapi Ibu Safaridah mengatakan “ Tapak rumah yang dipakai merupakan
tanah dari nenek moyang terdahulu tinggal disini dan di lingkungan nya masih belum padat
hanya beberapa rumah saja, masih bisa ditemui tanah kosong dan pepohonan hanya ada
sekitar 20an rumah saja di Kampung Bagan Deli ini “. Jika orang pendatang yang ingin
datang untuk mencari tempat tinggal di Kampung Bagan Deli ini mempunyai tujuan untuk
mencari kerja yaitu sebagai nelayan karena permukiman Kampung Bagan Deli ini dekat
dengan pesisir laut yang memudahkan nelayan kapan saja untuk berlaut. Sehingga mereka
banyak membangun tempat tinggal di permukiman Kampung Bagan Deli. Kebanyakan yang
datang ke Bagan Deli ini masih lajang atau belum menikah , mereka mencari kerja sebagai
nelayan dengan hanya bermodalkan menumpang tempat tinggal di rumah warga yang
bersedia, namun kebanyakan dari mereka pada akhirnya menikah dengan gadis di Kampung
Bagan Deli lalu mereka membuat rumah ke permukiman Kampung Bagan Deli ini juga dan
membangun rumah baru diatas tanah yg masih kosong ataupun diatas air laut. Posisi rumah
Universitas Sumatera Utara
130
Universitas Sumatera Utara
tidak ada memperhitungkan arah mata angin ataupun harus mengahadap ke arah sungai atau
laut Belawan ini. Posisi rumah berpatokan kepada pembukaan jalan yang masuk kedalam
permukiman ini saja berhadap-hadapan dengan rumah yang berada di seberang jalan gang
permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Rumah berbentuk panggung dipakai
karena beradaptasi dengan lingkungan nya yang berada di pesisir laut maka dibangunlah
rumah berbentuk panggung di Kampung Bagan Deli yang dahulunya hingga sekarang juga
masih banyak memakai rumah panggung untuk menghindari air yang masuk ke dalam rumah
jika terjadi pasang laut tersebut. Rumah memiliki denah berbentuk persegi dengan ada
beberapa ruang didalamnya dan terdapat toko atau kedai di rumah Ibu Safaridah ini. Jalan
dahulunya dibangun oleh gotong royong masyarakat, namun sekarang sudah banyak
perbaikan dibangun oleh pemerintah.
Mesjid Nurul Hilal yang berada di Kampung Bagan Deli Belawan ini dibangun oleh
masyarakat Kampung Bagan Deli ini pertama sekali dengan cara menyumbang dari hasil
tangkapan nelayan seperti udang yang di timbang itulah menjadi tabungan masyarakat
Kampung Bagan Deli untuk membangun Mesjid tersebut dulunya, namun sekarang sudah
banyak donatur dari luar yang membantu renovasi dari bangunan mesjid yang dulu hingga
sudah bagus seperti saatb ini. Bentuk mesjid persegi yang memiliki beberapa ruang dan
mihrab yang menghadap ke arah kiblat.
Pada permukiman Bagan Deli Belawan ini tidak memiliki tempat untuk berkumpul
masyarakat antar manusia baik anggota keluarga, kerabat dekat, serta tetangga. Mereka
biasanya berkumpul di warung-warung yang berada tidak jauh dari rumah mereka masing-
masing. Disitulah masyarakat Kampung Bagan Deli ini sering bercengkrama sesama kerabat
ataupun jiran tetangga. Tempat berkumpul tidak ada ditemukan pada permukiman Bagan Deli
ini karena terkendala oleh tempat yang sudah padat tidak ada ruang kosong lagi jika dibangun
Universitas Sumatera Utara
131
Universitas Sumatera Utara
tempat khusus untuk berkumpul masyarakat dengan kerabat dekat dan tetangga. Dalam acara
pesta adat seperti pernikahan di Kampung Bagan Deli ini dilakukan di teras rumah mereka
yang ingin mengadakan pesta adat pernikahan, karena di Kampung Bagan Deli ini tidak ada
balai adat khusus untuk melaksanakan pesta atau upacara adat pernikahan untuk warga di
permukiman tersebut. Bagi warga yang memiliki rumah yang berada di gang-gang kecil yang
tidak memungkinkan untuk mengadakan pesta mereka meminjam halaman atau teras rumah
yang berada didekat jalan besar untuk dipakai sebagai tempat pesta adat pernikahan jika ada
yang berkenan rumahnya dipakai untuk dijadikan tempat pesta adat tersebut. Di Kampung
Bagan Deli ini tiap tahunnya mengadakan peringatan hari besar seperti israj miraj dan ulang
tahun Kampung Bagan Deli yang diadakan di Jalan Besar Bagan Deli yang memakai badan
jalan, jalan ditutup dan memakai tenda saja karena Kampung Bagan Deli ini tidak ada tempat
khusus atau wisma untuk melaksanakan hari besar tersebut.
Kampung Bagan Deli Belawan Medan dulunya rumah masih sedikit dan berjarak
jauh-jauhan dari rumah satu ke rumah sebelahnya. Rumah di Kampung Bagan Deli ini
umumnya dibelakang rumahnya merupakan rumah keluarga nya juga seperti abang atau adik
kandung sendiri karena dulunya nenek moyang terdahulu mengambil tanah nya sudah begitu
turun-temurun, tanah kosong yang berada dibelakang rumahnya itu punya mereka bersaudara
juga walaupun masih kosong, sehingga sekarang banyak tipe rumah yang berada
dibelakangnya merupakan rumah sanak saudara kandung juga. Jalan di Kampung Bagan Deli
ini pertama dibuka pada zaman jajahan Negara Jepang. Perubahan fungsi ruang yang terjadi
di lorong tanjung 2 ini tidak ada yang signifikan sejak 5 tahun yang lalu karena pada
permukiman ini sudah padat dari 5 tahun yang lalu hingga sekarang. Adapun perubahan
hanya pada bentuk rumah yang dari panggung sekarang tidak panggung lagi karena sudah di
Universitas Sumatera Utara
132
Universitas Sumatera Utara
timbun dan dinaikkan rumahnya akan tetapi di daerah dekat dengan laut masih ada yang
membangun rumah panggung diatas air laut.
Universitas Sumatera Utara
133
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 2
Nama : Ibnu
Umur : 38 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilakukan oleh peneliti di segmen 2 yaitu tepatnya di lingkungan 15
Kampung Bagan Deli Belawan Medan kepada Pak Ibnu yang berusia 38 tahun. Rumah dari
Pak Ibnu yang ditempati nya saat ini merupakan rumah yang dibangun oleh orang tua dari
Ibu Nurehan sendiri yang tapak tanah dari nenek moyang terdahulu, sehingga Pak Ibnu tidak
mengetahui ada unsur kepercayaan dari adat Melayu Deli dalam menentukan tapak rumah
yang ditempatinya saat ini. Namun, dari cerita dulu ada kepercayaan suku Melayu Deli
tentang patang-larang nya atau kepercayaan dari adat Melayu Deli tentang hari dibangunnya
rumah tersebut seperti, mencari depan rumah ke arah matahari terbit untuk rejeki yang baik,
karena dulu belum ada jalan seperti saat ini, maka masyarakat dulunya membangun rumah
depannya mengikuti arah matahari terbit, tidak boleh membelakangi matahari. Dalam
pembangunan rumah tidak harus menghadap laut karena rumah yang pada umumnya
menghadap laut itu merupak rumah para nelayan yang dijadikan tempat untuk menambatkan
kapal mereka didepan rumahnya. Rumah dari Ibu Nurehan masih berbentuk panggung karena
pada dasarnya rumah berbentuk panggung yang dibangun untuk rumah yang berada di
kawasan pesisir laut. Rumah memiliki denah 4 persegi yang didalam rumah tersebut terdapat
beberapa ruang kamar, dan dapur. Dalam pembangunan jalan yang berada di Kampung
Bagan Deli ini dulunya hanya jalan sempit, maka masyarakat masing-masing menghibahkan
tanah sebagian yang berada dihalaman rumahnya. Pembangunan jalan dulunya swadaya
masyarakat namun sekarang sudah pemerintah yang membangun jalan.
Universitas Sumatera Utara
134
Universitas Sumatera Utara
Mesjid yang berada di Kampung Bagan Deli ini bernama Mesjid Nurul Hilal. Mesjid
ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli pertama kali yaitu Datuk-Datuk
terdahulu yang tinggal di Kampung Bagan Deli. Dalam memutuskan bentuk mesjid yang
memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap kiblat
dari Makkah. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Bagan Deli ini terdapat
permukiman melayu yang identik dengan islam. Dulu Mesjid Nurul Hilal dahulu berbentuk
panggung dan menggunakan material kayu namun seiring berjalan waktu dan berkembang
dilakukan renovasi oleh masyarakat Bagan Deli.
Tempat berkumpul di Kampung Bagan Deli tidak ada ditemukan tempat khusus untuk
warga berkumpul, bercengkrama antar kerabat dekat dan tetangga. Mereka hanya berkumpul
di warung-warung yang berada tidak jauh dari permukiman nya. Upacara adat yang biasa
diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat khusus
seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan halaman
rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan jalan. Acara
besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di
Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik pertamina
untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Kampung Bagan Deli Belawan Medan dulunya rumah masih sedikit dan berjarak
jauh-jauhan dari rumah satu ke rumah sebelahnya. Rumah di Kampung Bagan Deli ini
umumnya dibelakang rumahnya merupakan rumah keluarga nya juga seperti abang atau adik
kandung sendiri karena dulunya nenek moyang terdahulu mengambil tanah nya sudah begitu
turun-temurun, tanah kosong yang berada dibelakang rumahnya itu punya mereka bersaudara
juga walaupun masih kosong, sehingga sekarang banyak tipe rumah yang berada
dibelakangnya merupakan rumah sanak saudara kandung juga. Jalan di Kampung Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara
135
Universitas Sumatera Utara
ini pertama dibuka pada zaman jajahan Negara Jepang. Perubahan fungsi ruang yang terjadi
di lorong tanjung 2 ini tidak ada yang signifikan sejak 5 tahun yang lalu karena pada
permukiman ini sudah padat dari 5 tahun yang lalu hingga sekarang. Adapun perubahan
hanya pada bentuk rumah yang dari panggung sekarang tidak panggung lagi karena sudah di
timbun dan dinaikkan rumahnya akan tetapi di daerah dekat dengan laut masih ada yang
membangun rumah panggung diatas air laut.
