tugas akhir - repository.uksw.edu · secara langsung berdasarkan undang-undang desa no.6 tahun 2014...
TRANSCRIPT
i
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA
PENGELOLAAN DANA DESA
(Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung Tahun 2016)
Oleh:
ELLYAS EDY HARYONO
NIM : 232013228
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
vi
HALAMAN MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.”
(Filipi 4:6)
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia
akan bertindak”
(Mazmur 37:5)
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan
kepadaku.”
(Filipi 4:13)
“Orang yang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka
yang tetap tegar dan bangkit ketika mereka jatuh.”
(Khalil Gibran)
vii
ABSTRACT
The government's commitment in realizing a clean and corruption-free
administration state by establishing a Government Internal Control System as well as to
achieve effective, efficient, transparent and accountable state finance management, must
exercise control over the administration of government activities. The implementation of
accountability principles in reporting Village Fund and its transparency is expected to be
compliance by the village government in managing the Village Fund starting from the
stage of planning to its budgeting. This is because up to now the management of the
Village Fund is not in accordance with the provisions set by the government. The purpose
of this study is to analyze the internal control of village government in the use of the
Village Funds in the year 2016. The object of this research is the Government which is
located in Ngipik Village, Pringsurat Subdistrict, Temanggung District, Central Java.
This study used primary data obtained directly from the source by means of observation
and structured interviews of Ngipik Village Government Officials (Village Chief, Head of
General Financial Affairs, Head of General Development Affairs, and the Village
Representative Agency). The Secondary data are obtained from other third parties or
literature, documentation, reference books, Laws, and electronic media. Data analysis
method in this research was descriptive with qualitative approach. The results show that
the Government Internal Control System’s implementation in the management of Village
Funds and the practice of village development are implemented in accordance with the
applicable regulations, carried out with openness and accountability, and invites local
villagers to participate in the village development using the 2016 village funds.
Key Words: Government Internal Control System (SPIP), Village Fund, transparency,
accountability.
viii
SARIPATI
Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih
dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan
(SPIP) sebagaimana untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntable wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan. Penerapan prinsip akuntabilitas pelaporan dana desa dan transparansi
diharapkan akan terjadi kepatuhan di pemerintah desa dalam mengelola dana desa mulai
dari tahap perencanaan dan penganggaran. Sebab selama ini pengelolaan dana desa tidak
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari penelitian ini
untuk menganalisis pengendalian internal pemerintah desa dalam penggunaan Dana Desa
tahun 2016. Objek dalam penelitian ini adalah Pemerintah yang berkedudukan di Desa
Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara observasi
dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik (Kepala Desa, Kaur
Keuangan, Kaur Pembangunan, dan BPD. Data sekunder yang diperoleh dari pihak ketiga
atau literature, dokumentasi, buku-buku referensi, Undang-Undang, dan media elektronik.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
dalam pengelolaan Dana Desa dan pelaksanaan pembangunan desa telah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, melaksanakan dengan keterbukaan dan akuntanbel,
serta mengajak masyarakat desa setempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa
menggunakan dana desa tahun 2016.
Kata kunci : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dana desa, transparansi,
akuntabilitas.
ix
KATA PENGANTAR
Penelitian yang berjudul “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada
Pengelolaan Dana Desa” ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang
mungkin akan ditemukan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segenap kritikan,
masukan, saran, dan koreksi yang membangun dari pembaca.
Semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan pengembangan penelitian serupa di kemudian hari.
Salatiga, 30 Januari 2018
Penulis
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat
kepada penulis, sehingga akhirnya kertas kerja atau tugas akhir ini dapat selesai dengan
baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan skripsi ini
sehingga tanpa campur tangan Tuhan Yesus Kristus dan peran berbagai pihak semua ini
tidak akan terjadi. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak
yang selama ini turut serta memberikan bantuan, motivasi, dan dukungan hingga
selesainya Tugas Akhir ini :
1. Keluarga terkasih Ibu Yohana Edy Sri Yuwati, S.Th, Bapak Budiyono, S.Pd,
kakak kandung dan saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dosen wali studi sekaligus pembimbing Bapak Paskah Ika Nugroho, SE. M.Si.
CPSAK, CMA, QIA. Terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, saran,
kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanan yang baik selama penulis berkuliah.
4. Sahabat selama kuliah Rafli, Christina, Atika, Rosa, Jein, Tyar, Wening, Adit,
Gamal, Panji, Thoif yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
aktifitas kuliah selama di UKSW.
5. Team Ekonomi Basketball Club (EBC) dan rekan-rekan yang tergabung baik
pelatih, pemain dan pengurus yang banyak memberikan pengalaman dalam
pengembangan diri penulis selama kuliah.
6. Teman-teman Gereja Isa Almasih Magelang yang selalu memberikan dukungan
dan doa kepada penulis.
7. Kepada seluruh Aparatur Pemerintah Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat,
Kabupaten Temanggung yang telah bersedia menjadi objek penelitian penulis
dengan wawancara secara langsung sehingga penulis dapat melakukan penelitian
dan menyelesaikan skripsi dengan baik.
Dan untuk seluruh pihak yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati dan melimpahkan
kemurahan-Nya.
Ellyas Edy Haryono
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Pernyataan Tidak Plagiat …………………………………………………. ii
Pernyataan Persetujuan Akses……………………………………………. iii
Lembar Pengesahan ………………………………………………………. iv
Pernyataan Keaslian Karya Tulis …………………………………………. v
Motto ……………………………………………………………………… vi
Abstrac ……………………………………………………………………. vii
Saripati ……………………………………………………………………. viii
Kata Pengantar ……………………………………………………………. ix
Ucapan Terimakasih ………………………………………………………. x
Daftar Isi ………………………………………………………………….. xi
Daftar Tabel ………………………………………………………………. xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………………... xiv
Daftar Gambar …………………………………………………………...... xv
Pendahuluan ………………………………………………………………. 1
Telaah Literatur …………………………………………………………… 5
Dana Desa ………………………………………………………… 5
Pengelolaan Dana Desa …………………………………………... 7
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ………………………….. 9
Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah …………………... 11
Metodologi Penelitian ……………………………………………………. . 15
Desain Penelitian ………………………………………………..... 15
xii
Objek Penelitian ………………………………………………….. 15
Sumber Data ……………………………………………………… 16
Teknik Analisis …………………………………………………… 16
Hasil Dan Pembahasan …………………………………………………… 17
Gambaran Umum Desa Ngipik …………………………………... 17
Pengalokasian Dana Desa di Desa Ngipik ………………………. 19
Analisis Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Dana Desa…… 21
Lingkungan Pengendalian ……………………………………….. 21
Penilaian Risiko ………………………………………………….. 28
Kegiatan Pengendalian …………………………………………… 30
Informasi Dan Komunikasi ……………………………………….. 38
Pemantauan ……………………………………………………….. 39
Penutup …………………………………………………………………..... 47
Kesimpulan ………………………………………………………. 47
Implikasi …………………………………………………………. 48
Keterbatasan Penelitian………………………………………….... 48
Saran ……………………………………………………………… 49
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 50
xiii
Daftar Tabel
Tabel 1. Roadmap pengalokasian Dana Desa
Tahun Anggaran 2015-2019 ……………………………………... 2
Tabel 2. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat ……………………………… 19
Tabel 3. Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian
Intern Dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 ………... 41
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Laporan Realiasasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat Tahun 2016…… 51
Lampiran 2. Laporan Biaya Pembangunan Desa Tahun 2016 ....... 52
Lampiran 3. Pedoman Pengelolaan Dana Transfer
Kabupaten Temanggung …………………………………………. 52
Lampiran 4. Monografi Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat …… 53
Lampiran 5. Bukti Fisik Pelaksanaan Pembangunan Dana Desa ... 53
Lampiran 6. Papan Informasi dan Transparansi
Pembangunan Desa ………………………………………………. 54
xv
Daftar Gambar
Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan
Desa Ngipik ……………………………………………………… 18
Gambar 2. Kantor Pemerintah Desa Ngipik,
Kecamatan Pringsurat ……………………………………………. 55
Gambar 3. Tempat Penyimpanan Dokumen Desa Ngipik,
Kecamatan Pringsurat ……………………………………………. 56
Gambar 4. Kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan
Desa (Musrembangdes) Tahun 2016 …………………………….. 57
1
PENDAHULUAN
Desa secara formal diakui didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa. Desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang
dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari
pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.
Otonomi diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk digunakan secara luas,
nyata dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip transparansi (keterbukaan) dan
akuntabilitas (bertanggung jawab). Pemerintah daerah tidak akan kuat dan otonomi tidak
akan bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat lokal jika tidak ditopang dengan
transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan responsivitas (Subroto, 2009).
Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu,
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 disahkan oleh mantan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono memiliki keistimewaan, yaitu desa akan mendapatkan dana milyaran rupiah
secara langsung berdasarkan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3
menyebutkan Alokasi Dana Desa minimal akan digelontorkan secara langsung kepada
desa sebanyak 10% dari dana perimbangan yang akan diterima oleh Kabupaten/Kota. Jadi
setiap tahun desa akan menerima dana milyaran rupiah untuk kemajuan desa.
Wakil Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko, menyatakan jumlah 10%
dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. “Sepuluh persen bukan diambil
dari dana transfer daerah,” kata Budiman. Artinya dana sekitar Rp 104,6 triliun ini
dibagi sekitar 7200 desa. Sehingga total Rp 1,4 milyar per tahun per desa tetapi akan
disesuaikan geografis, jumlah penduduk, dan jumlah kemiskinan. Dana desa diajukan
desa melalui Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) yang anggotanya merupakan wakil dari
pendidik desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
2
Tabel 1
Roadmap Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Dana Desa (miliyar) 32.666,4 36.372,9 42.285,9 55.939,8 60.278,0
Dana Desa Ditambah dana
Lain (miliyar) 55.524,6 86.354,4 126.204,2 162.786,3 175.494,9
Jatah per Desa (juta) 749,4 1.115,2 1.703,3 2.197,1 2.368,6
Sumber : kementrian keuangan,metrotvnews.com,2016
Dari Roadmap alokasi dana desa sendiri tahun anggaran 2015-2019, dana desa
tahun 2015-2016 meningkat sebesar 6,5% tahun 2016-2017 meningkat sebesar 4,7%
tahun 2017-2018 meningkat sebesar 1,7% dan tahun 2018-2019 meningkat sebesar 3,5%.
Dari tabel diatas menurut informasi dari Kementrian Keuangan menunjukkan jumlah
alokasi dana desa terus meningkat dari tahun-ketahun. Tahun 2016, menurut informasi
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dana desa
dialokasikan sebesar 46,9 triliun (Kompas, 28 April 2016). Namun, salah satu isu yang
menjadi perhatian adalah banyaknya kejadian yang terkait dengan kegagalan sistem
pengendalian intern dalam pengelolaan bisnis pemerintah, seperti terjadinya korupsi,
penggelapan, dan penyalahgunaan pajak (Rizal, 2013).
Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih
dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan
(SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1
dijelaskan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan. Adanya pengendalian intern dapat menjadi dasar kebijakan dan prosedur
untuk meminimalkan risiko, serta alat untuk antisipasi terhadap ketidaksesuaian atau
celah pelanggaran dilingkup pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan anggaran secara
tertib dan teratur. Sehingga lebih menjamin pencapaian tujuan dan keandalan dalam
pelaporan keuangan serta mampu memberikan keyakinan masyarakat desa bahwa
penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tepat sasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosalinda (2014) tentang pengelolaan alokasi
dana desa (ADD) dalam menunjang pembangunan pedesaan menunjukan bahwa
3
kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Jombang dalam mendistribusikan
ADD dengan asas merata dan adil. Pembagian Alokasi Dana Desa (ADD) dapat dengan
rincian sebagai berikut:
1. Asas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk
setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa Minimal
2. Asas adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara
proporsional untuk setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung
dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa Proporsional.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilo, (2006), meneliti tentang Formula Alokasi
Dana Desa (ADD), yang menyimpulkan bawa ketimpangan fiskal yang terjadi termasuk
kategori rendah dan terdapat selisih kurang sebesar 2,4% dari jumlah dana yang
seharusnya ditransfer ke desa melalui APBD. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Susilo, (2007) yang meneliti ketimpangan fiskal antar desa dan formulasi Alokasi Dana
Desa ( ADD) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan ADD masing-masing
desa antara pendistribusian ADD dengan simulasi pendistribusian ADD.
