trumbu karang

Upload: eeng-insan

Post on 11-Jul-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ANALISIS POTENSI DAN PERMASALAHAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BANYUWANGI

I. ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN A. PENDAHULUAN Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa, memiliki luas total wilayah sekitar 578.250 ha. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan, yang merupakan daerah penghasil perkebunan, dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 743 - 846 LS dan 11353 11438 BT. Dengan batas batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut : Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah Utara Timur Selatan Barat : : : : Kabupaten Situbondo Selat Bali Samudera Indonesia Kabupaten Jember dan Bondowoso

Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km serta jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 16 buah (tujuh diantaranya belum bernama), dengan luas perairan sebesar 175,8 km X 4 mil laut (175,8 km X 6,4 km = 485,12 km2). Kawasan pesisir dan laut Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang sangat strategis karena letaknya yang merupakan sisi penghubung antara wilayah di pulau Jawa dan pulau Bali, wilayah perairannya di bagian utara merupakan bagian dari perairan laut Jawa sementara di bagian timur merupakan bagian dari selat Bali dan di bagian selatan merupakan bagian dari samudera Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi. Wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan pantai berjumlah 11 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Kabat, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Muncar, Kecamatan Tegaldilmo, Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Bangorejo, Kecamatan Siliragung dan Kecamatan Pesanggaran. Morfologi pantai Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 3 (tiga) kelompok sudut kelerengan yaitu dataran landai dengan sudut lereng 010, perbukitan bergelombang landai 10 45 dan perbukitan bergelombang terjal 45 - 90. Dataran landai pada umumnya terdapat di

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

daerah teluk yang panjang dan lebar seperti di daerah Banyuwangi, Grajagan, Pancer, Rajegwesi dan Sukamade. Perbukitan bergelombang merupakan ujung dari perbukitan yang terdapat di pantai, sedangkan perbukitan bergelombang terjal merupakan tebing-tebing curam di daerah tanjung. Contoh perbukitan bergelombang terjal adalah bagian selatan Alas Purwo dan beberapa daerah pantai Pesanggaran. Hasil pengukuran pasang surut di daerah sekitar watudodol yang mewakili daerah Banyuwangi bagian timur diperoleh nilai F = 0,52 yang berarti kondisi ini menunjukan tipe mixed tide predominantly semi diurnal, yaitu pasang campuran yang condong ke harian ganda yang artinya dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Kecepatan arus laut di pantai timur Banyuwangi pada arus permukaan berkisar antara 0,91 1,47 m/det, arus pertengahan berkisar antara 0,10 3,94 m/det, dan arus dalam kecepatannya berkisar antaran 0,18 1,39 m/det. Nilai pasang surut di perairan wilayah kabupaten Banyuwangi sebelah selatan berdasar Konstanta Admirally di peroleh nilai F (form Zahl) = 0,35 yang berarti bahwa pasang surut di daerah perairan selatan Kabupaten Banyuwangi adalah pasang surut campuran yaitu condong keharian ganda. Kecepatan arus laut di pantai selatan Banyuwangi pada arus permukaan berkisar antara 0,01 0,49 m/det, arus pertengahan berkisar antara 0,02 0,20 m/det, dan arus dalam kecepatannya berkisar antaran 0,15 0,93 m/det.

B. Sumber Daya Perikanan B.1. Potensi Perikanan Tangkap Jumlah produksi perikanan untuk setiap Kecamatan Di kabupaten Banyuwangi tidak sama. Dari semua jumlah produksi yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan potensi perikanan sangat mudah untuk di kembangkan, apalagi disamping potensi lautnya, lahan untuk area tambak pun sangat luas. Jenis alat tangkap yang digunakan akan menentukan kemampuan produksi ikan yang di peroleh, Data Jenis Alat Tangkap dan Kemampuan Produksi (kg) Di Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuwangi tahun 2007-2008No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Alat Tangkap Purse Seine Payang Gill Net Prawai Pancing lainnya Bagan 2007 56.513.878 1.710.323 1.101.789 649.368 1.170.842 274.946 2008 31.741.274 2.641.202 1.408.000 680.650 744.461 2.291.969

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

No. 7.

Jenis Alat Tangkap Lain-lain

2007 380.292

2008 724.298

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data jenis alat tangkap dan produksinya antara tahun 2007 dengan 2008 terdapat perbedaan, terlihat bahwa produksi alat tangkap purse seine mengalami penurunan cukup besar, hal ini juga kemungkinan disebabkan karena terjadi over fishing, kurangnya rumpon dan peningkatan harga BBM sehingga kapal purse seine banyak yang tidak beroperasi sehingga produksinya mengalami penurunan, sebaliknya untuk payang mengalami peningkatan begitu juga dengan gill net. Adapun jumlah total produksi perikanan di setiap Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi tercantum dalam Tabel berikut ini: Tabel 2 Produksi Perikanan Tangkap (kg) per Kecamatan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004-2008No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecamatan Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo 2004 25.484.423 898.690 466.034 261.445 67.909 66.871 33.214 187.776 23.410 27.489.772 2005 17.383.680 1.631.382 354.934 503.908 45.960 47.518 64.828 288.262 36.798 40.467.495. 2006 58.730.442 2.572.122 408.788 159.794 130.982 19.313 31.962 133.053 17.825 62.204.287 2007 59.884.951 1.171.200 260.432 151.229 137.300 8.904 25.739 150.347 11.275 61.801.431 2008 37.630.389 1.288.043 459.602 140.672 529.900 9.535 4.320 152.538 16.856 40.231.854