Universitas Sumatera Utara
136
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 3
Nama : Nurehan
Umur : 32 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilakukan oleh peneliti di segmen 3 yaitu tepatnya di lingkungan 5
Kampung Bagan Deli Belawan Medan kepada Ibu Nurehan yang berusia 32 tahun. Rumah
Ibu Nurehan yang ditempati nya saat ini merupakan rumah yang dibangun oleh orang tua dari
Ibu Nurehan sendiri yang tapak tanah dari nenek moyang terdahulu, sehingga Bu Nurehan
tidak mengetahui ada unsur kepercayaan dari adat Melayu Deli dalam menentukan tapak
rumah yang ditempatinya saat ini. Namun ia mengatakan bahwa “ Kampung Bagan Deli
dulunya disini awalnya muncul rumah-rumah warga di Kampung Bagan Deli ini. Namun,
dari cerita dulu mungkin ada patang-larang nya atau kepercayaan dari adat Melayu Deli
tentang hari dibangunnya rumah tersebut, mencari depan rumah ke arah matahari terbit untuk
rejeki yang baik, karena dulu belum ada jalan seperti saat ini, maka masyarakat dulunya
membangun rumah depannya mengikuti arah matahari terbit, tidak boleh membelakangi
matahari ”. Dalam pembangunan rumah tidak harus menghadap laut karena rumah yang pada
umumnya menghadap laut itu merupak rumah para nelayan yang dijadikan tempat untuk
menambatkan kapal mereka didepan rumahnya. Rumah dari Ibu Nurehan masih berbentuk
panggung karena pada dasarnya rumah berbentuk panggung yang dibangun untuk rumah
yang berada di kawasan pesisir laut. Rumah memiliki denah 4 persegi yang didalam rumah
tersebut terdapat beberapa ruang kamar, dan dapur. Dalam pembangunan jalan yang berada di
Kampung Bagan Deli ini dulunya hanya jalan sempit, maka masyarakat masing-masing
menghibahkan tanah sebagian yang berada dihalaman rumahnya. Pembangunan jalan
dulunya swadaya masyarakat namun sekarang sudah pemerintah yang membangun jalan.
Universitas Sumatera Utara
137
Universitas Sumatera Utara
Mesjid Nurul Hilal yang berada di Kampung Bagan Deli oleh para nenek moyang
dulu yang tinggal pertama kali di Bagan Deli Belawan Medan ini. Mesjid dibangun di
Kampung Bagan Deli ini menjadi tempat ibadah umat islam di Kampung Bagan Deli karena
suku adat Melayu Deli memiliki identik dengan agama islam nya. Mesjid berbentuk persegi
yang memiliki beberapa ruang dan mihrab yang menghadap kiblat kearah Makkah. Di
lingkungan 5 pada segmen 3 ini terdapat musholla atau surau kecil yang bernama Nurul
Ikhwan yang berada di dalam gang kecil di permukiman Kampung Bagan Deli ini. Surau itu
juga sudah lama dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli ini. Bangunan surau yang
dipakai berbentuk persegi yang dibangun seperti rumah tempat tinggal biasanya dulunya
namun sekarang sudah di renovasi seperti musholla pada umumnya memiliki atap yang
melentik keatas pada tengahnya.
Di Kampung Bagan Deli ini biasa melakukan berkumpul untuk bercengkrama dengan
kerabat dekat dan tetangga pada warung-warung yang berada tidak jauh dari rumah warga. Di
warung itu menjadi tempat berkumpul yang biasanya dilakukan pada sore hari oleh bapak-
bapak ataupun ibu-ibu yang berada di Kampung Bagan Deli, karena mereka disini tidak
memiliki tempat khusus untuk berkumpul untuk interaksi antar manusia. Sebagian anak-anak
yang berada di Kampung Bagan Deli ini bermain bola atau bermain sepatu roda di jalan
ataupun di gang-gang kecil di permukiman Kampung Bagan Deli ini. Dalam melaksanakan
acara pesta adat seperti pesta pernikahan biasanya warga yang ingin membuat pesta
mengadakan di depan halaman rumahnya yang memakan badan jalan, jika rumah yang
berada di gang-gang yang kecil biasanya mereka menumpang halaman rumah yang berada di
jalan besar untuk dijadikan tempat pesta. Pesta hari besar seperti Israj Miraj, Dzikir adat,
Maulid nabi dan ulang tahun Kampung Bagan Deli ini biasanya diadakan di sepanjang Jalan
Bagan Deli yang menggunakan tenda derta memakan badan jalan juga karena permukiman
Universitas Sumatera Utara
138
Universitas Sumatera Utara
Kampung Bagan Deli tidak memiliki tempat khusus untuk membuat acara pesta adat atau
pesta hari besar khusus seperti balai adat atau wisma.
Perubahan yang terjadi pada segmen 3 di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli ini
seperti adanya pembangunan MCK ( mandi, cuci, kakus ) yang dibangun pemerintah pada
area didekat pesisir laut yang masih tanah berlumpur pada peta no. . Dulunya itu adalah tanah
lapangan terbuka untuk warga bermain bola, namun sekarang menjadi MCK sejak 5 tahun
yang lalu bantuan dari Perkim, LSM, serta PU. Selanjutnya pada rumah yang berada di depan
Jalan Bagan Deli menjadi rumah yang didepannya ada toko grosir dan pasar sejak 5 tahun
yang lalu.
Kampung Bagan Deli dulunya tidak padat seperti sekarang, masih banyak ditemukan
pepohonan di sekitar rumah, tetapi sekarng sudah padat dibangun rumah oleh masyarakat
Kampung Bagan Deli. Lapangan terbuka dulu masih ada tapi sekarang sudah tidak ada lagi
dan padat menyebabkan banyak anak-anak di Kampung Bagan Deli ini bermain di jalan dan
gang-gang kecil pada permukiman ini. Perubahan terjadi sejak 20 tahun yang lalu. Banyak
rumah yang didepannya dipakai buat kedai sayur atau ikan yang berada di dalam gang-gang
kecil pada permukiman muncul sejak 10 tahun yang lalu, serta surau atau musholla yang
dibangun oleh swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli ini berada di gang kecil tersebut
berdiri sejak 10 tahun yang lalu namun dulu bangunannya masih seperti rumah biasa pada
umumnya tetapi sekarang sudah banyak renovasi yang layak untuk musholla sebagai tempat
ibadah.
Universitas Sumatera Utara
139
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 3
Nama : Akhiruddin
Umur : 65 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melaksanakan wawancara kepada warga yang berada di segmen 3 yaitu
tepatnya di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Bapak Akhiruddin yang
berusia 65 tahun merupakan warga asli lahir dan tinggal di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Rumah yang ditempati oleh Bapak Akhiruddin merupakan tanah dari orang tua
terdahulu yang merupakan pendatang dari Batubara yang pindah ke Kampung Bagan Deli
karena mencari pekerjaan sebagai nelayan di Kampung Bagan Deli ini. Orang tua dari Pak
Akhiruddin pindah sudah lama sejak zaman Belanda dahulu sudah tinggal di Kampung
Bagan Deli Belawan Medan. Pak Akhiruddin mengatakan “ Tapak rumah memang sudah
warisan dari orangtua, mungkin dahulu ada ritual adat dalam menentukan tapak rumah dalam
adat Melayu Deli, namun sekarang jarang ditemukan adat seperti itu di Kampung Bagan Deli
ini “. Rumah berbentuk persegi yang didalamnya terdapat beberapa ruang kamar serta dapur.
Posisi rumah yang menghadap ke jalan pada permukiman Kampung Bagan Deli , tidak harus
menghadap ke arah sungai atau laut Belawan. Rumah masih berbentuk panggung dari dulu
hingga sekarang karena dulunya rumah masih di atas air dan untuk menghindari datangnya
air laut yang sedang pasang pada waktu-waktu tertentu pasti terjadi di Kampung Bagan Deli
Belawan Medan. Jalan yang dibangun di permukiman ini dibangun oleh pemerintah dan
gotong royong masyarakat di Kampung Bagan Deli.
Mesjid Nurul Hilal sudah lama dibangun oleh nenek moyang terdahulu yang pertama
kali menempati Kampung Bagan Deli ini, karena pada umumnya masyarakat Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara
140
Universitas Sumatera Utara
mempunyai suku Melayu Deli yang mayoritasnya memeluk agama islam, maka dibangunlah
mesjid sebagai tempat ibadah umat islam yang berada di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Mesjid berbentuk persegi terdapat beberapa ruangan dan mihrab mejsid yang
menghadap kearah kiblat dari Makkah.
