tts perbaikan
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan Hak Azazi Manusia yang paling mendasar dan bersifat
universal dan di Indonesia, kesempatan untuk memperoleh pendidikan dijamin dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Berbicara pendidikan itu berarti berbicara kebutuhan yang
mendasar dari manusia yang dituntut sepanjang hayat Karena pada hakikatnya
pendidikan dapat menjawab semua tantangan yang ditimbulkan akibat perkembangan
teknologi yang pesat sesuai dengan kemajuan zaman. Sehingga tidaklah heran jika ada
pepatah tuntutlah ilmu sepanjang hayat.
Sejalan dengan itu dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan Nasional
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani,
cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab kepada bangsa dan negara.
Mengingat penjelasan diatas bahwasanya tujuan Pendidikan Nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik tentu berkaitan dengan pengembangan sumber
daya manusia. Maju atau mundurnya suatu bangsa tergantung dari kualitas sumber daya
manusia. Dari situ dapat kita lihat betapa pentingnya pendidikan. Sehingga tidaklah
meherankan berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam peningkatan mutu
pendidikan diantaranya pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan
sarana prasarana, dan termasuk juga disana pemberian beasiswa bagi siswa yang kurang
mampu.
Terkait dengan peningkatan kualitas guru sudah barang tentu hal ini berhubungan
dengan hasil belajar. Karena bagaimanapun juga, guru sebagai komponen pendidikan
memiliki peranan penting dalam ketercapaian hasil belajar dan sekaligus tujuan
pendidikan khususnya pendidikan sejarah. Sejarah dalam pengertian sederhana diartikan
sebagai bentuk pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu yang
berguna bagi kehidupan manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.disini
mengandung pengertian bahawa masalalu merupakan cerminan masa depan dengan
beranjak dari pangalaman masa lalu orang dapat lebih arif dan bijaksana dalam situasi
yang akan datang. Sejalan dengan itu, tercantum dalam BNSP (2006 : 1) ditegaskan
tujuan pendidikan sejarah di SMA sebagai berikut :
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendektan ilmiah dan metodologi keilmuan
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa
Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berprose hingga masa kini dan
masa akan datang
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam bebagai bidang kehidupan baik nasional maupun
internasional
Mengacu pada kalimat diatas umumnya tujuan pendidikan sejarah yang
dikemukakan adalah berkisar pada pengembangan tiga aspek kemampuan yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor (Widja 1989: 27). Hal ini terlihat melatih daya kritis
peseta didik untuk mampu menginterpretasikan fakta-fakta secara benar (Kognitif),
menumbuhkan kesadaran nasionalisme (afektif ), terampil dalam membaca peristiwa dari
masa ke masa, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Untuk itu, Guru sebagai
administrator kelas sudah bertindak mengarah kesitu dalam artian mewujudkan tujuan
pendidikan sejarah tersebut,
Jikalah dibuat keterkaitanya, antara kualitas guru dan hasil belajar berbanding
lurus artinya semakin baik kualitas guru maka semakin baik pulalah hasil belajar siswa
dan selanjutnya tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Sebagaimana Peters
menjelaskan proses dan hasil belajar siswa tergantung pada penguasaan materi oleh
guru dan juga keterampilan mengajarnya. Keterkaitan guru yang demikian dapat kita
lihat dalam proses pembelajaran dikelas. Segala kegiatan yang ada di dalam kelas
sepenuhnya tanggung jawab guru sehingga keberhasilan atau kegagalan kelas tersebut
ditentukan oleh peran guru pada umumnya. Keterbatasan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran sering menjadi salah satu kendala terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
Dalam karyanya soerwarso menjelaskan bahwa belajar sejarah berguna untuk
1.Mengembangkan wawasan peserta didik tentang kehidupan masyarakat dimasa yang
lampau, 2.Pembinaan kepribadian peserta didik, dan 3.Mendorong cara berpikir peserta
didik dalam rangka pengembangan kemampuan intelektualnya. Artinya sejarah
mengajarkan kepada peserta didik untuk berpikir kritis. Salah satu wujud dari berpikir
kritis yaitu siswa mampu menginterpretasikan fakta-fakta sehingga disana dapat
ditemukan konsep-konsep dan mampu menjelaskan hubungan Kausalitas dari materi
sejarah tersebut.
