tugas bu yulia(1)
DESCRIPTION
farmasi klinikTRANSCRIPT
Data Pasien 2Nama : Anak NUmur : 12 TahunJenis kelamin : laki-lakiBB/TB/LPT : 31 kg/-/-MRS : 17 februari 2015KRS : -
Keluhan utama : Nyeri kepala, kejang seluruh tubuhRiwayat penyakit : kejang dialami kurang lebih 1 bulan terakhirdengan frekuensi kurang lbih 5x serangan tiaphari dengan durasi kejang 5-10 menit.Riwayat Pengobatan :berobat didokter diberi obat dexamethason dandomperidonPenyakit penyerta : -Anamnesa terpimpin : sakit kepala (+) sejak 2 hari terakhir disertaidengan riwayat kejang pagi hari >15 menitdisertai dengan keluar busa dari mulut demam (-)mual (-) muntah (+) btuk (-) sesak (-) buang airbesar dan buang air kecil normalDiagnosa awal : susp. epilepsiDiagnosa akhir : Primary Generalized Tonic Seizure
Epilepsi adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan
perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar
sel-sel saraf diotak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron-
neuron-neuron tersebut. Lazimnya pelepasan muatan listrik ini terjadi secara teratur dan
terbatas dalam sekelompok-kelompok kecil, yang memberikan ritme normal pada
elekroencefalogram (EEG). Penderita baru disebut pasien epilepsi bila mengidap minimal 2
serangan kejang (konvulsi) dalam kurun waktu 2 tahun.
Jenis epilepsi:
1. Grand mal : bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota
badan dan hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umumnya serangan
demikian diawali oleh suatu perasaan alamat khusus (aura). Hilangnya tonus menyebabkan
penderita terjatuh, berkejang hebat dan otot-otonya menjadi kaku. Fase tonis ini berlangsung
kira-kira 1 menit untuk kemudian disusul oleh fase klonis dengan kejang-kejang dari kaki-
tangan,rahang dan muka. Penderita kadang-kadang menggigit lidahnya sendiri dan juga dapat
terjadi inkontinensia urin atau feces. Selain itu dapat timbul hentakan klonis yakni gerakan
ritmis dari kaki-tangan secara tak sadar, sering kali dengan jeritan, mulut berbusa, mata
membelalak dan gejala lainnya. Lamanya serangan berkisar antara 1 dan 2 menit yang disusul
dengan keadaan pingsan selama beberapa menit dan kemudian sadar kembali dengan perasaan
kacau disertai depresi.
2. petit mal : bercirikan serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai
setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Seperti grand mal,
petit mal juga bersifat serangan luas diseluruh otak. Gejalanya berupa keadaan termangu-
mangu (pikiran kosong; kehilangan kesadaran dan respon sesaat), muka pucat, pembicaraan
terpotong-potong atau mendadak berhenti bergerak terutama anak-anak.
3. Parsial : bentuk serangan parsial umumnya berlangsung dengan kesadaran hanya menurun
untuk sebagian tanpa hilangnya ingatan. Penderita memperlihatkan kekakuan otomatis
tertentu seperti gerakan mengunyam dan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
Jadi dapat di simpulkan bahwa pasien ini dia menderita epilepsi grand mal dimana untuk
pengobatan pertama adalah valproat. Pada grand mal dengan serangan myoclonis dapat
digunakan kombinasi dengan klonazepam. Karbamazepin,fenitoin,dan vigabatrin tidak cocok
karena justru dapat meningkatkan frekuensi serangan. Etosuksimida dan valproat sama
efektifnya pada absence luas. Kombinasi dari klonazepam+klobazam, karbamazepin + valproat
dan lamotrigin _valproat juga sering kali efektif. Pada bentuk tonis-klonis pemberian
karbamazepin, valproat ataupun fenitoin memberikan efek baik.
Depakote sebaiknya tidak di berikan karena depakote sudah di jelaskan untuk indikasi epilepsi
jenis petit mal dan epilepsi parsial. Dan depakote juga jika diberikan bersamaan dengan
karbamazepin maupun fenitoin itu dapat mempengaruhi kadar obat dalam serum.
Dosis karbamazepin sudah betul, sebaiknya di berikan dosis rendah kemudian perlahan-lahan
dinaikkan sehingga efek maksimal tercapai dan kadar plasma menjadi tetap, akan tetapi jika
terjadi kegagalan harus dig anti dengan obat lain dan penting sekali untuk menurunkan dosis
obat pertama dengan perlahan-lahan sambil berangsur-angsur menaikkan dosis baru untuk
mencegah timbulnya status epilepticus.
Pemberian NaCl 0,9% sudah sesuai karena natrium berperan dalam memelihara tekanan
osmotic, keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls saraf. Obat-obat
tertentu dapat menurunkan kadar natrium salah satunya adalah karbamazepin, sehingga untuk
pemberian NaCl dapat membantu untuk keseimbangan cairan dalam tubuh.
Dexamethasone sebaiknya tidak di berikan karena pemberian obat kostikosteroid diberikan bila
penyakit parah. Obat kostikosteroid yang diberikan untuk penderita epilepsi itu paling baik
adalah prednisone 5mg, karena menurut penelitian penggunaan prednisone 5mg sehari secara
dini lebih sedikit terjadi efek samping yang berupa kerusakan sendi. Tetapi obat-obat
kostikosteroid di berikan jika terjadi keadaan kaku dan nyeri hebat pada sendi.
