triz 1.pdf

11
7/22/2019 triz 1.pdf http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 1/11 PERANCANGAN JUMBO BAG DENGAN PENDEKATAN QFD DAN TRIZ DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS (Studi Kasus : Bongkar Muat Pupuk di PT. Petrokimia Gresik) Anindya Lakshitta & Sritomo Wignjosoebroto Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email : [email protected] [email protected] ABSTRAK  PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan penyedia pupuk terbesar di Jawa Timur. Dalam kegiatan distribusi pupuk, material handling merupakan suatu kegiatan yang dominan. Hal ini menjadi salah  satu fokus perhatian perusahaan, sebab kegiatan bongkar muat tidak produktif. Hal yang tidak produktif tersebut dipicu oleh proses bongkar muat pupuk yang dilakukan secara manual oleh tenaga buruh. Atas dasar uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang dapat meningkatkan produktivitas dari waktu bongkar muat. Alat ini berupa tas jumbo yang digunakan untuk menampung sekaligus 30 karung pupuk kemasan in bag. Jumbo bag tersebut berfungsi sebagai alat pengaman dan alat bantu material handling. Dengan demikian, pupuk tidak perlu ditata satu per satu oleh buruh. Perancangan jumbo bag ini disusun menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Metode QFD ini digunakan untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam karakteristik desain  produk jumbo bag. Dari hasil identifikasi kebutuhan konsumen, dilakukan penyelesaian masalah kontradiksi  yang ada dengan metode TRIZ. Dengan kedua metode di atas, dihasilkan jumbo bag yang mampu meningkatkan output standar bongkar muat sebesar 250 % dan mampu menghemat biaya shipment Rp. 333.117.368,86 per tahun. Kata kunci : Desain Produk, Qual ity F unction Deployment, Theoriya Resheniya I zobretatelskikh Zadatch, Jumbo Bag. ABSTRACT  PT. Petrokimia Gresik is one of the big fertilizer company in East Java. In fertilizer distribution process, material handling becomes a dominant activity. This matter become company’s main concern, because loading and unloading is considered as non productive activity. This non productive activity occurs from loading and unloading process using manual labor . Based on given explanation, this research aim to design equipment that can increase loading and unloading time productivity. This equipment called jumbo bag, which can be mounted with 30 fertilizer bag at once. This jumbo bag acts as a material handling safety and helper equipment. Using this jumbo bag, fertilizer doesn’t need to be arranged one by one by manual labor. The development of this  product uses Quality Function Deployment methods and Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). QFD was used to identify consumer’s needs and wants on jumbo bag design characteristic. From consumer’s need identification, contradiction which occurs were solved by TRIZ methods. From both methods, designed  jumbo bag could increase loading and unloading standard output up to 250% and reduce shipment cost by Rp. 333.117.368,86 annualy. Key words : Product Design, Quali ty Function D eployment, Theori ya Resheniya I zobretatelskikh Z adatch, Jumbo Bag. 1.  Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur menempatkan kegiatan material handling sebagai prioritas konsentrasi  perusahaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa 20%-25% dari total manufacturing labor cost, menurut Groover (2008), dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan material handling .  Material handling merupakan non- value added activity, namun penting untuk dilakukan oleh perusahaan, sebab material perlu dipindahkan untuk menuju pada proses selanjutnya, menurut Gunadarma (2009). Dengan demikian, agar proses non-value added  ini efektif, perlu dilakukan minimasi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas tersebut melalui penggunaan alternatif-alternatif yang ada. Perlengkapan material handling yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan harus didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit operator untuk mengendalikan dan menjalankan fungsi  pemeliharaan. Di samping itu, alat material handling juga tidak boleh merusak muatan yang dipindahkan.

Upload: anindyatamin

Post on 10-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 1/11

PERANCANGAN JUMBO BAG DENGAN PENDEKATAN QFD DAN TRIZ DALAM

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

(Studi Kasus : Bongkar Muat Pupuk di PT. Petrokimia Gresik)

Anindya Lakshitta & Sritomo Wignjosoebroto

Jurusan Teknik IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111Email : [email protected] ; [email protected] 

ABSTRAK  PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan penyedia pupuk terbesar di Jawa Timur. Dalam

kegiatan distribusi pupuk, material handling merupakan suatu kegiatan yang dominan. Hal ini menjadi salah satu fokus perhatian perusahaan, sebab kegiatan bongkar muat tidak produktif. Hal yang tidak produktif 

tersebut dipicu oleh proses bongkar muat pupuk yang dilakukan secara manual oleh tenaga buruh. Atas dasar 

uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang dapat meningkatkan produktivitas dari waktu

bongkar muat. Alat ini berupa tas jumbo yang digunakan untuk menampung sekaligus 30 karung pupuk kemasanin bag. Jumbo bag tersebut berfungsi sebagai alat pengaman dan alat bantu material handling. Dengan

demikian, pupuk tidak perlu ditata satu per satu oleh buruh. Perancangan jumbo bag ini disusun menggunakanmetode Quality Function Deployment (QFD) dan Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Metode

QFD ini digunakan untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam karakteristik desain produk jumbo bag. Dari hasil identifikasi kebutuhan konsumen, dilakukan penyelesaian masalah kontradiksi

 yang ada dengan metode TRIZ. Dengan kedua metode di atas, dihasilkan jumbo bag yang mampu

meningkatkan output standar bongkar muat sebesar 250 % dan mampu menghemat biaya shipment Rp.

333.117.368,86 per tahun.

