tugas diagnostik

5
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pada masa lalu diagnosis penyakit ditegakkan semata-mata dengan pemeriksaan klinis, yang banyak menyebabkan kesalahn diagnosis. Kemudian berkembang pelbagai pemeriksaan penunjang atau uji diagnostic, mulai dari pemeriksaan laboratorium sederhana sampai pemeriksaan pencitraan yang canggih. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita memerlukan pelbagai jenis uji diagnostic untuk menegakkan diagnostik pada sebagian besar kasus. Memilih pemeriksaan diagnostic yang tepat tidak selalu mudah. Uji diagnostik dapat dilakukan secara bertahap (serial) atau sekaligus beberapa uji diagnostik (paralel). Pada uji diagnostic serial, pemeriksaan dilakukan secara bertahap; perlu atau tidaknya pemeriksaan selanjutnya ditentukan oleh hasil uji sebelumnya. Misalnya, untuk diagnosis tuberculosis paru, foto toraks baru perlu dikerjakan bila hasil uji tuberculin positif. Pada uji pararel, beberapa pemeriksaan dilakukan sekaligus; hal ini biasa dilakukan pada kasus yang memerlukan diagnosis cepat. Contohnya, pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan segera pemeriksaan terhadap gula darah, ureum, serta funduskopi. Dikenal pula pembagian uji diagnostic berdasar pada kegunaannya misalnya

Upload: ulfa-sulaema

Post on 23-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diagnostik penyakit

TRANSCRIPT

Page 1: tugas diagnostik

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pada masa lalu diagnosis penyakit ditegakkan semata-mata dengan pemeriksaan klinis,

yang banyak menyebabkan kesalahn diagnosis. Kemudian berkembang pelbagai

pemeriksaan penunjang atau uji diagnostic, mulai dari pemeriksaan laboratorium

sederhana sampai pemeriksaan pencitraan yang canggih. Tidak dapat dipungkiri bahwa

kita memerlukan pelbagai jenis uji diagnostic untuk menegakkan diagnostik pada

sebagian besar kasus. Memilih pemeriksaan diagnostic yang tepat tidak selalu mudah. Uji

diagnostik dapat dilakukan secara bertahap (serial) atau sekaligus beberapa uji diagnostik

(paralel). Pada uji diagnostic serial, pemeriksaan dilakukan secara bertahap; perlu atau

tidaknya pemeriksaan selanjutnya ditentukan oleh hasil uji sebelumnya. Misalnya, untuk

diagnosis tuberculosis paru, foto toraks baru perlu dikerjakan bila hasil uji tuberculin

positif. Pada uji pararel, beberapa pemeriksaan dilakukan sekaligus; hal ini biasa

dilakukan pada kasus yang memerlukan diagnosis cepat. Contohnya, pada pasien dengan

kesadaran menurun, perlu dilakukan segera pemeriksaan terhadap gula darah, ureum,

serta funduskopi. Dikenal pula pembagian uji diagnostic berdasar pada kegunaannya

misalnya untuk skrining, memastikan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis, memantau

perjalanan penyakit, menentukan prpgnosis dan lain-lain. Perbedaan kegunaan tersebut

menyebabkan perbedaan karakteristik uji diagnostic yang dipakai. Uji diagnostic yang

ideal jarang sekali ditemukan, yaitu uji yang memberikan hasil positif pada semua

subyek yang sakit dan memberikan hasil negative pada subyek yang sehat. Hamper pada

semua uji diagnostic terdapat kemungkinan untuk diperoleh hasil uji positif pada subyek

yang sehat (postif semu, false positive), dan hasil negative pada subyek yang sakit

(negative semu, False negative). Interpretasi hasil uji diagnostic dipengaruhi pula oleh

berbagai hal, terutama prevalens penyakit dan derajat penyakit pada waktu uji diagnostic

dilakukan. Dalam makalah ini diuraikan manfaat, prinsip dasar, dan langkah-langkah

yang diperlukan dalam melakukan suatu uji diagnostic, serta interpretasi hasil uji

diagnostik. Dikemukakan pula satu contoh uji diagnostic sederhana.

