tuberkulosis

16
TUBERKULOSIS PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Penyakit ini primer menyerang saluran pernafasan, namun pada keadaan tertentu dapat menyebar per kontinuatum, limfogen, maupun hematogen ke organ lain. EPIDEMIOLOGI Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang paling mematikan. Pada tahun 2013 World Health Organization memperkirakan bahwa 9 juta penduduk dunia terinfeksi TB dan 1.5 juta diantaranya meninggal diakibatkan penyakit TB. Lebih dari setengah dari penduduk yang terinfeksi (56%) berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun adalah 6-10% dari total kasus TB,dimana 70-80% merupakan TB pulmonal sedangkan sisanya TB ekstrapulmonal. FAKTOR RISIKO a. Faktor Risiko Infeksi TB Faktor risiko trejadinya infeksi TB pada anak antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TN aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena kuman TB sangat jarang ditemukan pada sekret endobronkial pasien anak. Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan hal tersebut : 1. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas anak masih lemah maka dengan yang jumlah sedikit juga sudah bisa menyebabkan penyakit 2. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit tB primer biasanya terdapat di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi produksi sputum

Upload: gaatgaat

Post on 23-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TB ANAK

TRANSCRIPT

TUBERKULOSIS

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Penyakit

ini primer menyerang saluran pernafasan, namun pada keadaan tertentu dapat menyebar per

kontinuatum, limfogen, maupun hematogen ke organ lain.

EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang paling mematikan. Pada tahun 2013

World Health Organization memperkirakan bahwa 9 juta penduduk dunia terinfeksi TB dan 1.5 juta

diantaranya meninggal diakibatkan penyakit TB. Lebih dari setengah dari penduduk yang terinfeksi (56%)

berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan

jumlah kasus TB anak per tahun adalah 6-10% dari total kasus TB,dimana 70-80% merupakan TB

pulmonal sedangkan sisanya TB ekstrapulmonal.

FAKTOR RISIKO

a. Faktor Risiko Infeksi TB

Faktor risiko trejadinya infeksi TB pada anak antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa

dengan TN aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene

dan sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.

Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini

disebabkan karena kuman TB sangat jarang ditemukan pada sekret endobronkial pasien anak. Ada

beberapa hal yang dapat menjelaskan hal tersebut :

1. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas anak masih

lemah maka dengan yang jumlah sedikit juga sudah bisa menyebabkan penyakit

2. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit tB primer biasanya terdapat di

daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi produksi sputum

3. Tidak adanya produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerah parenkim

menyebabkan jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak.

b. Faktor Risiko sakit TB

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB :

1. Usia. Anak berusia <5 tahun mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami progresi infeksi menjadi

sakit TB karena imunitasnya belum berkembang sempurna. Pada bayi yang terinfeksi TB 43% nya

akan menjadi sakit TB, pada anak usia 1-5 tahun yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja

15%, dan pada dewasa 5-10%. Anak berusia < 5tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami Tb

disseminata. Risiko tertinggi terjadinya progresivitas dari infeksi menjadi sakit TB adalah selama 1

tahun pertama setelah infeksi.

2. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam

1 tahun terakhir.

3. Malnutrisi

4. Keadaan imunokompromais

ETIOLOGI

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis complex yang terdiri atas:

M. tuberculosis (tipe humanus), M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canetti. Patogen paling sering

adalah M. tuberculosis (tipe humanus). Bakteri ini merupakan basil berukuran panjang 2-4 μm, tidak

menghasilkan spora, non motil, pleomorfik, obligat aerob. Termasuk golongan bakteri tahan asam yang akan

mempertahankan pewarnaan setelah dilakukan diskolorisasi dengan menggunakan alkohol asam. Dinding sel

yang kaya akan lemak berperan dalam menghambat efek bakterisidal antibodi dan sistem komplemen.

Tumbuh dengan menggunakan agar Lowenstein Jensen, tumbuh lambat sekitar 3-6 minggu dan 4 minggu

tambahan untuk tes kerentanan antibiotik.

PATOGENESIS

Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil,

kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barier mukosa basil TB akan mencapai alveolus.

Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik,

sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya

dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan

memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak

dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.

Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).

Melalui saluran limfe kuman akan menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang

mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran

limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di bawah atau

tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler, sedangkan jika fokus primer terletak

di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelnjar para trakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan

limfadenitis dinamakan kompleks primer.

Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek primer secara lengkap)

bervariasi antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya komplek primer inilah, infeksi TB primer terjadi. Hal

tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yaitu timbulnya respon positif

terhadap uji tuberkulin.

Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru dapat mengalami salah satu hal

sebagai berikut, mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah

mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan

enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB

dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

Komplek primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar

limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika

terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga

meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran

normal saat awal infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus dapat

terganggu yaitu obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal yang akan menimbulkan hiperinflasi di

segmen distal paru. Dapat juga terjadi obstruksi total yang menyebabkan atelektasis.

Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi penyebaran secara

hematogen dan limfogen. Pada penyebaran limfogen kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk

komplek primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk kedalam sirkulasi darah dan

menyebar ke seluruh tubuh dan disebut penyakit sistemik. Penyebaran hematogen sering tersamar (occult

hematogenic spread) sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai

organ di seluruh tubuh dan biasanya yang dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik terutama

apek paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni

kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya, kuman tetap hidup dalam

bentuk dorman dan bisa terjadi reaktivasi jika daya tahan tubuh pejamu turun.

*Catatan :

1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic spread). Kuman TB

kemudian membuat fokus koloni di berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi

mengalami reaktivasi di kemudian hari.

2. Kompleks primer terdiri dari (1) fokus primer, (2) limfangitis, (3) limfadenitis regional

3. Tb primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran hematogen, terbentuknya kompleks

primer dan imunitas seluler spesifik, hingga pasien mengalami infeksi TB

4. Sakit TB pada keadaan ini disebut pasca primer karena mekanismenya bisa melalui reaktivasi fokus lama TB

(endogen) atau reinfeksi oleh kuman TB (eksogen)

Inhalasi Mycobacterium tuberculosis

Fagositosis oleh makrofag alveolus paru

Kuman hidup

Berkembang biak

Pembentukan fokus primerPenyebaran limfogen

Penyebaran hematogen *1)

Kompleks primer *2)

Terbentuk imunitas seluler spesifik

Sakit TB Infeksi TB

Komplikasi kompleks primerKomplikasi penyebaran hematogen

Komplikasi penyebaran limfogen

Imunitas optimal

Meninggal

Sembuh

Imunitas turun,Reaktivasi/terinfeksi

Sakit TB *4)

Uji tuberkulin (+)

Kuman mati

TB P

RIM

ER *

3)

PERJALANAN ALAMIAH

Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola yang konstan, sehingga dari studi wallgreen

disusun menjadi kalender perjalanan penyakit TB primer.

Proses infeksi TB tidak langsung memberikan gejala.Uji tuberkulin biasnaya positif dalam 4-8 minggu

setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada awal terjadinya infeksi TB, dapat dijumpai demam yang tidak

terlalu tinggi dan eritema nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi.

Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini.

Tuberkulosis miler dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung dalam 3-6 bulan pertama setelah

terinfeksi TB, begitu juga dengan meningitis TB. Tuberkulosis pleura terjadi dalam 3-6 bulan pertama setelah

terinfeksi TB. Tuberkulosis skeletal terjadi pada tahun pertama meskpiun dapat terjadi pada tahun kedua atau

ketiga. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama, yaitu 5-25 tahun setelah infeksi primer.

DIAGNOSIS

a. Manifestasi Klinis

Manifestasi sistemik

Manifestasi sistemik merupakan gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena da[at

disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain.Sesuai dengan sifat bakteri TB yang

lambat membelah,manifestasi TB umumnya berlangsung bertahap dan perlahan, kecuali pada

TB disseminata yang berlangsung cepat dan progresif. Gejala umum pada TB anak biasanya

dijumpai :

1. Demam lama (2minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam

tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain) yang dapat disertai dengan keringat

malam. Demam umumnya tidak tinggi

2. Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan

3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan

penanganan gizi yang adekuat.

4. Lesu atau malaise

5. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare

Manifestasi spesifik lokal/organ

1. Kelenjar limfe

Pembesaran kelenjar limfe merupakan manifestasi TB yang sering dijumpai. Kelenjar yang

sering terkena adalah kelenjar limfe colli anterior atau posterior, tetapi juga dpat terjadi

di aksilla, inguinal, submandibula, dan supraklavikula. Secara klinis, karateristik kelenjar

yang dijumpai biasanya multipel, unilateral,tidak nyeri tekan, tidak hangat pada

perabaan, mudah digerakkan, dan dapat saling melekat satu sama lain.

2. Tuberkulosis otak dan saraf

c. Meningitis TB

d. Tuberkuloma otak

3. Tuberkulosis sistem skeletal

- Tulang punggung (spondilitis) : gibbus

- Tulang panggul (coccytis) : pincang

- Tulang lutut (gonitis) : pincang dan/atau bengkak

- Tulang kaki dan tangan

4. Tuberkulosis kulit : skrofuloderma

5. Tuberkulosis mata

6. Tuberkulosis lainnya

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji Tuberkulin

Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat. Jika

disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB (telah ada kompleks primer

dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas selular terhadap TB), maka akan terjadi reaksi berupa

indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan

terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan. Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak

dapat menentukan tingkat aktivitas dan beratnya proses penyakit.

Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-232TU atau PPD S 5TU,

secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48—72 jam setelah penyuntikan.

Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa

dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter

transversal indurasi diukur dengan alat pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan dalani milimeter.

Jika tidak timbul indurasi sama sekali, hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm, jangan hanya dilaporkan sebagai

negative. Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif tanpa

menghiraukan penyebabnya.

Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10—15 mm dinyatakan uji tuberkulin

positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCGnya.

Akan tetapi, bila ukuran indurasi >15 mm, hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB alamiah. Pada

keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun (imunokompromais), maka cut off-point hasil positif

yang digunakan adalah ≥5 mm. Keadaan imunokompromais dapat ditemui pada pasien dengan gizi buruk,

infeksi HIV, keganasan, morbilli, pertusis, varisela, atau pasien yang mendapat imunosupresan jangka

panjang (2 minggu). Pada anak yang mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif disertai BTA

positif juga digunakan batas 5 mm.

Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut:

1. Infeksi TB alamiah

a. infeksi TB tanpa sakit TB (infeksi TB laten)

b. infeksi TB dan sakit TB

c. TB yang telah sembuh.

2. lmunisasi BCG (infeksi TB buatan).

3. Infeksi mikobakterium atipik.

Uji tuberkulin negatif dapat dijumpai pada tiga keadaan berikut:

1. Tidak ada infeksi TB.

2. Dalam masa inkubasi infeksi TB.

3. Anergi (keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai keadaan, sehingga tubuh tidak memberikan

reaksi terhadap tuberkulin walaupun sebenarnya telah terinfeksi TB)

Klasifikasi Individu Berdasarkan Status TuberkulosisnyaKelas Pajanan

(kontak dengan pasien TB aktif)

Infeksi(Uji tuberkulin

positif)

Sakit(Uji tuberkulin,

klinis, dan penunjang positif)

Terapi

0 - - - -1 + - - Prophylaxis Primer2 + + - Prophylaxis sekunder3 + + + Terapi

2. Uji Interferon

3. Serologis

4. Mikrobiologis

5. Radiologis

Gambaran foto toraks pada TB tidak khas; kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada

penyakit lain. Sebaliknya, foto toraks yang normal (tidak terdetek secara radiologis) tidak dapat

menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain mendukung. Dengan demikian

pemeriksaan foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran milier.

Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah :

- Pembesaran kelenjar hilus dengan/tanpa infiltrate

- Konsolidasi segmental/lobar

- Milier

- Kalsifikasi dengan infiltrate

- Atelektasis

- Kavitas

- Efusi pleura

- Tuberkuloma

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Parameter 0 1 2 3Kontak TB Tidak

jelas- Laporan

keluarga, BTA (-), tidak

tahu/tidak jelas

BTA (+)

Uji tuberkulin Negatif - - Positif (≥10 mm, atau ≥5 mm

pada keadaan imunosupresi)

Berat badan/keadaan gizi - BB/TB <90% atau BB/U

<80%

Klinis gizi buruk BB/TB <70% atau BB/U < 60%

-

Demam tanpa sebab yang jelas

- ≥2 minggu - -

Batuk - ≥3 minggu - -Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal

- ≥1 cm, jumlah >1, tidak nyeri

- -

Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang

- Ada pembengkakan

- -

Foto rontgen toraks Normal/Tidak jelas

Kesan TB - -

Catatan:

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter

Jika dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma langsung didiagnosis TB

Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname)

Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku

Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak

Gambaran sugestif TB, berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa

infiltrat;konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrat; atelektasis; tuberkuloma.

Semua anak dengan reaksi cepat BCG (<7 hari) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak

Didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/ sementara,

nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dikerjakan.

TATALAKSANA TB

Prinsip Penatalaksanaan pasien TB

- Obat anti TB tidak boleh diberikan secara monotherapi, obat anti TB merupakan kombinasi dari

berbagai jenis obat

- Lama pengobatan 6-12 bulan

- Fase intensif minimal 3 macam obat (RHZ) selama 2 bulan

- Fase lanjutan minimal 2 macam obat (RH) selama 4-10 bulan.

- Obat diberikan setiap hari (bukan 2-3 kali seminggu)

- Keteraturan berobat sangat penting

- Perhatikan aspek lain meliputi perbaikan gizi dan mengobati penyakit lain

Obat TB yang digunakan

Nama obat Dosis harian (mg/kgBB/hari)

Dosis maksimal (mg/hari)

Efek samping

Isoniazid 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitasRifampisin** 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,

trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan.

Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinalEtambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata berkurang,

buta warna merah hijau, hipersensitivitas, gastriintestinal

Streptomisin 15-40 1000 Ototoksisk, nefrotoksik*Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin dosisnya tidak boleh melebihi 10mg/kgbb/hai

**Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisinRifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan)

Prinsip pengobatan TB dilakukan dengan multidrugs dan bukan monoterapi, hal itu disebabkan karena masing-

masing obat TB memiliki karakter yang berbeda, mencegah terjadinya resistensi, dan mencegah terjadinya

rise-and-fall phenomenon

Panduan Obat TB

Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif ( 2 bulan) dan sisanya sebagai fase

lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase intensif ( 2 bulan pertama) dan

dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraselular dan

ekstraselular.

Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari. Saat

ini panduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB pada anak adalah panduan rifampisin, isoniazid,

dan pirazinamid. Pada fase intensif diberikan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid,sedangkan pada fase

lanjutan hanya diberikan rifampisin dan isoniazid.

Pada kasus TB berat baik TB pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti Tb milier, meningitis TB dan

lain-lain, pada fase intensif diberikan minimal 4 macam obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan

ethambutol atau streptomycin) kemudian diberikan 2 macam obat rifampisin dan isoniazid pada fase lanjutan

selama 10 bulan. Untuk kasus tertentu seperti meningitis TB, TB milier, efusi pleura, perikarditis TB, TB

endobronkhial, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

maksimal 60 mg dalam 1 hari. Lama pemberian selama 2-4 minggu dengan dosis penuh kemudian tappering

off selama 1-2 minggu.

Panduan OAT Kategori Anak dan peruntukannyaJenis Fase Intensif Fase Lanjutan Prednison LamaTB ringan 2 HRZ 4 HR - 6 bulanEfusi Pleura TB 2 minggu dosis

penuh kemudian tappering off

TB BTA positif 2 HRZE 4 HR -TB paru dengan tanda-tanda kerusakan luas :

2 HRZ + E atau S 7-10 HR 4 minggu dosis penuh kemudian tappering off

9-12 bulan

TB milierTB + destroyed lungMeningitis TB 10 HR 4 minggu dosis

penuh kemudian tappering off

12 bulan

Peritonitis TB 2 minggu dosis penuh kemudian tappering off

Perkarditis TB 2 minggu dosis penuh kemudian tappering off

Skeletal TB -

Dosis Kombinasi IDAI pada Tuberkulosis AnakBerat Badan 2 bulan

RHZ (75/50/150)4 bulan

RH (75/50)5-9 1 tab 1 tab

10-14 2 tab 2 tab15-19 3 tab 3 tab20-32 4 tab 4 tab

Dosis Kombinasi pada TB Anak (new)Berat badan 2 bulan

RHZ (75/50/150)4 bulan

RH (75/50)5-7 1 tab 1 tab

8-11 2 tab 2 tab12-16 3 tab 3 tab17-22 4 tab 4 tab23-30 5 tab 5 tab

EVALUASI PENGOBATAN

Sebaiknya pasien kontrol setiap dua minggu pada saat mulai terapi intensif, dilajutkan setiap bulan

sampai dengan akhir fase lanjutan. Hal-hal yang harus dievaluasi selama pengobatan meliputi penilaian

perbaikan gejala, kepatuhan minum obat, dan efek samping obat.

Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis, evaluasi radiologis dan

pemeriksaan LED. Evaluasi radiologis dalam 2-3 bulan pengobatan tidak perlu dilakukan secara rutin kecali

pada TB dengan kelainan radiologis yang nyata/luas seperti TB milier, efusi pleura, bronkopneumonia TB. Pada

pasien TB milier foto toraks perlu diulang setelah 1 bulan untuk evaluasi pengobatan, sedangkan pada efusi

pleura TB pengulangan foto toraks dilakukan setelah 2 minggu.