tugas blok elektif

8
LAPORAN KASUS TERAPI DETOKSIFIKASI PADA PENGGUNA NAPZA DI SUSUN OLEH KOMALA SARI HAKIM 1102008324 BLOK ELEKTIF DRUG ABUSE KELOMPOK 1 TUTOR: PROF.dr. Hj. Qomariah. RS. MS. PKK, AIFM

Upload: lala-komala-sari-hakim

Post on 07-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Blok Elektif

LAPORAN KASUSTERAPI DETOKSIFIKASI PADA PENGGUNA NAPZA

DI SUSUN OLEHKOMALA SARI HAKIM

1102008324

BLOK ELEKTIFDRUG ABUSE KELOMPOK 1

TUTOR: PROF.dr. Hj. Qomariah. RS. MS. PKK, AIFM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2013-2014

Page 2: Tugas Blok Elektif

TERAPI DETOKSIFIKASI PADA PENGGUNA NAPZA

AbstrakLatar belakang: Penggunaan NAPZA di Indonesia semakin meningkat. Pada awalnya mereka coba-coba sampai akhirnya mereka kecanduan. Untuk itu perlunya terapi detoksifikasi pada pengguna NAPZA.Presentasi kasus: Rudi menggunakan narkoba sejak berumur 18 tahun karena di ajak oleh temannya. Kini Rudi berada di Rumah Sakit Ketergantungan obat (RSKO) Cibubur selama 14 hari. Dan mendapatkan perawatan detoksifikasi. Sekarang dia sadar, apa yang dia lakukan selama ini salah. Untuk itu dia berusaha untuk sembuh demi keluargannya. Diskusi: meningkatnya pengguna narkoba di karenakan seseorang yang ingin coba-coba kemudian merasa ketagihan atau kecanduan. Karena pengobat salah satu bagian yang penting untuk kesembuhan pada pengguna NAPZA. Pengobatan NAPZA terdiri dari 4 tahapan yaitu: 1. Pengobatan adiksi (detoksifikasi), 2. Pengobatan infeksi, 3. Rehabilitasi, 4. Pelatihan mandiri. Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghilangkan total pemakaian semua zat adiktif yang di pakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti. Tidak semua pasien memerlukan perawatan detoksifikasi dengan rawat inap, hanya pada kondisi putus NAPZA berat untuk heroin, benzadiazepin dan alkohol atau adanya komplikasi fisik maupun psikologis. Yang bertujuan untuk langkah awal dalam proses pemulihan dan mengatasi kondisi putus NAPZA.Kesimpulan: Pengguna narkoba di Indonesia semakin meningkat. Ini di sebabkan karena psikologis remaja masih labil. Untuk itu terapi detoksifikasi sangat berperan penting dalam proses penyebuhan pada pengguna NAPZA. untuk menghilangakan racun dari tubuh pasien penyalahgunaan NAPZA. Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi NAPZA dan mengatasi kondisi putus NAPZA. Serta menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang, seperti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitisSaran: Saran yang dapat diberikan sebelum terpengaruh akan penggunaan narkoba jangan mecoba-coba NAPZA. Karena apabila sudah menggunakan NAPZA maka seseorang akan merasa ketagihan/ ketergantungan. Dan selalu ingin memakainnya lagi. Apabila seseorang sudah terlanjur menggunakan maka sebaiknya lakukan terapi secepatnya, yaitu terapi awal detoksifikasi.

Keyword : drug abuse, detoksifikasi

Pendahuluan NAPZA( Narkotika, Psikotropika dan Zat adaktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Semakin merajalelannya narkoba bukan hanya secara langsung merusak fisik dan mental para pengguna, akan tetapi dampaknya dapat mengecam perkembangan ekonomi dan kemajuan sosial. Untuk itu terapi juga sangat di butuhkan pada pengguna narkoba. Salah satunya terapi detoksifikasi. Terapi detoksifikasi ini untuk menghilangkan racun-racun yang ada di tubuh pengguna NAPZA. Makin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, mendorong revisi UU Anti-Narkotika. Sehingga munculah UU Anti-Narkotika No. 22 tahun 1997, menyusul di buat UU Psikotropika Nomer 5 Tahun 1997. Dalam Undang-Undang tersebut di atur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati. Namun hukuman mati bukan hal yang menakutkan bagi para kurir dan bandar narkoba, karena dari keuntungan berlipat ganda dapat digunakan untuk menyuap petugas.

Presentasi kasus Rudi (nama samaran) yang berasal dari Medan, sekarang berumur 34 tahun. Dia sudah menikah dan mempunyai 2 anak. Rudi mengenal narkoba sejak remaja. Waktu itu dia berumur 18 tahun. Karena ketidaktahuan tentang bahaya narkoba akhirnya dia mencoba narkoba. Awal mula menggunakan narkoba dari temannya. Waktu itu dia di berikan secara gratis oleh temannya. Pertama kali menggunakan heroid. Biasanya menggunakan 2-3x sehari. Kerena dia dari keluarga ekonomi di atas rata-rata. Maka dengan mudah dia bisa mendapatkan narkoba. Setelah itu Rudi mempunyai pacar. Dari pacarnyalah di mengetahui ekstasi. Akhirnya dia menggunakan ekstasi. Karena dengan pacarnya putus. Rudi mengalami depresi. Dan akhirnya dia menggunakan sabu-sabu sampai saat ini. Rudi pun tertangkap menggunakan sabu-sabu. Dan dia di bawa ke BNN Lido. Di BNN dia diserahkan ke

Page 3: Tugas Blok Elektif

Rumah sakit ketergantungan obat (RSKO) Cibubur. Sekarang dia menjalankan terapi detoksifikasi. Di RSKO di merasakan perubahan positif. Dan menyadari bahwa apa yang dia lakukan selama ini salah. Akhirnya dia berusaha untuk sembuh demi keluarganya.

Diskusi Narkoba( Narkotika, Psikotropika, Alkohol, Zat adaktif lainnya) adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan (pikiran, perasaan dan perilaku), serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik dan psikologis. Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba juga disebabkan karena penggunaan terus menerus, menyebabkan ketergantungan, dan menimbulkan gangguan fisik, mental dan sosial.

(BNN, 2003) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan( Undang-Undang No 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah seperti tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja dan damar ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sedian-sedian yang mengandung bahan di atas.

(Kurniawan, J, 2008) Strategi yang telah ditempuh pemerintah dan masyarakat dalam menekan penyalahgunaan narkoba, diantaranya:

1. PencegahanUpaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan upaya-upaya yang berbasis masyarakat, mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran aktif seluruh komponen masyarakat, karena “mencegah lebih baik dari pada mengobati”.

2. Penegakan HukumUpaya terpadu dalam pemberantasan narkoba secara komprehensif terhadap organisasi kejahatan narkoba dengan menerapkan undang-undang dan peraturan-peraturan secara tegas konsisten, dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, serta adanya kerjasama antar instansi dan kerjasama internasional yang saling menguntungkan.

3. Terapi dan RehabilitasiUpaya yang dilakukan untuk mengobati para pengguna narkoba dengan melakukan pengobatan secara medis, sosial dan spiritual.

4. Pengembangan Sistem Informasi NarkobaUpaya untuk menyediakan dan menyajikan data yang lengkap dan komprehensif tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, baik secara internasional maupun nasional. Hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

(Alifia, U, 2008)Pengobatan NAPZA terdiri dari 4 tahap yaitu:

1. Pengobatan adiksi (detoksifikasi)2. Pengobatan infeksi3. Rehabilitasi4. Pelatihan mandiri

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lai) dari tubuh dengan cara menghilangkan total pemakaian semua zat adiktif yang di pakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi ketergantungan opioida dan merupakan intervensi medik jangka pendek.Tidak semua pasien memerlukan perawatan detoksifikasi dengan rawat inap, hanya pada kondisi putus NAPZA berat untuk heroin, benzadiazepin dan alkohol atau adanya komplikasi fisik maupun psikologis.Tujuan terapi detoksifikasi

a. Untuk mengurangi, meringankan atau meredakan keparahan gejala-gejala putus opioida.b. Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien “mengobati diri sendiri” dengan

menggunakan zat-zat ilegal.

Page 4: Tugas Blok Elektif

c. Mempersiapkan proses lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas terapi lainnya seperti therapeutic community atas berbagai jenis terapi rumatan lain

d. Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang, seperti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitis

Sedangkan menurut kepmen-kes no.420 detoksifikasi bertujuan untuk:a. Langkah awal dalam proses pemulihanb. Bertujuan mengatasi kondisi putus NAPZA

Lama detoksifikasi Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksifikasi di bagi atas:

1. Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu) seperti dengan menggunakan metadon.2. Detoksifikasi jangka sedang ( 3-4 hari) naltrekson, mida-zolam, klonidin3. Detoksifikasi jangka pendek (6jam- 2 hari): rapid detox

Metode detoksifikasi Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi NAPZA cukup banyak. Di indonesia masih menggunakan terapi detoksifikasi opioida konservatif seperti pengguna obat simtomatik (analgetika, anti-insomnia, dan lainnya)

a. Detoksifikasi tanpa subsitusiPasien ketergantungan NAPZA yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberikan obat untuk menghilkan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. Cara ini banyak ditinggalkan karna tidak manusiawi.

b. Detoksifikasi dengan substitusiPutau atau heroid dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simtomatik, misalnya obat penghilang nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Terapi substitusi dengan obat oral metadon atau buprenorfin merupakan praktek baku sebagai salah satu cara untuk mencoba melepaskan heroin dari narkoba suntikan dan narkoba jalanan selama bertahun-tahun di negara maju.

Obat-obat yang digunakan untuk terapi detoksifikasi1. Metadon

Metadon adalah subtitusi opioda yang bersifat agonis dan long-acting, merupakan pilihan utama dalam terapi detoksifikasi opioida secara gradual.kelemahan terapi metadon yaitu harus datng ke fasilitas kesehatan sekurang-kurangnya sekali sehari, terjadinya overdosis, ketergantungan metadon, dan kemungkinan terjadinya peredaran ilegal metadon. Proses detoksifikasi berlangsung relatif lama (>21 hari).

2. KlonidinKlonidin adalah suatu central alpha-2-adrenergic reseptor agonist, yang digunakan dalam terapi hipertensi. Klonidin digunakan dengan kombinasi untuk mengurangi gejala putus opioida ringan seperti: menguap, keringet dingin, dll.

3. Lofoksidin dan GuanfasinfeksLefeksidin mempunyai kempuan untuk mengurangi gejala putus opioida.

4. BuprenorfinBuprenorfin adalah suatu senyawa yang bekerja ganda sebagai agonis dan antagonis pada reseptor opioida

5. Midazolam-naltreksonKombinasi midzolam-naltrekson juga telah di gunakan untuk memperpendek waktu terapi detoksifikasi.

6. DisulfiramDisulfiram suatu alcohol antabuse. Sangat efektif jika pasien ketergantungan alkohol secara ambulatory dibawah supervise. Terapi tanpa pemantauan hasilnya kurang baik.

(Hawari, 2011)

Page 5: Tugas Blok Elektif

Terapi narkoba menurut pandangan islam1. Mengetahui dan meyakini bahwa narkoba bagian dari khamar yang dilarang dalam islam. Jika

dilanggar larangan tersebut maka allah akan memberikan adzab yang pedih, baik di dunia berupa dampak negatif yang di timbulkan terutama di akhirat nanti.

2. Mengetahui dan menyadari bahwa khamar lebih banyak dampak negatifnya dari pada positifnya. Baik dari segi kesehatan maupun dampak sosial yang ditimbulkan. Seperti ketidaknyamanan masyarakat sekitar.

3. Membaca Al-Quran dan berzikir secara terjadwal. Misalnya membaca Al-Qu’ran setiap sholat subuh dan maghrib, lalu berzikir setelah sholat. Jika hal ini di lakukan secara terus- menerus, maka ia akan menjadi benteng bagi dirinya sendiri dari godaan-godaan setan, termasuk dalam menggunakan khamar

4. Berteman dengan orang-orang yang sholeh. Banyak kasus yang menunjukan bahwa seseorang yang menggunakan narkoba kerena pengaruh teman. Oleh karena itu, pilihlah teman akrab yang sholeh sehingga kita ikut menjadi orang yang sholeh.

5. Mengisi waktu dengan kegiatan positif, seperti kelompok belajar, olahraga dan sebagainya. Sebab, jika banyak waktu yang telah terisi dengan kegiatan positif maka kita akan terhidar dari kegiatan-kegiatan negatif.

(Masrukhin, 2012)

Kesimpulan Pengguna narkoba di Indonesia semakin meningkat. Ini di sebabkan karena psikologis remaja masih labil. Sehingga hal ini di gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menjerumuskan mereka. Untuk itu terapi detoksifikasi sangat berperan penting dalam proses penyebuhan pada pengguna NAPZA. untuk menghilangakan racun NAPZA dari tubuh pasien penyalahgunaan NAPZA. Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi NAPZA dan mengatasi kondisi putus NAPZA. Serta menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang, seperti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitis

Saran Saran yang dapat diberikan sebelum terpengaruh akan penggunaan narkoba jangan mecoba-coba NAPZA. Karena apabila sudakan menggunakan NAPZA maka seseorang akan merasa ketagihan/ ketergantungan. Dan selalu ingin memakainnya lagi. Apabila seseorang sudah terlanjur menggunakan maka sebaiknya lakukan terapi secepatnya. Yaitu terapi awal detoksifikasi.

Acknowledgement Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. Karena saya diberikan kesempatan untuk membuat laporan kasus ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada RSKO Cibubur, khususnya kepada narasumber, terima kasih juga kepada dr. Hj. RW Susilowati selaku koordinator blok elektif, dr. Nasruddin Noor, SPKJ selaku koordinator tutor bidang kepeminatan Drug Abuse. Prof. dr. Hj. Qomariah. RS. MS. PKK.AIFM. selaku tutor yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan sehingga materi ini dapat selesai. Serta berterima kasih kepada teman-teman dari kelompok drug abuse 1 atas semua bantuan dan kerjasamanya

Page 6: Tugas Blok Elektif

Daftar PustakaAlifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. PT Bengawan Ilmu: Semarang.BNN. 2003. Pedoman Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Badan Narkotika Nasional: Jakarta.Hawari, D, 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. Balai Penerbitan FKUI: Jakarta. Kurniawan, J, 2008. Arti Definisi & Pengertian Narkoba Dan Golongan/ Jenis Narkoba Sebagai Zat

Terlarang.Masrukhin, Sodikin. 2012. Islam dan Bahaya Narkoba