tugas akhir rc 145501
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR – RC 145501
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR Muhammad Farel Savero 3114030056 Biantoro Pambudi 3114030060 Dosen Pembimbing Ir. Suharjoko, M.T. 19560119 198403 1 001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL FAKULTAS VOKASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018
FINAL PROJECT – RC 145501
PLANNING OF FRESH WATER DISTRIBUTION NETWORK SYSTEM OF BENDO RESERVOIR,
NGINDENG VILLAGE, SAWOO DISTRICT, PONOROGO REGENCY, EAST JAVA Muhammad Farel Savero 3114030056 Biantoro Pambudi 3114030060 Supervisor Ir. Suharjoko, M.T. 19560119 198403 1 001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL FAKULTAS VOKASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018
iii
“PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI
AIR BERSIH WADUK BENDO, DESA NGINDENG,
KECAMATAN SAWOO, KABUPATEN PONOROGO,
JAWA TIMUR”.
Nama Mahasiswa : 1. Muhammad Farel Savero
2. Biantoro Pambudi
NRP : 1. 3114030056
2. 3114030060
Jurusan : Teknik Infrastruktur Sipil
Fakultas Vokasi - ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Suharjoko, M.T.
ABSTRAK
Waduk Bendo berada di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ini memiliki volume tampungan
sebesar 33.938 juta m3. Waduk ini digunakan sebagai pemenuhan
kebutuhan air Bersih bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut
yang juga digunakan sebagai distribusi air bersih dan untuk 3299
Ha luas lahan pertanian. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
memproyeksikan kebututuhan air Bersih di kawasan Waduk Bendo
hingga tahun 2041 serta merencanakan jaringan distribusi pipa
pada daerah tersebut karena pembangunan fasilitas dari Waduk
Bendo ini dirasa oleh Penulis kurang optimal disebabkan fungsi
Waduk Bendo sebagai penyedia air Bersih belum terfasilitasi
dengan baik. Dari hal inilah perlu dilakukan perencanaan sistem
distribusi air bersih lebih lagi agar masyarakat mendapat manfaat
yang lebih dari pembangunan Waduk Bendo ini. Pembahasan ini
akan mencakup: perhitungan kebutuhan air bersih dengan proyeksi
penduduk hingga 25 tahun yang akan datang, perencanaan layout
jaringan distribusi, serta perencanaan dimensi pipa
Kata kunci: Waduk Bendo, Distribusi air bersih
v
“PLANNING OF RIFT WATER DISTRIBUTION
NETWORK SYSTEM OF BENDO RESERVOIR,
NGINDENG VILLAGE, SAWOO DISTRICT,
PONOROGO REGENCY, EAST JAVA”. Student Name : 1. Muhammad Farel Savero
2. Biantoro Pambudi
NRP : 1. 3114030056
2. 3114030060
Major : Teknik Infrastruktur Sipil,
Fakultas Vokasi - ITS
Supervisor : Ir. Suharjoko, M.T.
ABSTRACT
Bendo Reservoir located in Ngindeng Village, Sawoo District,
Ponorogo Regency, East Java has a volume of 33.938 million m3.
This reservoir is used as the fulfillment of the raw water
requirement for the people around the area which is also used as
the distribution of clean water and for 3299 Ha of agricultural land
area. The purpose of this research is to project the demand of raw
water in Bendo Reservoir area until 2046 and to plan pipeline
distribution network in the area because the facility construction
from Bendo Reservoir is felt by the author of less opimal due to
Bendo Reservoir function as the raw water supply has not been
well facilitated. From this, it is necessary to plan the distribution
system of clean water more so that the people gets more benefits
from the construction of this Bendo Reservoir. This discussion will
cover: calculation of fresh water needs with projected population
up to 25 years to come, planning of water distribution network
layout, and planning of pipe dimension.
Keywords: Bendo Reservoir, Water Distribution
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada
Penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir
Terapan dengan judul “PERENCANAAN SISTEM JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH WADUK BENDO, DESA
NGINDENG, KECAMATAN SAWOO, KABUPATEN
PONOROGO, JAWA TIMUR”. Proyek akhir ini merupakan
salah satu syarat kelulusan bagi seluruh mahasiswa dalam
menempuh pendidikan pada program studi Infrastruktur Teknik
Sipil Fakultas Vokasi ITS.
Proyek akhir ini disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan penyediaan air Bersih di Desa Ngindeng Kabupaten
Ponorogo, sehingga kebutuhan air Bersih untuk masyarakat
terpenuhi.
Penulis ucapkan terimakasih atas bimbingan, arahan, serta bantuan
dari:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai dan
memperlancarkan Penulis dalam pengerjaan Tugas
Akhir ini
2. Bapak Dr. Machsus, S.T., M.T. selaku Kepala
Program Studi Teknik Infrastruktur Sipil ITS
3. Bapak Ir. Suharjoko, M.T. selaku dosen pembimbing
Tugas Akhir Terapan,
4. Bapak/Ibu Dosen, seluruh Staf Karyawan Teknik
Infrastruktur Sipil ITS Surabaya yang telah membantu
dalam proses pengerjaan proyek akhir ini.
5. Kedua orang tua Penulis, saudara - saudara Penulis,
yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan.
6. Rekan – rekan Teknik Infrastruktur Sipil Fakultas
Vokasi ITS, serta semua pihak yang membantu dalam
meyelesaikan Proposal Tugas Akhir Terapan ini yang
tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
viii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Tugas
Akhir Terapan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
demi terciptanya hasil yang lebih baik.
Surabaya, 25 Januari
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................... i
ABSTRAK .................................................................. iii
ABSTRACT ................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK ................................................... xv
DAFTAR TABEL.................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................ 1 1.1. Latar Belakang .......................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................... 2 1.3. Tujuan Penulisan ....................................................... 2 1.4. Batasan Masalah ........................................................ 3 1.5. Lokasi Studi .............................................................. 3
BAB II KONDISI WILAYAH ................................... 5 2.1. Letak Geografis Waduk Bendo ................................. 5 2.2. Data Teknis Waduk Bendo ....................................... 5 2.3. Kondisi Topografi Kecamatan Sawoo ...................... 7 2.4. Kondisi Klimatologi Kecamatan Sawoo ................... 8 2.5. Wilayah Perencanaan Daerah Layanan Jaringan
Distribusi Air Bersih ........................................................ 9
BAB III DASAR TEORI .......................................... 11 3.1. Sumber-Sumber Air ................................................ 11
3.1.1. Air Permukaan ................................................... 11 3.1.2. Air Tanah ........................................................... 11
3.2. Definisi Air Bersih .................................................. 12 3.3. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih .............. 12
3.3.1. Persyaratan Kualitatif ........................................ 13
x
3.3.2. Persyaratan Kuantitatif (Debit) ......................... 13 3.3.3. Persyaratan Kontinuitas ..................................... 14
3.4. Sistem Distribusi Air ............................................... 15 3.4.1. Continuous System (Sistem Berkelanjutan) ...... 15 3.4.2. Intermitten System ............................................ 15
3.5. Kriteria Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih . 16 3.6. Pemilihan Pola Jaringan Perpipaan ......................... 17
3.6.1. Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar ............... 17 3.6.2. Sistem Jaringan Bercabang ............................... 18 3.6.3. Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi .............. 19
3.7. Analisis Pertumbuhan Penduduk ............................ 19 3.7.1. Metode Geometrik ............................................. 20 3.7.2. Metode Aritmatik .............................................. 20
3.8. Analisis Kebutuhan Air Bersih ............................... 21 3.8.1. Kebutuhan Air Domestik................................... 21 3.8.2. Kebutuhan Air Non Domestik ........................... 22
3.9. Perhitungan Pemanfaatan Air ................................. 23 3.9.1. Untuk Domestik ................................................ 23
3.10. Analisis Hidrolika Dalam Sistem Distribusi Air
Bersih ............................................................................. 24 3.10.1. Hukum Bernoulli ............................................. 24 3.10.2. Kehilangan Tekanan (Head Loss) ................... 25 3.10.3. Kecepatan Aliran ............................................. 27 3.10.4. Fluktuasi Kebutuhan Air ................................. 27 3.10.5. Pompa .............................................................. 29
BAB IV METODOLOGI ......................................... 31 4.1. Tahapan Analisis ..................................................... 31
4.1.1. Persiapan ........................................................... 31 4.1.2. Survey Lapangan Identifikasi ............................ 31 4.1.3. Studi Literatur.................................................... 31 4.1.4. Pengumpulan Data ............................................ 32 4.1.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih.......................... 32 4.1.6. Perencanaan Layout Jaringan Distribusi Air
Bersih .................................................................................. 33 4.1.7. Perencanaan Dimensi Jaringan Distribusi ......... 33
xi
4.1.8. Kesimpulan ........................................................ 33 4.1.9. Pengerjaan Laporan Akhir................................. 33
4.2. Flow Chart Pengerjaan ............................................ 34
BAB V PEMBAHASAN ........................................... 37 5.1. Analisa Kebutuhan Air Bersih Proyeksi 25 Tahun . 37
5.1.1. Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika ............ 38 5.1.2. Proyeksi Penduduk Metode Geometrik ............. 42 5.1.3. Kebutuhan Air Bersih Total Rencana ............... 48 5.1.4. Fluktuasi Pemakaian Air ................................... 50 5.1.5. Kebutuhan Air Bersih per Titik Sekunder ......... 52
5.2. Desain Layout Jaringan Distribusi .......................... 76 5.2.1. Pembagian Jenis Pipa ........................................ 78 5.2.2. Titik Pertemuan dan Nama Pipa ........................ 78
5.3. Perhitungan Dimensi Pipa ....................................... 80 5.3.1. Pipa Tersier dan Sekunder ................................. 80 5.3.2. Titik Sekunder P6 .............................................. 82 5.3.3. Titik Sekunder P5 .............................................. 87 5.3.4. Titik Sekunder P4 .............................................. 92 5.3.5. Titik Sekunder P3 .............................................. 97 5.3.6. Titik Sekunder P2 ............................................ 104 5.3.7. Titik Sekunder P1 ............................................ 109 5.3.8. Titik Sekunder P13 .......................................... 119 5.3.9. Titik Sekunder P12 .......................................... 125 5.3.10. Titik Sekunder P11 ........................................ 130 5.3.11. Titik Sekunder P10 ........................................ 136 5.3.12. Titik Sekunder P9 .......................................... 141 5.3.13. Titik Sekunder P8 .......................................... 147 5.3.14. Titik Sekunder P7 .......................................... 152 5.3.15. Pipa Primer .................................................... 159 5.3.16. Titik Primer 2 ................................................ 159 5.3.17. Titik Primer 3 ................................................ 165 5.3.18. Titik Primer 1 ................................................ 170
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................. 175 6.1. Kesimpulan ........................................................... 175
xii
6.2. Saran ...................................................................... 176
DAFTAR PUSTAKA .............................................. 177
BIODATA PENULIS 1 ........................................... 179
BIODATA PENULIS 2 ........................................... 181
LAMPIRAN ........................................................... 1813
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Peta Lokasi Kecamatan Sawoo, Kabupaten
Ponorogo ....................................................................................... 3
Gambar 1.2. Peta Lokasi Waduk Bendo, Sawoo, Ponorogo ....... 5
Gambar 2.1. Gambaran Kondisi Topografi Waduk Bendo ......... 8
Gambar 2.2. Peta Lokasi Rencana Daerah Layanan Distribusi
Air Waduk Bendo ....................................................................... 10
Gambar 3.1. Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Gravitasi ..... 17
Gambar 3.2. Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Pompa ......... 17
Gambar 4.1. Diagram Alir ......................................................... 34
Gambar 4.2. Diagram Alir Lanjutan .......................................... 35
Gambar 5.1. Kebutuhan Air di Titik P1 .................................... 53
Gambar 5.2. Kebutuhan Air di Titik P2 .................................... 56
Gambar 5.3. Kebutuhan Air di Titik P3 .................................... 57
Gambar 5.4. Kebutuhan Air di Titik P4 .................................... 59
Gambar 5.5. Kebutuhan Air di Titik P5 .................................... 61
Gambar 5.6. Kebutuhan Air di Titik P6 .................................... 63
Gambar 5.7. Kebutuhan Air di Titik P7 .................................... 65
Gambar 5.8. Kebutuhan Air di Titik P8 .................................... 67
Gambar 5.9. Kebutuhan Air di Titik P9 .................................... 68
Gambar 5.10. Kebutuhan Air di Titik P10 ................................ 70
Gambar 5.11. Kebutuhan Air di Titik P11 ................................ 71
Gambar 5.12. Kebutuhan Air di Titik P12 ................................ 72
Gambar 5.13. Kebutuhan Air di Titik P13 ................................ 74
Gambar 5.14. Layout Rencana Jaringan Distribusi ................... 77
Gambar 5.15. Pembagian Jenis Pipa Berdasarkan Warna ......... 78
Gambar 5.16. Pembagian Titik dan Nama Pipa ........................ 79
Gambar 5.17. Layout Jaringan Pipa Sekunder P6 ..................... 82
Gambar 5.18. Layout Jaringan Pipa Sekunder P5 ..................... 87
Gambar 5.19. Layout Jaringan Pipa Sekunder P4 ..................... 92
xiv
Gambar 5.20. Layout Jaringan Pipa Sekunder P3 ..................... 97
Gambar 5.21. Layout Jaringan Pipa Sekunder P2 ................... 104
Gambar 5.22. Layout Jaringan Pipa Sekunder P1 ................... 109
Gambar 5.23. Layout Jaringan Pipa Sekunder P13 ................. 119
Gambar 5.24. Layout Jaringan Pipa Sekunder P12 ................. 125
Gambar 5.25. Layout Jaringan Pipa Sekunder P11 ................. 130
Gambar 5.26. Layout Jaringan Pipa Sekunder P10 ................. 136
Gambar 5.27. Layout Jaringan Pipa Sekunder P9 ................... 141
Gambar 5.28. Layout Jaringan Pipa Sekunder P8 ................... 147
Gambar 5.29. Layout Jaringan Pipa Sekunder P7 ................... 152
Gambar 5.30. Layout Jaringan Pipa Primer 2 ......................... 159
Gambar 5.31. Layout Jaringan Pipa Primer 3 ......................... 165
Gambar 5.32. Layout Jaringan Pipa Primer 1 ......................... 170
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Aritmatika 2006 - 2041 .... 41
Grafik 5.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Metode Geometrik
..................................................................................................... 45
Grafik 5.3. Fluktuasi Pemakaian Air Bersih .............................. 52
Grafik 5.4. Grafik Energi Pipa Sekunder P6 .............................. 86
Grafik 5.5. Grafik Energi Pipa Sekunder P5 .............................. 91
Grafik 5.6. Grafik Energi Pipa Sekunder P4 .............................. 96
Grafik 5.7 Grafik Energi Pipa Sekunder P3 ............................. 103
Grafik 5.8. Grafik Energi Pipa Sekunder P2 ............................ 108
Grafik 5.9. Grafik Energi Pipa Sekunder P1 ............................ 118
Grafik 5.10. Grafik Energi Pipa Sekunder P13 ........................ 124
Grafik 5.11. Grafik Energi Pipa Sekunder P12 ........................ 129
Grafik 5.12. Grafik Energi Pipa Sekunder P11 ........................ 135
Grafik 5.13. Grafik Energi Pipa Sekunder P10 ........................ 140
Grafik 5.14. Grafik Energi Pipa Sekunder P9 .......................... 146
Grafik 5.15. Grafik Energi Pipa Sekunder P8 .......................... 151
Grafik 5.16. Grafik Energi Pipa Sekunder P7 .......................... 158
Grafik 5.17. Grafik Energi Pipa Primer 2 ................................ 164
Grafik 5.18. Grafik Energi Pipa Primer 3 ................................ 169
Grafik 5.19. Grafik Energi Pipa Primer 1 ................................ 173
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Standar kebutuhan air domestik ................................ 21
Tabel 3.2. Standar kebutuhan air domestik (Lanjutan) .............. 22
Tabel 3.3. Kebutuhan Air Non Domestik ................................... 22
Tabel 3.4. Kebutuhan Air Non Domestik (Lanjutan) ................. 23
Tabel 3.5. Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V
(Desa) .......................................................................................... 23
Tabel 5.1. Data Penduduk Desa Ngindeng 2006 - 2016 ............ 37
Tabel 5.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Metode Aritmatika ..... 39
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika ........... 40
Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika
(Lanjutan) .................................................................................... 41
Tabel 5.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Metode Geometrik ..... 43
Tabel 5.6. Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik 43
Tabel 5.7. Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik
(Lanjutan) .................................................................................... 44
Tabel 5.8. Hasil perhitungan standar deviasi.............................. 46
Tabel 5.9. Hasil perhitungan standar deviasi (Lanjutan) ............ 47
Tabel 5.10. Standar Kebutuhan Air Bersih ................................ 48
Tabel 5.11. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Desa Ngindeng ... 49
Tabel 5.12. Fluktuasi Pemakaian Air Desa Ngindeng ............... 50
Tabel 5.13. Fluktuasi Pemakaian Air Desa Ngindeng (Lanjutan)
..................................................................................................... 51
Tabel 5.14. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P1 ....................... 54
Tabel 5.15. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P1(Lanjutan) ...... 55
Tabel 5.16. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P2 ....................... 56
Tabel 5.17. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P3 ....................... 57
Tabel 5.18. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P3 (Lanjutan) ..... 58
Tabel 5.19. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P4 ....................... 60
Tabel 5.20. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P5 ....................... 62
xviii
Tabel 5.21. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P6 ....................... 64
Tabel 5.22. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P7 ....................... 66
Tabel 5.23. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P8 ....................... 67
Tabel 5.24. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P9 ....................... 69
Tabel 5.25. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P10 ..................... 70
Tabel 5.26. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P11 ..................... 71
Tabel 5.27. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P12 ..................... 73
Tabel 5.28. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P13 ..................... 75
Tabel 5.29. Koefisien Hazen William ........................................ 81
Tabel 5.30. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P6 .................. 84
Tabel 5.31. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P6 (Lanjutan) 85
Tabel 5.32. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P5 .................. 89
Tabel 5.33. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P5 (Lanjutan) 90
Tabel 5.34. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P4 .................. 94
Tabel 5.35. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P4 (Lanjutan) 95
Tabel 5.36. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 .................. 99
Tabel 5.37. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
................................................................................................... 100
Tabel 5.38. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
................................................................................................... 101
Tabel 5.39. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
................................................................................................... 102
Tabel 5.40. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P2 ................ 106
Tabel 5.41. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P2 (Lanjutan)
................................................................................................... 107
Tabel 5.42. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 ................ 111
Tabel 5.43. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 112
Tabel 5.44. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 113
xix
Tabel 5.45. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 114
Tabel 5.46. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 115
Tabel 5.47. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 116
Tabel 5.48. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
................................................................................................... 117
Tabel 5.49. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13 .............. 121
Tabel 5.50. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13 (Lanjutan)
................................................................................................... 122
Tabel 5.51. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13 (Lanjutan)
................................................................................................... 123
Tabel 5.52. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P12 .............. 127
Tabel 5.53. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P12 (Lanjutan)
................................................................................................... 128
Tabel 5.54. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11 .............. 132
Tabel 5.55. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11 (Lanjutan)
................................................................................................... 133
Tabel 5.56. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11 (Lanjutan)
................................................................................................... 134
Tabel 5.57. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P10 .............. 138
Tabel 5.58. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P10 (Lanjutan)
................................................................................................... 139
Tabel 5.59. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9 ................ 143
Tabel 5.60. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9 (Lanjutan)
................................................................................................... 144
Tabel 5.61. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9 (Lanjutan)
................................................................................................... 145
Tabel 5.62. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P8 ................ 149
xx
Tabel 5.63. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P8 (Lanjutan)
................................................................................................... 150
Tabel 5.64. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 ................ 154
Tabel 5.65. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan)
................................................................................................... 155
Tabel 5.66. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan)
................................................................................................... 156
Tabel 5.67. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan)
................................................................................................... 157
Tabel 5.68. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 2 ...................... 162
Tabel 5.69. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 2 (Lanjutan) .... 163
Tabel 5.70. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 3 ...................... 167
Tabel 5.71. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 3 (Lanjutan) .... 168
Tabel 5.72. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 1 ...................... 172
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi. Air telah
menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun
kilometer kubik air yang tersedia di Bumi. Air sebagian besar
terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan
puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai
awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam objek-objek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air,
yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan
tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Dalam kegunaannya sehari – hari, sumber daya air ini
digunakan dalam berbagai bidang. Mulai dari bidang pertanian,
bidang distribusi air bersih, rekreasi, PLTA dan lain sebagainya.