Di Kampung Bagan Deli ini biasa melakukan berkumpul untuk bercengkrama dengan
kerabat dekat dan tetangga pada warung-warung yang berada tidak jauh dari rumah warga. Di
warung itu menjadi tempat berkumpul yang biasanya dilakukan pada sore hari oleh bapak-
bapak ataupun ibu-ibu yang berada di Kampung Bagan Deli, karena mereka disini tidak
memiliki tempat khusus untuk berkumpul untuk interaksi antar manusia. Sebagian anak-anak
yang berada di Kampung Bagan Deli ini bermain bola atau bermain sepatu roda di jalan
ataupun di gang-gang kecil di permukiman Kampung Bagan Deli ini. Dalam melaksanakan
acara pesta adat seperti pesta pernikahan biasanya warga yang ingin membuat pesta
mengadakan di depan halaman rumahnya yang memakan badan jalan, jika rumah yang
berada di gang-gang yang kecil biasanya mereka menumpang halaman rumah yang berada di
jalan besar untuk dijadikan tempat pesta. Pesta hari besar seperti Israj Miraj, Dzikir adat,
Maulid nabi dan ulang tahun Kampung Bagan Deli ini biasanya diadakan di sepanjang Jalan
Bagan Deli yang menggunakan tenda derta memakan badan jalan juga karena permukiman
Kampung Bagan Deli tidak memiliki tempat khusus untuk membuat acara pesta adat atau
pesta hari besar khusus seperti balai adat.
Perubahan yang terjadi pada segmen 3 di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli ini
seperti adanya pembangunan MCK ( mandi, cuci, kakus ) yang dibangun pemerintah pada
area didekat pesisir laut yang masih tanah berlumpur pada peta no. . Dulunya itu adalah tanah
lapangan terbuka untuk warga bermain bola, namun sekarang menjadi MCK sejak 5 tahun
yang lalu bantuan dari Perkim, LSM, serta PU. Selanjutnya pada rumah yang berada di depan
Universitas Sumatera Utara
141
Universitas Sumatera Utara
Jalan Bagan Deli menjadi rumah yang didepannya ada toko grosir dan pasar sejak 5 tahun
yang lalu. Terdapat juga beberapa bangunan rumah yang dibangun dibagian dekat pinggiran
laut yang dibangun diatas air sejak 5 tahun terakhir ini, mereka pendatang banyak dari
Batubara, Tanjung Pura, Tanjung Balai, dll yang mendapatkan hak izin membangun rumah
diatas air oleh persetujuan surat hak pakai dari kelurahan Bagan Deli.
Kampung Bagan Deli dulunya tidak padat seperti sekarang, masih banyak ditemukan
pepohonan di sekitar rumah, tetapi sekarng sudah padat dibangun rumah oleh masyarakat
Kampung Bagan Deli. Lapangan terbuka dulu masih ada tapi sekarang sudah tidak ada lagi
dan padat menyebabkan banyak anak-anak di Kampung Bagan Deli ini bermain di jalan dan
gang-gang kecil pada permukiman ini. Perubahan terjadi sejak 20ntahun yang lalu. Banyak
rumah yang didepannya dipakai buat kedai sayur atau ikan yang berada di dalam gang-gang
kecil pada permukiman muncul sejak 10 tahun yang lalu, serta surau atau musholla yang
dibangun oleh swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli ini berada di gang kecil tersebut
berdiri sejak 10 tahun yang lalu namun dulu bangunannya masih seperti rumah biasa pada
umumnya tetapi sekarang sudah banyak renovasi yang layak untuk musholla sebagai tempat
ibadah.
Universitas Sumatera Utara
142
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 4
Nama : Nurhayati
Umur : 30 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilaksanakan kepada ibu yang bernama Nurhayati umur 30 tahun
mempunyai suku Melayu Deli. Ibu Nurhayati lahir di Kampung Bagan Deli pada tahun 1987.
Lokasi rumahnya terletak di lingkungan 5. Ibu Nurhayati tinggal bersama orangtua di rumah
yang dibangun diatas tanah Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Rumah yang ditempati
oleh ibu Nurhayati dibangun oleh orangtua nya. Tapak rumah yang dipakai merupakan
warisan dari nenek moyang terdahulu turun temurun dan rumahnya sudah beberapa kali
mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Ibu Nurhayati mengatakan bahwa “ Dalam adat
Melayu Deli memang ada tentang penentuan tapak yang berkaitan adat Melayu yaitu berupa
pantang larang, kepercayaan adat untuk menentukan tapak rumah agar terbebas dari
penunggunya “. Posisi rumah dari ibu Nurhayati menghadap kearah jalan yang dibangun oleh
swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli oleh papan-papan kayu yang disusun diatas kayu
laut yang menjadi kolomnya. Namun, sejak 5 tahun yang lalu jalan diperbaiki dan sudah
dikelola oleh permerintah dan bantuan BNPM. Sungai atau laut yang dekat dengan lokasi
rumah dari ibu Nurhayati tidak mengharuskan rumahnya untuk menghadap kearah laut
tersebut. Rumah yang berbentuk panggung dibangun untuk menghindari adanya pasang dari
air laut yang sewaktu-waktu terjadi di Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Rumah
memiliki denah yang berbentuk persegi yang didalamnya terdapat beberapa ruangan.
Mesjid Nurul Hilal yang terletak tidak jauh dari rumah ibu Nurhayati berbentuk
persegi. Bentuk mesjid yang berada di Kampung Bagan Deli seperti bangunan mesjid pada
Universitas Sumatera Utara
143
Universitas Sumatera Utara
umumnya, namun dahulu mesjid ini masih menggunakan material dari kayu dan sudah sering
diperbaiki oleh bantuan donatur dan bantuan dari warga di Kampung Bagan Deli. Mesjid
Nurul Hilal dibangun oleh sesepuh dari suku Melayu terdahulu dan sudah ada sebelum ibu
Nurhayati lahir. Posisi Mesjid yang miring kearah timur laut menghadap kiblat dari Makkah.
Masyarakat di Kampung Bagan Deli ini biasa melakukan berkumpul untuk
bercengkrama dengan kerabat dekat dan tetangga pada warung-warung yang berada tidak
jauh dari rumah warga. Di warung itu menjadi tempat berkumpul yang biasanya dilakukan
pada sore hari oleh bapak-bapak ataupun ibu-ibu yang berada di Kampung Bagan Deli,
karena mereka disini tidak memiliki tempat khusus untuk berkumpul untuk interaksi antar
manusia. Sebagian anak-anak yang berada di Kampung Bagan Deli ini bermain bola atau
bermain sepatu roda di jalan ataupun di gang-gang kecil di permukiman Kampung Bagan
Deli ini. Dalam melaksanakan acara pesta adat seperti pesta pernikahan biasanya warga yang
ingin membuat pesta mengadakan di depan halaman rumahnya yang memakan badan jalan,
jika rumah yang berada di gang-gang yang kecil biasanya mereka menumpang halaman
rumah yang berada di jalan besar untuk dijadikan tempat pesta. Pesta hari besar seperti Israj
Miraj, Dzikir adat, Maulid nabi dan ulang tahun Kampung Bagan Deli ini biasanya diadakan
di sepanjang Jalan Bagan Deli yang menggunakan tenda derta memakan badan jalan juga
karena permukiman Kampung Bagan Deli tidak memiliki tempat khusus untuk membuat
acara pesta adat atau pesta hari besar khusus seperti balai adat suku Melayu Deli.
Pada segmen 4 di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli ini mengalami perubahan ruang
yaitu pada sebuah lapangan bola merupakan tanah yang dihibahkan warga dan dulunya ada
sebuah kantor organisasi masyarakat, namun sekarang tidak terpakai lagi karena sempit
akibat pembangunan rumah yang memakan tanah dari lapangan bola tersebut. Selanjutnya
terdapat juga beberapa bangunan rumah yang dibangun dibagian dekat pinggiran laut yang
Universitas Sumatera Utara
144
Universitas Sumatera Utara
dibangun diatas air sejak 5 tahun terakhir ini, mereka pendatang banyak dari Batubara,
Tanjung Pura, Tanjung Balai, dll yang mendapatkan hak izin membangun rumah diatas air
oleh persetujuan surat hak pakai dari kelurahan Bagan Deli.
Keadaan dari Kampung Bagan Deli Belawan Medan awalnya tidak padat seperti
sekarang, masih banyak ditemukan pepohonan di sekitar rumah, tetapi sekarng sudah padat
dibangun rumah oleh masyarakat Kampung Bagan Deli. Lapangan terbuka dulu masih ada
tapi sekarang sudah tidak ada lagi dan padat menyebabkan banyak anak-anak di Kampung
Bagan Deli ini bermain di jalan dan gang-gang kecil pada permukiman ini. Perubahan terjadi
sejak 20tahun yang lalu. Banyak rumah yang didepannya dipakai buat kedai sayur atau ikan
yang berada di dalam gang-gang kecil pada permukiman muncul sejak 10 tahun yang lalu,
serta surau atau musholla yang dibangun oleh swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli ini
berada di gang kecil tersebut berdiri sejak 10 tahun yang lalu namun dulu bangunannya masih
seperti rumah biasa pada umumnya tetapi sekarang sudah banyak perbaikan yang layak untuk
musholla sebagai tempat ibadah.
Universitas Sumatera Utara
145
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 4
Nama : Asmawi
Umur : 58 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melaksanakan wawancara kepada warga yang berada di segmen 3 yaitu
tepatnya di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Pak Asmawi yang berusia
58 tahun merupakan warga asli lahir dan tinggal di Kampung Bagan Deli Belawan Medan.
