tugas asesmen
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
Laporan
Persamaan dan Perbedaan Tes Inteligensi,
Tes Bakat, dan Tes Prestasi;
serta penjelasan mengenai Reynolds Intellectual Assessment
Scales (RIAS)
Asesmen Psikologi (C)
Anggota Kelompok :
Inka Irina (1306458723)
Intan Masruroh S. (1306458710)
Rowena Descagita (1306379984)
Wiliana (1306379183)
Yunita Andriana (1306415661)
Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Depok, 2015
I. Perbandingan Tes Inteligensi, Tes Bakat, dan Tes Prestasi
A. Perbedaan Tes Inteligensi, Tes Bakat, dan Tes Prestasi
Pembeda Tes Inteligensi Tes Bakat Tes Prestasi
Yang Diukur Kapasitas individu
secara keseluruhan
dalam berbagai aspek
Potensi individu dalam
mempelajari suatu hal
baru (mengukur apa
yang mampu
dipelajari)
Efek dari pemberian
pendidikan yang
berstruktur kepada
individu (mengukur apa
yang sudah dipelajari)
Faktor yang
Mempengaru
hi Nilai Tes
Bawaan lahir Pengalaman informal Pendidikan formal
Fokus Tes
terhadap
Peserta Tes
Fokus pada apa yang
dimiliki pada saat tes
Fokusnya pada masa
depan
Fokusnya pada masa lalu
Kesiapan
Peserta Tes
Tidak ada sesuatu
yang harus disiapkan
sebelum tes
Tidak ada sesuatu yang
harus disiapkan
sebelum tes
Bisa menyiapkan diri
sebelum tes agar
hasilnya baik
Kemampuan
yang Diukur
Mengukur
kemampuan secara
keseluruhan
Sering mengukur
kemampuan spesial
Sering mengukur
kemampuan spesial
Jenis Tes prognosis test, untuk
memprediksi
kesuksesan seseorang
dalam suatu bidang
predictive test
Latar
Belakang
Peserta Tes
memiliki pengalaman
belajar yang bervariasi
dan menghasilkan efek
kumulatif
memiliki pengalaman
belajar yang sama dalam
lingkungan yang sama,
contohnya belajar
aljabar di dalam kelas
B. Persamaan Tes Inteligensi, Tes Bakat, dan Tes Prestasi
- Mengukur keseluruhan performance seseorang
- Terstandardisasi
- Memiliki tujuan pengukuran
- Memiliki norma
- Memiliki batas waktu pengukuran
II. Teori dan Konsep
A. Teori Analisis Faktor
Analisis faktor adalah istilah yang merujuk pada prosedur matematis
yang didesain untuk mengidentifikasi faktor-faktor atau variabel spesifik yang
biasanya merupakan atribut, karakteristik, atau dimensi yang membedakan
setiap individu (Cohen, Swerdlik, & Sturman, 2013). Analisis faktor seringkali
digunakan dalam penelitian sebagai metode reduksi data untuk menganalisis
beberapa set skor dan korelasi diantaranya.
Kegunaan analisis faktor lainnya ialah untuk mendapatkan set variabel
yang lebih kecil (sebaiknya tidak berkorelasi) dari set variabel yang luas (yang
berkorelasi satu sama lain). Selain itu, analisis faktor turut berguna untuk
membuat indeks dengan variabel-variabel yang mengukur hal-hal yang sama
secara konseptual. Dalam penelitian, fungsi dari analisis faktor ialah untuk
mengidentifikasi faktor atau beberapa faktor yang sama atau factors in common
(Cohen, Swerdlik, & Sturman, 2013).
Secara umum, analisis faktor dilakukan secara exploratory atau
confirmatory. Analisis faktor exploratoty diikuti dengan “estimasi atau ekstraksi
faktor-faktor; memutuskan berapa banyak faktor untuk dipilih; dan merotasi
faktor-faktor tersebut untuk orientasi yang dapat diinterpretasi” (Floyd &
Widaman, dalam Cohen, Swerdlik, & Sturman, 2013). Secara kontras, analisis
faktor confirmatory ialah dimana “struktur faktor dihipotesiskan secara eksplisit
dan diuji kecocokannya dengan observasi struktur kovarians dari variabel yang
diukur” (Floyd & Widaman, dalam Cohen, Swerdlik, & Sturman, 2013).
B. Teori CHC (Cattell, Horn, and Carroll Theory)
Pada awalnya, Cattell mengembangkan teori struktur inteligensi yang
kemudian direvisi dan diperluas oleh Horn dan Carroll. Berdasarkan teori ini,
inteligensi terdiri dari pervasive, broad, dan narrow abilities yang terorganisir
secara hierarkis, yakni:
a. Strata 3: level paling tinggi dan paling pervasive, terdapat satu
faktor umum (g factor) yang mendasari semua kegiatan kognitif.
b. Strata 2: terletak di bawah inteligensi umum, meliputi delapan
kemampuan yang utama dan sudah terbentuk (broad factors).
c. Strata 1: terdiri dari kurang lebih 70 kemampuan yang lebih
sempit (narrow abilities).
Contoh tes inteligensi yang didasarkan pada teori CHC dan dipilih oleh
kelompok untuk dibahas ialah Reynolds Intellectual Assessment Scales (RIAS).
III. Contoh Tes Inteligensi
A. Profil Tokoh
Profil tokoh berikut merujuk pada laman online dari Education and
Human Development Texas A&M University (2015).
Cecil Randy Reynolds adalah seorang profesor psikologi Amerika
Serikat yang terkenal atas karyanya dalam testing dan asesmen psikologi. Beliau
lahir pada tanggal 7 Februari 1952 dari ayah seorang marinir dan ibu seorang
guru. Reynolds merupakan seorang atlet futbol Amerika yang sempat bermain
dalam berbagai liga kecil dibawah naungan organisasi Mets. Beliau diterima di
tiga liga besar futbol Amerika namun harus mengakhiri karir futbolnya pada
tahun 1974 karena mengalami cedera.
Reynolds kembali ke perguruan tinggi dan meraih gelar B.A. Psikologi
pada tahun 1975 dari University of North Carolina di Wilmington. Kemudian
beliau memperoleh gelar M.Ed. Psikometri pada tahun 1976, Ed.S. School
Psychology pada tahun 1977, dan Ph.D. Educational Psychology pada tahun
1978 dari University of Georgia; sembari belajar dibawah bimbingan Alan S.
Kaufman dan Ellis Paul Torrance. Beliau juga dibimbing oleh Lawrence
Hartlage saat magang di Medical College of Georgia dan menunjukkan minat di
bidang neuropsikologi.
Beliau telah menulis lebih dari 300 jurnal yang dipublikasi, dan 33 buku,
diantaranya: Handbook of School Psychology, the Encyclopedia of Special
Education, dan the Handbook of Clinical Child Neuropsychology. Reynolds
juga telah meluncurkan lebih dari 30 test psikologi yang terpublikasi secara
komersial, diantaranya: Reynolds Intellectual Assessment Scales, Behavioral
Assessment System for Children, dan Revised Children's Manifest Anxiety
Scale.
B. Reynolds Intellectual Assessment Scales (RIAS)
RIAS (Reynolds Intellectual Assessment Scales) didesain untuk
menggabungkan aspek teoretis dan aspek praktis dari asesmen inteligensi
(Reynolds, Kamphaus, & Raines, 2012). Menurut Reynolds, Kamphaus, &
Raines (2012), dasar teori utama dari RIAS ialah teori CHC dengan penekanan
pada aspek crystallized intelligence dan fluid intelligence. Selain itu, RIAS juga
membagi inteligensi ke dua area, yaitu verbal dan nonverbal, karena adanya
manfaat praktis dari mengukur inteligensi verbal dan nonverbal (Reynolds,
Kamphaus, & Raines, 2012). Memori menjadi skala tersendiri dalam RIAS
karena keberadaan working memory dalam model inteligensi menjadi semakin
penting, dan aspek-aspek praktis dari memori bagi pertanyaan-pertanyaan
diagnostik sehari-hari yang dihadapi oleh para praktisi (Reynolds, Kamphaus, &
Raines, 2012).
RIAS adalah pengukuran inteligensi yang berfokus pada pengukuran g
atau general intelligence (CIX atau Composite Intelligence Index), dan dua
komponen utama dari general intelligence, yaitu verbal intelligence (VIX) dan
nonverbal intelligence (NIX) (Reynolds, Kamphaus, & Raines, 2012). RIAS
berfokus pada pengukuran dari Strata 3 dan Strata 2 dari teori CHC (Reynolds,
Kamphaus, & Raines, 2012). RIAS didesain untuk mengukur empat aspek
penting dari inteligensi, yaitu general intelligence, verbal intelligence,
nonverbal intelligence, dan memory (Reynolds, Kamphaus, & Raines, 2012).
