tugas akhir · analisa kredit pemilikan rumah (kpr) bermasalah pada pt. bank tabungan negara...
TRANSCRIPT
ANALISA KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)
BERMASALAH PADA PT. BANK TABUNGAN
NEGARA (PERSERO) TBK, KANTOR
CABANG JAKARTA CAWANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
NURATIKAH
NIM : 61130092
Program Studi Akuntansi
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika
Jakarta
2016
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nuratikah
NIM : 61130092
Program Studi : Akuntansi
Perguruan Tinggi : AMK Bina Sarana Informatika
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul:
“Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang”, adalah
asli (orsinil) atau tidak plagiat (menjiplak) dan belum pernah
diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya
memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa
tugas akhir yang telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan
tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan
saya dari Akademi Manejemen Keuangan Bina Sarana Informatika
dicabut/dibatalkan.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Juni 2016
Yang menyatakan
Nuratikah
3
3
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Nuratikah
NIM : 61130092
Prgram Studi : Akuntansi
Perguruan Tinggi : AMK Bina Sarana Informatika
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Akademi Manajemen
Keuangan Bina Sarana Informatika, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive
Royalti-Free Right) atas karya ilmiah kami yang berjudul: “Analisa Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor
Cabang Jakarta Cawang”, beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada).
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini pihak Akademi Manajemen Keuangan
Bina Sarana Informatika berhak menyimpan, mengalih-media atau format-kan,
mengelolaannya dalam pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan
atau mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai
penulis/pencipta karya ilmiah tersebut.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Akademi
Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika, segala bentuk tuntutan hukum yang
timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 22 Juni 2016
Yang menyatakan,
Nuratikah
4
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisa Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang
Jakarta Cawang”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Diploma Tiga (D.III) Jurusan Program Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan Bina
Sarana Informatika (BSI) Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Dalam penulis Tugas Akhir ini banyak pihak-pihak yang membantu penulis
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapakan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika.
2. Ketua Program Studi Akuntansi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika.
3. Ibu Lavita Vanda, SE, MAK selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Ibu Widiawati selaku Brands Manager Bank Tabungan Negara kantor Cabang
Cawang.
5. Semua Dosen dari Perbankan Diploma tiga (D.III) yang telah memberikan penulis
dengan semua bahan yang di perlukan.
6. Teristimewa rasa terimakasih serta penghargaan yang tulus dan ikhlas penulis
sampaikan kepada Keluarga Tercinta Ayahanda tersayang Muara undolan Daulay.
Ibunda tersayang Tiarna Lubis, Fajaruddin Lubis, SE, MP, Erwin Syah Daulay,
5
5
Sumartini Daulay, Muhammad Lukman Mendrofa,S.T, Nur Asiyah Lubis, S.Pd, dan
Mhike Inrawati
7. Teman-teman seperjuangan Maria Deswantri, Novita Candra Dewi, Defi Mutiara,
Wina isnaini, yogi Nugraha dan Shandra yulia. terimakasih atas kebersamaan dan
kekeluargaan serta dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis.
Penulis telah berupaya dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya
namun penulis menyadari begitu banyak kekurangan dari segi tata bahasa dalam penyusunan
Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan
memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita
Akhirnya penulis berharap kiranya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di
masa yang akan datang. Amin
Jakarta, 22 Juni 2016
Nuratikah
61130092
6
6
ABSTRAK
Nuratikah (61130092), Analisa Kredit Pemilikan Rumah Bermasalah Pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang PT. Bank Tabungan Negara adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa layanan, yaitu
perbankan. Produksinya tidak menciptakan barang tetapi menjual produk dana, kredit dan
jasa layanan lainnya kepada nasabah. Salah satu fasilitas kredit yang diberikan PT. Bank
Tabungan Negara adalah kredit umum yang diberikan kepada masyrakat sekitar. Dalam
pemberian kredit adakalanya kredit tidak dapat kembali tepat waktu. Kondisi ini dinamakan
kredit bermasalah. Kredit bermasalah akan menggangu kinerja bank, untuk itu kredit
bermasalah harus diselesaikan dengan prosedur yang telah diterapkan oleh bank. Metode
pengumpulan data dalam penyusunan Tugas Akhir adalah metode observasi, wawancara,
studi pustaka dengan metode analisan kulitatif yaitu metode analisa data tanpa menggunakan
analisa statistik. Dalam data analisa di PT. Bank Tabungan Negara, penulis menggunakan
lima kategori yaitu Lancar, Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.
Kategori berdasarkan Kloktibilitas, Kategori lancar 0 hari, Perhatian Khusus 90 hari, Kurang
lancar 120 hari, Diragukan 180 hari, dan Macet 270 hari. Dalam analisa yang telah dilakukan
, Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2013 adalah 30,06% , 2014 adalah 34,38% dan
2015 adalah 29,83%. Non Perfprming Loan (NPL) lebih besar dari 5% menunjukkan bahwa
Bank Tabungan Negara tidak sehat. Adanya kategori tidak sehat terhadap Non Performing
Loan maka PT. Bank Tabungan Negara akan terus mengupayakan langkah penurunan Non
Performing Loan (NPL) dengan cara mengintensifkan penagihan, pembinaan kepada
nasabah, pengaktifan tim penagihan kredit bermasalah, dan ekpensi kredit dengan secara
lebih selektif dan terus memegang prinsip kehati-hatian.
Kata Kunci : Bank, Kredit, Kredit Bermasalah
7
7
ABSTRACT
Nuratikah (61130092), Housing Credit Analysis Troubled On PT. Bank Tabungan Negara
(Persero), Cawang Jakarta Branch Office.
PT. State Savings Bank is a company engaged in services, namely banking. Its production
does not create goods but sell fund products, credit and other services to customers. One of
the credit facility provided by PT. State Savings Bank credit is commonly given to the
community around. In the lending credit sometimes can not be returned on time. This
condition is called a credit crunch. Problem loans will interfere with the performance of the
bank, to the non-performing loans must be resolved with the procedure that has been applied
by the bank. Methods of data collection in the preparation of final project is the method of
observation, interviews, library research method is a method analisan qualitative data
analysis without the use of statistical analysis. In the data analysis in PT. State Savings Bank,
the author uses five categories: Current, Special Mention, Substandard, Doubtful, and Loss.
Categories based Kloktibilitas, Category smoothly 0-day, 90-day Special Mention,
Substandard 120 days, 180 days Doubtful, and Loss 270 days. In the analysis that has been
done, Non Performing Loan (NPL) in 2013 was 30.06%, 2014 was 34.38% and in 2015 was
29.83%. Their unhealthy category against Non Performing Loan PT. State Savings Bank will
continue to pursue the reduction in non-performing loans (NPL) by way of intensifying the
collection, guidance to customers, billing team activation of nonperforming loans, and credit
ekpensi to be more selective and continue to hold the precautionary principle.
Keywords: Bank, Credit, Credit Problems
8
8
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Tugas Akhir .............................................................................. i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ...................................................... ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah................................. iii
Lembar Persetujnuan Dan Pengesahan Tugas Akhir ....................................... iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir ...................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar ................................................................................................. x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 4
1.3. Tujuan Dan Manfaat ........................................................... 4
1.4. Metode Pengumpulan Data ................................................. 4
1.5. Ruang Lingkup................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Bank .................................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Bank ....................................................... 6
2.1.2. Fungsi Bank ............................................................. 8
2.1.3. Kegiatan Bank .......................................................... 10
2.1.4. Jenis-Jenis Bank ...................................................... 13
2.2. Kredit .................................................................................. 20
2.2.1 Pengertian Kredit ..................................................... 6
9
9
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit ................................................. 8
2.2.3 Tujuan Kredit ........................................................... 10
2.2.4 Fungsi Kredit ........................................................... 13
2.2.5 Jenis-jenis Kredit .................................................. 6
2.2.6 Jaminan Kredit ...................................................... 8
2.2.7 Kualitas Kredit ...................................................... 10
2.3 Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ........................................ 22
2.3.1 Pengertian Kredit Pemilikan Rumah .................... 13
2.3.2 Objek Kredit Pemilikan Rumah ............................ 6
2.3.3 Tujuan Analisa Kredit Pemilikan Rumah ............. 8
2.3.4 Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah ..................... 10
2.4 Kredit Macet ....................................................................... 23
2.4.1 Pengertian Kredit Macet ...................................... 13
2.4.2 Penyebab Kredit Macet ......................................... 6
2.4.3 Penyelesaian Kredit Macet .................................... 8
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Tentang PT . BTN (Persero) Tbk .... 24
3.1.1 Sejarah Singkat PT. BTN (Persero) Tbk ............. 25
3.1.2 Struktur Organisasi PT. BTN ............................. 25
3.1.3 Kegiatan Usaha PT. BTN ..................................... 43
3.2 Hasil Penelitian .............................................................. 26
3.2.1 Analisa Penyelesaian Kredit Bermasalah ........... 27
3.2.2 Analisa Nilai NPL PT. BTN ............................... 30
3.2.3 Analisa Perkembangan NPL PT.BTN ................ 30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................ 59
4.2 Saran ...................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN PKL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Stuktur Organisasi ........................................................ 39
11
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Komposisi Kredit yang Diberikan
Berdasarkan Penyaluran 2013-2015.......................................51
Tabel III.2 Rincian Kredit Non forming loan
(NPL) Periode 2013-2015.......................................................52
Tabel III.3 Kesehatan Bank Non Performing
Loan (NPL) Periode 2013-2015..............................................55
Tabel III.4 PerkembanganNon Performing
Loan (NPL) Periode 2013-2015.............................................. 56
12
12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A1 Bukti Wawancara...................................................................63
Lampiran B1 Laporan Keuangan Periode 31 Desember 2013 sampai 31 Desember
13
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah adalah salah satu kebutuhan primer bagi manusia, di erasekarang sulit kiranya
untuk membangun rumah secara langsung, terlebih dikota besar. Perbandingan harga tanah
yang mahal dan bahan bangunan yang semakin melambung tinggi dengan rata-rata gaji yang
didapat oleh kebanyakan warga di kota besar rasanya sulit untuk membangun rumah secara
langsung.Pembiayaan perumahan adalah salah satu jawaban dari persoalan diatas, banyak
perumahan yang dibangun mulai kelas perumahan rakyat hingga setingkat perumahan mewah
dan apartemen. Banyak Bank berlomba-lomba untuk menawarkan berbagai produknya untuk
kredit perumahan, dari Bank syariah maupun Bank konvensional. Secara konsep dalam
mengajukan kredit perumahan Bank syariah maupun Bank konvensional adalah sama seperti
KTP, NPWP, Proposal, laporan keuangan dan sebagainya.
