trauma saluran kemih

40
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TRAUMA PADA SALURAN KEMIH D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 3 1. UMI KALSUM 2. ZULIAH ELVIANA 3. ALEX SUMBER PANJAITAN PROGRAM STUDY NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

Upload: umi-kalsum-chzee

Post on 23-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

UMI KALSUM CHZEE

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Saluran Kemih

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TRAUMA PADA

SALURAN KEMIH

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

KELOMPOK 3

1. UMI KALSUM

2. ZULIAH ELVIANA

3. ALEX SUMBER PANJAITAN

PROGRAM STUDY NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2015

Page 2: Trauma Saluran Kemih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat

terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di

tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan

komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena

itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai

dibuktikan tidak ada.

Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja,

sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai

satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda

vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke

pengobatan yang lebih spesifik.

Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan

trauma tajam. Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat

kejadiannya 80 – 90% dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai

10 – 20%. Biasanya cedera saluran kemih disertai dengan trauma pada

struktur organ lain, kecuali cedera atrogenik yang umumnya merupakan

cedera tunggal.

Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria, maka kami dari

kelompok akan menjelaskan makalah laporan pendahuluan dan konsep

asuhan keperawatan gawat darurat pada sistem perkemihan sebagai

penunjang kegiatan perkuliahan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud dengan trauma urinaria?

b. Bagaimana tanda dan gejalanya?

c. Apa saja klasifikasi dari trauma urinaria?

d. Bagaimana komplikasinya?

Page 3: Trauma Saluran Kemih

e. Bagaimana asuhan keperawtan pada trauma urinaria yang salah satunya

trauma Vesika Urinaria ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

gangguan trauma pada saluran kemih

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi dari trauma urinaria

b. Mengetahui tanda dan gejala dari trauma urinaria

c. Mengetahui klasifikasi trauma urinaria

d. Mengetahui komplikasi trauma urinaria

e. Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma saluran perkemihan

f. Mengetahui analisis jurnal tentang trauma saluran

Page 4: Trauma Saluran Kemih

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI TRAUMA URINARIA

Trauma urinaria atau trauma pada saluran perkemihan merupakan

adanya benturan pada saluran perkemihan (ginjal, ureter, vesika urinaria,

uretra). Pada laki-laki dapat pula mengenai scrotum, testis dan prostat

(Muttaqin, Arif.  2011).

Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran

kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi

adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung

kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk),

trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling

banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria),

berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat

menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat,

dapat menurunkan tekanan darah (syok).

Limbah metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang

melalui saluran kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses

tersebut bisa berakibat fatal. Mencegah kerusakan menetap pada saluran

kemih dan mencegah kematian tergantung kepada diagnosis dan pengobatan

yang tepat.

2.2 KLASIFIKASI TRAUMA URINARIA

2.2.1 Trauma Ginjal

Page 5: Trauma Saluran Kemih

Definisi Trauma Ginjal

Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling

sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul

atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi

dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan

menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar

85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya

diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.

Etiologi trauma ginjal :

a. Trauma tumpul ( tersering ).

Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu

lintas.

b. Trauma tembus

Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.

c. Akselerasi / Deselerasi

Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.

d. Tatrogenik

Biopsi ginjal, koliktomi.

e. Ginjal patologis

Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan

lemahnya pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik,

hidronefrosis, ginjal ektopik).

f. Trauma yang akibat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy)

suatu prosedur rutin untuk menghancurkan batu ginjal) bisa

menyebabkan ditemukannya darah dalam air kemih yang sifatnya

sementara, tidak terlalu jelas dan akan membaik dengan sendirinya,

tanpa pengobatan khusus.