Desa Ngipik terletak diwilayah Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu
dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik merupakan desa dengan
kondisi keterbatasan sarana dan prasarana di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik masih
membutuhkan sarana dan prasarana fisik dalam menunjang kesejahteraan masyarakat
desa dan untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan biaya. Pada tahun
2015 Desa Ngipik telah mendapatkan bantuan Dana Desa, tetapi ditahun tersebut tidak
dilakukan pembangunan apapun dikarenakan ada gangguan faktor alam dan pada akhir
tahun 2015 terjadi pergantian kepala desa dan baru disahkan pada pertengahan tahun
2016. Sehingga pembangunan desa baru berjalan ditahun 2016. Salah satu program
pemerintah Kabupaten Temanggung dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakatnya
yaitu dengan memberikan dana berupa Dana Desa. Penelitian pengelolaan Dana Desa di
Desa Ngipik ini memfokuskan pada sistem pengendalian internal pemerintah pada
pengelolaan Dana Desa tahun 2016.
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti adalah bagaimana
penerapan sistem pengendalian internal pemerintah pada pengelolaan Dana Desa di Desa
Ngipik, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengendalian internal pemerintah desa dalam penggunaan Dana Desa
tahun 2016.
4
Sesuai dengan tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Instansi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan
bagi Pemerintahan di Desa Ngipik untuk lebih meningkatkan adanya sistem
pengendalian internal didalam pengelolaan Dana Desa yang dimulai dari
tahap perencanaan dan penganggaran Dana Desa dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam mengawasi dan memberikan evaluasi untuk
menghindari kendala-kendala kedepannya.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, informasi
dan pengetahuan kepada peneliti selanjutnya mengenai pengelolaan Dana
Desa yang diawali dengan tahap perencanaan dan penganggaran.
3. Bagi masyarakat Desa Ngipik, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman
masyarakat mengenai pengelolaan Dana Desa dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk kemajuan potensi Desa Ngipik.
5
TELAAH LITERATUR
Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai pemerintahan,
pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat. Dana Desa diberikan dengan mengganti
program pemerintah yang dulunya disebut PNPM.
Pemberian Dana Desa merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka
penyelenggaraan otonomi desa. Pengalokasian dana desa diharapkan dapat meningkatkan
pemerataan pembangunan kesejahteraan desa melalui peningkatan pelayanan publik di
desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa
serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Keberhasilan
pengelolaan Dana Desa sangat tergantung oleh berbagai faktor antara lain kesiapan aparat
pemerintah desa sebagai pelaksanaan di lapangan, optimalisasi peningkatan implementasi
SAP di tingkat desa sehingga perlu sistem pertanggungjawaban pengelolaan Dana Desa
yang dapat memenuhi prinsip kepatuhan akuntabilitas keuangan daerah.
Sasaran Dana Desa adalah seluruh desa yang masih teringgal dan minimnya
infrastruktur. Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan segala kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang
sangat strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik. Maka
pemberian kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana-
prasarana yang memadai diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian
desa.
Pengelolaan Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari Dana Desa harus melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh,
dan untuk rakyat.
2. Seluruh kegiatan dan penggunaan Dana Desa dapat dipertanggungjawabkan
secara administrasi, teknis dan hukum.
3. Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.
4. Jenis kegiatan yang akan didanai melalui Dana Desa diharapkan mampu untuk
meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar,
6
penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat
desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan musyawarah.
5. Dana Desa harus dicatat didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa melalui
proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
Dengan adanya desentralisasi dan otonomi desa maka desa memerlukan
pembiayaan untuk menjalankan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Dana Desa, yaitu :
1. Dana Desa bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik
maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk
pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.
2. Azas dan prinsip pengelolaan Dana Desa yaitu transparan, akuntabel, dan
partisipatif. Hal ini berarti harus dikelola dengan mengedepankan keterbukaan,
dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus melibatkan peran serta
aktif segenap masyarakat setempat.
3. Dana Desa merupakan bagian yang integral atau satu kesatuan dari APBDes
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya.
4. Meskipun pertangungjawaban Dana Desa integral dengan APBDes, namun tetap
diperlukan pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari anggaran Dana
Desa secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan Dana Desa.
Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDes, hal ini sebagai bentuk
pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi bagi Pemda.
5. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan Dana Desa dibentuk Tim
Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan kewajiban
sesuai tingkatan dan wewenangnya.
Dana Desa secara internal dilaksanakan oleh Kepala Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, serta masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial terhadap
pelaksanaan Dana Desa serta aparat pengawas internal kecamatan yang merupakan
pengawasan umum terhadap penyelenggaraan pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN dengan luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam rangka
mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan
untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas
7
penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi tanggungjawab
Desa.
Undang-Undang No.60 Tahun 2014 menjelaskan bahwa desa nantinya pada
tahun 2015 akan mendapatkan dana sebesar 10% dari APBN. Dimana dana tersebut tidak
akan melewati perantara. Dana tersebut akan langsung sampai ke desa. Tetapi jumlah
nominal yang diberikan kepada masing-masing desa berbeda tergantung dari geografis
desa, jumlah penduduk, dan angka kematian. Alokasi APBN yang sebesar 10% saat
diterima oleh desa akan menyebabkan penerimaan desa yang meningkat. Penerimaan
desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban dari
desa. Laporan pertanggungjawaban itu berpedoman pada Permendagri No. 113 Tahun
2014.
Hal mendasar yang harus dilakukan aparatur desa adalah membuat perencanaan
berjangka menengah/panjang dengan memfokuskan pada satu atau dua program/kegiatan
yang mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat utamanya kelompok
masyarakat menengah kebawah, selain tetap melaksanakan program/kegiatan lain yang
bersifat jangka pendek.
Pengelolaan Dana Desa
Secara spesifik untuk pengelolaan Dana Desa Tahun 2016 diatur secara rinci
dalam PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa :
Tahap Penganggaran dan Pengalokasian
Perhitungan rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara merata
dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula. Tata cara
penganggaran Dana Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Rincian Dana Desa yang telah disetujui menjadi dasar penganggaran Dana
Desa yang tercantum dalam Undang-Undang mengenai APBN. Pengalokasian Dana Desa
setiap kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dana Desa
Kab/Kota = Alokasi Dasar kab/kota + Alokasi Formula kab/kota.
Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kotayang besarannya 10% dari anggaran
Dana Desa dihitung dengan bobot sebagai berikut: 25% untuk jumlah penduduk, 35%
8
untuk angka kemiskinan, 10% untuk luas wilayah, dan 30% untuk tingkat kesulitan
geografis. Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis masing-masing
ditunjukan oleh jumlah penduduk miskin Desa dan IKK kabupaten/kota.
Penganggaran kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam APBDes yang
pembiayaannya bersumber dari Dana Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana
Desa. Selanjutnya guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas
kepada masyarakat, maka pada setiap pelaksanaan kegiatan fisik Dana Desa wajib
dilengkapi dengan Papan Informasi Kegiatan yang dipasang di lokasi kegiatan
Tahap Penyaluran
Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke
RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai
berikut: tahap 1 pada bulan April sebesar 40%, tahap 2 pada bulan Agustus sebesar 40%,
dan tahap 3 sebesar 20%. Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten (RKUD) ke Desa
(RKD) dilaksanakan oleh bupati/walikota setelah Kepala Desa menyampaikan peraturan
Desa mengenai APBDes kepada Bupati yang dilakukan paling lambat pada bulan Maret.
Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi pengunaan
Dana Desa setiap tahun kepada Menteri Direktur Jendral Perimbangan Keuangan dengan
tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi, dan Gubernur yang dilakukan paling lambat Minggu keempat bulan
Maret tahun anggaran berikutnya.
Tahap Penggunaan
Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa
berpedoman pada teknis yang ditetapkan oleh bupati/walikota mengenai kegiatan yang
dibiayai dari Dana Desa. Pelaksanaan kegiatan diutamakan dilakukan secara swakelola
dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal dan diupayakan lebih banyak
menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat.
Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk
dalam prioritas penggunaan Dana Desa setelah mendapat persetujuan dari bupati/walikota
tetapi dengan catatan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan yang menjadi prioritas
telah terpenuhi. Kepala Desa bertanggungjawab atas penggunaan Dana Desa dan
Pemerintah daerah dapat melakukan pengawasan penggunaan Dana Desa.
9
Tahap Pelaporan
Pelaporan salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan dalam sistem
pengelolaan keuangan. Laporan mengenai pengelolaan keuangan desa dilaksanakan oleh
Kepala Desa sebanyak dua kali yakni laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun
anggaran sebelumnya dan Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahap I.
Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa tersebut disampaikan kepada
Bupati/Walikota. Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa pada semester pertama paling
lambat disampaikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan Juli tahun berjalan
sedangkan laporan realisasi penggunaan Dana Desa paling lambat disampikan kepada
Bupati/Walikota pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Selain itu juga disampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(LPPD) setiap akhir tahun anggaran dan pada akhir masa jabatan kepada
Bupati/Walikota. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa
secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.
Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa
Evaluasi terhadap tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa setiap
Desa oleh kabupaten/kota dilakukan untuk memastikan pembagian Dana Desa setiap
Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Evaluasi
terhadap realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa dilakukan untuk mengetahui
realisasi penggunaan Dana Desa.
Sementara itu Bupati/Walikota mengagendakan untuk melakukan pemantauan
dan evaluasi SiLPA Dana Desa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Dana Desa). Jika
ditemukan SiLPA lebih dari 30% maka Bupati/Walikota akan meminta penjelasan kepada
Kepala Desa tentang SiLPA tersebut dan meminta pengawas fungsional daerah untuk
melakukan pemeriksaan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pemerintah telah banyak mengeluarkan berbagai bentuk sistem yang seluruhnya
berakhir pada tujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang
baik. Penyelenggaraan pemerintahan tentu memiliki kegiatan yang cukup banyak dan
sangat luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan
hingga evaluasi. Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah
10
yang baik tersebut pemerintah membentuk suatu sistem yang dapat mengendalikan
seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sistem dimaksud adalah Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem yang dibuat
oleh pemerintah untuk melakukan pengendalian pada sektor internal pemerintah.
Disamping itu terdapat sistem lainnya adalah Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
sedangkan Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi
dan lembaga peradilan lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah adalah “Proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana
terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat
mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir
terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara. Melihat pentingnya peran SPIP dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik maka pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan
penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama tidak
hanya pada unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-masing individu.
Selain itu perlu diingat bahwa SPIP bukan hanya upaya membentuk mekanisme
administratif saja tetapi juga upaya melakukan perubahan sikap dan perilaku. Peraturan
yang ada bukan merupakan akhir namun merupakan awal dari langkah perbaikan. Oleh
karena itu implementasi SPIP sangat bergantung kepada komitmen, teladan pimpinan dan
niat baik dari seluruh elemen dan pejabat dan pegawai instansi pemerintah. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diterapkan karena melihat kondisi birokrasi di
Indonesia seperti maraknya tindakan korupsi, pelayanan kepada publik yang belum
memadahi, dan penggunaan anggaran yang belum optimal.
11
Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian.
2. Penilaian risiko.
3. Kegiatan pengendalian.
4. Informasi dan komunikasi.
5. Pemantauan pengendalian intern.
Komponen yang ada pada sistem pengendalian intern pemerintah merupakan
bentuk komponen sistem pengendalian intern yang diadopsi dari COSO. Oleh COSO,
lima komponen sistem pengendalian intern dijelaskan menurut Peraturan Pemerintah No.
60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern sebagai berikut:
Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan
Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara keseluruhan
lingkungan organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku positif dan mendukung
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
1. Penegakan integritas dan nilai etika
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Kepemimpinan yang kondusif
4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia
7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
12
Penilaian risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini memberikan
penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang
dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko meliputi:
1. Identifikasi Risiko
Pimpinan instansi pemerintah menggunaan metodologi identifikasi risiko yang
sesuai untuk tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan yang
komprehensif.
2. Analisis Risiko
Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak risiko terhadap
pencapaian tujuan instansi pemerintah.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya
dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi
Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif menggunakan
mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal
serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko
dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap
pencapaian tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan
Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkat kegiatan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Tujuan Instansi Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan Instansi Pemerintah
tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya
pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan strategi operasional yang konsisten dan
strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.
Begitupula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah.
13
2. Saling melengkapi, saling menunjang dan tidak bertentangan satu dengan
lainnya.
3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah.
4. Mengandung unsur kriteria pengukuran.
5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup.
6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
Kegiatan pengendalian
Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko
telah dilaksanakan secara efektif. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
Kegiatan pengendalian meliputi:
1. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Pembinaan sumber daya manusia.
3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.
4. Pengendalian fisik atas aset.
5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kerja.