Aspek yang membedakan bisa dari aspek legalitas, usaha yang dibiayai dan lain
sebagainya. Bicara soal pembiayaan perumahan tak lepas dari kiprah Bank Tabungan Negara
(BTN), Bank Badan Usaha Milik Negara(BUMN) ini telah puluhan tahun berkecimpung
dalam dunia kredit perumahan dengan produk unggulannyayaitu Kredit Pemilikan Rumah
(KPR).Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak
terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit macet dapat
disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur.
Macetnya kredit merupakan suatu hal yang sulit diprediksi dengan tepat, tetapi dapat
di antisipasi oleh kreditur atau bank selaku pemberi kredit. Berdasarkan pemaran diatas
penulis tertarik mengambil judul Tugas Akhir “Analisa Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
14
14
Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta
Cawang”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Bank Tabungan Negara menyelesaikan kredit yang memiliki masalah dalam
pembayaran?
2. Bagaimana perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan oleh Bank
Tabungan Negara Tbk, Cabang?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses penyelesaian kredit yang memiliki masalah dalam pembayaran
pada Bank Tabungan Negara Tbk, Cabang.
2. Untuk mengetahui perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan oleh Bank
Tabungan Negara Tbk, Cabang.
Sedangkan manfaat dari penelitian iniadalah
1. Dapat memberikan dan menambah wawasan bagi penulismengenai cara penyelesaian
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bermasalah.
2. Sebagai bahan masukan bagi Bank Tabungan Negara dalam mengevaluasi pembuatan
kebijakan terhadap penyelesaian pembayaran rumah bermasalah.
3. Sebagai referensi dan masukan bagi Mahasiswa Bina Sarana Informatika (BSI).
1.4. Metode Pengumpulan Data
15
15
Teknis pengumpulan data dan informasi yang digunakan oleh penulis untuk penelitian
ini menggunakan 3 teknik, yaitu:
1. Observasi
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap masalah dan tempat melakukan peninjauan kemudian mencocokan dengan data
yang diperoleh sebelumnya. Dilakukan terhadap sumber data sesuai dengan unit observasi.
2. Wawancara
Selain melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara dengan Responden
dengan jabatan Credit Officer serta Responden dengan jabatan Field Collector yang
berhubugan dengan penyebab dan penyelesaian terhadap kredit bermasalah pada Bank
Tabungan Negara KCP Cawang Dewi Sartika, Jakarta.
3. Studi Pustaka
Selain melakukan kegiatan tersebut diatas peneliti juga melakukan studi kepustakaan
melalui referensi-referensi yang ada di perpustakaan Akademi Manajemen Keuangan Bina
Sarana Informatika maupun di perpustakaan lainnya.
1.5. Ruang Lingkup
Untuk membatasi penelitian ini, maka peneliti akan membahas mengenai cara Bank
Tabungan Negara (BTN) dalam menyelesaikan kredit bermasalah berikut
perkembangan kredit bermasalah yang berhasil diselesaikan oleh Bank Tabungan
Negara selama periode 2013-2015.
16
16
1.6. Sistematika Penulisan
Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya peneliti menjelaskan dahulu secara garis
besar mengenai sistematika penulisan, sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami isi dari laporan Tugas Akhir ini.
Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, maksud dan
tujuan penelitian Tugas Akhir, metode penelitian, ruang lingkup dan
sistematika penulisan.
Bab II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisikan tentang uraian pengertian umum dan teori-teori
pendukung dalam penulisan Tugas Akhir yang membahas mengenai “Analisa
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bermasalah Pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Jakarta Cawang” .
Bab III PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang secara umum, tujuan Bank Tabungan
Negara dengan menguraikan sejarah dan struktur organisasi, kegiatan bank,
perancanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan analisa kredit pemilikan rumah
yang bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor
Cabang Jakarta Cawang.
Bab IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari pembahasan,
dilanjutkan dengan saran-saran untuk mencapai suatu hasil yang terbaik.
17
17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Kasmir, (2012:24) Bank, adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari
masyrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyrakat luas yang
dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah Funding. Pengertian menghimpun dana
adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan membeli dari masyarakat luas. Pembelian
dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar
masyrakat menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih
oleh masyarakat adalah giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Setelah
memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka pihak perbankan
memerikan tanggapan berupa jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan
menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.
Sedangkan menurut Dendawijaya (2009: 25) Bank, adalah “suatu badan usaha yang
tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang
menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana pada
waktu yang ditentukan”.
2.1.2. Fungsi Bank
Fungsi bank adalah sebagai agent of trust, agent ofdevelopment, dan agent of
servicemenurut Triandaru dan Santoso ( 2009: 9), terdiri dari:
18
18
1. Agent of Trust
Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary yaitu
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur)
dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur).
Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur kepercayan
(trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur
kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada
debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan juga.
2. Agent of Development
Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian
masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang
lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja
dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat,
seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa.
3. Agent of Services
Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank seperti transfer
uang, inkaso, letter of credit, automated teller machine, money market, capital market, dan
19
19
lain-lain. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum.
2.1.3. Kegiatan Bank
Menurut Ismail (2010:23) kegiatan bank, adalah:
“menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Kegiatan tersebut, terkait
dengan kegitan pembelian dana. Bank akan membayar sejumlah biaya tertentu dalam
rangka menghimpun dana masyarakat tersebut. Kemudian setelah dana dihimpun,
maka tidak terjadi idle fund, dan bank segera menyalurkannya dalam bentuk aktiva
produktif, yaitu aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan”.
Didalam kegitan penyaluran dana, bank akan menjual dengan harga tertentu kepada
pihak yang membutuhkan dana serta membeli dengan harga tertentu kepada pemilik dana
tersebut. Dari kegiatan jual beli uang inilah bank akan memperoleh keuntungan yaitu dari
selisih harga beli (bunga simpanan) dengan harga jual (bunga pinjaman). Disamping itu
kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana adalah memberikan jasa-jasa lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.
2.1.4. Jenis-Jenis Bank
Perkembangan bank saat ini membuat bank-bank yang ada di Indonesia dibedakan
dalam beberapa pengelompokan menurut Kasmir (2012:21) Pengelompokan bank itu terdiri
dari:
1. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran.
20
20
2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau syariah dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank berdasarkan kepemilikannya menurut Taswan (2010:9), terdiri dari:
1. Bank milik pemerintah adalah bank yang akte pendirian dan modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank tersebut merupakan milik pemerintah.
Contohnya: Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.
2. Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu
pula pembagian keuntungan diambil oleh pihak swasta juga. Contohnya: Bank Central
Asia (BBCA), Bank Danamon, Bank Bukopin, Bank Sinarmas, dan bank swasta nasional
lainnya.
3. Bank milik asing, adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang berada diluar
negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contohnya
American Express Bank, Hongkong Bank, Bangkok Bank dan bank asing lainnya.
4. Bank milik campuran, adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional, kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara
Indonesia. Contohnya: Inter Pasifik Bank, Bank Finconesia, dan bank campuran lainnya.
Bank berdasarkan kegiatan devisa menurut Triandaru dan Santoso (2009:76):
1. Bank Devisa, adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar
negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of
Credit(L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Untuk menjadi bank devisa harus memenuhi
semua persyaratan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
21
21
2. Bank Non Devisa, adalah bank yang mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank
devisa sehingga transaksi yang dilakukan hanya dalam batas–batas suatu negara.
Bank berdasarkan cara menentukan harga menurut Triandaru dan Santoso (2009:15)
terdiri dari:
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional dalam mencari keuntungan dan menetapkan
harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan
dua metode. Pertama, spead based dengan menetapkan bunga sebagai harga jual produk
simpanan deposito dan harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Kedua, fee based untuk jasa- jasa bank lainnya
pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam
nominal atau persentasetertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran, dan
biaya-biaya lainnya yang dikenal dengan istilah fee based.