Rumah yang ditempati oleh Pak Asmawi merupakan tanah dari orang tua terdahulu yang
merupakan pendatang dari Batubara yang pindah ke Kampung Bagan Deli karena mencari
pekerjaan sebagai nelayan di Kampung Bagan Deli ini. Orang tua dari Pak Asmawi pindah
sudah lama sejak zaman Belanda dahulu sudah tinggal di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Dalam menentukan tapak rumah memang sudah warisan dari orangtua, mungkin
dahulu ada ritual adat dalam menentukan tapak rumah dalam adat Melayu Deli, namun
sekarang jarang ditemukan adat seperti itu di Kampung Bagan Deli ini. Rumah berbentuk
persegi yang didalamnya terdapat beberapa ruang kamar serta dapur. Posisi rumah yang
menghadap ke jalan pada permukiman Kampung Bagan Deli , tidak harus menghadap ke arah
sungai atau laut Belawan. Rumah masih berbentuk panggung dari dulu hingga sekarang
karena dulunya rumah masih di atas air dan untuk menghindari datangnya air laut yang
sedang pasang pada waktu-waktu tertentu pasti terjadi di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Jalan yang dibangun di permukiman ini dibangun oleh pemerintah dan gotong
royong masyarakat di Kampung Bagan Deli.
Mesjid Nurul Hilal sudah lama dibangun oleh nenek moyang terdahulu yang pertama
kali menempati Kampung Bagan Deli ini, karena pada umumnya masyarakat Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara
146
Universitas Sumatera Utara
mempunyai suku Melayu Deli yang mayoritasnya memeluk agama islam, maka dibangunlah
mesjid sebagai tempat ibadah umat islam yang berada di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Mesjid berbentuk persegi terdapat beberapa ruangan dan mihrab mesjid yang
menghadap kearah kiblat dari Makkah.
Masyarakat di Kampung Bagan Deli ini biasa melakukan berkumpul untuk
bercengkrama dengan kerabat dekat dan tetangga pada warung-warung yang berada tidak
jauh dari rumah warga. Di warung itu menjadi tempat berkumpul yang biasanya dilakukan
pada siang hari hingga sore hari oleh bapak-bapak ataupun ibu-ibu yang berada di Kampung
Bagan Deli, karena mereka disini tidak memiliki tempat khusus untuk berkumpul untuk
interaksi antar manusia. Sebagian anak-anak yang berada di Kampung Bagan Deli ini
bermain bola atau bermain sepatu roda di jalan ataupun di gang-gang kecil di permukiman
Kampung Bagan Deli ini. Dalam melaksanakan acara pesta adat seperti pesta pernikahan
biasanya warga yang ingin membuat pesta mengadakan di depan halaman rumahnya yang
memakan badan jalan, jika rumah yang berada di gang-gang yang kecil biasanya mereka
menumpang halaman rumah yang berada di jalan besar untuk dijadikan tempat pesta. Pesta
hari besar seperti Israj Miraj, Dzikir adat, Maulid nabi dan ulang tahun Kampung Bagan Deli
ini biasanya diadakan di sepanjang Jalan Bagan Deli yang menggunakan tenda derta
memakan badan jalan juga karena permukiman Kampung Bagan Deli tidak memiliki tempat
khusus untuk membuat acara pesta adat atau pesta hari besar khusus seperti balai adat suku
Melayu Deli.
Pada segmen 4 di lingkungan 5 Kampung Bagan Deli ini mengalami perubahan ruang
yaitu pada sebuah lapangan bola merupakan tanah yang dihibahkan warga dan dulunya ada
sebuah kantor organisasi masyarakat, namun sekarang tidak terpakai lagi karena sempit
akibat pembangunan rumah yang memakan tanah dari lapangan bola tersebut. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
147
Universitas Sumatera Utara
terdapat juga beberapa bangunan rumah yang dibangun dibagian dekat pinggiran laut yang
dibangun diatas air sejak 5 tahun terakhir ini, mereka pendatang banyak dari Batubara,
Tanjung Pura, Tanjung Balai, dll yang mendapatkan hak izin membangun rumah diatas air
oleh persetujuan surat hak pakai dari kelurahan Bagan Deli.
Keadaan dari Kampung Bagan Deli Belawan Medan awalnya tidak padat seperti
sekarang, masih banyak ditemukan pepohonan di sekitar rumah, tetapi sekarng sudah padat
dibangun rumah oleh masyarakat Kampung Bagan Deli. Lapangan terbuka dulu masih ada
tapi sekarang sudah tidak ada lagi dan padat menyebabkan banyak anak-anak di Kampung
Bagan Deli ini bermain di jalan dan gang-gang kecil pada permukiman ini. Perubahan terjadi
sejak 20tahun yang lalu. Banyak rumah yang didepannya dipakai buat kedai sayur atau ikan
yang berada di dalam gang-gang kecil pada permukiman muncul sejak 10 tahun yang lalu,
serta surau atau musholla yang dibangun oleh swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli ini
berada di gang kecil tersebut berdiri sejak 10 tahun yang lalu namun dulu bangunannya masih
seperti rumah biasa pada umumnya tetapi sekarang sudah banyak perbaikan yang layak untuk
musholla sebagai tempat ibadah.
Universitas Sumatera Utara
148
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 5
Nama : Arbaiyah
Umur : 53 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melakukan wawancara kepada salah satu warga pada segmen 5 yang
tepatnya berada di lingkungan 4 pada permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan.
Salah satu warga tersebut bernama Ibu Arbaiyah yang berusia 53 tahun. Ia tinggal bersama
anak-anaknya di Kampung Bagan Deli. Ibu Arbaiyah pindah ke lingkungan 4 sejak tahun
1999 pada saat beliau telah menikah. Sebelum menikah ibu Arbaiyah tinggal bersama
orangtua nya yang juga tinggal di Kampung Bagan Deli. Dalam menentukan tapak rumah
yang dibangun ibu Arbaiyah di lingkungan 4 ini ditentukan oleh Kepala Lingkungan dimana
bisa dibangun rumah diatas air. Setelah ditentukan oleh Kepala Lingkungan tersebut maka
diurus surat ke Keluraha Bagan Deli agar mendapatkan izin untuk bangun rumah diatas air di
Kampung Bagan Deli. Dalam menentukan tapak tidak ada jual beli antara warga karena tapak
rumah berada diatas air maka hanya mengeluarkan uang untuk pengurusan surat ke
Kelurahan Bagan Deli saja. Posisi rumah berada diatas air dah mengahadap ke arah gang
kecil yang menuju jembatan yang ada di Kampung Bagan Deli. Dalam menentukan posisi
rumah tidak ada keterkaitan harus mengahadap kearah laut hanya rumah-rumah yang berada
dipinggiran laut saja yang menghadap ke laut karena rumah tersebut merupakan rumah para
nelayan untuk menambatkan kapalnya di dekat rumahnya. Rumah berbentuk panggung
karena pada awalnya berdiri diatas air. Rumah memiliki bentuk denah persegi yang
didalamnya terdapat beberapa ruangan kamar dan dapur. Pada awalnya pembangunan gang
kecil ini merupakan swadaya serta gotong royong dari masyarakat Kampung Bagan Deli,
Universitas Sumatera Utara
149
Universitas Sumatera Utara
namun bahan dari pemerintah yaitu papan kayu saja. Sejak 10 tahun yang lalu mulai
diperbaikin menjadi gang kecil yang di cor oleh pemerintah.
Mesjid Nurul Hilal yang berada di Kampung Bagan Deli oleh para nenek moyang
dulu yang tinggal pertama kali di Bagan Deli Belawan Medan ini. Mesjid dibangun di
Kampung Bagan Deli ini menjadi tempat ibadah umat islam di Kampung Bagan Deli karena
suku adat Melayu Deli memiliki identik dengan agama islam nya. Mesjid berbentuk persegi
yang memiliki beberapa ruang dan mihrab yang menghadap kiblat kearah Makkah.
Masyarakat Kampung Bagan Deli ini biasa melakukan berkumpul untuk
bercengkrama dengan kerabat dekat dan tetangga pada warung-warung yang berada tidak
jauh dari rumah warga. Di warung itu menjadi tempat berkumpul yang biasanya dilakukan
pada sore hari oleh bapak-bapak ataupun ibu-ibu yang berada di Kampung Bagan Deli,
karena mereka disini tidak memiliki tempat khusus untuk berkumpul untuk interaksi antar
manusia. Sebagian anak-anak yang berada di Kampung Bagan Deli ini bermain bola atau
bermain sepatu roda di jalan ataupun di gang-gang kecil di permukiman Kampung Bagan
Deli ini. Dalam melaksanakan acara pesta adat seperti pesta pernikahan biasanya warga yang
ingin membuat pesta mengadakan di depan halaman rumahnya yang memakan badan jalan,
jika rumah yang berada di gang-gang yang kecil biasanya mereka menumpang halaman
rumah yang berada di jalan besar untuk dijadikan tempat pesta. Pesta hari besar seperti Israj
Miraj, Dzikir adat, Maulid nabi dan ulang tahun Kampung Bagan Deli ini biasanya diadakan
di sepanjang Jalan Bagan Deli yang menggunakan tenda derta memakan badan jalan juga
karena permukiman Kampung Bagan Deli tidak memiliki tempat khusus untuk membuat
acara pesta adat atau pesta hari besar khusus seperti balai adat.
Perubahan yang terjadi pada segmen 5 ini banyak ditemukan pada rumah-rumah yang
berdiri diatas air. Rumah-rumah tersebut dibangun oleh pendatang yang membawa
Universitas Sumatera Utara
150
Universitas Sumatera Utara
keluarganya dari luar seperti Batubara, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung
Balai, Aceh dll. Mereka datang ke Kampung Bagan Deli ini untuk melanjutkan pekerjaan nya
sebagai nelayan maka mereka memilih tinggal di Kampung Bagan Deli agar dekat dengan
tempat mereka untuk mencari ikan. Sehingga munculah rumah-rumah yang pada diatas air
dekat dengan pinggiran laut ini sejak 5tahun yang lalu.
