transmisi 5 kecepatan
DESCRIPTION
transminsi manual mobil 5 kecepatanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMSISTEM PEMINDAH TENAGA
TRANSMISI 5 KECEPATAN( INTERNAL LOCK PIN SYNCHRONMESH )
Disusun oleh Kelompok 1 :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
1. Fredy Agatha 14504241057
2. Aris Setyawan 14504241059
3. Bangun Tri S 14504241060
4. Jamaludin Winarhadi K 14504241056
I. Kompetensi
Memelihara/ servis, memperbaiki dan overhaul sistem pemindah tenaga pada
kendaraan ringan.
II. Sub Kompetensi
1. Mengidentifikasi unit mekanisme penggerak transmisi dan komponen-
komponennya.
2. Melepas dan memasang unit mekanisme penggerak transmisi dengan cara yang
benar.
3. Menjelaskan cara kerja unit mekanisme penggerak tansmisi dan komponen-
komponennya.
4. Melakukan pemeriksaan, pengukuran dan mengidentifikasi gangguan serta cara
mengatasinya.
III. Alat dan Bahan
1. Unit mekanisme penggerak transmisi engine model dan Mitsubishi L300 atau
FIAT dan Charade
2. Oli atau grease
3. Tool Box set, pipa baja dan SST
4. Feller gauge, DTI dan jangka sorong
IV. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya masing- masing.
2. Saat membongkar mekanisme detent maupun interlock, pastikan dahulu pada
posisi netral dan berhati- hatilah dengan bola baja, jangan sampai terpental dan
mengenai mata atau bahkan hilang.
3. Urutkan posisi komponen- komponennya yang telah dibongkar, jangan ditaruh
secara acak dan saling bertumpuk.
4. Bekerja secara hati-hati dan teliti.
V. Dasar Teori
Transmisi adalah sistem yang berfungsi merubah momen tenaga mesin yang
sampai keroda penggerak sesuai keperluan pengemudi. Pada umumnya penempatan
transmisi terdapat antara kopling dan poros propeller shaft.
Sedangkan tujuan utama transmisi adalah untuk memindahkan tenaga mesin
sesuai dengan kondisi pengendaraan. Selain itu, tujuan dari transmisi yaitu :
1. Menghasilkan tenaga yang lebih besar untuk saat start dan berjalan di tempat
yang menanjak.
2. Menggerakkan roda-roda pada kecepatan tinggi selama pengendaraan
kecepatan tinggi (light speed driving).
3. Menggerakkan roda-roda pada arah berlawanan untuk mundur.
Selain itu transmisi juga mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
pemindahan tenaga dapat bekerja dengan baik. Syarat-syarat penting yang
diperlukan transmisi adalah sebagai berikut :
1. Harus mudah tepat dan cepat kerjanya.
2. Dapat memindahkan tenaga dengan lembut dan tepat.
3. Ringan, praktis dalam bentuk, bebas masalah dan mudah dioperasikan.
4. Harus ekonomis dan mempunyai efisiensi yang tinggi..
5. Mempunyai kemampuan yang tinggi.
Untuk transmisi manual sendiri berdasarkan kategori perkaitan gigi
(engagement) dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : sliding mesh, constant mesh dan
synchronmesh. Namun pada perkembangannya hampir semua transmisi manual
pada kendaraan sekarang ini telah menggunakan model syinchronmesh, kecuali
pada gigi mundur sebagian besar masih menggunakan sliding mesh.
Konsep dasar yang diaplikasikan pada unit synchronmesh adalah konsep
kopling gesek tipe konis. Synchronizering merupakan kampas koplingnya,
sehingga jika dicermati bahan yang digunakan merupakan bahan yang liat namun
lebih lunak dibanding bidang yang digesek. Hal ini untuk menjaga agar komponen
bidang gesek pada roda gigi lebih aman.
Tipe perkaitan gigi pada transmisi dengan unit synchromesh merupakan
perkaitan yang paling halus dan lembut dikarenakan sebelum terjadi perkaitan
didahului dengan proses sinkronasi antara putaran roda gigi terhadap poros yang
akan dikaitkan.
Unit synchromesh ada beberapa tipe, antara lain yaitu tipe ket/ tapper
synchromesh, tipe locking-pin, dan tipe multi-plate. Pada tipe key ada dua model
yaitu single synchomesh dan double synchromesh. Tipe key ini bentuknya lebih
kecil dan lebih sederhana sehingga tipe ini biasa digunakan pada kendaraan ringan.
Unit synchromesh tipe loking pin biasa diaplikasikan pada kendaraan
komersial (bus dan truk) pada gigi rendah karena pada tipe loking pin ini
synchronizering dimungkinkan untuk dikontruksi lebih besar dan kuat. Pada posisi
gigi rendah diperlukan torsi/ momen yang besar sehingga unit synchromesh juga
harus kuat menahan dan mensinkronasikannya. Unit synchromesh tipe loking pin
ini merupakan gabungan antara constant mesh dengan synchronmesh sehingga saat
terjadi perpindahan gigi terasa halus serta dapat menyalurkan tenaga yang tinggi
karena didesain dengan konstruksi yang besar dan kuat.
VI. Langkar Kerja
A. Pembongkaran
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati kondisi dan fungsi kerja transmisi secara global.