2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara: pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah waiqtina). Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan
harga produknya dengan bunga tertentu.
2.2. Kredit
2.2.1. Pengertian Kredit
22
22
Istilah kredit menurut Kasmir berasal dari bahasa Romawi “Credere” atau “credo”
dan“creditum” yang kesemuanya berarti kepercayaan. Menurut bahasa inggris yaitu “faith”
dan “trust”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (bank) dalam hubungannya
dengan debitur (nasabahnya) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan
dengan syarat- syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan kredit yang
bersangkutan.
Menurut Hariyani (2010:9)kredit, adalah:
“kepercayaan. Atas dasar kepercayaan kepada seseorang yang memerlukannya maka
diberikan uang, barang atau jasa dengan syarat membayar kembali atau memberikan
penggantiaannya dalam suatu jangka waktu yang telah diperjanjikan. Yang terpenting
dalam praktik perbankan adalah penyerahan uang, karena uang merupakan pengganti
barang atau jasa dan telah luas dipergunakan. Dalam kehidupan sehari-hari kredit
diartikan pinjaman atau utang”.
1. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif dari rekening giro nasabah yang tidak dapat
dibayar lunas pada akhir hari.
2. Pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
3. Pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
Sedangkan menurut Mahmoeddin (2010:2) kredit, adalah:
“penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Dari beberapa pengertian kredit diatas dapat diambil kesimpulan kredit diartikan
sebagai kepercayaan. Maksudnya bagi pemberi kredit adalah percaya kepada penerima kredit
bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi
penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk
membayar sesuai jangka waktu yang telah disepakati.
23
23
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit merupakan pemberian kepercayaan.
Menurut Tamin (2012:14) unsur-unsur kredit terdiri dari:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya
baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi
yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai argo dari uang
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi dari nilai uang yang akan diterima pada masa
yang akan datang.
3. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang
akan diterima kemudian hari.
4. Prestasi, yaitu objek kredit yang tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam
bentuk barang atau jasa.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit menurut
Tamin (2012:22) terdiri dari:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang
diberikan berupa uang atau jasa akan benarbenar diterima kembali di masa tertentu di
masa mendatang.
24
24
2. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masingmasing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang mencakup masa
pengembalian kredit yang disepakati.
4. Risiko
Risiko, yaitu kemungkinan kerugian yang akan diderita pemberi kredit karena prestasi
yang telah diberikan kepada orang lain.
Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal :
a. Faktor kerugian yang diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak
membayar kreditnya padahal mampu.
b. Faktor kerugian yang ditimbulkan oleh unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga
mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana
alam.
2.2.3. Tujuan Kredit
Menurut Kasmir (2012:105) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan lainnya
ada beberapa tujuan pemberian suatu kredit antara lain :
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
25
25
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka
semakin baik, mengingat semakin bnyak kredit berarti adanya peningkayan pembangunan
diberbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengn menyebarkan pemberian kredit adalah:
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot
tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produ-produk yang sebelumnya diimpor
dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada
jelas akan dapat menghemat devisa negara.
2.2.4. Fungsi Kredit
Kredit dapat dikatakan mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik bagi
debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik, seperti
peningkatan kesejahteraan masyarakat, kenaikan jumlah pajak negara dan peningkatan
ekonomi negara yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang
diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian, dan perdagangan
mempunyai fungsi, sebagai berikut :
26
26
Menurut Kasmir (2012:106) fungsi kredit yang secara luas antara lain :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang
atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
tambahan uang dari lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sii debitur untuk mengolah
barang yang tidak berguna menjadii berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang darii satu wilayah ke wilayah
lainnya, sehingga barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah
atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan
adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh
masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi
si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
27
27
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, dalam hal meningkatkan
pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si
penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberi kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.
2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
Jenis-Jenis kredit menurut Kasmir (2012:99), terdiri dari :
1. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit:
a. Kredit jangka pendek (short term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang berjangka
waktu kurang dari satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja,
contohnya kredit peternakan ayam atau kredit untuk pertanian.
b. Kredit jangka menengah (intermediate term credit) yaitu jangka waktu kreditnya
berkisar antara satu sampai tiga tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk
melakukan investasi, contohnya kredit untuk pertanian seperti jeruk atau peternak
kambing.
c. Kredit jangka panjang (long term credit) yaitu merupakan kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga atau lima tahun, biasanya kredit ini
untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan
2. Jenis kredit berdasarkan lembaga yang menerima kredit:
a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
28
28
b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan, tetapi
kepada perorangan.
d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi.
3. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya:
a. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka
pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, piutang, dan
lain-lain.
b. Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan
kepada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi, perluasan ataupun pendirian
proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.
c. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga
atauperorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa
barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.
2.2.6. Jaminan Kredit
Istilah jaminan menurut Kasmir (2012:113) digunakan untuk hukum jaminan atau hak
jaminan. Namun istilah hukum jaminan ternyata mempunyai makna yang lebih luas dan
umum serta bersifat mengatur dibandingkan dengan hak jaminan seperti halnya hukum
kebendaan yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan mempunyai sifat mengukur
dari pada hak kebendaan.
Jaminan kredit menurut teori Kasmir sebagi berikut:
1. Adanya kaidah hukum
29
29
Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah
hukum tertulis dan kaidah hukum tidak tertulis. Kaidah hukum jamina tertulia adalah
kaidah- kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, dan
yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang
dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyrakat yang dilakukan
secara lisan.
2. Adanya pemberi dan penerima jaminan
Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang
jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan adalah orang
atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Penerima jaminan adalah orang
atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak
sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum.
3. Adanya jaminan
Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan material dan
immaterial. Jaminan material merupakan jaminan yang berupa hak kebendaan, seperti
jaminan atas bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan immaterial merupakan jaminan
non kebendaan.
4. Adanya fasilitas
Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan
fasilitas kredit dari bank atau lembaga keruangan lainnya.
Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah mempertimbangkan
dua faktor, yaitu :
1. Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal sehingga apabila suatu hari
nanti nasabah debitur melakukan wanprestasi (cedera janji), maka bank memiliki kekuatan
yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.
30
30
2. Marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat segera dijual atau
diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.
2.2.7. Kualitas Kredit
Penilaian kualitas menurut Kasmir (2012:116) hanya didasarkan atas ketepatan
pembayaran pokok dan bunga. Berdasarkan penetapan tersebut di atas, maka kualitas kredit
digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet,
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Lancar (L) adalah pinjaman dengan kondisi pembayaran tepat waktu dan tidak ada
tunggakan. Kredit digolongkan sebagai kredit lancar, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
2. Dalam Perhatian Khusus (DPK) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari. Kredit digolongkan DPK, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90
(sembilan puluh hari).
b. Jarang Terjadi cerukan.
c. Mutasi rekening relatif aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang dijanjikan.
3. Kurang Lancar (KL) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan /
atau bunga yang telah melampaui hari sampai dengan 120 hari. Kredit yang digolongkan
sebagai kredit kurang lancar, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
31
31
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90
(sembilan puluh hari) dan tidak melebihi 120 (seratus dua puluh hari).
b. Sering terjadi cerukan.
c. Mutasi rekening relatif rendah.
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 (sembilan
puluh hari) dan tidak melebihi 120 (seratus dua puluh hari).
e. Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
f. Dokumentasi pinjaman lemah.
4. Diragukan (D) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan /atau
bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari. Kredit digolongkan sebagai
kredit diragukan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 120
(seratus dua puluh hari) dan tidak melebihi 180 (seratus delapan puluh hari)
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 120 (seratus dua puluh hari) dan tidak melebihi 180
(seratus delapan puluh hari).
d. Terjadi kapitalisasi bunga.
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan
jaminan.
5. Macet (M) adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan / atau bunga
yang telah melampaui 180 hari. Kredit digolongkan sebagai kredit macet, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terjadi tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus
delapan puluh hari).
b. Dari nilai hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
32
32
2.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
2.3.1. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin (2012:157) Kredit Pemilikan Rumah (KPR), adalah:
“Salah satu bentuk dari kredit konsumer yang dikenal pula dengan housing loan
pemberian fasilitas ini untuk konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk
kepentingan pribadi , keluarga atau rumah tangga, tidak ditujukan untuk yang bersifat
komersial dan tidak memiliki pertambahan nilai barang atau jasa di masyarakat”.
Kredit pemilikan rumah (KPR) merupakan sebagian dari fasilitas kredit yang
ditujukan langsung kepada konsumen yang terdiri atas berbagai strata dalam masyarakat.
Berhubung ditujukan langsung kepada konsumen, kredit ini dinamakan sebagai kredit
konsumen atau kredit konsumtif.
2.3.2. Objek Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin ( 2012:45) objek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Tinjauan Rumah, Perumahan dan Permukiman
Permukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Permukiman berasal dari kata
housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement
yang artinya permukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan
rumah beserta atau benda mati, yaitu houses dan landsettlement. Sedangkan permukiman
memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan
perilakunya di dalam lingkungan, sehingga permukiman menitikberatkan pada sesuatu
yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia. Dengan demikian, perumahan
dan permukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat
hubungannya, yang pada hakekatnya saling melengkapi.