6. Pemisahan fungsi.
7. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting.
8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian.
9. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatatannya.
10. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan
kejadian penting.
Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko
dan disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan prosedur dalam
kegiatan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan
yang ditetapkan tersebut, sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian masih sesuai
dan berfungsi seperti yang diharapkan maka harus dievaluasi secara teratur.
14
Informasi dan komunikasi
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk mendapatkan umpan balik.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan dengan
pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan cara sebagai
berikut:
1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.
2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.
Pemantauan
Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk memastikan apakah
sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana
yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah
dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian desain dan
operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap kegiatan pemantauan
atas pengendalian intern dan perkembangan misi organisasi. Pengendalian yang tidak
dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang buruk dalam jangka waktu
tertentu. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif apabila seluruh
pegawai perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko dan tanggung
jawab masing-masing. Dalam menerapkan unsur SPIP, setiap pimpinan Instansi
Pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik
detail untuk menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan
bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi
Pemerintah.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP dilakukan
pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan
salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian
15
independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan
pengawasan intern ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya
manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan. Sedangkan pembinaan penyelenggaraan
SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan
pelatihan, pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor
aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) pada setiap Instansi Pemerintahan.
a) Pemantauan atau Evaluasi Terpisah.
Proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b) Tindak Lanjut.
Rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu yang telah ditetapkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa, desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian
yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi
ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada
penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.
Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian adalah Pemerintah yang berkedudukan di
Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sebagai
pelaksana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Pengelolaan Dana Desa.
16
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara
observasi dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik
(Kepala Desa, Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan) mengenali Sistem
Pengendalian Intern Pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan
Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Wawancara berisi tentang membandingkan
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 dengan pengelolaan Dana Desa tahun
2016.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga atau literature,
dokumentasi, tulisan-tulisan sebagai pembanding dari data yang diperoleh yaitu
buku-buku referensi, Undang-undang, dan Media elektronik.
Teknik Analisis Data
Sugiyono (2007: 244) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan analisis data
adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara dan catatan kecil di lapangan.
Pada tahapan pengujian keabsahan data dengan cara menganalisis Unsur Sistem
Pengendalian Internal Desa Ngipik berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008
dengan melakukan wawancara kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik berkaitan dengan
sistem pengendalian intern Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung
secara langsung di lapangan dan menarik kesimpulan.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Ngipik
Desa Ngipik merupakan Desa yang terletak di jalan Raya Ngipik no.2 Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik secara geografis terletak diwilayah
Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten
Temanggung berbatasan dengan wilayah Barat dengan Kecamatan Pringsurat - Gowak,
Wilayah Utara dengan Kecamatan Pingit - Klepu, Sebelah Timur Kabupaten Magelang
dan Sebelah Selatan dengan Kabupaten Magelang – Ds. Rejosari. Luas wilayah Desa
Ngipik 307 Ha, meliputi 8 dusun, yaitu Dusun Krajan 1, Krajan 2, Gedompon 1,
Gedompon 2, Dempel, Gedipan, Kutan, dan Nglarangan dengan jumlah 7 RW dan 16 RT.
Jumlah perangkat dikantor Pemerintahan Desa Ngipik berjumlah 14 perangkat yang
terdiri dari kepala desa, sekertaris desa, kasi pemerintahan, kasi kesejahteraan rakyat, kasi
pembangunan, kaur umum, kaur keuangan, dan 7 kepala dusun.
Dari sisi keyakinan, Desa Ngipik terdapat 2 keyakinan yaitu muslim dan non
muslim (nasrani) sehingga terdapat 2 tempat ibadah yaitu Masjid dan Gereja. Jumlah
penduduk akhir tahun 2016 yaitu 3786 jiwa dan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak
1120. Jumlah penduduk laki-laki 1883 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1903 jiwa.
Mayoritas penduduk Desa Ngipik bekerja sebagai petani, terutama petani kopi dan
jagung. Dalam mengelola segala aktivitas desa, berikut susunan organisasi Pemerintah
Desa Ngipik.
18
Gambar 1
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA NGIPIK
Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Desa Ngipik (RKPDes) Tahun 2016
Dalam prakteknya, Pengelolaan keuangan Pemerintah Desa Ngipik membuat
Dana Desa 2016 dan APBDes setiap tahun anggarannya sesuai dengan Permendagri No
113 Tahun 2014. Tetapi pada penelitian ini lebih fokus pada sistem pengendalian intern
pemerintah yang diterapkan untuk program Dana Desa tahun 2016. Hal ini terbukti
dengan Dana Desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa Ngipik. Setiap tahun dana desa
yang didapat dan dianggarakan berbeda berdasarkan sesuai penggunaannya. Dimulai dari
musyawarah dusun (MusDus), musyawarah desa (MusDes) lalu sampai dengan
pelaksanaan Pemerintah Desa Ngipik selalu mengawal kegiatan pembangunan fisik
dengan baik.
Dana Desa yang diterima bersumber dari pemerintah pusat melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dana Desa yang diterima untuk memenuhi
kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Desa, Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat,
dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Setiap anggaran harus dirinci sehingga dapat
memberikan informasi yang detail. Informasi yang diberikan itu bersifat detail untuk
pembaca/pengguna Dana Desa tersebut khususnya masyarakat Desa Ngipik agar dapat
memahami dengan mudah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari struktur Dana Desa
tahun 2016 yang telah didapat peneliti secara langsung di Kantor Desa Ngipik,
Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, yaitu sebagai berikut :
BPD KEPALA DESA
ADHITYA WISNU W LPM
SEKRETARIS DESA
ENDI SULISTYO
KASI PEMERINTAHAN
EKA BAYU
KASI PEMBANGUNAN
AMININ
KASI KESRA
MUJIONO
KAUR KEUANGAN
P. SUDIYATI
KAUR UMUM
SRI YULIANI
19
Tabel 2
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik
No Uraian 2016
1 Pendapatan Desa
Pendapatan Asli Desa 47.425.000
Pendapatan Transfer :
Dana Desa 612.643.000
Bagian dari Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah 17.714.000
Alokasi Dana Desa (ADD) 319.917.400
Bantuan Keuangan APBD Provinsi 5.000.000
Bantuan Keuangan APBD Kabupaten 130.059.475
Pendapatan Lain - lain 0
PENDAPATAN DESA 1.132.758.875
2 Belanja Desa
Program Penyelenggaraan Pemerintah Desa 372.241.303
Program Pembangunan Desa 735.643.731
Program Pembinaan Kemasyarakatan 0
Program Pemberdayaan Masyarakat 24.873.841
JUMLAH BELANJA 1.132.758.875
SURPLUS/DEFISIT 0
3 PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan 10.726.159
Pengeluaran Pembiayaan 0
Sumber: Kantor Desa Ngipik, 2017(diolah)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa pendapatan dan belanja Desa Ngipik pada
tahun 2016 sebagian besar keuangan desa digunakan untuk Pembangunan Desa.
Pengalokasian Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung
Tahap Pengalokasian Dana Desa merupakan bantuan yang bersumber dari APBN
untuk pembangunan desa yang terutama untuk membiayai kegiatan pembangunan
infrastruktur, penyelenggaraan pemerintah, pembinaan kemasyarakatan dan
20
pemberdayaan masyarakat di desa yang pengerjaan kegiatan sudah diatur dalam aturan
pemerintah yang saling berkaitan antara Peraturan Pemerintah, Peraturan Gubernur, dan
Peraturan Bupati. Didesa Ngipik melihat dari segi kebutuhan infrastruktur maka Dana
Desa digunakan prioritas untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes. Tahap penyaluran penerimaan Dana Desa
dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan proporsinya. Tahap 1 (bulan April) proporsi sebesar
40%, Tahap 2 (bulan Agustus) proporsi sebesar 40%, dan Tahap 3 (bulan Oktober)
proporsi sebesar 20%.
Sedangkan pada Pelaporan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik wajib
melaporakan realisasi penggunaan Dana Desa kepada Pemerintah Kabupaten
Temanggung. Setelah itu Pemerintah Kabupaten Temanggung akan melaporkan Realisasi
Penyaluran dan Konsolidasi Realisasi Penggunaan yang dikirimkan kepada Pemerintah
Pusat.
Untuk menetapkan pengelolaan Dana Desa diperlukan adanya landasan hukum.
Landasan hukum yang digunakan sebagai pedoman di Desa Ngipik, Kecamatan
Pringsurat, Kabupaten Temanggung :
1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
4. PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
5. Peraturan Bupati Temanggung Nomor 65 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Transfer Ke Desa Kabupaten Temanggung Tahun 2017
Dalam pengelolaan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik selalu berpedoman
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dimana jangka waktunya
adalah 5 tahun. Selain berpedoman kepada RPJM juga berpedoman kepada Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang berjangka 1 tahun. Oleh karena itu RKPD adalah
rincian dari RPJM. Berdasarkan RKPD, Pemerintah Desa Ngipik akan menyusun
APBDes yang didalamnya juga terdapat Dana Desa. Dalam pengelolaan Dana Desa
difokuskan untuk pembangunan infrastruktur untuk menunjang mobilitas dan kemajuan
Desa Ngipik.
Ditahun 2016, Pemerintah Desa Ngipik mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp.
612.643.000 untuk pembangunan infrastruktur Desa di 3 titik, yaitu pengaspalan dan
21
pembangunan jalan (paving) lingkungan di Dusun Dempel, pembangunan talud dan
drainase/selokan di Dusun Gedompon 2, dan pembangunan jalan lingkungan (paving) dan
talud di Dusun Nglarangan. Pengelolaan Dana Desa yang di terapkan oleh Pemerintah
Desa Ngipik bersifat Open Management. Jadi masyarakat dan Pemerintah Desa Ngipik
bersama-sama mengelola pembangunan infrastruktur secara terbuka. Dana Desa yang
digunakan atau dikeluarkan dibuat RAB dan dipasang di papan pengumuman tempat
pembangunan. Dana diRPJMdes sudah muncul lalu Pemerintah Desa Ngipik bekerjasama
dengan dusun-dusun yang mendapatkan bantuan.
Diawali dengan musyawarah yang melibatkan Pemerintah Desa Ngipik,
kelembagaan, tokoh masyarakat setempat, dan tim pengawas khusus membentuk suatu
tim dan melaksanakan pembangunan secara swakelola. Pembangunan dengan Dana Desa
melibatkan masyarakat Dusun setempat sehingga masyarakat mempunyai andil dalam
pembangunan tersebut.
Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pengelolaan Dana Desa di Pemerintah
Desa Ngipik
Lingkungan Pengendalian
Unsur pertama dalam SPIP yaitu lingkungan pengendalian yang memegang
peranan penting karena akan menentukan keberlangsungan pelaksanaan unsur-unsur
lainnya. Kondisi dalam instansi pemerintah sangat dipengaruhi oleh efektivitas
pengendalian intern oleh karena itu seluruh pegawai pemerintahan harus menciptakan dan
memelihara lingkungan dalam organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku yang
positif dan manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian yang baik memerlukan
unsur sebagai berikut:
1. Hasil analisis penegakan integritas nilai etika Pemerintahan Desa Ngipik
dilakukan oleh Kepala Desa Ngipik dengan menegakkan tindakan disiplin atas
kebijakan-kebijakan yang di terapkan sehingga memberikan contoh keteladanan
dalam bentuk tindakan dan ucapan kepada setiap pegawai Pemerintah Desa
Ngipik. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Ngipik sebagai
berikut :
“Selama saya menjabat saya belum pernah merubah aturan karena yang
namanya aturan kan sudah tertata atau tersusun bahkan kadang mau melakukan
kebijaksanaan saja saya tidak berani dalam arti namanya kebijaksanaan itu
menyimpang dengan aturan. Cuma besar kecilnya kadang belum tentu. Tetapi
22
saya selaku kepala desa ya kita sesuai dengan aturan demi kenyamanan untuk
bekerja. kita kalau mengacu aturan pemerintah kabupaten atau pemerintah pusat
itu sudah ada yang mengatur sendiri. Jadi kita untuk menyampaikan mungkin
secara forum ataupun di musyawarah dusun ataupun desa itu pasti kita
membacakan aturan-aturan yang ada. Disisi lain kita juga memberikan
selebaran sekiranya untuk orang-orang yang ingin tau kondisi keadaan kegiatan
itu. Jadi kita disisi lain dengan cara lisan waktu musyawarah, disisi lain kita
juga ada pemberitahuan di papan pengumuman untuk kegiatan-kegiatan biar
kita selalu terkontrol dalam arti TPK sendiri tidak melangkah seenaknya sendiri
dan warga masyarakat berhak untuk menegur kegiatan yang sekiranya tidak
sesuai dengan aturan yang ada.”