Karena pemakaiannya yang cukup banyak inilah perlu dilakukan
pengelolaan sumber daya air yang baik dan tersistematis.
Di Kabupaten Ponorogo, khususnya di Kecamatan Sawoo
terdapat sebuah tampungan sumber daya air berupa yang bernama
Waduk Bendo. Waduk ini di desain sebagai pemenuhan kebutuhan
air untuk air bersih dan irigasi di kawasan sekitar Waduk yang
didapat dari laporan akhir pembangunan Waduk Bendo, dikatakan
bahwa kapasitas air di Waduk Bendo ini cukup untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih sebesar 11.73 juta m3 per tahun 370 lt/dtk
sesuai dengan Laporan CDMP untuk proyeksi tahun 2025
sedangkan untuk irigasi dapat digunakan untuk 3299 Ha lahan
pertanian.
Pada perencanaannya, tercantum salah satu fungsi Waduk
Bendo yakni sebagai penyedia air bersih untuk domestik maupun
industri bagi masyarakat setempat. Namun hingga kini belum ada
fasilitas yang memenuhi fungsi tersebut. Hal ini lah yang melatar
belakangi Penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Sehingga
judul Tugas Akhir yang Penulis ambil yakni:
2
“PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN
SAWOO, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR”.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari Tugas Akhir Penulis yakni sebagai
berikut:
• Berapa jumlah kebutuhan air baku untuk 25 tahun
mendatang di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo,
Kabupaten Ponorogo?
• Bagaimanakah desain layout jaringan distribusi air baku di
Desa Ngindeng?
• Bagaimanakah rencana dimensi pipa pada jaringan
distribusi air bersih di Desa Ngindeng?
1.3. Tujuan Penulisan Dalam Tugas Akhir ini, Penulis membagi tujuan penulisan
Penulis dalam 2 pokok tujuan penulisan yakni Tujuan Penulisan
Umum dan Tujuan Penulisan Khusus. Tujuan Penulisan Penulis
secara umum yakni sebagai berikut:
• Menghitung jumlah kebutuhan air baku untuk 25 tahun
mendatang di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo,
Kabupaten Ponorogo.
• Merencanakan desain layout jaringan distribusi air baku di
Desa Ngindeng.
• Menghitung rencana dimensi pipa pada jaringan distribusi
air bersih di Desa Ngindeng.
Sedangkan untuk tujuan khusus penulisan dari tugas akhir Penulis
yakni:
• Sebagai persyaratan dalam mencapai gelar ahli madya
jurusan Teknik Sipil sekaligus telah menyelesaikan
pendidikan di ”Institut Teknologi Sepuluh Nopember” Surabaya.
3
1.4. Batasan Masalah Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah Penulis
tentukan, maka batasan masalah yang diajukan adalah
• Perencanaan sistem distribusi air bersih dengan proyeksi
penduduk hanya hingga 25 tahun yang akan datang.
• Tidak merencanakan ukuran dimensi IPA dan Hidran, namun
hanya penentuan lokasi IPA dan Hidran.
1.5. Lokasi Studi Obyek penelitian dari studi ini terletak di Waduk Bendo, Desa
Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Kecamatan Sawoo, Kabupaten
Ponorogo
Gambar 1.1. Peta Lokasi Kecamatan Sawoo, Kabupaten
Ponorogo
4 4
Gambar 1.2. Peta Lokasi Waduk Bendo, Sawoo, Ponorogo
Waduk Bendo
5
BAB II
KONDISI WILAYAH
2.1. Letak Geografis Waduk Bendo Proyek Pembangunan Waduk Bendo terletak ± 21 km dari
kota Ponorogo atau ± 200 km dari kota Surabaya di Jawa Timur.
Waduk Bendo terletak antara garis lintang selatan 7º 49' 33'' dan 7º
59' 36'' dan garis bujur timur 111º 34' 57'' dan 111º 44'. Lokasi
bendungan untuk waduk Bendo ± 20 km di hulu pertemuan dengan
Kali Madiun, dengan daerah tangkapan air seluas 120,63 km2.
2.2. Data Teknis Waduk Bendo Waduk Bendo ini direncanakan oleh pihak Balai Besar
Wilayah Sungai Bengawan Solo dan dilaksanakan oleh beberapa
kontraktor yakni Wika, Nindya Karya, dan Hutama Karya. Lalu
Waduk Bendo ini dibangun sebagai pemenuhan kebutuhan air
baku, air irigasi dan pengendalian banjir, dengan cara
memanfaatkan sumber daya air dari Kali Ngindeng, anak Kali
Madiun yang merupakan terusan dari Sungai Bengawan Solo Jawa
Tengah. Perencanaan Waduk Bendo ini hanya sampai
pembangunan infrastruktur yang ada di Waduk Bendo itu sendiri,
tanpa merencanakan instalasi pendistribusian air bersihnya.
Sehingga Penulis mencoba memberikan solusi perencanaan sistem
pendistribusian air bersih berupa instalasi perpipaan di daerah
Waduk Bendo ini. Oleh karena itu, Berikut ini adalah data teknis
dari Waduk Bendo yang merupakan sumber air bersih dari
masyarakat Desa Ngindeng:
Waduk
Luas daerah aliran = 120,63 km2
Luas permukaan waduk = 1,85 km2 pada MAT
Muka Air Tinggi (MAT) = EL. 218.600 m
Muka Air Rendah (MAR) = EL. 188.000 m
Muka Air Banjir (MAB) = EL. 220.89 m
6
Kapasitas waduk bruto = 44,197 x 106 m3
Kapasitas waduk aktif = 35,805 x 106 m3
Bendungan
Tipe bendungan = Zona urugan batu
dengan inti tegak
Elevasi puncak = EL. 224.0 m
Tinggi bendungan = 88 m
Panjang puncak = 311,90 m
Volume timbunan = 3.088 juta m3
Terowong Pengelak = 5,5 m diameter
Pintu Penutup = 5 m x 5 m
Pengambilan dan Pengeluaran
Tipe pengambilan = Menara miring
Elevasi dasar inlet = EL. 185 & 195 m
Jalan air
Hulu penyumbat = Terowong pengelak, D =
5,5 m
Hilir penyumbat = Pipa baja, D = 1.2 m
Katup keluaran = Katup pancar, D = 0.9 m
Kapasitas keluaran = 10.0 m3/s pada MAT
Pelimpah
Peak inflow = 649 m3/s
Type
= Pelimpah samping
tanpa pintu, saluran
luncur terbuka dan
kolam penenang datar
7
Panjang ambang pelimpah = 65 m
Kapasitas rencana = 472 m3/s
Operasional Waduk
Kebutuhan air bersih = 370 l/detik
Volume Kebutuhan air bersih = 11,73 juta m3
Luas lahan Irigasi (Ha) = 7800 Ha
Konservasi sungai = 0,5 m3/detik
(Sumber: Data Perencanaan Waduk Bendo)
Dari data teknis di atas dapat diketahui bahwa besar
kebutuhan air baku yang direncanakan yakni sebesar 370 l/detik
dengan volume kebutuhan air bersih selama satu tahun yakni
sebesar 11,73 m3/tahun. Hasil ini didapatkan dari perhitungan
proyeksi penduduk hingga tahun 2025 mendatang. Namun dengan
volume kebutuhan air bersih sebesar tersebut hanya direncanakan
sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih pada musim kemarau saja
atau pada bulan Mei hingga Oktober saja. Oleh karena itu, dengan
volume yang sangat memadai tersebut, Penulis mencoba
merencanakan pemenuhan kebutuhan air bersih secara continue
yakni mulai dari bulan Januari hingga Desember.
2.3. Kondisi Topografi Kecamatan Sawoo Morfologi daerah rencana bendungan merupakan daerah
perbukitan dengan ketinggian antara EL. +150 m sebagai elevasi
dasar sungai sampai EL. +450 m di sisi kiri sungai dan EL. +250
m di sisi kanan sungai. Serta memiliki kemiringan tanah yang
bervariasi mulai dari kemiringan 0 derajat hingga >45 derajat. Luas
per daerah di Kabupaten Ponorogo sesuai dengan kemiringan
lahannya adalah sebagai berikut:
• Kemiringan relative datar (0 – 8 derajat) = 82.257,6 Ha
• Kemiringan berombak (8 – 15 derajat) = 31.057, 43 Ha
• Kemiringan berbukit (15 – 25 derajat) = 22.047, 43 Ha
8
• Kemiringan curam (25 – 45 derajat) = 6.865, 08 Ha
• Kemiringan sangat curam (>45 derajat) = 1747, 58 Ha
Dan untuk Kecamatan Sawoo sendiri memiliki kemiringan
0–2 derajat, sehingga bisa dikatakan bahwa daerah di Kecamatan
Sawoo termasuk relatif datar atau sedikit berombak. Kecamatan
Sawoo ini berada di ketinggian 50 - 100 m diatas permukaan laut.
(Sumber: BPBD Kabupaten Ponorogo)
Gambar 2.1. Gambaran Kondisi Topografi Waduk Bendo
2.4. Kondisi Klimatologi Kecamatan Sawoo Iklim di Kecamatan Sawoo merupakan iklim tropis dengan
suhu rata-rata mencapai 21,9 °C, kelembaban 85,06%, kecepatan
angin 2 knot, dan curah hujan rata-rata pertahun mencapai 11,08
mm. Wilayah Kecamatan Sawoo memiliki suhu yang relatif sama
dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Ponorogo, yaitu:
• Pada bulan Desember-Mei pada siang hari antara 20°C–25°C
• Pada bulan Juni-Agustus pada siang hari antara 18°C–25°C
9
• Pada bulan September-Nopember pada siang hari antara
19°C–27°C
2.5. Wilayah Perencanaan Daerah Layanan Jaringan
Distribusi Air Bersih Dalam perencanaan yang akan Penulis lakukan, daerah yang
akan Penulis rencanakan sebagai daerah layanan yakni daerah di
Kecamatan Sawoo khususnya di daerah kawasan Waduk Bendo.
Sehingga dalam hal ini terdapat 1 desa yang menjadi sasaran
Penulis, nama desa tersebut yakni Desa Ngindeng. Namun bukan
tidak mungkin juga distribusi air bersih ini dapat melebihi dari 1
desa yang menjadi sasaran Penulis, karena ini semua tergantung
dari analisis perencanaan dan perhitungan besar tampungan dari
Waduk Bendo sendiri. Lebih rincinya, Penulis sertakan di dalam
peta daerah layanan distribusi air bersih sebagai berikut:
10
10
Gambar 2.2. Peta Lokasi Rencana Daerah Layanan Distribusi Air Waduk Bendo
Waduk Bendo
11
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Sumber-Sumber Air Dalam sistem penyediaan air bersih, sumber air merupakan
satu komponen yang mutlak harus ada, karena tanpa sumber air
system penyedian air tidak akan berfungsi. Dengan mengetahui
karakteristik masing-masing sumber air serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, diharapkan dapat membantu di dalam
pemilihan air bersih untuk suatu system penyediaan air bersih,
serta mempermudah tahapan selanjutnya di salam pemilihan tipe
dari pengolahan untuk menghasilkan air yang memenuhi standart
kualitas secara fisik, kimiawi dan bakteriologis. Secara umum
sumber air sebagai berikut:
3.1.1. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang terdapat pada
permukaan tanah. Pada prinsipnya air permukaan terbagi
menjadi:
1. Air Sungai
Air sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan
bumi dan tida meresap kedalam tanah akan mengalir
secara gravitasi searah dengan kemiringan permukaan
tanah dan mengalir melewati aliran sungai. Sebagai
salah satu sumber air minum, air sungai harus
mengalami pengolahan secara sempurna karena pada
umumnya memiliki derajat pengotoran yang tinggi. 2. Air Danau
Air danau adalah air permukaan (berasal dari hujan
atau air tanah yang keluar ke permukaan tanah),
terkumpul pada suatu tempat yang relatif rendah/
cekung. Termasuk kategori supaya adalah air rawa, air
tendon, air waduk/dam.
3.1.2. Air Tanah Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang
jatuh di permukaan tanah/bumi dan meresap kedalam tanah
12
dan mengisi rongga-rongga atau pori didalam tanah. Air tanah
terbagi atas:
1. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. air tanah lebih banyak mengandung
zat kimia berupa garam-garam terlarut meskipun
kelihatan jernih karna sudah melewati lapisan tanah
yang masing-masing mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu. Meskipun lapisan tanah disini berfungsi
sebagai saringan namun pengotoran juga masih terus
berlangsung, terutama pada muka air yang dekat
dengan muka tanah. Air tanah dangkal umumnya
mempunyai kedalaman kurang dari 50 meter.
2. Air Laut
Air laut adalah salah satu sumber air walaupun
tidak termasuk kategori yang bisa dipilih sebagai
sumber air bersih untuk untuk air bersih atu air minum,
karena memiliki kandungan garam (NaCl) yang cukup
besar.
3.2. Definisi Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu.
Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air
yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga
apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. (Sumber: Ketentuan Umum Permenkes, 1990)
3.3. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih harus memenuhi beberapa
persyaratan utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan
kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.
13
3.3.1. Persyaratan Kualitatif Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau
kualitas dari air bersih air bersih. Persyaratan ini meliputi
persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan
persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan
Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa
persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-Syarat Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan
tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya
sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25⁰C, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang
diperbolehkan adalah 25⁰C ± 3⁰C
2. Syarat-Syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan
kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa
persyaratan kimia antara lain adalah: pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida
(Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-Syarat Bakteriologis dan Mikrobiologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen
dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan
bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri
E. coli atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-Syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air
bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan
bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar
alfa, beta dan gamma.
3.3.2. Persyaratan Kuantitatif (Debit) Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih
adalah ditinjau dari banyaknya air bersih yang tersedia.
Artinya air bersih tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
14
penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga
dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.
3.3.3. Persyaratan Kontinuitas Air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat
diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi
kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap
wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian
air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per
hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul
06.00 – 18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua
aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar
konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan
pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena
itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu,
diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap
setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa
suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak
boleh melebihi 0,3–3 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi
dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus
tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat
ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai
dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas
aliran terpenuhi.
(Sumber: Ketentuan Umum Permenkes, 1990)
15
3.4. Sistem Distribusi Air Air yang disuplai melalui pipa induk akan didistribusikan
melalui dua alternative sistem yakni:
3.4.1. Continuous System (Sistem Berkelanjutan) Dalam Sistem ini, air minum yang ada akan disuplai
dan didistribusikan kepada konsumen secara terus – menerus
selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap
waktu kuantitas air Bersih dapat mensuplai seluruh kebutuhan
konsumen di daerah tersebut.
Keuntungan:
• Konsumen akan mendapatkan air setiap saat
• Air minum yang diambil dari titik pengambilan di
dalam jaringan pipa distribusi selalu didapat dalam
keadaan segar
Kerugian:
• Pemakaian air cenderung lebih boros
• Jika ada sedikit kebocoran maka jumlah air yang
terbuang besar
3.4.2. Intermitten System Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplay
dan didistribusikan kepada konsumen hanya selama beberapa
jam dalam satu hari. Biasanya berkisar antara 2 hingga 4 jam
untuk sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan bila kuantitas
dan tekanan air yang cukup tidak tersedia.
Keuntungan:
• Pemakaian air cenderung lebih hemat
• Jika ada sedikit kebocoran maka jumlah yang
terbuang relative kecil
Kerugian:
• Bila terjadi kebakaran pada saat beroperasi maka air
untuk pemadam kebakaran tidak dapat disediakan
16
• Setiap rumah perlu menyediakan tempat
penyimpanan air yang cukup agar kebutuhan air
sehari – hari dapat terpenuhi
• Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena
kebutuhan air yang disuplay dan didistribusikan
dalam sehari hanya ditempuh dalam jangka waktu
yang pendek
(Sumber: Laporan “sistem pelayanan air minum” Teknik Lingkungan ITS, 2010)
3.5. Kriteria Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih Kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan jaringan
distribusi air bersih, sehingga jaringan yang direncanakan dapat
memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis serta ekonomis. Sistem
distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan/membagikan air
bersih ke seluruh daerah pelayanan dengan merata dan berjalan
secara terus menerus sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk
kelancaran sistem pendistribusian tersebut, perlu diperhatikan
faktor-faktor berikut:
• Tersedianya tekanan yang cukup pada jaringan pipa
distribusi, sehingga air masih bisa mengalir ke konsumen
dengan sisa tekanan yang cukup.
• Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan
penduduk/konsumen dan dapat melayani 24 jam.
• Kualitas air bersih terjamin mulai dari pipa distribusi sampai
ke konsumen.
Sistem distribusi air bersih merupakan jaringan perpipaan yang
mengalirkan air bersih dari sumber/instalasi ke daerah pelayanan.
Secara sederhana suatu sistem distribusi sir bersih dapat dilihat
pada ilustrasi gambar berikut:
17
3.6. Pemilihan Pola Jaringan Perpipaan
Pola jaringan sistem perpipaan distribusi air bersih
umumnya, dapat diklasifikasikan menjadi:
• Sistem jaringan melingkar (Grid System/Loop).
• Sistem jaringan cabang (Branch System).
• Sistem kombinasi dari kedua sistem tersebut.
Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang
ada dan jalan rencana, topografi, pola perkembangan daerah
pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan. Gambar berikut dapat
memberikan ilustrasi tentang bentuk dan sistem jaringan pipa
distribusi tersebut.
(Sumber: Tugas Matkul Sistem Penyediaan Air Minum
jurusan ilmu dan teknologi - UNAIR)
3.6.1. Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa
pipa induk dan pipa cabang yang saling berhubungan satu
Gambar 3.1. Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Gravitasi
Gambar 3.2. Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Pompa
18
sama lainnya dan membentuk loop (melingkar), sehingga
terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa
induk dilakukan penyambungan (tapping) oleh pipa cabang
dan selanjutnya dri pipa cabang dilakukan pendistribusian
untuk konsumen
Dari segi ekonomis sistem ini kurang menguntungkan,
karena diperlukan pipa yang lebih panjang, katup dan
diameter pipa yang bervariasi. Sedangkan dari segi hidrolis
(pengaliran) sistem ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan
pada sebagian blok dan selama diperbaiki, maka yang lainnya
tidak mengalami gangguan aliran karena masih dapat
pengaliran dari loop lainnya.
Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk
daerah dengan karakteristik sebagai berikut:
• Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah
• Pola jaringan jalannya berhubungan satu dengan
lainnya
• Elevasi tanahnya relatif datar
3.6.2. Sistem Jaringan Bercabang Jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main
feeder) disambungkan dengan pipa sekunder, lalu
disambungkan lagi dengan pipa cabang lainnya, sampai
akhirnya pada pipa yang menuju ke konsumen.
Dari segi ekonomis sistem ini menguntungkan, karena
panjang pipa lebih pendek dan diameter pipa kecil. Namun
dari segi teknis pengoperasian mempunyai keterbatasan,
diantaranya:
• Timbulnya rasa, bau akibat adanya ”air mati” pada ujung-ujung pipa cabang. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan pengurasan secara berkala dan
menyebabkan kehilangan air yang cukup banyak.
• Jika terjadi kerusakan akan terdapat blok daerah
pelayanan yang tidak mendapatkan suplai air, karena
tidak adanya sirkulasi air.
19
• Jika terjadi kebakaran, suplai air pada hidran
kebakaran lebih sedikit, karena alirannya satu arah.
Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk
daerah pelayanan
Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan
untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:
• Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.
• Pola jalur jalannya tidak berhubungan satu sama
lainnya.
• Luas daerah pelayanan relatif kecil.
• Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan
tinggi dan menurun secara teratur.
3.6.3. Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan
gabungan dari sistem melingkar dan sistem bercabang. Sistem
ini diterapkan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik:
• Kota yang sedang berkembang.
• Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian
pula jaringan jalannya tidak berhubungan satu sama
lain pada bagian tertentu.
• Terdapat daerah pelayanan yang terpencil dan elevasi
tanah yang bervariasi.
(Sumber: Tugas Matkul Sistem Penyediaan Air
Minum jurusan ilmu dan teknologi - UNAIR)
3.7. Analisis Pertumbuhan Penduduk Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk
memprediksi kebutuhan air pada masa yang akan datang. Dalam
hal ini jumlah penduduk dipandang sebagai kumpulan manusia dan
perhitungannya disusun menurut berbagai statistik tertentu. Hal
ini biasanya didasarkan pada faktor-faktor vital dalam
kependudukan seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Faktor-
faktor tersebut mengakibatkan pertumbuhan, pengurangan atau
tetapnya jumlah penduduk.
20
Analisis proyeksi perkembangan jumlah penduduk dihitung
berdasarkan pola/tren kecenderungan perkembangan penduduk
sebelumnya. Analisis yang umum digunakan adalah sebagai
berikut:
3.7.1. Metode Geometrik Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa
perkembangan penduduk secara bertambah secara berkala.
Dengan pertambahan penduduk awal metode ini
memperhatikan suatu saat terjadi perkembangan menurun
dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk
mendekati maksimum. Rumus yang digunakan:
Pn = Po (1 + r)n r =( PoPt
)1/t
- 1
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata - rata presentase tambahan penduduk tiap tahun
n = Jangka waktu tahun proyeksi
3.7.2. Metode Aritmatik Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan
penduduk yang selalu naik secara konstan dan dalam kurun
waktu yang singkat. Rumus yang digunakan:
Pn = Po + (Po-Ptt ) .n
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk n tahun yang akan datang
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada awal tahun data.
t = Jangka waktu tahun data
n = Jangka waktu tahun proyeksi
21
3.8. Analisis Kebutuhan Air Bersih Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang
menggunakan standar-standar perhitungan yang telah ditetapkan.
Kebutuhan air untuk fasilitas-fasilitas sosial ekonomi harus
dibedakan menurut peraturan PDAM dan memperhatikan
kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan
pelayanan. Faktor utama dalam analisis kebutuhan air adalah
jumlah penduduk pada daerah studi. Untuk menganalisis proyeksi
10 tahun kedepan dipakai metode Aritmatik dan Geometrik. Dari
proyeksi tersebut, kemudian dihitung jumlah kebutuhan air dari
sektor domestik dan sektor non domestik berdasarkan kriteria
Ditjen Cipta Karya 1996. Kebutuhan air bersih meliputi atas
kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik, kebutuhan non
domestik sendiri terdiri atas berbagai kebutuhan.
3.8.1. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih
bagi para penduduk untuk kepentingan sehari-hari. Jumlah
kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, presentase
yang diberi air dan cara pembagian air yaitu dengan:
1. Sambungan Rumah Tangga
2. Kran Umum
Jumlah sambungan rumah dihitung dari jumlah pelanggan
baru, yaitu 5 orang persambungan, sedangkan jumlah kran
umumnya didasarkan atas 100 standar yang biasa digunakan
serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya.
Tabel 3.1. Standar kebutuhan air domestik
Kategori Kota Jumlah
Penduduk
Sambungan
Rumah
Sambungan
Umum Kehilangan
Energi (L/orang/hari (L/orang/hari)
Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
Kota Besar 500.000 –
1.000.000 170 30 20%
Kota Sedang 100.000 –
500.000 150 30 20%
22
Tabel 3.2. Standar kebutuhan air domestik (Lanjutan)
Kategori Kota Jumlah
Penduduk
Sambungan
Rumah
Sambungan
Umum Kehilangan
Energi (L/orang/hari (L/orang/hari)
Kota Kecil 20.000 –
100.000 130 30 20%
IKK <20.000 100 30 20%
(Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, DPU)
3.8.2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air
bersih untuk sarana dan prasarana daerah yang teridentifikasi
ada atau bakal ada berdasarkan rencana tata ruang. Sarana
dan prasarana berupa kepentingan sosial/umum seperti untuk
pendidikan, tempat ibadah, kesehatan dan juga untuk
keperluan komersil seperti untuk perhotelan, kantor, restoran
dan lain-lain. Selain itu juga keperluan industry, pariwisata,
pelabuhan, perhubungan, dan lain-lain. Besar konsumsi non
domestik sampai 2004 ditetapkan 10% dari kebutuhan
domestik.
(Sumber: Jurnal “Perencanaan pipa distribusi air bersih di
Kel. Sambaliung” – Dr.Ir.Hendrik S.)
Tabel 3.3. Kebutuhan Air Non Domestik
Kategori Kebutuhan Air
Umum Masjid 25-40 L/orang/hari
Gereja 5-15 L/orang/hari
Terminal 15-20 L/orang/hari
Sekolah 15-30 L/orang/hari
Rumah Sakit 220-300 L/tempat
tidur/hari Kantor 25-40 L/orang/hari
Industri Peternakan 10-35 L/ekor/hari
Industri Umum 40-400 L/orang/hari
23
Tabel 3.4. Kebutuhan Air Non Domestik (Lanjutan)
Kategori Kebutuhan Air
Komersil Bioskop 10-15 L/kursi/hari
Hotel 80-120 L/orang/hari
Rumah Makan 65-90 L/meja/hari
Pasar/Toko 5 L/M2/hari
(Sumber: Ir. Sarwoko, “Penyediaan Air Bersih”)
Tabel 3.5. Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa)
Sektor Nilai
Kebutuhan Satuan
Sekolah
Mesjid
Musholla
Rumah Sakit
Puskesmas
Hotel
Kawasan Industri
5
3.000
2.000
200
1.200
90
10
Liter/murid/hari
Liter/Unit/Hari
Liter/Unit/Hari
Liter/bed/hari
Liter/hari
Liter/hari
Liter/hari
(Sumber: Ditjen Cipta Karya DPU)
3.9. Perhitungan Pemanfaatan Air
3.9.1. Untuk Domestik Kebutuhan air:
Q (DMI) = 365 hari x { 𝑔 𝑢
x P(u) + 𝑔 𝑟
x P(r)}
Dimana:
Q (DMI) = Kebutuhan air untuk kebutuhan domestik
(m³/tahun)
q(u) = Konsumsi air pada daerah perkotaan
24
(liter/kapita/hari)
q(r) = Konsumsi air daerah pedesaan (liter/kapita/hari)
P(u) = Jumlah Penduduk Kota
P(r) = Jumlah Penduduk Pedesaan
Penggunaan air untuk keperluan domestik
diperhitungkan dari jumlah penduduk di daerah
perkotaan dan pedesaan yang terdapat di Daerah Aliran
Sungai (DAS). Untuk penduduk perkotaan diperlukan
120L/hari/kapita, sedang penduduk pedesaan
memerlukan 60L/hari/kapita. Dengan diketahui
kebutuhan per hari per kapita penduduk maka dapat
diformulasikan:
Kebutuhan air penduduk pedesaan
Σ Penduduk x 365 x 60 L = ....... L/Tahun.
Kebutuhan air penduduk perkotaan
Σ Penduduk x 365 x 120 L= …...L/Tahun
3.10. Analisis Hidrolika Dalam Sistem Distribusi Air
Bersih Menurut Bambang Triatmojo (1995) aliran dalam pipa
merupakan aliaran tertutup dimana air kontak dengan seluruh
penampang saluran.
3.10.1. Hukum Bernoulli Aliran dalam pipa memiliki 3 macam energi yang
bekerja di dalamnya, yaitu:
• Energi ketinggian
• Energi tekanan
• Energi kecepatan
Hal tersebut dikenal dengan prinsip bernoulli bahwa
energi total pada sebuah penampang pipa adalah jumlah
25
energi kecepatan, energi tekanan dan energi ketinggian yang
dapat ditulis sebagai berikut:
Etot = energi ketinggian + energi kecepatan + energi
tekanan
Etot = Z+ P
γw + v2
2g
Dimana:
Pγw
= Tinggi tekan
v2
2g = Tinggi energi
Z = Elevasi
3.10.2. Kehilangan Tekanan (Head Loss) Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa
dikenal dua macam kehilangan energi, yaitu:
1. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor (Major
Losses)
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung
besarnya kehilangan tinggi tekan mayor ini, akan
tetapi yang sering digunakan adalah persamaan
Hazzen Williams, sebagai berikut:
Q = 0.2785 × Chw × D2.63 × S0.54
S = Hf × L
Persamaan kehilangan tekanan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
Hf = Q
0.2785 × Chw × D2.63
1.85
× L
Dimana:
Hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan
Q = Debit aliran (m3/detik)
L = Panjang pipa
26
Chw = Koefisien kekasaran Hazzen Williams 𝐷 = Diameter pipa
Selain rumus kehilangan tekanan atau kehilangan
energi dari Hazzen Williams, terdapat juga rumus
kehilangan tekanan dari Darcy – Weisbach.
Persamaannya bisa ditulis sebagai berikut:
Hf = f x LD ×
v2
2 g
Dimana:
f = Faktor gesekan (Darcy friction factor),
nilainya dapat diperoleh dari diagram Moody
maupun secara persamaan empiris.
L = Panjang Pipa (m)
d = Diameter Pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
2. Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor
Losses)
Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan
minor contohnya sebagai berikut:
• Kehilangan tinggi minor karena pelebaran
pipa.
• Kehilangan tinggi minor karena
penyempitan mendadak pada pipa.
• Kehilangan tinggi tekan minor karena
mulut pipa.
• Kehilangan tinggi minor karena belokan
pada pipa.
• Kehilangan tinggi tekan minor akibat
sambungan dan katup pipa.
27
Secara umum rumus kehilangan tekan akibat
minor losses adalah:
Hl = K v2
2g
Dimana:
Hl = Kehilangan energi minor (m)
K = Koefisien karakteristik pipa
v = Kecepatan (m/detik)
g = Nilai faktor gravitasi = 9,81 m/detik
3.10.3. Kecepatan Aliran Nilai Kecepatan aliran dalam pipa yang diizinkan
adalah 0,3 – 2,5 m/detik pada debit jam puncak. Kecepatan
yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada dalam pipa
tidak bisa terdorong. Selain itu, pemborosan biaya karena
diameter pipa yang besar. Sedangkan pada kecepatan terlalu
besar mengakibatkan pipa mudah aus dan mempunyai
headloss yang tinggi, sehinga biaya pembuatan elevated
reservoir naik. Untuk menentukan kecepatan aliran dalam
pipa digunakan rumus:
Q = A.v
Q = ¼ π D2 . v
V = 4.Q
π.D2
Dimana:
Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran (m/detik)
D = diameter pipa (m)
(Sumber: Laporan “sistem pelayanan air minum” Teknik Lingkungan ITS 2010)
3.10.4. Fluktuasi Kebutuhan Air Pada umumnya, masyarakat indonesia melakukan
aktifitas penggunaan air pada pagi dan sore hari dengan
28
konsumsi air yang lebih banyak daripada waktu - waktu
lainnya. Dari keseluruhan aktifitas dan konsumsi sehari
tersebut dapat diketahui pemakaian rata-rata air. Dengan
memasukkan besarnya factor kehilangan air ke dalam
kebutuhan dasar, maka selanjutnya dapat disebut sebagai
fluktuasi kebutuhan air. Dan di dalam distribusi air minum,
tolak ukur yang digunakan dalam perencanaan maupun
evaluasinya adalah kebutuhan air hari maksimum dan
kebutuhan air jam maksimum dengan mengacu pada
kebutuhan air rata-rata.
Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga
kelompok:
1. Kebutuhan rata - rata
Pemakaian air rata-rata menggunakan persamaan
berikut:
Qh = QdT
Dimana:
Qh = pemakaian air rata – rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata – rata sehari (m3)
T = jangka waktu pemakaian (jam)
2. Kebutuhan harian maksimum
Kebutuhan air harian dengan menggunakan
rumus:
Kebutuhan air per hari = Jml. penduduk x keb.
rata-rata per hari
3. Kebutuhan pada jam puncak
Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak
sangat diperlukan dalam perhitungan besarnya
kebutuhan air Bersih, karena hal ini menyangkut
kebutuhan padahari-hari tertentu dan pada jam
puncak pelayanan. Sehingga penting
mempertimbangkan suatu nilai koefisien untuk
keperluan tersebut. Kebutuhan air harian maksimum
29
dan jam puncak dihitung berdasarkan kebutuhan
dasar dan nilai kebocoran dengan pendekatan sebagai
berikut:
Qh max = C1 . Qh
Dimana:
C1 = konstanta (1,5 – 2,0)
3.10.5. Pompa Pompa merupakan suatu alat yang terdiri dari mesin
dan motor yang dapat menghasilkan energi untuk
memindahkan fluida dari suatu tempat (pada elevasi tertentu)
ke tempat lain yang memiliki elevasi lebih tinggi.
Head pompa terdiri dari:
• Total static head (Hs) adalah beda tinggi permukaan
fluida pada bagian suction dan discharge
• Pressure difference head = (Pd – Ps)
γ , terjadi karena
adanya perbedaan tekanan pada bagian suction dan
discharge.
• Head loss karena gesekan adalah total headloss
karena adanya beda gesekan pada pipa,
perlengkapan pipa, dll
(Hf) = Σv2
2g
• Beda velocity head = (vd
2- vs2)
2g
Dimana, vd = kecepatan aliran pada bagian
discharge
vs = kecepatan aliran pada bagian suction
Jadi head sistem:
HA = Hs + (Pd – Ps)
γ +
(vd2- vs
2)2g
+ ΣHf Namun, pada prakteknya beda velocity head
diabaikan karena ≈ 0
30
HA = Hs + (Pd – Ps)
γ + ΣHf (untuk sistem tertutup)
HA = Hs + ΣHf (untuk sistem terbuka dimana Pd – Ps = Patm)
(Sumber: Sularso, Tahara, Haruo, 2000)
31
BAB IV
METODOLOGI
4.1. Tahapan Analisis Metodologi pembahasan adalah sebuah rangkaian atau
susunan sistematis dari rencana kerja yang akan dilakukan dalam
pengerjaan Tugas Akhir. Metodologi ini berguna sebagai media
arahan dalam penyelesaian Tugas Akhir yang sesuai dengan tujuan
atau penyelesaian dari pokok permasalahan yang telah ditetapkan.
Susunan di dalam metodologi pembahasan ini disusun dalam
beberapa tahapan pekerjaan. Tahapan – tahapan tersebut yakni
sebagai berikut:
4.1.1. Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan
sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam
tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera
dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan
pekerjaan.
4.1.2. Survey Lapangan Identifikasi Survey lapangan dan identifikasi lapangan ini
digunakan sebagai langkah awal dari pengerjaan dari Proyek
Akhir ini. Survey lapangan ini meliputi survey daerah lokasi
khususnya Waduk Bendo, Survey daerah penduduk di sekitar
Desa Ngindeng dan survey mengenai kondisi pendistribusian
air bersih di Desa Ngindeng.