33
33
2. Objek Kredit Pemilikan Rumah
Hak untuk memperoleh rumah dengan cara KPR adalah hak yang dapat dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat. Namun demikian, terdapat persyaratan khusus yang diminta
oleh pihak bank (kreditur) dan harus dipenuhi oleh pihak nasabah (debitur) dalam rangka
kelengkapan syarat administrasi kepemilikan rumah melalui KPR tersebut.
Adapun persyaratan administrasi umum yang harus dipenuhi oleh
pihak nasabah sebagai pemohon KPR antara lain sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Berusia minimal 21 tahun atau telah menikah pada saat pengajuan kredit, dan maksimal
berusia 60 tahun pada saat kredit berakhir.
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami/istri yang masih berlaku, Kartu Keluarga (KK) dan
Akta Nikah/Cerai.
4. Pas photo ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar.
5. Telah memiliki masa kerja atau telah menjalankan usaha minimal selama 1 (satu) tahun.
6. Memiliki penghasilan yang cukup terjamin kelangsungannya.
7. Bagi pemohon yang masih menjadi debitur, disyaratkan minimal selama 24 bulan terakhir
memiliki performance yang baik dan tidak mempunyai tunggakan.
2.3.3. Tujuan Analisa Kredit Pemilikan Rumh (KPR)
Tujuan analisa kredit pemilikan rumah menurut Tamin (2012:167) yaitu “untuk
memproleh keyakinan apakah nasabah layak mendapatkan fasilitas kredit, usaha nasabah
layak, nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada Bank
secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya,sesuai dengan kesepakatan
dengan baik. Untuk itu agar dapat melaksanakan kegiatan permohonan pemberian kredit
secara sehat”.
Tujuan adanya kredit pemilikan rumah beberapa sumber, maksud dan tujuan
diberikannya layanan kredit pemilikan rumah sudah jelas artinya membantu para nasabah
34
34
yang ingin memiliki rumah tetapi tidak mempunyai uang secara cash/tunai dalam jumlah
banyak. Tujuan tersebut agar lebih ditekankan pada kebutuhan primer karena rumah
merupakan tempat untuk tinggal dan unutk melakukan kegiatan lain. KPR merupakan sarana
fasilitator untuk mendapatkan suatu kredit khususnya rumah.
Agunan yang diperlukan untuk kredit pemilikan rumah adalah rumah yang akan dibeli
itu sendiri untuk KPR Pembelian, sedangkan KPR Multiguna atau KPR Refinancing yang
menjadi agunan adalah rumah yang sudah dimilki. Karena masuk dalam kategori konsumtif
maka peruntukan KPR haruslah untuk kegiatan yang bersifat konsumtif seperti pembelian
rumah, furniture, kendaraan bermotor, dan tidak diperbolehkan untuk kegiatan yang bersifat
produktif seperti pembelian stok barang dagangan, modal kerja, dan lain sebagainya.
2.3.4. Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Tamin (2012:60) jenis-jenis pemilikan rumah (KPR) terdiri dari:
1. Kredit Perorangan, antara lain yaitu:
a. KPR Bersubsidi
Secara prinsip terdapat beberapa jenis dan persyaratan dalam KPR bersubsidi yang
diberikan oleh bank, yaitu:
1) Kelompok Sasaran dan pilihan jenis KPR bersubsidi. KPR bersubsidi diberikan
kepada keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah dan termasuk
ke dalam kelompok sasaran masyarakat berpenghasilan rendah.tetap, yang
memenuhi persyaratan untuk memperoleh fasilitas kredit sesuai dengan ketentuan
bank.
2) Penghasilan yang dimaksud adalah penghasilan pemohon yang didasarkan atas gaji
pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan.
35
35
3)Subsidi diberikan kepada kelompok sasaran, baik yang berpenghasilan tetap
maupun yang berpenghasilan tidak tetap.
b. Kredit Griya Utama
Adalah fasilitas kredit dengan peruntukan membeli rumah (baru/lama), rumah belum
jadi (KGU Indent), atau rumah take over.
c. KPR Platinum
Adalah Fasilitas kredit yang diperuntukkan bagi pemohon /calon debitur untuk
membiayai pembelian tanah dan bangunan rumah tinggal (baru/lama) dengan maksimal
kredit > 150 juta.
2.4. Kredit Macet
2.4.1. Pengertian Kredit Macet
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.
Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk
membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak
dalam perjanjian kredit.
Kredit bermasalah menurut ketentuan (Bank Indonesia) BI merupakan rasio yang
menggabungkan tingkat dalam nilai kredit bermasalah (kredit lancar kredit dalam perhatian
khusus kredit kurang lancar kredit diragukan kredit macet) Bank Indonesia juga telah
menetapkan rasio kredit bermasalah yaitu sebesar 5% .
Menurut Darmawan (2014:35) kredit macet, adalah:
“kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit yang diragukan, dan kredit macet.
Istilah kredit macet telah digunakan Perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem
loan yang merupakan istilah yang sudah lajim digunakan di dunia internasional.
Istilah lain dalam bahasa inggris yang biasa dipake dalam istilah kredit bermasalah
adalah non-performing loan”.
36
36
Selanjutnya menurut Kasmir (2012:128), dalam praktiknya kemacetan suatu kredit
disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:
1. Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti sehingga apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah melakukan
perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur
sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.
2. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu:
a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud
membayar kewajibannya. Dapat dikatakan tidak adanya unsur ketidakmauan untuk
membayar walaupun sebenarnya nasabah mampu.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran,
kebanjiran, kegagalan dalam bidang usaha, sakit yang berkepanjangan,kematian,
sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan satu proses. banyak gejala tidak
menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah, sebenarnya telah
bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri muncul di permukaan. Gejala-gejala yang
muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah yaitu:
1. Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit.
2. Penurunan kondisi keuangan perusahaan.
3. Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti.
4. Penyajian bahan masukan secara tidak benar.
37
37
5. Menurunnya sikap kooperatif debitur.
6. Penurunan nilai jaminan yang disediakan.
7. Problem keuangan atau pribadi.
2.4.2. Penyebab Kredit Macet
Menurut Tamin (2012:72) penyebab kredit macet, adalah:
“sebagaimana lazimnya, begitu setiap kredit dicairkan maka otomatis akan timbul
resiko, bahkan kearah kemungkinan kredit macet. Kredit macet memang sudah
merupakan resiko yang melekat dan harus dipikul oleh pemberi kredit. Namun
demikian hal itu dapat diminimalisir untuk menghindari kerugian yang lebih besar
misalnya asuransi kredit, agunan yang margetablepengikat yang kuat”.
Berbica tentang kredit macet bank memang selalu dihadapkan kepada masalah yang
cukup kompleks. Seringkali penyebab kredit macet itu tidak hanya bersumber dari satu faktor
saja, tetapi dapat dari berbagai faktor. Dua perusahaan sektor usaha sama yang memiliki
kredit macet, penyebab macetnya pinjaman bisa saja tidak sama, atau bisa sama dalam satu
faktor namun faktor lainnya berbeda.
Menurut Tamin (2012:75) ada beberapa faktor penyebab kredit macet antara lain:
1. Dari Sudut Penerima Kredit (Debitur)
a. Manajemen.
Kepiawayan debitur (pemilik perusahaan) dalam menjalan usahanya sangat lah
menentukan. Setiap peluang bisnis yang muncul harus dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh debitur sehingga bisa benar-benar menghasilkan keuntungan yang riil. Namun
demikian kebijakan bank yang tidak tepat atau kurang bijaksana akan dapat
mempengaruhi kelancaran jalannya usaha. Misalnya praktik dalam kebijakan
kepegawaian yang tidak baik, sehingga akan menimbulkan pemogokan kerja, kerja
malas-malasan, produktifitas rendah dan piutang tidak tertagih meningkat.
38
38
b. Keuangan
Kondisi keuangan yang memburuk akibat terlalu banyaknya utang dan akibat
banyaknya piutang yang tidak tertagih memang bisa menyebabkan sebuah usaha
menjadi macet. Namun disamping itu ada penyebab lain seperti sistem belanja
perusahaan yang tidak benar, sistem prioritas belanja yang tidak tepat, keuangan yang
tidak terkontrol dengan baik, biaya operasional yang terlalu tinggi, atau bahkan
penghianatan oleh kepercayaan sendiri. Untuk menggali kebenaran suatu keuangan dan
rencana debitur dalam meningkatkan usahnya, disamping verifikasi data keuangan,
bank perlu mendekati calon debitur secara lebih agar info sebenarnya bisa didapatkan.
c. Kepribadian atau Watak
Dalam hal ini kepribadian atau watak dari debitur dapat mempengaruhi kredit macet,
misalnya jika awal debitur memang tidak serius menggunakan kredit dengan baik, hal
ini sulit dideteksi oleh bank karena debitur pasti berusaha menutupi hal tersebut. Dalam
pembelanjaan investasi yang belum perlu dilakukan atau masih bisa ditunda tetapi,
tetap dilakukan dan meminta kredit kepada bank sehingga hal itu akan menambah
beban biaya. Kredit yang diterima sebagian atau seluruhnya digunakan untuk
membayar utang pribadi, membeli mobil baru untuk anaknya atau bisa terjadi biaya
hidup melebihi pendapatan dari usahanya.