Keadaan awal mula penyebaran permukiman Kampung Bagan Deli berada pada batas
pertama kali hanya dari Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal, selebihnya dahulu
masih laut dan hutan-hutan saja. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai
ditimbun dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli. Perubahan fungsi ruang
atau tanah sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak 5 tahun yang lalu
permukiman sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak penambahan
bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran batas laut
dulunya tidak ada bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk panggung
diatas air. Selanjutnya perubahan fungsi ruang terjadi di Jalan Besar Bagan Deli terdapat
bangunan rumah tempat tinggal yang sekaligus digunakan sebagai toko grosir dan jual bahan
pokok masyarakat, rumah tersebut menjadi rumah sekaligus toko sejak 5 tahun yang lalu oleh
masyarakat Bagan Deli yang tinggal di depan Jalan Besar Bagan Deli ini.
Universitas Sumatera Utara
151
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 5
Nama : Juhari
Umur : 36 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilakukan pada segmen 8 di lingkungan 3 pada Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Wawanacara dilakukan pada salah satu warga di Kampung Bagan Deli
yang bernama Pak Rahmad yang berusia 48 tahun. Pak Syamsir lahir di Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Bangunan rumah dari pak Syamsir merupakan warisan dari orangtua
yang sudah banyak dilakukan renovasi dari tahun ke tahun oleh Pak Syamsir. Dalam
menentukan tapak rumah Pak Syamsir meyakini adanya keterkaitan dari adat suku Melayu
Deli. Suku Melayu Deli ini sendiri pada hakikatnya terikat dari kepercayaan tentang tapak
yang tepat untuk memerikan kesejahteraan dan kenyamanan didalam rumah yang akan
dibangun walaupun saat itu Pak Syamsir mendapat tapak rumah dari warisan orangtua nya.
Posisi rumah tidak memperhitungkan arah mata angin ataupun arah matahari. Rumah yang
berada dekat dengan pesisir laut Belawan ini tidak berkaitan dengan penentuan posisi arah
rumah harus menghadap laut atau sungai, posisi rumah menghadap ke lorong jalan dan ada
sebagian rumah yang harus melewati sebuah gang kecil. Rumah dari Pak Rahmad berbentuk
panggung dan memiliki denah rumah yang berbentuk 4 persegi yang terdiri dari beberapa
ruang didalamnya. Pembangunan jalan yang berada di Kampung Bagan Deli ini dibangun
oleh swadaya masyarakat, masyarakat bergotong royong dalam membangun jalan di
Kampung Bagan Deli ini, akan tetapi sejak 10 tahun terakhir hingga saat ini jalan sudah
diperbaiki oleh pemerintah dengan cara pemerintah memberikan bahan material untuk
pembangunan jalan, dan masyarakat turun membantu proses pengerjaan pembangunan jalan
tersebut, karena jika menunggu pemerintah yang membangun itu akan memakan waktu yang
Universitas Sumatera Utara
152
Universitas Sumatera Utara
lama, maka masyarakat memberikan tenaganya untuk bergotong royong dalam pembangunan
jalan tersebut sampai selesai.
Mesjid Nurul Hilal yang terletak tidak jauh dari rumah ibu Nurhayati berbentuk
persegi. Bentuk mesjid yang berada di Kampung Bagan Deli seperti bangunan mesjid pada
umumnya, namun dahulu mesjid ini masih menggunakan material dari kayu dan sudah sering
diperbaiki oleh bantuan donatur dan bantuan dari warga di Kampung Bagan Deli. Mesjid
Nurul Hilal dibangun oleh sesepuh dari suku Melayu terdahulu. Posisi Mesjid yang miring
kearah timur laut menghadap kiblat dari Makkah.
Tempat berkumpul di Kampung Bagan Deli tidak ada ditemukan tempat khusus untuk
warga berkumpul, bercengkrama antar kerabat dekat dan tetangga. Mereka hanya berkumpul
di warung-warung yang berada tidak jauh dari permukiman nya. Upacara adat yang biasa
diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat khusus
seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan halaman
rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan jalan. Acara
besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di
Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik pertamina
untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Perubahan yang terjadi pada segmen 5 ini banyak ditemukan pada rumah-rumah yang
berdiri diatas air. Rumah-rumah tersebut dibangun oleh pendatang yang membawa
keluarganya dari luar seperti Batubara, Percut, Serdang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung
Balai, Aceh dll. Mereka datang ke Kampung Bagan Deli ini untuk melanjutkan pekerjaan nya
sebagai nelayan maka mereka memilih tinggal di Kampung Bagan Deli agar dekat dengan
tempat mereka untuk mencari ikan. Sehingga munculah rumah-rumah yang pada diatas air
dekat dengan pinggiran laut ini sejak 5tahun yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
153
Universitas Sumatera Utara
Keadaan awal mula penyebaran permukiman di Kampung Bagan Deli berada pada
batas pertama kali hanya dari Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal, selebihnya
dahulu masih laut dan hutan-hutan. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai
ditimbun dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli. Dengan berjalannya waktu
tanah banyak yang mulai ditimbun dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli.
Perubahan fungsi ruang atau tanah sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak
5 tahun yang lalu permukiman sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak
penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran
batas laut dulunya tidak ada bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk
panggung diatas air.
Universitas Sumatera Utara
154
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 6
Nama : Syamsir
Umur : 62 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilakukan pada segmen 6 di lingkungan 4 pada Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Wawanacara dilakukan pada salah satu warga di Kampung Bagan Deli
yang bernama Bapak Syamsir yang berusia 62 tahun. Pak Syamsir lahir di Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Bangunan rumah dari bapak Syamsir merupakan warisan dari orangtua
yang sudah banyak dilakukan renovasi oleh Pak Syamsir. Dalam menentukan tapak rumah
Pak Syamsir meyakini adanya keterkaitan oleh adat dari suku Melayu Deli. Suku Melayu
Deli terikat dari kepercayaan tentang tapak yang tepat untuk mendorong kesejahteraan
didalam rumah yang akan dibangun walaupun saat itu Pak Syamsir mendapat tapak rumah
dari warisan orangtua nya. Pak Syamsir mengatakan bahwa “ Dalam menentukan tapak
rumah harus menyiapkan pisang satu tandan, dan buah kundur seperti buah labu serta kain
putih dan kain merah sebagai simbol dalam adat Melayu Deli untuk mengusir penunggunya
pada tapak yang akan dibangun rumah”. Posisi rumah menghadap jalan tidak terikat harus
mengahadap arah mata angin maupun laut walaupun kawasan rumah berada didekat laut.
Rumah berbentuk panggung karena lokasi tapak rumah yang berada di atas tanah berlumpur
yang serinh terkena pasang dari air laut. Pembangunan jalan di Kampung Bagan Deli ini
awalnya dibangun oleh gotong royong masyarakat dari timbunan kuli-kulit kerang. Namun,
sekarang sudah berubah menjadi jalan yang telah di cor oleh pemerintah serta dibantu oleh
warga di Kampung Bagan Deli. Pemerintah hanya memberikan bahan-bahan dan material
untuk jalan Bagan Deli Belawan Medan untuk pembangunan jalannya.
Universitas Sumatera Utara
155
Universitas Sumatera Utara
Mesjid yang berada di Kampung Bagan Deli ini bernama Mesjid Nurul Hilal. Mesjid
ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli pertama kali yaitu Datuk-Datuk
terdahulu yang tinggal di Kampung Bagan Deli. Dalam memutuskan bentuk mesjid yang
memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap kiblat
dari Makkah. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Bagan Deli ini terdapat
permukiman melayu yang identik dengan islam. Dulu Mesjid Nurul Hilal dahulu berbentuk
panggung dan menggunakan material kayu namun seiring berjalan waktu dan berkembang
dilakukan renovasi oleh masyarakat Bagan Deli. Kemudian pada segmen 6 ini terdapat
musholla yang berada di gang iman yang bernama Salsabila, namun musholla ini telah
beberapa kali mengalami perubahan bentuk dan penambahan ukuran yang dilakukan oleh
para warga di Kampung Bagan Deli.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka
Upacara adat yang biasa diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli
tidak mempunyai tempat khusus seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung
Bagan Deli memanfaatkan halaman rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan
dan juga memakai badan jalan. Acara besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta
Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah
juga memakai tanah milik pertamina untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun
yang lalu.
Perubahan fungsi ruang atau tanah sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi
karena sejak 5 tahun yang lalu permukiman sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja
Universitas Sumatera Utara
156
Universitas Sumatera Utara
yang banyak penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang. Tapak
rumah yang dibangun diatas air hanya meminta surat izin dari Kelurahan saja fungsinya agar
tidak terjadi sengketa oleh tetangga sebelahnya. Jarak rumah ke rumah yang lain berjarak 1
meter fungsinya agar atap rumah tidak bersinggungan dengan rumah yang lain. Dibagian
pinggiran batas laut dulunya tidak ada bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah
berbentuk panggung diatas air. Gang kecil yang berada didalam permukiman dulunya tidak
sampai 100 meter, namun sekarang sudah panjang mencapai dekat laut titi jembatan baru
tersebut sejak 4-5tahun yang lalu. Titi jembatan yang baru dibangun pemerintah sejak 2 tahun
yang lalu untuk membatasi masyarakat yang berada di pesisir laut agar tidak membangun
rumah melawati titi jembatan baru tersebut. Selanjutnya perubahan fungsi ruang terjadi pada
permukiman yang berada di gang-gang kecil terdapat beberapa rumah yang didepannya kedai
sayur, perubahan fungsi tersebut terjaidi sejak 3 tahun yang lalu akibat dari pembangunan
jalan yg di cor oleh pemerintah sehingga bisa dilewati oleh seperda motor dan betor.