Serta hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut :
“Kepala Desa selalu menerapkan kode etik kepada seluruh pegawai
Pemerintahan Desa. Ya kalau kepala desa mempunyai kebijakan-kebijakan kalau
diambil garis ya harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di desa kita.
Itu ada aturannya Perda, Perbup yaitu garis kebijakannya harus sesuai dengan
itu. Untuk itu harus disampaikan kepada warga dalam musyawarah bersama.
Jadi kepala desa itu penanggungjawab keseluruhan tentang apa yang ada di
desa Ngipik ini. Baik itu keuangan, pembangunan, dan lain-lain. Tetapi yang
berkaitan dengan itu kalau didesa itu ada adat. Ada sopan santun, etika, dan
lain-lain. Kalau Kepala Desa ngomong ke tokoh masyarakat itu menerapkan
seperti itu ya pasti dari atas ke bawah itu menerapkan yang dikatakan dan
Kepala Desa belum pernah menghapus suatu aturan atau kebijakan. Kepala
Desa sekarang itu acuannya ada Perda dan Perbup. Jadi untuk nyeleweng jelas
salah dan tidak berani.”
Dari hasil wawancara dan penjelasan diatas menunjukan bahwa perilaku Kepala Desa
sebagai Pimpinan Pemerintahan Desa menjadi faktor yang penting dalam proses
terciptanya pengendalian lingkungan yang berintegritas dalam nilai etika.Visi, misi, dan
tujuan organisasi dapat tercapai apabila Kepala Desa memiliki integritas dan komitmen.
Oleh karena itu, dari sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh Kepala Desa Ngipik telah
menunjukan secara umum perilaku dan etika untuk memenuhi kriteria penilaian sesuai
dengan PP No.60 Tahun 2008 Pasal 5A yang menyebutkan memberikan keteladanan
pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah,
menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan
prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku.
23
2. Hasil analisis komitmen terhadap kompetensi. Kepala Desa Ngipik menetapkan
kebijakan pengelolaan Dana Desa dan berkerjasama dengan Tim Pengelola
Kegiatan (TPK) yang ada di Desa Ngipik untuk merencanakan pembangunan
yang ada di Desa Ngipik. Tim TPK berkoordinasi untuk menentukan Dusun
mana yang akan dibangun lalu melaporkan kepada Kepala Desa, Kasi
Pembangunan, dan Bendahara Desa. Selain itu Kepala Desa juga menyusun
standar kompetensi pada masing-masing pegawai dan menyelenggarakan
pelatihan dan pembimbingan. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara oleh
beberapa narasumber sebagai berikut :
“Itu kan ada tupoksi. Ini ada kerja setiap pegawai desa dan itu
pekerjaannya sudah sendiri-sendiri. Jadi kepala desa tinggal menugaskan apa
yang sesuai dari anak buahnnya. Misalkan pembangunan desa ya ke Kasi
Pembangunan, dan lain-lain. Itu sudah ada kelompok tugas dan tanggungjawab
masing-masing. Kita tetap berusaha untuk menyesuaikan dengan aturan yang
ada di Pemerintah ataupun yang ada di PERBUP sendiri. Dana Desa juga bisa
digunakan untuk memberikan fasilitas ketrampilan kerja, kita mengadakan
kursus-kursus atapun pelatihan, itu memang kita selalu mengadakan untuk
membikin orang itu bisa menambah wawasan atau pun orang itu nanti bisa
memahami apa yang harus dikerjakan dengan baik. Dari Dana Desa
diperuntukan berapa persen itu bisa untuk pemberdayaan. Dari pemberdayaan
SDM dan lainnya kan kita memang butuh seperti itu untuk mengikuti
perkembangan zaman. Di era sekarang kan kita harus memahami teknologi
seperti laptop, komputer, internet dan segala macamnya kan itu pemberdayaan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Kepala Desa Ngipik
dibantu oleh TPK dan Perangkat Desa sebagai pengelola Dana Desa. Hal ini
mencerminkan secara umum Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteria komitmen
terhadap kompetensi yang sebagaimana dimaksud dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 6C
yaitu menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.
3. Hasil analisis kepemimpinan yang kondusif. Kepala Desa Ngipik menunjukan
melalui perkataan dan perbuatan selalu menekankan pentingnya pencapaian
tujuan dari pembangunan melalui Dana Desa di Desa Ngipik. Selain itu Kepala
Desa juga merespon masukan dari masyarakat terkait laporan-laporan yang
berkaitan dengan program-program dari Dana Desa dan kegiatan yang lain. Hal
24
ini juga sesuai dengan hasil wawancara oleh beberapa narasumber sebagai
berikut :
“Kepala Desa selaku orang yang di tuakan bagaimana caranya harus
memberikan teladan atau contoh perlakuan yang baik di masyarakat. Tapi
namanya seseorang kan tidak lepas dari salah dan khilaf, kita akui belum
sempurna tapi bagaimana caranya khusus Kepala Desa pribadi bisa semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat sebagai teladan
masyarakat. Tujuannya itu ada di Visi dan Misi. Setiap Kepala Desa baru
mempunyai Visi dan Misi itu di jadwalkan di RPJMDes 5 tahun. Kepala Desa
memiliki Visi dan Misi pembangunan yang mau dibangun selama 5 tahun itu apa.
Secara sempitnya setiap tahun di masukkan ke RKPDes (Rencana Kerja
Pemerintah Desa) setiap tahun di-SK kan atau bahkan yang tahun itu RPJM itu
Perdes. Jadi untuk menyusun APBDes harus sesuai dengan RKPDes. Begitu juga
dengan pembangunan yang menggunakan Dana Desa. Itu buat di akhir tahun
ada musyawarah yang mau menyusun ke tahun anggaran berikutnya. Jadi
diakhir tahun kita musyawarah untuk menyusun RKPDes tahun anggaran
berikutnya. Terus RKP itu jadi acuan untuk menyusun APBDes setiap awal
tahun di Perdes kan. Jadi anggaran Belanja Desa setiap awal tahun itu sudah
tau baik BPD dan Masyarakat tau ini manajemennya terbuka. Jadi masyarakat
tahu tahun anggaran tahun berikutnya itu untuk pembangunan apa. Dari
keseluruhan keuangan yang masuk ke Desa Ngipik baik itu ADD maupun Dana
Desa itu sudah ada keterangannya. Misalkan ADD berapa, Dana Desa berapa,
atau bantuan keuangan khusus berapa itu disusun pembelanjaan dalam satu
tahun. Kepala Desa selalu merespon secara baik dan semua itu kepala desa
sebagai penanggungjawab. Jadi semua yang berkaitan dengan Desa Ngipik
Kepala Desa harus tau.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan Pemerintah Desa Ngipik
telah memenuhi kriteria menciptakan lingkungan yang kondusif yang sesuai dengan PP
No. 60 Tahun 2008 Pasal 7F terkait dengan merespon secara positif terhadap pelaporan
yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
4. Hasil analisis pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa mengkoordinasikan dan menetapkan
pegawainya serta melakukan evaluasi secara berjenjang terhadap peran dan
tanggungjawab bawahannya. Struktur organisasi telah dirancang sesuai dengan
25
kompleksitas dan kebutuhan Pemerintahan Desa Ngipik. Hal ini jugas sesuai
dengan hasil wawancara oleh beberapa narasumber sebagai berikut :
“Jadi Kepala Desa dalam menyusun struktur organisasi proyek
pembangunan desa itu memang mengacu dengan kebutuhan. Contohnya seperti
pengelolaan data, pengelolaan keuangan, dan perencanaan pembangunan
memang dalam menyusun itu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dalam
arti kalau kita butuh seperti manajer ataupun kita menyusun sebuah organisasi
seperti perpustakaan kita kan harus ada orang-orang yang dijadikan sebagai
pengurus itu mulai dari ketua, bendahara, sekretaris dan anggota jadi lebih
enaknya kita dalam berkerja itu orang-orang yang bisa memahami struktur
organisasi tersebut.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan Pemerintah Desa Ngipik
telah memenuhi kriteria pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 8 ayat 1A,D, dan E yaitu dengan
memberikan kejelasan wewenang dan tanggungjawab dalam instansi Pemerintah Desa
dan melaksanakan evaluasi dan penyesuaian secara periodik terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan yang strategis.
5. Hasil analisis pendelegasisan wewenang dan tanggungjawab. Kepala Desa
Ngipik memahami bahwa pemberian wewenang dan tanggungjawab kepada
pegawai terkait dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dalam
rangka tujuan instansi pemerintah dapat di pastikan telah sesuai dengan kapasitas
masing-masing pegawai. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan
beberapa narasumber sebagai berikut:
“Kepala Desa dalam menugaskan pegawai itu kan tidak asal-asalan
dalam arti kita harus cari orang yang sekiranya mampu mengelola atau mampu
memberikan laporan-laporan yang ada di Desa Ngipik. Jadi dalam mencari atau
memberdayakan tugas-tugas itu setidaknya tidak terlalu kesusahan. Pegawai
Pemerintah Desa Ngipik dalam melaksanakan itu memang betul-betul harus
sesuai dengan orang yang mampu melakukannya. Setiap pegawai sudah tau
tugas dan fungsinya masing-masing. Misalkan kalau Kasi Pemerintah itu ya
mengurusi bidang pertanahan dan kependudukan, kalau Kasi Kesra ya sosial,
pendidikan, olahraga dan lain-lain. Kalau pembangunan ya ada Kaur
Perencanaan, keuangan ya ada Kaur Keuangan atau Bendahara Desa, yang
mengurusi inventarisasi barang ya Kaur Umum. Itu sudah tau tugasnya masing-
26
masing dan sudah sesuai dengan sistem pengendalian Intern yang ada di Desa
Ngipik.”
Berdasarkan penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat
sebagaimana dimaksud dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 9A sekurang-kurangnya
dilaksanakan dengan memperhatikan wewenang yang diberikan kepada pegawai yang
tepat sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah.
6. Hasil analisis penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia. Kepala Desa Ngipik menetapkan kebijakan
dan prosedur pemberhentian pegawai yang mengacu pada aturan Pemerintah
Kabupaten Temanggung dengan syarat 60 tahun untuk pegawai aparatur desa.
Selain itu dalam memberdayakan masyarakat, Pemerintah Desa juga
menggunakan Dana Desa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini berdasarakan hasil wawancara dari
beberapa narasumber sebagai berikut :
“Untuk Diklat masuknya di pemberdayaan yang nantinya bisa melatih
orang-orang yang sudah masuk di lingkungan pemerintah, nanti pasti ada ada
Bintek dan tugas pokok sendiri nanti bisa dikerjakan sesuai dengan aturan yang
ada. Jadi dalam memberdayakan pasti ada unsur kita mengangkat pegawai yang
otomatis yang masih buta pekerjaan atau tugasnya kan seperti yang sekarang
sedang dilakukan oleh SekDes dan Tenaga Fungsional itu kan baru mengikuti
Pelatihan Sistem Keuangan Desa (SiskeuDes). Khususnya di Desa Ngipik
memang mengangkat pegawai fungsional. Dalam arti pegawai fungsional itu
sesuai dengan aturan, SK-nya itu tiap tahun. Jadi setiap tahun dibuatkan SK
nanti bila SK habis setelah satu tahun ya kita buat lagi SK-nya. Kecuali kalau
memang dari Pemerintah Desa sudah ada yang mengcover yang lainnya. Saya
mengangkat tenaga fungsional tahun ini karena kondisi untuk membantu
keuangan yang ada di Desa Ngipik, kalau mengandalkan bendahara desa
dengan usia yang sudah tua kira-kira kurang optimal pengelolaannya, makanya
Pemerintah Desa Ngipik merekrut tenaga kerja dan saat merekrut itu Kepala
Desa berkoordinasi dengan BPD dan Tokoh Masyarakat itu biar semua warga
itu tau kalau si A itu posisi dikantor desa itu sebagai apa dan kita jelaskan
begitupula dengan gajinya sendiri itu beda dengan pegawai yang ada di kantor
27
pemerintahan karena tenaga fungsional cuman sekedar membantu. Setiap
minggu pertama itu ada rapat koordinasi. Jadi Kepala Desa langsung memimpin
rapat dan membahas kekurangan dan apa yang harus dilakukan. Secara otomatis
itu setiap laporan baik itu Kaur, Kasi dan Kepala Dusun ya harus laporan
kepada Kepala Desa itu setiap satu bulan sekali ada rapat koordinasi di Desa.