2. Dari Sudut Pemberi Kredit (Bank)
a. Analis Kurang Melakukan Verifikasi Data
Penyebab kenapa verifikasi data tidak memberikan yang kurang maksimal sebagai
mana mestinya ialah keterbatas waktu dari seorang analis untuk melakukan pengecekan
menyeluruh dan permintaan pengadaan dat tidak direspon dan dipenuhi oleh calon
debitur.
39
39
b. Ditekan Pencapaian Target
Jika seorang analis dikejar target, maka biasanya langkah yang dilakukan analis bukan
dengan memberikan kredit sebesar-besarnya guna pencapaian target, tetapi bagaimana
memproleh debitur sebanyak-banyaknya. Sejatinya bagi bank lebih baik target tidak
tercapai dari pada akhirnya potensi kredit macet jadi melonjak.
c. Analisa Prospek Yang Kurang Mendalam
Setiap analisa dan proyeksi kedepan sebaiknya didasarkan atas data-data yang akurat
sehingga hasilnya akan baik. Bagaimana pun baiknya prospek suatu usaha yang akan
dibiayai, resiko usaha akan selalu ada. Namun dengan analisa dan proyeksi yang baik
hal itu tentu akan disusun berbagai antisipasi untuk mengurahi resiko tersebut.
2.4.3. Penyelesaian Kredit Macet
Menurut Haryani (2010:41) jika tindakan untuk penyelamatan kredit yang dilakukan
oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa
penyelesaian kredit macet melalui penghapusan kredit macet (writeoff). Penghapusan kredit
macet terbagi dalam dua tahap:
1. Hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write off.
2. Hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write off.
Hapus buku dilakukan dengan cara mengeluarkan portofolio kredit macet dari
pembukuan bank, namun tetap melukan penagihan kepada debitur. Sedangkan dalam
program hapus tagih, bank tidak lagi melakukan penagihan kepada debitur. Jika kemudian
program hapus buku dan hapus tagih belum juga berhasil mengembalikan dana kredit yang
disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet melalui
jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non-ligitasi (diluar proses peradilan). Program
40
40
hapus buku dan hapus tagih dilakukan untuk menurunkan rasio kredit bermasalah sehingga
dapat meningkatkan tingkat kesehatan bank.
Menurut Tamin (2012:77) program penghapusan kredit terhadap portofolio macet
dalam praktiknya bisa saja mengalami keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan program
tersebut terutama dapat diukur dari tingginya angka pengembalian atau pelunasan kredit
macet, baik pelunasan secara tunai ataupun dengan cara penyerahan agunan. Dilain pihak,
program tersebut juga bisa mengalami kegagalan, yaitu jika debitur kredit macet tidak mau
atau tidak mampu melunasi kreditnya. Kegagalan program penghapusan kredit dapat dipicu
oleh sejumlah faktor yaitu:
1. Debitur tidak mempunyai informasi yang jelas dan lengkap tentang keberadaan program
hapus buku dan hapus tagih.
2. Debitur kesulitan melunasi untng secara tunai.
3. Debitur kesulitan menjual sendiri agunanya.
4. Bank enggan menerma pelunasan utang dengan cara assetsettlement.
5. Bank enggan memberikan fasilitas restrukturisasi kredit dan refinansing
6. Bank tidak lagi memberikan tambahan waktu kepada debitur untuk menjual sendiri
agunannya.
Menurut Tamin (2012:50) penyelesaian kredit macet dengan cara non-litigasi dapat
ditempuh melalui:
1. Penjualan portofolio kredit macet.
2. Pengambilan alihan agunan.
3. Alternatif penyelesaian senggeta (negoisasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase).
4. Penjualan agunan via parate exsekusi.
5. Penjualan aguana secara suka rela.
6. Penjualan agunan dibawah tangan.
7. Pelelangan agunan via lelang secara suka rela.
41
41
Bentuk penyelamatan kredit macet menurut Bank Indonesia dalam buku Kasmir
adalah sebagai berikut:
1. Rescheduling, atau penjadwalan kembali. Yaitu upaya berupa melakukan perubahan
syarat-syarat perjanjian kredit yang berkenan dengan jadwal pengembalian/pembayaran
kembali kredit atau jangka waktu kredit termasuk masa tenggang dan termasuk perubahan
besarnya jumlah angsuran.
2. Reconditioning, atau persyaratan kembali. Yaitu upaya melakukan perubahan atas
sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya kepada
perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu kredit.
3. Restructuring, atau penataan kembali. Yaitu upaya berupa perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas
sebagian atau seluruh dari kredit macet itu menjadi penyertaan dalam perusahaan dan atau
konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi kredit baru. Pemberian kredit
baru ini dimaksudkan supaya perusahaan yang macet kreditnya diharapkan dapat bangkit
kembali melakukan aktivitas usahanya sehingga nasabah dapat membayar kembali
tunggakan cicilan beserta bunganya.
Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian pembayaran angsuran KPR (collection),
bank wajib paling kurang menyusun sistem dan prosedur operasional mengenai collection
baik yang dilakukan oleh unit kerja bank dengan menggunakan tenaga collector yang
merupakan pegawai bank maupun dengan menggunakan jasa pihak ketiga termasuk alternatif
tindak lanjut penanganan permasalahan collection.
42
42
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Tabungan Negara (persero), TBK
3.1.1.Sejarah singkat PT. Bank Tabungan Negara (persero), TBK.
Bank BTN lahir sekitar tahun 1897, pada saat itu masih bernama Postpaar bank yang
berkedudukan di Batavia ( Jakarta ). Bank BTN berkali-kali berganti nama mulai dari
postpaarbank, kemudian berganti menjadi Tyokin Kyoku yang dikendalikan oleh
pemerintahan Jepang. Kemudian berganti nama lagi menjadi Kantor Tabungan Pos. Tidak
lama kemudian berganti nama lagi menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia.
Akhirnya pada 9 februari 1950 Bank Tabungan Pos dibekukan dan dibentuklah Bank BTN.
Maka setiap tanggal 9 Februari diperingati sebagai hari kelahiran Bank BTN.
Bank BTN merupakan bank umum nasional yang berfokus pada pembiayaan
perumahan, dengan penyediaan Kredit Pemilihan Rumah (KPR) untuk kalangan masyarakat
yang luas, baik KPR bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah,
maupun KPR komersial untuk segmen menengah ke atas. Bank BTN didirikan berdasarkan
Undang-undang Darurat No. 9 Thun 1950 pada tanggal 9 Februari 1950 dengan nama Bank
Tabungan Pos. Nama ini kemudianberubah menjadi Bank Tabunga Negara pada tahun 1963
melalui Perpu No. 4 tahun 1963 dan UU No. 21 tahun 1964. Seiring dengan dimulainya
rencana pembangunan perumahan oleh Pemerintah, pada tahun 1974, Bank BTN ditunjuk
sebagai Lembaga Pembiayaan Kredit Perumahan, dengan realisas KPR pertama pada tanggal
10 Desember 1976. Kebijakan Pemerintah untuk memfasilitasi penyediaan rumah baru
sebagai kebutuhan utama penduduk, yang terus tumbuh sebesar 800.000 rumah pertahun
serta Program Pemerintah untuk membangun 1000 tower rumah susun untuk masyarakat.
Disamping fokus bisnis ini dibidang perumahan, BTN juga menyediakan layanan perbankan
43
43
umum yang luas dengan portofolio yang terus meningkat, baik disektor pendanaan, kredit
maupun layanan, termasuk perbankan Syariah, untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang
beragam.
Setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan strategi agar perusahaan tersebut mencapai
apa yang diinginkan. Begitu juga dengan PT. Bank Tabunan Negara sebagai salah satu bank
yang terkemuka dalam menyukseskan program pemerintah terutama dibidang perumahan
tentu memiliki visi dan misi yang jelas demi kepuasan nasabah.
1. Visi Bank Tabungan Negara
Menjadi Bank yang terkemuka dan menguntungkan dalam pembiayaan perumahan
2. Misi Bank Tabungan Negara
a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri ikatan
kepada lapisan masyarakat menengah kebawah serta menyediakan produk jasa
perbankan lainnya.
b. Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia Bank BTN yang berkualitas
dan profesionalitas serta memiliki integrasi yang tinggi.
c. Mengambil komitmen kepada pemegang saham yaitu menghasilkan laba dan
pendapatan persamaan yang tinggi serta ikut mendukung program pembagunan
perumahan nasional.
d. Memperdulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.
3.1.2. Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab secara sistemati yang menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara
setiap bagian untuk mencapai tujuan yang yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan
umum suatu intansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun
44
44
kegiatan intansi tersebut. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan
pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui
kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Suatu intansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perserongan,
maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu
dan mencakup tata hubungan secara varikal, melalui saluran tungkal. Struktur organisasi pada
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dapat dilihat pada lampiran.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memiliki pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Gambar: 3.1. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara
1. Branch Manager
a. Branch Manager bertanggung jawab untuk menjamin berlangsungnya operasional
Bank.