Jumlah

Sumber : Hasil Analisa

Dari tabel diatas dapat di lihat produksi perikanan tangkap di laut selama kurun waktu 2006 sampai 2008 mengalami penurunan, pada tahun 2006 produksi perikanan dari penangkapan sebesar 62.204.281 kg yang bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 2007 sebesar 61.801.431 kg, maka produksinya mengalami penurunan 0,6 %, sementara itu pada tahun 2008 produksi menurun menjadi sebesar 40.231.854 kg, yang berarti terjadi penurunan sebesar 34 % dari produksi tahun 2007. Terjadiya penurunan ini dikarenakan pada perairan Kabupaten Banyuwangi terutama sentra perikanan di perairan Muncar telah terjadi over fishing untuk jenis ikan pelagis seperti lemuru, sehingga produksinya menurun karena eksploitasi yang berlebihan pada beberapa tahun terakhir.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dari tabel tersebut diatas juga dapat diketahui bahwa hampir pada setiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang mempunyai potensi perikanan mengalami penurunan produksi perikanan pada setiap tahunnya. Kenyataan ini sungguh memperihatinkan sebab hal itu dapat menjadi indikator telah terjadi over fishing oleh sebab itu potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi ini harus digali dan terus dikembangkan untuk kemakmuran masyarakatnya, ada beberapa upaya yang dapat di usahakan diantaranya peningkatan perlengkapan alat penangkapan dan rumponisasi selain itu dan perlu Pembinaan kepada para nelayan nelayan untuk meningkatkan ketrampilan serta ditumbuhkan kesadaran masyarakat sekitar tentang lingkungan hidup, sehingga potensi perikanan yang ada didaerahnya tetap terus dapat dimanfaatkan secara lestari oleh mereka dan generasi mereka selanjutnya. Produksi ikan di Kabupaten Banyuwangi cukup besar, dengan jumlah ikan yang didaratkan di dominasi oleh ikan Lemuru, layang tongkol, tuna, cucut, cakalang. Jumlah produksi dan jenis ikan dan non ikan yang didaratkan di Kabupaten Sumenep pada tahun 2006-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3Jumlah Produksi Jenis Ikan/Non Ikan (Ton) di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2006-2008No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Jenis Ikan Layang Bawal Kembung Selar Tembang Udang barong Udang lainnya Rebon Teri Tongkol Lemuru Tuna Cakalang Tengiri Layur Julung-julung Ekor Merah Kuwe Petek Cucut Pari Kakap Bambangan 2006 2692380 126328 181988 5872 81643 147659 1843253 51336512 325834 110939 3809 57623 16022 132750 506343 185737 5462 7859 2007 1881058 85290 72263 8705 114961 155929 1398712 54089139 496781 248533 7640 118358 36171 53624 567819 226541 6706 8157 2008 2888003 800 125800 25 30434 39221 78182 3347238 31219341 352117 226450 22007 247678 4625 117524 59100 298000 150558 17043 41243

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

No. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Jenis Ikan Kerapu Belanak Manyung Cumi-cumi Rajungan Kepiting Kerang Kerang-kerangan Ubur-ubur Rumput laut Lain-lain Sumber : Hasil Analisa

2006 3763 64338 50420 145665 44489 7815 139780 376396

2007 4371 30255 13484 128819 36230 5176 150869 448057

2008 19962 31413 8211 133974 38506 9197 490 275378 449334

Jenis ikan yang tertangkap masih didominasi oleh ikan lemuru selama kurun waktu 2006 sampai 2008, walaupun produksinya mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu sebesar 31.219 ton, dari produksi pada tahun 2007 sebesar 54.089 ton. Ikan terbanyak selanjutnya adalah ikan layang dan ikan tongkol, dengan tingkat produksi sekitar 2.000-3.000 ton/ tahun. Jenis ikan yang pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan produksi adalah ikan kakap dan ikan kerapu yang jumlah produksinya pada tahu 2008 masing-masing mencapai 17 ton dan 19 ton. Peningkatan produksi ini dikarenakan mulai dikembangkannya budidaya laut dan payau di karamba jaring apung (KJA) dan tambak untuk budidaya ikan kakap dan kerapu. Pada tahun 2008 terdapat produksi udang barong yang pada tahun-tahun sebelunya tidak teridentifikasi, hal ini disebabkan mulai dilakukannya budidaya pembesaran udang barong di KJA, dengan benih yang berasal dari alam. Sementara itu data produksi rumput laut belum tercover walaupun budidaya rumput laut sudah mulai diupayakan. Potensi perikanan yang ada di Kabupaten Banyuwangi sangat banyak dan beragam, tidak berasal dari ikan saja tetapi dari non ikan seperti cumicumi, rajungan, kerang-kerangan dan lain-lain. Keanekaragamn potensi perikanan ini sangat menguntungkan bagi daerah. Apalagi jika dilihat beberapa hasil produksi perikanan di kabupaten Banyuwangi adalah jenis ikan yang punya nilai ekonomis tinggi sebagai komoditas eksport, seperti ikan kerapu, kakap dan udang. Oleh karena itu upaya pengembangan perlu dilakukan un tuk meningkatkan tidak sekedar jumlah produksinya saja tetapi juga kualitasnya, sehingga memenuhi standar untuk dieksport. Disamping itu karena jenis-jenis ikan kerapu atau kakap merupakan ikan karang, maka upaya penangkapannya hendaklah juga memperhatikan kelestarian lingkungan terumbu karang sebagai habitat ikan-ikan karang tersebut. Dengan melihat melimpahnya produksi perikanan di Kabupaten Banyuwangi, maka upaya lain yang diperlukan adalah diversifikasi produk perikanan agar produk perikanan tersebut tidak hanya dijual dalam bentuk

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

segar tetapi juga dalam bentuk produk olahan, sehingga daya awetnya lebih lama. Hal ini juga untuk menghindari terbuangnya produk ikan yang berlimpah saat musim ikan, karena produk ikan cepat mengalami kerusakan. Oleh karenanya pembinaan terhadap nelayan dan keluarganya dalam rangka transfer teknologi pengolahan produk perikanan harus dilakukan oleh pemerintah daerah. B.2. Armada yang ada di Kabupaten Banyuwangi Di Kabupaten Banyuwangi pada setiap Kecamatan mempunyai armada yang digunakan untuk mencari atau melakukan penangkapan di laut baik itu ikan ataupun non ikan. Nelayan atau petani ikan di Kabupaten Banyuwangi biasanya mempunyai sendiri fasilitas seperti ini, tetapi ada pula yang menyewa dari orang yang mempunyai beberapa perahu yang khusus untuk disewakan. Tabel dibawah ini menyajikan data jumlah armada yang beroperasi di Kabupaten Banyuwangi dari tahun 2006-2008. Tabel 4. Jenis dan Jumlah Armada di Kabupaten Banyuwangi 2006-2008No.1. 2. 3.

