tugas 2 metlit bisnis
DESCRIPTION
bisnisTRANSCRIPT
1. Apa alasan instrumen yang akan digunakan harus diuji-coba untuk menilai
validitas dan reliabilitasnya?
Alasannya adalah diakrenakan beberapa argumen sebagai berikut:
a. Validasi dalam penelitian, seperti yang terjadi pada instrumen penelitian
dilakukan dengan menentukan nilai validitas dan reliabilitas, langkah ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kehandalan dan kesahihan alat ukur yang
digunakan.
b. Uji validitas untuk masing-masing dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
instrumen yang telah disusun mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, jika
dalam pengujian ada instrumen yang tidak valid, maka instrumen tersebut perlu
diperbaiki atau direvisi, sehingga bernilai valid dan layak digunakan.
c. Arikunto menyatakan bahwa uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran tentang adalah ketepatan alat ukur yang digunakan dan kemampuan ala
ukur mengukur apa yang akan diukur.
d. Sementara mengapa harus relibael? Karena suatu data dinyatakan reliabel apabila
dua atau lebih peneliti yang sama dalam waktu yang berbeda haruslah
menghasilkan data yang sama, sekalipun diuji berulang. Karenanya reliabel ini
berkaitan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data temuan. Artinya, jika suatu
penelitian diterapkan pada objek yang berbeda dengan menggunakan metode dan
teknik penelitian yang sama akan dihasilkan hasil penelitian yang sama.
e. Data harus valid dan reliabel karena data akan dipertanggung jawabkan secara
kebenaran ilmiah.
2. Buatlah sebuah rancangan proposal sederhana. Rancangan ini harus mencakup
Bab dalam rancangan baku sebuah proposal penelitian!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha di Indonesia saat ini cukup pesat, kenyataan
tersebut ditunjukkan oleh semakin banyaknya perusahaan yang didirikan baik itu
perusahaan manufaktur, perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Kondisi ini
menyebabkan semakin ketatnya persaingan usaha perusahaan untuk mendapatkan
laba maksimum. Seiring dengan perkembangan usaha di Indonesia yang semakin
kompetitif, maka semakin pentingnya perusahaan untuk melakukan evaluasi terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada saat itu.
Salah satu industri yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia
adalah industri chemical, yang mempunyai pangsa pasar tergolong tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang lamban bahkan cenderung mengalami kemunduran
ternyata di masa krisis tidak begitu mempengaruhi industri chemical di Indonesia.
Akan tetapi, industri chemical di Indonesia mengalami banyak tantangan karena
imbas masa kritis yang berkepanjangan. Daya beli masyarakat menurun, tarif pajak
merambat naik, serta upah buruh mengalami penyesuaian sesuai dengan biaya hidup
yang semakin tinggi. Walaupun, keberadaan industri chemical mengalami banyak
tantangan, keberadaan perusahaan tersebut memiliki peranan penting. Peranan
industri chemical dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat semakin besar yakni
sebagai motor penggerak ekonomi yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Industri
sektor chemical juga memberikan kontribusi yang cukup besar pada pendapatan
negara. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang prospek saham-saham industri chemical
masih dapat dirasakan bagus walaupun perlu diidentifikasi terlebih dahulu kesulitan
keuangan yang ada pada perusahaan chemical dan go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Apalagi di era globalisasi seperti ini, persaingan dalam dunia bisnis terjadi
sangat ketat. Bagi perusahaan go public, persaingan tidak hanya terjadi dalam satu
sektor industri saja tetapi juga terjadi antar sektor industri. Walaupun begitu, sektor
industri chemical tetap menjadi sektor industri andalan di Indonesia dan sangat
diminati oleh para investor karena dapat memberikan kontribusi yang baik dalam
perekonomian Indonesia dan eksistensinya dalam dunia bisnis di Indonesia. Dalam
kondisi ini perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang
cukup tinggi agar tetap mempunyai keunggulan dan daya saing, sehingga perusahaan
dapat menghasilkan laba bersih seoptimal mungkin.
Namun, kenyataannya tidak semua perusahaan mampu menjaga tingkat
likuiditasnya tidak terkecuali perusahaan besar yang telah go public sekalipun. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan analisis keuangan dengan tujuan untuk mengetahui secara
dini mengenai kondisi perusahaan, sehingga apabila terjadi tanda-tanda kebangkrutan
perusahaan maka pihak manajemen dapat melakukan tindakan perbaikan secara dini.
Di samping itu, pihak kreditur dan pemilik saham dapat mempersiapkan kondisi
menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan
perusahaan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Laporan keuangan
perusahaan pada umumnya terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, dan laporan arus kas perusahaan. Analisis laporan keuangan
perusahaan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan dan dapat dipakai sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam menganalisis laporan keuangan
pada umumnya digunakan teknik analisis rasio keuangan. Dimana untuk mengambil
manfaat dari rasio-rasio keuangan, kita memerlukan standar-standar untuk
perbandingan. Salah satu pendekatan adalah dengan membandingkan rasio-rasio
keuangan perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan
secara dominan beroperasi. Dengan analisa rasio keuangan tersebut kita bisa
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan yang didasarkan pada nilai rasio keuangan
dengan membandingkannya dengan rasio yang didapat dari perusahaan lain yang
sejenis dan didasarkan pada perbandingan yang objektif dari para analis keuangan.
Akan tetapi, analisis rasio ini memiliki kelemahan yaitu menghasilkan nilai
yang pada akhirnya memberikan keputusan berbeda antara satu rasio dengan rasio
yang lain bahkan tidak jarang menyebabkan kesimpulan yang saling bertentangan.
Oleh sebab itu, Edward I Altman pada tahun 1968 mengadakan penelitian untuk
menemukan model prediksi kebrangkutan yaitu dengan Multiple Diskriminan
Analysis (MDA). Analisis ini mengkombinasikan beberapa rasio keuangan menjadi
satu model sebagai pengukur tingkat kesehatan perusahaan yang terdiri atas lima
rasio, yaitu working capital to total assets ratio, retained earning to total assets ratio,
EBIT to total assets ratio, market value of equity to book value of total debt ratio, dan
sales to total assets ratio yang kemudian disebut dengan Z-Score1.
Altman (1968) merupakan orang yang pertama yang menggunakan analisis
diskriminan yang dikenal dengan analisis diskriminan Altman (Z-Score). Metode Z-
Score merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai tingkat
kesehatan perusahaan berdasarkan nilai Z yang dihasilkan Z-Score yang merupakan
model linear dengan variabel bebas rasio keuangan yang diberi konstanta untuk
memaksimalkan kekuatan model dalam menilai kesehatan perusahaan. Nilai yang
1 Aryati, T.&Manao, H. 2002. Rasio Keuangan sebagai Prediktor Bank Bermasalah di Indonesia. Riset Akuntansi Indonesia, 5(2). Hal. 139
didapat dari hasil perhitungan tersebut disesuaikan dengan indeks cut off yang telah
ditentukan oleh Altman untuk mengklasifikasikan perusahaan dalam tiga klasifikasi,
yaitu bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut.