45
45
b. Menciptakan pengawasan internal yang efektif dan efisien.
c. Memantau serta mengelola resiko yang dihadapi Bank.
d. Memelihara iklim yang mendukung terciptanya produktivitas.
e. Mengelola sumber daya manusia menjaga profesionalisme
f. Menyampaikan laporan tentang kinerja Bank secara menyeluruh kepada
2. Deputy Branch Manager Commercial
a. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pencapaian target dana dan Kredit Komersial
(Lembaga).
b. Meningkatkan tata kualitas kelola perusahaan khususnya dalam pencapaian target
dana dan kredit komersil / lembaga.
c. Mengevaluasi dan memutus kredit komersial sesuai dengan wewenang memutus.
Deputy Branch Manager Commercial membawahi :
a). Commercial Funding Unit (CFU)
Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabungan, giro ataupun
deposit yang bersifat Komersial / Lembaga.
b). Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU)
Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial atau Lembaga yang
berkualitas sehingga dapat memenuhi target kebutuhan kantor cabang.
3. Deputy Branch Manager Consumer
a. Menyusun Kebijakan dan strategi dalam mencapai dana dan kredit consumer
(perorangan).
46
46
b. Meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan khususnya dalam mencapai target dana
dan kredit consumer atau perorangan.
c. Mengevaluasi dan memutuskan kredit consumer sesuai dengan batas wewenang
memutus.
d. Mengevaluasi standar pelayanan Dana maupun kredit consumer. Deputy Branch
Manager membawahi :
1). Commercial Funding Unit (CFU)
Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabungan, giro ataupun
deposit yang bersifat Komersial atau Lembaga.
2). Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU)
Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial atauLembaga yang
berkualitas sehingga dapat memenuhi target kebutuhan kantor cabang.
3). Costumer care
Bertugas me-maintance nasabah baru maupun nasabah lama, memberi
pelayanan terbaik bagi Nasabah dalam hal melayani, Pembukaan Tabungan,
Giro dan Deposito Nasabah.
4. Deputy Branch Support
a. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sumber SDM dan Operasional
Bank.
b. Mengevaluasi penempatan sumber SDM sehingga menghasilkan SDM yang
berkualitas dan produktif.
Deputy Branch Support membawahi :
1). General Admin
Bertugas untuk melakukan perekrutan karyawan apabila dipelukan, memonitoring
karyawan melalui kehadiran, kinerja, dan pembayaran gaji karyawan.
47
47
2). Transaction Proseccing
Bertugas melakukan transaksi-transaksi yang bersifat back office seperti
melakukan kliring, maintance ATM, penyediaan Bilyet Giro dan Cek.
3). Loan Consumer Work Out
Bertugas melakukan penagihan untuk debitur-debitur bermasalah, dan melakukan
lelang apabila debitur sudah tidak tertagih lagi.
3.1.3. Kegiatan Usaha PT. Bank Tabungan Negara
Kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT. Bank Tabungan Negara meliputi produk dana,
kredit dan jasa. Berikut beberapa jenis produk dana, kredit dan jasa yang ada pada Bank
Tabungan Negara, yaitu:
1. Produk Dana
Produk simpanan yang disediakan oleh PT. Bank Tabungan Negara, yaitu:
a.Tabungan Batara
b. Tabungan e-Batara Pos
c. Tabungan Batara Prima
d. Tabungan Haji Nawaitu
e. Sertifikat Deposito
f. Giro
g. Deposito Berjangka
2. Usaha Jasa Bank
Produk jasa yang disediakan adalah:
a. ATM Batara
b. Kiriman Uang
c.Inkaso
48
48
d. Money Changer
e. Safe Deposito Box
f. Bank Garansi
g. RTGS (Real Gross Settlement)
h. Penerima Biaya Perjalanan Ibadah Haji
i. SMS Banking
j. Penerima Pembayaran Tagihan Telkom, PLN, HP,dan isi ulang HP
3. Usaha Pinjaman atau Kredit
Usaha pinjaman kredit kepada PT. Bank Tabungan Negara dalam bentuk:
a. Kredit Griya Utama
b. KPR Platinum
c. Kredit Griya Multi
d. Kredit Swa Griya
e. Kredit Swadana
f. Kredit Pemilikan Rumah
g. Kredit Ringan Batara
h. Kredit Yasa Griya
i. Kredit Pendukung Perumahan
j. Kredit Modal Kerja Kontraktor
k. Kredit Investasi
3.2. Hasil Penelitian
Dalam kegiatan perkreditan bank, khususnya Bank Tabungan Negara terdapat
pengembalian kredit yang bermasalah baik yang disengaja maupun tidak. Pengembalian ini
sering disebut Non Performing Loan (NPL) atau pengembalian kredit bermasalah yang terdiri
dari kredit kurang lancar, diragukan, macet. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
49
49
data skunder yaitu berupa laporan data kredit bermasalah PT. Bank Tabungan Negara yang
didapat dari laporan publikasi yang terdapat pada website resmi BI (Bank Indonesia).
3.2.1. Analisa Penyelesaian Kredit Bermasalah PT. Bank Tabungan Negara
Berbagai upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara untuk
menyelesaikan kredit bermasalah dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara lebih intensif untuk semua nasabah kredit
dengan prioritas nasabah lancar (L), sedangkan nasabah yang memiliki tunggukan lebih
dari 3 bulan supaya tidak akan menambah jumlah nasabah dengan kategori kurang lancar
(KL) maka penangih nasabah yang baru masuk kategori KL untuk mengupayakan
beberapa angsuran sehingga bisa lepas dari kategori KL menjadi L.
2. Mengaktifkan Surat Peringatan atau Teguran kepada nasabah yang telah wanprestasi
antara lain sebagai berikut:
a. Memberi Surat Peringatan (SP) I kepada nasabah yang telah mempunyai tunggukan
angsuran lebih dari I (satu) kali angsuran.
b. Memberikan Surat Peringatan (SP) II kepada nasabah yang tidak beritikad baik setelah
diberikan SP I, dan pemberian SP III kepada nasabah yang tidak beritikad baik setelah
diberikan SP II.
c. Jika sampai SP III nasabah tetap tidak beritikad baik, maka untuk debitur dengan
agunan tanah atau bangunan akan diberikan shock theraphy dengan pengiriman surat
pemberitahuan pemasangan sticker pengawasan bank pada tanah atau bangunan yang
menjadi agunan dengan tembusan ke ketua Rt setempat 2 ( dua) hari sebelum
pemasangan papan pengawasan bank (pathok) dilakukan sedangkan untuk debitur
dengan agunan kendraan bermotor (jika dilengkapi dengan surat penyerahan agunan
50
50
jika wan prestasi) dilakukan pengembalian agunan untuk sementara diamankan
dikantor bank.
3. Melakukan pemasangan sticker pengawasan pada tanah atau bangunan jaminan jika
surat-surat peringatan yang kita kirim tidak ditanggapi sama sekali sebagai langkah
awal penguasaan jaminan kredit.
4. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada debitur yang sudah tidak
berkemampuan, untuk melakukan penjualan jaminan secara bersama-sama.
5. Melakukan pelelangan jaminan kredit macet berupa tanah atau bangunan yang telah
dilakukan pengikata secara Akte Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dengan
bekerjasama dengan kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Jika
memang pendekatan secara kekeluargaan tidak bisa dilakukan.
6. Melakukan penghapus bukuan kredit yang telah berkategori macet, dilaksanakan secara
efektif dan tertib mengacu pada peraturan Bank Indonesia namun tetap dilakukan
penagihan kepada nasabah.
7. Untuk kedepan akan meningkatkan penyaluran kredit yang diberikan secara baik dan
tepat sasaran namun tetap memegang prinsip kehati-hatian dan kaidah-kaidah
perkreditan namun.
Berikut ini adalah salah satu penyelesaian kredit yang pernah diselesaikan oleh Bank
Tabungan Negara, namun untuk menjaga nasabah maka nama yang dipergunakan disini
bukanlah nama sebenarnya.
Debitur tuan X mengajukan permohonan kredit sebesar Rp. 200.000.000 pada Bank
Tabungan Negara dengan jaminan sertifikat tanah dan jangka waktu 3 tahun dan cicilannya
perbulan sebesar Rp. 7.556.000. Sesuai dengan Standar Operasional dan Prosedur Pemberian
Kredit (SOPPK) pada Bank Tabungan Negara bahwa setiap pemberian kredit atas
permohonan kredit dari calon debitur harus terlebih dahulu dilakukan survey atas kelayakan
51
51
jaminan maupun kemampuan debitur, di mana survay tersebut harus tersebut harus
memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Setelah dilaksanakan survey atas kelayakan jaminan dan kemampuan debitur,
kemudian dilakukan analisa kredit dan persetujuan permohonan kredit oleh Komite Kredit.
Kemudian setelah disetujui, debitur datang untuk menyerahkan sertifikat yang akan
dijadikan sebagai agunan kredit pada Bank Tabungan Negara yang selanjutnya diserahkan
kepada notaris guna pengecekan keaslian sertifikat. Setelah selesai pengurusan sertifikat
sehingga penandatanganan. Perjanjian Kredit (PK) atas pencairan kredit dilaksanakan.
Pengikatan kredit untuk pencairan atas nama debitur Tuan X dilangsungkan dengan
penandatanganan perjanjian kredit di bawah tangan antara Bank Tabungan Negara dengan
debitur Tuan X tersebut.