Cerita awal Kampung Bagan Deli Belawan Medan ini hanya sebagai tempat
persinggahan oleh para Kesultana Deli yang ingin menyeberang ke pulau-pulau. Orang-orang
dari Batubara, Tanjung Balai, dll yang ingin ke pulau Bragan singgah ke Bagan Deli ini.
Dulunya Kampung Bagan Deli ini bukan sebuah permukiman seperti saat ini. Dasar
terbentuknya Bagan Deli ini diberikan nama “Bagan” yang artinya singgah dan berada di
dekat sungai Deli maka dibuat nama “Bagan Deli”. Bagan Deli dijadikan tempat
persinggahan dulunya sehingga dibangun pondok-pondok untuk tempat beristirahat setelah
berlayar. Setelah banyak yang singgah dan menetap disini maka terbentuklah Kampung
Bagan Deli ini. Masyarakat awal Bagan Deli ini berasal dari Batubara, Labuhan Deli, Percut,
Pantai Labu, dan Tanjung Balai yang datang dan menempati Bagan Deli ini. Awal
penyebaran permukiman bermula di daerah kawasan Mesjid Nurul Hilal saja. Mesjid Nurul
Universitas Sumatera Utara
157
Universitas Sumatera Utara
Hilal inilah dibangun masyarakat untuk menandakan disini ada permukiman yang bernama
Kampung Bagan Deli.
Universitas Sumatera Utara
158
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 6
Nama : Salmiah
Umur : 59 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melaksanakan wawancara kepada warga yang berada di segmen 6 yaitu
tepatnya di lingkungan 4 Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Bu Salmiah yang berusia 59
tahun merupakan warga asli lahir dan tinggal di Kampung Bagan Deli Belawan Medan.
Rumah yang ditempati oleh Bu Salmiah merupakan tanah dari orang tua terdahulu yang
merupakan pendatang dari Batubara yang pindah ke Kampung Bagan Deli karena mencari
pekerjaan sebagai nelayan di Kampung Bagan Deli ini. Orang tua dari Bu Salmiah pindah
sudah lama sejak zaman Belanda dahulu sudah tinggal di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Dalam menentukan tapak rumah memang sudah warisan dari orangtua, mungkin
dahulu ada ritual adat dalam menentukan tapak rumah dalam adat Melayu Deli, namun
sekarang jarang ditemukan adat seperti itu di Kampung Bagan Deli ini. Rumah berbentuk
persegi yang didalamnya terdapat beberapa ruang kamar serta dapur. Posisi rumah yang
menghadap ke jalan pada permukiman Kampung Bagan Deli , tidak harus menghadap ke arah
sungai atau laut Belawan. Rumah masih berbentuk panggung dari dulu hingga sekarang
karena dulunya rumah masih di atas air dan untuk menghindari datangnya air laut yang
sedang pasang pada waktu-waktu tertentu pasti terjadi di Kampung Bagan Deli Belawan
Medan. Jalan yang dibangun di permukiman ini dibangun oleh pemerintah dan gotong
royong masyarakat di Kampung Bagan Deli.
Mesjid yang berada di Kampung Bagan Deli ini bernama Mesjid Nurul Hilal. Mesjid
ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli pertama kali yaitu Datuk-Datuk
Universitas Sumatera Utara
159
Universitas Sumatera Utara
terdahulu yang tinggal di Kampung Bagan Deli. Dalam memutuskan bentuk mesjid yang
memiliki bentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab. Posisi Mesjid menghadap kiblat
dari Makkah. Mesjid Nurul Hilal dibangun untuk menandakan di Bagan Deli ini terdapat
permukiman melayu yang identik dengan islam. Dulu Mesjid Nurul Hilal dahulu berbentuk
panggung dan menggunakan material kayu namun seiring berjalan waktu dan berkembang
dilakukan renovasi oleh masyarakat Bagan Deli. Kemudian pada segmen 6 ini terdapat
musholla yang berada di gang iman yang bernama Salsabila, namun musholla ini telah
beberapa kali mengalami perubahan bentuk dan penambahan ukuran yang dilakukan oleh
para warga di Kampung Bagan Deli.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka.Upacara adat
yang biasa diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat
khusus seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan
halaman rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan
jalan. Acara besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli
diadakan di Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik
pertamina untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Perubahan fungsi ruang atau tanah sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi
karena sejak 5 tahun yang lalu permukiman sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja
yang banyak penambahan bangunan tempat tinggal untuk para nelayan yang datang. Tapak
rumah yang dibangun diatas air hanya meminta surat izin dari Kelurahan saja fungsinya agar
tidak terjadi sengketa oleh tetangga sebelahnya. Jarak rumah ke rumah yang lain berjarak 1
Universitas Sumatera Utara
160
Universitas Sumatera Utara
meter fungsinya agar atap rumah tidak bersinggungan dengan rumah yang lain. Dibagian
pinggiran batas laut dulunya tidak ada bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah
berbentuk panggung diatas air. Gang kecil yang berada didalam permukiman dulunya tidak
sampai 100 meter, namun sekarang sudah panjang mencapai dekat laut titi jembatan baru
tersebut sejak 4-5tahun yang lalu. Titi jembatan yang baru dibangun pemerintah sejak 2 tahun
yang lalu untuk membatasi masyarakat yang berada di pesisir laut agar tidak membangun
rumah melawati titi jembatan baru tersebut. Selanjutnya perubahan fungsi ruang terjadi pada
permukiman yang berada di gang-gang kecil terdapat beberapa rumah yang didepannya kedai
sayur, perubahan fungsi tersebut terjaidi sejak 3 tahun yang lalu akibat dari pembangunan
jalan yg di cor oleh pemerintah sehingga bisa dilewati oleh seperda motor dan betor.
Cerita awal Kampung Bagan Deli Belawan Medan ini hanya sebagai tempat
persinggahan oleh para Kesultana Deli yang ingin menyeberang ke pulau-pulau. Orang-orang
dari Batubara, Tanjung Balai, dll yang ingin ke pulau Bragan singgah ke Bagan Deli ini.
Dulunya Kampung Bagan Deli ini bukan sebuah permukiman seperti saat ini. Dasar
terbentuknya Bagan Deli ini diberikan nama “Bagan” yang artinya singgah dan berada di
dekat sungai Deli maka dibuat nama “Bagan Deli”. Bagan Deli dijadikan tempat
persinggahan dulunya sehingga dibangun pondok-pondok untuk tempat beristirahat setelah
berlayar. Setelah banyak yang singgah dan menetap disini maka terbentuklah Kampung
Bagan Deli ini. Masyarakat awal Bagan Deli ini berasal dari Batubara, Labuhan Deli, Percut,
Pantai Labu, dan Tanjung Balai yang datang dan menempati Bagan Deli ini. Awal
penyebaran permukiman bermula di daerah kawasan Mesjid Nurul Hilal saja. Mesjid Nurul
Hilal inilah dibangun masyarakat untuk menandakan disini ada permukiman yang bernama
Kampung Bagan Deli.
Universitas Sumatera Utara
161
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 7
Nama : M. Ridwansyah
Umur : 30 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melakukan wawancara kepada salah satu warga di Kampung Bagan Deli
tepatnya pada segmen 7 di lingkungan 3. Salah satu warga yang dipilih bernama M.
Ridwansyah yang berumur 30 tahun. Ia lahir di Kampung Bagan Deli Belawan Medan.
Rumah dari Pak Ridwansyah ini dibangun oleh orangtua nya. Tapak rumah yang dimiliki
oleh Pak Ridwansyah diwariskan oleh nenek dari Pak Ridwansyah. Dalam penentuan tapak
rumah Pak Ridwan meyakini bahwa dahulu ada terjadi tapak tanah yang baik akan
memberikan kesejahteraan, dan juga memanggil petuah atau ustad yang akan membacakan
ayat-ayat suci Al-Quran dengan menyiram air putih di tapak rumah tersebut, serta
menggantungkan buah-buahan diatas tiang yang ditancapkan di tapak rumah yang ingin
dibangun rumah. Kebiasaan adat Melayu Deli seperti itu masih dilaksanakan sampai saat ini
jika ada warga yang ingin membangun rumah baru diatas tapak tanah yang kosong. Posisi
rumah tidak ada terkait dengan norma-norma adat melayu. Masyarakat Kampung Bagan Deli
hanya mengikuti pedoman jalan dan menghadapkan rumah nya kearah jalan tersebut. Rumah
yang dimiliki oleh Pak Ridwansyah dulunya ini berbentuk panggung karena memang daerah
tapak tanah yang dipesisir laut untuk menghindari terjadinya banjir akibat pasang air laut,
namun berjalannya waktu tapak tanah yang mulai kering dan ditimbun dari waktu ke waktu
sehingga rumah sudah tidak berbentuk panggung lagi.
Pembangunan jalan yang berada di Kampung Bagan Deli ini dibangun oleh swadaya
masyarakat, masyarakat bergotong royong dalam membangun jalan di Kampung Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara
162
Universitas Sumatera Utara
ini, akan tetapi sejak 10 tahun terakhir hingga saat ini jalan sudah diperbaiki oleh pemerintah
dengan cara pemerintah memberikan bahan material untuk pembangunan jalan, dan
masyarakat turun membantu proses pengerjaan pembangunan jalan tersebut, karena jika
menunggu pemerintah yang membangun itu akan memakan waktu yang lama, maka
masyarakat memberikan tenaganya untuk bergotong royong dalam pembangunan jalan
tersebut sampai selesai.
Musholla yang berada pada segmen 7 di lingkungan 3 permukiman Kampung Bagan
Deli Belawan ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli yang tinggal di lingkungan
3 tersebut. Musholla ini dibangun agar warga yang berada di lingkungan 3 ini dekat untuk
melaksanakan ibadah, karena dari lingkungan 3 tersebut menuju Mesjid Nurul Hilal jauh dari
permukiman nya. Musholla berbentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab yang
mengarah kiblat dari Makkah. Posisi Musholla yang menghadap kearah kiblat dari Kota
Makkah yang merupakan arah kiblat umat islam dalam menjalankan ibadah.