Misalkan perlu mengundang BPD ya kita undang. Itu mengacu dengan aturan
dalam arti pegawai aparatur desa itu di acuan Pemerintah Kabupaten
Temanggung maksimal 60 tahun. Karena usia 60 tahun kita memberikan SK
pemberhentian dan setelah itu kita mengangkat melalui prosedur yang ada jadi
kita tidak asal mengambil si A untuk diangkat ataupun yang lain. Prosedurnya
kalau Kepala Desa itu pilihan dan kalau dari SekDes dan Kadus itu tidak ada
pilihan tetapi berdasarkan hasil tes dan pelaksanaan tes sendiri tidak
diperbolehkan calon tunggal harus ada pesaingnya. Makanya aturan yang
sekarang kan tidak diperbolehkan calon tunggal dan harus melalui tes.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria mengenai penyusunan dan penerapan kebijakan yang
sehat tentang pembinaan Sumber Daya Manusia yang termuat dalam PP No.60 Tahun
2008 Pasal 10 ayat 1A dengan memperhatikan sekurang-kurangnya penetapan kebijakan
dan prosedur sejak rekrutmen dengan pemberhentian pegawai.
7. Hasil analisis perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif dilakukan oleh Pemerintah Desa Ngipik memberikan keyakinan dalam
proses pelaksanaan Program Dana Desa dengan bekerjasama dengan Badan
Permusyawaratan Desa, tokoh masyarakat, dan TPK setiap dusun. Pemerintah
Desa dapat meyakinkan kepada pihak-pihak yang terkait dalam program-program
pembangunan Desa Ngipik. Hal tersebut juga sesuai dari hasil wawancara dengan
Kepala Desa sebagai berikut :
“Kita selalu memberi kepercayaan kepada perangkat dan masyarakat
untuk melakukan pembangunan dengan Dana Desa karena sudah sanggup
ataupun sudah mengerjakan apa yang menjadi tugas di bidangnya. Kita hargai
dan percaya dengan apa yang telah dilakukan. Jadi saya selaku kepala desa
selalu pecaya dengan perangkat saya dan masyarakat desa.”
Serta hasil wawancara dari beberapa narasumber sebagai berikut:
“Pemerintah Desa memasang perencanaan dan penganggaran itu kan
ada di papan proyek. Jadi masyarakat tahu kalau ada pembangunan ini memakai
28
anggaran berapa itu kan tahu. Dan juga setiap kegiatan di lingkungkan kita
akomodir jadi TPK. Jadi beberapa personil TPK itu berasal dari lingkungan
masing-masing. Misalkan ada pembangunan di dusun Kutan ya orang dusun
Kutan ya ada yang kita jadikan TPK. Jadi tau perencanaan dan penganggaran
yang ada.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas dapat menunjukan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah mewujudkan tata kelola keuangan yang transparan (keterbukaan) dan
akuntanbel di Desa Ngipik. Hal itu telah memenuhi kriteria dari perwujudan peran aparat
pengawas intern yang efektif yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 11 ayat
1A atas memberikan keyakinan yang memadahi atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Penilaian Risiko
1. Hasil analisis identifikasi risiko di Pemerintah Desa Ngipik berupa mengenali
risiko-risiko dan bagaimana cara mengatasi melalui manajemen risiko dengan
menggunakan metodologi yang sesuai aturan yang berlaku. Contohnya risiko
dalam tahap perencaan pembangunan dengan Dana Desa yaitu tidak ada sarana
untuk penyampaian saran-saran pembangunan dari masyarakat maka
dilaksanakannya kegiatan musrembangdes untuk menerima masukan dari
masyarakat mengenai pembangunan desa. Selain itu pada tahap penggunaan
Dana Desa yaitu risiko pembelian bahan-bahan material untuk pembangunan
infrastruktur seperti perbedaan volume material, kehilangan, dan bahan material
yang tidak sesuai dengan kriteria pemesanan. Pada tahap pelaporan Dana Desa
juga melakukan penilaian risiko dengan menetapkan transparansi kepada
masyarakat. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :
“Dana Desa itu kan sudah ada aturannya dari pusat. Metodologi atau
aturannya ya sesuai dengan Perda, Perbup jadi ya sesuai dengan itu saja. Risiko
seperti itu memang sangat rawan, dalam arti kalau kita tidak maksimal dalam
melakukan pekerjaan itu nanti yang menilai itu masyarakat. Sekarang itu
masyarakat sudah pintar mau ditipu seperti apa sudah tidak bisa karena kita
sudah melakukan transparansi mulai dari APBDes, pembangunan desa dari
Dana Desa maupun ADD berapa dan sudah muncul nominalnya berapa kita
tidak bisa mengotak-atik. Bahkan sampai dengan pengerjaan sendiri kita sesuai
dengan rencana anggaran belanja yang sudah muncul. Jika kita sesuai dengan
ketentuan saya yakin pasti aman semua. Jika sesuai dengan aturan itu akan
29
meminimalisir terjadinya risiko. Kalau dari pihak luar kan untuk pembangunan
kan bertahap. Kita cari supplier yang istilahnya memberikan pinjaman dulu.
Contoh kita butuhnya pasir satu truck ya kita turunkan satu truck dulu, tidak
ditumpuk semuanya. Misal lagi kita butuh semen 200 sak ya kita minta
diturunkan dulu 25 atau 35 dulu baru sisannya juga bertahap. Jadi risiko untuk
semen itu menjadi keras atau hilang itu sedikit. Risiko memang selalu ada tapi
kita berusaha mengurangi risiko tersebut. Tapi sementara ini di Desa Ngipik
aman-aman saja.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas Pemerintah Desa Ngipik telah
menunjukkan kriteria identifikasi risiko yang memadai dari faktor eksternal maupun
internal pada pengelolaan Dana Desa serta telah menggunakan metodologi yang sesuai
dengan tujuan dari Pemerintah Desa. Oleh sebab itu Pemerintah Desa Ngipik telah
mengidentifikasi risiko yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 16 ayat 1A
dan B yang sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang
sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan serta
menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan
internal.
2. Hasil analisis Risiko. Pemerintah Desa Ngipik menetapkan pengendalian intern
untuk menganalisis risiko-risiko yang terjadi berdasarkan kegiatan pembangunan
dengan Dana Desa setiap hari untuk memantau progres dari kegiatan
pembangunan. Kepala Desa Ngipik juga mengelola atau mengurangi risiko dan
melakukan tindakan khusus untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang
muncul mengenai Dana Desa. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara
sebagai berikut :
“Kami memang menugaskan tim untuk memantau setiap hari dalam arti
tim desa itu sebagai bahan saya untuk laporan sekiranya itu dibutuhkan. Jangan
sampai kegiatan itu kepercayaan saya dengan tim itu tidak ada. Saya tetap
percaya dengan TPK yang memberikan laporan yang aktual kepada kami di
pemerintah desa. Misalnya, kita dalam pengerjaan sebuah proyek atau kegiatan
itu biasanya ada pengawasan. Dalam arti pengawasan itu bisa diambil dari
tokoh masyarakat atau BPD kita selalu ada pengawasan bahkan sampai
keuangan itu ada pengawasan tersendiri. Seandainya ada kecurangan dan yang
lainnya, kita sebelum melangkah ke orang-orang yang akan berbuat seperti itu
kita kan selalu berkoordinasi terlebih dahulu. Koordinasi itu untuk meyakinkan
30
Tim ataupun panitia yang mengerjakan jangan sampai dia itu melakukan
kecurangan. Itu memang sudah dari awal saya tekankan. Jadi memang kita yang
ada di lapangan setiap hari mengecek jadi kalau ada penyimpangan sudah
langsung tau. Jadi sudah saya tekankan jangan satupun yang menyimpang atau
merubah RAB. Bila dari RAB itu ada sisa maka dimasukkan dalam SILPA di
tahun berikutnya.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menjelaskan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah menggambarkan kriteria dari analisis risiko yang tercantum dalam PP No.60
Tahun 2008 Pasal 17 ayat 1 yaitu dengan menentukan dampak risiko yang telah
diidentifikasi dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko
yang dapat diterima oleh Pemerintah Desa Ngipik.
Kegiatan Pengendalian
1. Hasil analisis reviu atas kinerja pembangunan melalui Dana Desa di Pemerintah
Desa Ngipik dilakukan dengan cara membandingkan kinerja dengan tolak ukur
yang sudah ditetapkan pada saat perencanaan pembangunan. Kepala Desa juga
terlibat dalam pengelolaan Dana Desa dari tahap penganggaran pembangunan
hingga evaluasi hasil pembangunan. Pemerintah Desa memastikan kegiatan
pembangunan sesuai dengan rencana pembangunan tahun 2016. Dengan bantuan
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan Badan Pengawasan Daerah Pemerintah Desa
Ngipik dapat melakukan reviu dengan membandingkan anggaran dan realisasi
kegiatan. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa
narasumber sebagai berikut :
”Dalam penyusunan Dana Desa itu Kepala Desa berserta BPD dan TPK
menyusun rencana pembangunan. BPD termasuk kelembagaan, mitra kerja dari
pemerintah desa. Jadi tergantung perwilayah itu untuk memilih anggota BPD
bisa melalui pilihan atau penunjukan dalam sebuah forum. Dengan jumlah
penduduk yang hampir 3000 penduduk jadi minimal harus ada 11 orang BPD.
Nanti SK BPD itu nanti dari Bupati. Kedudukannya sama dengan Kepala Desa.
Kalau perangkat yang lain itu baru SK dari Kepala Desa. Sedangkan fungsi BPD
itu sebagai tempat musyawarah. BPD juga berperan dalam pengawasan
program Dana Desa. Ada rencana dulu dari Kepala Desa nanti berkoordinasi
dengan BPD dan TPK dalam penganggaran itu dan baru timbul Perdes dari
APBDes itu. Kita percaya dengan tim pembangunan yang sudah tau lokasi,
gambar, dana, volume material yang diperlukan otomatis kita membuat
31
koordinasi dengan tokoh masyarakat. Tim perencanaan dan pembangunan itu
tidak lepas dari RPJMDes. Jadi rencana pembangunan desa 5 tahun kedepan itu
memang sudah di planning untuk pembuatan di dusun-dusun itu apa saja. Kalau
tidak di cover di RPJMDes kita juga kewalahan karena kita membangun itu
dasarnya dari RPJMDes 5 tahun. Untuk perbandingan kinerja kalau di tahun
kemarin kita tidak ada masalah biasanya kita tetap menerapkan sistem tahun
kemarin dalam artian misalkan pembuatan rapat beton, pembangunan tempat-
tempat umum itu memang kadang kita bisa menyerap dari yang kemarin asalkan
itu tidak menyalahi dengan aturan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara menunjukkan Pemerintah Desa Ngipik telah
menggambarkan kriteria dari riviu atas kinerja pembangunan dengan program dari Dana
Desa sesuai dengan PP No.60 Tahun 2008 Pasal 18 ayat 1 yaitu dengan penyelenggaraan
kegiatan pengendalian yang dimaksud reviu atas kinerja yang bersangkutan dan dengan
membandingkan kinerja tolak ukur yang di tetapkan.
2. Hasil analisis pembinaan sumber daya manusia. Kepala Desa Ngipik
menyampaikan visi dan misi di pemerintahan desa dengan jelas dan sesuai untuk
membangun desa. Salah satu dari visi dan misi yaitu tentang pemberdayaan SDM
dengan cara pelatihan-pelatihan melalui program-program yang telah di tetapkan.
Kegiatan tersebut bisa menggunakan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa. Hal ini
juga sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagai
berikut:
“Kepala Desa mengutarakan visi dan misi secara jelas. Istilahnya apa
yang mau di bangun ya kita semua harus tau. Terus tujuan kan ya setiap kepala
desa yang baru kan pasti punya tujuan jadi itu sejak awal sudah di sampaikan ke
bawahannya. Visi dan misi kami di pemerintahan desa itu bagaimana bisa
terwujud dengan kebersamaan kita. Salah satunya contoh pemberdayaan. Di
pemberdayaan itu nanti kan ada pelatihan-pelatihan seumpama kita memberikan
dukungan wiraswasta kepada teman-teman remaja atau yang lainnya. Pernah
kami memberikan pelatihan perbengkelan. Kami bekerjasama dengan PNPM
waktu itu mengadakan perlatihan perbengkelan jadi untuk menunjang motivasi
seseorang biar bangkit untuk meraih rejeki, usaha lebih bagus, taraf hidup
meningkat kita selalu memberdayakan dengan cara memberi bintek-bintek
khusus atau pelatihan khusus dan kita kerjamasa dengan LPK yang ada di
Temanggung ataupun LPK yang ada di sekitar desa. Mulai dari praktik jahit, las,
32
tata boga itu untuk pemberdayaan semua. Pendanaan dari Dana Desa bisa, dari
APBDes atau APBD Kabupaten juga bisa dan nanti bekerjasama dengan LPK di
Kabupaten Temanggung itu nanti bisa terjadi.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang termuat
dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 20 ayat 1A dan B yaitu dalam melakukan pembinaan
Sumber Daya Manusia, pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya
mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi kepada instansi kepada pegawai
dan membuat strategi perencanaan dan pembinaan Sumber Daya Manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi.