Kata kunci : Desain Produk, Qual ity F unction Deployment, Theoriya Resheniya I zobretatelskikh Zadatch,

Jumbo Bag. ABSTRACT

 PT. Petrokimia Gresik is one of the big fertilizer company in East Java. In fertilizer distribution process,

material handling becomes a dominant activity. This matter become company’s main concern, because loading 

and unloading is considered as non productive activity. This non productive activity occurs from loading and 

unloading process using manual labor . Based on given explanation, this research aim to design equipment that can increase loading and unloading time productivity. This equipment called jumbo bag, which can be mounted with 30 fertilizer bag at once. This jumbo bag acts as a material handling safety and helper equipment. Using 

this jumbo bag, fertilizer doesn’t need to be arranged one by one by manual labor. The development of this

 product uses Quality Function Deployment methods and Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ).

QFD was used to identify consumer’s needs and wants on jumbo bag design characteristic. From consumer’s

need identification, contradiction which occurs were solved by TRIZ methods. From both methods, designed 

 jumbo bag could increase loading and unloading standard output up to 250% and reduce shipment cost by Rp.333.117.368,86 annualy.

Key words : Product Design, Quali ty Functi on Deployment, Theori ya Resheniya I zobretatelskikh Zadatch,

Jumbo Bag.

1.  Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur menempatkan kegiatan material 

handling  sebagai prioritas konsentrasi

 perusahaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh

fakta bahwa 20%-25% dari total manufacturing 

labor cost, menurut Groover (2008),

dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan material 

handling .  Material handling  merupakan non-

value added activity, namun penting untuk 

dilakukan oleh perusahaan, sebab material perlu

dipindahkan untuk menuju pada proses

selanjutnya, menurut Gunadarma (2009).

Dengan demikian, agar proses non-value added  

ini efektif, perlu dilakukan minimasi biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas tersebut

melalui penggunaan alternatif-alternatif yang

ada. Perlengkapan material handling  yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan harus

didesain sedemikian rupa sehingga hanya

memerlukan sedikit operator untuk 

mengendalikan dan menjalankan fungsi

 pemeliharaan. Di samping itu, alat material 

handling juga tidak boleh merusak muatan yang

dipindahkan.

Page 2: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 2/11

2

Salah satu produsen pupuk terlengkap dan

terbesar di Indonesia, bahkan se-ASEAN adalah

PT. Petrokimia Gresik, yang telah

mengembangkan sayapnya mulai tahun 1972 di

Gresik (Erlangga, 2010). Dalam proses material 

handling  pupuk, terjadi beberapa hambatan

yang tidak produktif. Hambatan yang terjadi

adalah dalam hal bongkar muat pupuk.

Berdasarkan padatnya jadwal pengiriman pupuk 

subsidi yang dikirimkan setiap tahunnya, PT.

Petrokimia Gresik berupaya seefisien mungkin

dalam penggunaan waktu material handling ,

khususnya dalam hal bongkar muat pupuk.

Masalah yang timbul antara lain disebabkan

oleh delay time yang timbul akibat penataan

 pupuk secara satu per satu di lambung kapal dan

 juga pengunaan jasa buruh yang banyak guna

menata pupuk. Selain dari segi penggunaankapal time charter yang kurang efisien, masalah

 penggunaan  pallet  yang sudah rusak,

mengakibatkan dalam perjalanannya pupuk 

mengalami runtuh (terjatuh dari  pallet ),

terutama pada saat dipindahkan menggunakan

crane, serta rusak akibat tertancap sling .

Berdasarkan fenomena kejadian di atas,

diperlukan suatu alat angkut yang dapat

meningkatkan produktivitas bongkar muat pada

PT. Petrokimia Gresik. Salah satu alternatif 

yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses

 bongkar muat adalah dengan melakukan perancangan alat bantu  jumbo bag . Penelitian

yang akan dilakukan, dilaksanakan

menggunakan pendekatan Quality Function

 Deployment  (QFD), yang digunakan untuk 

menjaring kebutuhan dan keinginan dari

konsumen dan mendapatkan respon teknis dari

 permasalahan yang ada, dan Theoriya Resheniya

 Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) yang

digunakan untuk menjembatani trade off  yang

ada di lapangan sehingga didapatkan solusi yang

 feasible atas permasalahan yang ada. Dengan

demikian, produktivitas dari waktu bongkar muat akan menjadi baik dan selanjutnya akan

mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan

dalam hal pelaksanaan distribusi dan material 

handling .

1.2 TujuanTujuan dilakukan penelitian ini adalah

melakukan evaluasi material handling   existing ,

merancang jumbo bag dengan metode QFD dan

TRIZ serta melakukan evaluasi material 

handling hasil desain jumbo bag.

1.3 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam

 penelitian ini adalah perusahaan dapat

meminimasi dan dapat memprediksi kekurangan

dari proses material handling  existing, diperoleh

desain rancangan  jumbo bag  baru yang lebih

efektif dan efisien sehingga dapat

diimplementasikan di perusahaan serta dapat

mengoptimalkan proses bongkar muat pupuk.

2. Metodologi PenelitianMetodologi penelitian ini meliputi tahapan-

tahapan proses penelitian yang dilakukan dalam

menjalankan penelitian. Di awal dilakukan

tahap identifikasi awal permasalahan yang ada

serta perumusan masalah. Kemudian dilakukan

 penetapan tujuan penelitian. Langkah

selanjutnya dilakukan studi literatur yangmempelajari mengenai perancangan dan

 pengembangan produk, QFD, TRIZ,  Nordic

 Body Map, Stopwatch Time Study dan

melakukan review penelitian terdahulu. Pada

tahap identifikasi awal, dilakukan pula studi

lapangan untuk mengetahui proses bongkar 

muat pupuk dan kondisi eksisting di pelabuhan

serta produktivitas bongkar muat dengan

menggunakan alat bantu handling existing .