Tempat berkumpul di Kampung Bagan Deli tidak ada ditemukan tempat khusus untuk
warga berkumpul, bercengkrama antar kerabat dekat dan tetangga. Mereka hanya berkumpul
di warung-warung yang berada tidak jauh dari permukiman nya. Upacara adat yang biasa
diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat khusus
seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan halaman
rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan jalan. Acara
besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di
Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik pertamina
untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Cerita rakyat awal mulanya Kampung Bagan Deli ini merupakan petuah-petuah dulu
yang menempati Bagan Deli dengan berjalannya waktu permukiman semakin padat. Dan Pak
Universitas Sumatera Utara
163
Universitas Sumatera Utara
Ridwansyah mengatakan bahwa permukiman Bagan Deli ini merupakan hadiah dari Kesultan
Deli terdahulu untuk rakyatnya sehingga permukiman berkembang dan banyak orang dari
luar yang datang merantau membawa keluarganya ke Kampung Bagan Deli ini terbentuklah
Kampung Bagan Deli hingga saat ini.
Perubahan fungsi ruang yang terjadi pada segmen 7 di lingkungan 3 Kampung Bagan
Deli terdapat di pinggiran pesisir mulai bermunculan rumah-rumah warga yang membangun
rumahnya diatas air sejak 5 tahun terakhir hingga saat ini. Warga Kampung Bagan Deli mulai
menggarap lahan diatas air untuk mereka sehingga dibangun rumah diatas air yang berbentuk
panggung karena tidak adanya lagi lahan tanah kering untuk mereka membangun rumahnya.
Dalam membangun rumah diatas air tersebut para warga hanya memegang izin saja dari
kelurahan yaitu berupa hak pakai untuk mereka mebangun rumah diatas air tersebut. Akan
tetap Kelurahan tidak akan menjamin jika suatu saat lahan itu akan dikelola oleh Dinas
Perikanan yang memegang hak wewenang dalam mengelola pesisir laut tersebut. Terdapat
banyak tanah-tanah kosong namun berlumpur di daerah dekat dengan TPI (Tempat
Penampungan Ikan) tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh Dinas Perikanan dalam
menjalan TPI tesebut. Pada lingkungan 3 ini merupakan ujung awal pembangunan titi
jembatan yang baru dibangun 2 tahun yang lalu oleh Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
164
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 7
Nama : Azharuddin
Umur : 59 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilaksanakan kepada Pak Azharuddin yang berumur 59 tahun
mempunyai suku Melayu Deli. Lokasi rumahnya terletak di lingkungan 3. Pak Azharuddin
tinggal bersama anak-anaknya di rumah yang dibangun diatas tanah Kampung Bagan Deli
Belawan Medan. Rumah yang ditempati oleh Pak Azharuddin dibangun oleh orangtua nya
terdahulu. Tapak rumah yang dipakai merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu turun
temurun dan rumahnya sudah beberapa kali mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Dalam
adat Melayu Deli memang ada tentang penentuan tapak yang berkaitan adat Melayu yaitu
berupa pantang larang, kepercayaan adat untuk menentukan tapak rumah agar terbebas dari
penunggunya. Posisi rumah dari ibu Nurhayati menghadap kearah jalan yang dibangun oleh
swadaya masyarakat Kampung Bagan Deli oleh papan-papan kayu yang disusun diatas kayu
laut yang menjadi kolomnya. Namun, sejak 5 tahun yang lalu jalan diperbaiki dan sudah
dikelola oleh permerintah dan bantuan BNPM. Sungai atau laut yang dekat dengan lokasi
rumah dari ibu Nurhayati tidak mengharuskan rumahnya untuk menghadap kearah laut
tersebut. Rumah yang berbentuk panggung dibangun untuk menghindari adanya pasang dari
air laut yang sewaktu-waktu terjadi di Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Rumah
memiliki denah yang berbentuk persegi yang didalamnya terdapat beberapa ruangan.
Pembangunan jalan yang berada di Kampung Bagan Deli ini dibangun oleh swadaya
masyarakat, masyarakat bergotong royong dalam membangun jalan di Kampung Bagan Deli
ini, akan tetapi sejak 10 tahun terakhir hingga saat ini jalan sudah diperbaiki oleh pemerintah
Universitas Sumatera Utara
165
Universitas Sumatera Utara
dengan cara pemerintah memberikan bahan material untuk pembangunan jalan, dan
masyarakat turun membantu proses pengerjaan pembangunan jalan tersebut, karena jika
menunggu pemerintah yang membangun itu akan memakan waktu yang lama, maka
masyarakat memberikan tenaganya untuk bergotong royong dalam pembangunan jalan
tersebut sampai selesai.
Musholla yang berada pada segmen 7 di lingkungan 3 permukiman Kampung Bagan
Deli Belawan ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli yang tinggal di lingkungan
3 tersebut. Musholla ini dibangun agar warga yang berada di lingkungan 3 ini dekat untuk
melaksanakan ibadah, karena dari lingkungan 3 tersebut menuju Mesjid Nurul Hilal jauh dari
permukiman nya. Musholla berbentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab yang
mengarah kiblat dari Makkah. Posisi Musholla yang menghadap kearah kiblat dari Kota
Makkah yang merupakan arah kiblat umat islam dalam menjalankan ibadah.
Tempat berkumpul di Kampung Bagan Deli tidak ada ditemukan tempat khusus untuk
warga berkumpul, bercengkrama antar kerabat dekat dan tetangga. Mereka hanya berkumpul
di warung-warung yang berada tidak jauh dari permukiman nya. Upacara adat yang biasa
diadakan untuk acara pernikahan untuk adat Melayu Deli tidak mempunyai tempat khusus
seperti wisma atau balai adat nya. Masyarakat kampung Bagan Deli memanfaatkan halaman
rumah saja untuk menggelarkan acara pesta pernikahan dan juga memakai badan jalan. Acara
besar lainnya seperti Israj Miraj dan Dzikir Akbar serta Ulang Tahun Bagan Deli diadakan di
Jalan Bagan Deli dengan memakai tenda saja, pernah juga memakai tanah milik pertamina
untuk pesta Ulang Tahun Bagan Deli sekitar 3 tahun yang lalu.
Perubahan fungsi ruang yang terjadi pada segmen 7 di lingkungan 3 Kampung Bagan
Deli terdapat di pinggiran pesisir mulai bermunculan rumah-rumah warga yang membangun
rumahnya diatas air sejak 5 tahun terakhir hingga saat ini. Warga Kampung Bagan Deli mulai
Universitas Sumatera Utara
166
Universitas Sumatera Utara
menggarap lahan diatas air untuk mereka sehingga dibangun rumah diatas air yang berbentuk
panggung karena tidak adanya lagi lahan tanah kering untuk mereka membangun rumahnya.
Dalam membangun rumah diatas air tersebut para warga hanya memegang izin saja dari
kelurahan yaitu berupa hak pakai untuk mereka mebangun rumah diatas air tersebut. Akan
tetap Kelurahan tidak akan menjamin jika suatu saat lahan itu akan dikelola oleh Dinas
Perikanan yang memegang hak wewenang dalam mengelola pesisir laut tersebut. Terdapat
banyak tanah-tanah kosong namun berlumpur di daerah dekat dengan TPI (Tempat
Penampungan Ikan) tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh Dinas Perikanan dalam
menjalan TPI tesebut. Pada lingkungan 3 ini merupakan ujung awal pembangunan titi
jembatan yang baru dibangun 2 tahun yang lalu oleh Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
167
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 8
Nama : Rahmad
Umur : 48 tahun
Suku : Melayu Deli
Wawancara telah dilakukan pada segmen 8 di lingkungan 3 pada Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Wawanacara dilakukan pada salah satu warga di Kampung Bagan Deli
yang bernama Pak Rahmad yang berusia 48 tahun. Pak Rahmad lahir di Kampung Bagan
Deli Belawan Medan. Bangunan rumah dari Pak Rahmad merupakan warisan dari orangtua
yang sudah banyak dilakukan renovasi dari tahun ke tahun oleh Pak Rahmad. Dalam
menentukan tapak rumah Pak Rahmad meyakini adanya keterkaitan dari adat suku Melayu
Deli. Suku Melayu Deli ini sendiri pada hakikatnya terikat dari kepercayaan tentang tapak
yang tepat untuk memerikan kesejahteraan dan kenyamanan didalam rumah yang akan
dibangun walaupun saat itu Pak Rahmad mendapat tapak rumah dari warisan orangtua nya.
Posisi rumah tidak memperhitungkan arah mata angin ataupun arah matahari. Rumah yang
berada dekat dengan pesisir laut Belawan ini tidak berkaitan dengan penentuan posisi arah
rumah harus menghadap laut atau sungai, posisi rumah menghadap ke lorong jalan dan ada
sebagian rumah yang harus melewati sebuah gang kecil. Rumah dari Pak Rahmad berbentuk
panggung dan memiliki denah rumah yang berbentuk 4 persegi yang terdiri dari beberapa
ruang didalamnya. Pembangunan jalan yang berada di Kampung Bagan Deli ini dibangun
oleh swadaya masyarakat, masyarakat bergotong royong dalam membangun jalan di
Kampung Bagan Deli ini, akan tetapi sejak 10 tahun terakhir hingga saat ini jalan sudah
diperbaiki oleh pemerintah dengan cara pemerintah memberikan bahan material untuk
pembangunan jalan, dan masyarakat turun membantu proses pengerjaan pembangunan jalan
tersebut, karena jika menunggu pemerintah yang membangun itu akan memakan waktu yang
Universitas Sumatera Utara
168
Universitas Sumatera Utara
lama, maka masyarakat memberikan tenaganya untuk bergotong royong dalam pembangunan
jalan tersebut sampai selesai.
