tugas gadar 2 peb
DESCRIPTION
hhjhgjgTRANSCRIPT
MKALAH
ASUHAN KEPERAWATAWAN GAWAT DARURAT PADA MASALAH PEB
DI SUSUN OLEH :
1. HERU PRASTIYAWAN2. ABDUS SALAM3. M. ASADUL USUD4. FATHUL RIZQI5. IBNU HABIB ZEIN
PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah Kegawatdaruratan Pada preeklamsi berat (PEB)” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan 2
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang... Maret 2016
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI.............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Tujuan ...............................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi .............................................................................................................6
2.2 Etiologi Preeklamsia Berat.................................................................................7
2.3 Tanda Dan Gejala ..............................................................................................9
2.4 Patofisiologis Preeklamsia Berat.......................................................................10
2.5 Pencegahan Preeklamsia Berat..........................................................................11
2.6 Faktor Resiko.....................................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan ................................................................................................13
2.8 Komplikasi.........................................................................................................14
2.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................15
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPEAWATAN PADA PASIEN
PREEKLAMSIA BERAT
3.1 Pengkajian Primer................................................................................................17
3.2 Pengkajian Sekunder ...........................................................................................18
3.3 Masalah Keperawatan..........................................................................................19
3.4 Intervensi: ............................................................................................................20
3.5 Implementasi .......................................................................................................21
3.6 Evaluasi ...............................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................22
4.2 Saran....................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGPre-eklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester II kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007). Pre-eklampsia berat merupakan
sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Pre-eklampsia berat terjadi pada umur kehamilan 20 minggu lebih. Dikatakan pre-
eklampsia berat, bila disertai tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, oligouria,
urin kurang dari 40 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3gr/liter, adanya gangguan
selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium dan terdapat edema paru
dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Begitu banyak kasus ibu hamil yang disebabkan oleh pre-eklamsi berat
tidak dapat ditangani dengan baik yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian ibu
untuk melakukan pemeriksaan teratur pada bidan dan juga ketidakperhatiannya
bidan dalam megontrol ibu hamil dengan baik di daerahnya. Dengan disusunya
makalah in, semoga akan leih menjadarkan kita utuk lebih memperhatikan ibu
hamil dengan maslah pre-eklamsi berat sehingga dapat menurunkan drajat
kecacatan ibu dan janin bahkan menyebabkan kematian. Makalah ini bermanfaat
untuk masyarakat umum, secara khusus mahaiswa kebidanan guna untuk
menambah pengetahuan. Semoga bermanaat untuk smua, Amin.
1.2 TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat
4
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi preeklampsia berat
3. Mahasiswa dapat memahami tandan dan gejala
4. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia berat
5. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6. Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia berat
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia berat
8. Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat
1.3 RUMUSAN MASALAH 1. Apa defenisi pre-eklamsi berat
2. Apa etiologi preeklampsia berat
3. Bagaimana tanda dan gejala preeklampsia berat9hghnbf
4. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia berat
5. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6. Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia berat
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia berat
8. Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1DEFENISI Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan
tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan
(edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi
dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre-eklamasi berat menurut
Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta
(1998), diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pre-eklamsia berat adalah komplikasi yang
terjadi pada saat kehamilan dengan ciri yang khas yaitu disertai dengan hipertensi
≥160/110 mmHg dan atau disertai dengan adanya protein urine positif 2 dan atau
3 dan lazim disertai dengan oedema pada kehamilan ≤20 minggu.
2.2 ETIOLOGI PREEKLAMSIA BERATEtiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.
Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini
yaitu :
a. Spasmus arteriola
b. Retensi Na dan air
c. Koagulasi intravaskuler
6
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini, akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia
ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. (Ilmu
Kebidanan : 2005).
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti
ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti
preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi
plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan
pada pembuluh darah si ibu.
Faktor makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada
kehamilan. Kekurangan kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang berujung pada preeklamsia. Kalsium dapat
membantu menjaga pembuluh darah dan menjaga tekanan darah tetap
normal. Demikian pula, kekurangan protein, protein yang berlebihan, minyak
ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya juga berperan sebagai penyebab
preeklamsiaa.
Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks
masa tubuh yang tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta
resistensi insulin, dapat mempengaruhi sistem inflamasi.
7
2.3TANDA DAN GEJALA Pada pre eklampsia berat didapatkan :
1. Sakit kepala terutama di daerah frontal
2. Gangguan mata, penglihatan kabur
3. Rasa nyeri di daerah epigastrium
4. Mual atau muntah
5. Gangguan pernapasan sampai sianosis
6. Terjadinya gangguan kesadaran.
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-
eklamsi berat yaitu tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg,
terjadi peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm3,
terkadang disertai oligouria <400ml/24 jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil
mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal
yang berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat beberapa penyulit
juga yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal,
gagal jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan
dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-eklamsi tidak
segera ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).
