tugas 1 siap print.docx
DESCRIPTION
JORC SNITRANSCRIPT
Nama : Joan Norris AM Teweng
NIM : 710013071
Kelas : 01
Tugas 1
1. UU Nomor 4 Tahun 2009, Bab I, Pasal 1, Ayat 15 yang berbunyi :
Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi
secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber
daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup.
Penjelasan
Dalam kegiatan eksplorasi salah satunya di perlukan informasi mengenai bentuk dan
dimensi dari suatau bahan galian, untuk mendapatkan bentuk dan dimensi dari bahan
galian tersebut maka dilakukan suatu permodelan dari bahan galian tersebut.
2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1452 K/10/MEM/2000, Bab
2, Pasal 5, Poin d yang berbunyi :
Eksplorasi rinci adalah tahap eksplorasi sebelum melakukan studi kelayakan tambang,
dengan mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan bahan galian untuk
mendapatkan sumber daya terukur.
Penjelasan
Kegiatan eksplorasi rinci dilakukan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai suatu
endapan bahan galian yang dilakukan dengan permodelan 3 dimensi sehingga didapat
suatu sumber daya terukur.
3. UU Nomor 4 Tahun 2009, Bab V, Pasal 22, Poin a dan b yang berbunyi :
Kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara
tepi dan tepi sungai.
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25
(dua puluh lima) meter.
Penjelasan
Dalam penentuan kriteria WPR salah satu kriterianya berhubungan dengan estimasi
cadangan dimana dijelaskan untuk memperoleh WPR wilayah tersebut harus mempunyai
cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan mempunyai cadangan primer
logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 meter.
4. PP Nomor 22 Tahun 2010, Bab III, Pasal 16, Ayat 6, Poin b yang berbunyi :
Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi berupa :
Perkiraan sumber daya dan cadangan.
Penjelasan
Untuk menetapkan WUP, WPR, WPN, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya dapat melakukan eksplorasi untuk memperoleh data dan informasi
berupa estimasi atau perkiraan sumber daya dan cadangan.
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2008, Bab I, Pasal
1, Ayat 7 yang berbunyi :
Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi untuk
memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan
kelayakan usaha pertambangan Panas Bumi, terrnasuk penyelidikan atau studi jumlah
cadangan yang dapat dieksploitasi.
Penjelasan
Dalam kegiatan usaha pertambangan panas bumi, pada tahap studi kelayakan juga
mencakup mengenai penyelidikan tentang perkiraan atau estimasi dan jumlah cadangan
panas bumi yang dapat dieskploitasi.
6. Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 569. K/30/DJB/2015, Bab I,
Pasal 1, Ayat 13 yang berbunyi :
Standard Nasional Indonesia (SNI) adalah SNI 5015 tahun 2011 tentang pedoman
pelaporan sumber daya dan cadangan batubara serta SNI 4726 tahun 2011 tentang
pedoman pelaporan sumber daya dan cadangan mineral.
Penjelasan
Setiap pemegang IUP, KK, dan PKP2B harus menyusun laporan hasil eskplorasi, estimasi
sumberdaya, dan estimasi cadangan mineral atau batubara dengan mengacu pada Standard
Nasional Indonesia (SNI), untuk pedoman pelaporan sumber daya dan cadangan batubara
diatur dalam SNI 5015 sedangkan untuk pedoman pelaporan sumber daya dan cadangan
mineral diatur dalam SNI 4726.