Kebangkrutan merupakan hal yang harus diantisipasi bagi suatu perusahaan,
baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar dan jenis industri apapun. Meskipun
saat ini perusahaan industri chemical menunjukkan perkembangan yang relatif baik
serta memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia, dan
mempunyai pertumbuhan yang menarik dalam jangka panjang, perusahaan di industri
chemical tetap harus memperhatikan akan adanya sinyal kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan data dari BEI terdapat beberapa perusahaan yang pada periode tahun
2007-2008 telah mengalami penurunan laba bersih, dan hal tersebut merupakan salah
satu indikator akan keberadaan potensi kebangkrutan, salah satunya adalah sebagai
contoh perusahaan PT Indo Acidata Tbk, di mana pada tahun 2007 mengalami laba
bersih dalam ribuan rupiah sebesar 25.694.700 dan pada tahun 2008 mengalami
penurunan sebesar 6.796.5872. Hal tersebut mengindikasikan dampak dari persaingan,
di mana masing-masing perusahaan tersebut bersaing untuk menguasai pangsa pasar.
Hanya perusahaan yang sehat yang bisa tetap eksis dan akhirnya menguasai pangsa
pasar.
Dalam penelitian sebelumnya, Kartikasari (2004) melakukan penelitian
dengan mendeteksi kebangkrutan pada perusaan semen. Pada hasil akhirnya diketahui
bahwa beberapa perusahaan memiliki potensi untuk mengalami kebangkrutan,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Z-Score dapat dipakai untuk mendeteksi
adanya potensi kebangkrutan pada suatu perusahaan3. Penelitian terdahulu
2 Anonim. 2008. Indonesia Capital Market Directory 2008- Laporan Keuangan PT Indo Acidata Tbk. Jakarta: ECFIN
3 Kartikasari, V. 2004. Analisis Diskriminan Altman untuk Mendeteksi Kebangkrutan Perusahaan Semen Go Public di BEJ. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
menggunakan sampel perusahaan semen, karenanya, dalam penelitian kali ini yang
menggunakan sampel perusahaan chemical akan terdapat perbedaan subjek dan
periode, sehingga penelitian terdahulu bisa dijadikan pendukung, dan hasil penelitian
ini pun diharapkan mampu menjadi suatu rujukan.
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya mempergunakan laporan
keuangan dalam menilai dan mengevaluasi sehatnya perusahaan agar dapat terhindar
dari kemungkinan terburuk dari dunia bisnis, yaitu kemunduran usaha bahkan
cenderung berpotensi kebangkrutan, maka penulis ingin melakukan suatu studi
analisis penggunaan metode Z-Score dari Altman untuk memprediksi kebangkrutan
pada sektor industri chemical yang terdaftar di BEI dengan memperhatikan atas
analisis laporan keuangan selama periode tahun 2008 hingga 2012. Oleh karena itu,
penulis akan memberikan judul tesis adalah Analisis Rasio Keuangan Menggunakan
Analisis Diskriminan Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi Kebangkrutan pada
Perusahaan Chemical yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2008 Sampai dengan Tahun 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, selanjutnya guna memberikan
fokus pada permasalahan pada tesis, maka penulis akan memberikan rumusan
masalah, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan dengan hasil analisis rasio keuangan
menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan Industri
Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012?
Malang.
2. Bagaimanakah potensi kebangkrutan atas hasil analisis rasio keuangan
menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan Industri
Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012?
3. Bagaimanakah predikis kebangkrutan dengan hasil analisis rasio keuangan
menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan Industri
Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan dan penelitian dari tesis ini adalah sebagai
berikut, diantaranya untuk:
1. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan hasil analisis rasio keuangan
menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan Industri
Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
2. Mengetahui potensi dari kebangrutan suatu perusahaan dengan hasil analisis rasio
keuangan menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan
Industri Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai dengan tahun
2012.
3. Mengetahui cara dan prediksi atas suatu kebangkrutan dari perusahaan dengan
hasil analisis rasio keuangan menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score)
pada perusahaan Industri Chemical yang terdaftar di BEI periode tahun 2008
sampai dengan tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berdasarkan uraian di atas,maka nilai pragmatis yang dapat
diperoleh dari penulisan laporan ilmiah berikut antara lain, yaitu:
1. Sebagai sumbangsih untuk kalangan akademisi dan masyarakat umum atas
temuan penelitian dan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dan
melakukan prediksi kebangkrutan dari perusahaan dengan hasil analisis rasio
keuangan menggunakan analisis diskriminan Altman (Z-Score) pada perusahaan
Industri Chemical yang terdaftar di BEI
2. Bagi kalangan akademisi dan masyarakat, maka dapat digunakan sebagai tinjuan
untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi rasio-rasio dalam
penilaian Z-Score dalam analisis prediksi kebangkrutan pada Industri chemical.
3. Memberikan paparan spesifik mengenai prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan metode diskriminan Altman bagi perusahaan chemical itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan Perusahaan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat diartikan sebagai suatu bentuk laporan dari peristiwa-
peristiwa keuangan perusahaan secara menyeluruh. Menurut Myer dalam Munawir
bahwa yang dimaksud laporan keuangan adalah: “Dua daftar yang disusun oleh
Akutan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar
neraca atau daftar posisi keuangan dan pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada daftar
waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambah daftar ketga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang atk dibagikan (laba
yang ditahan)”.4
Menurut Riyanto, laporan keuangan (Financial Statement) memberikan
ikhtisar mengenai keadaan finasiil suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet)
mencerminkan nilai aktiva, hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan
laporan bagi laba-rugi (Income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai
selama suatu periode tertentu biasanya meliputi satu tahun5.
Menurut Suwardjono, laporan keuangan merupakan “Media komunikasi dan
pertanggungjawaban antara perusahaan dan para pemiliknya atau pihak lain yang
dihasilkan melalui sistem akuntansi yang diselenggaraakan oleh sutau perusahaan”.6
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keungann yang
biasanya meliputi neraca daan laporan laba-rugi yang merupakan hasil refleksi dari
4 Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Hal 5.5 Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hal 327.6 Suwardjono. 2003. Teori Akuntansi Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Hal 65.
transaksi-transaksi finansial selama satu tahun bersangkutan yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi baagi pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas
perusahaan.
2.1.2. Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Hanafi, laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input
(informasi) yang biasa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak
berkepentingan terhadap laporan keungan mulai dari investor atau calon investor,
pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perusahaan itu
sendiri. Laporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai profitabilitas,
risiko, dan timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan, Informasi tersebut akan
mempengaruhi harapan pihak-perusahaan7.
Menurut Munawir, Laporan keungan dapat digunakan oleh manajemen untuk8:
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
b. Untuk menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian., proses atau produksi serta
untuk mententukan derajad keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan.
c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi
wewenang dan tanggung jawab.
d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakan atau prosedur yang baru
untuk mencapai hasil yang baik.
Hal yang terpenting bagi manajemen adalah laporan keuangan tersebut alat
mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang
telah diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban perusaahaan itu dituangkan dalam
7 Hanafi, M.M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hal 27.8 Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Hal 3.
laporan keuangan hanyalah samapai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan
hasil dalam suatu periode dengan prinsi-prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara
konsisten.