Page 2: tugas diagnostik

BAB II PEMBAHASAN

TUJUAN UJI DIAGNOSTIK

Telah disebutkan bahwa sedikit sekali uji diagnostic yang ideal, artinya uji yang

memberikan hasil positif pada 100% pasien yang sakit dan memberikan hasil negatif

pada pasien yang tidak sakit. Pengembangan uji diagnostic dapat mempunyai beberapa

tujuan, termasuk:

1. Untuk menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan suatu penyakit. Untuk

keperluan ini, uji diagnostic haruslah sensitif (kemungkinan negative semu kecil),

sehingga bila didapatkan hasil normal (hasil uji negative) dapat digunakan untuk

menyingkirkan adanya suatu penyakit. Ia juga harus spesifik (kemungkinan hasil

positif semu kecil), sehingga apabila hasilnya abnormal dapat digunakan untuk

menentukan adanya penyakit. Mneomoni (“jembatan keledai”) dalam bahasa inggris

yang sering digunakan adalah SnNOut (with Sensitive test, Negative result rules Out

the disease) dan SpPIn (with Spesific test, Positive result rules In the disease).

2. Untuk keperluan skrinning dilakukan untuk mencari penyakit pada subyek yang

asimtomatik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dini

dapat ditegakkan. Uji diagnostic untuk skrinning harus mempunyai sensitivitas yang

sangat tinggi meskipun spesifisitasnya sedikit rendah. Penyakit yang perlu dilakukan

skrinning memiliki syarat-syarat sebagai berikut;

Prevalens penyakit harus tinggi, meski kata „tinggi‟ ini relative.

Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan/ atau mortalitas yang bermakna

apabila tidak diobati.

Harus ada terapi efektif yang dapat mengubah perjalanan penyakit.

Pengobatan dini memberikan hasil yang lebih baik ketimbang pengobatan pada

kasus yang lanjut.

Contoh skrinning yang baik adalah uji tuberculin pada anak. Keempat

syarat tersebut terpenuhi, karena prevalens tuerkulosis di Indonesia tinggi, apabila tidak

Page 3: tugas diagnostik

diobati akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna, terdapat

pengobatan yang efektif, dan pengobatan dini akan memberikan hasil yang jauh lebih

baik. Di banyak Negara, skrinning ini juga dilaksanankan terhadap beberapa inborn error

of metabolism seperti fenilketonuria (PKU) atau hipotiroidisme pada bayi baru lahir,

meskipun insidens kelainan-kelainan tersebut, dipandang dengan kacamata kita saat ini,

tidak terlalu tinggi.

Contoh skrinning yang tidak layak adalah foto thoraks untuk mendeteksi kanker

paru; karena meskipun misalnya prosedur tersebut sensitive, namun bila kanker paru

sudah terdeteksi dengan foto rontgen, tidak atau belum tersedia cara pengobatan dini‟

yang member tingkat kesembuhan yang lebih baik (dengan perkataan lain, pada keadaan

ini diagnosis dini tidak mengubah prognosis).

3. Untuk pengobatan pasien. Dalam pengobatan pasien, uji diagnostic sering dilakukan

berulang-ulang untuk:

Memantau perjalan penyakit atau hasil terapi

Mengidentifikasi komplikasi

Mengetahui kadar terapi suatu obat

Menetapkan prognosis

Mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak terduga.

Untuk kepentingan tersebut, reprodusibilitas suatu uji diagnostic sangat penting,

artinya apabila suatu uji diagnostic sangat penting, artinya apabila suatu uji dilakukan

terhadap subyek yang sama pada waktu yang sama, maka uji diagnostik tersebut harus

member hasil yang sama pula.

4. Untuk studi epidemiologi. Uji diagnostic seringkali dilaksanakan salam studi

epidemiologi. Suatu uji diagnostic yang memberikan hasil yang positif (ada penyakit)

atau negative (tidak ada penyakit) sering dipakai dalam survai untuk menentukan

prevalens suatu penyakit. Dalam studi kohort, uji diagnostic dapat merupakan alat

untuk menentuan terjadinya efek atau penyekit tertentu, sehingga dapat dihitung

incidence rate-nya, kedua hal tersebut seringkali mempunyai nilai yang penting dalam

kesehatan masyarakat, untuk penentuan kebijakan kesehatan, misalnya apakah

diperlukan intervensi tertentu untuk mencegah atau menanggulangi suatu penyakit

Page 4: tugas diagnostik

yang banyak terdapat dalam masyarakat.