Pada pre eklampsia berat didapatkan :
1. Sakit kepala terutama di daerah frontal
2. Gangguan mata, penglihatan kabur
3. Rasa nyeri di daerah epigastrium
4. Mual atau muntah
5. Gangguan pernapasan sampai sianosis
6. Terjadinya gangguan kesadaran.
Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul
8
2.4 PATOFISIOLOGIS PREEKLAMSIA BERATPada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes
fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ :
A. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
9
kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi
kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
B. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak
pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan
perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan
klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
C. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala
lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini
disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan
dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam,1998).
D. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan
perdarahan (Trijatmo,2005).
E. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad
partus prematur.
F. Paru-paru
10
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
pathway
2.5 PENCEGAHAN PREEKLAMSIA BERATPemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun
timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan
pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
11
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah
lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang
merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
2.6 FAKTOR RESIKOMenurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko
pre- eklamsia berat adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kegemukan
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik
arthritis atau lupus.
2.7 PENATALAKSANAAN Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-
eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif
yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal
dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
A. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees
test (NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau
lebih), yakni :
12
1. Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-
tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah
24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status
quo (tidak ada perbaikan).
2. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada
tanda intra uterine growth retardation (IUGR)/janin
terhambat.
3. Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan
peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
B. Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter)
yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke
satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus
RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang
(MgSO4), diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
C. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnya.
D. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
13
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau
press disesuaikan dengan tekanan darah.
E. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997).
F. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan
celidanid D.
G. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja.
Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir.
H. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap
kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a) Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai
bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b) Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan),
bila: fetal assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn
tidak dipenuhi (nilai bishop <5) atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah
dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
14
2.8 KOMPLIKASIA. Komplikasi pada ibu
a) Atonia uteri
b) Sindrom hellp(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet count)
c) Ablasi retina
d) Gagal jantung
e) Syok dan kematian
B. Komplikasi pada janin
a) Pertumbuhan janin terhambat
b) Prematuritas
c) Kematian janin
d) Solusio plasenta.
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif untuk
preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai indikator preeklampsia,
namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai alat diagnostik. Namun,
peningkatan kadar asam urat serum pada wanita yang menderita hipertensi kronik
menandakan peningkatan resiko terjadinya preeklampsia superimpose.
1. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal
kehamilan pada wanita dengan faktor resiko menderita
preeklampsia, yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim hati, hitung
trombosit, kadar kreatinin serum, dan protein total pada urin 24 jam.
Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus
dilakukan juga pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus darah
tepi, serta waktu perdarahan dan pembekuan. Semua pemeriksaan ini
harus dilakukan sesering mungkin untuk memantau progresifitas
penyakitprotein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
15
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
16
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPEAWATAN PADA PASIEN
PREEKLAMSIA BERAT
3.1 PENGKAJIAN PRIMER
PRIORITAS PENILAIAN DILAKUKAN BERDASARKAN :
1. Airway (Jalan Nafas) Dengan Kontrol Servikal
a. Bersihkan jalan nafas
b. Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
c. Distress pernafasan
d. Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2. Breathing Dan Ventilasi
a. Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
b. Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
c. Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3. Circulation Dengan Kontrol Perdarahan
a. Denyut nadi karotis
b. Tekanan darah
c. Warna kulit, kelembaban kulit
d. Tanda-tanda perdarahan eksternal dan interna
3.2 PENGKAJIAN SEKUNDER
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
1. Data Subyektif
a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
17
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
e. Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Data Obyektif
a. Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang ;
1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
3. Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
18
5. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
6. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
f. Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan.
g. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan: Airway, breathing dan circulation (ABC).
3.3 MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
4. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
3.4 INTERVENSI: Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Intervensi:
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam.
b. Catat tingkat kesadaran pasien.
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria).
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
19
Intervensi
a. Monitor DJJ sesuai indikasi.
b. Kaji tentang pertumbuhan janin.
c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta (nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun).
d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM.
e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
b. Jelaskan penyebab nyerinya
c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
b. Jelaskan mekanisme proses persalinan
c. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
d. Beri support system pada ibu
3.5 Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
3.6 Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.
20
BAB IV
PENUTUP
4.2KESIMPULANPre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan
tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan
(edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan.
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti
ginjal dan hati jadi berkurang.
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti
preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi
plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan
pada pembuluh darah si ibu.
Komplikasi yaitu Komplikasi pada ibu (Atonia uteri, Sindrom hellp
(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet count), Ablasi retina, Gagal
jantung, Syok dan kematian, sedangkan Komplikasi pada janin (Pertumbuhan
janin terhambat, Prematuritas, Kematian janin, Solusio plasenta
4.2 SARANPre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor
genetik namun pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan
supaya dapat ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.
21