4.1.3. Studi Literatur Studi literatur ini akan berguna sebagai tambahan
informasi yang dapat dipakai ketika pengerjaan Proyek Akhir
akan dilaksanakan. Studi literatur ini seperti Literatur yang
dipakai dalam kegiatan ini adalah literatur yang berhubungan
dan relevan dengan sistem penyediaan air bersih/minum, baik
dari segi teknis sarana prasarana ataupun pengelolaannya.
Literatur dapat berupa buku panduan, makalah, tesis, jurnal
dan sebagainya termasuk NSPM (Norma Standar Pedoman
dan Manual) air bersih.
32
4.1.4. Pengumpulan Data Pengumpulan Data ini dilakukan dalam dua jenis data
yang hendak dikumpulkan. Dua jenis data tersebut yakni data
Primer dan data Sekunder. Data primer merupakan sumber
data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian.
Dalam Tugas Akhir ini ada beberapa data yang Penulis
kelompokkan sebagai data sekunder dan data primer. Data – data tersebut yakni sebagai berikut:
1. Data Primer (data secara langsung di lapangan):
• Kondisi Existing Lapangan (Waduk Bendo)
• Wawancara beberapa penduduk
• Keadaan sekitar Waduk
2. Data Sekunder (data dari instansi terkait):
• Data Hidrologi (curah hujan, banjir, dsb)
• Data Tanah
• Data statistik kependudukan, perekonomian,
fasilitas umum, sarana prasarana wilayah studi
• Data kondisi geografis, luas wilayah
• Peta topografi dan Peta situasi di lokasi
• Data perencanaan Waduk Bendo (Kapasitas
tampungan, dll)
4.1.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih Analisis data ini dilakukan ketika segala data yang
diperlukan telah dikumpulkan. Dalam hal ini data – data yang
lebih difokuskan ke data yang berhubungan dengan sumber
air atau Waduk, sarana dan prasarana penyediaan air bersih,
dan data yang berkaitan dengan kebutuhan air bagi penduduk
Desa Ngindeng. Dari analisis data ini nantinya dapat
disimpulkan ke beberapa metode yang akan diterapkan dalam
perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih.
33
4.1.6. Perencanaan Layout Jaringan Distribusi Air
Bersih Dalam perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih
ini, Penulis akan membagi dalam 2 alternatif perencanaan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui sistem jaringan apakah
yang pas atau sesuai untuk diterapkan di Waduk Bendo.
Tahapan perencanaan ini dilaksanakan ketika analisis data
telah dilakukan dengan baik dan sesuai.
4.1.7. Perencanaan Dimensi Jaringan Distribusi Dalam tahapan ini perencanaan difokuskan kepada
pemilihan dimensi yang sesuai pada masing-masing pipa
sehingga didapatkan variabel yang sesuai dengan kaidah-
kaidah perencanaan pemipaan.
4.1.8. Kesimpulan Pada tahapan ini Penulis akan menyimpulkan hasil dari
perencanaan yang telah Penulis lakukan. Kesimpulan
perencanaan ini akan kita ambil sesuai standarisasi dari
perencanaan sistem distribusi air bersih yang layak dan dapat
dipakai di Waduk Bendo.
4.1.9. Pengerjaan Laporan Akhir Tahapan ini berupa penulisan dan pembuatan Tugas
Akhir. Harapannya dari Laporan Akhir yang telah dibuat ini
dapat menjadi salah satu acuan atau rekomendasi dari
perencanaan sistem distribusi air bersih, khususnya untuk
daerah Ngindeng dan sekitarnya. Lebih lengkap dan jelasnya,
tahapan penyusun dapat dilihat di diagram alir di bawah.
34
4.2. Flow Chart Pengerjaan
Gambar 4.1. Diagram Alir
Mulai
Persiapan
Perizinan
Survey dan Studi literatur
Pengumpulan
Data
Data Jumlah
Penduduk
Proyeksi Penduduk
hingga 2041
Kebutuhan Air
Bersih 25 Tahun
A
35
Gambar 4.2. Diagram Alir Lanjutan
A
Perancangan Jaringan
Distribuisi Air Bersih
Perencanaan Dimensi Pipa
Jaringan
Selesai
37
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Analisa Kebutuhan Air Bersih Proyeksi 25 Tahun Dalam analisa kebutuhan air Bersih ini didasarkan pada hasil
proyeksi penduduk di Desa Ngindeng, Ponorogo selama 25 tahun
yakni mulai tahun 2016 - 2041. Selanjutnya dalam perhitungan
proyeksi penduduk ini digunakan 2 bentuk metode perhitungan
yakni metode aritmatika dan metode geometrik. Dari dua metode
ini akan dipilih salah satu metode proyeksi yang paling cocok
dengan cara melihat hasil faktor korelasi dari 2 metode ini. Jika
salah satu metode tersebut memiliki nilai faktor korelasi yang
paling mendekati angka 1 maka metode tersebutlah yang akan
digunakan dalam perencanaan kebutuhan air Bersih Waduk Bendo.
Dalam perhitungan proyeksi penduduk ini menggunakan
data penduduk dari Desa Ngindeng dari tahun 2007 hingga tahun
2016. Berikut ini adalah data penduduk Desa Ngindeng tahun 2007
- 2016: (Tabel 5.1.)
Tabel 5.1. Data Penduduk Desa Ngindeng 2006 - 2016
No Tahun Jumlah
1 2006 2772
2 2007 2783
3 2008 2773
4 2009 2621
5 2010 2618
6 2011 2612
7 2012 2596
8 2013 2598
9 2014 2613
10 2015 2602
11 2016 2601
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo)
38
Jika dilihat dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan penduduk yang cukup signifikan pada tahun 2008 –
2009, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi
yakni sebagai berikut :
• Kesalahanpahaman administrasi yang dilakukan oleh
pihak BPS dengan pihak Kecamatan atau desa perihal data
penduduk yang didapatkan
• Di daerah desa Ngindeng terdapat cukup banyak
masyarakat yang bekerja sebagai tukang. Sehingga terkadang
terdapat perpindahan penduduk yang tiba – tiba sangat
signifikan karena penduduk disana harus pindah ke tempat
pekerjaan mereka di luar kota
Sehingga dari keadaan berikut ini, penulis menggunakan data
penduduk yang mulai mengalami peningkatan setiap tahunnya
yakni tahun 2012 - 2013, serta tahun 2015 - 2016.
5.1.1. Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode
aritmatika ini ditujukan untuk memperkiran jumlah penduduk
mendatang di tahun 2041 yang nantinya akan digunakan untuk
menentukan kebutuhan air yang disuplai ke tiap rumah-rumah
penduduk, dengan mengalikan jumlah penduduk dengan
kebutuhan liter/orang/hari.
Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode
aritmatika ini menggunakan asumsi bahwa penduduk akan
berkurang/bertambah sebesar jumlah absolute yang sama/tetap pada masa yang akan datang sesuai dengan
kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Menurut
Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976),
mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data
yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan
untuk menggunakan model yang lain. Selanjutnya, Isserman
(1997) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat
diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan
lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah – wilayah
39
yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Pn = a + mr ; r = a-pom
Keterangan :
Pn = Jumlah Penduduk pada Tahun ke – n
a = Jumlah Penduduk pada Tahun dasar
Po = Jumlah Penduduk pada Tahun terakhir
m = (To – Tn)
Tn = Tahun ke – n
To = Tahun dasar
r = Laju Pertumbuhan
Sesuai dengan rumus yang disebutkan diatas
maka perlu diketahui laju pertumbuhan penduduk Desa
Ngindeng menurut Metode Artimatika. Berikut
dibawah ini adalah hasil laju pertumbuhan penduduk
dari Desa Ngindeng: (Tabel 5.2.)
Tabel 5.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Metode Aritmatika
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Aritmatik
(Jiwa)
2012 2596
2
2013 2598
4
2015 2602
-1
2016 2601
Contoh Perhitungan:
Proyeksi pertumbuhan penduduk Desa Ngindeng 2041
r = (2+(4)+(-1)/3
40
= 1,7 jiwa/tahun
Pn = 2596 jiwa + (29 tahun x (1,7) jiwa/tahun)
= 2643 jiwa
Jadi, proyeksi penduduk Desa Ngindeng pada tahun 2041
terhitung dari 2012 selama 34 tahun adalah 2643 jiwa.
Dikarenakan kesalahan administrasi dan alasan lainnya yakni
Desa Ngindeng sebagai penghasi tukang sehingga data tahun
2007 – 2011, serta 2014 tidak disertakan dalam perhitungan
ini. Hal ini dikarenakan agar grafik proyeksi pertumbuhan
penduduk yang direncanakan tetap meningkat di setiap
tahunnya. Hasil perhitungan proyeksi penduduk dengan
metode aritmatika adalah sebagai berikut: (Tabel 5.3.)
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika
Tahun
Metode
Aritmatika
(Jiwa)
2016 2601
2017 2603
2018 2604
2019 2606
2020 2608
2021 2609
2022 2611
2023 2613
2024 2614
2025 2616
2026 2618
2027 2619
2028 2621
2029 2623
2030 2624
2031 2626
41
Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika (Lanjutan)
Tahun
Metode
Aritmatika
(Jiwa)
2032 2627
2033 2629
2034 2631
2035 2633
2036 2634
2037 2636
2038 2638
2039 2639
2040 2641
2041 2643
Dari hasil proyeksi diatas maka selanjutnya akan
dituangkan dalam bentuk grafik dengan menambahkan data
penduduk dari tahun 2006 sebagai perbandingan pertumbuhan
penduduk dari tahun 2006 – 2041. Berikut ini adalah grafik
pertumbuhan penduduk metode aritmatika tahun 2006 - 2041:
(Grafik 5.1.)
Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Aritmatika 2006 - 2041
2590
2620
2650
2680
2710
2740
2770
2006 2011 2016 2021 2026 2031 2036 2041
Proyeksi Pertumbuhan Aritmatika
42
Dari grafik diatas didapatkan hasil nilai faktor korelasi
yakni sebesar R2 = 1
5.1.2. Proyeksi Penduduk Metode Geometrik Dalam perhitungan proyeksi penduduk dengan metode
geomterik ini diasumsikan jika penduduk akan
bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan
(persentase) yang tetap dari waktu ke waktu. Menurut
Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat pertumbuhan
yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah yang
dimana pada tahun – tahun awal observasi pertambahan
absolut penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak
pada tahun – tahun akhir. Sehingga persamaan yang
digunakan yakni:
Pn=a 1+r m ; r= a-pom.a
x 100
Keterangan :
Pn = Jumlah Penduduk pada Tahun ke – n
a = Jumlah Penduduk pada Tahun dasar
Po = Jumlah Penduduk pada Tahun terakhir
m = (To – Tn)
Tn = Tahun ke – n
To = Tahun dasar
r = Laju Pertumbuhan
Sama halnya dengan perhitungan proyeksi metode
artimatika yakni memerlukan perhitungan laju pertumbuhan
penduduk terlebih dahulu, maka berikut ini adalah laju
pertumbuhan penduduk Desa Ngindeng menurut metode
geomterik: (Tabel 5.5.)
43
Tabel 5.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Metode Geometrik
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Geometrik
(Jiwa)
2012 2596
0,0008
2013 2598
0,0015
2015 2602
-0,0004
2016 2601
Contoh Perhitungan:
Proyeksi pertumbuhan penduduk Desa Ngindeng 2041
r = 2596-25981 x 2596
x 100
= 0,0008%
Prosentase pertumbuhan penduduk tahun 2013 yakni
sebesar 0,0008%
P = (0,0008 + 0,0015+ (-0,0004))/3
= 0,00064191 %
Pn = 2596 (1+(0,00064191))29
= 2643
Jadi, proyeksi penduduk Desa Ngindeng pada tahun 2041
terhitung dari 2012 selama 29 tahun adalah 2643 jiwa. Berikut dibawah ini adalah hasil perhitungan proyeksi penduduk Desa
Ngindeng sesuai metode geometrik: (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6. Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik
Tahun Metode Geometrik
(Jiwa)
2016 2601
2017 2603
2018 2604
2019 2606
2020 2608
44
Tabel 5.7. Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik
(Lanjutan)
Tahun Metode Geometrik
(Jiwa)
2021 2609
2022 2611
2023 2613
2024 2614
2025 2616
2026 2618
2027 2619
2028 2621
2029 2623
2030 2624
2031 2626
2032 2628
2033 2630
2034 2631
2035 2633
2036 2635
2037 2636
2038 2638
2039 2640
2040 2641
2041 2643
Lalu sebagai perbandingan pertumbuhan jumlah
penduduk Desa Ngindeng Kabupaten Ponorogo dari tahun
data 2006 hingga tahun proyeksi 2041 maka dapat dituangkan
45
dalam bentuk grafik pertumbuhan penduduk sebagai berikut:
(Grafik 5.2.)
Grafik 5.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Metode Geometrik
Berdasarkan perhitungan proyeksi dari 2 metode yang
telah dilakukan yakni dari metode Aritmatika dan Metode
Geometrik, maka selanjutnya dilakukan perhitungan standar
deviasi guna mengambil hasil proyeksi penduduk yang paling
cocok dari kedua metode tersebut. Penentuan standar deviasi ini
didasarkan dari nilai standar deviasi yang paling kecil dari 2
metode ini. Berikut ini adalah rumus dan hasil perhitungan standar
deviasi metode aritmatika dan geometrik:
Rumus Standar deviasi
Stdev=∑ (Yi-Ymean)2∑ n-1
2590
2615
2640
2665
2690
2715
2740
2765
2790
2006 2011 2016 2021 2026 2031 2036 2041
Proyeksi Pertumbuhan Geometrik
46 4
6
6
Tabel 5.8. Hasil perhitungan standar deviasi
Tahun Tahun ke x Hasil Perhitungan (Yi) Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2
Aritmatik Geometrik Aritmatik Geometrik Aritmatik Geometrik
2012 1 2596 2596 -23.437 -23.568 549.283 555.471
2013 2 2598 2598 -21.437 -21.568 459.536 465.197
2015 3 2602 2602 -17.437 -17.568 304.041 308.650
2016 4 2601 2601 -18.437 -18.568 339.915 344.786
2017 5 2603 2603 -16.770 -16.896 281.237 285.487
2018 6 2604 2604 -15.103 -15.226 228.114 231.821
2019 7 2606 2606 -13.437 -13.554 180.547 183.709
2020 8 2608 2608 -11.770 -11.881 138.536 141.160
2021 9 2609 2609 -10.103 -10.207 102.080 104.186
2022 10 2611 2611 -8.437 -8.532 71.179 72.798
2023 11 2613 2613 -6.770 -6.856 45.834 47.006
2024 12 2614 2614 -5.103 -5.179 26.045 26.822
2025 13 2616 2616 -3.437 -3.501 11.811 12.255
2026 14 2618 2618 -1.770 -1.821 3.133 3.318
47 4
7
Tabel 5.9. Hasil perhitungan standar deviasi (Lanjutan)
Tahun Tahun ke x Hasil Perhitungan (Yi) Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2
Aritmatik Geometrik Aritmatik Geometrik Aritmatik Geometrik
2027 15 2619 2619 -0.103 -0.141 0.011 0.020
2028 16 2621 2621 1.563 1.540 2.444 2.373
2029 17 2623 2623 3.230 3.223 10.432 10.387
2030 18 2624 2624 4.897 4.906 23.976 24.073
2031 19 2626 2626 6.563 6.591 43.076 43.443
2032 20 2628 2628 8.230 8.277 67.731 68.508
2033 21 2629 2630 9.897 9.964 97.942 99.277
2034 22 2631 2631 11.563 11.652 133.708 135.762
2035 23 2633 2633 13.230 13.341 175.030 177.975
2036 24 2634 2635 14.897 15.031 221.907 225.926
2037 25 2636 2636 16.563 16.722 274.340 279.626
2038 26 2638 2638 18.230 18.414 332.329 339.086
2039 27 2639 2640 19.897 20.108 395.873 404.318
2040 28 2641 2641 21.563 21.802 464.972 475.331
2041 29 2643 2643 23.230 23.498 539.628 552.138
Jumlah 435 75.963.667 75.967.484 5.524.690 5.620.909
Ymean 2.619.437 2.619.568
StDev 12.730 12.951
48
Dari hasil perhitungan standar deviasi diatas maka maka
dengan hasil standar deviasi yang memiliki nilai paling kecil
adalah hasil proyeksi penduduk dengan menggunakan metode
aritmatika. Maka perhitungan yang digunakan pada analisa
jumlah penduduk Desa Ngindeng tahun 2041 nantinya akan
menggunakan Metode Aritmatik sebagai prediksi penduduk
Desa Ngindeng selama 25 tahun.
5.1.3. Kebutuhan Air Bersih Total Rencana Dalam perencanaan kebutuhan air bersih dalam suatu
wilayah perlu mengetahui kebutuhan air per liter untuk satu
orang dalam jangka waktu satu hari terlebih dahulu. Dan
dalam penentuan kebutuhan air tersebut sangat bergantung
dengan jumlah populasi penduduk tersebut. Hal ini
dikarenakan setiap daerah memiliki kebutuhan air Bersih yang
berbeda – beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
didalamnya. Oleh karena itu, didalam perencanaan kebutuhan
air bersih di Waduk Bendo dipakailah standar kebutuhan air
bersih yang disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk
masing – masing. Berikut ini adalah standar kebutuhan air
Bersih: (Tabel 5.10.)
Tabel 5.10. Standar Kebutuhan Air Bersih
Kategori
Kota Jumlah Penduduk
Domestik
(L/orang/hari
Non Domestik
(L/orang/hari)
Kehilangan
Energi
Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
IKK
>1.000.000
500.000 – 1.000.000
100.000 – 500.000
20.000 – 100.000
<20.000
150
135
120
105
82.5
60
40
30
20
10
50
45
40
30
24
(Sumber: Bambang Triatmojo)
49
Dalam tabel diatas disebutkan ada 2 macam standar
kebutuhan air Bersih yakni standar kebutuhan air Bersih
domestik dan non domestik. Standar kebutuhan air Bersih
domestik adalah kebutuhan air yang digunakan pada tempat –
tempat hunian pribadi. Sedangkan non domestik adalah
kebutuhan air bersih diluar keperluan rumah tangga.
Selanjutnya dalam penentuan standar kebutuhan air
Bersih yang akan dipakai dalam perencanaan kebutuhan air
Bersih di Desa Ngindeng adalah sebagai berikut: (Tabel
5.11.)