Sedangkan menurut Prastowo dan Juliaty, tujuan dari laporan keuangan adalah
sebagai berikut9:
a. Menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian
besar pemakainya yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukan kegiatan yang dilakukan manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik
yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan Munawir juga menjelaskan
laporan keuangan adalah bersifat historis secara menyeluruh dan sebagai progress
report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi antara10:
a. Fakta yang telah dicatat (Recorded fact)
Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun
9 Prastowo, D. & Juliaty, R. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hal 5.
10 Ibid. 2002. Hal 6.
disimpan di bank, jumlah piutang persediaan barang dagangan, hutang, maupun
aktiva tetap dimiliki perusahaan.
b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akutansi (accounting convention
and postulate)
Berarti data yang dicatat itu berdasarkan pada prosedur maupun anggapan-
anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini
lakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.
c. Pendapat pribadi
Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transakasi telah diatur oleh
konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau
manajemen perusahaan yang bersangkutan
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa
keterbatasan antara lain11:
a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan
bukan merupakan laporan yang final.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka daalaam rupiah yang kelihatannya bersifat
pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standart nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau
nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurut dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Sehingga, kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah
11 Ibid. 2002. Hal 9.
belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit untuk dijual semakin besar,
mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang
mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaankarena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang misalnya reputasi dan prestasi
perusahaan.
2.1.4. Jenis-jenis Laporan keuangan
Laporan keuangan atau financial statement yang umumnya yang dibuat oleh
setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba-rugi dan biasanya dilengkapi dengan
laporan perubahan modal, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut12 :
1. Neraca
Menurut Prastowo dan Juliaty: neraca adalah laporan keuangan yang
memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas)
perusahaan pada saat tertentu13. Sedangkan, menurut Riyanto, neraca adalah laporan
yang mencerminkaan nilai aktiva, hutang, dan modal sendiri pada saat tertentu14.
Jadi, neraca merupakan salah satu laporan yang merupakan bagian dari laporan
keuangan perusahaan yang menunjukkan adanya keseimbangan antara jumlah aktiva
dengan jumlah hutang dan modal dari perusahaan pada suatu periode.
a. Unsur-unsur Neraca
1) Aktiva
12 Ibid. 2002. Hal 13. 13 Loc Cit. Hal 17. 14 Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hal 327.
Aktiva adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud15. Aktiva terbagi menjadi dua yaitu
aktiva lancar yang terdiri dari kas dan aktiva lain yang dapat dicairkan menjadi
uang tunai dengan waktu yang singkat dan aktiva tidak lancar yaitu aktiva
yang mempunyai umur ekonomis relatif permanen (> 1tahun).
2) Utang
Utang adalah suatu jumlah rupiah yang harus dibayar atau dilunasi perusahaan
dengan menggunakan kekayaan perusahaan pada pihak luar dari pemilik16.
Menurut Munawir, utang adalah Semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana utang ini merupakn sumber
dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur17. Utang dibedakan
menjadi utang lancar (kewajiban yang harus dilunasi perusahaan dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun) dan utang jangka panjang (kewajiban yang masa
pelunasannya lebih dari satu tahun).
3) Modal
Modal menurut Prof. Bakker dalam Riyanto adalah barang-barang konkret
yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca
sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu
tercatat disebelah kredit”18. Menurut Munawir, modal merupakan hak atau
bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos
modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan19.
15 Loc cit. 2002. Hal 14.16 Suwardjono. 2003. Teori Akuntansi Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Hal: 68.17 Loc Cit. 2002. Hal 18.18 Loc Cit. 1998. Hal 18.19 Loc Cit. 2002. Hal 19.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan yang memberikan informasi tentang
keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Diukur dengan laba berupa
selisih antara pendapatan tersebut”20. Sedangkan, menurut Hanafi laporan laba/rugi
merupakan ringkasan hasil kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu
yang berisi 3 (tiga) elemen pokok yaitu pendapatan opersional, beban operasional,
dan untung atau ruginya perusahaan21.
Jadi dapat disimpulkan, laporan laba rugi adalah laporan yang sistematis yang
menunjukkan besarnya laba atau rugi yang dapat dihasilkan perusahaan dari selisih
antara pendapatan dengan biaya yang diperoleh atau dikeluarkan oleh perusahaan
selama periode tertentu.
Unsur-unsur laporan laba/rugi adalah sebagai berikut22:
1) Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan aktiva bersih atau aliran dana yang masuk
kesatuan perusahaan yang terjadi akibat kegiatan perusahaan selain dari
yang diakibatkan oleh transaksi modal.
2) Biaya
Biaya merupakan penurunan aktiva bersih atau aliran dana yang keluar dari
kesatuan usaha yanga akibat kegiatan perusahaan selain diakibatkan oleh
transaksi modal.
3) Laba/Rugi
Laba/rugi merupakan selisih dari jumlah pendapatan yang diperoleh
perusahaan dengan jumlah yang dikeluarkan oleh perusahaan.
20 Loc Cit. 2003. Hal 70.21 Loc Cit. 2003. Hal 32.22 Loc Cit. 2002. hal 26.
3. Laporan Perubahan Modal
Menurut Suwardjono, laporan perubahan modal merupakan penghubung antara
laporan laba/rugi dengan neraca yang karena laporan perubahan modal menunjukkan
sumber dan penggunaan model serta alasan - alasan yang menyebabkan perubahan
modal perusahaan23.
2.1.5 Pihak-pihak yang Berkepetingan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk mengetahui posisi keuangan
dan perkembangan perusahaan yang nantinya dipakai sebagai dasar pengambil
keputusan bagi pihak-pihak yang terkait. Menurut Munawir, pihak-pihak
berkepentingan terhadap posisi keuangan perusahaaan adalah24:
a. Pemilik perusahaan, yaitu sebagai media penilai sukses tidaknya maanajer dalam
memimpin perusahaan dengan modal melihat total laba yang diperoleh.
b. Manajer perusahaan, yaitu sebagai acuuntuk menyusun rencana yang lebih baik
dengan memperbaiki sitem pengawasan dan penentuan kebijaksanaan yang tepat.
c. Investor, yaitu sebagai pedoman untuk menentukan langkjah-langkah yang harus
ditempuh dengan melihat perkembangaan perusahaan yang mencerminkan dan
jaminan investasinya.
d. Kreditur dan brankers, yaitu sebagai bahan pertimbangan pemberian/penolakan
permintaan kredit sutu perusahaan.
e. Pemerintah, yaitu sebagai dasar penentuan besarnya pajak yang haarus ditanggung
oleh perusahaan dan juga untuk dasar perencanaan pemerintah
f. Karyawan, yaitu sebagai dasar kontrak antara karyawan dengan perusahaan dalam
penentuan bonus/pembagian keutungan.
23 Loc Cit. 2003. Hal 72.24 Loc Cit. 2002. Hal 2.
g. Pelanggan/konsumen, yaitu sebaagai sumber informasi dalam menyimpulkan
kelangsungan perusahaan.
h. Analisis akademis dan pusat data bisnis yaitu sebagai srumber informasi primer
yang diolah menjadi informasi yang berguna bagi analisis ilmu pengetahuan.