Tahap kedua adalah pengumpulan dan

 pengolahan data. Data kondisi eksisting yang

diambil antara lain waktu bongkar muat pupuk serta nordic body map atas buruh yang bekerja

di kapal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi

kebutuhan pelanggan dengan menggunakan

kuesioner. Dengan hasil perhitungan VoC,

disusunlah  House of Quality. Selanjutnya,

dalam tahapan desain konsep produk, konsep

 produk dipilih berdasarkan problem kontradiksi

yang ada dengan bantuan TRIZ. Dari desian

usulan, kemudian dilakukan proses prototyping .

Tahapan selanjutnya adalah analisis dan

intepretasi data. Pada tahapan tersebut dilakukan

analisis dan pembahasan atas tahapan yang telahdilakukan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan

dengan penarikan kesimpulan serta saran atas

 penelitian.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan

 pengolahan data atas kondisi existing dan proses

 bongkar muat yang ada di PT. Petrokimia

Gresik. Selanjutnya data yang diperoleh akan

digunakan dalam proses penyusunan  House of 

Quality. Kemudian disusun konsep produk,

alternatif desain dari kontradiksi yang ada.

Page 3: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 3/11

3

setelah didapatkan desian akhir produk,

dilakukan pembuatan prototyping .

3.1  Proses Bongkar Muat Kondisi Existing  Data kondisi existing  yang dikumpulkan

adalah data mengenai waktu standar bongkar 

muat existing  dengan menggunakan bantuan

 pallet, data perhitungan biaya untuk kondisi

existing  penggunaan  pallet  dalam proses

 bongkar muat serta penyebaran kuesioner 

 Nordic Body Map untuk mengetahui keluhan-

keluhan sakit yang dirasakan oleh para buruh.

a.  Waktu Standar Bongkar Muat Pupuk 

Perhitungan waktu standar ini dilakukan

dengan mengambil sampel dengan bantuan

 stopwatch. pada kapal time charter Tradisi 8 di

 pelabuhan PT.Petrokimia Gresik. Setelahdidapatkan data sampel, data diseragamkan

dnegan bantuan software Minitab. Setelah data

diseragamkan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan uji kecukupan data sampel. Hal ini

dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah

data yang telah diambil telah mencukupi

kebutuhan. Apabila data yang diambil belum

cukup, akan diketahui jumlah data yang

dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan data

tersebut. Rumus yang digunakan untuk 

menghitung kecukupan data :

   

Setelah diuji kecukupan data, ditentukan

 performance rating  dengan metode

Westinghouse Rating System. Pada metode

Westinghouse Rating System ini terdapat empat

faktor yang digunakan dalam proses

 pengevaluasian performansi operator, yaitu  skill 

(keahlian), effort  (usaha), conditions (kondisi),

dan consistency (konsistensi). Rating atas setiap

faktor di atas didapatkan dengan cara

melakukan wawancara dengan kepala bagian

operasional pelabuhan bongkar muat dan bagian

Departemen Distribusi Wilayah II.

Tabel 3.1. Perhitungan Performance Rating  

Setelah dilakukan perhitungan  performance

rating , maka dilakukan perhitungan waktu

normal: Waktu Normal = Total Waktu Aktual (seragam)

x PR 

Tabel 3.2. Perhitungan Waktu Normal Existing  

Selanjutnya,dihitung waktu standarnya.

Berdasarkan data perhitungan waktu normal,

dapat ditentukan waktu standar untuk 

departemen bongkar muat pupuk:

 

 

Sehingga didapatkan waktu standar departemen

 bongkar muat adalah 0,10152 jam/ pallet  dan

output standar adalah 9,85028 10 pallet/  jam.

b.  Nordic Body Map 

Selanjutnya, penyebaran kuesioner 

dilakukan pada buruh-buruh yang bekerja di

kapal, saat pemuatan pupuk. Tujuan disebarkan

kuesioner  Nordic Body Map ini adalah untuk 

mengetahui keluhan sakit apa saja dan di bagianmana saja yang dialami oleh buruh pada saat

 bekerja.  Kuesioner ini disebarkan pada delapan

 buruh yang melakukan kegiatan bongkar muat

 pada kapal Tradisi 8. Berikut adalah rekapan

hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada

 buruh bongkar muat pada kapal time charter  

Tradisi 8.

Tabel 3.3 Rekap Kuesioner  Nordic Body Map Existing  

Page 4: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 4/11

4

c.  Biaya Shipment 

Perhitungan biaya pada kondisi existing ,

yaitu dengan bantuan  pallet. Perhitungan biaya

 bongkar muat existing  adalah biaya yang

diperlukan untuk melakukan satu kali pelayaran.

Tabel 3.4. Biaya Bongkar Muat Pupuk  Existing  

3.2  Pembuatan House of Qual ity  Salah satu tahapan yang dilalui dalam

 proses penyusunan  House Of Quality adalah

evaluasi produk. Evaluasi produk ini dilakukan

dengan cara benchmarking antara alat handling 

existing  dengan produk perbaikan. Dengan

mengetahui kelebihan dan kekurangan produk-

 produk yang telah ada diharapkan menjadi

acuan untuk mengembangkan produk yang akan

kita hasilkan. Setelah dilakukan tahapan

benchmarking , dilakukan proses perhitungan

 project objectives. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan bobot dari setiap tingkat

kebutuhan yang akan dipenuhi. Bobot ini

diperoleh dari nilai tingkat perbaikan

( Improvement Rate) yang akan dikalikan dengan

 Relative Importance Index (RII). Nilai tingkat

 perbaikan ini diperoleh dari nilai target yang

ingin dicapai dibagi dengan evaluation score.

Sedangkan untuk nilai RII sendiri didapatkan

dari perhitungan jawaban tingkat kepentingan

dari kuisioner yang disebarkan. Kemudian

dilakukan pendefinisian Technical Response.