3. Hasil analisis pengendalian atas pengelolaan sistem informasi untuk pengelolaan
Dana Desa tahun 2016. Pemerintah Desa Ngipik belum memiliki sistem
informasi pada aset komputer desa yang bertanggungjawab untuk mengelola
sistem tersebut. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pegawai yang
mengoperasikan mengenai komputer. Jadi Pemerintah Desa Ngipik hanya
memberikan pelayanan secara transparansi dan kejujuran sebagai sistem
informasi secara manual tanpa melalui media elektronik. Hal ini juga sesuai
dengan hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut :
“Untuk media sarana informasi dengan menggunakan sistem didesa
Ngipik masih kurang karena berbagai keterbatasan dan kurang pengetahuan
mengenai komputer yang dimiliki oleh setiap pegawai karena mayoritas pegawai
desa disini usianya sudah tua-tua jadi kita hanya menerapkan kejujuran adalah
faktor utama. Kita untuk dituntut kinerja yang maksimal kita kalau jujur
insyaallah kita enak dan nyaman. Kejujuran itu diterapkan mulai dari pimpinan
sampai ke bawahan itu harus transparansi dan jujur. Jadi prinsip yang di
gunakan ya transparansi dan keterbukaan. Jadi kalau dulu top-down kalau
sekarang botton-up. Pertanggungjawaban ada pada Kepala Desa. Jadi Kepala
Desa pasti mengecek karena tanggungjawab yang pertama jika ada
penyimpangan jelas yang ditegur Kepala Desa, yang kedua TPK maka segala
kegiatan apapun harus ada pelaporan ke Kepala Desa, selanjutnya Kepala Desa
memberikan laporan ke Kecamatan dan dari Kecamatan akan memberikan
laporan ke Kabupaten. Itu harus ada pelaporan ke Kepala Desa minimal 15 hari
sekali untuk perkembangannya dan itu pun Kepala Desa nanti akan mengecek
langsung ke lokasi untuk melihat perkembangan pembangunannya.”
33
Hasil dari penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik belum memenuhi kriteria pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
yang berkaitan dengan pengelolaan Dana Desa yang tercantum didalam PP No.60 Tahun
2008 Pasal 21 ayat 1 mengenai pengamanan sistem informasi sekurang-kurangnya
mencangkup pengamanan sistem informasi yang diberikan belum menguraikan tentang
pengamanan secara jelas sistem informasi dan pengendalian atas perangkat lunak sistem.
4. Hasil analisis pengendalian fisik atas aset. Pemerintah Desa Ngipik melakukan
pengamanan fisik aset desa setelah dilakukannya pembangunan infrastruktur
pada tahun 2016 melalui program Dana Desa berupa pengawasan dan perawatan.
Selain untuk pembangunan, Dana Desa juga dibelanjakan untuk pembelian aset
berupa meja, kursi, dan peralatan lainnya tetapi setelah rencana pembangunan
infrastruktur selesai. Untuk arsip dan laporan-laporan mengenai Dana Desa
disimpan secara aman. Pemerintah desa juga telah mengembangkan tingkat
keamanan aset infrastruktur yang dibuat melalui program Dana Desa secara
periodik. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa
narasumber sebagai berikut :
“Dalam setiap pembangunan itu selalu berkelanjutan. Misalnya untuk
pembangunan jalan itu ada TKP, pengawas dan perawatan. Jadi secara umum di
desa tetapi ya perawatnya di lingkungan masing masing. Istilahnya kalau sudah
di bangun ya harus di rawat. Sudah kita tingkatkan dengan perawatan dan
pengecekan secara rutin aset-aset yang dibangun melalui program Dana Desa.
Untuk pengamanan fisik merapkan keterbukaan dalam arti keterbukaan kami di
pemerintahan desa kepada masyarakat bahkan kepada jajaran lainnya seperti
LSM kan biasanya ingin tau kondisi desa. Pemerintah Desa Ngipik pernah
kedatangan LSM yang intinya mau minta data-data yang ada di desa lalu saya
tidak memberikan karena saya dibawah komando Camat dan Bupati. Kalau
memang dari pihak LSM ada rekomendasi dari Bupati atau Camat maka saya
siap memberikan data-datanya, tetapi bila tidak ada maka pihak LSM tersebut
bila ingin tau keadaan desa, pembangunan desa saya suruh tanya ke Kecamatan
atau Kabupaten. Itu sangat berisiko bagi kami kalo terlalu dalam arti fulgar.
Kalau terbukanya dengan masyarakat Desa Ngipik kami tidak masalah. Tetapi
kalau orang lain mungkin mencari celah-celah kesalahan. Untuk arsip dan
laporan-laporan terkait program Dana Desa diarsipkan dan insyaallah aman.
Jadi kita arsip sendiri dan dimasukan kedalam komputer dan di arsipkan secara
hardcopy. Kita dalam penganggaran untuk aset desa seperti kursi dan meja dan
34
lain lain kita dianggarkan dari Dana Desa untuk pembelian. Di aset tersebut
harus di beri label itu pembelian tahun berapa dan pengarsipannya dilakukan
oleh kaur umum. Dan dilaporkan setiap tahunnya jumlahnya berapa. Untuk kasi
pembangunan juga mencatat pembangunan yang ada di desa ngipik, serta kaur
Umum juga menginventarisir pembangunan yang ada di desa ngipik. Apa yang
sudah di bangun dan apa yang sudah di belikan. Dana Desa itu untuk
pembangunan infrastruktur itu juga di batasi untuk pemberdayaan SDM juga.
Misalkan untuk beli peralatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat
ya kita dukung. Contohnya ada pelatihan kelompok tani, peralatan dibelikan dan
nanti yang mengurusi peralatannya ya kelompok tani tersebut. Tapi tetap harus
diinvetariskan di Desa bahwa barang yang di belikan di tahun ini ya di kelompok
ini. Ini di inventariskan di desa dan di simpan di desa. Bila ada yang mau
menggunakan ya baru di pinjamkan. Jadi kita berharap dengan adanya Dana
Desa itu bisa maju ekonominya ataupun kalau misalnya dengan bantuan
BUMDes.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria pada pengendalian fisik atas aset yang sebagaimana
dimaksud tercantum dalam PP No.60 tahun 2008 Pasal 34 ayat 1 yang dilakukan
sekurang-kurangnya melalui pengamanan fisik dan perawatan fisik atas aset.
5. Hasil analisis penetapan dan mereviu atas indikator dan ukuran kerja. Pemerintah
Desa Ngipik belum melakukan adanya ukuran dan indikator kinerja yang
ditetapkan untuk peningkatan pegawai. Hal ini juga sesuai dengan hasil
wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut :
“Ya harusnya ada, tapi untuk saat ini ya menyesuaikan dengan poksi nya
saja sementara ini. Kinerjanya ya pekerjaannya masing-masing. Didesa Ngipik
tidak ada indikator untuk peningkatan pegawai. Jadi sudah mengacu pada tugas
dan fungsi pokok masing-masing. Untuk penilaian kegiatan di masyarakat itu
cuman ada pemberitahuan atau dijadwalkan. Biasanya minggu pertama
pengadaan barang, minggu kedua mulai pengerjaan dan seterusnya.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik belum memenuhi kriteria dari penetapan dan mereviu indikator dan ukuran kinerja
sebagai mana dimaksud dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 35 mengenai menetapkan
ukuran dan indikator kerja serta mengevaluasi faktor penilaian kinerja.
35
6. Hasil analisis pemisahan fungsi. Pemerintah Desa Ngipik memberikan
tanggungjawab kepada pegawai desa sesuai dengan tugasnya masing-masing dari
tahap Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana
Desa. Kepala Desa Ngipik memastikan semuanya tidak bisa ditangani atau
dilimpahkan tugas ke satu orang saja. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara
yang disampaikan oleh beberapa narasumber sebagia berikut :
“Tanggungjawab dari pengelolaan barang mulai dari perencanaan,
pencairan itu tetap dipisah-pisahkan. Kalau pembangunan itu menjadi tanggung
jawab kaur. Pembangunan dan TPK, keuangan ya Bendahara desa selaku
pemegang kas keuangan Desa. Itu menjadi tanggungjawab masing-masing
bagian. Kalau TPK ya pembuatan SPJ, Bendahara ya pembayaran. Seumpama
ada audit dari BPK ya nanti yang ditanyakan pasti kepada Bendahara. Misal
dana desa turun di dusun A yang mengurus ya hanya 1 orang TPK tersebut.
Kalau administrasi di Desa itu tidak boleh diurus hanya 1 orang. Untuk kegiatan
pembangunan dari dana desa itu tidak bisa dikendalikan oleh satu orang. Itu
harus ada timnya yang sudah di bentuk oleh kepala desa dan kaur
pembangunan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria dari pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud dalam PP
No.60 Tahun 2008 Pasal 36 ayat 1 bahwa pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin
bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang.
7. Hasil analisis dari otoritas atas transaksi kejadian yang penting. Kepala Desa
Ngipik dibantu oleh bendahara desa dan kasi pembangunan dalam
menatausahakan setiap pengelolaan dana desa baik dalam proses pengalokasian
hingga evaluasi kegiatan untuk mendukung terlaksananya kegiatan pembangunan
sesuai dengan apa yang sudah direncakan di penganggaran Dana Desa. Kepala
desa memberikan pengendalian kepada bawahannya berupa keyakinan bahwa
hanya transaksi dan kejadian yang valid untuk di proses sesuai dengan arahan dan
otoritas dari kepala desa. Hal ini juga sesuai dengan hasil dari wawancara yang
disampaikan oleh beberapa narasumber sebagai berikut :
”Kalau di pemerintahan, kepala desa berhak menunjuk TPK yang
mengacu kepada aturan dan pengendaliannya kita harus selalu berkoordinasi.
Misal uang masuk berapa persen, pengerjaan berjalan berapa persen jangan
sampai tahap pertama yang 60% itu kita sudah bisa membangun berapa meter
36
itu harus sesuaikan dan di SPJ kan. Itu kan dasarnya nota, jadi sudah dikirim
bermacam-macam barang itu nanti nota akan di verifikasi oleh sekertaris desa.
Itu sudah sesuai dengan aturan Perbup. Seluruhnya kan ada tandatangan dari
kepala desa. Jadi kepala desa harus tau untuk perencanaan dan sebagainya.
Misalkan transfer, beli barang itu harus mengetahui kepala desa. Jadi ya sudah
pasti andal data-data yang diberikan. Kepala desa dan TPK tinggal menjalankan
aturan yang sudah berlaku. Begitu juga tahap kedua jadi nanti ada SPJ ganda.
Waktu penyerahan atau pelaporan itu pasti ada saksi. Saksi disamping kita
pengerjaan harus ada pembanding. Kita dalam mendatangkan supplier tidak
hanya satu dua orang. Kita bisa lebih dari itu. Pembanding jika sudah deal
dengan salah satu supplier otomatis ada saksi-saksinya. Saksi itu merupakan
sebagai pengawas atau saksi dalam pembangunan juga bisa.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah memenuhi kriteria otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 37 ayat 1 sebagaimana dimaksud sekurang-
kurangnya dilakukan dengan pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan dan
mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.
8. Hasil analisis pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi kejadian.
Kepala Desa Ngipik memberikan arahan kepada TPK dan kasi Pembangunan
untuk mengelola Dana Desa dan seluruh transaksi dan kejadian yang berkaitan
dengan pengelolaan Dana Desa tahun 2016 di klasifikasikan dengan tepat dan
sudah terlaksana. Hal ini juga sesuai dengan hasil dari wawancara dengan kepala
desa sebagai berikut :
“Dari awal kita mendapat dana berapa kan kita sudah menyusun itu.
Jadi untuk pendistribusian kegiatan kita sudah rancang dari awal. Makanya
sebelum kita melaksanakan kegiatan kita kan melengkapi dokumen-dokumen
terlebih dahulu dan begitu dokumen sudah selesai baru kita melakukan
pengerjaan fisik jadi kita tidak merasa kesulitan karena dokumen pendukung
sudah ada semua. Yang penting saya sarankan kepada TPK butuh dokumen dulu
jangan sampai baru berjalan berapa persen dan dokumen baru menyusul kan itu
sama saja kayak rekayasa. Alhamdulillah sudah semua di tahun 2016. Kemarin
kita didepan inspektorat sudah melengkapi kekurangan-kekurangan karena saya
sendiri tahun 2016 semester kedua baru menjabat. Kegiatan kegiatan di desa
37
Ngipik kan baru berjalan di semeseter ke dua dan saya sudah laporan ke
inspektorat itu tidak ada masalah dan sudah valid semua.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas dengan Kepala Desa Ngipik
menunjukan telah memenuhi kriteria pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas
transaksi dan kejadian yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 38 ayat 1
sebagai mana dimaksud perlu mempertimbangkan transaksi dan kejadian di klasifikasikan
dengan tepat dan dicatat segera. Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan
dalam seluruh siklus trasaksi atau kejadian.
9. Hasil analisis Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatatannya. Kepala
Desa Ngipik wajib menugaskan pegawai yang bersangkutan atau kaur Umum
yang bertanggungjawab terhadap sumber daya dan melalukan pencatatan serta
melakukan reviu dan pelaporan kegiatan setelah program Dana Desa terlaksana
atau selesai dibangun. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan Kasi
Pembangunan sebagai berikut :
“Yang diberikan tanggungjawab ya kaur Umum sebagai penerimanya.
Jadi kalau kegiatan sudah selesai ya diserah terimakan kepada Kepala Desa.
Selanjutnya Kepala Desa memerintahkan untuk mencatat dan menginventarisasi
pembangunan itu ke Kaur Umum dan itu wajib di laporkan. Itu tetap ada
pelaporan baik secara lisan atau tertulis. Pelaporan itu tentang aset nya masih
ada atau tidak, rusak atau tidak. Nanti pasti ada dari kecamatan itu mensurvei
bagaimana kondisi bantuan tersebut. Jika dalam waktu 5 tahun sudah tidak layak
itu bisa diajukan lagi. Kita dalam melangkah sendiri tidak asal-asalan melalui
aturan Desa sendiri tetapi kita tetap mengacu pada aturan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah memenuhi kriteria dari akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatannya yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 39 ayat 1 sebagaimana
dimaksud pimpinan Instansi Pemerintah wajib menugaskan pegawai yang bertanggung
jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas
penugasan tersebut secara berkala.
10. Hasil analisis dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta
transaksi dan kejadian penting. Kepala Desa Ngipik menjunjuk bendahara desa
untuk selalu menyimpan dokumentasi hasil pembangunan dari Dana Desa dalam
bentuk SPJ. Bukti transaksi diarsipkan dan disimpan di lemari arsip desa untuk
38
hardcopy sedangkan softcopy disimpan dikomputer desa dan flasdisk yang
khusus untuk data-data tentang keuangan desa. Hal ini juga sesuai dengan hasil
wawancara yang disampaikan oleh beberapa narasumber sebagai berikut :
“Semua itu yang berkaitan dengan pembangunan didokumentasikan
dalam bentuk SPJ. Tahun 2015 pemerintah desa membeli lemari untuk
menyimpan berkas-berkas laporan tentang desa dan laptop baru untuk
penyimpanan data tetapi biayanya itu dibebankan dalam APBDes tahun 2015
bukan melalui Dana Desa.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa
Ngipik telah memenuhi kriteria dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern
serta transaksi dan kejadian penting yang tercantum dalam PP 60 Tahun 2008 Pasal 40
ayat 1 sebagaimana dimaksud wajib memiliki, mengelola, memelihara dokumen secara
berkala atas transaksi dan kejadian penting.
Informasi dan Komunikasi
1. Hasil analisis menyediakan dan memanfaatkan berbagia bentuk dan sarana
komunikasi. Pemerintah Desa Ngipik menyediakan sarana informasi ke
masyarakat dengan adanya media informasi berupa banner untuk pelaporan
pembangunan Program Dana Desa tahun 2016 dan membuatkan prasasti di lokasi
pembangunan. Selain itu juga ada papan pengumuman di balai desa dan
menyediakan nomor telepon sebagai sarana komunikasi antar masyarakat dan
pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh
beberapa narasumber sebagai berikut:
“Dalam pengerjaan Dana Desa memang dari awal sudah ditata
sedemikian rupa. Dalam arti kita pengerjaan itu harus sesuai dengan aturan,
spesifikasi, dan juga pelaksanaan dari awal itu harus sudah tertata khususnya
yang ada di Desa Ngipik dari awal sudah saya tekankan untuk semaksimal
mungkin dalam pengerjaan karena kegiatan ini untuk beberapa tahun kedepan.
Meskipun tahun ini melakukan pembangunan ini kan manfaatnya untuk tahun
berikutnya. Itu didokumentasikan dalam bentuk foto. Dokumentasi itu ada 0%,
50%, 100%. Itu berupa softcopy dan hardcopy. Informasi-informasi mengenai
tentang pelaporan dari kegiatan itu sudah ada terpampang. Setiap titik ada
pelaporan kepada masyarakat berupa benner. Dan isinya disitu dana berapa,
dana yang digunakan, volume pembangunan sudah ada semua dan setelah
kegiatan selesai lalu dibangun prasasti. Kalau ada pemeriksaan dan sebagainya
39
itu bisa digunakan. Untuk tahun 2016 hanya kita melakukan pembangunan di 3
titik atau dusun. Dusun Gedompon 2, Dempel, Nglarangan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah memenuhi kriteria dari unsur Informasi dan Komunikasi yang
tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 42 ayat 1 sebagaimana dimaksud sekurang-
kurangnya dilakukan dengan menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi.
Pemantauan
1. Hasil analisis evaluasi terpisah. Pemerintah Desa Ngipik belum pernah
menyelenggarakan evaluasi dengan cara reviu menyebarkan kuesioner ke
masyarakat atau melalui pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Internal
mengenai pembangunan program Dana Desa maupun yang lainnya. Tetapi
pengawasan tetap dilakukan oleh Pemerintah Desa Ngipik dengan bantuan dari
pihak internal (pegawai) maupun pihak eksternal (masyarakat). Hal ini juga
sesuai dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh beberapa narasumber
sebagai berikut :
“Kalau untuk saat ini, Kepala Desa belum memberikan penilaian seperti
angket atau kuesioner. Tapi biasanya kepala desa hanya menugaskan TPK untuk
menilai pembangunan tersebut. Cara pengendalian ya seperti kita adakan rakor
bersama setiap bulan kita rapat dengan perangkat, setiap 4 bulan sekali kita
rapat dengan anggota BPD dan tokoh masyarakat. Jadi kita merasa lebih
nyaman dalam bekerja. Selain itu untuk evaluasi kita bisa mengambil laporan
dari teman-teman kadus. Seumpama kegiatan sudah selesai dan sudah
dimanfaatkan masyarakat jadi saya tinggal bertanya kepada kadus tentang
perkembangan dan pemanfaatannya lalu begitu ada pelaporan langsung kita cek
bersama-sama. Dari perangkat mungkin dari Kasi Pembangunan terutama
karena TPK sudah selesai, jadi kita yang ada di pemerintahan desa dari Kepala
Desa, Kasi Pembangunan, dan Kadus yang ketempatan seumpama ada yang
rusak kita harus cepat survei dan kita usulkan kalau anggaran ditahun ini,
pembangunan di tahun ini sudah rusak. Kita bisa mengusulkan lagi atau
menunggu pembangunan 5 tahun lagi. Kalau saya menilai program dari Dana
Desa yang sudah terlaksana itu berdasarkan pengalaman saya sendiri karena
untuk desa secara teknis tidak mempunyai alat jadi kepala desa mungkin bisa
datang ke lokasi, permasalahan seperti apa terus pengecekannya seperti itu.
40
Kalau secara teknis jelas kami tidak mempunyai alat yang jelas secara visual
kita bisa melihat kondisi seperti apa kita bisa pengawasannya secara langsung.
Untuk pengawasan melalui pihak luar atau eksternal kita biasanya cuman
sekedar sharing. Dibawah naungan PMD Kasi Kecamatan pengawasan mulai
dari verifikasi, pencairan dan lain-lain nanti ada timnya sendiri di tingkat
Kecamatan. Jadi kita untuk melangkah itu lebih maksimal karena kita selalu
diawasi dari pihak Kecamatan atau Kabupaten. Kita dalam melangkah sendiri
tidak asal-asalan melalui aturan Desa sendiri tetapi kita tetap mengacu pada
aturan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah memenuhi kriteria dari evaluasi terpisah yang tercantum didalam PP
No.60 Tahun 2008 Pasal 44 ayat 1 sebagaimana dimaksud evaluasi terpisah dapat
dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.
2. Hasil analisis tindak lanjut. Pemerintah Desa Ngipik merekomendasikan hasil
pembangunan infrastruktur desa untuk tahun selanjutnya. Kepala desa meminta
kadus-kadus yang ada didesa Ngipik untuk mengajukan program-program
pembangunan untuk memajukan Desa Ngipik. Hal ini juga sesuai dengan hasil
wawancara yang disampaikan oleh kepala desa sebagai berikut :
“Kalau tindak lanjut seperti yang tahun 2016 ke 2017 kita tidak ada
masalah mulai dari kegiatan, administrasi, dan lain-lain itu tidak ada masalah.
Kita tingkatkan ditahun 2017 ke tahun 2018 supaya kita bisa berjalan lancar dan
bermanfaat untuk masyarakat. Jadi kami belajar dari pengalaman yang kemarin.
Untuk pembangunan selanjutnya tergantung kebutuhan, itu seumpana kita lihat
kebutuhan secara mendesak, kalau bencana alam itu sudah jadi yang utama
tetapi kalau sudah tertata semua dalam RPJMDes itu tergantung kegunaan dan
untuk pemeriksaan ke internal seperti Dana Desa 2016 itu difokuskan ke
infrastruktur dan yang 2017 itu untuk pemberdayaan.”
Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Desa Ngipik telah memenuhi kriteria tindak lanjut yang tercantum dalam PP No.60
Tahun 2008 Pasal 46 ayat 1 sebagaimana dimaksud rekomendasi dari hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.
41
Tabel 3
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Lingkungan
Pengendalian
Pasal 5 1 Penegakan integritas
dan nilai etika Kepala
Desa Ngipik
memberikan
keteladanan bagi
pelaksanaan aturan
dan perilaku.
Pasal 6 1 Komitmen terhadap
kompetensi yang
dilakukan Kepala
Desa Ngipik
menyelenggarakan
pelatihan dan
pembimbingan untuk
membantu pegawai
mempertahankan dan
meningkatkan
kompetensi
pekerjaannya.
Pasal 7 1 Kepemimpinan yang
kondusif yang
dilakukan oleh
Kepala Desa Ngipik
merespon secara
positif terhadap
pelaporan yang
berkaitan dengan
keuangan,
penganggaran,
program, dan
kegiatan.
Pasal 8 1 Pembentukan struktur
organisai yang sesuai
dengan kebutuhan
melalui Kepala Desa
dengan memberikan
kejelasan wewenang
dan tanggungjawab
dalam instansi
Pemerintah Desa.
42
Tabel 3 (Lanjutan)
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Pasal 9 1 Pendelegasian
wewenang dan
tanggungjawab yang
tepat Kepala Desa
Ngipik
memperhatikan
wewenang yang
diberikan kepada
pegawai yang tepat
sesuai dengan tingkat
tanggungjawabnya
dalam rangka
pencapaian tujuan
Pemerintah Desa
Ngipik.
Pasal 10 1 Penyusunan dan
penerapan kebijakan
yang sehat tentang
pembinaan Sumber
Daya Manusia,
Kepala Desa Ngipik
menetapan kebijakan
dan prosedur sejak
rekrutmen dengan
pemberhentian
pegawai.
Pasal 11 1 Perwujudan peran
pengawasan intern
yang efektif oleh
Kepala Desa Ngipik
memberikan
keyakinan yang
memadahi atas
ketaatan, kehematan,
efisiensi dan
efektivitas
pencapaian
penyelenggaraan
tugas dan fungsi
Pemerintah Desa
Ngipik.
43
Tabel 3 (Lanjutan)
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Penilaian
Risiko
Pasal 16 1 Identifikasi risiko yang
dilakukan oleh
Pemerintah Desa
Ngipik menggunakan
mekanisme yang
memadai untuk
mengenali risiko dari
faktor eksternal dan
internal pembangunan
infrastruktur melalui
program dana desa
tahun 2016.