Jenis ArmadaPerahu Tanpa Motor (PTM) Perahu Motor Tempel (PMT) Tanpa Perahu (Jala, Sedu dll)

2006344 5.785 -

2007344 5.785 -

2008212 4.490 1.400

Sumber : Hasil Analisa

Tabel diatas menunjukkan jumlah armada penangkapan yang beroperasi di kabupaten banyuwangi selama kurun waktu 2006 sampai 2008, tampak bahwa jumlah armada mengalami penurunan pada tahun 2008 baik untuk armada PTM maupun PMT. Namn pada data tahun 2008 terdapat penambahan armada perikanan tangkap yang tanpa perahu (TP) berjumlah 1.400 yang pada tahun-tahun sebelumnya tidak teridentifikasi. Penurunan jumlah armada yang beroperasi ini disebabkan oleh terjadinya over fishing di sebagian tempat sehingga menyebabkan penurunan hasil tangkap dan juga kurangnya rumponisasi serta kenaikan harga BBM sehingga biaya operasional menjadi tinggi yang berdampak pada menurunnya jumlah armada terrutama yang menggunakan motor. Nelayan kemudian beralih mencari ikan dengan perahu tanpa motor atau tanpa perahu dengan menggunakan jala, sedo dan alat tangkap lainnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab turunnya hasil produksi ikan di Kabupaten Banyuwangi.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

B.3. Jumlah Nelayan di Kabupaten Banyuwangi

Sebagian besar penduduk wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi bermata pencaharian sebagai seorang nelayah dan jumlahnya banyak. Untuk data jumlahdan penyebaran nelayan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel berikut: Jumlah Nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2004 2008No. Kecamatan 2004 10.707 1.026 2.691 1.148 357 771 132 1.602 405 18.839 2005 10.707 1.026 2.691 1.148 357 771 132 1.602 405 18.839 2006 10.707 1.026 2.691 1.148 357 771 132 1.602 405 18.839 2007 12.863 1.026 1.464 918 357 192 132 1.602 285 18.839 2008 13.433 1.922 3.876 1.283 1.300 942 288 1.935 610 25.589

1. Muncar 2. Pesanggaran 3. Purwoharjo 4. Wongsorejo 5. Kalipuro 6. Banyuwangi 7. Kabat 8. Rogojampi 9. Tegaldlimo Jumlah

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan jumlah nelayan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari 18.839 nelayan pada tahun 2007 menjadi 25.589 nelayan pada tahun 2008, sehingga terjadi kenaikan sebesar 6.750 orang.

C.

Potensi Perikanan Budidaya Selain potensi perikanan tangkap, wilayah perairan laut mempunyai potensi bagi pengembangan usaha budidaya laut yang meliputi: C.1. Budidaya Air Payau Selain menjadi sentra perikanan tangkap di Jawa Timur, Banyuwangi juga mempunyai potensi dalam perikanan budidaya baik untuk budidaya air payau dan laut (marikultur).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Perkembangan Luas Areal Tambak di Kabupaten Banyuwangi tahun 2004 2008Tingkat Pengelolaan dan Jumlah RTP/RTBP

No

2004

2005

2006

2007

2008

1. Intensif (ha) 1.120 2. Semi Intensif (ha) 10 3. Tradisional (ha) 40 4. Tahap konstruksi (ha) 5. Persiapan (ha) 6. RTP (orang) 150 7. RTBP (orang) 3.570 8. Produksi (x 1000 kg) 3.205. Sumber : DKP Kabupaten Banyuwangi

1.109 65 55 150 3.570 3.601

1.321 10 40 150 1.760 4.100

1.309 10 40 123 1.787 4.285

1.126 170 65 353 1.570 4.135

Kondisi budidaya air payau di Banyuwangi tidk jauh berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Usaha budidaya udang penaeid masih terus diterpa masalah penyakit, pada beberapa tahun lalu udang windu yang merupakan primadona budidaya terkena hantaman irus white spot (WSSV) yang bias membunuh 100 % populasi udang di tambak, selanjutnya petambka beralih ke udang vannamei yang dipromosikan lebih tahan terhadap penyakit, namun kenyataannya budidaya udang vannamei juga memunculkan masalah serangan viru yaitu Taura Syndrome Virus (TSV) dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) yang mempengaruhi produksi udang di kabupaten banyuwangi. Keuda virus baru tersebut bisa menyebabkan kematian 25 % populasi udang di tambak. Jika dilihat dari table diatas diketahui bahwa petambak udang mulai mengarahkan usahanya dari system intensif ke system semi intensif maupun tradisional, hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian karena dengan budidaya semi intensif atau tradisional udang lebih aman dari serangan penyakit disbanding dengan system intensif. Saat ini diupayakan untuk budidaya ikan kakap dan kerapu di tambak sebagai pengganti komoditas udang. C.2. Budidaya Laut (Marikultur) Untuk budidaya laut, Banyuwangi berpotensi untuk budidaya rumput laut dan ikan di jarring apung. Budidaya rumput laut dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : musim, kecepatan arus, tinggi gelombang, kecerahan, dan salinitas. Daerah potensial untuk budidaya rumpul laut adalah kecamatan Wongsorejo, Teluk Rajekwesi dan Pancer. Pada saat musim angin (Juni September) dan musim hujan (Nopember Pebruari) budidaya tidak bias berlangsng karena salinitas dan kecerahan tidak mendukung. Masa produksi rumput laut adalah bulan Maret Juni dan Oktober Nopember. Data belum teridentifikasi, namun ada sekitar 25 unit rakit di Wongsorejo dan sekitar 20 rakit di Rajekwesi dan Pancer.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tahun 2008 terdapat bantuan social untuk budidaya rumput laut di tiga kecamatan : Wongsorejo desa Bangsring, Bengkak Alas Buluh, Sumberkencono; Kecamatan Muncar : desa Kedungrejo dan Tambekrejo; Kecamatan Pesanggaran desa Sarongan. Sementara untuk kegiatan budidaya ikan dilakukan di karamba jarring apung (KJA), kegiatan budidaya terletak di perairan Teluk pangpang kecamatan Muncar, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan kerapu dan udang barong dari jenis (pasir, mutiara, batu). C.3. Pembenihan Untuk mendukung berkembangnya budidaya air payau dan marikultur (budidaya laut) maka diperlukan pasokan benih dengan jumlah yang cukup dan berkualitas, sehingga perlu adanya panti-panti pembenihan udang dan ikan laut (hatchery). Sampai saat ini beberapa panti pembenihan udang dan ikan telah terdapat di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana tersaji dalam table berikut: Tempat Pembenihan di Kabupaten BanyuwangiNo Nama Perusahaan Komoditas Produksi (000) ekor Lokasi/ Kecamatan Dibangun Tahun