Tabel 5.11. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Desa Ngindeng
Desa Jenis
Kebutuhan
Kuantitas Kebutuhan
l/hari m3/detik
Ngindeng
Domestik 82,5 0,00000095
Non Domestik 10 0,00000012
Kehilangan
Air 24 0,00000028
Jumlah 116,5 0,00000135
Jadi, kebutuhan air untuk 1 orang adalah:
Qtotal = Domestik + Non Domestik + Kehilangan Air
= 0,00000095 + 0,00000012 + 0,00000028
= 0,00000135 m3/detik
Berdasarkan perhitungan proyeksi didapatkan jumlah
penduduk yang harus dilayani sebanyak 2643 jiwa. Jadi,
kebutuhan air untuk 2643 jiwa adalah:
Qtotal = 0,00000135 m3/detik x 2643
= 0,0035676 m3/detik
= 12,84 m3/jam
Keterangan:
Q prediksi pemakaian air + kehilangan air
50
Jadi, Qtotal rencana berdasarkan prediksi jumlah
kebutuhan air = 0,0035676 m3/detik = 12,84 m3/jam
5.1.4. Fluktuasi Pemakaian Air Fluktuasi pemakaian air adalah sebuah siklus
pemakaian air Bersih tiap jam dalam jangka waktu 1 hari.
Dalam pemakaian air Bersih tiap jamnya pasti relatif atau
berubah – ubah. Oleh karena itu dalam perhitungan fluktuasi
pemakain air Bersih ini terdapat faktor fluktuasi di setiap
waktu. Berikut ini hasil fluktuasi pemakaian air di Desa
Ngindeng: (Tabel 5.12.)
Tabel 5.12. Fluktuasi Pemakaian Air Desa Ngindeng
Waktu Koefisien
Debit Rata -
Rata
Pemakaian
Air
m3/jam m3/jam
00.00 - 01.00 00.53 12.843 6.807
01.00 - 02.00 00.45 12.843 5.780
02.00 - 03.00 00.04 12.843 5.137
03.00 - 04.00 00.04 12.843 5.137
04.00 - 05.00 00.45 12.843 5.780
05.00 - 06.00 0,043 12.843 7.963
06.00 - 07.00 00.09 12.843 11.559
07.00 - 08.00 01.04 12.843 17.981
08.00 - 09.00 01.03 12.843 16.696
09.00 - 10.00 01.25 12.843 16.054
10.00 - 11.00 01.02 12.843 15.412
11.00 - 12.00 01.02 12.843 15.412
12.00 - 13.00 01.02 12.843 15.412
13.00 - 14.00 01.25 12.843 16.054
14.00 - 15.00 01.03 12.843 16.696
15.00 - 16.00 01.03 12.843 16.696
16.00 - 17.00 01.42 12.843 18.238
51
Tabel 5.13. Fluktuasi Pemakaian Air Desa Ngindeng (Lanjutan)
Waktu Koefisien
Debit Rata -
Rata
Pemakaian
Air
m3/jam m3/jam
17.00 - 18.00 01.05 12.843 19.265
18.00 - 19.00 01.55 12.843 19.907
19.00 - 20.00 01.04 12.843 17.981
20.00 - 21.00 01.01 12.843 14.128
21.00 - 22.00 0,052 12.843 9.633
22.00 - 23.00 00.06 12.843 7.706
23.00 - 24.00 00.53 12.843 6.807
Contoh Perhitungan fluktuasi berdasarkan pemakaian air:
Pemakaian air per jam = Koefisien x Q jam rata-rata
Pukul 00.00 – 01.00 = 0,53 x 12,84 m3/jam
= 6,807 m3/jam
Dapat dilihat dari tabel fluktuasi di atas bahwa pada jam
18.00 – 19.00 adalah waktu pemakaian air Bersih paling
maksimal dibandingkan dengan waktu – waktu lainnya.
Selanjutnya untuk mempermudah mengetahui siklus
pemakaian air Bersih yang terjadi, maka hasil perhitungan
tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut
ini: (Grafik 5.3.)
52
Grafik 5.3. Fluktuasi Pemakaian Air Bersih
5.1.5. Kebutuhan Air Bersih per Titik Sekunder Dari hasil perhitungan kebutuhan air total
rencana sebelumnya yakni sebesar 12,84 m3/detik,
maka selanjutnya dari hasil perhitungan ini dibagikan
ke setiap titik sekunder sesuai dengan jumlah
penduduknya masing – masing. Berikut ini adalah
debit yang dibutuhkan di setiap titik sekunder:
53 5
3
Gambar 5.1. Kebutuhan Air di Titik P1
54 54
Tabel 5.14. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P1
No Titik Pipa Jumlah
Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
1
P1
K1-T1 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
2 K2-T2 16 64 116,5 3600 7456 0,0000863
3 K3-T3 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
4 K4-T4 17 68 116,5 3600 7922 0,00009169
5 K5-T5 4 16 116,5 3600 1864 0,00002157
6 K6-T6 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
7 K7-T7 3 12 116,5 3600 1398 0,00001618
8 K8-T8 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
9 K9-T9 13 52 116,5 3600 6058 0,00007012
10 K10-T10 7 28 116,5 3600 3262 0,00003775
11 K11-T11 9 36 116,5 3600 4194 0,00004854
12 K12-T12 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
13 K13-T13 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
14 K14-T14 4 16 116,5 3600 1864 0,00002157
15 K15-T15 16 64 116,5 3600 7456 0,0000863
55
Tabel 5.15. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P1(Lanjutan)
No Titik Pipa Jumlah
Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
16 P1
K16-T16 4 16 116,5 3600 1864 0,00002157
17 K17-T17 12 48 116,5 3600 5592 0,00006472
56 56
Gambar 5.2. Kebutuhan Air di Titik P2
Tabel 5.16. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P2
No Titik Pipa Jumlah
Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
18
P2
K18-T18 14 56 116,5 3600 6524 0,00007551
19 K19-T19 6 24 116,5 3600 2796 0,00003236
20 K20-T20 5 20 116,5 3600 2330 0,00002697
21 K21-T21 15 60 116,5 3600 6990 0,0000809
57 5
7
Gambar 5.3. Kebutuhan Air di Titik P3
Tabel 5.17. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P3
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
22 P3 K22-T22 3 12 116,5 3600 1398 0,00002
58 58
Tabel 5.18. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P3 (Lanjutan)
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
23
P3
K23-T23 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
24 K24-T24 12 48 116,5 3600 5592 0,00006
25 K25-T25 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
26 K26-T26 5 20 116,5 3600 2330 0,00003
27 K27-T27 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
28 K28-T28 3 12 116,5 3600 1398 0,00002
29 K29-T29 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
59 5
9
Gambar 5.4. Kebutuhan Air di Titik P4
60 60
Tabel 5.19. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P4
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
30
P4
K30-T30 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
31 K31-T31 14 56 116,5 3600 6524 0,00008
32 K32-T32 11 44 116,5 3600 5126 0,00006
33 K33-T33 13 52 116,5 3600 6058 0,00007
61 6
1
Gambar 5.5. Kebutuhan Air di Titik P5
62 62
Tabel 5.20. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P5
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
34
P5
K34-T34 5 20 116,5 3600 2330 0,00003
35 K35-T35 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
36 K36-T36 3 12 116,5 3600 1398 0,00002
63 6
3
Gambar 5.6. Kebutuhan Air di Titik P6
64 6
4
Tabel 5.21. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P6
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
37
P6
K37-T37 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
38 K38-T38 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
39 K39-T39 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
40 K40-T40 7 29 116,5 3600 3378,5 0,00004
41 K41-T41 7 29 116,5 3600 3378,5 0,00004
65 6
5
Gambar 5.7. Kebutuhan Air di Titik P7
66 6
6 Tabel 5.22. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P7
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
1
P7
K42-T42 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
2 K43-T43 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
3 K44-T44 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
4 K45-T45 17 68 116,5 3600 7922 0,00009
5 K46-T46 29 116 116,5 3600 13514 0,00016
6 K47-T47 5 20 116,5 3600 2330 0,00003
7 K48-T48 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
8 K49-T49 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
9 K50-T50 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
10 K51-T51 10 40 116,5 3600 4660 0,00005
67 6
7
Gambar 5.8. Kebutuhan Air di Titik P8
Tabel 5.23. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P8
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
11
P8
K52-T52 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
12 K53-T53 10 40 116,5 3600 4660 0,00005
13 K54-T54 13 52 116,5 3600 6058 0,00007
14 K55-T55 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
68 6
8
Gambar 5.9. Kebutuhan Air di Titik P9
69 6
9
Tabel 5.24. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P9
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
15
P9
K56-T56 9 36 116,5 3600 4194 0,00005
16 K57-T57 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
17 K58-T58 10 40 116,5 3600 4660 0,00005
18 K59-T59 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
19 K60-T60 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
20 K61-T61 3 12 116,5 3600 1398 0,00002
70 7
0
Gambar 5.10. Kebutuhan Air di Titik P10
Tabel 5.25. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P10
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
21
P10
K62-T62 8 32 116,5 3600 3728 0,00004
22 K63-T63 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
23 K64-T64 5 20 116,5 3600 2330 0,00003
71 7
1
Gambar 5.11. Kebutuhan Air di Titik P11
Tabel 5.26. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P11
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
24
P11
K65-T65 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
25 K66-T66 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
26 K67-T67 3 12 116,5 3600 1398 0,00002
27 K68-T68 8 32 116,5 3600 3728 0,00004
28 K69-T69 8 32 116,5 3600 3728 0,00004
29 K70-T70 2 8 116,5 3600 932 0,00001
30 K71-T71 12 48 116,5 3600 5592 0,00006
72 7
2
Gambar 5.12. Kebutuhan Air di Titik P12
73 7
3
Tabel 5.27. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P12
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
31
P12
K72-T72 16 64 116,5 3600 7456 0,00009
32 K73-T73 9 36 116,5 3600 4194 0,00005
33 K74-T74 7 28 116,5 3600 3262 0,00004
74 7
4
Gambar 5.13. Kebutuhan Air di Titik P13
75 7
5
Tabel 5.28. Kebutuhan Air di Titik Sekunder P13
No Titik Pipa Jumlah Rumah
(Rumah)
Jumlah
Penduduk
(org)
Kebutuhan/Hari
(L/org/hari)
Waktu
(Jam)
Q
Sekunder Tersier (L/hari) M3/Det
34
P13
K75-T75 10 40 116,5 3600 4660 0,00005
35 K76-T76 6 24 116,5 3600 2796 0,00003
36 K77-T77 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
37 K78-T78 8 32 116,5 3600 3728 0,00004
38 K79-T79 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
39 K80-T80 4 16 116,5 3600 1864 0,00002
40 K81-T81 3 13 116,5 3600 1514,5 0,00002
76
Dari hasil pembagian debit di tiap titik sekunder di dapatkan
bahwa tiap – tiap titik sekunder memerlukan total debit sebagi
berikut :
• Titik Sekunder P1 = 0,00095465 m3/detik
• Titik Sekunder P2 = 0,00021574 m3/detik
• Titik Sekunder P3 = 0,00022653 m3/detik
• Titik Sekunder P4 = 0,00023731 m3/detik
• Titik Sekunder P5 = 0,00008090 m3/detik
• Titik Sekunder P6 = 0,00017529 m3/detik
• Titik Sekunder P7 = 0,00053396 m3/detik
• Titik Sekunder P8 = 0,00018338 m3/detik
• Titik Sekunder P9 = 0,00022653 m3/detik
• Titik Sekunder P10 = 0,00010787 m3/detik
• Titik Sekunder P11 = 0,00023731 m3/detik
• Titik Sekunder P12 = 0,00017259 m3/detik
• Titik Sekunder P13 = 0,00021170 m3/detik
Berdasarkan debit tiap titik sekunder tersebut jika
dijumlahkan maka hasilnya sebesar 0,0035464 m3/detik. Hasil ini
sama dengan debit total rencana, sehingga pembagiaan debit ini
bisa dikatakan sesuai.
5.2. Desain Layout Jaringan Distribusi Desa Ngindeng memiliki kontur yang variatif mulai dari 135
meter yang terdapat pada hilir hingga 185 meter di sekitar hulu,
sehingga direncanakan layout jaringan distribusi seperti pada
gambar berikut: (Gambar 5.14.)
77
Gambar 5.14. Layout Rencana Jaringan Distribusi
78
5.2.1. Pembagian Jenis Pipa Dalam perencanaan desain layout jaringan distribusi ini
pipa dibagi menjadi 3 jenis yakni Pipa Tersier, Pipa Sekunder
dan Pipa Primer. Sedangkan untuk Pipa Kuarter hanya
mengansumsikan Energi dan Elevasinya semata.
Kedepannya Pipa Tersier digambarkan dengan warna
biru muda, Sekunder dengan warna kuning, dan Pipa Primer
akan ditunjukkan dengan warna merah seperti ditunjukkan
pada gambar berikut: (Gambar 5.7.)
Gambar 5.15. Pembagian Jenis Pipa Berdasarkan Warna
5.2.2. Titik Pertemuan dan Nama Pipa Titik Pertemuan yang dimaksud adalah tempat
persilangan dan pertemuan antara dua atau lebih pipa dimana
di titik tersebut dapat diketahui energi yang berguna untuk
penentuan dimensi pipa
Sedangkan Nama Pipa bertujuan untuk mempermudah
pengindentifikasian dari masing-masing pipa yang nantinya
79
akan terbagi dalam beberapa bagian seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut: (Gambar 5.8.)
Gambar 5.16. Pembagian Titik dan Nama Pipa
Seperti namanya, Titik Primer, Sekunder, Tersier, dan
Kuarter menggambarkan titik pertemuan yang melibatkan
jenis pipa tersebut. Selain itu awalan “A” pada nama pipa menunjukkan bahwa jenis Pipa tersebut adalah Tersier,
sedangkan awalan “B” menunjukkan Pipa Sekunder. Selain itu, dalam perencanaan pipa primer ini dibuat 3
bagian Pipa Primer yakni Primer 1, 2 dan 3. Untuk Pipa
Primer 2 dan 3 sendiri merupakan percabangan dari Pipa
Primer 1.