Page 6: Trauma Saluran Kemih

Klasifikasi Trauma Ginjal

Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang

dimodifikasi oleh Federle

a. Grade I Lesi meliputi :

Kontusi ginjal

Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem

pelviocalices

Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)

75 – 80 % darià keseluruhan trauma ginjal

b. Grade II Lesi meliputi:

Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus

sehingga terjadi extravasasi urine

Sering terjadi hematom perinefron

Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla

10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal

c. Grade III Lesi meliputi:

Ginjal yang hancur

Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan

trauma ginjal

Page 7: Trauma Saluran Kemih

d. Grade IV Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu:

Avulsi pada ureteropelvic junction

Laserasi dari pelvis renal

Patofisiologi Trauma Ginjal

Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah

yang terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen.

Karena benturan yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua

tekanan hidrostatik dan capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya

menyebabkan kerusakan.

Manifestasi klinis dari trauma ginjal meliputi

Rasa sakit / nyeri daerah trauma ginjal bahkan sampai syok.

Hematuri.

Hematom pada pinggang.

Teraba masa pada pinggang.

Nyeri tekan pada daerah trauma.

Pemeriksaan laboratorium / diagnostic untuk trauma ginjal

Hematokrit menurun ( karena perdarahan ).

HB menurun.

Pemeriksaan IVP : Memperlihatkan suatu daerah berwarna abu-abu

didaerah trauma karena hematom dan ekstravasi urine.

Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasi urine

pada sisi yang terkena.

CT Scan                   : Untuk mendeteksi hematom retroperineal dan

konfigurasi ginjal.

Diagnosa banding:

Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.

Trauma traktus urogenitalis lain.

Penatalaksanaan:

Page 8: Trauma Saluran Kemih

Konservatif

1. Istirahat total.

2. Transfusi.

3. Obat-obat konservatif.

Operatif

1. Operasi untuk penjahitan suatu laserasi bila fungsi ginjal masih

baik.

2. Nefrotomi.

Komplikasi

Awal    : Infeksi, perdarahan.

Lanjut  : Stenosis upture dari arteri ginjal, hipertensi, hidronefrosis.

2.2.2 Trauma Ureter

Definisi

Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke

kandung kemih) terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut,

seperti histerektomi, reseksi kolon atau uteroskopi. Seringkali terjadi

kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau berkurangnya produksi

air kemih. Trauma ureter jarang sekali terjadi karena struktunya fleksibel

dan terlindung oleh tulang dan otot.

Etiologi

Page 9: Trauma Saluran Kemih

Operasi daerah punggung dan abdomen, dimana ureter terpotong.

Tindakan kateterisasi : ujung kateter menembus dinding ureter.

Pemasukan zat alkali terlalu kuat.

Manifestasi Klinis  

Anuria / oliguria berat setelah pembedahan didaerah pelvis dan

abdomen.

Nyeri daerah panggul.

Ekstravasase urine.

Drainase urine melalui luka operasi.

Ileus terus menerus.

Pemeriksaan laboratorium / upture

Tes fungsi ginjal : abnormal bila traumanya bilateral.

Urografi ekskresi : ekstravasase urine.

Urografi retrogad : menentukan sifat dan tempat trauma.

Diagnosa banding

Vesikovagina dan uretrovaginal.

Kausa upture dan anuria pre renal.

Patofisiologi

Karena fungsi ureter sebagai saluran pengaliran urine dari ginjal ke

vesika urinaria. Apabila terjadi trauma pada ureter, maka akan terjadi

gangguan aliran atau terjadinya ekstravasase urine dan manifestasi klinis

yang dihubungkan gangguan tersebut.

Komplikasi

Fistula ureter.

Page 10: Trauma Saluran Kemih

Infeksi retroperitoneal.

Pyelonefritis.

Obstruksi ureter karena stenosis.

Penatalaksanaan

Terapi terbaik adalah pencegahan dimana perlunya pemasangan kateter

sebelum dilakukan operasi pada daerah ginjal dan abdomen untuk

identifikasi.

Diusahakan untuk mempertahankan aliran urine dengan cara :

1. Uretro Neosistomi bila ureter masih cukup panjang, Ureter dapat

ditanamkan ke buli-buli.