Technical response merupakan acuan atau

spesifikasi teknis yang akan dilakukan untuk 

memenuhi setiap atribut (keinginan konsumen).

Setelah mendefinisikan Technical Response

dibentuk  Relationship matrix yang merupakan

matriks berisi hubungan antara masing-masing

elemen kebutuhan pelanggan dengan masing-

masing respon teknis. Selanjutnya dibentuk 

Technical correlation yang mendefinisikan

hubungan yang terjadi antara respon teknis yang

satu dengan respon teknis yang lain.

Tabel 3.5. Technical Matrix

3.3  Theori ya Resheniya I zobretatelskikh 

Zadatch (TRIZ)

Setelah dilakukan penyusunan  House of 

Quality, metode TRIZ, merupakan metode guna

menyelesaikan permasalahan kontradiksi yang

terjadi.  Jumbo bag  ini diharapkan mampu

memperbaiki sistem bongkar muat dan

meningkatkan produktivitas perusahaan.

Berdasarkan hasil pembuatan  House of 

Quality, terdapat lima respon teknis teratas yang

memiliki korelasi negatif. Kontradiksi yang

diselesaikan menggunakan TRIZ adalah

kontradiksi yang termasuk dalam lima respon

teknis teratas, yang mana apabila salah satu

respon teknis berkontradiksi dengan selain dari

kelima respon teknis teratas, maka tidak 

diselesaikan. 

Dalam  House of Quality pada bagian

technical correlation, terdapat beberapa

hubungan antar respon teknis. Yang dijadikan

 spesific problem dalam TRIZ ini adalah respon

Page 5: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 5/11

5

teknis yang memiliki hubungan negatif dengan

respon teknis lainnya. Respon teknis yang

memiliki hubungan negatif dengan respon

teknis lainnya, yang juga termasuk dalam lima

teratas, kemudian diubah menjadi  general 

 problem dengan menggunakan tabel 39

 parameter teknis.

Kontradiksi antar respon teknis dijelaskan

dan diklasifikasikan dalam kategori useful 

 feature dan harmful feature. Useful feature 

merupakan suatu teknis yang ingin diperbaiki

namun menimbulkan masalah lain, sedangkan

harmful feature merupakan suatu teknis yang

akan menjadi lebih buruk ketika masalah

tersebut diselesaikan.

1.  Desain produk  versus material yang

digunakanRespon teknis desain produk 

 berkontradiksi dengan respon teknis material

yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan

adalah kemampuan mendeteksi keadaan

 pupuk yang berada dalam jumbo bag. Hal ini

menimbulkan ide untuk merubah bentuk 

 jumbo bag  sehingga keadaan pupuk dapat

terpantau dari luar. Namun, perubahan

 bentuk material tersebut juga tidak 

diharapkan.

Tabel 3.6 Warna Produk versus Material yang Digunakan

Dalam tabel  general problem, respon

teknis desain produk digeneralisasi menjadi

difficulty of detecting . Hal ini sesuai dengan permasalahan yang timbul akibat pupuk sulit

terpantau dari luar. Desain produk di sini

menjelaskan bentuk   jumbo bag  yang

digunakan dalam desain menyebabkan pupuk 

sulit untuk dideteksi keadaannya sehingga

sulit untuk terpantau. Sedangkan, respon

teknis material yang digunakan

digeneralisasi menjadi  shape. Material yang

digunakan di sini adalah tampilan luar 

 produk.

2.  Waktu penggunaan versus material yang

digunakan

Respon teknis waktu penggunaan

 berkontradiksi dengan respon teknis material

yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan

adalah penggunaan produk dalam jangka

 panjang. Dengan demikian life time produk 

akan tinggi, namun disisi lain, intensitas

 penggunaan yang tinggi menyebabkan

 produk mudah rusak, karena beban yang

dimuat berat.

Tabel 3.7 Waktu Penggunaan versus Material yang

digunakan

Sehingga, dalam tabel  general problem,

respon teknis waktu penggunaan

digeneralisasi menjadi length of moving 

object . Hal ini disebabkan penggunaan

 produk dengan tujuan mendapatkan life time 

 produk yang tinggi. Sedangkan material yang

digunakan digeneralisasi menjadi weight of moving object . Hal ini berkaitan dengan

 beban yang dipindahkan, yaitu pupuk.

Dengan intensitas penggunaan produk yang

tinggi, berat objek yang dipindahkan akan

memperpendek life time produk.

3.  Banyak tali pengaman versus berat produk 

Respon teknis banyak tali pengaman

 berkontradiksi dengan respon teknis berat

 produk. Perbaikan yang diinginkan adalah

 produk mudah untuk dipindahkan dengan

adanya tali pengaman. Dengan demikian

 produk akan lebih aman ketika dipindahkan.

 Namun, hal ini menjadi masalah, karena

 beban muatan yang dipindahkan sangat

 berat. Hal ini menyebabkan pergerakan

 produk juga terbatas. Respon teknis banyak 

tali pengaman digeneralisasi menjadi

durability of moving object . Banyak tali

 pengaman di sini menjelaskan alat

 pengamanan pengangkutan pupuk.

Sedangkan, respon teknis berat produk 

digeneralisasi menjadi amount of substance.

Page 6: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 6/11

6

Tabel 3.8 Banyak Tali Pengaman versus Berat Produk 

Setelah diketahui kontradiksi-kontradiksi

apa saja yang terjadi dan di generalisasikan,

maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan

solusi atas kontradiksi yang ada dan

digeneralisasikan solusi yang didapat, sesuai

dengan prinsip TRIZ, yaitu menghasilkan ide-

ide baru dan kreatif. Berdasarkan generalisasi

 problem yang ada, didapatkan beberapa solusi

atas problem kontradiksi yang ada. Dari

alternatif-alternatif solusi yang ada, kemudiandipilih satu solusi yang paling  feasible, untuk 

dijadikan spesific solution.

Dalam rangka mendapatkan alternatif-

alternatif di atas, digunakan alat bantu berupa

situs TRIZ, yang di dalamnya tedapat bagian

 penginputan data dan hasil, yang dinamakan

interactive matrix. Yang digunakan sebagai

inputan adalah generalisasi atas respon teknis

 pada bagian sebelumnya.

1.  Desain produk  versus material yang

digunakanRespon teknis desain produk (difficulty

of detecting ) yang berkontradiksi dengan

respon teknis material yang digunakan

( shape) memiliki beberapa alternatif solusi

yang ditawarkan. Dengan menggunakan

 Altshuller Table of Contradiction didapatkan

 beberapa alternatif solusi yang dijadikan

acuan dalam pemilihan spesific solution.

Tabel 3.9 Matriks Kontradiksi Difficulty of Detecting versus Shape

Setelah dilakukan penginputan data pada

situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi

dari kontradiksi di atas yaitu nomor 27, 13, 1

dan 39. Pada prinsip 27, solusi yang

diberikan adalah dengan cara mengganti

objek yang murah dengan beberapa objek 

murah yang memiliki kualitas tambahan

tertentu. Solusi yang diberikan pada prinsip

13 adalah dengan cara membalikkan

tindakan pemecahan permasalahan yang ada.

Pada prinsip 1, solusi yang diberikan yaitu

membagi objek menjadi beberapa bagian

atau membuat objek mudah untuk dibongkar 

 pasang. Prinsip 39 yaitu penambahan fitur 

atau komponen lain dalam produk.

2.  Waktu penggunaan versus material yang

digunakan

Respon teknis waktu penggunaan

(length of moving   object ) yang

 berkontradiksi dengan material yangdigunakan (weight of moving object )

memiliki empat alternatif solusi yang

ditawarkan. Dengan menggunakan tabel

 Altshuller Table of Contradiction didapatkan

 beberapa alternatif solusi yang dijadikan

acuan dalam pemilihan spesific solution.

Tabel 3.10 Matriks Kontradiksi Length of   Moving Object versus Weight of Moving Object 

Setelah dilakukan penginputan data pada

situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi

dari kontradiksi di atas yaitu nomor 8, 15, 29

dan 34. Solusi-solusi tersebut antara lain

anti-weight, dynamics, pneumatics and hydraulics dan discarding and recovering .

Pada prinsip 8, solusi yang ditawarkan

adalah dengan menyeimbangkan berat dari

objek dan membuat objek berinteraksi

dengan lingkungan. Untuk prinsip 15, solusi

yang ditawarkan adalah mendesain objek,

lingkungan sekitar atau proses yang ada

 berubah menjadi optimal dengan membuat

 bagian-bagian produk dapat bergerak satu

sama lain. Selanjutnya pada prinsip 29,

solusi yang ditawarkan adalah menggunakan

gas atau benda cair, bukan benda padat.

Page 7: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 7/11

7

Sedangkan solusi yang diberikan pada

 prinsip 34 adalah membuat porsi-porsi atas

objek yang berfungsi berjalan atau

modifikasi selama operasi.

3.  Banyak tali pengaman versus berat produk 

Respon teknis banyak tali (durability of 

moving object ) yang berkontradiksi dengan

 berat produk (amount of substance) memiliki

 beberapa alternatif solusi yang ditawarkan.

Dengan menggunakan  Altshuller Table of 

Contradiction didapatkan beberapa alternatif 

solusi yang dijadikan acuan dalam pemilihan

 spesific solution.

Tabel 3.11 Matriks Kontradiksi Durability of Moving 

Object versus Quantity of Substance

Setelah dilakukan penginputan data pada

situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi

dari kontradiksi di atas yaitu nomor 3, 35, 10

dan 40. Solusi-solusi tersebut antara lainadalah local quality, parameter changes,

 preliminary action dan composite materials.

Pada prinsip 3, solusi yang diberikan adalah

mengubah struktur dari objek dari yang

awalnya seragam, menjadi tidak seragam

atau membuat setiap  part  dari fungsi objek 

lebih baik. Pada prinsip 35, solusi yang

diberikan adalah merubah parameter baik 

suhu, konsentrasi, konsistensi atau merubah

 bentuk fisik objek. Kemudian solusi yang

ditawarkan pada prinsip 10 adalah

menyiapkan objek sehingga waktu yang

terbuang sedikit. Untuk prinsip 40, solusi

yang diberikan yaitu merubah dari seragam

menjadi beberapa jenis material.

Prinsip-prinsip solusi yang telah

ditawarkan di atas, yang didapatkan dari The 40

 Inventive Problem Solving , dispesifikasikan

menjadi satu solusi yang paling tepat untuk 

diaplikasikan pada perancangan jumbo bag .

1.  Desain produk  versus material yang

digunakan.

2.  Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka

didapatkan ide solusi yaitu prinsip 1,

 segmentation, pada poin B yang berbunyi

“make an object easy to disassemble”.

Prinsip di atas memberikan ide untuk 

membuat tampilan  jumbo bag  dari luar 

terbuka, terbagi menjadi 4 bagian sehingga

 pupuk dapat terpantau dari luar sebagian.

3.  Waktu penggunaan versus material yang

digunakan.

Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka

didapatkan ide solusi yaitu prinsip 8, anti-

weight , pada poin A yang berbunyi “to

compensate for the weight of an object,

merge it with other objects that provide lift ”.

Prinsip di atas memberikan ide untuk 

membuat dasar  jumbo bag berbentuk persegi,

sehingga berat muatan terdistribusi secaramerata.

4.  Banyak tali pengaman versus berat produk.

Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka

didapatkan ide solusi yaitu prinsip 3, local 

quality, pada poin B yang berbunyi “make

each part of an object function in conditions

most suitable for its operation”. Prinsip di

atas memberikan ide untuk membuat

 pengaman pada bagian atas dan samping

 jumbo bag  sehingga muatan yang diangkat

lebih aman untuk dipindah-pindahkan serta

kekuatan jumbo bag  optimal.

3.4 Pembuatan Prototype 

Dalam pengilustrasian  jumbo bag  secara 3

dimensi, dilakukan dengan bantuan  software 

3D’s Max dan perancangan fisik  jumbo bag  

dilakukan di PT. Wiharta,Gresik.  Pembuatan

 prototype nyata dimaksudkan agar alat dapat

diuji coba secara langsung sehinga dapat

diketahui kekurangan-kekurangan alat.

3.5 Pengujian Prototype  

Setelah dilakukan perancangan, baik fisik maupun  prototype, maka tahapan selanjutnya

adalah dilakukan pengujian terhadap  jumbo bag .

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui

apakah  jumbo bag  hasil rancangan lebih baik 

dari penggunaan  pallet   pada kondisi existing  

yang ada.

a.  Waktu Standar

Perhitungan waktu standar dalam pengujian

 jumbo bag , untuk data yang digunakan adalah

data pengujian  jumbo bag  pada jenis pupuk 

Page 8: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 8/11

8

curah AlF3 pada jenis kapal yang sama, yaitu

kapal Tradisi 8 namun dengan tujuan Medan

dan Padang. Pengujian dengan rancangan jumbo

bag secara langsung pada kapal Tradisi 8 tidak 

 bisa dilakukan dikarenakan kapal sedang dalam

 pelayaran pada saat penelitian berlangsung,

sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan

 pengujian secara langsung. 

Dengan menggunakan metode

Westinghouse Rating System, dilakukan

 perhitungan terhadap performansi operator. Data

 performansi operator didapatkan dari sub bab

 penghitungan waktu standar existing . Kemudian

dilakukan perhitungan waktu normal, dan

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.12 Perhitungan Waktu Normal Pengujian

Selanjutnya, waktu normal yang sudah

didapatkan dari perhitungan di atas, digunakan

sebagai inputan untuk menghitung waktu

standar. Dengan rumus yang sama, didapatkan

hasil waktu standar bongkar muat dengan

menggunakan  jumbo bag  adalah 0,039637

 jam/ jumbo bag  dan output  standar adalah

25,22916 25 jumbo bag /jam.

b.  Nordic Body Map 

Penyebaran kuesioner   Nordic Body Map 

dilakukan setelah pengujian dengan

menggunakan  jumbo bag . Berdasarkan

kuesioner yang telah disebarkan, didapatkan

hasil bahwa buruh mengalami penurunan

keluhan rasa sakit, di seluruh bagian tubuh yang

dikeluhkan sebelum digunakannya  jumbo bag .

Bagian-bagian tersebut antara lain adalah lengan

atas kiri, lengan atas kanan, pinggang, tangan

kiri, tangan kanan, lutut kiri, dan lutut kanan. 

Gambar 3.1 Perbandingan Tingkat Keluhan Buruh

Tabel 3.13 Rekap Kuesioner  Nordic Body Map

Pengujian 

c.  Biaya Shipment  

Berikut ini adalah perhitungan biaya

 bongkar muat pupuk dengan menggunakan

alat bantu  jumbo bag . Asumsi yang

digunakan dalam menentukan kapasitas

angkut kapal dengan menggunakan  jumbo

bag ini adalah 1.900 ton. Hal ini dikarenakan

terdapat broken space yang disebabkan oleh

 bentuk lambung kapal yang cenderung

melengkung, sehingga  jumbo bag  kurangdapat menyesuaikan dengan bentuk tersebut.

Pada perhitungan biaya ini, ditambahkan

 biaya gudang. Hal ini dikarenakan dalam

 pengoperasian  jumbo bag , diperlukan

 beberapa resource lain.  Resource tersebut

antara lain adalah penambahan buruh gudang

serta forklift. Total biaya per 

 shipment  dengan menggunakan alat bantu

 jumbo bag adalah Rp. 656.209.583,33. Total

 biaya per  shipment  dengan  pallet  dan total

 biaya per  shipment dengan alat bantu  jumbo

bag  ini dijadikan input untuk perhitungan Present Value. Nilai  present value yang

didapatkan, akan digunakan untuk 

mengetahui nilai investasi saat ini. Dalam

membandingkan berbagai investasi,

dibutuhkan suatu periode studi yang disebut

 planning horizon.  Planning horizon yang

digunakan dalam perhitungan  present value 

ini adalah 5 tahun karena pihak perusahaan

menghendaki adanya inovasi baru atas

sistem bongkar muat pupuk yang ada.  Rate 

yang digunakan selama rencana investasi

sebesar 12%, besarnya rate ini disesuaikan

Page 9: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 9/11

9

dengan besarnya bungan pada bank. Nilai

 present value bernilai negatif karena

merupakan suatu biaya yang dikeluarkan

 perusahaan sebagai investasi. 

Tabel 3.14 Biaya Bongkar Muat Pupuk dengan Jumbo Bag  

Tabel 3.15 Perhitungan Present Value 

3.6 Biaya Pembuatan Jumbo Bag 

Kebutuhan material dan rincian biaya

 produksi yang digunakan dalam pembuatan

 prototype adalah representatif kebutuhan

material yang digunakan dalam pembuatan

 jumbo bag.

Tabel 3.15 Biaya Pembuatan Jumbo bag  

4. Analisis dan Pembahasan

4.1 Analisis Kondisi Existing 

Alat bantu yang digunakan dalam proses

 bongkar muat pupuk adalah  pallet .  Pallet  yang

 berukuran 3x120x155 cm dibuat dari material

kayu rimba campur. Kapasitas angkut  pallet  iniadalah 1,5 ton.

Penggunaan  pallet  ini memiliki banyak 

kekurangan yang mengakibatkan perusahaan.

Kerusakan pupuk ini disebabkan karena pada

saat bongkar muat maupun di  storage, pupuk 

tidak terlindungi dengan baik. Waktu sandar 

kapal yang terbatas juga menjadi salah satu

alasan mengapa proses bongkar muat ini kurang

efektif dijalankan.

Perusahaan telah melakukan percobaan

 bongkar muat pupuk dengan bantuan cargo net,

namun terdapat beberapa keterbatasan perusahaan yang mengakibatkan pengaplikasian

 bongkar muat pupuk dengan cargo net  tidak 

dapat dilakukan. Hal tersebut antara lain adalah

 space gudang di perusahaan tidak memadahi

untuk melakukan  stapple  pupuk, pupuk yang

tidak terlindung, serta bentuk  cargo net  yang

tidak beraturan menyebabkan pupuk mudah

rusak. Selain itu, pupuk yang ditempatkan

dalam cargo net , saat tiba di kapal masih harus

ditata ulang oleh buruh, sehingga waktu tunggu

tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan

 proses bongkar muat menggunakan  pallet .

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka

dibutuhkan suatu perancangan alat bantu

 bongkar muat yang lebih baik agar produktivitas

kegiatan ini menjadi lebih baik. 

4.2 Analisis Waktu Standar

Perhitungan waktu standar dilakukan pada

kondisi existing dan pada kondisi perbaikan. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

dengan menggunakan alat bantu  pallet , bila

dibandingkan dengan alat bantu  jumbo bag ,

memiliki perbedaan yang signifikan dalam

Page 10: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 10/11

10

upaya perbaikan proses bongkar muat pupuk.

Pada pengambilan data sampel di perusahaan,

diambil 30 data sampel yang kemudian diuji

keseragaman datanya. Berdasarkan perhitungan

yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

waktu standar yang dibutuhkan dalam proses

 bongkar muat pupuk untuk satu  pallet  adalah

0,10152 jam atau 6 menit 5 detik, dengan output 

standar 10 pallet setiap jam.

Dengan menggunakan tahapan perhitungan

yang sama, untuk pengujian waktu standar 

dengan alat bantu  jumbo bag , didapatkan waktu

standar 0,039637 jam untuk tiap  jumbo bag ,

atau setara dengan 2 menit 27 detik dengan

output  standar 25  jumbo bag  per jam. Dengan

 penurunan waktu standar yang dibutuhkan pada

kegiatan bongkar muat pupuk serta output 

standar yang meningkat, maka hal tersebut dapatdikatakan sebagai peningkatan produktivitas.

Peningkatan produktivitas dalam hal ini adalah

 peningkatan volume output dengan volume

input yang tetap.

4.3 Analisis Nordic Body Map 

Tahapan pengambilan data  Nordic Body

 Map yang telah dilakukan pada 8 buruh,

 bertujuan untuk mengetahui dan

membandingkan keluhan-keluhan yang dialami

 pada saat kondisi eksisiting dan kondisi

 perbaikan. Berdasarkan data yang diperoleh,diketahui bahwa keluhan sakit yang paling

dirasakan buruh terdapat pada lengan atas kiri,

lengan atas kanan, pinggang, tangan kiri, tangan

kanan, lutut kiri dan lutut kanan. Total daerah

sakit sebanyak 7 bagian tubuh buruh. Keluhan

sakit yang dirasakan buruh disebabkan oleh

 pekerjaan yang repetitif dengan jam kerja yang

 panjang.

Berdasarkan data  Nordic Body Map 

hasil pengujian dengan penggunaan  jumbo bag ,

keluhan buruh menurun hampir di seluruh

daerah sakit yang dikeluhkan sebelumnya, padakondisi existing . Hal ni dikarenakan buruh

sudah tidak harus melakukan pengangkatan dan

 penataan pupuk, namun hanya bertugas

mengaitkan tali  jumbo bag  ke crane serta

mengarahkan penataan pupuk pada lambung

kapal.

4.4 Analisis Ekonomi

Berdasarkan data dan narasumber produsen

 jumbo bag , biaya pembuatan  jumbo bag  ini

adalah Rp. 120.000,00 untuk setiap  jumbo bag .

Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku,

yaitu sebesar Rp. 99,668,37; biaya tenaga kerja

1 orang tukang jahit sebesar Rp.15.000,00 dan

 biaya overhead  sebesar Rp. 5.000,00. Biaya

tersebut dapat dikatakan lebih murah bila

dibandingkan dengan  pallet  yang berharga Rp.

165.000,00.

Pada perhitungan biaya bongkar muat

 pupuk existing , didapatkan hasil untuk biaya per 

 shipment  dengan menggunakan bantuan  pallet 

adalah sebesar Rp. 653.390.000,00. Sedangkan

untuk biaya bongkar muat pupuk menggunakan

 jumbo bag , total biaya per   shipment  adalah

sebesar Rp. 656.209.583,33. Biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk setiap kali

 shipment , bila dibandingkan memiliki selisih

 biaya Rp. 2.819.583,33 dengan total  shipment 

 jumbo bag  yang memiliki harga yang lebih

mahal. Hal ini dikarenakan pada pengoperasian jumbo bag di gudang, harus ditambahkan buruh

sebanyak satu orang yang bekerja untuk 

mengikat dan mempersiapkan  jumbo bag  yang

akan digunakan. Dari segi pembiayaan per 

 shipment , penggunaan  jumbo bag  memiliki

selisih biaya yang dikompensasi dengan umur 

 produk yang memiliki selisih cukup jauh, yaitu

 pallet dengan umur produk 10 kali pemakaian,

sedangkan  jumbo bag  memiliki umur produk 

yang lebih panjang yaitu 25 kali pemakaian.

Tabel 4.1 Perbandingan Eksisting dan Perbaikan

 Perhitungan  present value untuk total

 shipment  per tahun dilakukan pada alat bantu

 pallet  dan alat bantu  jumbo bag  dengan

menggunakan planning horizon 5 tahun. Present 

value untuk total biaya  shipment   per tahun

untuk   pallet  adalah Rp. 57.797.309.012,24,

sedangkan total biaya  shipment  per tahun untuk  jumbo bag  adalah Rp. 57.464.191.643,38.

Perhitungan  present value ini digunakan untuk 

mengetahui nilai investasi saat ini. Dengan

 planning horizon 5 tahun, didapatkan selisih

 biaya sebesar Rp. 333.117.368,86. Dengan

demikian, nilai investasi  jumbo bag  lebih

menguntungkan bila dibandingkan dengan

 pallet .

5. KesimpulanBerdasarkan pengolahan data serta

analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat

Page 11: triz 1.pdf

7/22/2019 triz 1.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 11/11

11

disimpulkan beberapa hal terkait dengan

 penelitian ini, yaitu antara lain :

1.  Hasil kuesioner penjaringan suara konsumen

(Voice of Customer ) menunjukkan bahwa

terdapat  gap antara tingkat kepentingan

kebutuhan dengan tingkat kepuasan dari

 pihak perusahaan dengan menggunakan

sistem bongkar muat pupuk dengan bantuan

 pallet .

2.  Gap terbesar adalah pada atribut biaya

 pembuatan, umur produk dan kekuatan

 produk, sedangkan untuk   gap terendah

adalah pada atribut kemudahan perawatan

dan kapasitas angkut.

3.  Kelemahan pelaksanaan bongkar muat pupuk 

dengan  pallet  adalah pupuk  defect  (jatuh,

 bocor dan basah) dan memakan banyak 

waktu dalam proses bongkar muat dilambung kapal.

4.  Proses perancangan  jumbo bag  dilakukan

melalui tahap penjaringan Voice of Customer  

(VoC), penyusunan House of Quality (HoQ),

selanjutnya respon teknis yang berkontadiksi

 berkorelasi negatif diselesaikan dengan

TRIZ.

5.  Alat bantu jumbo bag telah dapat memenuhi

keinginan dan kebutuhan perusahaan dalam

hal produktivitas waktu bongkar muat pupuk.

6.  Hasil pengujian waktu standar  existing  

 bongkar muat pupuk 0,10152 jam atau 6menit 5 detik dengan output  standar 10

 pallet /jam, sedangkan waktu standar dengan

menggunakan  jumbo bag  adalah 0,039637

 jam atau 2 menit 27 detik dengan output  

standar 25 jumbo bag /jam.

7.  Biaya pembuatan jumbo bag adalah Rp.

120.000,00. Dengan biaya tersebut diperoleh

 penghematan biaya  shipment  sebesar Rp.

333.117.368,86

6. Daftar PustakaAnggrahini, D., 2010,  Perancangan Mesin Sizing 

Teri Nasi Berdasarkan Prinsip LengthGrader dengan menggunakan Quality Function Deployment. Surabaya : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriFTI ITS

Barness, R.M., 1980,  Motion and Time Study:

 Design and Measurement of Work . NewYork : John Wiley & Sons

Chen, C., 2010,  Application of Quality Function Deployment in the Semiconductor Industry: A Case Study. Taiwan : Departement of Business Administration, NationalPingtung University of Science and

Technology

Daulika, S., 2010, Perancangan Alat BantuPengelasan Ergonomis dengan

Menggunakan Quality FunctionDeployment (Studi Kasus : PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia).Surabaya : Tugas Akhir MahasiswaJurusan TeknikIndustri FTI ITS

Domb, E., 1997, Contradictions : Air Bag  Application (The TRIZ Journal). USA :

The TRIZ InstituteErlangga, B., 2010,  Identifikasi Bahaya Metode

 Dow Fire&Explosion Index pada Ammonia Storage di Unit Pabrik II, PT. Petrokimia Gresik. Surabaya : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Politeknik 

Perkapalan ITSGuna, 2009,  Analisa Teknik dan Biaya Proses

 Produksi pada Material Handling .(Online) available <URL:http://www.gunadarma.ac.id> (Accessed

20 September 2010)Hidayat, A., 2002, Strategi Six Sigma. Elex Media

Komputindo, Jakarta

Ilham, M., 2009,  Perancangan Tata Letak Gudang Ekspor PT. Hadi Baru dengan Metode Shared Strage. Medan : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriUniversitas Sumatra Utara

Kim, J., 2009, Appplication of TRIZ Creativity Intensification Approach to Chemical 

 Process Safety. Korea : Departement of Chemical and Biomolecular Engineering,Yonsei University

Laksmi, A., 2010,  Perancangan Ulang Kompor 

 Bioetanol dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) dan Teoriya

 Resheniya Izobretatelskikh Zadatch(TRIZ). Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri FTIITS

Megawati, Y., 2007,  Perencanaan Ulang Layout dan Material Handling di PT. Smart Tbk.

untuk Meminimumkan Waktu Perpindahan. Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriUniversitas Kristen Petra

Ulrich, K.T., dan Eppinger, S.D., 2001,

 Perancangan Dan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika

Wignjosoebroto, S., 1992, Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya : GunaWidya

Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk  Meningkatkan Produktivitas Kerja.

Jakarta : PT. Gunawidya

Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya