tugas forensik
DESCRIPTION
tugas forensikTRANSCRIPT
TUGAS FORENSIK
Disusun oleh :
KHAIRUNNISA
G1A113076
DOSEN PEMBIMBING :
dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF,MH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2014/2015
A. Ilmu Kedokteran Forensik
1. Selain ilmu kedokteran, apakah ada ilmu lain yang dimanfaatkan dalam peradilan ?
Jawab :
ada yaitu :
1. Ilmu kriminologi2. Ilmu victimiologi3. Ilmu logika4. Ilmu hukum pidana5. Ilmu kedokteran kehakiman6. Ilmu psikiatri kedokteran forensik7. Ilmu patologi forensik
2. Apakah peran ilmu kedokteran forensik yang digunakan dalam peradilan ?
Jawab :
Perannya antara lain sebagai :
1. Membantu penegak hukum, menentukan peristiwa yang sedang diselidiki.
2. Membantu penegak hukum, mengetahui bagaimana proses tindak pidana tersebut,
misalnya : kapan dilakukan, dimana dilakukan, dengan apa dilakukan, bagaimana
cara melakukan dan apa akibatnya.
3. Membantu penegak hukum, mengetahui identitas korban.
4. Membantu penegak hukum, mengetahui identitas pelaku tindak pidana.
3. Apa yang dimaksud dengan forensik klinik ?
Jawab :
Yaitu, bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan status klinik seseorang untuk kepentingan hukum dan peradilan.
B. Otopsi
1. Apa yang dimaksud dengan otopsi ?
Jawab :
Otopsi berasal dari dua kata AUTOPSI, auto berarti sendiri opsis berarti melihat.
Jadi, yang dimaksud dengan otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh jenazah secara
menyeluruh, meliputi pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam, serta pemeriksaan tambahan
2. Apa tujuan pemeriksaan otopsi ?
Jawab :
Pemeriksaan otopsi bertujuan untuk menemukan cidera atau proses penyakit yang
menjadi sebab kematian seseorang.
3. Jelaskan jenis-jenis otopsi dan tujuan !
Jawab :
1. Otopsi Klinik
Tempat dilakukanya HANYA di Rumah Sakit yg mempunyai ruangan khusus &
dilakukan oleh tenaga kesehatan yg mempunyai keahlian & kewenangan
2. Otopsi Anatomis (bedah mayat anatomik)
Dasar UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ps.70, serta PP.nomor 18 tahun
1981. Tujuan untuk pendidikan calon dokter serta tenaga kesehatan lainnya. Dengan
syaratnya = syarat otopsi klinis. Dilakukan oleh mahasiswa kedokteran atau tenaga
kesehatan di bawah pengawasan ahli Urai. Tempat pelaksanaanya RUANG KHUSUS
( Ruang Anatomi ) di Fakultas Kedokteran.
3. Otopsi Medikolegal atau Otopsi Forensik
Dilakukan terhadap jenazah seseorang yang diduga meninggal akibat sebab tidak wajar,
mis. kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan.
Tujuan : mengetahui sebab kematian, identitas korban, mengumpulkan bukti medis, dan
mencari adanya penyakit yg dapat mem berikan kontribusi kematian.
DASAR HUKUM : KUHAP 133 dan 134, KUHP ps.222, serta INTRUKSI KAPOLRI
nomor INS/E/20/IX/1975
Pelaksanaanya HARUS berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik sesuai ps.133
KUHAP
Dari ketiga jenis otopsi diatas maka tujuannya yaitu antara lain :
* Membantu penyidik menemukan kebenaran material, sehingga penyidik dpt menentukan
* Identitas jenazah, sebab pasti kematian, mekanisme kematian, perkiraan saat kematian,
mengumpulkan dan memeriksa benda bukti medis untuk penentuan benda penyebab dan
pelaku kejahatan.
* Dalam hal persetujuan keluarga, DASAR KUHAP 134, keluarga tidak mempunyai hak
menolak, namun mempuyaihak untuk di beritahu. Undang2 memberi kesempatan pd
keluarga 2 hari untuk berpikir, bila tdk ada tanggapan stlh 2 hr, mk penyidik dpt
memerintahkan melakukan OTOPSI, sesuai ps.133 (3)
C. Visum et Repertum
1. Apa yang dimaksud dengan visum et repertum ?
Jawab :
Berasal dari kata “visual” yang berarti melihat dan “repertum” yaitu melaporkan.
Jadi, visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter dalam kapasitasnya
sebagai ahli, atas permintaan penegak hukum yang berwenang tentang apa yang dilihat dan
ditemukan pada pemeriksaan tubuh manusia atau bagian tubuh manusia, baik dalam keadaan
hidup maupun meninggal, sesuai dengan sumpah ketika menerima jabatan.
2. Apa peranan visum et repertum dalam peradilan ?
Jawab :
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHAP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer): berguna untuk mengungkapkan perkara.
Bagi Penuntut Umum (Jaksa): berguna untuk menentukan pasal yang akan
didakwakan.
Bagi Hakim: sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau
membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.
3. Apa perbedaan visum et repertum dengan rekam medis ?
Jawab :
visum et repertum di buat berdasarkan undang-undang yaitu pasal 120, 179,133 ayat 1
KUHP , maka dokter tidak dapat di tuntut karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana di
atur dalam pasal 322 KUHP meskipun dokter membuat nya tanpa seizin pasien
Rekam medis terikat dengan sumpah dokter menurut peraturan pemerintah No.10 tahun 1996
tentang rahasia kedokteran dengan sanksi hukum dalam pasal 322 kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP).
4. Bagaiman secara teknis pembuatan visum et repertum ?
Jawab :
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut :
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.
b. Bernomor dan bertanggal.
c. Mencantumkan kata "Pro justitia" di bagian atas (kiri atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan - terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing.
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas.
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi).
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan
sebaiknya hingga 30 tahun.
5. Bagaimana cara pembuatan kesimpulan dalam visum et repertum ?
Jawab :
Dasar membuat kesimpulan adalah:
1. Mempergunakan ilmu kedokteran
2. Hasil pemeriksaan medis
3. Dapat orientasi dengan ilmu hukum sepanjang dapat dipertanggungjawabkan
4. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis
5. Informasi di luar pemeriksaan medis, dapat menjadikan pertimbangan
Tata cara urutan kesimpulan:
1. Tiap baris kesimpulan di akhir kalimat diisi nomor penunjuk sebagai alasan, ditulis dalam
kurung
2. Kelainan-kelainan yang bersifat fatal/berat disebut lebih dulu sebagai alasan penyebab
kematian
3. Kelainan-kelainan yang sifatnya ringan dan tidak ada hubungan dengan penyebab kematian
disebut sebelum akhir kesimpulan
4. Untuk jenazah tidak dikenal, identitas korban disebut pada awal (no.1) kesimpulan
5. Untuk jenazah dikenal, identitas dan saat kematian disebut pada akhir kesimpulan (kalau
diperlukan)
6. Untuk kasus kematian mendadak, pada awal kesimpulan, tidak ada kelainan akibat kekerasan