Pada awalnya semua kewajiban dibayar sesuai dengan kewajibannya. Tetapi pada
pertengahan pembayaran angsuran mulai terlambat dari jadwal yang telah ditentukan pada
waktu jatuh tempo pembayaran angsuran, debitur Tuan X mengatakan sedang ada keperluan
mendadak sehingga tidak dapat melakukan pembayaran angsuran. Namun pada kenyataan
debitur Tuan X mengulur-mengulurwaktu pembayaran dengan bermacam-macam alasan,
sehingga pihak bank memberikan Surat Peringatan I (SP I). Setalah itu pembayaran angsuran
dilakukan oleh debitur Tuan X sesaat sebelum pinjamannya masuk dalam kolektibilitas 2
(dua) kurang lancar, dimana pada saat pembayaran angsuran tersebut debitur Tuan X masih
memiliki tunggakan angsuran. Di sini mulai terlihat bahwa debitur Tuan X mempunyai
masalah keuangan yang berakibat pada kelancaran pembayaran angsuran, dan sehubungan
dengan itu juga debitur Tuan X tidak dapat dihubungi.
Melihat rincian jadwal pembayaran yang tidak baik atas nama Tuan X, manajemen
Bank Tabungan Negara kemudian menugaskan kolektur untuk mencari informasi dan
keberadaan debitur Tuan X. Dari hasil pencarian informasi dilapangan oleh kolektor diproleh
52
52
informasi bahwa debitur Tuan X terkena masalah di usahanya yang tidak berjalan lancar, dan
pada saaat peninjauan ketempat tinggal debitur, serta pihak bank memberikan Surat
Peringatan II (SP II) diketahui bahwa pada waktu itu ada kemungkinan debitur Tuan X
menggunakan uang tidak sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan terganggunya
keuangan rumah tangga debitur.
Dalam hal ini pihak keluarga debitur sangat kooperatif dengan pihak bank di mana
keluarga debitur masih memiliki keinginan dan itikad baik untuk menyelesaikan kredit
bermasalah atas nama debitur Tuan X setelah dilakukan perundingan dengan keluarga,
disepakati bahwa keluarga akan melakukan pelunasan kredit atas nama Tuan X dengan cara
menjual aset berupa tanah pekarangannya, yang kemuan uang hasil penjualan tersebut akan
digunakan menutupi seluruh tunggakan kredit baik tunggakan pokok, tunggakan bunga,
maupun denda yang timbul akibat keterlambatan pembayaran angsuran.
Dari uraian di atas sudah terlihat bahwa Bank Tabungan Negara sudah memiliki dan
mematuhi Standar Opersional dan Prosedur Pemberian Kredit (SOPPK) intern perusahaan
yang digunakan oleh Bank Tabungan Negara yang tercantum dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No 14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012 Pedoman Kebijakan dan Prosedur
Perkreditan bagi Bank Tabungan Neagara, di mana kebijakan perkreditan tersebut harus
dibuat dalam bentuk tertulis yang sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok
sebagaimana ditetapkan dalam pedoman pedoman kebijakan perkreditan bank serta dengan
adanya perjanjian kredit yang dibuat secara tertulis antara Bank Tabungan Negara dengan
debitur Tuan X menunjukkan bahwa Bank Tabungan Negara telah memenuhi ketentuan yang
diharuskan oleh Bank Indonesia mengenai pedoman perkreditan tersebut.
Ada berbagai hal yang menjadi penyebab terjadinyan kredit macet. Jika dibagi secara
garis besar maka penyebab dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari bank
53
53
Bank dapat sebagai salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Bank memegang peranan
akan kemungkinan tersebut terjadinya kredit macet, namun bank juga merupakan
penyaring (filter) di awal untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet. Berikut adalah hal-
hal penyebab terjadinya kredit macet yang merupakan faktor yang berasal dari bank.
a. Bank salah atau kurang cermat dalam melakukan analisa permohonan kredit debitur
b. Pemberian plafond kredit yang berlebihan atas kebutuhan debitur
c. Kurangnya pengawasan bank atas kredit yang diberikan
d. Kredit titipan dari atasan (pejabat bank yang berwenang memberikan keputusan dalam
pemberian kredit maupun pejabat bank yang bertugas dalam ekspansi kredit
mempunyai andil untuk meloloskan permohonan kredit dari relasi atau keluarganya
yang kurang memenuhi syarat sebagai kredit bank)
2. Faktor yang berasal dari debitur
Ada beberapa faktor debitur yang mempengaruhi terjadinya kredit macet adalah:
a. Nasabah menyalahgunakan kredit
b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya
c. Nasabah beritikad tidak baik
3. Faktor dari luar kemampuan bank dan debitur
Adanya bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, badai, musim kemarau yang
berkepanjangan, kebakaran dan sebagainya yang dapat mengganggu produktifitas usaha
debitur
Dari berbagai uraian di atas mengenai penyebab kredit bermasalah, penyebab kredit
bermasalah atas nama debitur Tuan X merupakan sebab yang berasal dari internal debitur
sendiri, yaitu adanya penyalahgunaan dana fasilitas kredit dan kekurangan maupun debitur
dalam mengelola keuangan rumah tangganya. Jadi dalam hal ini bank tidak mempunyai andil
sebagai penyebab kredit bermasalah atas nama debitur Tuan X.
54
54
Dari kasus diatas terlihat bahwa penyelesaian kredit bermasalah tidak melalui harus
melalui jalur hukum atau pengadilan tetapi dapat juga diselesaikan secara kekeluargaan, di
mana biaya jauh lebih murah, dengan cara penyelesaian yang mudah dan relatif cepat. Dari
penyelesaian kredit bermasalah atas nama debitur Tuan X tersebut dapat dilihat bahwa
penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara sudah sesuai
dengan prosedur dan peraturan dari BI (Bank Indonesia) yang ada.
3.2.2. Analisa Nilai NPL. PT. Bank Tabungan Negara
Penetapan kolektibilitas kredit dinilai berdasarkan kemampuan membayar. Menurut
PT. Bank Tabungan Negara terdapat 4 (empat) kolektibilitas kredit, antara lain:
1. Lancar (L)
Kredit dengan tingkat pembayaran tepat waktunya dan tidak ada tunggakan.
2. Dalam Perhatian Khusus (DPK)
Adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dana atau bunga sampai
dengan 90 hari.
3. Kurang Lancar (KL)
Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
90 hari sampai dengan 120 hari.
4. Diragukan (D)
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 120
hari sampai dengan 180 hari.
5. Macet ( M )
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180
hari sampai dengan 360 hari.
Berikut ini adalah data rincian penyaluran kredit Bank Tabungan Negara selama tiga
tahun terakhir pada tabel berikut:
55
55
Tabel III.I
Komposisi Kredit yang Diberikan Berdasarkan Penyaluran
PT. Bank Tabungan NegaraPeriode 2013-2015
Penyaluran
Kredit 2013 2014 2015
Lancar Rp. 2.267.678.000,- Rp. 1.751.783.000,- Rp. 1.833.576.000,-
Dalam Perhatian
Khusus Rp. 1.236.789.000,- Rp. 1.204.124.000,- Rp. 1.268.145.000,-
Kurang
Lancar Rp. 7.072.000,- 0 0
Diragukan Rp. 33.752.000,- 0 0
Macet Rp. 934.220.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000,-
Total Rp. 4.479.511.000,- Rp. 3.874.069.000,- Rp. 3.906.804.000,-
Sumber : Data Olahan Penulis
Berdasarkan tabel III.I dapat diuraikan
1. Pada tahun 2013 total penyaluran kredit berjumlah Rp.4.479.511.000,- yaitu dilihat dari
kriteria lancar sebesar Rp. 2.267.678.000,- dalam perhatian khusus sebesar Rp.
1.236.789.00,- kurang lancar sebesar Rp. 7.072.000,- kredit diragukan berjumlah Rp.
33.752.000,- kredit macet berjumlah Rp. 934.220.000,-.
2. Pada tahun 2014 total penyaluran kredit berjumlah Rp. 3.874.069.000,-yang terdiri dari
kredit lancar Rp. 1.751.783.000,- dalam perhatian khusus sebesar Rp. 1.204.124.000,-
pada kategori kurang lancar dan diragukan mengalami penurunan hingga 100%.
Sedangkan untuk kredit macet juga mengalami penurunan sebesar Rp. 16.058.000,-
.Sehingga kredit macet pada tahun 2014 tersisa Rp. 918.162.000,-.
3. Pada tahun 2015 total kolektibilitas kredit sebesarRp. 3.874.069.000,-yang terdiri dari
kredit lancar Rp. 1.833.576.000,- dan kredit macet sebesar Rp. 805.083.000,- pada kredit
macet terjadi penurunan sebesar Rp. 113.079.000,-.
56
56
Berikut ini rincian Non performing loan (kolektibilitas kurang lancar, diragukan,dan
macet) PT. Bank Tabungan Negara selama tiga tahun terakhir pada tabel berikut:
Tabel III.2
Rincian Kredit Non forming loan (NPL)PT. Bank Tabungan NegaraPeriode
2013-2015
Kolektibilitas
Kredit 2013 2014 2015
Kurang
Lancar Rp. 7.072.000,- 0 0
Diragukan Rp. 33.752.000,- 0 0
Macet Rp. 934.220.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000,-
Total NPL Rp. 975.044.000,- Rp. 918.162.000,- Rp. 805.083.000.-
Rasio NPL 21,76% 23,70% 20,60%
Sumber : Data Olahan Penulis
Berikut perhitungan Rasio Non Performing Loan (NPL), berdasarkan kolektibilitas
kredit pada PT. Bank Tabungan Negara, maka akan diproleh sebagai berikut:
1. Rasio NPL tahun 2013
a. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
1) Kurang Lancar = Rp. 7.072.000,-
2) Diragukan = Rp. 33.752.000,-
3) Macet = Rp. 934.220.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 975.044.000,-
b. Total kredit yang disalurkan = RP. 4.479.511.000,-
Rasio NPL tahun 2013 = ��.���.���.���
��.�.���.���� X 100%
=Rp. 21,76%
Diketahui rasio NPL pada tahun 2013 yang ada sebesar Rp. 975.044.000,- atau
sebesar 30,06%, ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut berada diatas rasio NPL yang
Rasio NPL = �� � ������ ���� � � �
�� � ������X 100%
57
57
ditetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase kelebihan sebagai berikut 5% - 21,76% =
16,76%.
2. Rasio NPL tahun 2014
a. Total kredit bermasalah (NPL)
1) Kurang Lancar = 0
2) Diragukan = 0
3) Macet = Rp. 918.162.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 918.162.000,-
b. Total kredit yang disalurkan =Rp. 3.874.069.000,-
Rasio NPL tahun 2014 = ��.��.��.���,�
��.�.���.���.���,� X 100%
=Rp. 23,70%
Diketahui tingkat rasio NPL pada tahun 2014 yang ada sebesar Rp. 918.162.000,- atau
sebesar 23,70% ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut berada di atas rasio NPL yang
ditetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase kelebihan sebagai berikut 5% - 23,70% =
18,70%.
3. Rasio NPL tahun 2015
a. Total kredit bermasalah (NPL)
1) Kurang Lancar = 0
2) Diragukan = 0
3) Macet = Rp. 805.083.000,- +
Total kredit bermasalah = Rp. 805.083.000,-
b. Total kredit yang disalurkan = Rp. 3.906.804.000,-
Rasio NPL tahun 2015 = ��.���.���.���,�
��.�.���.���.���,� X 100%
= Rp. 20,60%
58
58
Diketahui tingkat rasio NPL pada tahun 2015 yang ada sebesar Rp. 805.083.000,- atau
sebesar 20,60%, ini menunjukkan bahwa rasio NPL tersebut berada di atas rasio NPL yang di
tetapkan Bank Indonesia (BI) dengan persentase kelebihan sebagai berikut : 5% - 20,60% =
15,60%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka Non performing loan (NPL) tahun 2013-
2015 dapat dirata-ratakan menjadi:
21,76% + 23,70% + 20,60% = 66,06%
Jadi rata rata NPL = ��,��%
�
= 22,02%
Dilihat dari aspek Non Performing Loan (NPL) (kolektibilitas kurang lancar, diragukan,dan
macet) yang rata- rata persentasenya 22,02% atau lebih dari 5% yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia (BI). Maka dilihat dari tolak ukur tingkat kesehatan bank, tingkat NPL pada PT.
Bank Tabungan Negara berkategori tidak sehat.
Tabel III. 3
Kesehatan Bank Non Performing Loan (NPL)PT. Bank Tabungan Negara
Periode 2013-2015
Tahun NPL Satndar BI Keterangan
2013 21,76% 5% Tidak Sehat
2014 23,70% 5% Tidak Sehat
2015 20,60% 5% Tidak Sehat
Sumber : Data Olahan Penulis
3.2.3. Analisa Perkembangan NPL PT. Bank Tabungan Negara
Berikut ini adalah data perkembangan Non performing Loan (NPL) PT. Bank
Tabungan Negara selama 3 (tiga) tahun terakhir pada tabel berikut.
59
59
Tabel III. 4
Perkembangan Non Performing Loan (NPL)PT. Bank Tabungan Negara
Periode 2013-2015
Tahun
Perkembangan Non Performing Loan
NPL dalam
Rupiah
(Rp)
Naik
(Rp)
Turun
(Rp)
NPL
dalam
Persentase
(%)
Naik
(%)
Turun
(%)
2013 Rp. 975.044.000,- 21,76
2014 Rp. 918.162.000,- - 56.882.00
0 23,70 1,49 -
2015 Rp. 805.083.000.- - 113.079.0
00 20,60 - 3,1
Sumber : Data Olahan Penulis
Dari tabel III.3 dapat diketahui bahwa perkembangan rasio NPL pada PT. Bank
Tabungan Negara berkategori tidak sehat. Rasio Kualitas Aktiva Produktif yang menurun
menjadi tidak baik disebabkan karena bermuculan kredit bermasalah pada tahun 2013 yang
dikarenakan adanya kerjasama yang tidak baik oleh PT. Bank Tabungan Negara, sehingga
mengakibatkan kredit bermasalah Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Tabungan
Negara pernah menjadi 21,76%. Namun pada tahun 2014 rasio kredit bermasalah Non
Performing Loan (NPL) PT. Bank Tabungan Negara mulai memburuk kembali yaitu sebesar
23,70% yang di akibatkan para debitur tidak membayar kewajibannya karena sulit untuk
dihubungi. Bank selalu melakukan yang terbaik untuk menurunkan nilai Non Performing
Loan (NPL), pihak bank melakukan berbagai upaya untuk menurunkan nilai (NPL) salah
satunya dengan cara melakukan Perjanjian Kredit (PK) ulang kepada para nasabah kredit
pemilikan rumah (KPR) kreditnya dibiayai oleh PT. Bank Tabungan Negara. Kinerja bank
60
60
terlihat pada 2015 yang berangsur-angsur mulai membaik sehingga rasio kredit bermasalah
Non Performing Loan (NPL) menurun menjadi 20,60%. Meskipun terlihat sudah mulai
membaik namun Non Performing Loan (NPL) bank masih jauh di atas 5% dari yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
61
61
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penelitian dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara digolongkan
menjadi tiga kategori antara lain faktor dari pihak bank, faktor dari pihak debitur dan
faktor dari luar kemampuan bank dan debitur.
2. PT. Bank Tabungan Negara mengupayakan langkah penurunan NPL dengan cara
meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif, pengaktifan tim penanganan
kredit bermasalah dan ekpensi kredit secara lebih selektif dan terus memegang
prinsipkehati-hatian.
3. Penyelesaian kredit bermasalah oleh PT.Bank Tabungan Negara selalu mengusahakan
penyelesaian kredit secara kekeluargaan. Namun apabila tidak terselesaikan secara
kekeluargaan, maka PT. Bank Tabungan Negara menyelesaikan kredit bermasalah dengan
cara melakukan pelelangan yang bekerja sama dengan kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) setempat.
4. Dilihat dari aspek Non Performing Loan (NPL) (kolektibilitas kurang lancar, diragukan
dan macet) yang rata-rata persennya 22,02% atau lebih dari 5% dilihat dari tolak ukur
tingkat kesehat bank maka tingkat NPL PT. Bank Tabungan Negara berkategori tidak
sehat.
4.2. Saran
62
62
Besarnya kredit yang disalurkan kemasyrakat berbanding lurus dengan besarnya
resiko akan kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Untuk meminimalisasi terjadinya
kredit bermasalah yang akan terjadi di kemudian hari, maka saran menurut penulis ada
beberapa hal yang diperlu diperhatikan:
1. Perlunya analisa yang akurat dalam memproses permohonan kredit
Analisa yang akurat merupakan salah satu penentu apakah suatu permohonan kredit
akan disetujui atau ditolak oleh komite kredit. Untuk mendukung analisa yang akurat
diperlukan pengalaman yang tajam pada saat dilakukan survey oleh surveyor pada saat
melakukan survey, dan pengetahuan perkreditan dari analyst credit pada saat membuat
analisa kredit.
2. Pengawasan secara berkala atas setiap kredit yang disalurkan
Setelah melakukan filteryang ketat ditahapan awal perkreditan, yang dapat dilakukan
bank setelah melakukan pencairan kredit adalah dengan melakukan pengawasan secara
berkala atas setiap kredit yang disalurkan, sehingga apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan dapat disinyalir lebih cepat.
3. Penyelesaian kredit bermasalah sebaiknya diselesaikan secara damai dan berusahan
untuk menyelamatkan kredit nasabah bisa kembali lancar dan nasabah mampu melunasi
kewajiban-kewajibanya, hal ini untuk menjaga nama baik bank maupun nasabah. Oleh
karena itu PT. Bank Tabungan Negara akan terus mengupayakan langkah penurunan
Non Performing Loan (NPL) dengan cara:
1. Meningkatkan penagihan dan pembinaan secara intensif.
2. Pengaktifan Tim Penanganaan Kredit Bermasalah.
3. Ekspansi kredit secara lebih selektif dan terus memegang prinsip kehati hatian.
63
63
4. Mengurangi tingkat bunga, kredit dari pihak lain yang bunganya tinggi dan
mengganti dengan kredit dari bank yang berbuga rendah atau menambah modal
kerja jika dirasa masih kurang.
5. Atau menambah fasilitas kredit, memperpanjang jangka waktu, menekan timgkat
bunga dan mengganti manajemennya.