2. Uretro cutanostomi yaitu muara ureter dipindahkan ke kulit.

3. Uretro ileo sistostomi bila ureter pendek diganti dengan Ileal Lopp.

Terapi konservatif berupa analgetik dan upture.

2.2.3 Trauma Vesika Urinaria

Definisi

Trauma bledder atau trauma vesica urinaria merupakan keadaan

darurat bedah yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak

ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi  seperti

peritoritis dan sepsis.

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau

penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi

kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin

untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin : 211)

Etiologi

Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.

Trauma tembus.

Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral

Resection (TUR)

Patofiisiologi

Page 11: Trauma Saluran Kemih

Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka

akan terjadi peningkatan  tekanan intravesikel dapat menyebabkan

contosio buli-buli / buli-buli pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan

rupture intraperitoneal.

WOC

Kandung Kemih

Kecelakaan Fraktur Tulang Trauma Tumpul Trauma Tajam

Patah Tulang Pelvis

Kontusio/buli – buli memar

Ruptur

Page 12: Trauma Saluran Kemih

Luka Tusuk

Trauma Bladder

Robekan Dinding Bladder

Obstruksi

Tekanan Kandung Kemih

Dx. Gangguan Rasa Nyaman

Nyeri

Anemia

Syok

Cemas

Inkontinensia

Dx. Gangguan Eliminasi Urin

Kateterisasi

Dx. Resiko Infeksi

Refluk Urine ke Ginjal

Kelainan pada Ginjal

Gangguan Keseimbangan

Asam Basa

Darah menjadi Asam

Nafas Cepat dan Dangkal Sesak Nafas

Dx. Gangguan Pola Nafas

Page 13: Trauma Saluran Kemih

Manifestasi Klinis

Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.

Hematuria.

Ketidakmampuan untuk buang air kecil.

Regiditas otot.

Ekstravasase urine.

Suhu tubuh meningkat.

Syok.

Tanda-tanda peritonitis.

Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik

Hematokrit menurun.

Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat

pinddah atau tertekan, menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria

dapat pindah atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna

radioaktif (senyawa kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray,

disuntikkan ke dalam kandung kemih.

Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray

untuk melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang

terjadi selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada

waktunya sehingga rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.

Diagnosa banding

Ruptur uretra atau ginjal.

Komplikasi

Urosepsis.

Klien lemah akibat anemia.

Penatalaksanaan

Atasi syok dan perdarahan.

Page 14: Trauma Saluran Kemih

Istirahat baring sampai upture hilang.

Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria

intra peritoneal dilakukan operasi upture alta yang dilanjutkan dengan

laparatomi.

2.2.4 Trauma Uretra

Definisi

Ruptur uretra bisa sebagian atau total, biasanya rupture terjadi pada

pars membranesea. Dapat juga uretra pars pandibulum, trauma lebih sering

dialami pria.

Etiologi

Umumnya disebabkan trauma langsung didaerah rupture dan pelvis.

Manifestasi Klinis

Perdarahan dari uretra.

Hematom perineal, mungkin disebabkan trauma bulbus cavernosus.

Retensio urine akibat spasme M. Spinkter uretra eksternum.

Bila buli-buli penuh terjadi ekstravasase sehingga terjadi nyeri berat

dan keadaan umum memburuk.

Klasifikasi

Trauma Grade I ( ringan )

Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, adanya perdarahan

per uretra ( darah langsung keluar dari uretra.

Trauma Grade II ( sedang )

Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, bulbus cavernosus

dan kemungkinan ada hematom tetapi tidak progresif.

Trauma Grade III ( berat ).

Pada tingkat ini uretra mengalami rupture, bulbus cavernosus hancur

dan vesika buck robek darah mengalir keluar, menjalar kebawah kulit,

Page 15: Trauma Saluran Kemih

perdarahan mula-mula pada daerah peritoneum terus ke scrotum

selanjutnya ke daerah unguinal suprapubik.

Pemeriksaan Diagnostic

Rectal Toucher

Bila upture terjadi di pars membranosa, maka prostat tidak akan teraba,

sebaliknya akan teraba rupture berupa masa lunak dan kenyal.