Vit. B6 atau piridoksin. Dilihat dari data labnya menunjukkan bahwa nilai MCHC (mean
cospuscular hemoglobin concentration) menurun. Jika MCHC menurun menunjukkan bahwa
pasien tersebut kekurangan besi,anemia mikrositik,anemia karena piridoksin atau kekuranan
vit.b6 dan anemia hipokromik. Sebabnya itu di berikan vit.b6 dengan aturan pakainya 1x1
dalam sehari. Sebagai multivitamin dan mengobati defisiensi vit.b6 atau anemia karena
piridoksin.
Pemantauan
Follow up EEG rutin biasanya tidak diindikasikan, tetapi pemeriksaan ulang dapat berguna
untuk memutuskan apakah pemberian obat-obatan antiepilepsi sudah dapat dihentikan, karena
pasien dengan EEG abnormal mempunyai resiko moderet untuk kekambuhan. Efek samping
dari penggunaan jangka panjang obat-obat antiepilepsi dapat menyebkan hilangnya densitas
tulang dan kemungkinan dengan enzim hepatic lainnya yang mempengaruhi obat-obatan
seperti karbamazepin lebih di sarankan mengkonsumsi vitamin D dan melakukan pemeriksaan
densitas tulang secara periodik dan yang paling penting adalah penyuluhan.
Penyuluhan bagi orang tua dan guru mengenai sifat penyakit ini dapat membantu untuk bisa
lebih baik menerima penderita anak ini dirumah, disekolah maupun dimasyarakat. Tujuannya
adalah menciptakan suatu suasana dimana anak dapat menjalani hidupnya senormal mungkin
dan juga dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dalam hal ini perlu
diperhatikan beberapa pedoman untuk menjamin keselamatan anak, menghindari berenang
sendiri atau melakukan olahraga berbahaya, seperti panjat tebing. Dan juga sangat penting dan
mempunyai dampak social dan hokum adalah kapan seorang penderita epilepsi diperbolehkan
mengemudikan kenderaan bermotor.
Detail obat2 dan indikasi
Depakote : Divalproat Na 250mg. indikasi : terapi kejang parsial dan kejang petit mal. Interaksi
obat : aspirin, karbamazepin, dikumaron,fenobarbital,fenitoin karena dapat mempengaruhi
kadar obat dalam serum. Ds : awal 15mg/kgBB/hari di tingkatkan dengan interval 1 minggu 5-
10mg/KgBB/hari maksimum 60mg/kgBB/hari. Ds sehari >250mg harus diberikan dalam dosis
terbagi
Karbamazepin ds 200mg. indikasi: epilepsi kejang tonik-klonik pada anak,neuralgia. Ds: dewasa
awal sehari 2x1 di tingkatkan bertahap sampai 6 tablet sehari, penunjang 4-6 tablet untuk
epilepsi dan 3-4 tablet untuk neuralgia. Anak-anak umur 6-12 tahun sehari 2x1-2 tablet
Fenitoin 100mg. indikasi : untuk mengontrol bangkitan grand mal dan serangan pada
psikomotor (epilepsi lobus temporalis), pencegahan dan terapi serangan yang terjadi selama
bedah saraf (neuro surgery). Ds : dws : dosis pemeliharaan, sehari 300-400mg jika perlukan,
peningkatan. Anak-anak biasanya 5mg/kg/BB/hari dalam dosis terbagi 2 atau 3 maksimal sehari
300mg.
Dexamethasone 0,5mg. indikasi: gangguan endokrin, insufiensi adrenokortikal, penyakit mata,
penyakit rematik, dermatologi, alergi, sal.pernafasan.
Vit. B6 : piridoksin HCl 10mg/tab. Indikasi : memenihi kebutuhan vit b6. Interaksi obat :
piridoksin, sekalipun dalam jumlah yang kecil dapat menurunkan efek terapi levedopa pada
parkinsonisme.dapat menurunkan kadar serum untuk obat Phenobarbital dan fenitoin Ds : 1x1
OPSI KEDUA MENURUT JURNAL
Disampaikan pada acara Siang Klinik Penanganan Kejang Pada Anak di AMC Hospital Bandung, 12 Februari 2007.
Status epileptikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung makin sulitmenghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus.
Penghentian kejang:
0 -5 menit:-Yakinkan bahwa aliran udarapernafasan baik
-Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikanoksigen-Bila keadaan pasien stabil,lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum danneurologi secara cepat-Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokaldan tanda-tanda infeksi
5 –10 menit:-Pemasangan akses intarvena-Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit-Pemberian diazepam 0,2 –0,5 mg/kgbb secara intravena,atau diazepam rektal0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu –dua kali setelah
5 –10 menit..-Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
10 –15 menit-Cenderung menjadi status konvulsivus-Berikan fenitoin 15 –20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%-Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 –10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb.
30 menit-Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 –15menit.-Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah,elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda-tanda depresi pernafasan.-Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatanintensif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien anak N diberikan Berikan fenitoin 15 –20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%-Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 –10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb.
Daftar Pustaka
1.Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine. Dalam:
McMilan JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oski’s pediatrics.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 1999, h, 566-89.
2.Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.
3.Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of
epilepsy. Edisi ke-1.
4.New York: The Parthenon Publishing Group, 1998. h. 15-23.4.Westbrook
GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM, ed.
Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill, 2000. h. 940-55.
5.Najm I, Ying Z, Janigro D. Mechanisms of epileptogenesis. Neurol Clin
North Am 2001; 19:237-50.
6.Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin North
Am 2001;48:683-94.
7.Commission on Classification and Terminology of the International League
Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and electroencephalographic
classification of epileptic seizures. Epilepsia 1981; 22:489-501
8.Tjay, Tan Hoan., Rahardja Kirana. Obat-obat penting edisi ke-enam.
PT Elex media compotindo
9. ISO Indonesia hal.82-84