Gambar 1. Transmisi 5 kecepatan
3. Melepas baut pengikat transmision case menggunakan kunci “T” atau ring.
Gambar 2. Melepas baut pengikat transmision case
4. Melepas poros input dengan cara melepas baut pengikat penutup poros input
kemudian menarik poros input keluar.
Gambar 3. Melepas baut pengikat penutup poros input
5. Melepas poros output
a. Melepas snap ring pada bantalan output shaft.
b. Melepas bantalan output shaft menggunakan treaker.
Gambar 4. Melepas bantalan output shaft menggunakan treaker
c. Mengangkat output shaft keluar dari transmision case.
Gambar 5. Unit output dan inputshaft
6. Melepas gear set dan synchronmesh pada unit output shaft.
Gambar 6. Unit synchronmesh tipe loking pin
B. Pemeriksaan
1. Memeriksa secara visual kondisi transmisi.
Gambar 7. Input Gear
Hasil : Terdapat gear yang pecah.
2. Memeriksa kondisi unit synchronmesh loking pin dengan memeriksa kondisi
groves, dan cara pemindahannya.
Gambar 8. Pemeriksaan visual groves synchronizerring.
Hasil : Groves masih baik dan synchronizer dapat memindahkan kecepatan
dengan baik.
3. Menghitung gear ratio
a. Main gear 1st/R : 43
b. Main gear 2nd : 36
c. Main gear 3rd : 27
d. Main gear 4th : 19
e. Main gear 5th : 16
f. Counter gear 1 : 39
g. Counter gear 2 : 42
h. Counter gear 3 : 22
i. Counter gear 4 : 16
j. Counter gear 5 : 32
k. Counter gear 6 : 14
l. Idle gear 1 : 28
m. Idle gear 2 : 25
1) Gear Ratio 1 : 3919
× 4314
=6,30
2) Gear Ratio 2 : 3919
× 3622
=3,35
3) Gear Ratio 3 : 3919
× 2732
=1,73
4) Gear Ratio 4 : 1 : 1
5) Gear Ratio 5 : 3919
× 1642
=0,78
6) Gear Ratio R : 3919
× 2816
× 4325
=6,17
4. Mempelajari cara kerja perpindahan dan alur perpindahan percepatan.
Gambar 9. Skema perpindahan percepatan
a. 1st
Input shaft main gear 4th counter gear 1 counter gear 6 main
gear 1st output shaft
b. 2nd
Input shaft main gear 4th counter gear 1 counter gear 3 main
gear 2nd output shaft
c. 3rd
Input shaft main gear 4th counter gear 1 counter gear 5 main
gear 3rd output shaft
d. 4th
Dari poros input langsung diteruskan ke poros output.
e. 5th
Input shaft main gear 4th counter gear 1 counter gear 2 main
gear 5th output shaft
f. Mundur / “R”
Input shaft main gear 4th counter gear 1 counter gear 4 idle
gear 1 idle gear 2 main gear 1th/R output shaft
C. Perakitan / Pemasangan
1. Menyusun dan memasang gear serta unit synchronmesh pada output shaft.
2. Memasang output shaft pada transmision case kemudian pasang bantalan
poros dengan cara memukulnya secara perlahan dengan pipa atau memukul
bantalan pada sisi – sisi lainnya secara bertahap.
3. Memasang poros input agar menjadi satu poros dengan poros input
kemudian memasang tutup poros input.
4. Memasang transmisiom case dan memastikan bahwa transmisi dalam posisi
netral.
5. Mengembalikan alat dan bahan ke tempat semula.
VII. Analisis dan Pembahasan
1. Keadaan visual
Terdapat mata roda gigi yang pecah hal ini akan menyebabkan suara
berisik karena perkaitan roda gigi yang tidak sempurna. Penyaluran tenaga
juga tidak dapat maksimal di karenakan roda gigi tidak berkaitan dengan
baik. Hal ini dapat terjadi karena synchronyzering sudah aus. Sehingga
menyebabkan penyamaan putaran tidak sempurna. Atau mungkin ada benda
lain masuk kedalam unit transmisi mengakibatkan gear terganjal dan terus
dipaksa berputar.
2. Kondisi synchronizer ring locking pin
Keadaan masih bagus pin masih mau menekan synchronizer ring
supaya dapat menyamakan putaran dan mempermudah perpindahaan gigi.
Jika synchronizer ring aus dan pin tidak menekan synchronizer ring dengan
sempurna akan mengakibatkan sulitnya perpindahan percepatan.
VIII. Kesimpulan
Pada posisi percepatan 5 putaran roda lebih besar dari pada putaran
mesin hal ini disebut over drive. Sehingga memungkinkan kendaraan untuk
melakukan kecepatan tinggi yang melebihi putan mesin. Hal ini juga dapat
mengurangi efek engine break saat berjalan pada turunan. Karena saat menurun
putaran roda lebih besar dari putaran mesin. Sehingga lebih efisien dan
transmisi tidak bekerja terlalu berat.
IX. Daftar Pustaka 1. PT. Toyota Astra Motor. 2011. New step 1 Training Manual. Jakarta : PT.
Toyota Training Center
2. Anang Waskito, S.Pd. 2012. Chasis dan Sistem Pemindah Tenaga.
Magelang : SMK N 1 Magelang
3. Sulistiyoko, S.Pd.T. 2013. Chasis dan Sistem Pemindah Tenaga. Magelang :
SMK N 1 Magelang