80
5.3. Perhitungan Dimensi Pipa
5.3.1. Pipa Tersier dan Sekunder Untuk perhitungan kehilangan energi atau Hf dari pipa
tersier dan sekunder ini memakai rumus kehilangan energi
dari Hazen William. Penggunaan perhitungan Hazen William
ini dikarenakan perhitungan kehilangan energi ini lebih umum
dipakai dipakai di lapangan. Oleh karena itu, berikut ini
adalah rumus Hazen William :
Hf=Q
0,2785 x C x d2,63
1.85
x L
Keterangan :
Hf = Kehilangan Energi (m)
Q = Debit air (m3/detik)
C = Koefisien Hazen William
d = Dimensi Pipa
L = Panjang Pipa
Untuk koefisien Hazen William adalah
koefisien yang didapatkan dari jenis pipa yang akan
digunakan dalam perencanaan. Berikut ini adalah
koefisien Hazen William sesuai dengan jenis pipa:
(Tabel 5.20)
81
Tabel 5.29. Koefisien Hazen William
Bahan C
Asbes Semen 140 120-140
Tembaga 135 110-120
Besi Tuang, Baru 130 110-120
Beton, Dicetak dengan Baja 140 110-120
Beton, Dicetak dengan Kayu 120 110-120
Beton, Centrifugal Spun 135
Semen 135
Corrugated Metal -
Galvanis 120
Kaca 140
Lead 135
Plastik (PVC) 150
Baja, Coltar Ename 148
Baja, New Unlined 145
Baja, Riveted 110
Wood Stave 120
Didalam perencanaan di Waduk Bendo ini
memakai jenis pipa Baja, Coal Tar Enamel yang
memiliki koefisien sebesar 148. Selanjutnya dalam
perhitungannya dilakukan di setiap wilayah titik-titik
sekunder yang telah direncanakan. Dan dalam
perhitungan dimensi ini juga dilakukan dari pipa yang
paling ujung atau pipa yang berada di elevasi terendah
dalam rangkaian skema jaringan. Sehingga berikut ini
hasil perhitungan dimensi di tiap titik sekunder yang
telah didapatkan:
82
5.3.2. Titik Sekunder P6
Gambar 5.17. Layout Jaringan Pipa Sekunder P6
Titik Sekunder P6 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00008090 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik T39. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P6 :
• Titik Tersier K41
Elevasi = +147,00 meter
83
Energi = El + 5,00 meter
= 147,00 + 5,00 meter = 152,00 meter
Sisa = 152,00 – 147,00
= 5,00 meter
• Pipa Tersier K41-T41
Q kumulatif = 0,000016 m3/detik
L = 43,95 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000016m3/detik
0,0020 m2
= 0,008 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000039 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 43,95
= 0,0002 meter
• Titik Tersier T41
El = +147,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0002 meter + 152,00 meter
= 152,00 meter
Sisa = 152,00 meter – 147,00 meter
= 5,00 meter
84 8
4
Tabel 5.30. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P6
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A41 K41 135,00 142,90 7,90
0,000039 30,7 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0004
T41 136,00 142,90 6,90
0,000039 41,83 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0006
S26 140,00 142,90 2,90
0,000039 50,99 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0007
S25 142,00 142,90 0,90
A40 K40 135,00 141,80 6,80
0,000039 34,65 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0005
T40 136,00 141,80 5,80
0,000039 28,55 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0004
T39 139,00 141,80 2,80
A39 K39 137,00 145,00 8,00
0,000032 34,62 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0003
85 8
5
Tabel 5.31. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P6 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
B32 T39 139,00 145,00 6,00
0,000071 28,55 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0004
B31 S25 142,00 145,00 3,00
0,000111 19,53 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0006
P6 145,00 145,00 0,00
A38 K38 137,00 145,69 8,69
0,000032 40,22 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0004
T38 138,00 145,69 7,69
0,000032 52,39 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0005
P6 145,00 145,69 0,69
A37 K37 147,00 156,00 9,00
0,000032 63,23 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0006
T37 153,00 156,00 3,00
0,000032 30,26 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0003
P6 145,00 156,00 11,00
86 8
6
Grafik 5.4. Grafik Energi Pipa Sekunder P6
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P6
Energi Elevasi
T39 S25 P6
87
5.3.3. Titik Sekunder P5
Gambar 5.18. Layout Jaringan Pipa Sekunder P5
Titik Sekunder P5 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00023731 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S24. Dalam perencanaan
dimensi di daerah ini didesain diameter minimum sebesar
2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah
sehingga rentan terjadi pengendapan. Namun hal ini
dilakukan agar pipa tidak rawan pencurian. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Sekunder
P5 :
• Titik Tersier K36
Elevasi = +144,00 meter
88
Energi = El + 5,00 meter
= 144,00 + 5,00 meter = 149,00 meter
Sisa = 149,00 – 144,00
= 5,00 meter
• Pipa Tersier K36-T36
Q kumulatif = 0,000070 m3/detik
L = 119,29 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000070m3/detik
0,0020 m2
= 0,035 meter/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000070 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 119,29
= 0,0050 meter
• Titik Tersier T36
El = +144,00 meter
En = Hf + En Titik K33
= 0,0050 meter + 149,00 meter
= 149,00 meter
Sisa = 149,00 meter – 144,00 meter
= 5,00 meter
89 8
9
Tabel 5.32. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P5
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A36 K36 158,00 163,00 5,00
0,000016 43,95 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
T36 157,00 163,00 6,00
0,000016 72,09 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0002
S24 149,00 163,00 14,00
0,000016 47,04 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
S23 147,00 163,00 16,00
A35 K35 158,00 163,00 5,00
0,000038 59,8 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0008
T35 156,00 163,00 7,00
0,000038 101,12 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0013
B30 S23 147,00 163,00 16,00
0,000054 161,54 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0014
S22 149,00 163,00 14,00
90 9
0
Tabel 5.33. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P5 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A34 K34 159,00 164,00 5,00
0,000027 33,87 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0002
T34 161,00 154,00 3,00
0,000027 80,72 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0006
B30 S22 149,00 164,00 15,00
0,000081 10,56 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0002
P5 148,00 164,00 16,00
91 9
1
Grafik 5.5. Grafik Energi Pipa Sekunder P5
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P5
Energi Elevasi
S24 S23
S22
P5
92
5.3.4. Titik Sekunder P4
Gambar 5.19. Layout Jaringan Pipa Sekunder P4
Titik Sekunder P4 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00023731 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S20. Dalam perencanaan
dimensi di daerah ini didesain diameter minimum sebesar
2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan terjadi pengendapan. Namun hal ini
dilakukan agar pipa tidak rawan pencurian. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Sekunder
P4 :
• Titik Tersier K33
Elevasi = +144,00 meter
Energi = El + 5,00 meter
= 144,00 + 5,00 meter = 149,00 meter
Sisa = 149,00 – 144,00
= 5,00 meter
• Pipa Tersier K33-T33
Q kumulatif = 0,000070 m3/detik
L = 119,29 meter
93
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000070m3/detik
0,0020 m2
= 0,035 m/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000070 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 119,29
= 0,0050 meter
• Titik Tersier T33
El = +144,00 meter
En = Hf + En Titik K33
= 0,0050 meter + 149,00 meter
= 149,00 meter
Sisa = 149,00 meter – 144,00 meter
= 5,00 meter
94 9
4
Tabel 5.34. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P4
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A33 K33 145,00 150,00 5,00
0,00007 119,29 2,00 0,051 0,002 0,03 0,005
T33 145,00 150,00 5,00
0,00007 29,83 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0012
S21 149,00 150,01 1,01
0,00007 55,42 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0023
S20 147,00 150,01 3,01
A32 K32 143,00 150,60 7,60
0,000059 45,73 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0014
T32 142,00 150,60 8,60
0,000059 51,32 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0016
B29 S20 147,00 150,60 3,60
0,000129 83,34 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,0036
S19 148,00 150,61 2,61
95 9
5
Tabel 5.35. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P4 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A31 K31 142,00 152,50 10,50
0,000076 77,33 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0037
T31 144,00 152,50 8,50
0,000076 35,29 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0017
B28 S19 148,00 152,51 4,51
0,000205 35,76 2,50 0,064 0,0032 0,06 0,0037
S18 148,00 152,51 4,51
A30 K30 144,00 155,00 11,00
0,000032 29,62 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0003
T30 145,00 155,00 10,00
0,000032 30,09 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0003
B27 S18 148,00 155,00 7,00
0,000237 9,19 2,50 0,064 0,0032 0,07 0,0012
P4 149,00 155,00 6,00
96 9
6
Grafik 5.6. Grafik Energi Pipa Sekunder P4
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P4
Energi Elevasi
S21S20 S19 S18 P4
97
5.3.5. Titik Sekunder P3
Gambar 5.20. Layout Jaringan Pipa Sekunder P3
Titik Sekunder P3 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00022653 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S16. Dalam perencanaan
dimensi di daerah ini didesain diameter minimum sebesar
2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan terjadi pengendapan. Namun hal ini
dilakukan agar pipa tidak rawan pencurian. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titi Sekunder P3
:
• Titik Tersier K29
Elevasi = +155,00 meter
Energi = El + 2,50 meter
= 155,00+2,50 meter= 157,50 meter
Sisa = 157,50 – 155,00
= 2,50 meter
• Pipa Tersier K29-T29
Q kumulatif = 0,000038 m3/detik
L = 119,29 meter
D (asumsi) = 2 inchi
98
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000038m3/detik
0,0020 m2
= 0,019 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000038 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 119,29
= 0,0016 meter
• Titik Tersier T29
El = +156,00 meter
En = Hf + En Titik K29
= 0,0016 meter + 157,50 meter
= 157,50 meter
Sisa = 157,50 meter – 156,00 meter
= 1,50 meter
99 9
9
Tabel 5.36. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A29 K29 157,00 159,50 2,50
0,000038 119,29 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0016
T29 156,00 159,50 3,50
0,000038 39,85 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0005
S17 150,00 159,50 9,50
0,000038 83,34 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0011
S16 149,00 159,50 10,50
A28 K28 156,00 163,00 7,00
0,000016 91,8 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,001
T28 162,00 163,00 1,00
0,000016 56,03 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,0006
T27 155,00 163,00 8,00
A27 K27 152,00 158,20 6,20
0,000022 64,68 1,50 0,038 0,0011 0,02 0,0012
100 1
00
Tabel 5.37. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
B26 T27 155,00 158,20 3,20
0,000038 63,01 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0008
B25 S16 149,00 163,00 14,00
0,000076 27,81 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0004
S15 150,00 163,00 13,00
A26 K26 155,00 158,80 3,80
0,000027 59,72 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0004
T26 156,00 158,80 2,80
0,000027 62,95 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0004
T25 152,00 158,80 6,80
A25 K25 154,00 159,00 5,00
0,000022 35,38 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0002
B24 T25 153,00 159,00 6,00
0,000049 46,86 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0003
101 1
01
Tabel 5.38. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
B23 S15 150,00 159,00 9,00
0,000124 74,24 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,003
S14 154,00 163,01 9,01
A24 K24 151,00 158,46 7,46
0,000065 64,95 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0023
T24 156,00 158,46 2,46
0,000065 23,44 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0008
B22 S14 154,00 158,46 4,46
0,000189 41,43 2,50 0,064 0,0032 0,06 0,0036
S13 157,00 163,01 6,01
A23 K23 161,00 166,91 5,91
0,000022 28,72 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
T23 165,00 166,91 1,91
0,000022 50,3 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0002
T22 162,00 166,91 4,91
102 1
02
Tabel 5.39. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P3 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A22 K22 158,00 163,00 5,00
0,000016 27,92 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
B21 T22 162,00 163,00 1,00
0,000038 44,42 2,50 0,064 0,0032 0,01 0,0002
B20 S13 157,00 166,91 9,91
0,000227 13,42 2,50 0,064 0,0032 0,07 0,0017
P3 156,00 166,91 10,91
103 1
03
Grafik 5.7 Grafik Energi Pipa Sekunder P3
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P3
Energi Elevasi
T27S16 S15 S14
S13 P3
104
5.3.6. Titik Sekunder P2
Gambar 5.21. Layout Jaringan Pipa Sekunder P2
Titik Sekunder P2 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00021574 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S11. Dalam perencanaan
dimensi di daerah ini didesain diameter minimum sebesar
2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan terjadi pengendapan. Namun hal ini
dilakukan agar pipa tidak rawan pencurian. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Sekunder
P2 :
• Titik Tersier K21
Elevasi = +152,00 meter
Energi = El + 5,00 meter
= 152 + 5,00 meter = 157,00 meter
Sisa = 157,50 – 155,00
= 5,00 meter
• Pipa Tersier K21-T21
Q kumulatif = 0,000081 m3/detik
L = 99,37 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0.051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
105
V = QA
= 0,000081m3/detik
0,0020 m2
= 0,04- meter/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000081 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 99,37
= 0,0054 meter
• Titik Tersier T21
El = +151,00 meter
En = Hf + En Titik K21
= 0,0054 meter + 157,00 meter
= 157,00 meter
Sisa = 157,00 meter – 151 meter
= 6,00 meter
106 1
06
Tabel 5.40. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P2
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A21 K21 148,00 153,00 5,00
0,000081 99,37 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0054
T21 151,00 153,01 2,01
0,000081 21,1 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0011
S12 155,00 153,01 -1,99
0,000081 125,89 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0068
S11 148,00 153,01 5,01
A20 K20 151,00 170,00 19,00
0,000027 127,44 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0009
T20 146,00 170,00 24,00
0,000027 22,75 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0002
B19 S11 148,00 170,00 22,00
0,000108 86,93 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0027
S10 146,00 170,00 24,00
107 1
07
Tabel 5.41. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P2 (Lanjutan)
Nama
Pipa
Nama
Titik
Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A19 K19 144,00 162,00 18,00
0,000032 88,83 2 0,051 0,002 0,02 0,0009
T19 142,00 162,00 20,00
0,000032 46,54 2 0,051 0,002 0,02 0,0005
B18 S10 146,00 162,00 16,00
0,00014 112,1 2,5 0,064 0,0032 0,04 0,0057
S9 141,00 170,01 29,01
A18 K18 142,00 165,50 23,50
0,000076 102,02 2 0,051 0,002 0,04 0,0049
T18 141,00 165,50 24,50
0,000076 53,75 2 0,051 0,002 0,04 0,0026
B17 S9 141,00 165,51 24,51
0,000216 9,53 2,5 0,064 0,0032 0,07 0,0011
P2 141,00 170,51 29,51
108 1
08
Grafik 5.8. Grafik Energi Pipa Sekunder P2
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P2
Energi Elevasi
S12S11 S10 S9
P2
109
93
5.3.7. Titik Sekunder P1
Gambar 5.22. Layout Jaringan Pipa Sekunder P1
Titik Sekunder P1 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00095465 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S7. Dalam perencanaan dimensi
di daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa
tidak rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan
hasil perhitungan titik Sekunder P1 :
• Titik Tersier K17
Elevasi = +163,00 meter
Energi = El + 5,00 meter
= 163 + 5,00 meter = 168,00 meter
Sisa = 168,00 – 163,00
= 5,00 meter
• Pipa Tersier K17-T17
Q kumulatif = 0,000065 m3/detik
110
L = 68,41 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000065m3/detik
0,0020 m2
= 0,032 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000065 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 68,41
= 0,0025 meter
• Titik Tersier T17
El = +155,00 meter
En = Hf + En Titik K17
= 0,0025 meter + 168,00 meter
= 168,00 meter
Sisa = 168,00 meter – 155,00 meter
= 13,00 meter
111 1
11
Tabel 5.42. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
A17 K17 163,00 185,00 22,00
0,000065 68,41 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0025
T17 154,00 185,00 31,00
0,000065 55,15 2,00 0,051 0,002 0,03 0,002
S8 149,00 185,00 36,00
0,000065 93,03 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0033
S7 145,00 185,01 40,01
A16 K16 159,00 185,90 26,90
0,000022 66,11 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0003
T16 152,00 185,90 33,90
0,000022 28,07 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
T15 149,00 185,90 36,90
A15 K15 154,00 185,40 31,40
0,000086 61,87 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0038
112 1
12
Tabel 5.43. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m m
B16 T15 149,00 185,40 31,40
0,000108 48,71 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0015
B15 S7 145,00 185,90 36,90
0,000173 87,26 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0065
S6 141,00 185,01 44,91
A14 K14 160,00 186,00 26,00
0,000022 75,45 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0004
T14 155,00 186,00 31,00
0,000022 72,18 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0003
T13 146,00 186,00 40,00
A13 K13 150,00 186,98 36,00
0,000065 63,82 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0023
B14 T13 146,00 186,98 40,00
0,000086 41,22 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0008
113 1
13
Tabel 5.44. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m M
B13 S6 141,00 186,00 45,00
0,000259 66,3 2,50 0,064 0,0032 0,08 0,0104
S5 140,00 186,01 46,01
A12 K12 163,00 186,70 23,70
0,000065 73,6 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0026
T12 162,00 186,70 24,70
0,000065 90,6 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0032
T11 149,00 186,71 42,71
A11 K11 151,00 186,34 35,34
0,000049 56,81 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0012
B12 T11 149,00 186,34 37,34
0,000113 48,2 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,0016
T10 144,00 186,34 42,71
A10 K10 147,00 186,97 38,97
0,000038 57,46 2,00 0,051 0,002 0,02 0,0008
114 1
14
Tabel 5.45. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m M m
B11 T10 144,00 186,97 41,97
0,000151 57,23 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0033
B10 S5 140,00 186,97 46,97
0,00041 57,27 2,50 0,064 0,0032 0,13 0,0211
S4 140,00 186,73 46,73
A9 K9 161,00 186,00 25,00
0,00007 60,15 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0025
T9 159,00 186,00 27,00
0,00007 95,44 2,00 0,051 0,002 0,03 0,004
T8 147,00 186,01 39,01
A8 K8 149,00 186,19 37,19
0,000065 53,77 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0019
115 1
15
Tabel 5.46. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m M m
B9 T8 147,00 186,19 39,19
0,000135 84,03 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,004
T7 140,00 186,20 46,20
A7 K7 142,00 186,62 46,62
0,000016 49,61 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0001
B8 T7 140,00 186,62 46,62
0,000151 23,38 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0014
B7 S4 140,00 186,62 46,62
0,000561 69,13 3,00 0,076 0,0046 0,12 0,0188