Hanya saja dilapangan kemampuan berpikir seperti itu belum terwujud. Hal ini
terlihat selama proses pembelajaran di kelas. Ketika guru menyampaikan materi kerajaan
Hindu-Budha dan bertanya sedikit sekali yang mampu menjawab terlebih pertanyaan
yang berkenaan dengan konsep seperti pada tahun 1334, Majapahit dibawah pimpinan
Gajah Mada mampu melebarkan kekuasaanya di Bali, kemudian Kalimantan, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka.
Adanya penambahan daerah kekuasaan seperti yang didkemukakan diatas disebut... ?.
Dari pertanyaan tersebut hanya kurang lebih 2 atau 3 orang yang mau mencoba untuk
menjawab meskipun jawabanya belum tepat. Artinya disana siswa belum mampu
Menginterpretasikan fakta-fakta tersebut sehingga apalah yag dinamakan penemuan
konsep jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan kekurang kreatifan guru dalam memilih
dan mengguanakan Strategi pembelajaran. Padahal sudah diketahui antara guru dan hasil
belajar meiliki keterkaitan.
Umumnya guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah padahal tidak
semua materi bahan ajar cocok disampaikan dengan menggunakan metode ceramah saja,
Selain dari pada itu metode ceramah tidak meletif siswa dalam berpikr terlebih berpikir
kritis hal ini dikarenkan siswa ’”mencawan’’ saja informasi dari guru tanpa berusaha
mempertanyakan dan menemukan sendiri. apabila seperti itu bisa terjadi salah persepsi
atau pemahaman sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai . Apabila
tujuan pembelajaran tidak tercapai atau bisa dibilang gagal maka yang disalahkan
pertama kali adalah pengajarnya. Maka dalam hal ini, pengajar harus pandai-pandai
memutar otak agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai
Mengatasi permasalahan diatas Menuntut penulis menawarkan sebuah Strategi
yang mampu melibatkan siswa untuk terampil dalam berpikir. Strategi ini
menempatkan siswa murni sebagai subyek pembelajaran. Proses menguasai sebuah
kompetensi terdiri atas rangkaian proses yang terdiri atas mendengar- melihat-
menanyakan-mendiskusikan- melakukan-dan mengajarkan (Silberman, 2001: 1).
Strategi tersebut adalah Teka -Teki silang (crossword puzzle).
Pada hakikatnya teka-teki silang merupakan sebuah permainan namun permainan
tersebut bersifat mendidik. Karena selain menyenangkan juga akan mengasah
kemampuan berpikir seseorang. Selain itu akan mempermudah siswa untuk mengingat
dan menginterpretasikan fakta-fakta yang terkandung dalam materi pembelajaran , Teka-
teki silang dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas terutama untuk menguatkan
pencatolan konsep ke dalam memori. Suyatno (2008). Dan materi sejarah materi yang
berkenaan dengan itu.
Penggunaan TTS dalam pembelajaran sejarah guru mencoba membangun
pemahaman siswa dari pengalamanya berdasarkan pengetahuan yang dimlikinya.
Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan
siswa mencoba menemukan dan mencari sehingga terjadi perpindahan dari mengamati
menjadi memahami, menemukan jawaban dengan berpikir kritis melalui keterampilan
belajarnya. Selain itu dari Strategi ini akan tergambar jelas keaktifan siswa sehingga
tidak terjadi proses transfer ilmu yang cenderung searah. Guru tidak lagi sebagai pusat
dalam pembelajaran akan tetapi siswa dilibatkan secara penuh guru hanya sebagai
fasilitator yakni membimbing dan mengarahkan terhadap apa yang dilakukan siswa
dalam menguasai kompetensi dan dan siswa dipersilakan mencapai kompetensi dengan
caranya sendiri.
