tugas 2 -- makalah gizi remaja
DESCRIPTION
Status Gizi RemajaTRANSCRIPT
ILMU GIZI
GIZI PADA USIA REMAJA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 :
NAMA ANGGOTA : 1. HENI MERIANI
2. NIDYA OKDWIANA
3. NOVA AYU WULANDARI
4. NYIMAS MARYAMA
5. PURWITA SARI
6. WIDYA FUJI ALDINA
TINGKAT : II.B
DOSEN PEMBIMBING: HANA DAMANIK, MKM
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
D IV KEPERAWATAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan
dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum diakui hak-haknya sebagai
warga negara. Remaja sering kali disebut adolescence (adolescere dalam bahasa latin)
yang secara luas berarti masa tumbuh dan berkembang untuk mencapai kematangan
mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 1995). Masa remaja menurut WHO adalah
antara 10 – 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada
umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa
remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Masa remaja adalah salah satu fase yang penting dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh
keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Oleh karena itu status gizi dan kesehatan
merupakan factor penentu kualitas remaja. Dengan status gizi dan kesehatan yang optimal
pertumbuhan dan perkembangan remaja menjadi lebih sempurna.
Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Masalah gizi yang dapat terjadi pada remaja adalah gizi kurang (under weight), obesitas
(over weight) dan anemia. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi energi dan zat-zat
gizi lain tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi paa remaja putri, gizi kurang
umumnya terjadi karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri intik makannya.
Kejadian gizi lebih remaja disebabkan kebiasaan makan yang kurang baik sehingga
jumlah masukan energi (energy intake) berlebih, sedangkan kejadian anemia pada remaja
karena intik zat besi yang rendah. Remaja putri lebih beresiko terkena anemia selain
karena keterbatasan intik pangan hewani juga karena menstruasi dan meningkatnya
kebutuhan zat besi selama growth spurt.
Kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan
dengan makan dan makanan seperti tata krama, frekuensi makan seseorang, pola makan
yang dimakan, kepercayaan terhadap makanan (suka atau tidak suka), cara pemilihan
bahan makanan yang hendak di makan (Suhardjo, 1989). Kebiasaan makan pada remaja
menurut Bourne (1979) menyatakan remaja mempunyai kecenderungan untuk
mengkonsumsi makanan di luar rumah atau sekolah, memilih makanan yang dianggap
populer dan meningkatkan gengsi, serta mempunyai kebiasaan makan tidak teratur.
Kebiasaan makan yang kurang baik pada remaja dan keinginan untuk terlihat langsing,
khususnya pada remaja putri seringkali menimbulkan gangguan makan (eating disorder).
Gangguan pola makan yang umum diderita khususnya oleh remaja putri adalah bulimia
dan anorexsia nervosa. Pada masa remaja, khususnya remaja putri, dengan berat badan
normal tidak puas dengan bentuk dan berat badannya dan ingin menjadi lebih kurus. Pada
remaja putri ini pada umumnya ingin mempunyai bentuk badan yang lebih langsing,
ramping dan menarik.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana perubahan tubuh yang terjadi ada usia remaja ?
B. Bagaimana kebutuhan zat gizi pada usia remaja ?
C. Bagaimana angka kecukupan gizi pada remaja ?
D. Apa saja metode penentu status gizi pada remaja ?
E. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada masa remaja ?
F. Apa saja masalah gizi yang sering terjadi pada remaja ?
G. Bagaimana menu makanan yang baik untk status gizi remaja ?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui perubahan tubuh yang terjadi ada usia remaja
B. Untuk mengetahui kebutuhan zat gizi pada usia remaja
C. Untuk mengetahui angka kecukupan gizi pada remaja
D. Untuk mengetahui metode penentu status gizi pada remaja
E. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada masa remaja
F. Untuk mengetahui masalah gizi yang sering terjadi pada remaja
G. Untuk mengetahui menu makanan yang baik untk status gizi remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Tubuh Yang Terjadi Pada Usia Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987),
periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan
fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun. Usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Menururt Hurlock (1964)
Remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO
menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan
(fertilitas) wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO
membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja
akhir 15 – 20 tahun.
PSIKIS REMAJA
a. Remaja Awal
Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi
Pada masa ini, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan
perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini sering disebut strom and
stress. Remaja sesekali sangat bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti
lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa
percaya diri berganti rasa ragu-ragu yang berlebihan, termasuk
ketidaktentuan dalam menentukan cita-cita dan menentukan hal-hal yang
lain.
Status remaja awal yang membingungkan
Status mereka tidak hanya sulit ditentukan, tetapi juga membingungkan.
Perlakuan orang tua terhadap mereka sering berganti-ganti. Orang tua ragu
memberikan tanggungjawab dengan alasn mereka masih “kanak-kanak”.
Tetapi saat mereka bertingkah kekanak-kanakan, mereka mendapat
teguran sebagai “orang dewasa”. Karena itu, mereka bingung akan status
mereka.
Banyak masalah yang dihadapi remaja
Remaja awal sebagai individu yang banyak mengalami masalah dalam
kehidupannya. Hal ini dikarenakan mereka lebih mengutamakan
emosionalitas sehingga kurang mampu menerima pendapat orang lain
yang bertentangan dengan pendapatnya. Faktor ini disebabkan karena
mereka menganggap bahwa dirinya lebih mampu daripada orang tua.
b. Remaja Akhir
Pada masa ini terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan
perkembagngan psikis.
Stabilitas mulai timbul dan meningkat
Stabilitas mulai timbul dan meningkat dalam aspek psikis. Demikian pula
stabil dalam minat-minatnya; pemilihan sekolah, jabatan, pakaian,
pergaulan dengan sesame ataupun lain jenis. Mereka mulai menunjukkan
kemantapan serta tidak mudah berubah pendirian.Proses menjadi stabil ini
akan lebih cepat apabila orang tua berperan dengan lebih demokratis.
Citra diri dan sikap pandang yang lebih realistis
Disini remaja mulai menilai dirinya sebagaimana adanya (apa adanya),
menghargai miliknya, keluarganya dan orang lain seperti keadaan
sesungguhnya.
Menghadapi masalahnya secara lebih matang
Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan piker remaja akhir yang telah
lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis.
Perasaan menjadi lebih tenang
Mereka tidak lagi menampakkan gejala-gejala strom and stress sehingga
muncullah suatu ketenangan dalam diri mereka.
PERUBAHAN FISIK
a. Remaja Awal
Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat
Dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya hampir
menyamai tinggi orang tua.
Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering tidak seimbang.
Pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada,
lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai menunjukkan mekar tubuh yang
membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-
14 tahun remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan
pertumbuhan remaja pria.
Dalam masa pertumbuhan ini baik remaja pria maupun remaja wanita
cenderung ke arah memanjang dibanding melebar.
Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 th – 14/15 th.Biasanya
pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibanding remaja putra.
b. Remaja Akhir
Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain tidak sepesat
dalam masa remaja awal.Bagi remaja pria pada usia 20 th dan remaja
wanita 18 th keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan dan
menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal. Seperti badan
dan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang
berimbang dengan pinggul.
Kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja:
Sistem endokrin.
Bila sistem endoktrin berfungsi normal maka anak akan memperlihatkan
ukuran tubuh yang normal pula. Sebaliknya bila anak mengalami
kekurangan hormon pertumbuhan, maka akan menjadi kecil seperti orang
kerdil. Sedangkan yang kelebihan hormon pertumbuhan akan tumbuh
menjadi terlalu besar.
Pengaruh keluarga.
Faktor keluarga ini meliputi faktor keturunan maupun lingkungan. Karena
faktor keturunan, seorang anak dapat menjadi lebih tinggi dari anak
lainnya.
Pengaruh Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya.
Gangguan emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan
membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di
kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya
terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
Jenis kelamin.
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari anak
perempuan. Kecuali pada usia antara 12-15 tahun anak perempuan
biasanya akan sedikit lebih tnggi dan lebih berat dari anak laki-laki.
Tejadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan
otot pada anak laki-laki memang berbeda dari perempuan.
Status sosial ekonomi.
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah, cenderung lebih kecil ari pada anak yang berasal dari keluarga
yang status sosial ekonominya tinggi.
Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh
yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.
B. KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA USIA REMAJA
Tabel berikut memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi pada usia remaja.
Anjuran kecukupan gizi pada usia remaja (13-18 tahun).
Jenis Kebutuhan zat gizi Kelamin Umur(th) Berat(kg) Energi(kal) Protein(gr) Vit.A(RE) Fe(mg)
Laki-laki 13-15 45 2400 64 600 17 16-19 56 2500 66 600 23
Perempuan 13-15 46 2100 62 500 19 16-19 50 2000 51 500 25
a. Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak
lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan
antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan
energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan
kecepatan pertumbuhan.
Kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-1200
kkal sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.AKG energi ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat
adalah: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi
jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
b. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan
yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan
cepat lebih dulu.Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi
remaja 1,5 – 2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62
gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber
protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi
kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah: daging merah (sapi,
kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju,
mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan, dan
lain-lain.
c. Lemak
Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37% dari asupan energi total remaja,
baik laki-laki maupun perempuan. Remaja sering mengkonsumsi lemak yang
berlebih. Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi. Cara yang
dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan memanfaatkan aneka
buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk
makanan yang rendah lemak.
d. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak
dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen
massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan
dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk
laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber
kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
e. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan
peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb).Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun.
Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan
zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap
anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi
yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi
mungkin merupakan limiting factor untuk pertumbuhan pada masa remaja,
mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.
Hal lain yang perlu diingat, adalah bioavailability dari makanan umumnya sangat
rendah yaitu <10 persen. Sumber besi dari hewani mempunyai bioavailability yang
lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.AKG besi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 19-26 mg setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari.
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi,
kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau.
f. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk
remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda
perempuan dan laki-laki.
g. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk
sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,
sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin
A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.
C. ANGKA KECUKUPAN ZAT GIZI PADA USIA REMAJA
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Dietary Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG).angka
kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan
penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat agar terhindar dari
defisiensi ataupun kelebihan asupan zat gizi.
Perubahan komposisi tubuh mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja,baik pada
laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan banyak energi dan zat gizi
essensial untuk menopang pertumbuhan dan aktifitas fisik.akan tetapi,remaja laki-laki
membutuhkan lebih banyak zat-zat gizi dibandingkan remaja perempuan karena
adanya perbedaan dalam jenis kegiatan,pengaruh hormonal serta susunan tubuh
sehingga kebutuhan RDA pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Tabel Kecukupan energi dilihat dari aktivitas
Usia (Th) Berat badan (Kg) Jenis aktivitas Energi(kalori) Laki-laki 10-12 35 1950 13-15 46 2100 16-18 55 2500
Ringan 2380 Sedang 2650 Berat 3200
Perempuan 10-12 37 1750 13-15 48 1900 16-18 50 1950 Ringan 1800 Sedang 2200 Berat 2600
Sumber:Widya karya pangan nasional dan gizi VII,2004
Kebutuhan energy dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat,lemak dan protein.karbohidrat banyak terdapat pada makanan pokok misalnya
nasi,ubi jalar,jagung,sagu,dan sebagainya.untuk mengetahui apakah remaja telah tercukupi
kebutuhan energinya dapat dilihat dari berat badan remaja tersebut.konsumsi energy yang
terlalu banyak akan menyebabkan remaja menjadi kurus.konsumsi energy terbaik adalah
konsumsi energy yang tidak berlebihan tetapi juga tidak kekurangan.
Angka Kecukupan Protein
Kecukupan Protein Sehari Untuk Remaja Menurut umur
Kelompok umur Berat badan (Kg) Tinggi badan (Cm) Protein(gr)
Laki-laki
10-12 tahun 35 138 50
13-15 tahun 46 150 60
16-18 tahun 55 160 65
Perempuan
10-12 tahun 37 145 50
13-15 tahun 48 153 57
16-18 tahun 50 154 60
Sumber:Widya karya pangan nasional dan gizi VII,2004
D. PENENTUAN STATUS GIZI PADA REMAJA
Status gizi dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara
antropometri.antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah
dan murah.Pengkajian status gizi selama remaja perlu dilakukan. Pada periode ini,
kecenderungan resiko terjadinya gangguan gizi sangat tinggi, contohnya obesitas dan
anoreksia nervosa. Salah satu cara sederhana yang dapat di gunakan untuk
menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT dapat membantu untuk mengidentifikasi
remaja yang secara signifikan berisiko mengalami kelebihan berat badan.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negative pada tingkat kesehatan
masyarakat.misalnya penurunan konsentrasi belajar,risiko melahirkan bayi dengan
BBLR,penurunan kesegaran jasmani.banyak penelitian dilakukan menunjukan
kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi.masalah gizi tersebut
antara lain anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus.prevalensi anemi
berkisar antara 40-88 %.sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar
antara 30-40%.banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui
faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya
penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus. Kebiasaan makan yang baik
akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan zat-zat gizi dalam tubuh juga
terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus dipenuhi karena akan mempengaruhi
kondisi kesehatan dan status gizi seseorang, kebiasaan makan yang baik dicerminkan
oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan
jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu.
Berikut adalah kategori-kategori status gizi :
- Gizi kurang : IMT di bawah 5 %
- Gizi Normal : IMT dari 5 % – 85 %
- Gizi lebih : IMT 85 % – 95 %
- Obesitas : IMT lebih dari 95 %
Standar kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian,yaitu:
Ukuran Makro : yaitu kecukupan kalori (energy) dan kecukupan protein.
Ukuran Mikro : yaitu kecukupan vitamin dan mineral.
Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui bebrapa cara,yaitu:
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan,lalu membandingkannya dengan tabel standar.
2. Menghitung indeks masa tubuh (BMI),yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
tinggi badan ( dalam Cm).indeks masa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria
dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit.lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang ditarik
menjauhi lengan,sehingga lapisan lemak dibawahnya bisa diukur,biasanya dengan
menggunakan jangka lengkung (caliper).lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50 %
dari lemak tubuh.lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan 2,5 cm
pada wanita.
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean Body Mass,massa tubuh yang
tidak berlemak).
Kecukupan kalori (Energi)
Untuk mengukur atau menentukan banyaknya energy yang dihasilkan makanan,dapat
dilakukan dua cara,yaitu:
a. Secara langsung
Pengukuran atau penentuan banyaknya energy yang dihasilkan oleh makanan dengan
menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter.dengan menggunakan alat
tersebut,akan dapat ditentukan atau diukur sejumlah kalori (untuk energy) yang
dihasilkan zat makanan.satu kalori adalah banyaknya panas yang digunakan untuk
menaikkan suhu 1 liter air sebanyak 1 %.
b. Secara tidak langsung
Pengukuran atau penentuan banyaknya energy yang dihasilkan oleh makanan atau
bahan makanan melalui suatu penguraian kimiawi dengan ditentukan terlebih dahulu
karbohidrat,lemak dan protein.
Penentuan kebutuhan kecukupan energy:
Cara menentukan kebutuhan energy ( kalori ) yaitu dengan teori RBW (teori berat
badan relative).
RBW = BB (Kg) / TB (Cm) – 100 × 100 %
Dimana:
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
Dengan ketentuan:
1. Kurus jika RBW < 90%
2. Normal jika RBW = 90-100 %
3. Gemuk jika RBW > 110 % atau 120 %
4. Obesitas ringan RBW 120-130 %
5. Obesitas sedang RBW > 130-140 %
6. Obesitas berat RBW > 140 %
Kebutuhan kalori perhari:
1. Orang kurus BB × 40-60 kalori.
2. Orang normal BB × 30 kalori
3. Orang gemuk BB × 20 kalori
4. Orang obesitas BB ×10 kalori.
Kecukupan protein
Tubuh kita tidak dapat menghindari kehilangan-kehilangan protein terutama yang terjadi
melalui air seni,kotoran,dan kulit.dari penelitian-penelitian diperoleh suatu formula yang
dikenal dengan cara factorial untuk memperoleh angka kebutuhan protein sebagai berikut;
R = (Ub + Fb . S + G) × 1,1
Keterangan:
R= Kebutuhan nitrogen per Kg berat badan sehari
Ub = Kehilangan nitrogen basal melalui air seni per Kg berat badan sehari.
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per Kg sehari.
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per Kg berat badan sehari.
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per Kg sehari
1,1 = Tambahan 10% untuk safety margin
Protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan tarjadi dengan cepat.
Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih besar pada remaja laki-laki, karena
perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein harus memenuhi 12 – 14 % dari pemasukan
energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat, maka protein akan di gunakan sebagai sumber
energi dan ini akan emngakibatkan malnutrisi. Oleh karena itu anak – anak yang masih dalam
masa pertumbuhan membutuhkan lebih banyak protein dari pada usia lanjut. Kurang kalori
protein (KKP) sering diderita oleh anak dengan tanda-tanda perut buncit, rambut kering,
mudah rontok, cengeng, nafsu makan berkurang, bengkak-bengkak tubuh dan bersikap acuh
tak acuh.
Kecukupan Vitamin
Kebutuhan vitamin tiamin, ribovlafin dan niasin pada remaja akan meningkat. Zat-zat
tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolisme energi. Begitu juga dengan folat
dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah
vitamin D yang di butuhkan untuk mendukung pertumbuhan otot dan tulang. Vitamin A, C,
dan E juga di butuhkan untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru.
Kekurangan vitamin pada remaja dapat menimbulkan masalah kesehatan dan pertumbuhan
fisiknya, seperti :
- Gejala buta senja, tidak tahan terhadap cahaya
- Terkena Rakhitis
- Berkurangnya imunitas tubuh terhadap penyakit.
Kecukupan Mineral
Yodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relative sangat
kecil,tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormone
tiroksin.kebutuhan yodium sehari sekitar 1-2 g per Kg berat badan.perkiraan kecukupan yang
dianjurkan sekitar 40-120 perhari untuk usia sampai 10 tahun.dab 150 g perhari untuk usia 19
tahun keatas.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Masa Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada masa remaja yaitu:
a. Pola makan remaja
Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk
pertumbuhan dan perkembanganya,jumlah makanan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang
maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.
b. Transisi ekonomi
Dengan adanya transisi ekonomi, juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan gaya
hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi mulai terjadi di kota-kota besar, yaitu
dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, protein, serat,
vitamin dan mineral bergeser ke pola makanan berat yang cenderung banyak
mengandung lemak, protein, gula dan garam serta miskin serat, vitamin dan mineral
sehingga mudah merangsang terjadinya penyakit-penyakit gangguan saluran
pencernaan, penyakit jantung, obesitas dan kanker.
c. Kebiasaan makan yang kurang
Kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga
yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia
remaja mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan
dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan “mode” yang tengah
marak di kalangan remaja seperti kebiasaan makan fast food dan makanan siap saji.
e. Pengaruh teman dan media massa
Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh siapa saja teman
pergaulan dan media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang
makanan yang baru dan harga yang terjangkau. Kebutuhan energi pada remaja
menurut AKG adalah 2500 Kal untuk laki- laki dan 1900 Kal untuk perempuan,
sedangkan kebutuhan protein sebesar 60 gr untuk laki-laki dan 50 gr untuk
perempuan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa rata-rata konsumsi energi responden
masih rendah dari yang dianjurkan, yaitu sebesar 1706,62 Kal. Konsumsi karbohidrat
dan lemak perlu ditingkatkan untuk mencapai angka kecukupan energi yang
dibutuhkan.
f. Aktivitas
Kebutuhan energi merupakan faktor yang cukup dominan dan perlu di perhatikan.
Remaja yang mempunyai aktifitas yang lebih akan memerlukan energi lebih banyak
di bandingkan dengan remaja yang tidak banyak melakukan aktifitas. Remaja yang
kurang gizi dapat terjadi karena jumlah energi dan zat-zat lainnya yang di konsumsi
tidak memenuhi kebutuhan yang sangat meningkat.
Bila asupan energi kurang dari makanan dibandingkan dengan energi yang
dikeluarkan maka tubuh akan mengalami keseimbangan negatif akibatnya berat badan
kurang dari berat badan seharusnya (ideal), bila terjadi pada masa pertumbuhan maka
akan menghambat proses pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan
penurunan berat badan dan kerusakan jaringan. Asupan energi yang kurang juga
menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras untuk
menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada penurunan berat badan.
g. Asupan energy dan protein
Asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini diduga terjadi
disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati yang relatif murah sehingga
dari angka kecukupan terpenuhi tapi belum mempunyai mutu protein yang tinggi,
sedangkan pertumbuhan dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila mutu
protein itu komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung semua
jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai dengan keperluan
pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein digunakan sebagai pengganti
energi yang kurang, karena bila energi didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa
menggunakan protein untuk membentuk/menghasilkan energi.
Bila asupan protein kurang dari makanan maka jaringan dalam tubuh tidak dapat
berkerja dengan maksimal karena protein berfungsi sebagai memperbaiki jaringan
yang rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja. Konsumsi makan golongan
remaja yang salah akan mengakibatkan munculnya masalah gizi karena ketidak
seimbangan konsumsi makanan secara fisik. Makanan disebabkan terlalu ketatnya
berdiet., aspek pemilihan makanan penting diperhatikan karena remaja sudah
menginjak tahap independensi dalam mengkonsumsi serat Dapat dilihat dalam bentuk
tubuh yang terlalu langsing atau kegemukan.
h. Pendidikan yang rendah
Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah pendidikan yang rendah
mempengaruhi penerimaan informasi. Sehingga mempengaruhi pengetahuan gizi,
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan
tradisi-tradisi, termasuk tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit
menerima perubahan di bidang gizi. Pengetahuan gizi yang rendah akan
mempengaruhi konsumsinya.
Pengetahuan tentang konsumsi makanan remaja yang rendah akan berpengaruh pada
pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja tersebut. Masalah yang sering timbul
ialah perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap
kebiasaan makan mereka, di mana remaja mulai berinteraksi dengan lebih banyak
pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku, yang menjadikan mereka
lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam
pemilihan makanan yang akan dimakannya mereka juga lebih sering mencoba-coba
makanan baru, salah satunya adalah Fast Food.
F. Masalah Gizi Yang Dihadapi Pada Masa Remaja
Remaja tetap membutuhkan asupan nurisi yang baik agar perkembangan dan
pertumbuhannya lebih maksimal. Namun ada beberapa masalah gizi yang kerap
menyerang kaum remaja.Saat remaja terjadi perubahan fisiologis yang bisa
mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk untuk pertumbuhan yang cepat, biasanya
pertumbuhan cepat lebih banyak terlihat pada remaja laki-laki. Namun remaja kadang
memilih makanan yang tidak tepat sehingga mempengaruhi asupan gizi yang masuk
ke tubuhnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh masalah gizi pada remaja,antara lain yaitu:
a. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa,
tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya
sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan
adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para
remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan
yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu
menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang
sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
b. Kurang Energi Kronis
Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang tidak puas
dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti
melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan
ringan dan bergula.Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada usia
tersebut tubuh mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya
peningkatan nutrisi. Jika diet yang dilakukan salah maka tubuh akan mendapatkan
nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali.
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa
akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena
makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis
erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau
dipandang lawan jenis kurang seksi.
c. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama
pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah,
dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai
pembawa oksigen.Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada
laki-laki.
Kondisi ini merupakan hal yang paling umum dijumpai. Pertumbuhan yang cepat
ditambah dengan gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk bisa mengakibatkan
remaja mengalami anemia akibat kekurangan zat besi,terutama pada remaja
putri.ketika ia sudah mengalami menstruasi.Sumber makanan utama yang
mengandung zat besi adalah daging merah, sereal, buah kering, roti dan sayuran
berdaun hijau. Sumber zat besi yang berasal dari non-daging membutuhkan asupan
nutrisi lain untuk meningkatkan penyerapannya seperti makanan kaya vitamin C
(jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau), sedangkan zat tanin yang terkandung
dalam teh bisa mengurangi penyerapan zat besi.
d. Kekurangan kalsium
Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih rendah
dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan tulangnya di
masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang.
rapuh dan mudah patah.Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun
dan masa remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi
yang diperlukan seperti vitamin D, kalsium dan fosfor.
G. Menu Makanan Yang Sehat Untuk Remaja
Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi diperlukan makanan yang memiliki
komposisi makanan seimbang, hal ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi. Makanan gizi seimbang digunakan untuk memenuhi zat-zat gizi yang tidak
terdapat pada makanan dapat terpenuhi oleh makanan lain. Demikian juga bahan
makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi
(Almatsier, 2005). Makanan yang kita konsumsi harus mengandung zat-zat yaitu
sebagai berikut:
Sumber energi yang sering disebut sumber tenaga bisa diperoleh dari sumber
karbohidrat, seperti beras, jagung, ubi kayu, talas, mie, kentang, dan roti,
minyak, margarine, dan santan yang mengandung lemak.
Sumber protein disebut juga zat pembangun yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan badan juga, pembentuk jaringan-jaringan baru,
dan pemeliharaan tubuh. Selain itu, protein juga berguna untuk menjernihkan
pikiran, dan meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan. Sumber protein
diperoleh dari sumber hewani (daging, ayam, ikan, dan telur) dan nabati
(tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, tahun dan tempe).
Kita jangan terpaku kalau protein itu harus makan “daging atau ayam”. Kalau
tidak ada, protein nabati juga tidak kalah kandungan proteinnya untuk proses
perkembangan dan pertumbuhan badan.
Lemak berguna sebagai cadangan energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K,
pelumas persendian, pertumbuhan dan pencegahan peradangan kulit, pemberi
cita rasa pada makanan. Lemak bisa diperoleh dari minyak goreng, mentega,
susu, daging, dan ikan. Makanan berlemak yang berlebihan seperti gajih,
daging berlemak, kulit ayam, susu berlemak, keju, dan mentega tidak
disarankan karena bisa mengganggu kesehatan.
Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Kandungan vitamin
dan mineral pada buah dan sayuran bermanfaat untuk mengatur pengolahan
bahan makanan serta menjaga keseimbangan cairan tubuh. Biasanya banyak
remaja yang kurang suka makan sayuran dan buah-buahan. Padahal, asam
folat, B12, A, C, D, dan E. bila perlu kita juga bisa memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral dengan makan tablet-tablet vitamin yang dijual.
Mineral sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan selama
masa pubertas dan remaja. Misalnya, kalsium diperlukan untuk pertumbuhan
tulang dan otot-otot. Makanan sumber kalsium bisa diperoleh dari susu (dan
hasil olahannya), makanan yang difermentasi (tempe, oncom, tauco, dan
sebagainya), ikan-ikanan (ikan teri dan sebagainya). Selain itu, tubuh kita juga
membutuhkan mineral Zn (seng) untuk pertumbuhan dan kematangan seksual.
Makanan sumber seng bisa diperoleh dari ikan, kerang-kerangan, dan sayur-
sayuran. Kebutuhan zat besi pada cowok akan meningkat pada saat proses
kematangan seksual. Sementara pada perempuan terjadi pada saat menstruasi
karena pada saat menstruasi zat besi akan keluar bersama darah menstruasi.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara terus menerus dapat
menimbulkan penyakit anemia (kurang darah).
Serat berfungsi untuk memudahkan proses buang air besar, membuang racun-
racun dalam tubuh, dan mencegah kegemukan. Serat bisa diperoleh dari sayur-
sayuran, buah-buahan dan agar-agar.
Berikut ini beberapa petunjuk dalam mengatur makanan pada usia remaja.
1. Jagalah berat badan agar ada pada tingkat yang normal. Hindarkan berat badan terlalu
rendah yaitu dibawah 80% dan berat normal atau berat badan yang terlalu tinggi
(lebih dan 120% berat badan normal). Kekurusan atau “twiggy” yang melambangkan
kelangsingan dan kecantikan wanita akan mendorong terjadinya berbagai defisiensi
gizi seperti anemia gizi, defisiensi vitamin, dan sebagainya.
2. Upayakan agar tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang seimbang dengan
kebutuhan tubuh, baik zat gizi makro maupun mikro. Makanan sesuai syarat “empat
sehat” merupakan keharusan untuk menjamin terpenuhinya kecukupan gizi.
3. Pantangan terhadap jenis-jenis makanan tertentu yang tidak berdasar sebaiknya tidak
dilakukan, kecuali atas dasar indikasi medis.
4. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang kaya akan berbagai vitamin dan
mineral sangat dianjurkan untuk memelihara kesehatan kulit.
5. Makanan yang kadar lemaknya tinggi dan makanan yang terlalu manis sebaiknya
dihindari agar kulit selalu tampak halus dan tidak berminyak.
6. Bagi remaja pria kecukupan protein dan energi harus terpenuhi agar otot-otot tubuh
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
7. Hindarilah kesukaan yang berlebihan terhadap hanya makanan-makanan tertentu saja,
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan berbagai zat gizi. Makanan fast food, baik
lokal maupun yang berasal dari luar negeri tidak dilarang, asalkan tidak terlalu sering
sehingga meniadakan makanan lengkap di rumah.
8. Kebiasaan “ngemil” atau senang makan makanan kecil memungkinkan tubuh
memperoleh tambahan energi sehingga tanpa disadari intake energi ke dalam tubuh
melebihi kebuthan dan dampaknya berupa bertambahnya timbunan lemak dalam
tubuh. Kebiasaan seperti itu akan memudahkan terjadinya “obesitas” pada usia
remaja.
9. Kebiasaan makanan yang teratur mulai sarapan pagi, makan siang dan makan malam
dengan menu yang memenuhi syarat empat sehat dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan adalah cara yang paling baik dalam memelihara kesehatan dan
kelangsingan tubuh. Meniadakan salah satu dari tiga macam makanan lengkap itu
untuk tujuan apapun, sangat tidak dianjurkan. Tubuh akan mengalami kekosongan
masukan zat gizi untuk jangka waktu yang relatif lama, yang bukan tidak mungkin
membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah salah satu fase yang penting dari proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan
kesehatan pada masa remaja. Oleh karena itu status gizi dan kesehatan merupakan factor
penentu kualitas remaja. Dengan status gizi dan kesehatan yang optimal pertumbuhan dan
perkembangan remaja menjadi lebih sempurna. Masa remaja menurut WHO adalah antara 10
– 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada umur 12
sampai 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja
pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja yaitu:
1. Pola makan remaja
2. Transisi ekonomi
3. Kebiasaan makan yang kurang
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
5. Pengaruh teman dan media massa
6. Aktivitas
7. Asupan energy dan protein
8. Pengetahuan rendah
Beberapa masalah gizi yang terjadi pada usia remaja ialah:
Obesitas
Kurang energy kornis
Anemia
Kekurangan kalsium
Cara menjaga pola makan seimbang pada usia remaja adalah dengan cara mengindari
kesukaan terhadap makanan yang berlebihan dan menghindari kebiasaan mengemil karena
cemilan kaya akan karbohidrat dan lemak,selain itu menghindari pantangan terhadap jenis
makanan tertentu kecuali atas indikasi medis.
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar
Poltekes Depkes I. 2009. “Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya”. Jakarta. Salemba
Medika.
Irianto, Kus. 2004. “ Gizi & Pola Hidup Sehat “. Bandung. Yrama Widya.
Yuniastuti, Ari. 2007. “ Gizi dan Kesehatan “. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Irianto,kusno waluyo.2004.Gizi dan Pola Hidup Sehat.Bandung:CV YRAMA WIDYA.
Supriasa,I Dewan Nyoman.2002.Penilaian Status Gizi.Jakarta:ECG.
Hendrayati,Salmiah.2010.Jurnal Pengetahuan Gizi,Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMP
Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng.Makassar:Politeknik Kesehatan.
Diakses dari : http://rini-andriani.blogspot.co.id/2012/04/gizi-remaja.html