2.1.6 Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian analisis laporan keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty, analisis keuangan merupakan suatu proses
untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menjelaskan unsur-
unsur tersebut, dan hubungan masing-masing unsur untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri25.
2. Tujuan analisis laporan keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty tujuan terpenting dari analisis laporan keuangan
adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan
murni terkaan intuisi, mengurangi, dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang
tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan26.
3. Metode dan teknik analisis laporan keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty, metode analisis laporan keuangan adalah dapat
dibedakan menjadi 2 (dua)27:
a. Metode analisis horizontal
Metode analisis horizontal adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara membandingkan laporan keuangan selama beberapa tahun (periode) sehingga
dapat mengetahui perkembangan dan akibatnya. Analisis horizontal bersifat
dinamis karena membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda dan
25 Loc Cit. 2005. Hal 56.26 Ibid. 2005. Hal 57.27 Ibid. 2005. Hal 59.
bergerak dari tahun ke tahun. Teknik analisis yang termasuk dalam metode ini
adalah teknik analisis perbandingan, analisis trend, analisis sumber, analisis
penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor.
b. Metode analisis vertikal
Metode analisis vertikal adalah metode analisis yang dilakukan dengan
menganalisa laporan keuangan pada tahun yang sama dengan cara
membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain. Analisis ini bersifat
statistis karena hanya membandingkan pos-pos keuangan yang sama. Teknik
analisis yang termasuk dalam metode ini adalah teknik analisa commonsize,
analisisi rasio, dan analisisi BEP.
2.2 Analisis Rasio Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Munawir dalam mendefenisikan analisis rasio keuangan adalah sebagai suatu
metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan laba/rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut sebagai
dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu
perusahaan28.
Pengertian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut, di mana rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat
analisis berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan yang digunakan sebagai standar29.
28 Munawir, S. 2002. Analisa Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Hal 37.29 Ibid. 2002. Hal 64.
Analisis rasio sepertti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future
oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan factor-
faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan memepengaruhi posisi keuangan
atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
2.2.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Berdasarkan sumber datanya, Munawir juga membedakan rasio menjadi30:
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio) adalah rasio yang semua datanya diambil
dari neraca, contohnya current ratio, acid test ratio.
2. Rasio-rasio laporan laba/rugi (income statement ratio), yaitu angka rasio yang
semua datanya diambil dari laporan laba/rugi, misalnya gross pprofit margin, net
operating margin, operating ratio dan lain-lain.
3. Rasio-rasio laporan (interstatement ratios), adalah semua angka rasio yang salah
satu datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba/rugi, misalnya
tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutan dan lain sebagainya.
Riyanto, membagi rasio keuangan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
likuditas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk menganalisa dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, sehingga dapat membantu
manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang dipakai dalam perusahaan.
Contoh rasio likuiditas yaitu current ratio, cash ratio, acid test ratio
b. Rasio Leverage
30 Ibid. 2002. Hal 68.
Rasio Leverage yaitu rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Contoh rasio Leverage
adalah debt to total assets ratio, total debt to equity ratio
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang hasil akhirnya mencerminkan
keputusan yang telah diambil atau kebijaksanaan dari perusahaan. Rasio ini
digunakan untuk mengukur profit atau laba yang diperoleh perusahaan dari modal
yang digunakan untuk operasi tersebut, dengan kata lain rasio ini dipakai untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Contoh rasio
rentabilitas adlaah gross profit margin, operating income ratio, operating ratio,
net profit margin.
d. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dananya. Contoh rasio aktivitas antara lain perputaran piutang, perputaran
persediaan, perputaran modal kerja dan lain-lain31.
2.2.3 Keunggulan Rasio Keuangan
Menurut Munawir, analisa rasio mempunyai keunggulan-keunggulan
dibandingkan dengan teknik analisa lainnya, diantaranya yaitu32:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar yang lebih mudah dibaca atau
ditafsir.
2. Merupakan angka-angkayang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
31 Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hal. 33032 Loc Cit. 2002. Hal 232.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-Score).
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
2.2.4 Keterbatasan Rasio Keuangan
Disamping keunggulan yang dimiliki rasio keuangan, teknik ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu menggunakannya agar kita tidak
salah dalam mengartikannya.
Adapun keterbatasan dari analisa rasio keuangan ini adalah: 33
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat untuk dipakai demi kepentingan
pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini, seperti: bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan
itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai subjektif,
nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan
bukan harga pasar, klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada
angka rasio, dan metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio
33 Ibid. 2002. Hal 234.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh sebab, itu jika dilakukan perbandingan dapat
menimbulkan kesalahan.
2.3 Forecasting atau Peramalan
Menurut Hanafi & Halim, forecasting merupakan teknik proyeksi tentang suatu
kondisi pad suatu tertentu di masa mendatang dengan menggunakan dasar suatu kondisi
pada masa lalu34. Peramalan dapat dilakukan dengan cara mengukur baik itu dengan
pengukuran kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran secara kualitatif biasanya
menggunakan pendapat sedangkan pengukuran secara kuantitatif memakai metode
statistik dan matematik. Salah satu metode peramalan yang sering digunakan adalah
dengan statistical method yang didasarkan pada perhitungan dari data objektif.
Statistical method ada dua macam yaitu analisis trend dan analisis korelasi.
Penjelasan keduanya dijabarkan pada penjelasan di bawah ini:
1. Analisis Trend
Analisis Trend merupakan salah satu metode dalam peramalan atau forecasting
suatu kondisi di masa yang akan dating. Trend menurut Hanafi & Halim merupakan
pergerakan time series dalam jangka panjang, bisa merupakan tren naik atau turun35.
Trend merupakan ramalan yang mendasarkan diri pada beberapa data yang telah lalu
dalam suatu kurun waktu tertentu, sehingga penggunaan tidak dianjurkan untuk data
yang terlalu singkat. Analisis trend dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu
menggambar dengan tangan, dan menggunakan model matematika.
34 Hanafi, M. M. & Halim, A. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hal 129.
35 Ibid. 2003. Hal 135.
Penggambaran secara langsung bisa dilakukan dengan menarik garis lurus
disekitar data-data yang ada. Cara semacam ini sangat praktis dan sederhana, tetapi
mempunyai kelemahan kerana konsistensi cara semacam itu sangat kurang.
Penggunaan model matematik, garis trend bisa dibuat dengan metode least
square. Metode tersebut pada dasarnya menggambarkan garis lurus sedemikian rupa
sehingga selisih kuadrat antara garis lurus tersebut dengan data yang sesungguhnya,
yang paing kecil36. Least Square adalah metode yang sering dipakai perusahaan
karena dianggap paling mudah untuk dipraktikkan.