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mutiara Blambangan Permai Benur Ssakti Windu Laut Surya Adikumala Abadi Ndaru Laut Benur Blambangan Bahari SAA

Udang Udang Udang Udang Kerapu Udang Udang Udang

15.500 15.000 15.000 10.000 50 15.000 15.000 10.000

Kalipuro Kalipuro Wongsorejo Wongsorejo Wongsorejo Kalipuro Kalipuro Kalipuro

1987 1988 1987 1988 2008 1988 1988 2008

Sumber: DKP Kabupaten Banyuwangi

C.4. Potensi Pengolahan Hasil Perikanan Usaha dibidang pengolahan hasil perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh banyaknya hasil tangkapan ikan yang apabila tidak bisa di manfaatkan dengan baik maka nilai jual mejadi rendah dan banyak hasil tangkapan akan terbuang. Usaha dibidang pengolah ikan di Kabupaten Banyuwangi telah di lakukan oleh beberapa Kecamatan yang ada yaitu Muncar, Banyuwangi, Wongsorejo, Kalipuro, Rogojampi, Srono, Genteng, Glenmore, Tegaldlimo, Purwoharjo, Pesanggaran. Adapun Hasil olahan yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi ini didasarkan pada jenis ikannya berupa: Pengalengan, asinan, tepung ikan, ikan es, Ikan pindang, dll. Jenis industri pengolahan dan hasil produksinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Produksi Ikan Olahan (kg) Kabupaten Banyuwangi tahunNo 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Olahan Pengalengan Pindang Asinan Tepung Ikan Es-es-an Lain-lain (*) 2004 6.682.498 2.551.238 631.541 3.306.038 3.883.974 146.227 17.201.414 2005 4.457.061 620.547 300.482 2.956.786 1.420.898 500.099 10.255.873 2006 8.682.498 2.651.238 831.541 4.306.038 4.883.974 246.227 21.601.414

2004 20082008 4.739.540 1.637.879 550.455 9.932.597 4.748.784 10.047.102 31.656.357

2007 7.682.498 2.651.238 831.551 4.806.038 4.383.974 250.027 20.605.224

Jumlah

Keterangan : *) meliputi :produk terasi, petis, ubur-ubur dll.

Sebagian besar produksi ikan Kabupaten Banyuwangi terserap dalam industry perikanan sebagaimana tersaji pada tabel diatas. Produksi olahan terbesar masih di dominasi oleh industry pengalengan walaupun semakin lama semakin menurun sejalan dengan menurunnya jumlah ikan yang tertangkap. Industri pengalengan sebagian besar menggunakan ikan lemuru sebagai bahan baku, namun karena sumberdaya ikan lemuru sudah overfishing sehingga produksi tangkapnya jauh berkurang pada tahun 2008, maka industry ini tidak mendaptkan pasokan bahan baku sehinngga hasilnya menurun, sebagian industry juga terpaksa tidak berproduksi lagi. Hal ini semakin diperparah dengan makin meningkatnya kebutuhan akan tepung ikan sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan sehingga ikan lemuru banyak terserap untuk industry penepungan ikan. Dari table dapat diketahui bahwa industry penepungan ikan mengalami peningkatan produksi hampir dua kali lipat pada tahun 2008 dibanding pada tahun 2006 dan 2007.

D. Ekosistem Wilayah Pesisir D.1. Ekosistem Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Manfaat hutan mangrove secara fisik antara lain menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, menahan tiupan angin kencang dari laut, serta menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). Secara biologis hutan mangrove berfungsi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai hewan air, tempat berlindung dan berkembang biak burung dan satwa lain, serta berfungsi sebagai sumber plasma nutfah. Secara ekonomis, hutan mangrove berfungsi juga sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil bahan baku industri, bibit ikan, tempat pariwisata, serta penelitian dan pendidikan. Pada ekosistem Mangrove dijumpai keanekaragaman makluk hidup, diantaranya: burung pantai, satwa liar, reptil, ikan, udang, kepiting, dan berbagai jenis mikro organisme lainnya. Pemanfaatan hutan mangrove saat ini cenderung bersifat merusak, sehingga menyebabkan penurunan luas hutan mangrove dari waktu ke waktu. Eksploitasi hutan mangrove yang berlebihan, konversi hutan mangrove menjadi kawasan tambak, industri, pemukiman, dan pertanian merupakan penyebab utama menurunnya luasan hutan mangrove. Pada kawasan /sisi timur teluk Pangpang terdapat kawasan hutan mangrove alami yang masih dalam kondisi baik dengan ketebalan berkisar antara 30 400 meter. Hutan mangrove dicirikan dengan adanya formasi hutan yang dipengaruhi pasang surut air laut dengan kondisi tanah yang seringkali bersifat anaerobik. Hutan mangrove dapat dijumpai di sisi barat teluk Pangpang dan di kawasan sisi barat teluk Pangpang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Pada kawasan sisi selatan terdapat hutan mangrove alami dengan ketebalan sekitar 1.000 meter. Zonasi mangrove di sisi selatan teluk relatif sama dengan zonasi mangrove yang dijumpai di sisi barat teluk. Mangrove di kawasan sisi barat teluk Pangpang merupakan hasil penanaman oleh masyarakat dengan ketebalan 100 meter dan jenis bibit mangrove yang digunakan adalah Rhizophora mucronata. Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan Selain di teluk pang-pang ekosistem mangrove juga terdapat pada kecamatan Banyuwangi, kecamatan Wongsorejo, kecamatan Kalipuro, kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Pesanggaran. Tingkat kerawanan akan kerusakan hutan Mangrove akibat pengembangan beberapa kegiatan, seperti: permukiman, akomodasi wisata, atraksi wisata dan sebagainya. Hal ini terlihat pada beberapa lokasi pantai yang telah mengalami kerusakan hutan Mangrove. Dari pengalaman tersebut maka perlu bagi pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi untuk melakukan perlindungan Mangrove yang ketat dan reboisasi Mangrove pada habitat Mangrove yang rusak. D.2. Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Terumbu karang menyediakan berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung. Pada ekosistem terumbu karang banyak meyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan karang, mollusca, crustacean bagi masyarakat yang hidup dikawasan pesisir. Selain itu bersama dengan ekosistem pesisir lainnya menyediakan makanan dan merupakan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik bila kondisi air laut bersih dan bebas dari polusi serta matahari dapat menembus. Pentingnya Terumbu Karang bagi masyarakat adalah: Menyediakan tempat untuk rekreasi dan penelitian Menyediakan habitat bagi ikan-ikan ekonomis penting Melindungi garis pantai dari erosi pada musim Timur di Pantai Timur Lampung Memperkaya pantai yang berpasir putih Menyediakan bahan farmasi dan kimia Menyediakan perlindungan bagi habitat langka Keberadaan ekosistem terumbu karang terdapat di daerah di daerah teluk pang-pang dengan kondisi masih baik dan dijadikan daerah fish sanctuary, kondisi sedang terdapat daerah Kayu Aking, serta kondisi rusak terdapat di daerah Watudodol, sekitar P. Tabuhan dan sekitar Tanjung Wangi .