S3 140,00 186,64 46,75
A6 K6 147,00 187,00 40,00
0,000065 82,32 2,00 0,051 0,002 0,03 0,003
T6 146,00 187,00 41,00
0,000065 46,66 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0017
T5 142,00 187,00 45,00
116 1
16
Tabel 5.47. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m M M
A5 K5 144,00 187,00 43,00
0,000022 69,26 2,00 0,051 0,002 0,01 0,0003
B6 T5 142,00 187,00 45,00 0,000086 54,17 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0011
B5 S3 140,00 187,00 47,01 0,000647 66,68 4,00 0,102 0,0081 0,08 0,0058
S2 141,00 187,01 46,01
A4 K4 154,00 186,00 32,00
0,000092 110,38 2,00 0,051 0,002 0,05 0,0075
T4 153,00 186,01 33,01 0,000092 84,92 2,00 0,051 0,002 0,05 0,0058
T3 146,00 186,01 40,01
A3 K3 145,00 186,81 41,81 0,000065 60,97 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0022
B4 T3 146,00 186,81 40,81
0,000156 56,47 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0035
T2 142,00 186,82 44,82
117 1
17
Tabel 5.48. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P1 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m M M
A2 K2 142,00 187,00 45,00
0,000086 60,14 2,00 0,051 0,002 0,04 0,0037
B3 T2 142,00 187,00 45,00
0,000243 22,93 2,50 0,064 0,0032 0,08 0,0032
B2 S2 141,00 187,01 46,01
0,00089 105,8 4,00 0,102 0,0081 0,11 0,0166
S1 148,00 187,02 39,03
A1 K1 143,00 187,00 44,00
0,000065 44,61 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0016
T1 146,00 187,00 41,00
0,000065 54,06 2,00 0,051 0,002 0,03 0,0019
B1 S1 148,00 187,00 39,00
0,000955 17,06 5,00 0,127 0,0127 0,08 0,001
P1 149,00 187,03 38,03
118 1
18
Grafik 5.9. Grafik Energi Pipa Sekunder P1
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
185.00
190.00
195.00
200.00
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P1
Energi Elevasi
T15S6
S5S4 S3
S2S1
P1
119
5.3.8. Titik Sekunder P13
Titik Sekunder P13 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00008630 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S51. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P13 :
• Titik Tersier K81
Elevasi = +154,00 meter
Energi = El +11,00 meter
Gambar 5.23. Layout Jaringan Pipa Sekunder P13
120
= 154 + 13,9 meter = 167,90 meter
Sisa = 167,90 – 154
= 13,90 meter
• Pipa Tersier K81-T81
Q kumulatif = 0,000018 m3/detik
L = 34,88 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 m
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000018m3/detik
0,0020 m2
= 0,001 m/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000018 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 34,88
= 0,0001 meter
• Titik Tersier T81
El = +158,00 meter En = Hf + En Titik K36
= 0,0002 meter + 167,90 meter
= 167,90 meter
Sisa = 167,90 meter – 158,00 meter
= 9,90 meter
121 1
21
Tabel 5.49. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V
Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C40 K81 154,00 165,00 13,90
0,000018 34,88 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
T81 158,00 165,00 9,90
0,000018 65,50 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0002
S52 147,00 165,00 20,90
0,000018 49,61 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0002
S51 153,00 165,00 14,90
C39 K80 156,00 168,00 12,00
0,000022 59,76 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0003
T80 158,00 168,00 10,00
0,000022 22,84 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
D31 S51 153,00 168,00 15,00
0,000039 50,99 2,50 0,064 0,0032 0,01 0,0002
S50 154,00 168,00 14,00
C38 K79 165,00 170,00 5,00
122 1
22
Tabel 5.50. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V
Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C38 0,000022 46,85 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0002
T79 164,00 170,00 6,00
0,000022 26,32 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
T78 160,00 170,00 10,00
C37 K78 161,00 171,00 10,00
0,000043 46,67 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0008
D30 T78 161,00 171,00 10,001
0,000065 33,03 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0004
D29 S50 156,00 171,00 15,00
0,000104 74,00 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0021
S49 152,00 171,00 19,00
C36 K77 159,00 168,00 9,00
0,000022 18,85 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
T77 158,00 168,00 10,00
0,000022 30,82 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
S49 152,00 168,00 16,00
123 1
23
Tabel 5.51. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P13 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V
Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
D28 0,000125 32,77 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,0013
P13 148,00 171,00 22,00
C35 K76 139,00 169,00 30,00
0,000032 86,36 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0009
T76 137,00 169,00 32,00
0,000032 49,17 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0005
T75 142,00 169,00 27,00
C34 K75 148,00 159,00 11,00
0,000054 30,82 2,00 0,051 0,0020 0,03 0,0008
T75 142,00 159,00 17,00
D27 0,000086 44,09 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0009
P13 148,00 159,00 11,00
124 1
24
Grafik 5.10. Grafik Energi Pipa Sekunder P13
145.000
148.000
151.000
154.000
157.000
160.000
163.000
166.000
169.000
172.000
175.000
178.000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P13
Energi Elevasi
S51 S50 S49 P13
125
5.3.9. Titik Sekunder P12
Gambar 5.24. Layout Jaringan Pipa Sekunder P12
Titik Sekunder P12 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00001726 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik T73. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P12 :
126
• Titik Tersier K74
Elevasi = +136,00 meter
Energi = El +24 meter
= 136,00 + 24,00 meter = 160,00 meter
Sisa = 160,00 – 136,00 = 24,00 meter
• Pipa Tersier K74-T74
Q kumulatif = 0,000038 m3/detik
L = 54,64 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0.051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000038m3/detik
0,0020 m2
= 0,02 meter/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000038 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 54,64
= 0,0007 meter
• Titik Tersier T74
El = +137,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0007 meter + 160,00 meter
= 160,00 meter
Sisa = 160,00 meter – 137,00 meter
= 23,00 meter
127 1
27
Tabel 5.52. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P12
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C33 K74 137,00 160,00 23,00
0,000038 54,64 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0007
T74 137,00 160,00 23,00
0,000038 50,20 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0007
T73 140,00 160,00 20,00
C32 K73 141,00 160,00 19,00
0,000049 90,6 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0019
T73 140,00 160,00 20,00
D26 0,000086 37,47 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0008
S47 143,00 160,00 17,00
0,000086 140,26 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0029
S46 149,00 160,01 11,01
C31 K72 138,00 169,00 19,00
0,000086 181,35 2,00 0,051 0,0020 0,04 0,0111
T72 143,00 169,01 26,01
128 1
28
Tabel 5.53. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P12 (Lanjutan)
Nama Pipa Nama Titik Q L D D A V
Elevasi Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C31 0,000086 50,07 2,00 0,051 0,0020 0,04 0,0031
S46 149,00 169,01 20,01
D25 0,000173 8,08 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0006
P12 151,00 169,01 1801
129 1
29
Grafik 5.11. Grafik Energi Pipa Sekunder P12
140.00
143.00
146.00
149.00
152.00
155.00
158.00
161.00
164.00
167.00
170.00
173.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P12
Energi Elevasi
S47
S46P12
130
5.3.10. Titik Sekunder P11
Gambar 5.25. Layout Jaringan Pipa Sekunder P11
Titik Sekunder P11 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00002373 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik T70. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P11 :
• Titik Tersier K71
Elevasi = +146,00 meter
Energi = El +9,00 meter
= 146 + 9,00 meter = 155,00 meter
131
Sisa = 155,00 – 146,00
= 9,00 meter
• Pipa Tersier K71-T71
Q kumulatif = 0,000065 m3/detik
L = 55,53 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000065m3/detik
0,0020 m2
= 0,06 m/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000065 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 55,33
= 0,0081 meter
• Titik Tersier T71
El = +150,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0081 meter + 150,00 meter = 150,01 meter
Sisa = 150,01 meter – 150,00 meter
= 5,01 meter
132 1
32
Tabel 5.54. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C30 K71 146,00 155,00 9,00
0,000065 55,53 1,50 0,038 0,0011 0,06 0,0081
T71 151,00 155,01 4,01
0,000065 53,59 1,50 0,038 0,0011 0,06 0,0078
T70 155,00 155,02 0,02
C29 K70 151,00 161,00 10,00
0,000011 35,55 2,50 0,064 0,0032 0,00 0,0000
T70 155,00 161,00 6,00
D24 0,000076 14,60 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0002
S45 158,00 161,00 3,00
0,000076 85,79 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0014
S44 161,00 161,00 4,00
C28 K69 155,00 162,00 8,00
0,000043 77,39 1,50 0,038 0,0011 0,04 0,0053
T69 157,00 162,01 5,01
133 1
33
Tabel 5.55. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C28 0,000043 18,43 1,50 0,038 0,0011 0,04 0,0013
S44 161,00 162,01 1,01
D23 0,000119 72,35 2,00 0,051 0,0020 0,06 0,0080
S43 162,00 162,01 0,01
C27 K68 157,00 166,00 9,00
0,000043 64,62 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0011
T68 158,00 166,00 8,00
0,000043 20,56 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0003
S43 162,00 166,00 4,00
D22 0,000162 45,40 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0030
S42 163,00 166,00 3,00
C26 K67 155,00 165,00 10,00
0,000016 39,23 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,0004
T67 154,00 165,00 11,00
0,000016 26,24 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,0003
T66 160,00 165,00 5,00
134 1
34
Tabel 5.56. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P11 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C25 K66 160,00 168,00 8,00
0,000022 40,42 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0002
D21 T66 160,00 168,00 8,00
0,000038 16,24 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0002
D20 S42 163,00 168,00 5,00
0,000200 37,63 2,50 0,064 0,0032 0,06 0,0037
S41 161,00 168,00 7,00
C24 K65 157,00 170,00 13,00
0,000038 23,29 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0003
T65 156,00 170,00 14,00
0,000038 27,53 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0004
D19 S41 161,00 170,00 9,00
0,000237 11,07 2,50 0,064 0,0032 0,07 0,0015
P11 154,00 170,00 16,00
135 1
35
Grafik 5.12. Grafik Energi Pipa Sekunder P11
150.00
153.00
156.00
159.00
162.00
165.00
168.00
171.00
174.00
177.00
180.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160170180190200210220230240250260
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P11
Energi Elevasi
S45S44
S43S42
S41 P11
136
5.3.11. Titik Sekunder P10
Gambar 5.26. Layout Jaringan Pipa Sekunder P10
Titik Sekunder P10 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00001079 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S39. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P10 :
• Titik Tersier K64
Elevasi = +163,00 meter
137
Energi = El +11,00 meter
= 163,00 + 11,00 meter = 173,00 meter
Sisa = 173,00 – 163,00
= 11,00 meter
• Pipa Tersier K64-T64
Q kumulatif = 0,000027 m3/detik
L = 132,45 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000027m3/detik
0,0020 m2
= 0,01 meter/detik
Hf = Q0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000027 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 132,45
= 0,0009 meter
• Titik Tersier T64
El = +171,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0020 meter + 174,00 meter
= 174,00 meter
Sisa = 174,00 meter – 171,00 meter
= 3,00 meter
138 1
38
Tabel 5.57. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P10
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C23 K64 163,00 174,00 11,00
0,000027 132,45 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0009
T64 170,00 174,00 4,00
0,000027 28,45 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0002
S40 165,00 174,00 9,00
0,000027 102,34 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0007
S39 158,00 174,00 16,00
C22 K63 170,00 175,00 5,00
0,000038 104,68 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0014
T63 163,00 175,00 12,00
0,000038 21,52 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0003
S39 158,00 175,00 17,00
D18 0,000065 76,96 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0009
S38 157,00 175,00 18,00
C21 K62 170,00 186,00 16,00
139 1
39
Tabel 5.58. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P10 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C21 0,000043 72,92 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0012
T62 159,00 186,00 27,00
0,000043 9,21 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0002
S38 157,00 186,00 29,00
D17 0,000108 9,78 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0003
P10 154,00 186,00 32,00
140 1
40
12
4
Grafik 5.13. Grafik Energi Pipa Sekunder P10
150.00
153.00
156.00
159.00
162.00
165.00
168.00
171.00
174.00
177.00
180.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P10
Energi Elevasi
S39S38
P10
141
5.3.12. Titik Sekunder P9
Gambar 5.27. Layout Jaringan Pipa Sekunder P9
Titik Sekunder P9 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00002265 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik S36. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P9:
• Titik Tersier K61
Elevasi = +159,00 meter
142
Energi = El +7,50 meter
= 159,00 + 7,50 meter = 166,50 meter
Sisa = 166,50 – 159,00
= 7,50 meter
• Pipa Tersier K61-T61
Q kumulatif = 0,000016 m3/detik
L = 60,89 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000016m3/detik
0,0020 m2
= 0,008 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000039 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 60,89
= 0,0007 meter
• Titik Tersier T61
El = +153,00 meter En = Hf + En Titik K36
= 0,0007 meter + 166,50 meter
= 166,50 meter
Sisa = 166,50 meter – 153,00 meter
= 13,50 meter
143 1
43
Tabel 5.59. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C20 K61 159,00 166,50 7,50
0,000016 60,89 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,0007
T61 153,00 166,50 13,50
0,000016 40,04 1,50 0,038 0,0011 0,01 0,0004
S37 158,00 166,50 8,50
0,000016 43,05 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0001
S36 160,00 166,50 6,50
C19 K60 154,00 166,00 12,00
0,000032 41,22 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0004
T60 155,00 166,00 11,00
0,000032 33,36 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0003
S36 160,00 166,00 6,00
D16 0,000049 102,50 2,50 0,064 0,0032 0,02 0,0007
S35 155,00 166,50 11,50
C18 K59 153,00 170,00 17,00
144 1
44
Tabel 5.60. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C18 0,000038 102,06 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0013
T59 154,00 170,00 16,00
0,000038 22,48 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0003
T58 155,00 170,00 15,00
C17 K58 155,00 173,00 18,00
0,000054 92,72 2,00 0,051 0,0020 0,03 0,0024
D15 T58 155,00 173,00 18,00
0,000092 5,26 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0001
D14 S35 155,00 173,00 18,00
0,000140 120,13 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,0061
S34 151,00 173,01 22,01
C16 K57 152,00 173,00 21,00
0,000038 95,51 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0013
T57 145,00 173,00 28,00
0,000038 26,78 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0004
T56 147,00 173,00 26,00
145 1
45
Tabel 5.61. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P9 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C15 K56 153,00 172,00 19,00
0,000049 101,61 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0021
T56 145,00 172,00 27,00
D13 0,000086 30,96 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0006
S34 151,00 173,00 22,00
D12 0,000227 14,21 2,50 0,064 0,0032 0,07 0,0017
P9 154,00 173,01 19,01
146 1
46
Grafik 5.14. Grafik Energi Pipa Sekunder P9
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P9
Energi Elevasi
S36S35 S34 P9
147
5.3.13. Titik Sekunder P8
Gambar 5.28. Layout Jaringan Pipa Sekunder P8
Titik Sekunder P8 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00001834 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik T54. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P8:
• Titik Tersier K55
Elevasi = +153,00 meter
Energi = El +17,00 meter
= 153 + 17,00 meter = 170,00 meter
Sisa = 170,00 – 153,00
= 17,00 meter
148
• Pipa Tersier K55-T55
Q kumulatif = 0,000038 m3/detik
L = 42,33 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000038m3/detik
0,0020 m2
= 0,02 m/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000038 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 42,33
= 0,0006 meter
• Titik Tersier T55
El = +156,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0006 meter + 170,00 meter
= 170,00 meter
Sisa = 170,00 meter – 156,00 meter = 14,00 meter
149 14
9
Tabel 5.62. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P8
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C14 K55 153,00 170,00 17,00
0,000038 42,33 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0006
T55 156,00 170,00 14,00
0,000038 62,98 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0008
T54 154,00 170,00 16,00
C13 K54 159,00 179,00 20,00
0,000070 87,82 1,50 0,038 0,0011 0,06 0,0148
T54 154,00 179,01 25,01
D11 0,000108 69,91 2,00 0,051 0,0020 0,05 0,0065
S33 162,00 179,02 17,02
0,000108 107,05 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0033
S32 172,00 179,02 7,02
C12 K53 154,00 181,00 27,00
0,000054 97,93 1,50 0,038 0,0011 0,05 0,0102
T53 161,00 181,01 20,01
150 1
50
Tabel 5.63. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P8 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C12 0,000054 103,70 1,50 0,038 0,0011 0,05 0,0108
S32 173,00 181,02 8,02
D10 0,000162 71,41 2,50 0,064 0,0032 0,05 0,0047
S31 184,00 185,03 2,00
C11 K52 164,00 186,00 22,00
0,000022 57,25 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0003
T52 174,00 186,00 12,00
0,000022 101,67 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0005
S31 191,00 186,00 -5,00*
D9 0,000183 13,56 2,50 0,064 0,0032 0,06 0,0011
P8 192,00 186,00 -6,00*
151 1
51
*Catatan: Dibutuhkan Pompa Booster dengan Head sebesar 6 meter dan Debit 0,000183 m3/det pada
titik P8 untuk mengalirkan air dari dasar energi 186 meter agar mampu melewati elevasi 191 meter.
Rekomendasi Merk dan Tipe Pompa yang tersedia di pasaran yakni: Grundfos CMBE 1-44 AQQE.
Grafik 5.15. Grafik Energi Pipa Sekunder P8
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
210.00
220.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P8
Energi Elevasi
S33S32
S31 P8
152
5.3.14. Titik Sekunder P7
Gambar 5.29. Layout Jaringan Pipa Sekunder P7
Titik Sekunder P7 ini memiliki total kebutuhan air
sebesar 0,00005340 m3/detik. Dengan perencanaan
peletakkan Hidran di titik T54. Dalam perencanaan dimensi di
daerah ini didesain diameter minimum sebesar 2” yang mengakibatkan kecepatan menjadi rendah sehingga rentan
terjadi pengendapan. Namun hal ini dilakukan agar pipa tidak
rawan pencurian. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil
perhitungan titik Sekunder P7:
• Titik Tersier K51
Elevasi = +167,00 meter
Energi = El +20,00 meter
= 167 + 20,00 meter = 187,00 meter
Sisa = 187,00 – 167,00
= 20,00 meter
153
• Pipa Tersier K51-T51
Q kumulatif = 0,000054 m3/detik
L = 56,97 meter
D (asumsi) = 2 inchi
= 0,051 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,051)2 meter
= 0,0020 m2
V = QA
= 0,000054m3/detik
0,0020 m2
= 0,008 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000054 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0512,63