Uretrogram

Untuk mengetahui lokasi rupture.

Komplikasi

Penyembuhan luka dapat menyebabkan rupture ureter.

Penatalaksanaan

Konservatif berupa pemasangan DC beberapa hari disertai pemberian

antibiotika.

Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan ( operasi

perineostomi ) untuk mengeluarkan bekuan darah, kemudian dipasang

DC.

Kontrol uretra dengan menggunakan Bougie untuk mengetahui ada

tidaknya striktura.

2.2.5 Trauma Penis

Trauma pada penis yang sedang ereksi disebabkan oleh pembalut

karet atau penyempit lain yang merobek jaringan kavernosa dan dapat

menyebabkan necrosis. Kadang-kadang terjadi kerusakan jaringan penis

pada kecelakaan rupture dalam hal ini mungkin diperlukan skin graf.

2.2.6 Trauma Scrotum

Trauma pada testis jarang terjadi. Nyeri hebat, muntah dan bahkan

syok bila testis mengalami kontosio, laserasi / rupture total, mungkin

diperlukan eksplorasi scrotum. Penyembuhan setelah trauma hebat

biasanya disertai atropi testis.

2.2.7 Trauma Testis

Page 16: Trauma Saluran Kemih

Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan

terdapat jaringan nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya. Pada

rudapaksa tumpul, besarnya pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa

berbeda. Cedera akibat rudapaksa tajam segera setelah trauma biasanya

penderita mengeluh sakit, mual, muntah, kadang sinkop. Terdapat tanda

cairan atau darah di dalam skrotum. Ditemukan testis yang membesar dan

nyeri.

Page 17: Trauma Saluran Kemih

BAB III

Asuhan Keperawatan Teoritis

A.    PENGKAJIAN

Kaji mekanisme dari riwayat trauma pada kandung kemih. Kaji keluhan

nyeri di daerah suprasimfisis, miksibecampur draah atau mungkin pasien tidak

dapat miksi. Pemeriksaan secara umum sering didapatkan adanya syok

hipovolemik yang berhubungan dengan fraktur pelvis dan perdarahan dalam

massif. Sering didapatkan adanya tanda dan gejala sepsis peritonesis akibat

masuknya urine kedalam peritoneum.tanda-tanda klinis cedera landing kemih

relative spesipik, trias gejala (gross hematuria, nyeri suprapubik, kesulitan

ketidakmampuan untuk miksi). Inspeksi lokalis terdapat adanya tanda fraktur

pubis, hematom perivesika. Pada urine output didapatkan adanya hematuria,

penurunan jumlah urine sampai anuria. Klien terlihat nyeri saat berkemih.

Pemeriksaan abdominal distensi, guarding, rebound tenderness, hilangnya/

penurunan suara usus dan tanda-tanda iritasi Peritoneal menunjukan kemungkinan

pecahnya kandung kemih intraperitoneal. Pemeriksaan dubur harus dilakukan

untuk mengevalasi posisi  prostat. Posisi prostat yang melayang atau pada posisi

anatomis normal mengidinkasikan adanya cedera kandung kemih disertai adanya

cedera kandung kemih disertai adanya ruptur pada uretra.

Pemeriksaan rigiditas cincin panggul dilakukan untuk menentukan

stabilitas panggul apabila didapatkan adanya riwayat trauma paggul.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah

bladder, ditandai dengan :

Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena.

Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena.

Ekspresi wajah meringis / tegang.

Page 18: Trauma Saluran Kemih

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.

Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat

menunjukkan adanya komplikasi.

2. Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.

Rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi dan

membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.

3. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi /

visualisasi.

Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan

perhatian pasien.

4. Kolaborasi untuk pemberian analgesik.

Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan

nyeri dan penyembuhan.

2. Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria

Intervensi :

1. Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya.

Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan

keseimbangan cairan.

2. Observasi adanya darah dalam urine.

Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat

menyebabkan sepsis.

3. Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang.

Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia

difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal.

4. Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung.

Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan

Page 19: Trauma Saluran Kemih

3. Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma,

ditandai dengan :

Klien tampak lemah.

Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.

Intervensi :

1. Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4.

Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yang diberikan

2. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan mencegah

penekanan pada daerah tubuh yang menonjol

3. Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.

Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan

fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.

Rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat

energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka.

4. Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah.

Intervensi :

1. Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran pasien.

Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal

sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung.

2. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.

Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah

jantung.

3. Berikan O2 sesuai kebutuhan.

Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja

jantung.

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.

Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang

berlangsung.

Page 20: Trauma Saluran Kemih

5. Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan

bedah.

Rasional : Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih

memburuk.

Page 21: Trauma Saluran Kemih

BAB III

CONTOH KASUS

Tn.S datang ke RSU Sari Mutiara Medan mengeluh sakit di daerah bawah

perut setelah terjatuh dari motor. Klien memegangi perutnya, terdapat jejas

di bagian perut bawah. Dari hasil pemeriksaan urine terdapat hematuria,

TD: 100/80 mmHg , RR 25 x/menit, S: 36,5 C, N: 62 x/menit, HB : 6,5

gram/dl

4.1 PENGKAJIAN

Biodata

Nama : Tn.S

Umur : 45 th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SD

Bahasa : Indonesia

Alamat : Amal Luhur

Tgl masuk RS : Senin, 05 Oktober 2015

Tgl pengkajian: Senin, 05 Otober 2014

No. Register :12.02.195

Diagnosa medis : Trauma Vesika Urinaria

Keluhan Utama

Px mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, sulit berkemih.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada hari senin tanggal 05 Oktober klien hendak ke pasar dengan

mengendarai sepeda motor, namun karena menghindari kucing yang

menyebrang jalan Tn S mengerem mendadak sehingga terjatuh dari

sepeda motor (kecelakaan tunggal) perut bagian bawah klien terbentur

pembatas jalan. Sehingga klien dibawa ke RSU Sari Mutiara Medan..

Riwayat Penyakit Dahulu

Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Page 22: Trauma Saluran Kemih

Klien tidak memiliki keluarga yang memiliki penyakit menurun

Data Subjektif

a. Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah (bledder) yang terkena

pembatas jalan.

b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah

c. Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia

terjatuh.

Data obyektif

a. Nyeri pada daerah trauma

b. Hematuri

c. HT menurun

d. HB menurun

e. Pada pemeriksaan BNO :Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna

abu-abu di daerah trauma dan memperlihatkan ekstravasase urine.

f. Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi

urine pada sisi yang terkena.

g. CT Scan : Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan

konfigurasi ginjal.

4.2 PEMERIKSAAN FISIK

Head to Too

a. Kepala

Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala

tegak dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka

jahitan.

b. Rambut

Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.

c. Mata (Penglihatan)

Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi

penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,

klien tidak memakai alat bantu penglihatan / kacamata.

d. Hidung (Penciuman)

Page 23: Trauma Saluran Kemih

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan,

polip dan tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda

asing atau secret serta kotoran yang menempel

e. Telinga (Pendengaran)

Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat

luka danj klien tidak mengguanakan alat bantu pendengaran

f. Mulut dan Gigi

Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi

lengkap, kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut,

fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada

masalah dalam menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.

g. Leher

Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat

pembesaran getah bening maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada

keterbatasan gerak pada leher.

h. Thorax (Fungsi Pernafasan)

Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak

nafas / tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar

dan tidak ada nyeri tekan dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan

ronchi dan wheezing.

i. Abdomen

Inspeksi      : bentuk simetris, tampak kebiruan pada perut bagian

bawah.

Auskultasi  : bising usus normal 8x/m

Palpasi        : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.

j. Reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki, terpasang kateter dan keluar darah

saat BAK melalui kateter.

k. Ekstremitas

Atas     : Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus RL 20

tetes/menit dan ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat

luka lecet.