Selain itu penggunaan Strategi TTS dapat diimplementasikan dalam sistem
kelompok kecil disertai diskusi sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan interaksi
belajar siswa, pemahaman lebih mendalam terhadap materi pelajaran, pemecahan
masalah, tanggung jawab individu terhadap proses pembelajaran, dan meningkatkan
hubungan interpersonal dan kerja sama siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian yang akan
dilaksanakan adalah PENGARUH PENERAPAN STRATEGI TEKA-TEKI
SILANG (CROSSWORD PUZZLE) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH
PADA SISWA KELAS X1 IPS SMA N I NAN SABARIS
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian dibatasi pada Pengaruh
Penerapan Strategi Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Terhadap Hasil Belajar
Sejarah Pada Siswa Kelas X1 IPS SMA N I Nan Sabaris
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Penerapan Strategi Teka-Teki Silang
Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menemukan Konsep pada materi Sejarah Siswa
Kelas XI SMA N I Nan Sabaris ?
D. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Strategi Teka-
Teki Silang Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menemukan Konsep pada materi
Sejarah Siswa Kelas XI SMA N I Nan Sabaris ?
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk bahan masukan bagi guru-guru dalam pemilihan Strategi yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam menginterprestasikan peristiwa
Sejarah
2. Bagi mahasiswa khususnya Mahasiswa Sejarah penambahan bahan bacaan dalam
menyusun penelitian yang terkait
3. Bagi siswa, sebagai usaha untuk meningkatkan nilai hasil belajar Sejarah
BAB 11
KERANGKA TEORI
A. DESKRIPSI KONSEP VARIABEL
1. Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar
Sebelum mengetahui Hasil belajar secara utuh terlebih dahulu dikemukakan
pengertian belajar. Belajar merupakan aktivitas yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Sementara hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah proses pembelajaran dilaksanakan adapun hasil yang dimaksud mengacu
pada pengertian belajar tersebut yaitu perubahan dalam pengetahuan keterampilan
dan sikap Ellizar Jalius (2009 : 5), Hasil belajar harus dapat dilihat dan juga di
ukur. Prestasi merupakan hasil yang dapat dilihat dan di ukur .Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai atau dilakukan dilaksanakan atau dikerjakan.
Sejalan dengan itu Nana Sudjana (2005 : 28) menjelaskan hasil belajar
mengacu pada perubahan dalam pengetahuan, pemahamanya, sikap dan tingkah
laku, keterampilanya, kecakapan dan kemampuanya, daya reaksinya, daya
penerimaanya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu
Dari keterangan diatas jika di pertegas lagi hasil belajar merupakan integritas
tiga kemampuan seperti yang dikemukakan oleh Bloom yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Dan jika di spesifikan lagi maka kemampuan kognitif berkenaan dengan
(Knowledge, understanding, aplication, analysis, synthesis, dan evaluation), Afektif
berkenaan dengan kemampuan (receiving, responding. Valuing, organisation,
characterization by a value complex) dan Psikomotor berkenaan dengan (perception,
set, mechanism, guide respons, complex overt respon, adaptation, origination).
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa. Hasil belajar adalah segala
bentuk perubahan yang di tumbulkan setelah proses pembelajaran. Dan dalam hal ini
penulis mencoba melihat hasil yang berkenaan dengan kogitif siswa.
b. Tujuan hasil belajar
Setelah diketahui hasil belajar langkah selanjutnya dalam pendidikan yaitu
adanya penilaian. Penilaian dalam hasil belajar berkenaan dengan penilaian tujuan
pembelajaran. Arikunto (2008 : 11) menjelaskan penilaian hasil belajar bertujuan
sebagai berikut
1. Penilaian berfungsi selektif maksudnya selektif dalam kenaikan kelas, kelulusan
sekolah, pemberian beasiswa, penerimaan siswa.
2. Penilaian berfungsi diagnotis maksudnya mencoba mengadakan diagnosa
terhadap kelemahan siswa serta penyelesaianya
3. Penilaian berfungsi penempatan maksudnya penilaian untuk bisa mengelompokan
siswa dalam belajar
4. Penilaian sebagai pengukur maksudnya untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu program
c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern
atau faktor yang berada dalam diri siswa dan faktor ekstern atau fakator yang berada
diluar diri siswa. Slameto (1993: 54) menjelaskan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar diantaranya
1. Faktor-faktor intern
a. Faktor jasmaniah
faktor kesehatan, hasil belajar akan tercapai jika seorang tidak terganggu
kesehatany
cacat tubuh, keadaan cacat tubuh juga memepengaruhi hasil belajar karna
dalam proses pembelajaran orang menfungsikan Indera secara optimal
b. Faktor psikologis, ini menyangkup pada tujuh aspek di antaranya Intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan,
c. Faktor kelelahan, kelelahan ini dapat dipisahkan menjadi dua yaitu kelelahan
jasmani berupa lunglainya tubuh, sementara kelelahan rohani berkenaan
dengan kebosanan kehilangan minat dalam mengerjakan sesuatu. Situasi
seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar karena tidak ada hasil belajar
yang diharapkan dari tubuh yang sudah lelah
2. Faktor-faktor ekstern
a. Faktor keluarga ini berkenaan dengan cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, latar belakang kebudayaan kesemua itu juga dapat mempengaruhi
hasil belajar
b. Faktor sekolah hal ini menyangkut dengan metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, tugas rumah,
c. Faktor masyarakat yang menyangkut mass media ten bergaul, bentuk
kehidupan bermasyarakat
d. Cara memperoleh hasil belajar
Hasil belajar dapat diperoleh dengan melakukan tes dan juga nono tes
1. Tes,
Tes adalah suatu cara untuk mengetahui penilaian dengan memberikan tugas
kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok.
Tes ini ada berupa tes objektif dan ada juga berupa essay
Tes objektif, tes ini terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan
memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah alternative yang
tersedia
Tes essay, tes ini berupa uraian-uraian yang relatif panjang
2. Non tes
Non tes yaitu penilaian yang bersifat ranah afektif yang dilakukan selama
proses belajar mengajar berlangsung. Ranah afektif berhubungan dengan
penilaian terhadap sikap dan minat siswa materi pelajaran dari prose
pembelajajaran
2. Hasil belajar sejarah
a. Pengertian hasil belajar sejarah
Sudah dikemukakan diatas hasil belajar merupakan segala bentuk perubahan
yang terjadi setelah adanya proses pembelajaran. Sementara hasil belajar sejarah
adalah perubahan prilaku setelah mengenal atau membaca peristiwa-peristiwa
sejarah. Peristiwa sejarah berupa sekumpulan fakta-fakta yang sudah terangkai..
Artinya untuk mendapatkan peristiwa sejarah secara utuh, terlebih dahulu
diadakan penginterpretasian fakta-fakta setelah itu mencoba menghusut
hubungan-hubungan intrinsiknya, dan akhirnya merangkaikan fakta-fakta tersebut
dan melukiskanya dalam suatu cerita yang utuh
b. Jenis hasil belajar sejarah
1. fakta sejarah
Fakta sejarah adalah gambaran atau deskripsi tentang suatu peristiwa yang
telah terjadi. Fakta sejarah dapat berupa orang, tempat, waktu, dan gejala-
gejala dalam konsep (ALwis Darwis, 1994: 1994)
Menurut Mestika zed, fakta yaiu sebagai pernyataan rumusan diskripsi
atau pengungkapkan mengenai sesuatu dalam kerangka berpikir tertentu yang
dapat dibuktikan ada atau tidaknya dalam ralitas selanjutnya. Selanjutnya
Ankersmith (1987: 101) menyatakan bahwa fakta merupakan bagian
kenyataan yang tidak dapat dikatkan benar atau tidak benar sedangkan dalam
Permendiknas no 41 tahun 2007 fakta yaitu segala hal yang terwujud
kenyataan dan kebenaran meliputi : nama-nama objek peristiwa sejarah,
lambang nama tempat, nama orang, nama bagian, atau komponen suatu benda,
dan sebagainya.
Dari pengertian fakta sejarah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-
ciri fakta adalah :
a). Benar-benar terjadi
b). Dapat dilihat
c). Dapat mengambarkan sebuah peristiwa sejarah
Menurut Sartono Kartidirjo fakta sejarah dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk:
a) Artifact (fakta yang berupa benda kongret)
b) Sosiofact (fakta yang berdimensi sosial)
c) Mentifact (fakta yang bersifat abstrak)
Adapun fungsi fakta dalam peristiwa sejarah Hariyono menjelaskan
sebagai berikut :
a). Sebagai Guide untuk membuktikan realitas masa lampau
b). Sebagai nyawa dalam peristiwa sejarah
c). Membentuk sutu pola pemikiran yang luas
2. Interpretasi fakta sejarah
Merujuk pada taksonomi Bloom interpretasi merupakan pengembangan
ranah kognitif artinya menyangkut pada aktivitas otak dan mental. Jika
ditelusuri lagi Interpretasi merupakan bagian kognitif pemahaman dengan
nomor klasifikasiny C2. Pemahaman ditandai dengan kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali arti yang dipelajari, menginterpretasikan
kemudian memprediksi pemahaman tidak sekedar suatu proses pengenalan
namun memiliki tingkat yang lebih tinggi dan memerlukan kemampuan
berpikir yang matang
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahama
terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung
didalamnya. Misal memahami kalimat bahasa Inggris kedalam bahasa
Indonesia, mengartika lambang negara dll. Kedua pemahaman penafsiran
misalnya memahami grafik, menhubungkan dua konsep yang berbeda,
membedakan yang pokok dan tidak pokok. Ketiga pemahaman ektrapolasi
yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis , tersirat dan tersurat,
meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan
Dari tiga bentuk pemahaman yang sudah dikemukakan diatas maka
pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman
penafsiran (Interpretasi). Dengan mencoba meramalkan atau menemukan
konsep-konsep yang tekandung dalam fakta-fakta sejarah.
3. Konsep
Menurut Rosser (1984) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
satu kelas objek-objek, kejadian-ejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-
hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sejalan dengan itu
Asep herry (2007: 20) mengatakan bahwa konsep serangkaian perangsang
yang mempunyai sifat yang sama. Suatu konsep dibentuk melalui pola unsur
bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian. Dengan demikian hakikat
konsep adalah Klasifikas dari pola yang bersamaaan.
Konep yang dimaksud dalam penelitian ini konsep yang didapat dari
serangkaian fakta-fakta sejarah. Untuk itu konsep perlu di definisikan dan
dipahami siswa agar memudahkan siswa dalam mengelompoka fakta-fakta
sesuai dengan konsep yang dipelajari
4. Prinsip
Menurut Asep (2007 : 21) prinsip berupa hal-hal utama, poko, dan
memiliki posisi terpenting, memiliki dalil , serta hubungan antar konsepnyang
menggambarkan impilikasi sebab akibat. Prinsip merupakan pola antar
hubungan fungsional diantara konsep. Dengan kata lain prinsip adalah suatu
kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu
petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu.
5. Teka-teki silang
a). Pengertian Teka-teki silang
. Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu
mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga
membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Petunjuknya biasanya berupa
pertanyaan yang dibagi dalam dua ketegoi mendatar dan menurun. Sejalan dengan
itu W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:1033)
menyebutkan bahwa.” teka-teki silang merupakan suatu tebakan dengan
menyebutkan nama huruf secara berturut-turut atau menyebutkan kata-kata yang
kemudian ditulis dengan huruf-huruf tadi
Dari situ dapat disimpulkan bahwa teka-teki silang atau yag dikenal dengan
sebutan TTS adalah suatu bentuk permainan olah kata denga menuliskan huruf
penyusun kata tersebut dalam kotak-kotak yang tersedia dengan posisi menurun atau
mendatar.dalam penelitian ini teka-teki silang digunakan sebagai strategi dalam
pembelajaran sejarah . Strategi teka-teki silang dalam pembelajaran sejarah ini
maksudnya adalah rangkaian kegitan yang digunakan dalam proses belajar mengajar
sejarah dengan memakai teka-teki silang dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa
b). Jenis teka-teki silang
1. Teka-teki silang sebagai permainan
Teka-teki silang dikenal sebagai permainan ini untuk hiburan dan mengasah
kemampuan otak peraminan ini menjangkau semua usia. TTS dapat kita
kategorikan sebagai stimulan yang berfungsi mengelola stress dan
menghubungkan saraf-saraf otak yang terlelap. Sifat “fun” tapi tetap “learning”
dari TTS memberikan efek menyegarkan ingatan, sehingga fungsi kerja otak
kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai.
Kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat,
sehingga daya ingat pun menigkat. Wajar jika TTS dikatakan sebagai media
rekreasi otak karena selain mengasah kemampuan kognitif, meningkatkan daya
ingat, memperkaya pengetahuan, juga menyenangkan kita. Bermain sambil
belajar istilahnya.
2. Teka-teki silang sebagai strategi pembelajaran
Hakikatnya teka-teki silang merupakan sebuah permainan mengasah otak,
permainan yang melatih kemampuan berpikir seseorang. Teka teki silang sebagai
strategi pembelajaran dimaksudkan serangkaian kegiatan yang dilakukan guru
untuk mencapai hasil belajar dengan menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep
dalam mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf
sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk.
c. Karekteristik teka-teki silang
1. pertanyaan
pertanyaan dalam teka-teki silang terdiri dari pertanyaan mendatar dan
menurun. Pertanyaan tersebut disusun sesuai dengan taraf berpikir siswa dan
kebutuhan belajar siswa. Dalam penelitian ini kemampuan yang diuji dalam teka-
teki silang adalah kemampuan kognitif siswa.
2. Kolom-kolom huruf
dalam teka-teki silang terdapat kolom-kolom . Kolom-kolom tersebut
merupaka tempat untuk menempatkan huruf-huruf yang akan membentuk suatu
kata tertentu
3. Kunci jawaban
Kunci jawaban dalam teka-teki silang dimaksudkan sebagai pedoman dalam
pengoreksian. Setelah dilakukan teka-teki slang guru hendaknya melakukan
pencocoka jawaban diakhir pelajaran dan memberitahukan jawaban-jawaban yang
benar kepada siswa
B. TEORI BELAJAR JEROME BRUNER
Salah atau model Intruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model
Jerome Brune yang dikenal dengan belajar penemuan. Brune menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan beberapa
kebaikan pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu
yang relativ lama, Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang
lebih baik daripada hasil belajar lainya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara
khusus belajar penemuan melatif keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri. Dalam hal ini teki silang
memiliki langkah-langkah sesuai dengan gagasan Brune tersebut.
Pembelajaran sejarah dengan menggunakan teka-teki silang akan melatih
kemandirian siswa . Karena siswa di tuntut untuk belajar atau mencari berbegai
pengetahuan siswa akan terpacu untuk mencari berbagai sumber-sumber belajar
sejarah sebagai referensi dalam mengerjakan teka-teki silang. Dari situ dapatlah
penulis beranggapan belajar penemuan sesuai dengan prinsip atau langkah –langkah
dari teki-teki silang
C. KERANGKA BERPIKiR
Berdasarkan teori belajar Brune, Brune beranggapan bahwa belajar sebuah
proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung bersamaan. Ketiga
proses itu adalah memperoleh informasi baru, Tranformasi pengetahuan, dan menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar
penemuan mengbangkitkan keingintahuan siswa , memberi motivasi untuk bekerja
terus sampai menemukan jawaban-jawaban
Informasi dalam pembelajaran sejarah adalah kejadian atau peristiwa masa
lampau . Materi sejarah terdiri atas fakta, konsep dan juga prinsip. Fakta merupakan
hal yang sangat penting dalam sejarah karena merupakan petunjuk dalam
membuktikan realitas masalampau, Sementara konsep harus juga dipahamI. Konsep
diperoleh setelah adanya penginterpretasian fakta-fakta sejarah.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berhubungan dengan konsep
salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi Teka-teki silang. Karena
strategi ini melatih siswa untuk berpikir dan mempermudah siswa mengingat dan
menemukan konsep konsep di dalam materi pemebelajaran sejarah
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipoteis adlah jawaban sementara dari peneliti terhadap pertanyaan peneliti
sendiri . Berdasarkan kerangka berpikir maka hipoteis dalam penelitian ini adalah :
Hi : Terdapat penegaruh penerapan Strategi teka-teki silang terhadap hasil belajar
siswa
Ho : Tidak terdapat penegaruh penerapan strategi teka-teki silang terhadap hasil
belajar siswa