Keempat konstruk diukur dengan kombinasi dari keenam subtes RIAS.
RIAS menghindari terjadinya confounding antara pengukuran memori
dan Composite Intelligence Index (CIX) dengan cara memisahkan bagian
memory composite (CMI) dari tes CIX. Memori termasuk ke dalam strata tiga
dari dua faktor, yaitu general memory dan learning, namun tidak begitu
berkorelasi dengan g seperti crystallized dan fluid intelligence (Brueggemann,
Reynolds & Kamphaus, 2006). Hal ini karena menurut Reynolds rote memory
(yang direpresentasikan dalam letter recall atau penghafalan simbol dan angka)
hanya membutuhkan sedikit mental manipulation, sehingga kemampuannya
dalam menggambarkan inteligensi diragukan. Working memory hanya
membutuhkan sedikit manipulasi informasi sedangkan manipulasi informasi
sangatlah penting untuk kemampuan reasoning (Brueggemann, Reynolds &
Kamphaus, 2006). Selain itu, working memory memiliki korelasi yang rendah
dengan reasoning test scores, dan walaupun working memory sering overlap
dengan inteligensi, Reynolds menekankan bahwa memori dan inteligensi adalah
dua hal yang berbeda.
Jadi, dalam RIAS, terdapat enam subtes, di mana empat subtes berfokus
pada inteligensi dan dua subtes berfokus pada memori (Reynolds, Kamphaus, &
Raines, 2012). Menurut Reynolds & Kamphaus (2014), subtes yang berfokus
pada inteligensi adalah Guess What, Verbal Reasoning, Odd-Item Out, dan
What’s Missing, sedangkan subtes yang berfokus pada memori adalah Verbal
Memory dan Nonverbal Memory; dengan rincian sebagai berikut:
1. Composite Intelligence Index (CIX), yakni perkiraan general intelligence
(g) yang terdiri dari Verbal Intelligence Index dan Nonverbal Intelligence
Index.
a. Verbal Intelligence Index (VIX), yakni untuk memperkirakan
inteligensi seseorang dalam bentuk verbal yang dinilai dari penalaran
verbal merefleksikan fungsi utama crystallized intelligence; terdiri dari
dua subtes, yakni:
- Guess What (GWH): testee diberikan dua sampai empat clues dan
diminta untuk menyimpulkan objek atau konsep yang dideskripsikan.
Subtes ini mengukur penalaran verbal melalui vocabulary,
perkembangan bahasa, dan keseluruhan pengetahuan mengenai
informasi yang tersedia.
Contoh item tes:
Directions: “Listen carefully while I read you a question. When I
finish, tell me your answer.”
● What is made of wood, filled with lead, and used for writing?
Pencil
● What has drawings of places on it, is color coded, and is used to
study geography? Map
● What makes use of a cathode ray tube, has an antenna, and
outputs both audio and video? Television set
- Verbal Reasoning (VRZ): testee mendengarkan pernyataan yang
berkaitan dengan analogi verbal dan diminta untuk merespon dengan
satu atau dua kata yang melengkapi pernyataan sebelumnya. Subtes
ini mengukur kemampuan penalaran verbal-analytical, tapi dengan
lebih sedikit vocabulary dan pengetahuan umum daripada Guess
What.
Contoh item tes:
Directions: “Listen carefully while I read you a question. When I
finish, tell me your answer.”
● Grass is to green, as sky is to ____? Blue
● Fire hydrant is to short, as skyscraper is to ____? Tall
b. Nonverbal Intelligence Index (NIX), yakni untuk memperkirakan
inteligensi seseorang dalam bentuk nonverbal yang dinilai dari penalaran
nonverbal dan merefleksikan fungsi utama fluid intelligence; terdiri dari
dua subtes, yakni :
- Odd-Item Out (OIO): testee ditunjukkan sebuah kartu bergambar
yang terdiri dari lima sampai tujuh gambar dan diminta untuk
menunjukkan mana gambar yang tidak sesuai dengan keseluruhan
konteks cerita. Subtes ini mengukur kemampuan penalaran nonverbal
tetapi juga memerlukan kemampuan spasial, visual imagery, dan
kemampuan nonverbal lainnya.
Contoh item tes:
Directions: “Look at this picture. Point to the one that doesn‟t
belong, the one that doesn‟t go with the others.”
- What’s Missing (WHM): testee ditunjukkan sebuah gambar dengan
beberapa elemen kunci dan diminta untuk mengidentifikasi elemen
penting yang hilang. Subtes ini mengukur penalaran verbal dengan
cara testee mengonsepsi gambar, menganalisa gestalt-nya, dan
menyimpulkan elemen penting apa yang hilang.
Contoh item tes:
Directions: “Look carefully. What‟s missing in this picture?”
2. Composite Memory Index (CMX), yakni untuk memperkirakan fungsi
memori
verbal dan nonverbal seseorang secara umum; terdiri dari dua subtes, yakni:
- Verbal Memory (VRM): bagian ini terdiri dari single subtes memori
verbal. Berdasarkan usia testee, beberapa kalimat atau sebuah cerita
dibacakan secara keras oleh tester dan testee diminta untuk me-recall
cerita tersebut. Bagian ini memperkirakan kemampuan encoding, briefly
store, dan me-recall materi verbal pada suatu konteks yang asosiasinya
jelas.
- Nonverbal Memory (NVM): bagian ini terdiri dari single subtes
memori visual. Bagian ini terdiri dari suatu set item di mana stimulus
berupa gambar ditunjukkan dalam waktu lima detik, diikuti dengan
adanya gambar-gambar lainnya di mana testee diminta mengidentifikasi
target gambar yang sesuai. Bagian ini memperkirakan kemampuan
encoding, penyimpanan memori, dan mengenali stimulus bergambar
yang konkrit maupun abstrak.
Contoh hasil perhitungan RIAS yakni :
IV. Contoh Tes Bakat - LSAT (Law School Admission Test)
Tes bakat merupakan tes yang mengukur pengalaman belajar secara informal.
Tes ini juga dirancang untuk melihat potensi yang dibawa sejak lahir. Tujuan tes ini
adalah untuk membuat prediksi performa individu di masa yang akan datang (Cohen,
Swerdlik, & Sturman, 2013).
Salah satu contoh tes bakat adalah Law School Admission Test (LSAT). Tes ini
adalah bagian dari proses penerimaan sekolah hukum di Amerika Serikat, Kanada, dan
beberapa negara lainnya. LSAT ini merupakan pengukuran standar mengenai
kemampuan reading dan verbal reasoning seseorang (lsac.org). Tes ini terdiri dari lima
sesi, yang mana tiap sesi diberikan waktu selama 35 menit. Empat sesi terdiri dari soal
pilihan ganda, sedangkan satu sesi lainnya merupakan writing sample.
LSAT didesain untuk mengukur kemampuan yang menunjang kesuksesan di
sekolah hukum. Kemampuan yang dibutuhkan itu antara lain kemampuan reading and
comprehension dari teks yang kompleks secara tepat, kemampuan mengorganisasi dan
mengatur informasi yang ada serta mampu menarik kesimpulan yang tepat, kemampuan
berpikir kritis, dan kemampuan menganalisa dan mengevaluasi penalaran maupun
argumen orang lain (lsac.org).
Ada tiga tipe soal pilihan ganda dalam LSAT, yakni :
a. Reading comprehension questions, mengukur kemampuan membaca
dengan pemahaman dan insight, dengan contoh materi yang panjang dan
kompleksnya sama seperti yang akan sering ditemui saat belajar di
sekolah hukum.
b. Analytical reasoning questions, mengukur kemampuan memahami
struktur hubungan dan membuat kesimpulan yang logis dari struktur
tersebut.
c. Logical reasoning questions, mengukur kemampuan menganalisa,
mengevaluasi secara kritis, dan melengkapi argumen.
Tes bakat ini khusus digunakan untuk mengukur apa yang mampu dipelajari
seseorang jika masuk di sekolah hukum karena item-item soal tesnya dibuat sedemikian
rupa agar menyerupai soal tes yang akan sering dihadapi saat belajar di sekolah hukum
nantinya. Selain itu, jenis item soal tesnya pun penuh dengan aspek penalaran dari suatu
kasus yang komprehensif. Hal tersebut dikarenakan saat belajar di sekolah hukum,
seseorang harus bisa menggunakan penalaran yang sangat baik mengenai kasus-kasus
yang bervariasi, dari kasus yang sederhana sampai kasus yang sangat rumit. Oleh karena
itu, item-item soal tes LSAT ini pun dibuat untuk mengukur bakat penalaran secara
komprehensif seseorang.
V. Contoh Tes Prestasi - National Assesment Program for Literacy and
Numeracy
(NAPLAN)
Tes prestasi merupakan tes yang digunakan untuk mengevaluasi pencapaian atau
pembelajaran yang telah terjadi di dalam sebuah setting akademis (Cohen, Swerdlik, &
Sturman, 2013). Salah satu contoh tes prestasi adalah National Assesment Program for
Literacy and Numeracy (NAPLAN).
NAPLAN menguji perolehan kemampuan individual murid dalam empat area,
yakni :
a. reading
b. writing
c. language conventions (spelling, grammar and punctuation)
d. numeracy
NAPLAN ini diberikan pada anak tahun sekolah 3, 5, 7, dan 9. Pemerintah
federal melihatnya sebagai program utama untuk mempromosikan pendidikan
berkualitas di Australia melalui promosi akuntabilitas dan transparensi (Rudd & Gillard,
dalam Thompson, 2013). Murid-murid diuji dalam sekolahnya dan oleh guru mereka
sendiri pada pertengahan bulan Mei dari setiap tahun sekolah (Davies, 2012).
Sejak tahun 2010, hasil dari tes NAPLAN telah dipublikasikan online pada
laman MySchool untuk memungkinkan perbandingan antara sekolah-sekolah
berdasarkan hasil tes. Laman ini mempublikasikan hasil tes NAPLAN dari tiap sekolah
setiap tahunnya, dan memungkinkan perbandingan untuk sekolah-sekolah yang mirip
secara statistik, dan di antara sekolah-sekolah pada lokasi geografis yang sama
(ACARA, dalam Thompson, 2013).
LAMPIRAN
Contoh tes bakat – LSAT subtes Reading Comprehension :
Contoh tes bakat – LSAT subtes Analytical Reasoning :
Contoh tes bakat – LSAT subtes Logical Reasoning :
Contoh tes prestasi – NAPLAN subtes Reading :
Contoh tes prestasi – NAPLAN subtes Language Conventions :
Contoh tes prestasi – NAPLAN subtes Numeracy :
DAFTAR PUSTAKA
Brueggemann, A., Reynolds, C., & Kamphaus, R. (2006). The Reynolds Intellectual
Assessment Scales (RIAS) and Assessment of Intellectual Giftedness. Gifted
Education International, 21(2-3), 127-136.
http://dx.doi.org/10.1177/026142940602100305
Cohen, R. J., Swerdlik, M. E., & Sturman, E. D. (2013). Psychological testing and
assessment: An introduction to test and measurement. New York: McGraw-Hill.
Davies, M. (2012). Accessibility to NAPLAN assessments for students with disabilities:
A „fair go‟. Australasian Journal of Special Education, 36, 62-78.
Education and Human Development Texas A&M University. (2015). CECIL
REYNOLDS. Retrieved from http://directory.cehd.tamu.edu/view.epl?nid=c-
reynolds
Law School Admission Test. Retrieved from www.lsac.org
National Assesment Program - Literacy and Numeracy. Retrieved from
http://www.nap.edu.au/naplan/naplan.html
Reynolds, C. R. & Kamphaus, R. W. (2013). An introduction to RIAS. Retrieved from
http://www.myschoolpsychology.com/wp-content/uploads/2014/03/An-
Introduction-to-the-RIAS-Jim-Gyurke.pdf
Reynolds, C. R., Kamphaus, R. W., & Raines, T. C. (2012). The reynolds intellectual
scales and the reynolds intellectual screening test. In D. P. Flanagan, & P. L.
Harrison (Eds.), Contemporary intellectual assessment: Theories, tests, and
issues (3rd ed). New York: Guilford Press.
Thompson, G. (2013). NAPLAN, MySchool and accountability: Teacher perceptions of
the effects of testing. The International Education Journal: Comparative
Perspectives, 12(2), 62–84.