D.3. Ekosistem Padang Lamun dan Rumput laut Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan pesisir berasal dari aktivitas masyarakat dalam mengeksploatasi sumberdaya ekosistem padang lamun dengan menggunakan potassium sianida, sabit dan gareng serta pembuangan limbah industri pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Kondisi ekosistem padang lamun dan rumput laut di kawasan pesisir Banyuwangi sangat memperihatinkan karena sudah mengalami kerusakan atau terancam punah. Hal ini dapat terlihat pada keberadaan ekosistem

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

padang lamun dan rumput laut di perairan pantai Plengkung, teluk Pangpang, teluk hijau, dan pantai Wongsorejo pantai Rajegwesi. E. Bahan Galian Tambang dan Mineral Dasar Laut

Secara Geologi Kabepaten Banyuwangai termasuk dalam jajaran pegunungan selatan Jawa, terdiri dari batu gamping dan batuan beku andesit dan lava andesit mempunyai potensi bahan galian tambang yang cukup besar, dan sekarang sudah di manfaatkan sebagai sumber pendapatan daerah dan masyarakat. Potensi sumberdaya kelautan yang sudah di manfaatkan masyarakat adalah pasir kuarsa, andetsit, kaolin, batu gamping, tras, lempung dan pasir besi di sepanjang pantai Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Bangorejo. Diperairan kabupaten Banyuwangi terdapat mineral berat dan mineral ringan. Mineral berat yang ada terdiri dari : magnetit, pirit, aahematit, zirkon, ilmenit diopsit, augit dan homblede, sedangkan mineral ringan yaitu mineral yang mempunyai berat kurang dari 2,88 gr/cm2, terdiri dari : kuarsa, biatit, muskovit, dan dolomit. F. Pelabuhan dan bangunan laut lainnya Di Kabupaten Banyuwangi telah ada fasilitas pelabuhan pantai dan laut yang cukup memadai namun perlu di kembangkan lagi ke arah yang lebih tinggi menjadi pelabuhan nasional dan internasional. Pelabuhan yang ada saat ini yaitu pelabuhan ketapang dan pelabuhan lainnya yakni pelabuhan pertamina dan pelabuhan Meneng. Dari pengelolaan pelabuhan ini telah memberikan hasil yang cuku besar bagi pendapatan daerah serta pendapatan tambahan bagi masyarakat. Bangunan lain selain pelabuhan adalah Dokyard yang telah terealisasi sejak tahun 2004 yang berfungsi sebagai tempat perawatan dan perbaikan kapal. Menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa akibat dari adanya dokyard ini maka telah terjadi kerusakan di daerah pantai. Disamping itu telah di bangun jetty di muara Kali Baru, namun informasi yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan bahwa akibat dari pembangunan jetty ini telah menyebabkan sedimentasi di wilayah sekitar bangunan. G. Wisata Bahari Objek objek wisata tesebut mempunyai kekhasan masing masing seperti yang akan diuraikan seperti dibawah ini : 1) Pantai Sukamade yang merupakan daerah konservasi habitat penyu laut merupakan objek unggulan wisata bahari, perlu di jaga kelestariannya terutama dan kegiatan penangkapan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

2) Teluk Hijau yang merupakan wisata yang memberikan nuansa pantai dan laut serba hijau, yang dikelilingi oleh hutan yang tumbuh dengan baik yang merupakan objek lintas alam yang menarik. 3) Pantai Rajegwesi merupakan objek wisata yang memberikan nuansa pantai dan laut yang menakjubkan, karena membentuk kawasan teluk yang indah dengan gelombang yang besar, gumuk pasir pantai, batuan lava hijau dan kawasan hutan merupakan objek wisata pantai yang banyak dikunjungi terutama pada hari hari libur. 4) Pantai Pancer dan Pulau Merah, yang merupakan objek wisata yang memberikan nuansa pantai dan laut yang indah, karena membentuk kawasan teluk dengan hamparan pasir putih dan pasir gotri dan batuan intrusi yang kaya mineral yang banyak dikunjungi pada hari hari libur. 5) Pantai Plengkung, objek wisata yang memberikan nuansa pantai dan laut yang indah, karena membentuk kawasan teluk dengan gelombang yang besar, gumuk pasir pantai, dan pasir gotri yang banyak dikunjungi oleh wisatawan manca negara dan untuk berselancar. 6) Taman Nasional Meru Betiri, objek wisata yang memberikan nuansa ekosistem kawasan hutan pantai yang indah sebagai hutan konservatif, edukatif dan rekreasi. Di hutan ini masih terdapat jenis satwa langka seperti Macan Jawa, Macan Tutul, Banteng, Babi Hutan, Rusa, Kera, Penyu Hijau dan Burung Merak. Juga terdapat jenis flora langka yaitu bunga raflesia. 7) Taman Nasional Alas Purwo, objek wisata yang memberikan nuansa ekosistem kawasan hutan pantai yang indah sebagai hutan konservatif, edukatif, rekreasi dan spiritual. Hutan ini banyak dikunjungi wisatawan manca negara dan lokal. Hutan Alas Purwo juga menyimpan misteri spiritual karena banyak pure hindu. Di hutan ini masih terdapat jenis satwa langka, seperti Macan Jawa, Macan Tutul, Banteng, Babi Hutan, Rusa, Kera, Penyu Hijau dan Burung Merak. 8) Pantai Watu Dodol, terletak di bagian utara Banyuwangi. Kondisi perairan dengan aeus yang deras dan tonjolan batuan lava andesit ke arah psntsi memberikan nuansa alami tersendiri. Daerah ini ramai dikunjungi sebagai tempat transit ke kota Banyuwangi atau ke Bali karena terdapat aneka makanan khas Banyuwangi dan pada hari hari libur banyak dikunjungi oleh remaja dan anak anak. 9) Pantai Segara Anakan merupakan daerah laguna sebagai pertemuan antara air tawar (sungai) dan laut. Di daerah ini sangat

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

potensial untuk menjadi objek wisata masa depan karena di bagian depan terdapat tonjolan batuan di atas permukaan laut. 10) Taman Laut Pulau Tabuhan, terletak di perairan Selat Bali dengan luas 5,5 Ha. Pulau Tabuhan berpasir putih dikelilingi terumbu karang dan ikan hias. 11) Pantai Boom merupakan objek wisata yang memiliki daya tarik wisata pantai yang juga memiliki potensi sumberdaya perikanan yang di dukung keberadaan Tempat Pelelangan Ikan Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi dan berlokasi tidak jauh dari pusat kota Banyuwangi 1 Km dari pusat kota. 12) Pantai Kampe terletak di Desa Bangsing, Kecamatan Wongsorejo. Pantai Kampe memiliki panorama yang indah terutama pemandangan Selat Bali dan Pulau Tabuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Kampe. Pantai Kampe digunakan sebagai dockyard.

II. ISU-ISU PENGELOLAAN BANYUWANGI

WILAYAH

PESISIR

KABUPATEN

Berdasarkan hasil identifikasi isu pengelolaan potensi wilayah pesisir dapat di simpulkan ada beberapa isu yang menjadi prioritas untuk setiap kecamatan di wilayah pesisir (isu prioritas). Isu tersebut adalah: 1. Banyuwangi Isu Prioritas : - Rendahnya kualitas sumberdaya manusia - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(mangrove) - Ancaman intrusi air laut - Rawan bencana alam (gempa, tsunami) - Pencemaran wilayah pesisir dan laut 2. Muncar Isu prioritas : - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Belum optimal pengelolaan perikanan budidaya - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(mangrove) - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum 3. Tegaldlimo Isu prioritas : - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

- Potensi dan obyek wisata bahari bahari belum di kembangkan secara optimal (ekowisata mangrove dan pantai grajagan) - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(mangrove dan kerusakan terumbu karang di teluk pang-pang) - Rawan bencana alam (gempa, tsunami) 4. Kalipuro Isu prioritas : - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(mangrove) - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. 5. Wongsorejo Isu prioritas : - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(mangrove) - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Potensi dan obyek wisata bahari belum di kembangkan secara optimal (ekowisata mangrove dan terumbu karang P. Tabuhan) 6. Kabat Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. 7. Rogojampi Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut 8. Purwoharjo Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut Abrasi pantai (intrusi air laut) Rendahnya penaatan dan penegakan hukum Potensi dan obyek wisata bahari belum di kembangkan secara optimal (ekowisata mangrove di segoro anakan) - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Rawan bencana alam (gempa, tsunami) 9. Bangorejo Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Rawan bencana alam (gempa, tsunami) 10. Siliragung Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Abrasi pantai (intrusi air laut) - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Rawan bencana alam (gempa, tsunami) 11. Pesanggaran Isu prioritas: - Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia - Pencemaran Wilayah Pesisir dan Laut - Degradasi ekosistem wilayah pesisir(konversi mangrove) - Abrasi pantai - Belum optimal pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. - Rendahnya penaatan dan penegakan hukum - Potensi dan obyek wisata bahari belum di kembangkan secara optimal (ekowisata mangrove dan pantai pancer)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

III. PERMASALAHAN UMUM KAWASAN PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI1. Pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan tanpa menerapkan konsep keberlanjutan (sustainable) dan keterpaduan (integrated), dapat dipastikan lingkungan pesisir dan lautan akan mengalami kerusakan (degradasi). Akibatnya lingkungan pesisir dan lautan mengalami penurunan fungsi dimensi ekologis yang dimilki sebagai: 1) penyedia sumberdaya (resources supplier), 2) penyedia kebutuhan pendukung kehidupan (life support), 3) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenities) dan 4) penampung limbah. 2. Penurunan fungsi dimensi ekologis yang dimiliki lingkungan pesisir dan lautan, secara umum disebabkan oleh 2 hal, yaitu: 1) kegiatan manusia dan 2) bencana alam. Degradasi lingkungan yang umum terjadi, banyak disebabkan oleh kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya ataupun kawasan di lingkungan pesisir dan lautan, tanpa memperhatikan kemampuan sumberdaya untuk pulih (carrying capacity), karakteristik lingkungan dan kondisi oceanografi di lingkungan pesisir dan lautan. 3. Degradasi lingkungan pesisir dan lautan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi, hasil identifikasi di lapangan, berupa 1) konversi mangrove menjadi pemukiman, kebutuhan rumah tangga dan lahan pertambakan, 2). kerusakan pantai akibat penambangan pasir, 3) penambangan karang dan pengambilan ikan karang yang merusak karang. Dan 4) pencemaran wilayah pesisir oleh limbah transportasi, pemukiman dan industri.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

IV.

ARAHAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI

1.

Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki sendiri bila terjadi kerusakan dan pembaharui bagian yang rusak, bila karakteristik habitat dan berbagai macam formasi terumbu karang dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara dengan baik. Pada contoh di bawah ini terdapat beberapa pedoman dalam meminimalkan usaha untuk pemeliharaan dan kelangsungan hidup terumbu karang yang berkualitas tinggi. 1. Mencari berbagai sumber alternatif bahan konstruksi dan kalsium karbonat (bahan kapur dan semen) untuk mencegah penambangan dan kehilangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Jangan melakukan pengerukan dan aktivitas lainnya yang menyebabkan teraduknya sedimentasi dan membuat air keruh atau di arah hulu dari terumbu karang. Hindarkan pencemaran dan peningkatan nutrien ke dalam ekosistem terumbu krang. Hentikan penggunaan bahan peledak dan bahan beracun sebagai alat penangkap ikan karang. Tetapkan batas maksimum pemanfaatan tahunan terhadap bahanbahan karang dan spesies yang berasosiasi denganny seperti ikan dan karang-karang. Promosikan dan kontrol kegiatan pariwisata dengan cara memberikan wawasan bahwa terumbu karang merupakan aset nasional yang tidak dapat dinilai dengan uang. Hindari perubahan salinitas air yang melanpaui ambang batas atau area terumbu karang. Hindari perubahan suhu diluar ambang batas. melakukan pemantauan ekosostem terumbu karang untuk mengetahui perkembangan kondisi terumbu karang tersebut. menyadarkan masyarakat pengguna tentang pentingnya ekosistem terumbu karang dan bahaya yang mengancam kelestariannya serta mengikutsertakan masyarakat pengguna dalam pengelolaannya. lakukan rehabilitasi terhadap terumbu karang yang telah mengalami kerusakan dengan teranspantasi.

2.

3. 4. 5.

6.

7. 8. 9. 10.

11.

2. Ekosistem Hutan Mangrove Pada kondisi khas di zona pasang surut di daerah tropis, mangrove mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan cepat, membentuk struktur hutan yang kompleks dan memiliki produktivitas tinggi. Namun ekosistem ini

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sangat sensitif terhadap faktor-faktor seperti sirkulasi air, salinitas dan aspek fisika kimia dari substrat hidupnya. Konservasi ekosistem dan sumber daya di dalamnya dapat di capai dengan mencegah terjadinya perubahan-perubahan nyata dari faktor-faktor di atas. Konservasi dan pemanfaatan mangrove bergantung sepenuhnya pada perencanaan yang terintergrasi dengan mempertimbangkan kebutuhan ekosistem mangrove.

3. Ekosistem Padang Lamun Padang lamun dan hewan yang berasosiasi memiliki kemampuan alamiah untuk bertahan dan hidup pada kondisi normal, atau sesuai dengan kondisi lingkungan yang khas. Pedoman yang dapat di lakukan di wilayah pesisir harus mempertimbangkan dan memasukan sebagai berikut: 1. Pengerukan dan penimbunan seharusnya dihindari pada lokasi yang didominasi oleh padang lamun. 2. Usulan pembangunan di wilayah pesisir (seperti pelabuhan, dermaga/jetty) yang mengubah pola sirkulasi air seharusnya di desain untuk menghindari dan meminimalkan setiap erosi atau pemupukan disekitar daerah padnag lamun. Struktur desain yang nyata seharusnya di dasarka pada keadaan lokal yang spesifik. 3. Produsen pembuangan limbah cair seharusnya diperbarui dan dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk mencegah limbah yang merusak masuk kedalam daerah padang lamun. 4. Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan 5. Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan sumber daya padang lamun, sebelum berbagai proyek dan aktivitas dilakukan dilokasi tersebut. 6. Rekonstruksi padang lamun di perairan dekat tempat yang sebelumnya ada padang lamun, atau membangun padang lamun baru di lokasi yang tidak ada lamunnya untuk mengganti lamun alami di suatu tempat.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

V.

ANALISIS PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PERIKANAN DI PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI

SEKTOR

1. Pengembangan Perikanan Tangkap Sebagaimana analisa data yang telah dipaparkan pada sub bab potensi perikanan di Kabupaten Banyuwangi maka dapat dikehui bahwa Kabupaten Banyuwangi kaya akan hasil perikanan tangkap yang didominasi oleh jenisjenis hasil tangkap perikanan diantaranya yaitu ikan Lemuru, layang, tongkol, kerapu, dan tongkol. Berdasarkan hasil analisa maka didapatkan bahwa terdapat kecenderungan hasil perikanan tangkap ini meningkat untuk setiap tahunnya sementara potensi perikanan di perairan Kabupaten Banyuwangi belum sepenuhnya bisa dieksploitasi secara optimal. Oleh karena dibutuhkan arahan pengembangan dalam sektor perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki hasil perikanan cukup besar adalah Kecamatan Muncar dan Kecamatan Pesanggaran. Oleh karena itu di dua kecamatan ini perlu dikembangkan fasilitas dan sarana perikanan tangkap untuk lebih mengoptimalkan usaha perikanan di Kabupaten Banyuwangi Mengingat daerah penangkapan ikan di selat Bali yang sudah over fishing maka di prioritaskan untuk arahan pengembangan perikanan tangkap ke samudera Indonesia. Daerah rencana pengembangan meliputi: 1. Pengembangan PPI Pancer 2. Pengembangan TPI Grajagan Pengembangan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi memerlukan pengembangan sarana dan prasarana, antara lain untuk tempat pendaratan ikan berupa pelabuhan perikanan. Adapun pengembangan pelabuhan perikanan merupakan bagian dari upaya peningkatan produksi hasil tangkapan pemanfaatan perikanan tangkap, yakni sebagai sentralisasi berbagai usaha perikanan di Kabupaten Banyuwangi dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian potensi ikan. Untuk mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan oleh seluruh pengguna pelabuhan perikanan, sehingga kecenderungan perilaku yang mereka kerjakan dapat terpenuhi kebutuhan ruangnya. pengguna pelabuhan perikanan antara lain: 1) Nelayan Kegiatan nelayan ini dibedakan menjadi kegiatan nelayan pada waktu datang dan kegiatan nelayan pada waktu berangkat. Masingmasing kegiatan akan membutuhkan ruang kegiatan tersendiri. Nelayan Datang Kegiatan sehari-hari nelayan baik itu nelayan jukung, pakisan, payang maupun sekoci, meliputi penambatan perahu bongkar