Musholla yang berada pada segmen 7 di lingkungan 3 permukiman Kampung Bagan
Deli Belawan ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli yang tinggal di lingkungan
3 tersebut. Musholla ini dibangun agar warga yang berada di lingkungan 3 ini dekat untuk
melaksanakan ibadah, karena dari lingkungan 3 tersebut menuju Mesjid Nurul Hilal jauh dari
permukiman nya. Musholla berbentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab yang
mengarah kiblat dari Makkah. Posisi Musholla yang menghadap kearah kiblat dari Kota
Makkah yang merupakan arah kiblat umat islam dalam menjalankan ibadah.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka. Pada
permukiman Bagan Deli Belawan ini tidak memiliki tempat untuk berkumpul masyarakat
antar manusia baik anggota keluarga, kerabat dekat, serta tetangga. Mereka biasanya
berkumpul di warung-warung yang berada tidak jauh dari rumah mereka masing-masing.
Disitulah masyarakat Kampung Bagan Deli ini sering bercengkrama sesama kerabat ataupun
jiran tetangga. Tempat berkumpul tidak ada ditemukan pada permukiman Bagan Deli ini
karena terkendala oleh tempat yang sudah padat tidak ada ruang kosong lagi jika dibangun
tempat khusus untuk berkumpul masyarakat dengan kerabat dekat dan tetangga. Dalam acara
pesta adat seperti pernikahan di Kampung Bagan Deli ini dilakukan di teras rumah mereka
yang ingin mengadakan pesta adat pernikahan, karena di Kampung Bagan Deli ini tidak ada
balai adat khusus untuk melaksanakan pesta atau upacara adat pernikahan untuk warga di
permukiman tersebut. Bagi warga yang memiliki rumah yang berada di gang-gang kecil yang
Universitas Sumatera Utara
169
Universitas Sumatera Utara
tidak memungkinkan untuk mengadakan pesta mereka meminjam halaman atau teras rumah
yang berada didekat jalan besar untuk dipakai sebagai tempat pesta adat pernikahan jika ada
yang berkenan rumahnya dipakai untuk dijadikan tempat pesta adat tersebut. Di Kampung
Bagan Deli ini tiap tahunnya mengadakan peringatan hari besar seperti israj miraj dan ulang
tahun Kampung Bagan Deli yang diadakan di Jalan Besar Bagan Deli yang memakai badan
jalan, jalan ditutup dan memakai tenda saja karena Kampung Bagan Deli ini tidak ada tempat
khusus atau wisma untuk melaksanakan hari besar tersebut.
Keadaan awal mula penyebaran permukiman Kampung Bagan Deli berada pada batas
pertama kali hanya dari Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal saja, selebihnya dahulu
masih laut dan hutan-hutan. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai ditimbun
dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli. Perubahan fungsi ruang atau tanah
sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak 5 tahun yang lalu permukiman
sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak penambahan bangunan tempat
tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran batas laut dulunya tidak ada
bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk panggung diatas air sejak 5
tahun terakhir ini. Dalam membangun rumah diatas air tersebut para warga hanya memegang
izin saja dari kelurahan yaitu berupa hak pakai untuk mereka mebangun rumah diatas air
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
170
Universitas Sumatera Utara
Segmen : 8
Nama : Khaidir
Umur : 39 tahun
Suku : Melayu Deli
Peneliti telah melaksanakan wawancara kepada warga tepatnya pada lingkungan 3
yang termasuk kedalam segmen 8 pada wilayah permukiman Kampung Nelayan Bagan Deli
Belawan Medan. Salah satu warga bernama Pak Khaidir yang berumur 39 tahun merupakan
penduduk asli yang lahir di Kampung Bagan Deli ini. Rumah dari Pak Khaidir ini dibangun
oleh orangtua nya yang terdahulu yang diwariskan kepada Pak Khaidir. Posisi rumah tidak
ada memperhitungkan arah mata angin ataupun harus mengahadap ke arah sungai atau laut
Belawan ini. Posisi rumah berpatokan kepada pembukaan jalan yang masuk kedalam
permukiman ini saja berhadap-hadapan dengan rumah yang berada di seberang jalan gang
permukiman Kampung Bagan Deli Belawan Medan. Rumah berbentuk panggung dipakai
karena beradaptasi dengan lingkungan nya yang berada di pesisir laut maka dibangunlah
rumah berbentuk panggung di Kampung Bagan Deli yang dahulunya hingga sekarang juga
masih banyak memakai rumah panggung untuk menghindari air yang masuk ke dalam rumah
jika terjadi pasang laut tersebut. Rumah memiliki denah berbentuk persegi dengan ada
beberapa ruang didalamnya. Jalan dahulunya dibangun oleh gotong royong masyarakat,
namun sekarang sudah banyak perbaikan dibangun oleh pemerintah.
Musholla yang berada pada segmen 7 di lingkungan 3 permukiman Kampung Bagan
Deli Belawan ini dibangun oleh masyarakat Kampung Bagan Deli yang tinggal di lingkungan
3 tersebut. Musholla ini dibangun agar warga yang berada di lingkungan 3 ini dekat untuk
melaksanakan ibadah, karena dari lingkungan 3 tersebut menuju Mesjid Nurul Hilal jauh dari
Universitas Sumatera Utara
171
Universitas Sumatera Utara
permukiman nya. Musholla berbentuk persegi yang memiliki ruang dan mihrab yang
mengarah kiblat dari Makkah. Posisi Musholla yang menghadap kearah kiblat dari Kota
Makkah yang merupakan arah kiblat umat islam dalam menjalankan ibadah.
Kampung Nelayan Bagan Deli Belawan Medan tidak mempunyai tempat khusus
untuk berkumpul atau bercengkramah dengan masyarakat lainnya. Biasanya dalam
melakukan hubungan antar manusia dengan keluarga, kerabat dekat, serta tetangga hanya
berkumpul di warkop yang berada tidak jauh dari sekitar tempat tinggal mereka. Pada
permukiman Bagan Deli Belawan ini tidak memiliki tempat untuk berkumpul masyarakat
antar manusia baik anggota keluarga, kerabat dekat, serta tetangga. Mereka biasanya
berkumpul di warung-warung yang berada tidak jauh dari rumah mereka masing-masing.
Disitulah masyarakat Kampung Bagan Deli ini sering bercengkrama sesama kerabat ataupun
jiran tetangga. Tempat berkumpul tidak ada ditemukan pada permukiman Bagan Deli ini
karena terkendala oleh tempat yang sudah padat tidak ada ruang kosong lagi jika dibangun
tempat khusus untuk berkumpul masyarakat dengan kerabat dekat dan tetangga. Dalam acara
pesta adat seperti pernikahan di Kampung Bagan Deli ini dilakukan di teras rumah mereka
yang ingin mengadakan pesta adat pernikahan, karena di Kampung Bagan Deli ini tidak ada
balai adat khusus untuk melaksanakan pesta atau upacara adat pernikahan untuk warga di
permukiman tersebut. Bagi warga yang memiliki rumah yang berada di gang-gang kecil yang
tidak memungkinkan untuk mengadakan pesta mereka meminjam halaman atau teras rumah
yang berada didekat jalan besar untuk dipakai sebagai tempat pesta adat pernikahan jika ada
yang berkenan rumahnya dipakai untuk dijadikan tempat pesta adat tersebut. Di Kampung
Bagan Deli ini tiap tahunnya mengadakan peringatan hari besar seperti israj miraj dan ulang
tahun Kampung Bagan Deli yang diadakan di Jalan Besar Bagan Deli yang memakai badan
Universitas Sumatera Utara
172
Universitas Sumatera Utara
jalan, jalan ditutup dan memakai tenda saja karena Kampung Bagan Deli ini tidak ada tempat
khusus atau wisma untuk melaksanakan hari besar tersebut.
Keadaan awal mula penyebaran permukiman Kampung Bagan Deli berada pada batas
pertama kali hanya dari Lorong Pertamina hingga Mesjid Nurul Hilal saja, selebihnya dahulu
masih laut dan hutan-hutan. Dengan berjalannya waktu tanah banyak yang mulai ditimbun
dan dibangun permukiman oleh masyarakat Bagan Deli. Perubahan fungsi ruang atau tanah
sejak 5 tahun yang lalu tidak ada yang terjadi karena sejak 5 tahun yang lalu permukiman
sudah padat hanya dibagian pinggiran laut saja yang banyak penambahan bangunan tempat
tinggal untuk para nelayan yang datang. Dibagian pinggiran batas laut dulunya tidak ada
bangunan namun sekarang sudah dibangun rumah berbentuk panggung diatas air sejak 5
tahun terakhir ini. Dalam membangun rumah diatas air tersebut para warga hanya memegang
izin saja dari kelurahan yaitu berupa hak pakai untuk mereka mebangun rumah diatas air
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
173
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2: POSISI TEMPAT TINGGAL RESPONDEN
Keterangan :
Lingkungan III : Lingkungan V: Lingkungan XV:
M. Ridwansyah Nurehan Safaridah
Azharuddin Akhiruddin Ibnu
Rahmad Nurhayati Ratna
Khaidir Asmawi Syahrir
Lingkungan VI: Lingkungan VI
Arbaiyah Amin
Juhari Abdul Khalel
Syamsir Khairiyah
Salmiah Fauziah
Lk. VI
Lk. XV
Lk. V
Lk. IV
Lk. III
Universitas Sumatera Utara