tuberculosis paru

30
LAPORAN KASUS Identitas Pasien Nama : Ny. M TTL : Jakarta, 22 Juni 1994 Umur : 18 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Kp. Baru RT 003/009 Cakung, Jakarta Timur Tanggal Masuk : 22 Mei 2012 No. Rekam Medik : 162915 Anamnesis Keluhan Utama Sulit menelan sejak 2 hari SMRS Keluhan Tambahan Mual, muntah, nafsu makan menurun, demam, batuk, berat badan menurun, benjolan di leher kanan dan kiri, BAB cair Riwayat Penyakit Sekarang Os datang dengan keluhan sulit menelan sejak 2 hari SMRS, sulit menelan disertai dengan nyeri menelan terutama saat makan. os juga mengeluh mual dan muntah, muntah dialami sebanyak 4x sehari sejak 3 hari SMRS dan os tidak nafsu makan. Ibu os mengatakan os sering mengeluh demam yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu, kadang hingga mengigil, os juga mengalami batuk yang dialami bersamaan dengan demam, batuk berdahak & dahak sulit dikeluarkan, dahak berwarna kehijauan, tidak ada darah, kadang batuk disertai dengan sesak & terdengar suara agak serak. 1

Upload: yusrani-rahmaulidya

Post on 07-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSIdentitas Pasien Nama: Ny. M TTL: Jakarta, 22 Juni 1994 Umur: 18 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Alamat: Jl. Kp. Baru RT 003/009 Cakung, Jakarta Timur Tanggal Masuk: 22 Mei 2012 No. Rekam Medik: 162915Anamnesis Keluhan UtamaSulit menelan sejak 2 hari SMRS Keluhan TambahanMual, muntah, nafsu makan menurun, demam, batuk, berat badan menurun, benjolan di leher kanan dan kiri, BAB cair Riwayat Penyakit SekarangOs datang dengan keluhan sulit menelan sejak 2 hari SMRS, sulit menelan disertai dengan nyeri menelan terutama saat makan. os juga mengeluh mual dan muntah, muntah dialami sebanyak 4x sehari sejak 3 hari SMRS dan os tidak nafsu makan.Ibu os mengatakan os sering mengeluh demam yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu, kadang hingga mengigil, os juga mengalami batuk yang dialami bersamaan dengan demam, batuk berdahak & dahak sulit dikeluarkan, dahak berwarna kehijauan, tidak ada darah, kadang batuk disertai dengan sesak & terdengar suara agak serak.Terdapat benjolan di leher sebelah kanan & kiri, benjolan di leher kanan timbul 7 bln yll, sedangkan di leher kiri timbul 2 bln yll. Benjolan sebesar 1 ruas ibu jari pasien. Os juga mengalami BAB cair sejak 1 hari SMRS, BAB 4x sehari, warna kuning kecokelatan, tidak ada lendir dan darah. Ibu os juga mengatakan os mengalami penurunan berat badan sebanyak 10kg dalam 2 bulan Riwayat Penyakit DahuluHipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal. Riwayat Penyakit KeluargaHipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal. Riwayat PengobatanMembeli obat dari warung, keluhan membaik setelah minum obat namun keluhan dirasakan kembali Riwayat AlergiAlergi obat disangkal, alergi makanan disangkal, alergi cuaca disangkal Riwayat PsikologiIbu os mengatakan os dahulu sering mengkonsumsi alkohol & berhenti sejak 1 th yll, merokok 1 bungkus/hari, pernah memakai narkoba 2 th yll, namun ibu os tidak tau narkoba apa yg digunakan osPemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Kompos mentis Status Gizi: BB sebelum sakit: 45 kg BB setelah sakit: 36 kg Tinggi badan: 150 cm Kesimpulan: 16 status gizi : under weight Tanda Vital Tekanan Darah: 130/80 mmHg Nadi: 94 x/menit Suhu: 37,7 oC Pernapasan: 22 x/menit Status Generalis Kepala: Normocephal, rambut tidak rontok, distribusi merata Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokhor, refleks cahaya (+) Hidung: Deviasi septum (-),sekret (-), epistaksis (-). Mulut: Bibir pucat (+), bibir kering (+), lidah kotor (+), faringhiperemis (+) Telinga: Normotia, serumen (-) Leher: Pembesaran tiroid (-)Pembesaran KGB submandibula Dextra :Sinistra Ukuran : diameter 2 cmUkuran : diameter 2 cmPermukaan : ratapermukaan : rataKonsistensi : kenyalkonsistensi : kenyal Mobile (+)Mobile (+)Nyeri tekan (-)nyeri tekan (-) ToraksParu Inspeksi: Bentuk & gerak dada simetris, retraksi otot pernapasan (-) Palpasi: Vokal fremitus sama kanan dan kiri Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi: Vesikuler, ronki (+/+), wheezing (-/-)Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis teraba, ICS 5 midclavicularis dextra Perkusi: Batas kanan jantung linea sternalis dextra Batas kiri jantung ICS 5 linea midclavikularis sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, Murmur (-), Gallop (-). Abdomen Inspeksi: Perut datar, Auskutasi: Bising usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-),splenomegali (-) Perkusi: Timpani pada 4 kuadran abdomen Ekstremitas Atas: Dingin, edema (-), CRT < 2 detik, palmar eritem (-) Bawah: Dingin, edema (-), CRT 1 bulan dan tidak meneruskan pengobatan sampai selesai.d. Kasus Gagal Therapi Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir pengobatan.e. Kasus Kronik Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.f. Kasus Bekas TB Pasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah sembuh.Pengobatan1. Streptomicin :Sifat : bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman tuberkulosa. Dalam batas minimal 0.4 mikrogram/ml dapat menghambat pertumbuhan kuman. Batas maksimal pemakaian streptomicin 10 mikrogram/ml. Dalam sediaan injeksi dengan batas usia 65 tahun.Jika fungsi ginjal terganggu ototoksisitas lebih sering terjadi.Efek samping : Reaksi anafilaktik, agranulositosis, anemia aplastik, demam obat.Sediaan : vial 1 gr dan 5 grDosis : 20 mg/kgBB2. Isoniazid :Mekanisme : efek pada lemak, biosintesis asam nukleat dan glikoloisis. Menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.Sediaan : 50, 100, 300, 400 mgDosis : 5 mg/kgBB, max 300 mg/hari 3. Rifampicin :Sifat : menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram positif dan gram negatif.Mekanisme : aktif terhadap sel yang sedang tumbuh menghambat DNA dependent RNA polymerase lain dengan menekan mula terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.Dosis : BB < 50kg 450 mg4. Etambutol :Mekanisme : menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati.Dosis : 20 mg/kgBB

PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS a. Kehamilan Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB. b. Ibu menyusui dan bayinya Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.c. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDSTatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip pengobatan pasien TB-HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV (antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus memperhatikan Prinsip-prinsip Universal Precaution (Kewaspadaan Keamanan Universal) Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).

d. Pleuritis TuberkulosaPermulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke aras saluran getah bening yang menuju saluran pleura. Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosa (rimfampisin, INH, pirazinamid, etambutol, streptomisin) memakan waktu 6 12 bulan. Dan cara pemberian obat obat sama seperti pengobatan tuberkulosa paru,pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat diserab kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi sempurna, tapi kadan-kadang dapat di berikan kortikosteroid secara sistemik. (prednisone 1 mg/kg bb selama 2 minggu kemudian dosis di turunkan secara perlahan)KomplikasiPenyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Pancets arthropathy Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

DAFTAR PUSTAKAAlsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2006.Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011.Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.

9