1.85
x 56,97
= 0,0015 meter
• Titik Tersier T51
El = +169,00 meter
En = Hf + En Titik K36
= 0,0015 meter + 187,00 meter
= 187,00 meter
Sisa = 187,00 meter – 169,00 meter = 18,00 meter
154 1
54
Tabel 5.64. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C10 K51 157,00 177,00 20,00
0,000054 56,97 2,00 0,051 0,0020 0,03 0,0015
T51 159,00 177,00 18,00
0,000054 35,52 2,00 0,051 0,0020 0,03 0,0009
T50 175,00 177,00 1,00
C9 K50 168,00 178,00 10,00
0,000038 75,70 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0010
T50 172,00 178,00 3,00
D8 0,000092 37,63 2,50 0,064 0,0032 0,03 0,0009
T49 172,00 178,00 6,00
C8 K49 171,00 179,00 8,00
0,000038 112,08 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0015
T49 172,00 179,00 7,00
D7 0,000129 58,54 2,50 0,064 0,0032 0,04 0,0026
T48 174,00 179,00 5,00
155 1
55
Tabel 5.65. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m M m
C7 K48 174,00 179,00 5,00
0,000022 127,24 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0006
T48 174,00 179,00 5,00
D6 0,000151 54,79 2,00 0,051 0,0020 0,07 0,0094
T47 175,00 179,01 4,01
C6 K47 177,00 181,00 4,00
0,000027 104,50 2,00 0,051 0,0020 0,01 0,0007
T47 175,00 181,00 6,00
D5 0,000178 50,14 2,50 0,064 0,0032 0,06 0,0039
T46 176,00 181,00 5,00
C5 K46 173,00 180,00 7,00
0,000156 37,25 2,00 0,051 0,0020 0,08 0,0068
T46 176,00 180,01 4,01
D4 0,000334 45,28 4,00 0,102 0,0081 0,04 0,0012
T45 180,00 181,01 1,01
C4 K45 182,00 187,0 5,00
156 1
56
Tabel 5.66. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan) Nama
Pipa
Nama
Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
C4 0,000092 45,06 2,00 0,051 0,0020 0,05 0,0031
T45 180,00 187,00 7,00
D3 0,000426 76,74 4,00 0,102 0,0081 0,05 0,0031
T44 187,00 187,01 10,01
C3 K44 185,00 187,00 2,00
0,000032 81,12 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0008
T44 184,00 187,00 3,00
D3 0,000496 1132,12 5,00 0,127 0,0127 0,04 0,0203
S29 187,00 187,03 31,03
C2 K43 185,00 187,00 2,00
0,000038 81,12 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0011
T44 184,00 187,00 3,00
C1 K42 159,00 187,00 28,00
0,000038 91,25 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0012
T42 159,00 187,00 28,00
C1 0,000038 13,57 2,00 0,051 0,0020 0,02 0,0002
157 1
57
Tabel 5.67. Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder P7 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m M M
C1 S29 156,00 187,00 31,00
D1 0,000534 680,23 5,00 0,127 0,0127 0,04 0,0140
P7 192,00 187,04 -4,96*
158
Grafik 5.16. Grafik Energi Pipa Sekunder P7
140.000
150.000
160.000
170.000
180.000
190.000
200.000
210.000
220.000
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Sekunder P7
Energi Elevasi
T50
T49
T48T47
T46
T45
T44S29 P7
159
5.3.15. Pipa Primer Selanjutnya dalam perhitungan pipa primer juga
memiliki langkah yang sama dengan perhitungan pipa tersier
dan sekunder yakni menggunakan rumus Hazen William dan
memakai besaran koefisien sebesar 148. Berikut ini adalah
contoh langkah perhitungan dimensi pipa primer :
5.3.16. Titik Primer 2 Perhitungan ini dilanjutkan hingga ke pipa primer
lanjutnya sampai menuju Pipa Primer 1. Sehingga didapatkan
besaran energi, dimensi dan kehilangan energi yang didapat di
Pipa Primer 1. Berikut ini adalah hasil perhitungan Pipa
Primer lanjutan : (Tabel 5.35)
Gambar 5.30. Layout Jaringan Pipa Primer 2
Primer 2 ini memiliki total kebutuhan air sebesar
0,001890 m3/detik. Dalam perhitungan dimensi primer ini
juga terdapat percabangan di setiap titiknya, maka dari itu
untuk menentukan Energi yang akan dikumulatifkan
160
dengan titik selanjutnya, harus memilih energi yang paling
besar dari kedua cabang tersebut agar air dapat mengalir
ke masing – masing percabangan pipa tersebut. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Primer 2:
• Titik Primer P6
Elevasi = +145,00 meter
Energi = El + 8,00 meter
= 145,00 + 8,00 meter= 153,00 meter
Sisa = 153,00 – 145,00
= 8,00 meter
• Pipa Primer P6-P5
Q kumulatif = 0,000175 m3/detik
L = 358,80 m
D (asumsi) = 3 inchi
= 0,076 m
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,076)2 meter
= 0,0046 m2
V = QA
= 0,000175m3/detik
0,0046 m2
= 0,038 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000175 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0762,63
1.85
x 358,80
= 0,0113 meter
• Titik Primer P5
El = +148 meter
En = Hf + En Titik P6
161
= 0,0113 meter + 153,00 meter
= 153,01 meter
Sisa = 153,01 meter – 148,00 meter
= 5,01 meter
PAGE 150 1
62
Tabel 5.68. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 2
Nama
Pipa
Nama
Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
P6 145,00 154,00 11,00
P6-P5 0,000175 358,80 3,00 0,076 0,0046 0,04 0,0113
S22 - P5 P5 148,00 155,00 16,00
P5 148,00 156,01 8,01
P5-P4 0,000256 354,33 3,00 0,076 0,0046 0,06 0,0225
S18 - P4 P4 149,00 156,00 6,00
P4 149,00 164,02 15,02
P4-P3 0,000494 88,07 4,00 0,1016 0,0081 0,06 0,0046
S13 - P3 P3 156,00 166,91 10,91
P3 155,00 155,01 0,01
P3-P2 0,000720 379,51 6,00 0,152 0,0182 0,04 0,0056
S9 - P2 P2 141,00 170,01 29,01
P2 141,00 163,01 25,92
P2-P1 0,000936 410,01 6,00 0,152 0,0182 0,05 0,0098
PAGE 150 1
63
Tabel 5.69. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 2 (Lanjutan)
Nama
Pipa
Nama
Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
S1 - P1 P1 149,00 187,03 38,03
P1 149,00 170,02 21,02
P1-P0 0,001890 1330,76 10,00 0,254 0,0507 0,04 0,0097
P0 161,00 187,04 26,04
PAGE 150 1
64
Grafik 5.17. Grafik Energi Pipa Primer 2
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
185.00
190.00
195.00
200.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Primer 2
Energi Elevasi
P6P5
P4 P3
P2P1
P0
165
5.3.17. Titik Primer 3
Gambar 5.31. Layout Jaringan Pipa Primer 3
Primer 3 ini memiliki total kebutuhan air sebesar
0,016733 m3/detik. Dalam perhitungan dimensi primer ini
juga terdapat percabangan di setiap titiknya, maka dari itu
untuk menentukan Energi yang akan dikumulatifkan
dengan titik selanjutnya, harus memilih energi yang paling
besar dari kedua cabang tersebut agar air dapat mengalir
ke masing – masing percabangan pipa tersebut. Berikut ini contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Primer 3:
• Titik Primer P13
Elevasi = +148,00 meter
Energi = El + 22,00 meter
=148,00+22,00 meter= 170,00 meter
Sisa = 170,00 – 148,00
= 22,00 meter
166
• Pipa Primer P13 – P12
Q kumulatif = 0,000212 m3/detik
L = 182,58 meter
D (asumsi) = 3 inchi
= 0,076 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,076)2 meter
= 0,0046 m2
V = QA
= 0,000212m3/detik
0,0046 m2
= 0,05 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,000212 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0762,63
1.85
x 182,58
= 0,082 meter
• Titik Primer P12
El = +150,00 meter
En = Hf + En Titik P6
= 0,0082 meter + 170,00 meter
= 170,01 meter
Sisa = 170,01 meter – 150,00 meter = 20,01 meter
167 1
67
Tabel 5.70. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 3
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
P13 148,00 171,00 23,00
P13 - P12 0,000212 182,58 3,00 0,076 0,0046 0,05 0,0082
S46 - P12 P12 151,00 169,01 18,01
P12 151,00 171,01 20,01
P12 - P11 0,000384 400,25 4,00 0,102 0,0081 0,05 0,0133
S41 - P11 P11 154,00 170,00 16,00
P11 154,00 171,03 17,03
P11 - P10 0,000622 36,71 5,00 0,127 0,0127 0,05 0,0010
S38 - P10 P10 154,00 186,00 32,00
P10 154,00 170,03 17,03
P10 - P9 0,000729 957,25 5,00 0,127 0,0127 0,06 0,0351
S34 - P9 P9 154,00 173,01 19,01
P9 154,00 186,04 32,04
P9 - P8 0,000956 510,81 5,00 0,127 0,0127 0,08 0,0309
S31 - P8 P8 186,00 186,00 0,00
168 1
68
Tabel 5.71. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 3 (Lanjutan)
Nama Pipa
Nama Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
P8 186,00 175,07 0,07
P8 - P7 0,001139 165,29 8,00 0,203 0,0324 0,04 0,0014
S29 - P7 P7 183,00 187,04 4,04
P7 183,00 191,00 3,00
P7 - P0 0,001673 264,26 8,00 0,203 0,0324 0,05 0,0046
P0 161,00 187,05 26,05
169 1
69
Grafik 5.18. Grafik Energi Pipa Primer 3
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
210.00
220.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Primer 3
Energi Elevasi
P13P12
P11P10 P9 P8 P7 P0
170
5.3.18. Titik Primer 1
Gambar 5.32. Layout Jaringan Pipa Primer 1
Primer 1 ini memiliki debit kumulatif air sebesar
0,035638 m3/detik. Dalam perhitungan dimensi primer ini
juga terdapat percabangan di setiap titiknya, maka dari itu
untuk menentukan Energi yang akan dikumulatifkan
dengan titik selanjutnya, harus memilih energi yang paling
besar dari kedua cabang tersebut agar air dapat mengalir
ke masing – masing percabangan pipa tersebut. Berikut ini
contoh perhitungan dan hasil perhitungan titik Primer 1:
171
• Titik Primer P0
Elevasi = +161,00 meter
Energi = El + 30,05 meter
= 161,00+30,05 meter= 191,05 meter
Sisa = 191,05 – 161,00
= 30,05 meter
• Pipa Primer P0 – P1
Q kumulatif = 0,035638 m3/detik
L = 541,62 meter
D (asumsi) = 10 inchi
= 0,254 meter
A = ¼ x 3,14 x D2
= ¼ x 3,14 x (0,254)2 meter
= 0,0507 m2
V = QA
= 0,035638m3/detik
0,0507 m2
= 0,07 meter/detik
Hf = Q
0,2785 x C x d2,63
1.85x L
= 0,035638 m3
detik0,2785 x 148 x 0.0762,63
1.85
x 541,62
= 0,0128 meter
• Titik Primer P1
El = +185,00 meter En = Hf + En Titik P6
= 0,0128 meter + 191,05 meter
= 191,06 meter
Sisa = 191,06 meter – 185,00 meter
= 6,06 meter
172 1
72
Tabel 5.72. Perhitungan Dimensi Pipa Primer 1
Nama Pipa Nama
Titik
Q L D D A V Elevasi
Hf En Sisa
m3/det m Inchi m m2 m/det m m m
P0 0,001890 161,00 187,01 25,01
P0 0,001673 161,00 187,04 25,05
P0-P1 0,003564 541,62 10,00 0,254 0,0507 0,07 0,0128
P1 185,00 187,06 1,05
173 1
73
Grafik 5.19. Grafik Energi Pipa Primer 1
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
210.00
220.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Ele
va
si
Jarak
Grafik Energi Pipa Primer 1
Energi Elevasi
P0 P1
175
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan Air Bersih
Waduk Bendo ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk proyeksi tahun 2041 desa Ngindeng
sebesar 2643 yang didapatkan dengan metode aritmatika
dengan kebutuhan total air bersih 116.5 l/hari/orang.
Sehingga kebutuhan debit total rencana untuk 2643 orang
yakni sebesar 12,84 m3/detik. Debit ini dibagi kedalam
titik sekunder sesuai dengan jumlah kebutuhan dalam
area tersebut. pembagian debit tersebut yakni sebagai
berikut :
• Titik Sekunder P1 = 0,00095465 m3/detik
• Titik Sekunder P2 = 0,00021574 m3/detik
• Titik Sekunder P3 = 0,00022653 m3/detik
• Titik Sekunder P4 = 0,00023731 m3/detik
• Titik Sekunder P5 = 0,00008090 m3/detik
• Titik Sekunder P6 = 0,00017529 m3/detik
• Titik Sekunder P7 = 0,00053396 m3/detik
• Titik Sekunder P8 = 0,00018338 m3/detik
• Titik Sekunder P9 = 0,00022653 m3/detik
• Titik Sekunder P10 = 0,00010787 m3/detik
• Titik Sekunder P11 = 0,00023731 m3/detik
• Titik Sekunder P12 = 0,00017259 m3/detik
• Titik Sekunder P13 = 0,00021170 m3/detik
2. Jaringan perpipaan diambil dari IPA dengan elevasi +185
m menuju ke tiap jaringan, titik pipa terjauh adalah titik
176
pipa K41 (primer 2) dengan jarak 3606,15 meter dan K81
(primer 3) dengan jarak 3366,52 meter yang terhitung
dari titik P1 atau IPA. Masing – masing titik ini memiliki
elevasi sebesar +135 m (titik K41) dan +154 m (titik
K81).
3. Dimensi di setiap jaringan diperbesar dikarenakan jika
dimensi pipa terlalu kecil maka akan lebih rawan dalam
pencurian. namun memang jika diperbesar hasilnya
kecepatan aliran di pipa menjadi semakin lambat yang
nantinya akan berakibat timbulnya pengendapan di
beberapa titik pipa. Kisaran ukuran dimensi dari tiap –
tiap jenis pipa adalah sebagai berikut:
• Tersier = 1,5 inchi – 2 inchi
• Sekunder = 2,5 inchi
• Primer = 3 inchi – 10 inchi
6.2. Saran Menurut hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa
daerah di desa Ngindeng ini adalah daerah pengunungan yang
memiliki kontur yang berubah – ubah oleh karena itu benar – benar
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasangan instalasi
perpipaan di daerah tersebut. Selain itu juga perpindahan penduduk
yang tidak menentu dan cenderung ekstrem terkadang dapat
mempengaruhi perencanaan yang dilakukan, sehingga perlu
pendalaman data penduduk lebih lagi jika hendak merencanakan
kebutuhan air di daerah ini. Namun perencanaan air bersih ini
benar – benar sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan air
bersih di daerah Desa Ngindeng, karena dapat lebih mudah dalam
pengambilan air bersih yang akan mereka gunakan sehari – hari.
Sehingga diharapkan perencanaan ini dapat terealisasikan di
lapangan.
177
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Nasional. 1990. Ketentuan Umum
Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990. Jakarta:
Kemenkes.
Anwar, Nadjadji Ir. Msc. 1986. Rekayasa Pengembangan Sumber
Daya Air. Surabaya: Kartika Yudha.
Sulistio, Hendrik. Dr. Ir. M.T. 2014. Perencanaan pipa distribusi
air bersih di Kelurahan Sambaliung Kecamatan
Sambaliung Kabupaten Berau. Samarinda: Universitas 17
Agustus. Hal. 2-6.
Mangkudiharjo, Sarwoko. Ir. 1985. Penyediaan Air Bersih.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ditjen Cipta Karya Dinas PU. 1996. Kriteria Perencanaan.
Jakarta: Ditjen Cipta Karya DPU
Mori, Kiyoto, Suyono Sosrodarsono, dan Kensaku Teda. 1999.
Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pernas, Pradnya
Paramita
Honing, J., Ir. 1996. Konstruksi Bangunan Air Jakarta: PT Pradya
Paramita.
Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air
Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Joko, Tri. 2010. Unit Air Bersih dalam Sistem Penyediaan Air
Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rezagama, Arya, M.T. 2016. Jaringan Pemipaan Air Umum
Yogyakarta: Teknosain.
Soemarto. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha
Nasional.
179
BIODATA PENULIS 1
Penulis bernama lengkap
Muhammad Farel Savero
merupakan Pertama dari dua
bersaudara. Penulis lahir di
Jombang, pada tanggal 9 Desember
1995. Pendidikan formal yang
ditempuh penulis adalah SD Islam
Roushon Fikr Jombang, SMPN 3
Peterongan Darul Ulum Jombang,
SMA Darul Ulum 2 Unggulan
BPPT Jombang. Setelah lulus SMA
penulis mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru dan
diterima di program studi Diploma
3 di Jurusan Teknik Infrastruktur
Sipil ITS pada tahun 2014 dengan NRP 3114030056.Selama
masa perkuliahan penulis aktif dalam kepanitiaan dan organisasi
seperti kepengurusan PSM ITS. Selain itu, penulis juga aktif dalam
kegiatan PSM ITS mulai dari konser dan lomba dalam negeri
maupun luar negeri. Pengalaman pelatihan yang diikuti penulis
adalah LKMM Pra-TD 2014. Semasa kuliah penulis pernah
melakukan kerja praktIk di Embung Kalisat II Pasuruan Jawa
Timur.
Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, semoga dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Segala saran dan kritik
yang membangun selalu penulis harapkan untuk kebaikan ke
depannya. Penulis dapat dihubungi di [email protected]
181
BIODATA PENULIS 2
Penulis bernama lengkap
Biantoro Pambudi merupakan Pertama
dari dua bersaudara. Penulis lahir di
Surabaya, pada tanggal 16 April 1996.
Pendidikan formal yang ditempuh
penulis adalah SDN Ngampelsari,
Candi Sidoarjo, SMPN 2 Candi
Sidoarjo, SMAN 1 Gedangan Sidoarjo.
Setelah lulus SMA penulis mengikuti
seleksi penerimaan mahasiswa baru
dan diterima di program studi Diploma
3 di Jurusan Teknik Infrastruktur Sipil
ITS pada tahun 2014 dengan NRP
3114030060.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepanitiaan dan
organisasi seperti staff kepengurusan HMDS ITS di dalam
Departemen Big Event. Selain itu, penulis juga aktif dalam
kegiatan HMDS ITS mulai dari panitia pelaksana event Dvillage
5th Edition hingga menjadi Ketua Pelaksana event Dvillage 6th
Edition. Pengalaman pelatihan yang diikuti penulis adalah LKMM
Pra-TD 2014. Semasa kuliah penulis pernah melakukan kerja
praktik di Embung Kalisat II Pasuruan Jawa Timur dan juga pernah
mengikuti perlombaan Perencanaan Bendungan tingkat Nasional
dalam event CIP (Civil in Progressive) 2017.
Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, semoga dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Segala saran dan kritik
yang membangun selalu penulis harapkan untuk kebaikan ke
depannya.
Penulis dapat dihubungi di [email protected]
LOKASI WADUK
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
NAMA TUGAS
INSTITUSI
DIGAMBAR OLEH
81ARS
MENYETUJUI
Skala 1 : 20.000
LAYOUT JARINGAN (1)
TR
3.5
.5
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
PERENCANAAN
TAHUN
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN 2018
LAYOUT JARINGAN (1) Skala 1 : 20.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
DIGAMBAR OLEH
2ARS
Skala 1 : 20.000
LAYOUT JARINGAN (2)
PIPA PRIMERPIPA TERSIER
PIPA SEKUNDER
D30
8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
NAMA TUGAS
INSTITUSI
DIGAMBAR OLEH
MENYETUJUI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
PERENCANAAN
TAHUN
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN 2018
LAYOUT JARINGAN (2) Skala 1 : 20.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
NAMA TUGAS
INSTITUSI
TAHUN
DIGAMBAR OLEH
3ARS
MENYETUJUI
Skala 1 : 9.000
LAYOUT RENCANA PIPA
C11
C12C14
C13
C15
C16
C17
C18
C19
C20
C24
D21C25
C26
C22
C27C28
C30
C29
C2
C3C4
C6
C5
C7
C8
C9
C10
C31
C33 C32
D27
C35
C34
C36
D30
C3
8
C3
7
C39
C40
C23
A1
B4
A4
A3
A2
B6
A5
A6
B9
B1
2
B14
B16
A17
B21
A24B
24
B26
A18
A19A20
A21
B27
A31
A32
A34
A35
A36
A38A37
B32
A9
A8
A7A10
A14
A13A16
A15
A23
A22A25
A26
A27
A40
A11
A12
A33
A29
PR. 1
PR
. 3
PR. 2
B13
B18B23
B29
B30
B31
D2
D11
D16
D18D24
D26
D31
D13
C1
D7
A39
A41
A28
B3
B8
B11
B20
B22
B25
B28
B1
B2
B5
B7
B10
B15
B19
B17
B29
D1
D3
D4D5
D6
D8
D9
D10
D12D14
D15
D17D19
D20D22D23
D25
D28
D29
C21
8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
INTAKE
IPA
= HIDRAN
A30
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
LAYOUT RENCANA PIPA Skala 1 : 9.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
DIGAMBAR OLEH
4ARS
Skala 1 : 9.000
RENCANA PIPA PRIMER
8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
NAMA TUGAS
INSTITUSI
TAHUN
MENYETUJUI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
RENCANA PIPA PRIMER Skala 1 : 9.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
NAMA TUGAS
INSTITUSI
DIGAMBAR OLEH
MENYETUJUI
Skala 1 : 5.000
RENCANA PIPA TERSIER (2)
SCALE
JUMLAH LEMBARJUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
8ARS 8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN
PERENCANAAN
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
RENCANA PIPA TERSIER (2) Skala 1 : 5.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
DIGAMBAR OLEH
Skala 1 : 5.000
RENCANA PIPA TERSIER (1)
SCALE
JUMLAH LEMBARJUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
7ARS 8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
NAMA TUGAS
INSTITUSI
MENYETUJUI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN
PERENCANAAN
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
RENCANA PIPA TERSIER (1) Skala 1 : 5.000
B
S
T
U
Skala 1 : 5.000
RENCANA PIPA SEKUNDER (2)
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
DIGAMBAR OLEH
6ARS 8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
NAMA TUGAS
INSTITUSI
MENYETUJUI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN
PERENCANAAN
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
RENCANA PIPA SEKUNDER (2) Skala 1 : 5.000
B
S
T
U
NAMA GAMBAR SCALE
JUMLAH LEMBARNO. GBR.KODE GBR.
DIGAMBAR OLEH
5ARS
Skala 1 : 5.000
RENCANA PIPA SEKUNDER (1)
8
M. Farel Savero (3114030056)
Biantoro Pambudi (3114030060)
NAMA TUGAS
INSTITUSI
MENYETUJUI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
TUGAS AKHIR - RC 145501
TAHUN
PERENCANAAN
TAHUN 2018
Ir. Suharjoko, M. T.
NIP. 19560119 198403 1 001
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH
WADUK BENDO, DESA NGINDENG, KECAMATAN SAWOO,
KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
RENCANA PIPA SEKUNDER (1) Skala 1 : 5.000
B
S
T
U