tugas forensik

Upload: nur-zahratul-jannah

Post on 08-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Aspek medikolegal surat keterangan sakit jiwa

TRANSCRIPT

Refrat

ASPEK MEDIKOLEGAL SURAT KETERANGAN SAKIT JIWA

Oleh:Nur Zahratul JannahG99131007

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDi dalam Undang-Undang Dasar 1945, ditegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah berdasarkan hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat). Dengan demikian, atas dasar hal tersebut, maka semua perbuatan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun negara harus berdasarkan hukum.Salah satu alat hukum adalah aparat penegak hukum, dimana apabila ada suatu perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana, maka berhak untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai alat penegak hukum yang dimana perbuatan tersebut telah diatur dan disahkan dalam peraturan perundang-undangan.Pasal 44 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP) menjelaskan bahwa, tidak dikenakan hukuman terhadap barang siapa yang melakukan suatu perbuatan pidana, yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya, disebabkan karena kurang sempurnanya kemampuan berfikir atau karena sakit ingatannya. Berdasarkan penjelasan Pasal 44 ayat (1) di atas, untuk dapat mengetahui kurang sempurna kemampuan berfikir atau sakit ingatan, maka diperlukan suatu keahlian khusus. Dalam hal ini orang yang memiliki keahlian khusus, yaitu ahli psikiatri forensik.Sebagai bantuan penelitian terhadap gangguan jiwa pembuat delik, dalam hal ini bantuan psikiatri forensik. Hasil psikiatri forensik dapat membantu untuk membuktikan bahwa ibu yang membunuh anaknya itu kausalitasnya cenderung kepada gangguan jiwa dalam lingkup psikiatri forensik. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk kepentingan perkara perkara pengadilan dan umumnya untuk memberikan kesaksian ahli, maka setiap dokter yang terdaftar pada Departemen Kesehatan dan telah mendapat izin bekerja dari Menteri Kesehatan berwenang untuk memberikan kesaksian ahli jiwa.103 Dalam ayat dua menyatakan bahwa kesaksian ahli jiwa ini yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat berupa visum et repertum psikiatrik atau keterangan dokter.Untuk mengantisipasi orang yang melakukan tindak pidana/tindak kekerasan maka jika orang tersebut terbukti mengalami gangguan jiwa maka hal ini ada kaitannya dengan pasal 44 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang intinya tidak dipidana orang yang mengalami gangguan jiwa jika orang tersebut melakukan tindak pidana dan dikirim ke rumah sakit jiwa untuk dirawat selama satu tahun. Psikiatri forensik di dalam bidang hukum pidana berhubungan dengan unsur pembuktian dalam pertanggungan jawab pidana atau untuk menentukan ada atau tidaknya kesalahan terdakwa. Pertanggung-jawaban pidana di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana terletak di dalam batin tersangka. Pembuktian suatu kasus melalui hukum acara pidana berusaha untuk mendekati sebanyak mungkin persesuaian dengan kebenaran. Hukum pembuktian memberikan petunjuk bagaimana hakim dapat menetapkan sesuatu hal yang cenderung kepada kebenaran.B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami aspek medikolegal dari surat keterangan sakit jiwa atau gangguan jiwa.

C. Manfaat PenulisanDiharapkan tulisan ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai aspek medikolegal dari surat keterangan sakit jiwa atau gangguan jiwa.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Psikiatri Forensik

Sebagai bantuan penelitian terhadap gangguan jiwa pembuat delik, dalam hal ini bantuan psikiatri forensik. Hasil psikiatri forensik dapat membantu untuk membuktikan bahwa ibu yang membunuh anaknya itu kausalitasnya cenderung kepada gangguan jiwa dalam lingkup psikiatri forensik.Sebagaimana tercantum dalam Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk kepentingan perkara perkara pengadilan dan umumnya untuk memberikan kesaksian ahli, maka setiap dokter yang terdaftar pada Departemen Kesehatan dan telah mendapat izin bekerja dari Menteri Kesehatan berwenang untuk memberikan kesaksian ahli jiwa.103 Dalam ayat dua menyatakan bahwa kesaksian ahli jiwa ini yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat berupa visum et repertum psikiatrik atau keterangan dokter. Dalam Pasal 16:104 menyatakan bahwa dokter yang ditunjuk untuk membuat visum et repertum psikiatrik sudah harus mengeluarkannya dalam waktu 14 hari dengan catatan bahwa bila ini tidak mungkin, maka dokter tersebut wajib memberikan keterangan tertulis kepada hakim disertai alasan untuk mengadakan pemeriksaan lebih lanjut. Apabila dalam waktu 5 bulan visum et repertum psikiatrik belum juga dapat dibuat, maka dokter tersebut wajib memberikan laporan tertulis lebih lanjut disertai alasan untuk memperpanjang observasi, atau memindahkan orang yang harus diperiksa itu ketempat perawatan lain . Berdasarkan Pasal 6, Undang-undang No. 3 Tahun 1966 Tentang Kesehatan Jiwa bahwa jika seseorang penderita diharuskan dirawat di sebuah tempat perawatan, maka dilihat dari sudut hukum hak kemerdekaan ( kebebasan) bergerak sipenderita dibatasi. Perbuatan demikian adalah suatu perbuatan pidana, kecuali jika pembatasan kebebasan bergerak itu berdasarkan suatu undang-undang.Maka oleh sebab itu seorang penderita, hanya dapat dirawat jika ada keterangan dokter (laporan polisi/ Kepala Pamong praja dan Hakim Pengadilan Negeri ). Berdasarkan Undang-undang ini dokter yang menempatkan seorang penderita dalam sebuah tempat perawatan, sehingga ia membatasi hak kebebasan bergerak si penderita tidak melakukan suatu perbuatan pidana. Seorang dokter yang mengharuskan seorang penderita dirawat di suatu rumah sakit jiwa dengan menyalahgunakan kedudukan atau keahliannya dapat dihukum menurut Pasal 333 Kitab Undang undang Hukum Pidana Untuk menetapkan apakah seorang penderita penyakit jiwa harus dirawat dan diobati disebuah tempat perawatan, harus ada surat keterangan dokter, keterangan dokter itu menerangkan hasil pemeriksaan dan pendapatnya perihal si penderita.Di dalam pasal 26 Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa: Penderita gangguan jiwa karena keadaannya dimungkinkan melakukan tindakan yang dapat mengganggu ketertiban umum, keamanan atau keselamatan dirinya wajib dirawat dan ditempatkan di sarana pelayanan kesehatan jiwa.

B. Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa

Selama masa pemeriksaan untuk penerbitan Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa ters.angka atau terdakwa atau korban baru diberi pengobatan setelah diagnosis selesai dibuat oleh para psikiater. HaI ini mengingat bahwa hakim dalam menjatuhkan vonis kepada terdakwa harus melihat/mempertimbangkan keterangan ahli di bidang kejiwaan. diharapkan keterlibatan ini akan lebih sering lagi dimasa-masa mendatang.Kewajiban menentukan pertanggungjawaban tidak terletak pada dokter ahli kedokteran jiwa yang membuat Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa karena pengertian itu tidak merupakan pengertian dalam disiplin ilmu kesehatan. Penentuan pertanggungjawaban tersebut adalah hak mutlak dari hakim pengadilan.

C. Surat Keterangan Sakit Jiwa atau Gangguan Jiwa

1. Untuk kepentingan tertentu dengan pertimbangan profesional dapat diberikan Surat Keterangan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa berdasarkan atas permintaan.2. Untuk kepentingan proses peradilan dapat dibuat Surat Keterangan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Visum et Repertum Psychiatricum) atas permintaan resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3. Surat Keterangan Istirahat/Sakit: dapat dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Lamanya tergantung kondisi sakitnya. Apabila kondisi sakitnya berlangsung lebih dari 3 (tiga) bulan, maka harus dikonsulkan kepada Majelis Pemeriksa Kesehatan.4. Untuk kepentingan tertentu, Surat Keterangan tentang Kondisi Kesehatan Jiwa, dikeluarkan dan ditandatangani oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa setelah yang bersangkutan memeriksa langsung dan diwujudkan sebagai Surat Keterangan Kesehatan Jiwa.5. Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk pejabat publik, atas permintaan resmi, dilakukan oleh tim dalam institusi pemerintah, minimal terdiri dari dua orang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, atau satu orang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dan satu orang psikolog klinis, ditandatangani oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa.6. Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk perorangan dengan permintaan tertulis dapat dilakukan di instansi kesehatan pemerintah dengan menyebutkan alasan keperluannya.

D. Aspek Hukum Surat Keterangan Dokter

1. BAB I Pasal 7 KODEKI : Setiap Dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya2. BAB II Pasal 12 KODEKI : Setiap Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia3. Paragraph 4 Pasal 48 Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundangundangan.3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Hukum dan Psikiatri. Diunduh dari http://e-journal.kopertis4.or.id/file/ Hukum%20Psikiatri.pdf diakses tanggal 30 Maret 2015.Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Departemen Kehakiman dan HAM, RUU-Kitab Undang-undang Hukum Pidana.Wahjadi Darmabrata dan Adhi Wibowo Nurhidayat, Psikiatri Forensik, Cet. 1, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2003.