Page 24: Trauma Saluran Kemih

Bawah : Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua

lutut dan nyeri  apabila digerakkan.

l. Integument

Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo

matang, suhu 36,5 ºC, dan terdapat hematom serta lesi.

Secara khusus bagian sistem perkemihan

Inspeksi : terlihat jejas, hematom pada bagian yang terkena

pembatas jalan.

Auskultasi : terdengar suara bruit renal, serta bladder

terdengar penuh dengan urine.

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian yang terkena

trauma.

Perkusi : terdapat nyeri ketika dilakukan tumbukan.

   

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agent injury d/d pasien mengeluh nyeri saat ditekan, dan

ketika tumbukan terasa nyeri, hematuria.

2. Gangguan eliminasi urine b/d pengumpulan dan pengeluaran urine d/d

pasien tidak dapat berkemih.

3. Resiko infeksi b/d urine yang menumpuk pada bladder d/d kesulitan

berkemih.

Page 25: Trauma Saluran Kemih

4.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria

hasil (NOC)

Intervensi

(NIC)

1. Nyeri akut b/d agent

injury d/d pasien

mengeluh nyeri saat

ditekan, dan ketika

tumbukan terasa nyeri,

hematuria.

NOC:

Mengenali faktor

penyebab

Mengenali onset

(lamanya sakit)

Menggunakan

metode

pencegahan

Menggunakan

metode

nonanalgetik

untuk mengurangi

nyeri

Mengenali gejala-

gejala nyeri

Ekspresi nyeri

pada wajah

Melaporkan nyeri

sudah terkontrol

Kriteria hasil :

Klien merasakan

nyeri berkurang atau

tidak merasakan

nyeri lagi

Pasien dapat

berkemih.

NIC:

Lakukan

pengkajian

nyeri secara

konfrehensif

termasuk lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas dan

faktor

presipitasi

Ajarkan tentang

tehnik

nonfarmakologi

Evaluasi

keefektifan

kontrol nyeri

Tingkatkan

istirahat

2. Gangguan eliminasi urine

b/d pengumpulan dan

NOC: NIC :

Page 26: Trauma Saluran Kemih

pengeluaran urine d/d

pasien tidak dapat

berkemih.

Identifikasi

dorongan berkemih

Mengosongkan

kandung kemih

secara tuntas

Pola eliminasi

Asupan cairan

adekuat

Manajemen

eliminasi urine

Manajemen

cairan

3. Resiko infeksi b/d urine

yang menumpuk pada

bladder d/d kesulitan

berkemih.

NOC:

Tidak didapatkan

infeksi berulang

Mendeskripsikan

tanda dan gejala

infeksi

Mendeskripsikan

penatalaksanaan

yang tepat untuk

infeksi

NIC:

Ajarkan pasien

dan keluarga

cara

mengenali

tanda dan

gejala infeksi

Ajarkan

keluarga cara

mencegah

infeksi

Ganti kateter

sesuai aturan

Page 27: Trauma Saluran Kemih

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran

kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi

adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung

kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk),

trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling

banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria),

berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat

menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat,

dapat menurunkan tekanan darah (syok).

Jika kita membicarakan mengenai system perkemihan, di dalamnya

terdapat beberapa organ yang kemungkinan dapat terkena trauma.

Diantaranya adlah ginjal, ureter. Kandung kemih, dan uretra.

5.2 SARAN

a. Saran kepada pendidikan:  Diharapkan kepada pendidik supaya

memperlengkapi perpustakaan terutama buku buku yang membahas

tentang penyakit system perkemihan agar mempermudah proses belajar

dan mengajar.

b. Saran kepada mahasiswa: Diharapkan kepada mahasiswa untuk bisa

memahami isi makalah ini.

Page 28: Trauma Saluran Kemih

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.  2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media

Aeskulapius, FKUI

Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius

FKUI, Jakarta.

http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal

http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as

http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/

http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-

kemih/trauma-saluran-kemih.html

http://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-Klien-

Dengban-Trauma-Sistem-Perkemihan