Pasal 17 1 Analisis risiko yang
dilakukan Pemerintah
Desa Ngipik dengan
cara menentukan
dampak dari risiko
yang telah
diidentifikasi dan
menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam
menentukan tingkat
risiko yang dapat
diterima oleh
Pemerintah Desa
Ngipik.
Kegiatan
Pengendalian
Pasal 18 1 Reviu atas kinerja
instansi pemerintah
yang bersangkutan
dilakukan dengan
reviu atas kinerja yang
bersangkutan dan
dengan
membandingkan
kinerja tolak ukur yang
di tetapkan.
44
Tabel 3 (Lanjutan)
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Pasal 20 1 Pembinaan sumber
daya manusia yang
dilakukan oleh
Pemerintah Desa
Ngipik dengan cara
mengkomunikasikan
visi, misi, dan tujuan
pemerintahan desa
dengan jelas dan
sesuai untuk
membangun desa.
Pasal 21 1 Pengendalian atas
pengelolaan sistem
informasi untuk
program dana desa
tahun 2016 yang
dilakukan oleh
Pemerintah Desa
Ngipik dengan
menguraikan tentang
pengamanan secara
jelas sistem informasi
dan pengendalian atas
perangkat lunak
sistem.
Pasal 34 1 Pengendalian fisik
atas aset yang
dilakukan oleh
Pemerintah Desa
Ngipik dengan
pengamanan fisik dan
perawatan fisik atas
aset.
Pasal 35 1 Penetapan dan reviu
atas indikator dan
ukuran kerja yang
dilakukan oleh
Pemerintah Desa
Ngipik dengan
mengevaluasi faktor
penilaian pengukuran
kinerja.
45
Tabel 3 (Lanjutan)
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Pasal 36 1 Pemisahan fungsi
seluruh aspek utama
transaksi atau
kejadian tidak
dikendalikan oleh 1
(satu) orang di
Pemerintah Desa
Ngipik.
Pasal 37 1 Otoritas atas
transaksi dan
kejadian yang
penting Pemerintah
Desa Ngipik
menetapkan dan
mengkomunikasikan
syarat dan ketentuan
otorisasi Dana Desa
kepada seluruh
pegawai.
Pasal 38 1 Pencatatan yang
akurat dan tepat
waktu atas transaksi
dan kejadian
Pemerintah Desa
Ngipik dalam seluruh
siklus trasaksi dicatat
dengan segera.
Pasal 39 1 Akuntabilitas
terhadap sumber
daya dan
pencatatannya
Pemerintah Desa
Ngipik menugaskan
pegawai yang
bertanggung jawab
terhadap
penyimpanan sumber
daya dan
pencatatannya serta
melakukan reviu atas
penugasan tersebut
secara berkala.
46
Tabel 3 (Lanjutan)
Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008
Unsur Pasal Ayat Keterangan Terlaksana
(T)
Tidak
Terlaksana
(TT)
Pasal 40 1 Dokumentasi yang
baik atas sistem
pengendalian intern
serta transaksi dan
kejadian penting
Pemerintah Desa
Ngipik memiliki,
memelihara secara
berkala dokumentasi
transaksi dan kejadian
penting terkait dengan
Dana Desa 2016
Informasi
dan
Komunikasi
Pasal 42 1 Menyediakan dan
memanfaatkan
berbagai bentuk dan
sarana komunikasi
Pemerintah Desa
Ngipik
Pemantauan Pasal 44 1 Evaluasi terpisah
Pemerintah Desa
Ngipik dapat
dilakukan oleh aparat
pengawas intern
pemerintah atau pihak
eksternal pemerintah.
Pasal 46 1 Tindak lanjut dari
rekomendasi dari
hasil audit dan reviu
lainnya yang
ditetapkan.
JUMLAH 20 2
Sumber: Data Primer, 2017
Dari data yang disampaikan pada tabel diatas mengenai sistem pengendalian
intern pemerintah Desa Ngipik terdapat 20 pasal Peraturan Pemerintah sudah terlaksana
dan 2 pasal yang belum terlaksana dikarenakan kurangnya pengawasan dan arahan dari
Kecamatan Pringsurat dan Pemerintah Kabupaten Temanggung secara langsung
mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah yang masih belum maksimalnya sosialisasi yang dilakukan.
47
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Sistem Pengendalian Intern Pada
Pengelolaan Dana Desa tahun 2016 di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung dapat disimpulkan bahwa penerapan SPIP dalam pengelolaan dan
pelaksanaan dana desa tahun 2016 ditinjau dari Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008
dilihat dari unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, melaksanakan dengan keterbukaan dan akuntabel serta memberikan
pelayanan kepada masyarakat desa setempat untuk ikut serta memelihara dan melakukan
pengawasan terhadap pembangunan. Walaupun ada 2 kriteria atau pasal yang belum
terlaksana yaitu Pasal 21 mengenai pengendalian sistem dengan menggunakan perangkat
lunak dan Pasal 35 mengenai faktor pengukuran penilaian kinerja.
Pada unsur lingkungan pengendalian Pasal 5 sampai dengan Pasal 11 PP No. 60
Tahun 2008, Kepala Desa dan Perangkat Desa Ngipik telah melaksanakan nilai integritas
yang bersifat positif dan kepemimpinan yang kondusif. Kepala Desa Ngipik memberikan
teladan yang baik kepada seluruh pegawai dan memiliki hubungan yang baik dengan
rekan kerja pemerintah seperti BPD dan tokoh masyarakat Desa Ngipik. Budaya kerja
yang baik perlu dilaksanakan secara terus menerus karena akan membentuk suatu etika
dan perilaku yang sesuai. Unsur penilaian risiko, Kepala Desa dan Perangkat Desa Ngipik
telah melakukan identifikasi risiko dan analisis risiko yang dapat mempengaruhi kinerja
dalam melakukan pembangunan untuk Program Dana Desa tahun 2016. Hal tersebut
dapat dilihat dari terlaksananya kriteria pada unsur penilaian risiko yang termuat dalam
PP No.60 Tahun 2008 Pasal 16 dan Pasal 17. Kepala Desa Ngipik dalam pengambilan
keputusannya mengenai pembangunan yang dilakukan pada tahun 2016 telah
mempertimbangakan berbagai risiko yang akan terjadi dalam pelaksanaan pembangunan
disetiap dusun yang memperoleh program pembangunan.
Unsur kegiatan pengendalian, Kepala Desa dan Perangkat Desa Ngipik sudah
menerapkan dan memastikan adanya kepatuhan dalam kegiatan pembangunan dengan
program dari Dana Desa tahun 2016 dengan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat
dilihat dari terpenuhinya beberapa kriteria unsur kegiatan pengendalian dari PP No.60
tahun 2008 Pasal 18 sampai dengan Pasal 40. Pembangunan desa pada tahun 2016 tetap
pada prosedur dan taat pada aturan yang berlaku. Unsur Informasi dan Komunikasi,
48
Kepala Desa Ngipik telah menggunakan berbagai sarana komunikasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Desa Ngipik sebagai bentuk dari transparansi pembangunan, agar
komunikasi dapat berjalan secara efektif dan tanpa ada kecurigaan. Hal tersebut dapat
dilihat dari terlaksananya unsur informasi dan komunikasi dari PP No.60 Tahun 2008
Pasal 42. Unsur pemantauan dan evaluasi terpisah dilakukan oleh Pemerintah Desa
Ngipik, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan tim dari Kecamatan Pringsurat sebagai
bentuk dari pengawasan maupun pembimbingan atas penyelenggaraan pembangunan
Program Dana Desa tahun 2016 agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan
yang berlaku pada pengelolaan dana desa.
IMPLIKASI
Untuk Pemerintah Desa Ngipik dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang
telah dilaksanakan selama tahun 2016 untuk lebih meningkatkan implementasi dari
Sistem Pengandalian Intern Pemerintah ditahun selanjutnya agar lebih maksimal dalam
menjalankannya. Terlebih pada unsur Kegiatan Pengendalian dengan melakukan
penambahan pegawai agar pelaksanaan baik operasional maupun pembangunan Desa
Ngipik dapat berjalan dengan baik dengan Sumber Daya Manusia yang berpengetahuan
cukup memadahi. Seperti contoh dalam pengaksesan perangkat lunak dengan berbagai
sistem aplikasi untuk penunjang operasional kegiatan Desa Ngipik dapat berjalan dengan
baik. Selain itu juga pengukuran penilaian kinerja yang hendaknya dilakukan oleh Kepala
Desa Ngipik agar dapat mengetahui seberapa berperannya pegawai dalam memberikan
kontribusinya untuk Desa Ngipik serta dapat meningkatkan motivasi dan kredibilitas
pegawai dengan memberikan penghargaan atau reward dengan menerapkan penilaian
kinerja pegawai. Selain kepada pegawai, Pemerintah Desa Ngipik juga diharapkan untuk
memberikan penghargaan kepada Dusun yang telah menjaga dan merawat pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah desa melalui Program Dana Desa karena melalui hal
tersebut dapat diketahui pengukuran nilai aset desa yang telah diperoleh.
KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian pada bagian kesimpulan diatas maka dapat diberikan
beberapa keterbatasaan penulis dalam penelitan yaitu pengumpulan informasi,
penyesuaian waktu responden dengan penulis karena terhalang kepentingan pribadi
maupun kepentingan responden/pemerintah desa setempat sehingga menyebabkan
pengumpulan sumber informasi cukup membutuhkan waktu yang lama. Serta hasil
wawancara yang beragam sehingga cukup sulit dalam menggabungkan informasi yang
49
didapat oleh penulis. Penelitian ini berfokus pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
dalam pengelolaan Dana Desa tahun 2016 yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Ngipik
yang mencangkup perangkat pemerintah desa setempat. Untuk Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dan tokoh masyarakat Desa Ngipik belum mencangkup informasi dalam
kontribusi pelaksanaan pembangunan Program Dana Desa tahun 2016.
SARAN
Untuk peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dapat melakukan penelitan lebih lanjut mengenai
penerapan unsur SPIP secara utuh atau mencangkup semua pasal dan dalam pengumpulan
informasi tidak hanya pada perangkat desa saja tetapi bisa mencangkup seluruh aparat
desa dan tokoh masyarakat desa mengenaik pelaksanaan program dana desa tahun
selanjutnya. Selain itu peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan kuesioner sebagai
sarana pembanding agar informasi yang didapat semakin beragam.
50
DAFTAR PUSTAKA
Halim, A. dan S. Abdullah. (2006). Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan
Daerah: (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi). Jurnal Akuntansi
Pemerintah.
Hidayah, R. A. (2015). Analisis Penerapan Unsur Lingkungan Pengendalian SPIP di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Borneo
Administrator Vol 11 No. 1.
Huri, R. V., dan D. Supatmoko. (2015). Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa Dalam Proses Pembangunan Di Desa Dasri Kecamatan
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. Jurnal Akuntansi Pemerintahan,
1-5.
Ichsan, Muhammad. (2013). Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada
Badan Ketahanan Pangan Daerah (BPKD) Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi
Universitas Hassanudin.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Marli,F. C. (2016). Pengelolaan ALokasi Dana Desa Di Kecamatan Kalipuro Kabupaten
Banyuwangi (Tahun Anggaran 2013). Jurnal Akuntansi.
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Prasetyo, D., Suharno, Dan B. Windarno. (2016). Kepatuhan Pemerintah Desa Dalam
Penggunaan Dana Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun
2015. Jurnal Akuntansi.
Sujarweni, V. W. (2015). AKUNTANSI DESA (Panduan Tata Kelola Keuangan Desa).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa.
PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
COSO. 2013. Internal Control – Intergrated Framework. www.coso.org
51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik,
Kecamatan Pringsurat Tahun 2016.
52
Lampiran 2. Laporan Biaya Pembangunan Desa Tahun 2016.
Lampiran 3. Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Kabupaten Temanggung.
53
Lampiran 4. Monografi Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat.
Lampiran 5. Bukti Fisik Pelaksanaan Pembangunan Dana Desa.
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ellyas Edy Haryono
Alamat : Jl. Telaga Warna 23A Rt 05 / Rw 18 Nambangan,
Kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang
Tengah, Kota Magelang
Tempat dan Tanggal lahir : Magelang, 21 Januari 1995
Umur : 23 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan
TK : 1999-2001 (TK Kemala Bhayangkari 80 Magelang)
SD : 2001-2007 (SD Negeri Jurangombo 4 Magelang)
SMP : 2007-2010 (SMP Negeri 2 Kota Magelang)
SMA : 2010-2013 (SMA Negeri 1 Mertoyudan)
Perguruan Tinggi : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi 2013)
Salatiga, Januari 2018
Peneliti
(Ellyas Edy Haryono)