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ikan menjual ikan menambatkan perahu dan membersihkan perahu. Kegiatan memindahkan perahu sampai membersihkan dilakukan oleh penguras. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, maka diperlukan dermaga pendaratan, tempat penjualan ikan dan tempat penambatan perahu. Untuk tempat penambatan perahu diperlukan dermaga tambat yang cukup luas. Nelayan Berangkat (Melaut) Kegiatan nelayan pada waktu akan melaut dimulai dari mengambil perahu dari tempat penambatan dan membawanya ke dermaga menyiapkan keberangkatan yang meliputi kegiatan memindahkan perahu ke dermaga dan memasukkan perbekalan ke perahu. Perbekalan yang dimaksud adalah perbekalan untuk para nelayan yang akan melaut berupa makanan dan minuman, serta perbekalan untuk kegiatan penangkapan ikan seperti: alat tangkap (jaring dan sebagainya), solar, es. Kegiatan memindahkan perahu dari tempat penambatan perahu ke dermaga dilakukan oleh penguras, sedangkan untuk mengangkut dan menyediakan perbekalan ini dilakukan oleh pengisi. Fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan tersebut yaitu dermaga pemberangkatan, gudang es, tangki BBM, tangki air, toko, warung. Nelayan Pemilik Perahu (Juragan Darat) Nelayan pemilik perahu (juragan darat) pada dasarnya di pelabuhan hanya melakukan kegiatan pengecekan terhadap kapal dan melakukan penjualan ikan. Kegiatan yang dilakukan yaitu pada saat pembongkaran ikan di dermaga dan di TPI untuk melakukan penjualan/ pelelangan ikan. Nelayan Pengolah Ikan Kegiatan pengolahan ikan yang skala kegiatannya agak besar di Kabupaten Sumenep saat ini adalah pengasinan, pemindangan. Sedangkan kegiatan pengolahan ikan lainnya yaitu pembuatan petis. Terkait dengan pengembangan pelabuhan perikanan di Kabupaten Banyuwangi, maka kegiatan pengolahan ikan yang dapat dilakukan akan lebih banyak, yaitu meliputi pengepakan ikan segar beku, ikan segar kemasan, pemindangan, pengasapan ikan, pengolahan ikan kemasan siap saji, pengolahan abon ikan, kerupuk ikan dan produk olahan lainnya dengan skala kegiatan home industry. Kegiatan nelayan pengolah ikan di pelabuhan yaitu untuk membeli ikan yang merupakan bahan baku produksi. Untuk melakukan kegiatan ini, diperlukan adanya ruang pengolahan yang cukup luas agar seluruh kegiatan tersebut dapat dilakukan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

2) Pembeli Ikan Pembeli ikan merupakan orang-orang yang membeli ikan segar untuk dijual lagi ke pasar atau tempat pengolahan ikan di daerah lain. Fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kegiatan para pembeli ikan ini adalah tempat parkir, toko, warung.

4.2.2. Pengembangan Pengolahan Perikanan Sejalan dengan pengembangan perikanan tangkap maka untuk menampung hasil tangkapan yang melimpah agar dapat dimanfaatkan tanpa ada yang terbuang maka diperlukan adanya pengembangan di bidang pengolahan ikan. Sentra pengolahan ikan diharapkan berada pada daerah yang memang mendominasi dalam perolehan hasil laut. Di Kabupaten Banyuwangi terdapat satu kecamatan yang berpotensi dikembangkan sebagai daerah sentra pengolahan ikan yaitu Kecamtan Pesanggaran, sehingga membutuhkan keberadaan fasilitas pengolahan ikan.

Tempat Pengolahan Ikan Terkait dengan adanya pengembangan kegiatan perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi, maka salah satu fasilitas penunjang yang diperlukan adalah ketersediaan tempat pengolahan ikan. Dengan pengembangan pelabuhan di Kabupaten Banyuwangi ini, maka produksi ikan akan meningkat pula. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, kegiatan pengolahan ikan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Banyuwangi adalah: 1. Ikan segar utuh beku, 2. Ikan segar kemasan (fillet, tempura, sashimi dsb.), 3. Pemindangan, 4. Pengasapan, 5. Pengolahan ikan kemasan siap saji, 6. Tepung dan minyak ikan, 7. Pembuatan abon ikan, 8. Pembuatan petis, 9. Produk olahan fermentasi. Berdasarkan karakter kegiatannya, kebutuhan ruang untuk tiap kegiatan pengolahan ikan tersebut meliputi ruang untuk kegiatan: 1. 2. 3. 4. 5. Tempat Tempat Tempat Tempat Tempat pengolahan pengolahan pengolahan pengolahan pengolahan ikan segar utuh beku (Coldstorage): ikan segar fillet: ikan kemasan siap saji: tepung dan minyak ikan: pemindangan:

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

6. 7. 8. 9.

Tempat pengolahan pengasapan: Pengeringan sirip hiu dan daging asin hiu: Tempat pembuatan abon ikan: Tempat pembuatan kerupuk ikan:

4.2.3. Pengembangan Perikanan Budidaya di Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa ada sekitar 11 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah pesisir yang mempunyai potensi dalam bidang perikanan dan kelautan termasuk didalamnya adalah dalam budidaya organisme perairan. Jenis komoditas perikanan yang berpotensi untuk dibudidayakan di wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi adalah rumput laut, ikan dan udang di tambak. Beberapa kecamatan yang diarahkan untuk menjadi lokasi budidaya rumput laut yaitu di perairan teluk Rajekwesi, Wongsorejo desa Bangsring, Bengkak Alas Buluh, Sumberkencono; Kecamatan Muncar: desa Kedungrejo dan Tambekrejo; Kecamatan Pesanggaran desa Sarongan, Pancer. Sementara untuk kegiatan budidaya ikan dilakukan di karamba jaring apung (KJA), kegiatan budidaya terletak di perairan Teluk Pangpang, Teluk Grajagan, Teluk Pancamaya, Teluk Rajekwesi, perairan kecamatan Kalipuro amengingat perairan di kawasan tersebut merupakan perairan yang terlindung dengan kualitas air yang menunjang bagi dilakukannya budidaya rumput laut. 4.2.4. Pengembangan Pariwisata di Pesisir Kabupaten Banyuwangi Kegiatan wisata di kawasan pesisir Kabupaten Banyuwangi merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kegiatan perikanan yang ada di kawasan perencanaan. Sebagai kegiatan penunjang, maka pengembangan kegiatan wisata ini tidak dapat dilakukan secara optimal meskipun potensi yang ada sangat menunjang, karena pertimbangan keterbatasan lahan untuk pengembangan kegiatan serta untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan. Dengan dasar pertimbangan tersebut dan sesuai potensi yang ada, maka pengembangan wisata yang dapat dilakukan adalah: a. Wisata pantai pancer dan pulau merah b. Wisata kawasan wongsorejo c. Wisata perairan pulau tabuhan d. Wisata pantai grajagan e. Wisata ekowisata mangrove segoroanaan Untuk mengetahui kebutuhan pengembangan di kawasan wisata ini, maka diperlukan adanya analisa terhadap aktifitas yang ada di kawasan wisata tersebut sesuai dengan potensi pengembangan atraksi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

wisatanya, ruangnya.

sehingga

dengan

demikian

dapat

diketahui

kebutuhan