Persamaan dari metode ini adalah:
Y = a + bX
Di mana:Y = variabel yang akan diramal
a = konstanta yang menunjukkan besarnya Y apabila X = 0
b = variabilitas per X yaitu menunjukkan besarnya perubahan
nilai Y dari setiap perubahan 1 unit X
X = unit waktu atau periode
Untuk dapat menyelesaikan persamaan tersebut, maka harus menentukkan dahulu
besarnya a dan b dengan memakai rumus – rumus berikut:
a = ∑Y / n
b = ∑XY / ∑X2
dengan syarat ∑X = 0 di mana n adalah jumlah data
2. Analisis Korelasi
Dalam Setyorini, dijelaskan bahwa, analisis ini dipakai untuk melihat
hubungan sebab akibat antara beberapa variabel37. Apabila memang ada pengaruh
36 Ibid. 2003. Hal 136.37 Setyorini, L. 2006. Analisis Metode Z-Score untuk Menilai Kesehatan Perusahaan Farmasi yang
Listing di BEJ. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE UM. Hal 31.
dari variabel lain, maka digunakan formula regresi dan analisis korelasi. Formula
regresi yang dipakai adalah Y = a + b X, di mana a adalah jumlah pasang
observasi dan b adalah koefisien regresi. Besarnya a dan b dihitung dengan
bantuan rumus:
b=n .∑ XY−∑ X .∑Y
n .∑ X2−¿¿¿
a = ∑ Y−b .∑ X
n
Kemudian, hubungan saling ketergantungan antara dua variabel dites besar-
kecilnya dengan cara menghitung koefisien korelasi. Bila nilainya menunjukkan
angka 1 (satu) atau mendekati angka 1 (satu) baik positif maupun negatif, berarti ada
pengaruh tetapi apabila angkanya menunjukkan angka mendekati nol maka
pengaruhnya kecil sekali dan bila sama dengan nol maka tidak ada pengaruh sama
sekali. Persamaan koefisien korelasi tersebut adalah:
r=n∑ XY −∑ X .∑ Y
√n .∑ X2−(∑ X )❑2 √n .∑Y 2−¿¿¿¿
2.4 Kebangkrutan
2.4.1 Pengertian kebangkrutan
Kebangkrutan usaha telah diartikan dengan berbagai cara untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang masalah keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Kebangkrutan (bangkruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kegagalan keuangan dapat diartikan (Blum, 1974) sebagai ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pad saat jatuh tempo yang
menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya
perjanjian khusus dengan para kreditor untuk mengurangi atau menghapus utangnya.
Kesulitan keuangan (financial distress) menurut Foster, untuk menunjukkan adanya
masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat dipecahkan tanpa melalui
penjadwalan kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan38.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1998 mengartikan kebangkrutan sebagai
situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan.
Kebangkrutan atau kegagalan dapat terjadi apabila salah satu aktivitas,
operasi, divisi atau bahkan keseluruhan bagian perusahaan tidak mampu
menghasilkan tingkat pengembalian yang proposionalitas investasi yang ditanamkan.
Jika, tingkat pengembalian (rate of return) yang terealisasikan ternyata lebih kecil
daripada biaya kesempatan (opportunity cost) yang ditanggung investor atau tidak
cukup menutupi tingkat resiko dari perusahaan tersebut, maka usaha tersebut
tergolong gagal. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang terjadi secara terus-
menerus sehingga dapat mendorong terjadinya kebangkrutan karena biaya investasi
yang telah dikeluarkan tidak mampu ditutup oleh labanya.
Kebangkrutan menurut Martin,Supardi, dan Mastuti adalah kegagalan
perusahaan tidak langsung mengakibatkan penutupan usahanya. Ada dua tahapan
kegagalan yang jika tidak mampu ditanggulangi yang akan mengakibatkan terjadinya
penghentian operasi pada perusahaan. Jenis kegagalan usaha tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kegagalan Ekonomi (economic Failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan tidak mampu
menutupi kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi
38 Anonim. 1999. Penerapan Z-Score untuk Memprediksi Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan Perbankan Indonesia. Manajemen Investasi & Portofolio, (Online), (http://www.geocities.com/rahmatov/Z-Score.PDF, diakses 13 Maret 2012.
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai
sekarang dan arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas
yang diterapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan
atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan
yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.
b. Kegagalan Keuangan (Financial Failure)
Pengertian financial failure menurut Supardi& Mastuti mempunyai makna
kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian
modal kerja. Sebagian assets liability management sangat berperan dalam
pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial failure. Kebangkrutan akan
cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami
kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya
kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin
sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan
dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis
ekonomi tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tentu
saja tidak semata-mata disebabkan oelh faktor ekonomi saja tetapi bisa juga
disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non-ekonomi39.
2.4.2 Sebab-sebab Kebangkrutan Perusahaan
Menurut Munawir, penyebab kebangkrutan pada dasarnya dapat disebabkan
oleh faktor internal perusahaan maupun factor eksternal baik yang bersifat khusus
39 Supardi & Mastuti, S. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di BEJ. Kompak, 7: 68-93.
yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun bersifat umum. Faktor internal
tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Adanya manajemen yang tidak baik, tidak efisien (biaya yang besar dengan
pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus
menerus). Kerugian yang terus menerus mengindikasikan adanya kesulitan
keuangan dan menjurus pada kebangkrutan. Manajemen yang tidak efisien
mungkin disebabkan oleh kurangnya kemampuan, pengalamnan dan ketrampilan
manajemen tersebut.
b. Tidak seimbangnya antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah utang-piutang.
Utang yang terlalu besar dapat mengakibatkan beban bunga yang besar dan
memberatkan perusahaan. Namun piutang yang terlalu besarpun dapat merugikan
perusahaan karena modal kerja yang tertanam pad piutang terlalu besar akan
mengakibatkan berkurangnya likuiditas perusahaan atau bahkan mengalami
kesulitan keuangan, lebih parah lagi kalau debitur-debitur perusahan tersebut tidak
mampu memenuhi kewajiban tepat pada waktunya atau bahkan menjadi kredit
macet.
c. Sumber daya secara keseluruhan yang tidak memadai ketrampilannya, integritas
dan loyalitas dan bahkan moralitasnya rendah sehingga banyak terjadi kesalahan,
penyimpangan dan kecurangan-kecurangan terhadap keuangan perusahan serta
penyalahgunaan wewenang yang akibatnya akan sangat merugikan perusahaan40.
Faktor eksternalnya adalah sebagai berikut:
a. Faktor eksternal yang bersifat umum yang dapat mengakibatkan kebangkrutan
suatu perusahaan adalah factor politik, ekonomi, social, dan budaya serta tingkat
campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berada. Di samping itu,
40 Loc Cit. 2002. Hal 289.
penggunaan teknologi yang keliru dapat mengakibatkan biaya implementasi dan
biaya pemeliharaan yang besar serta terjadinya perkembangan teknologi produksi,
teknologi informasi maupun transportasi yang tidak dapat diikuti oleh perusahaan
yang dapat mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan kebangkrutan
pada perusahaan.
b. Faktor eksternal yang bersifat khusus artinya adalah faktor-faktor luar yang
berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan, pemasok,
dan faktor pesaing. Perubahan selera atau kejenuhan konsumen yang tidak dapat
terdeteksi oleh perusahaan akan mengakibatkan menurunnya penjualan dan
akhirnya merugikan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian pasar perlu selalu
dilakukan sehingga dapat mengikuti perubahan dan keinginan perilaku konsumen.
Pemasok dan pesaing merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar
perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Perusahaan harus menjalin hubungan
yang baik dengan para pemasok sehingga pemasok tidak dengan semaunya sendiri
menaikkan harga yang dapat merugikan perusahaan. Di samping itu, perusahaan
tidak boleh mengabaikan pesaing yang besar maupun yang kecil karena pesaing
dapat merebut konsumen dengan cara menyesuaikan keinginan konsumen serta
melakukan promosi yang lebih efektif dibandingkan perusahaan kita. Hal ini dapat
menyebabkan pelanggan berpindah ke perusahaan pesaing.
2.4.3 Perbedaan Perusahaan Bangkrut dan Tidak Bangkrut
Menurut Hanafi&Halim, empat variabel yang menunjukkan
perbedaanperusahaan yang bangkrut dengan tidak bangkrut secara konsisten yakni: 41
a. Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat
return yang rendah.
41 Loc Cit. 2003. Hal 270.
b. Penggunaan hutang. Perusahaan yang bangkrut mempunyai hutang yang lebih
tinggi.
c. Perlindungan terhadp biaya tetap (fixed payment coverage). Perusahaan yang
bangkrut mempunyai perlindungan terhadp biaya tetap yang lebih kecil.
d. Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai rata-rata return
lebih rendah dan mempunyai Fluktuasi return saham yang lebih tinggi.
2.4.4 Indikator Penting dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan
Menurut Bolten dalam Kartikasari, banyak indikator kebangkrutan yang
dikemukakan oleh para ahli, tetapi pad umumnya ada empat indikator teratas yang
sangat penting yang harus diperhatikan sebagai sinyal awal yang dapat membantu
dalam memprediksi kebangkrutan yaitu42:
a. Turunnya Volume Penjualan
Volume Penjualan yang menurun menyebabkan turunnya pangsa pasar (market
share). Penurunan pangsa pasar dapat dikatakan karena perusahaan tidak dapat
bersaing di pasaran dan ini merupakan permasalahan yang sangat mendasar di
dalam perusahaan.
b. Turunnya Nilai Penjualan
Nilai penjualan perusahaan yang menurun dapat terjadi karena turunnya market
share yang dibarengi dengan kenaikan tarif relatif harga jual yang mungkin
dipengaruhi oleh tingkat inflasi.
c. Turunnya Rentabilitas Perusahaan
Harga penjualan yang menurun dapat dikaitkan dengan kenaikan harga biaya
produksi sehingga berdampak turunnya rentabilitas.
42 Kartikasari, V. 2004. Analisis Diskriminan Altman untuk Mendeteksi Kebangkrutan Perusahaan Semen Go Public di BEJ. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Hal 11.
d. Ketergantungan terhadap Utang
Bagi perusahaan yang mengandalkan kegiatan operasi maupun investasi
berdasarkan sumber pinjaman, setiap saat dia dalam keadaan kritis karena pada
waktu operasi tidak sukses, akan mendapat kesulitan dalam menyelesaikan
kewajibannya.
2.4.5 Tahap-Tahap Kegagalan Keuangan dan Kebangkrutan
Menurut Newton dalam Kartikasari, kesulitan-kesulitan keuangan yang
merupakan petunjuk awal terjadinya kebangkrutan dapat dianalisis dan diidentifikasi
melalui empat tahap yang berbeda yaitu:
a. Periode Inkubasi
Dalam periode ini mungkin muncul satu atau beberapa kondisi operasi dan
finansial perusahaan yang tidak menguntungkan dan tidak segera terdeteksi oleh
pihak manajemen maupun pihak ekstrem, misal: 43
1) Penurunan volume penjualan, karena adanya perubahan selera atau permintaan
konsumen
2) Kenaikan biaya operasi
3) Inefisiensi produksi karena metode produksi yang ketinggalan jaman
4) Ketidakmampuan manajemen yang memegang posisi kunci
5) Kegagalan dalam melaksanakan ekspansi
6) Tidak efektifnya pelaksanaan fungsi pengumpulan piutang
7) Kurang adanya dukungan atau fasilitas perbankan
b. Kesulitan Likuiditas atau Cash Sharage
Pada tahap ini untuk pertama kalinya perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo, meskipun aktiva fisiknya
43 Ibid. 2004. Hal 13.
melebihi kewajiban dan perusahaan masih mampu menghasilkan keuntungan yang
cukup bagus atau dapat dikatakan bahwa aktiva perusahaan tidak likuid.
c. Financial atau Comercial Insolvensy
Pada tahap ke tiga ini perusahaan tidak mampu memperoleh dana dari sumber-
sumber regular untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo atau bahkan
sudah menunggak.
d. Total Insolvency
Gejala yang paling menonjol dari total insolvency adalah jumlah hutang yang lebih
besar dari aktiva perusahaan. Pada titik ini perusahaan tidak lagi mampu
menghindarkan diri dari pengakuan kebangkrutan, dan usaha yang dilakukan oleh
pihak manajemen untuk memperoleh dana tambahan guna penyelamatan perusahan
tidak berhasil.
2.4.6 Manfaat Prediksi Kebangkrutan
Menurut Hanafi & Halim lebih lanjut menyatakan, bahwa prediksi
kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu44:
a. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank)
Prediksi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang
akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor
pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya
akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga. Investor yang menganut strategi aktif
44 Loc Cit. 2003. Hal 231.
akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan seawall mungkin dan
kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab
untuk menguassai jalannya usaha tersebut (misalnya sektor perbankan). Pemerintah
juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga
pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih
awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha
karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
e. Manajemen
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan
dan biaya ini cukup besar. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini
lebih awal maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misalnya dengan
melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa
dihindari.
2.5 Analisis Diskriminan Altman (Z-Score)
Weston & Copeland dalam bukunya menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan
memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan
analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pad dasarnya bersifat satu
penyimpangan (univariate), yang artinya setiap rasio diuji secarah terpisah45.
Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pad pertimbangan para
45 Wetson, J.F & Copeland, T.E. 1992. Manajemen Keuangan. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal 287.
analisis rasio maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model
prediksi yang berarti. Untuk tujuan tersebut digunakan teknik statistik yaitu analisis
regresi dan analisis diskriminan. Analisis regresi menggunakan data masa lampau
untuk memprediksi nilai yang akan dating dari suatu variabel tak bebas (dependent
variabel), sedangkan analisis diskriminan menghasilkan suatu indeks yang
memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa
pengelompokkan yang bersifat a priori.
Altman menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan
perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-Score. Z-Score adalah
score yang ditentukan dari perhitungan nilai Z pada rasio-rasio keuangan yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Altman pada tahun
1968 dalam menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Ia mengambil sampel yang terdiri dari 66
perusahaan manufaktur, setengah diantaranya mengalami kebangkrutan. Dari laporan
keuangan, satu periode sebelum perusahaan bangkrut, Altman memperoleh 22 rasio
keuangan, di mana lima diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model
prediksi46. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan adalah:
Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Di mana :
X1 = Modal kerja / total aktiva (dalam %)
X2 = Laba ditahan / total aktiva (dalam%)
X3 = EBIT / total aktiva (dalam %)
X4 = Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku hutang (dalam%)
46 Ibid. 1992. Hal 288.
X5 = Penjualan / total aktiva (kali)
Keterangan:
a. Modal kerja / Total Aktiva
Mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total
aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva
lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami
kesulitan keuangan modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva
meyebabkan rasio ini turun
b. Laba ditahan / Total Aktiva
Mengukur tingkat kemampuan laba kumulatif dari perusahaan terjadi pada
beberapa tingkat. Rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan yakni semakin
muda perusahaan menyebabkan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk
membangun laba kumulatif. Bila perusahaan mulai merugi nilai dari total laba
ditahan mulai terjadi penurunan. Kemudian, nilai laba ditahan dan rasio X2 akan
menjadi negatif.
c. Laba sebelum Bunga dan Pajak / total aktiva
Mengukur tingkat kemampuan laba yakni tingkat pengembalian dari aktiva yang
dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan
perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat
digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang
dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar maka,
berarti perusahaan menghasilkan uang lebih banyak daripada bunga pinjaman.
d. Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Utang
Merupakan kebalikan dari rasio utang modal sendiri (DER) yang lebih terkenal.
Nilai nominal modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri yaitu
jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang gagal mengakumulasikan lebih
banyak utang dibandingkan modal sendiri.
e. Penjualan / Total Aktiva
Mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva yang dimiliki
untuk menghasilkan penjualan. Hasil dari rasio ini menunjukkan perputaran
seluruh aktiva perusahaan, rasio ini juga menunjukkan aktivitas manajemen dalam
menghasilkan penjualan dengan total aktivanya.
Kelima rasio inilah yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan
sebuah perusahaan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada
perusahaan. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode
Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu:
1. Rasio Likuiditas yang terdiri atas X1
2. Rasio Profibilitas yang terdiri atas X2 dan X3
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5
Pada penelitian selanjutnya Altman mengembangkan formula tersebut dan
mendapat formula baru sebagai berikut47:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Z’ = 0,71 X1 + 0,84 X2 + 3,117 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Z’’ = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Model Altman tersebut dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan
secara individual maupun sekelompok perusahaan. Penerapan pada kelompok
perusahaan digambarkan oleh Altman dengan mengelompokkan perusahaan menjadi
tiga kategori yaitu bangkrut, grey area dan tidak bangkrut.
Angka indeks yang telah ditetapkan Altman untuk menentukan suatu
perusahaan yang termasuk kategori bangkrut, grey area dan tidak bangkrut adalah:
Tabel 2.1
Tabel Cut-off Menurut Indeks Z-Score Altman Model
Klasifikasi Z Z` Z``
Bangkrut < 1,81 < 1,20 < 1,1
Grey Area 1,81-2,99 1,20-2,90 1,1-2,60
Non Bangkrut >2,99 > 2,90 > 2, 60
47 Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Hal 115.
2.7 Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian di atas, maka akan tersusun kerangka berpikir dari
penelitian ini, yang mana kerangka berpikir ini akan menunjukkan alur dari pemikiran
peneliti untuk menyusun variabel dan indikator yang ada. Adapun kerangka
berpikirnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan aspek penting dalam penyusunan proposal
penelitian, sehingga harus disusun terlebih dahulu oleh peneliti sebelum
melaksanakan suatu penelitian. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi yang
mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan
karakteristik variabel dan tujuan-tujuan penelitian48.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan analisis
diskriminan Altman (Z-Score) yang bertujuan untuk mendeteksi kebangkrutan pada
perusahaan sektor industri chemical. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya49. Sedangkan, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang
lain50. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang telah terdaftar di listing BEI
dan go public dengan periode pengamatan laporan keuangan periode tahun 2008
sampai dengan 2012.
Oleh karena itu, penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam penelitian ini
tidak terdapat variabel bebas maupun variabel terikat. Akan tetapi ada satu variabel
utama yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu tingkat kesehatan perusahaan
yang diukur dengan indikator rasio-rasio Z-Score. Bangkrut atau tidaknya perusahaan
48 Jurnal Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press. Hal 15.
49 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta : Rhineka Cipta. Hal 10.50 Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Hal 11.
dapat terdeteksi dalam nilai / score yang dihasilkan dalam analisis diskriminan
Altman (Z-Score).
Analisis ini menggunakan data berupa laporan keuangan dari perusahaan
sektor industri chemical yang telah listing di BEI dan go public, yang kemudian telah
diolah pada tiap periode yang berupa neraca dan laporan laba rugi yang dipulikasikan
pada setiap periode dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dengan
alat perbandingan secara time series analysis. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya51. Statistik deskriptif
dipakai untuk menghitung rasio-rasio dalam Z-Score dan nilai Z-Score serta
memberikan kesimpulan atas perhitungan tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Arikunto Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian52.
Sedangkan, menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya53. Subjek yang
menajdi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan chemical yang
sahamnya listing di BEI selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 atau
selama periode yang ditetapkan dalam penelitian.
51 Ibid. 1999. Hal 142.52 Loc Cit. 2002. Hal 108.53 Loc Cit. 1999. Hal 72.
3.2.2. Sampel
Menurut Arikunto, yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti54. Sedangkan menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut55. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan non-probability sampling
dengan purposive sampling. Purposive Sampling disebut juga Judgement sampling
yang artinya sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih
dahulu oleh peneliti atau menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu56.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan chemical yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut secara kontinyu terdapat di Bursa Efek Indonesia mulai tahun
2008 sampai dengan tahun 2012.
2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir 31 desember secara kontinyu mulai tahun 2008 sampai dengan tahun
2012.
3. Perusahaan tersebut memiliki kelengkapan data-data dalam laporan keuangan
sesuai dengan tujuan analisis penelitian
Dengan demikian maka diperoleh sampel penelitian berupa perusahaan
chemical selama periode penelitian yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 sebagai
berikut:
54 Loc Cit. 2002. Hal 109. 55 Loc Cit. 1999. Hal 73.56 Ibid. 1999. Hal 78.
Tabel 3.1Sampel Penelitian Perusahaan Chemical
Nomor Nama Perusahaan Indeks1 PT Indo Acidatama Tbk SRSN2 PT Budi Acid jaya Tbk BUDI3 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS4 PT Barito Pacifik Tbk BRPT5 PT Tri Polyta Indonesia Tbk TPIA6 PT Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC7 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI8 PT Ekadharma Internasional Tbk EKAD
3.3. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto instrument penelitian adalah “alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih hemat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah”57. Data yang dipakai adalah laporan keuangan selama 3 tahun, yaitu
mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Untuk lebih mudah dalam pengambilan
data-data keuangan tersebut, maka peneliti menggunakan instrument penelitian seperti
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2Instrumen Penelitian
Keterangan 2008 2009 2012Modal KerjaAktiva LancarUtang lancerTotal AktivaLaba DitahanLaba Sebelum Bunga & PajakNilai Pasar Modal SahamNilai Buku UtangKewajiban LancarKewajiban Jangka PanjangPenjualan Rasio Z-Score 2008 2009 2012X1 = Modal kerja / Total aktiva (%)X2 = Laba ditahan / Total aktiva(%)
57 Loc Cit. 2002. Hal 126.
X3 = EBIT / Total aktiva(%)X4 = Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku utang (%)X5 = Penjualan / Total aktiva (kali)Nilai Z-ScoreKategori
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan
dalam mengumpulkan data penelitian58. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu dengan
mengumpulkan data penelitian yang bersifat sekunder yang disajikan dalam format
tertulis dalam kertas hasil catatan yang berupa jurnal, buku, dan bentuk publikasi
lainnya yang diterbitkan secara periodik dalam format elektronik berupa data base dan
artikel-artikel dengan cara mengakses internet. Data yang dikumpulkan meliputi
nama-nama perusahaan chemical yang listing di BEI, data laporan keuangan
perusahaan yang berupa laporan neraca dan laporan laba/rugi untuk tahun 2008
sampai dengan tahun 2012, juga data tentang profil perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian.
3.4.2. Sumber Data
Menurut Arikunto sumber data adalah “subjek dari mana data diperoleh”59.
Dalam penelitian ini data diperoleh melalui teknik dokumentasi yang berupa data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari Indonesian Capital Marketing Directory dan
data pendukung lainnya yang diperoleh dari perpustakaan daerah.
58 Ibid. 2002. Hal 197.59 Ibid. 2002. Hal 107.
3.4.3 Analisis Data
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa analisis data sebagai berikut:
1. Menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis diskriminan
Altman (Z-Score) dengan menghitung rasio-rasio Z-Score untuk masing-
masing perusahaan selama periode penelitian sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas :
X1= Modal kerja / total aktiva (dalam %)
b. Rasio Profitabilitas yang terdiri atas
X2= Laba ditahan / total aktiva (dalam%)
X3= EBIT / total aktiva (dalam %)
c. Rasio Aktivitas yang terdiri atas
X4= Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku hutang (dalam%)
X5= Penjualan / total aktiva (kali)
2. Menghitung nilai Z-Score untuk masing-masing perusahaan selama periode
penelitian dengan formula yang telah ditentukan oleh Altman. Dalam
penelitiannya, Altman menemukan tiga formula Z-Score, yaitu sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Z’ = 0,71 X1 + 0,84 X2 + 3,117 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Z’’ = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan formula yang pertama, karena dalam
membentuk model ini Altman menggunakan perusahaan manufaktur, sehingga
formula yang pertama lebih cocok digunakan60.
60 Wetson, J.F & Copeland, T.E. 1992. Manajemen Keuangan. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal 228.
3. Menentukan tingkat kesehatan perusahaan dari nilai Z-Score yang telah dicapai
berdasarkan indeks cut off yang telah ditentukan oleh Altman seperti berikut:
Z > 2,99 = Perusahaan dalam kondisi sehat
1,81 < Z < 2,99 = Grey Area
Z < 1,81 = perusahaan potensial bangkrut
4. Menghitung nilai hubungan variabel rasio analisis diskriminan Altman (Z-Score)
terhadap tingkat kesehatan perusahaan dari nilai Z-Score yang telah dicapai
berdasarkan indeks cut off. Dalam analisis ini, maka penulis akan menggunakan
Uji regresi, di mana menurut Trihendradi uji regresi digunakan untuk meramalkan
suatu variabel (variabel dependent) berdasar satu variabel atau beberapa variabel
lain (variabel independent) dalam suatu persamaan linear61.
Dalam hal ini peneliti ingin menunjukkan uji kolinearitas untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat antar variabel independent dalam
hal ini adalah lima variabel rasio analisis diskriminan Altman (Z-Score) dengan
variabel dependent yaitu nilai tingkat kesehatan perusahaan dari nilai Z-Score
yang telah dicapai berdasarkan indeks cut off.
Regresi dengan beberapa variabel independent biasanya juga
mensyaratkan uji autokorelasi. Autokorelasi merupakan suatu koefisien yang
menunjukkan korelasi dua nilai pada variabel yang sama pad horizon x i dan xi+k.
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW) sebagai
berikut.
a. 1.65 < DW < 2.35 tidak terjadi autokorelasi
61 Trihendradi, C. 2001. Langkah mudah melakukan analisis statistik menggunakan SPSS19.
Yogyakarta: CV Andi offset. Hal 165-166
b. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1.21 atau DW > 2.79 terjadi autokorelasi
Nantinya, akan di dapatkan nilai uji kelinearan antara variabel rasio
analisis diskriminan Altman (Z-Score) terhadap tingkat kesehatan perusahaan dari
nilai Z-Score yang telah dicapai berdasarkan indeks cut off dalam tabel ANOVA.
Dari tabel tersebut, kemudian kita dapat melihat hipotesis yang muncul adalah
sebagai berikut.
H0 = Tidak terjadi hubungan linear antara variabel rasio analisis diskriminan
Altman (Z-Score) terhadap tingkat kesehatan perusahaan dari nilai Z-Score
yang telah dicapai berdasarkan indeks cut off
H1 = Terjadi hubungan linear antara variabel rasio analisis diskriminan
Altman (Z-Score) terhadap tingkat kesehatan perusahaan dari nilai Z-Score
yang telah dicapai berdasarkan indeks cut off
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Penerapan Z-Score untuk Memprediksi Kesulitan Keuangan dan
Kebangkrutan Perbankan Indonesia. Manajemen Investasi & Portofolio, (Online),
(http://www.geocities.com/rahmatov/Z-Score.PDF, diakses 13 Maret 2012.
Anonim. 2008. Independent Capital Market Directory 2008. Jakarta: ECFIN.
Anonim. 2009. Independent Capital Market Directory 2008. Jakarta: ECFIN.
Anonim. 2010. Independent Capital Market Directory 2008. Jakarta: ECFIN.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta : Rhineka Cipta.
Aryati, T.&Manao, H. 2002. Rasio Keuangan sebagai Prediktor Bank Bermasalah di
Indonesia. Riset Akuntansi Indonesia.
Darmawan, Priyo dan Rina Y Asmara. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan
Terhadap kapitalisasi Pasar dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Retail di BEI.
Jurnal Ekonomi Universitas Bunda Mulia.
Hanafi, M. M. & Halim, A. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Hanafi, M.M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
Jurnal Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM
Press.
Kartikasari, V. 2004. Analisis Diskriminan Altman untuk Mendeteksi Kebangkrutan
Perusahaan Semen Go Public di BEJ. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang : Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Munawir, S. 2002. Analisa Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Prastowo, D. & Juliaty, R. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Setyorini, L. 2006. Analisis Metode Z-Score untuk Menilai Kesehatan Perusahaan Farmasi
yang Listing di BEJ. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE UM.
Soemarso. 1999. Akuntansi Suatu Pengantar. Jilid I. Jakarta: Rhineka Cipta.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supardi & Mastuti, S. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai
Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di BEJ. Kompak, 7: 68-93.
Suwardjono. 2003. Teori Akuntansi Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Trihendradi, C. 2001. Langkah mudah melakukan analisis statistik menggunakan SPSS19.
Yogyakarta: CV Andi offset.
Wetson, J.F & Copeland, T.E. 1992. Manajemen Keuangan. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara