trauma bola mata finish
DESCRIPTION
hiTRANSCRIPT
Trauma Bola Mata
Sistem Penglihatan Manusia
Anatomi MataBola mata terdiri atas :
Dinding mata, terdiri dari :– Kornea dan sclera
– Selaput khoroid, korpus siliaris, iris dan pupil
Medium tempat cahaya lewat, terdiri dari :– Kornea
– Aqueous humour
– Lensa
– Vitreous humour
Jaringan Nervosa, terdiri dari :– Sel-sel saraf retina
– Serat saraf yang menjalar melalui sel-sel ini.
Anatomi Mata
Dinding Orbita terdiri dari :
Atap Orbita, yaitu tulang frontal
(terdapat sinus frontalis)
Dinding Lateral, yaitu tulang sphenoidal dan tulang zygomatikus
Dinding Medial, yaitu tulang eithmoidal yang tipis (terdapat sinus eithmoidaldan sphenoidal)
Dasar Orbita, yaitu tulang maksilaris dan zygomatikus.
Pada tulang maksilaris terdapat sinus maksilaris.
Kelenjar lakrimalis terdapat dalam fossa lakrimalis di bagian anterior atap orbita.
Kelopak Mata
Fungsi : melindungi bola mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Terdapat beberapa bagian antara lain : kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau
kelenjar Moll, kelenjar zeis pada pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar
Meibom pada tarsus.
Kelopak mata menutup secara reflex jika mata terancam. Aksi mengedipkan mata
menjaga kornea tetap bersih melalui produksi air mata.
Konjungtiva Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi
sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi bola
mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet.
Fungsi konjungtiva:
Proteksi pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata.
Mengandung banyak pembuluh darah. Laserasi kecil di konjungtiva
sembuh dengan cepat dan mungkin dapat menutupi cedera penetrasi
dari bola mata.
Apparatus Lakrimalis
Sistem sekresi air mata atau lakrimal
terletak di daerah temporal bola
mata.
Fungsi air mata:
Mencuci & melumasi air mata.
Komposisi air mata: 98% air; 1,5% NaCl,
dan enzim lisosim yang mempunyai efek
antibakteri.
Kornea Kornea merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera
yang bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola
mata.
Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata.
Lapisan-lapisan kornea:
Epitel
Membrana Bowman
Stroma
Membrana descemet
Endotelium
Bilik-bilik Dalam Mata
• Bola mata mempunyai 2 bilik
yaitu : Bilik mata depan yang merupakan
ruangan dibatasi oleh kornea, iris,
lensa dan pupil serta berisi humor
aquos yang membawa makanan
untuk jaringan mata sebelah depan.
Kemudian bilik mata belakang yang
paling sempit pada mata.
Uvea• Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola
mata yang banyak mengandung pembuluh darah yaitu : iris, badan siliar, koroid.
Lensa
• Letak : di depan badan kaca dan di
belakang iris.
• Merupakan bangunan lunak, bening,
bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh
kapsul tipis yang homogen.
• Lensa dibungkus suatu kapsul, yang
merupakan Membran bening yang
menutup lensa dengan erat dan tebal pada
permukaan anterior.
Retina • Lapisan paling dalam pada mata : lapisan
penerima cahaya.Membran lunak, rapuh, tipis.
Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus
smpai 0,1 mm pada orra serata.
• Elemen peka cahaya mengandung sel-sel batang
dan kerucut.
• Sel batang untuk intensitas cahaya rendah.
• Sel kerucut: untuk penglihatan cahaya terang dan
untuk penglihatan warna. Letak di pusat retina.
Saraf dan Otot Bola Mata
• Selain saraf optik, ada saraf kranial yang membantu dalam pengoperasian dan
gerakan bola mata yaitu : Saraf okulomotor (III)
Troklearis (IV)
Abdusens (VI) dan
Trigeminal (V)
PEMERIKSAAN AWAL PADA TRAUMA MATA
• Anamnesis
Mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera
sesudah cedera ?
Apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan
mendadak ?
Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat riwayat
memalu, mengasah atau ledakan.
Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang
diderita harus menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan anak.
Pemeriksaan fisik
• Dimulai dengan adanya pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.
• Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk
mencari defek pada bagian tepi tulang orbita.
• Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untu mengamati lensa,
korpus viterus, duktus optikus, dan retina.
• Apabila tidak tersedia slit lamp di ruang darurat, maka senter, kaca pembesar, atau
oftalmoskop langsung pada +10 (nomor gelap) dapat digunakan untuk memeriksa
adanya cedera di permukaan tarsal kelopak dan segmen anterior
Klasifikasi Trauma Mata
Trauma mekanik
• trauma system lakrimalis
• laserasi konjungtiva
• benda asing kornea dan konjungtiva
• erosi kornea
• trauma non penetrasi dan trauma
tumpul
• trauma dinding dasar orbita
• trauma penetrasi/trauma tajam
Trauma kimia
• trauma asam
• trauma alkali
Trauma fisik
•luka akibat radiasi
TRAUMA SISTEM LAKRIMALIS
Etiologi:
• laserasi dan mata berair pada kantus medialis (seperti pada gigitan anjing atau
pecahan kaca) dapat membelah duktus lakrimalis.
• Terputusnya pungtum dan kanalikulus lakrimalis biasanya disebabkan akibat luka
bakar dan trauma kimiawi.
• Trauma sakus lakrimalis atau kelenjar lakrimal biasanya berhubungan dengan
trauma craniofacial (seperti pada kecelakaan lalu lintas).
• Dakriosistitis umumnya merupakan sekuele yang dapat diterapi dengan
pembedahan.
Gejala klinis : Epifora (mata berair), demam, penglihatan kabur,
terdapat benjolan pada sudut bagian dalam kelopak mata
Pengobatan:
• Trauma system lakrimal dapat diperbaiki dengan pembedahan
menggunakan mikroskop. Sebuah silicon berbentuk cincin dipasang
di dalan kanalikulus menggunakan probe khusus. Silicon stent ini
dibiarkan in situ selama 3-4 bulan kemudian diangkat. Pembedahan
palpebra dan sitem lakrimal harus dilakukan oleh oftalmologis
TRAUMA TUMPUL PADA MATA
Hematoma Kelopak
• Trauma dapat akibat pukula tinju, ataupun benda-benda keras lainnya.
• Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat tidak
berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di
belakangnya.
• Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk
memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata
Trauma Tumpul Konjungtiva
Edema konjungtiva
Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva
Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melali insisi tersebut
Trauma Tumpul Konjungtiva
Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri
konjungtiva dan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul
basis kranii (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah
yang rentan dan mudah pecah.
Bila perdarahan ini terjadi akiba trauma tumpul maka perlu dipastikan
bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau
sklera.
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam
1-2 minggu tanpa diobati
3. Trauma tumpul pada kornea
1. Edema konea
• Keluhan : penglihatan kabur, terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya
yang dilihat.
• Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido
yang positif.
• Terapi : larutan hipertonik, asetazolamide (bila
terdapat peninggian tekanan bola mata), dan
analgetik
2. Erosi Kornea :
• Keadaan terkelupasnya epitel kornea yang diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea.
• Gejala : Nyeri, mata berair, dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu .
• Pemeriksaan flouresens : warna hijau (+)
• Penatalaksanaan : antibiotik spektrum luas, bebat
mata,
* Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan
erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat
mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak
dipengaruhi kedipan kelopak mata
Trauma tumpul uvea
1. iridoplegia Kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.• Gejala : pupil anisokor, tidak bereaksi terhadap
sinar. • Keluhan : susah melihat dekat, silau.• Penatalaksanaan : istirahatkan mata +
roboransia
2. Iridodialisis :
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada
pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah
• Gejala : pupil lonjong
• Keluhan : penglihatan ganda
• Penatalaksanaan: tindakan operatif untuk reposisi pangkal iris
5. Hifema
Hifema darah di dalam bilik mata
depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar
Gejala : nyeri, epifora, blefarospasme, penlihatan
menurun,
Penatalaksanaan : tirah baring dengan elevasi
kepala 30derajat , koagulasi, dan mata ditutup,
asetazolamide,
Penatalaksanaan : parasintesis
Komplikasi : rebleeding sinderosis bulbi
6. Trauma tumpul pada lensa
1. Dislokasi lensa akibat terjadi pada putusnya zonula Zinn
yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu
2. Subluksasi lensa lensa berpindah tempat dapat
mengakibatkan glukoma sekunder dimana terjadi
penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung
3. Luksasi lensa anterior seluruh zonula Zinn di
sekitar ekuator putus maka lensa dapat masuk ke
dalam bilik mata depan
4. Luksasi lensa posterior lensa jatuh ke dalam
badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus
posterior fundus okuli gejala mata afakia dan
melihat normal dengan lensa +12,0 dioptri untuk
jauh.
5. Katarak trauma Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular
anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti
bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang
disebut cincin Vossius (ciccin berpigmen tepat dibelakang pupil, akibat
deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah trauma )
• Penatalaksanaan :
– Ekstraksi lensa
– Bila tidak terjadi penyulit, dapat ditunggu smpai mata tenang,
sedangkan pada anak resiko untuk terjadi ambliopia di pasang lensa
intra okuler
7. Trauma tumpul retina dan koroid
1. Edema retina dan koroid warna retina lebih abu-abu sulit melihat jaringan koroid
melalui retina yang sembab.
• Visus menurun dan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi
dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel
pigmen epitel.
• Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali
daerah makula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang
berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot
2. Ablasi Retina
• Terlepasnya sel epitel pigmen dari neurosensoris retina
• Keluhan : adanya selaput yang seperti tabir mengganggu lapang
pandangnya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam
penglihatan akan menurun.
Penatalaksnaan ablasio retina
1. Retinopeksi pneumatik menyuntikan gelembung gas ke dalam vitreus (untuk robekan tunggal superior)
2. Scleral buckle penjahitan sabuk silikon mengelilingi sclera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina
3. Vitrektomi dilakukan insisi pada sclera dan humor viterus diganti dengan jelly yang dimasukan ke dalam viterus body.
8. Trauma Koroid• Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat
merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus
posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.
• Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka
tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
4. TRAUMA MATA NON
PENETRASI
1. Abrasi
• Abrasi dari kelopak mata, kornea, atau konjungtiva tidak
membutuhkan pembedahan. Luka harus dibersihkan dari
benda asing
• Abrasi kornea menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat
mengarah ke erosi kornea
– Anastesi topikal saat dilakukan pemeriksaan
– Ointment antibiotik oftalmika
– Plester mata
2. kontusi • Sering tidak kelihatan pada pemeriksaan superficial. Pemeriksaan yang hati-hati
dan follow up yang adekuat harus dilakukan.
• Akibat cidera kontusi : hemoragi dan pembengkakan kelopak mata, hemoragik
subkonjungtival, edema kornea, hemoragi bilik anterior (hyphema), dll
• Penatalaksanaan : Pasien dengan hemoragi intraocular harus tirah baring total
selama 4-5 hari dengan kedua mata diplester untuk mengurangi perdarahan lebih
lanjut.
• Cyclopegic short-acting seperti hemotropine 5% dapat digunakan. Asetazolamid,
manitol, dan obat sistemik lain yang dapat enurunkan tekanan bola mata mungkin
diperlukan
Trauma Tembus Bola Mata
• Laserasio Laserasi tanpa prolaps jaringan:
Dapat diperbaiki dengan jahitan menggunakan benang silk atau catgut (tanpa adanya bukti prolaps intraocular dan jika lukanya bersih dan kelihatan bebas dari kontaminasi)
Midriatik sebaiknya diberikan dan larutan antibiotic harus dimasukkan ke dalam kantung konjungtiva lalu pinggir mata diplester. Pasien harus tirah baring untuk beberapa hari dan antibiotik sistemik diberikan untuk mengurangi infeksi intraocular.
o Laserasi dengan prolaps: jika sebagian kecil dari iris prolaps melalui luka, maka harus dipegang
dengan forsep dan dipotong tepat pada batas luka. Jaringan uvea dalam jumlah yang sedikit juga dapat dibuang dengan cara yang sama.
Luka harus ditutup dengan cara yang sama seperti menutup luka pada laserasi tanpa prolaps.
Jika lukanya luas dan kehilangan isi intraocular berat sehingga prognosis fungsi mata buruk, maka eviserasi dan enukleasi diindikasikan sebagai prosedur pembedahan utama.
• Benda asing intraokular Benda asing yang tertanam di dalam mata harus dapat diidentifikasi. partikel
besi dan tembaga harus segera dikeluarkan untuk mencegah disorganisasi dari jaringan okuler akibat perubahan degenerative (siderosis karena besi dan chalcosis karena tembaga).
Adanya keluhan tidak nyaman pada mata dengan penurunan tajam penglihatan dan adanya riwayat terkena pantulan baja harus dicurigai terdapat benda asing intraokular.
Jika benda asing terletak di anerior zonula, sebaiknya disingkirkan melalui insisi ke dalam bilik depan melalui limbus. Jika berlokasi di belakang lensa dan di depan ekuator, sebaiknya disingkirkan melalui area pars plana yang terdekat dengan benda asing. Jika benda asing terletak di posterior ekuator, sebaiknya disingkirkan langsung dari dinding bola mata terdekat, kecuali daerah tersebut adalah macula.
Jika benda asing tersebut memiliki sifat magnetic, magnet yang sudah dsterilkan dapat digunakan didekat daerah keluar luka untuk membantu menyingkirkan benda asing tersebut. Jika bukan benda yang bersifat magnetic, forsep kecil dapat digunakan dengan trauma yang minimal. Setiap kerusakan di retina harus didiatermi atau fotokoagulasi untuk mencegah pelepasan retina.
Trauma Kimia• Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang merusak struktur bola mata tersebut.
• Pengaruh bahan kimia terhadap mata bergantung pada: PH Kecepatan Jumlah bahan kimia yang mengenai mata.
Trauma Asam
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH <7
Asam cenderung berikatan dengan protein dan menyebabkan koagulasi protein plasma. Koagulasi protein ini sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut.
Luka yang terjadi hanya berbatas pada permukaan luar saja
Trauma Asam
• Etiologi bahan kimia asam
Asam sulfur Asam hidlokrida (HCL) Asam nitrat Asam asetat (CH3COOH) Asam kromat (Cr2O3) Asam hidroflorida
Trauma Asam
• Tatalaksana
Periksa pH dengan kertas lakmus Irigasi jaringan yang terkena. Irigasi dapat dilakukan dengan
garam fisiologi atau air bersih lainnya paling sedikit 15-30 menit.
Bersihkan sisa zat kimia di fornix konjungtiva dengan cottonbud
Biasanya trauma akibat zat kimia asam akan normal kembali sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.
Trauma Basa atau Alkali
Trauma akibat bahan kimia basa akan mengakibatkan kerusakan yang sangat berbahaya pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat karena memiliki sifat baik hydrophilic dan lipophilic lalu menembus bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen korena.
Bahan kimia alkali akan mengakibatkan proses penyabunan (saponifikasi).
Trauma Basa atau Alkali
• Etiologi bahan kimia basa
Semen Soda kuat Amonia NaOH CaOH Cairan pembersih dalam rumah tangga
Trauma Basa atau Alkali
• Menurut klasifikasi Hughes1. Derajat I: prognosis baik, terdapat erosi epitel kornea, tidak ada iskemia dan nekrosis
kornea ataupun konjungtiva2. Derajat II: prognosis baik, pada kornea terdapat kekeruhan yang ringan, iskemia 1/3
limbus3. Derajat III: prognosis baik, kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil
secara jelas, terdapat iskemia 1/3 sampai ½ limbus dan nekrosis ringan kornea dan konjungtiva
4. Derajat IV: prognosis buruk, kekeruhan kornea sampai pupil tidak dapat diihat, konjungtiva dan sclera pucat, iskemia > ½ limbus.
• Menurut klasifikasi Thoft1. Derajat I: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.2. Derajat II: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea3. Derajat III: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.4. Derajat IV: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
Trauma Basa atau Alkali
• Penyulit yang dapat timbul pada trauma alkali adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisai kornea, katarak, disertai ftisis bola mata
• Tatalaksana Pemeriksaan pH dengan kertas lakmus Irigasi dengan garam fisiologis selama mungkin (2000ml
selama 30 menit) Antibiotik untuk mencegah infeksi
Trauma Radiasi Elektromagnetik
• Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah:
Sinar infra merah Sinar Ultraviolet Sinar –X dan sinar terionisasi
Trauma Sinar Infra Merah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari, dan pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa. Akibat sinar ini pada lensa, maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam.
Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.
Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi, kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan lokal diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.
Trauma sinar ultra violet ( sinar las )
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 250-295 nM. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea, sehinga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan ketajaman pengelihatan yang menetap.
Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan mrasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau seperti kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji floresensi positif.
• Keratitis teutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis, tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini akan sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Gambaran keratitis menjadi semakin berat akibat efek kumulatif radiasi sinar UV .
• Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan mata ditutup selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
• Sinar ionisasi dan sinar-X Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:
- Sinar alfa yang dapat diabaikan- Sinar beta yang dapat menembus 1cm jaringan- Sinar gamma- Sinar-x
Sinar ionisasi dan sinar-x dapat menyebabkan katarak dan rusaknya retina. Dosis katarak toksigenik bervariasi sesuai dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih mudah dan lebih peka. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedangkan sel baru yang berasal dar sel germinatif lensa tidak menjadi jarang.
Sinar-x merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapilar, perdarahan, mikroaneuris mata , dan eksudat.
Luka bakar akibat sinar-x dapat merusak kornea, yang mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diamati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan menggangu fungsi air mata.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik topikal dengan steroid 3 kali sehari dan sikloplegik 1 kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada konjungtifa dilakukan tindakan pembedahan.
Terima Kasih