tugas badan kehormatan dprd

8
Halaman 1 dari 8 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan Gedongkuning No. 146 Yogyakarta, Telpon : (0274) 378431, 378432 www.kumham-jogja.info PENJELASAN MENGENAI PELAKSANAAN TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD TERKAIT TERHADAP KETENTUAN YANG DIATUR DALAM PASAL 98, PASAL 99 DAN PASAL 100 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2010 Dalam rangka Konsultasi terhadap substansi hukum yang terkandung dalam Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dengan hormat disampaikan penjelasan sebagai berikut: 1. Bahwa sebelum menjelaskan substansi hukum yang terkandung dalam Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, perlu diperhatikan norma hukum yang memiliki relasi erat dengan substansi hukum yang terkandung dalam Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yakni ketentuan hukum yang dimuat dalam: a. Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang berbunyi “Kode etik DPRD, selanjutnya disebut kode etik, adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD”;

Upload: heru-purnomo

Post on 16-Apr-2017

564 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 1 dari 7

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIAKANTOR WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan Gedongkuning

No. 146 Yogyakarta, Telpon : (0274) 378431, 378432www.kumham-jogja.info

PENJELASAN MENGENAI PELAKSANAAN TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD TERKAIT TERHADAP KETENTUAN YANG DIATUR DALAM

PASAL 98, PASAL 99 DAN PASAL 100 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2010

Dalam rangka Konsultasi terhadap substansi hukum yang terkandung dalam Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dengan hormat disampaikan penjelasan sebagai berikut:1. Bahwa sebelum menjelaskan substansi hukum yang terkandung dalam

Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, perlu diperhatikan norma hukum yang memiliki relasi erat dengan substansi hukum yang terkandung dalam Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yakni ketentuan hukum yang dimuat dalam:a. Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang

berbunyi “Kode etik DPRD, selanjutnya disebut kode etik, adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD”;

b. Pasal 56 ayat (1) dan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Badan Kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dengan masa paling lama 2½ (dua setengah) tahun”;

c. Pasal 57 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Badan Kehormatan mempunyai tugas: (a) memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap

Page 2: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 2 dari 7

moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD; (b) meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD; (c) melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat; dan (d) melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi kepada rapat paripurna DPRD”;

d. Pasal 57 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi, Badan Kehormatan dapat meminta bantuan dari ahli independen”;

e. Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Untuk melaksanakan tugas, Badan Kehormatan berwenang: (a) memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan; (b) meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan (c) menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD”;

f. Pasal 59 (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang bersangkutan, sedangkan Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD yang diproses sesuai dengan ketentuan Pasal 102 ayat (1) huruf c

Page 3: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 3 dari 7

Juncto ayat (2) huruf b dan huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010”.

g. Pasal 60 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf c disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai identitas pengadu yang jelas dengan tembusan kepada Badan Kehormatan”;

h. Pasal 89 ayat (2) dan ayat (3) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Ketentuan mengenai kode etik diatur dengan Peraturan DPRD tentang kode etik yang memuat mengenai: (1) sikap dan perilaku anggota DPRD; (2) tata kerja anggota DPRD; (3) tata hubungan antarpenyelenggara pemerintahan daerah; (4) tata hubungan antaranggota DPRD; (5) tata hubungan antara anggota DPRD dan pihak lain; (6) penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dan sanggahan; (7) kewajiban anggota DPRD; (8) larangan bagi anggota DPRD; (9) hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh anggota DPRD; (10) sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi; dan (11) rehabilitas”; dan

i. kewajiban-kewajiban anggota DPRD diatur dalam Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, sedangkan larangan-larangan bagi anggota DPRD diatur dalam Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010;

j. Pasal 99 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa:1) Anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan;

2) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD;

Page 4: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 4 dari 7

3) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD”.

k. Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Jenis sanksi bagi anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajibannya, berupa: 1) teguran lisan; 2) teguran tertulis; dan/atau 3) diberhentikan dari pimpinan pada alat kelengkapan”.

l. Pasal 101 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa “Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPRD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98”.

2. Kewajiban-kewajiban anggota DPRD yang diatur dalam Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang meliputi:a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan; c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan; e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah; g. menaati tata tertib dan kode etik;

Page 5: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 5 dari 7

h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;

j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

3. Larangan-larangan bagi anggota DPRD yang diatur dalam Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, yang meliputi:a. merangkap jabatan sebagai:

1) pejabat negara atau pejabat daerah lainnya; 2) hakim pada badan peradilan; atau 3) pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.

b. melakukan pekerjaan profesi dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas dan wewenang DPRD serta hak sebagai anggota DPRD; dan

c. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme atau menerima gratifikasi.

4. Berdasarkan penjelasan dari angka 1 sampai dengan angka 3, dapat ditarik KESIMPULAN sebagai berikut:a. Badan Kehormatan dapat memantau dan mengevaluasi disiplin

dan/atau kepatuhan anggota DPRD terhadap kode etik yang memuat mengenai kewajiban dan/atau larangan bagi anggota DPRD, sepanjang telah diatur dalam Peraturan DPRD tentang Kode Etik;

Page 6: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 6 dari 7

b. Badan Kehormatan baru dapat melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi terhadap dugaan terjadinya pelanggaraan atas kewajiban dan/atau larangan yang dilakukan oleh anggota DPRD berdasarkan aduan dari orang-perorangan, kelompok, atau organisasi, yang disampaikan secara tertulis dan disertai identitas yang jelas;

c. dalam hal anggota DPRD dinyatakan terbukti melanggar atau tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan, yang berupa:1) teguran lisan; 2) teguran tertulis; dan/atau 3) diberhentikan dari pimpinan pada alat kelengkapan,yang disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang bersangkutan;

d. dalam hal anggota DPRD dinyatakan terbukti melanggar larangan:1) merangkap jabatan sebagai pejabat negara atau pejabat daerah

lainnya, hakim pada badan peradilan atau PNS, anggota TNI/POLRI, pegawai pada BUMN, BUMD atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD; dan/atau

2) melakukan pekerjaan profesi dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas dan wewenang DPRD serta hak sebagai anggota DPRD,

dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 102 ayat (1) huruf c Juncto ayat (2) huruf b dan huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010;

e. dalam hal anggota DPRD dinyatakan terbukti melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, atau menerima gratifikasi dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai

Page 7: TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Halaman 7 dari 7

sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD yang proses pemberhentiannya sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan Pasal 102 ayat (1) huruf c Juncto ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010.

f. tata cara beracara pelaksanaan tugas dan wewenang Badan Kehormatan PENTING untuk dirumuskan dalam Peraturan DPRD yang materi muatannya paling sedikit memuat mengenai:1) tata cara meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota

DPRD terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD;2) tata cara pengaduan;3) pelaksanaan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi;4) tata cara meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-

pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain;

5) tata cara meminta bantuan dari ahli independen.

Demikian surat penjelasan ini disampaikan untuk menjadi maklum.