tugas kelompok 5 kep.prof

Upload: afrilita-putri-yuza

Post on 08-Mar-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KEP PROF

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONALDasar Hukum Praktek Keperawatan Di Indonesia

OLEHKelompok5

GITA RAHMADANI 133110202RETNA SARI 133110217RHISKA133110218VEVI MURNI YANA ABRIANI 13311O227KELAS :II A

DOSEN PEMBIMBING : Renidayati,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Jiwa

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANGPOLTEKKES KEMENKES PADANGTAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Dasar Hukum Praktek Keperawatan di IndonesiaPenulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan maupun pembahasannya. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 29 September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................iDAFTAR ISI................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.................................................................................................1B. Rumusan Masalah............................................................................................1C. Tujuan .............................................................................................................D. Manfaat ...........................................................................................................BAB II PEMBAHASANA. Definisi hukum................................................................................................2B. Tujuan hukum dalam keperawatan..................................................................6C. Fungsi hukum dalam keperawatan..................................................................9D. Sumber hukum.................................................................................................14E. Peran perawat berdasarkan hukum...................................................................16F. Dasar perlindungan hukum..............................................................................Hukum Praktek Keperawatan.........................................................................BAB III PENUTUPA. Kesimpulan......................................................................................................21B. Saran.................................................................................................................21DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangLatar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I ( KD I ). Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat sebagai penerima jasa keperawatan terhadap hukum, maka tata tertib hukum dalam pelayanan keperawatan memberikan kepastian hukum kepada perawat, pasien dan sarana kesehatan. Kepastian hukum berlaku untuk pasien serta perawat sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hak dan kewajiban perawat harus dilaksanakan seimbang. Berdasarkan hal tersebut perawat harus mengantisipasi keadaan yang diinginkan oleh pasien dengan meningkatkan profesionalisme sebagai seorang perawat juga memahami hak dan kewajiban serta kewenangannya.Makalah ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan. Untuk penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan motivasi dan bermanfaat bagi kita semua.

B. Rumusan masalah1. Apa yang dimaksud dengan hukum?2. Apakah tujuan hukum dalam keperawatan?3. Apakah fungsi hukum dalam keperawatan?4. Apakah sumber hukum dalam keperawatan?5. Apakah peran perawat berdasarkan hukum?6. Apakah dasar perlindungan hukumnya?

C. Tujuan Tujuan umum:Agar mahasiswa mengetahui dengan jelas bagaimana penerapan hukum dalam praktek keperawatan, hukum itu sendiri,tujuan hukum,fungsi hukum,sumber hukum,serta peran perawat dalam praktek keperawatan.Tujuan khusus:1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan profesional2. Sebagai bahan diskusi3. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan 4. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan.

D. Manfaat Manfaat pembuatan makalah ini adalah :1. Dapat mengetahui apa itu hukum.2. Mengetahui tujuan hukum dalam keperawatan.3. Mengetahui fungsi hukum dalam keperawatan.4. Mengetahui sumber hukum dalam keperawatan5. Mengetahui peran perawat berdasarkan hukum.6. Mengetahui dasar perlindungan hukum

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Hukum dalam Praktik KeperawatanHukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok masyarakat dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua anggota masyarakat.

B. Tujuan hukum dalam keperawatan Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

C. Fungsi hukum dalam keperawatan1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan yang sah dalam asuhan klien.2. Hokum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan lain.3. Hokum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.

D.Sumber hukumPedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan, hukum peraturan, dan hukum umum.

1. Hukum Perundang-undanganHukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat kerja, institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.

2. Hukum peraturan atau hukum administratifPengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak kompeten atau tidak etis.3. Hukum umumBerasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk menolak pengobatan.

Tipe Hukum1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi. Good Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk melindungi perawat saat memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan praktik yang kompeten dan aman yang sesuai dengan undang-undang dan standar praktik merupakan landasan hukum utama terkait keamanan bagi perawat. Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen perlindungan hukum yang penting bagi perawat.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi diantaranya:1. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat dari standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia layanan kesehatan. 2. Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah sakit dapat menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.3. Melaksanakan program dokter para perawatdiharap mampu menganalisis prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.4. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.5. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.6. Laporan insiden adalah catatan instantsi mengenai kecelakaan atau kejadian luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan kepada personel instansi.

E. Peran Perawat Berdasarkan Hukum Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung, masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga negara.1. Penyedia LayananPerawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten. Tersirat dalam peran ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung wajib, standar asuhan, dan kewajiban kontrak.a. Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab sesuai hukum terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian ganti rugi secara finansial atas tindak pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban untuk berpraktik dan mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain di bawah pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera pada klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.b. Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum dibatasi oloeh undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan yang rasional dan bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan oleh tenaga profesional yang rasional dan bijaksana, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sama pada situasi yang sama.c. Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu tugas untuk memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak tersurat dan tersirat.2. Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak tersirat. Namun perawat yang diperkerjakan secara langsung oleh klien, contohnya perawat pribadi, mungkin memiliki kontrak tertulis dengan klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk memberikan layanan profesional dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak memenuhi ketentuan dalam kontrak bila ia sakit atau meninggal dunia. Namun kendala dan masalah pribadi, seperti mobil perawat mogok, bukan alasan yang diterima untuk melanggar kontrak3. Warga NegaraHak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap individu yang berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran melindungi klien dari bahaya dan menjamin pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasian, dan hak-hak lain. Hak ini juga berlaku bagi perawat.Aspek Legal dalam Praktik KeperawatanPerawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan haknya untuk menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia. Standar Pelayanan Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi praktik keperawatan dan memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan yang dapat diterima. Standar tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi.Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar pelayanan keperawatan mengukur tindakan keperawatan dan menentukan apakah perawat melakukan tindakan yang layak dan bijaksana seperti yang dilakukan perawat lainnya dalam situasi yang sama. Pelanggaran terhadap standar pelayanan keperawatan merupakan salah satu elemen yang harus dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan.Dalam tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli keperawatan memberikan kesaksian kepada juri tentang standar pelayanan keperawatan. Juri menggunakan standar pelayanan sebagai dasar untuk menentukan apakah perawat telah melakukan tindakan yang sesuai. Persetujuan Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua pengobatan rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program pengobatan seperti kemoterapi dan penelitian yang melibatkan pasien.Informed ConsentInformed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan.Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

F. Dasar Perlindungan Hukum1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan:1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya.2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. 4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan pemerintah.

2. Pasal 541) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden

3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga KesehatanPerlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

4. Pasal 344 KUHP Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.

5. Pasal 299 KUHP (1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.(2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.(3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

G. HUKUM PRAKTEK KEPERAWATANI. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.d. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb, 1990)

II. Undang-Undang Praktek Keperawatan1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatana. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3 Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.1) Pasal 1 ayat 4 Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)I. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 : Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di 2. luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian4. kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.5. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan 6. pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.

II. BAB III perizinan, Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 : 1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.2) Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP

Pasal 9, ayat 1 1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 10 1) SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 12 1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang lebih tinggi.3) Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

Pasal 13 1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

Pasal 15 Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :1) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.4) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari dokter.

Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 : 1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 21 1) Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang prakteknya.2) Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek.

Pasal 31 1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :a) Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.b) Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.

2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010TENTANGIZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWATDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;Dalam peraturan menteri yang dimaksud perawat dan bagaimana ketentuan umum praktik perawat terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut (beberapa poin penting saja saya kutip):1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan atau berkelompok.4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan 5. Profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan satndar prosedur operasional.6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat diperolehtanpa resep dokter.8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Sesuai ketentuan peraturan tersebut. Kita perawat dapat mendirikan praktik mandiri perawat dan memberikan pelayanan sesuai standard dan ketentuan yang berlaku. Dalam pasal ini juga mengatur bahwa perawat dapat memberikan obat bebas (bulatan hijau) dan bebas terbatas (bulatan biru). Tapi di praktik keperawatan kami, pemberian terapi berupa obat yang dikonsumsi per oral (melalui mulut) tidak kami berikan, kami hanya memberikan balutan-balutan luka atau topikal terapi yang sudah sesuai dengan kompetensi yang kita miliki sebagai perawat spesialis luka sesuai standar di Indonesia dan World Council Enterostomal Therapy Nursing (WCETN). Jika kami memerlukan terapi atau obat-obatan per oral maka kami bekerjasama dengan dokter umum maupun dokter spesialis sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan pasien. Berikut Pada BAB II Perizinan pasal 2 menyatakan bahwa;1. Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.2. Fasilitas pelayana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan atau praktik mandiri.3. Perawat yang menjalankan praktik mandiri minimal berpendidikan Diploma III (D III) Keperawatan.Pasal ini, memberikan informasi pada kita dapat menjalankan praktik di fasilitas pelayanan kesehatan dan minimal syarat pendidikan perawat menjalankan praktik mandi perawat adalah D III Keperawatan. Pada pasal 3, 4 dan 5 akan dibahas kewajiban perawat memiliki SIPP dan persyaratannya untuk menjalankan praktik mandiri perawat. Syarat SIPP yang diwajibkan perawat yang akan menjalankan praktik mandiri perawat, sebagai berikut;Pasal 5; untuk memperoleh SIPP, perawat harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan;a.Fotokopi Surat Tanda registrasi (STR) yang masih berlaku dan dilegalisirb.Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktikc.Surat pernyataan memiliki tempat praktikd.Pas foto berwarna terbaru ukuran 46 cm sebanyak 3 (tiga) lembare.Rekomendasi dari organisasi profesi (PPNI daerah)Pengajuan ini hanya pada satu tempat praktikPraktik mandiri perawat saat ini juga diperbolehkan memasang papan praktek yang sebelumnya tidak ada pada Permenkes 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat. Pada pasal 6 menyebutkan bahwa Dalam menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama praktik keperawatan. Adapun petunjuk teknik dan pelaksanaan pembuatan papan nama praktik sebagai berikut;1. Bertuliskan Praktik Perawat2. Ukuran 80cm x 60cm3. Dituliskan nama yang berpraktek dan gelar4. Nomor ijin praktek (SIPP)5. Memasang logo PPNIHal yang palig krusial dalam pengaturan penyelenggaraan praktik mandiri perawat ada pada bab III tentang penyelenggaraan praktik. Berikut saya kutip dari aslinya terkait dengan penyelenggaraan pratik perawat pada Bab III pasal 8;1. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga.2. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (10 ditujukan kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat3. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:a. pelaksanaan asuhan keperawatan,b. pelaksaanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat, dan;c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer4. Asuhan keperawatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan5. Implementasi keperawatan sebagaimana maksud ayat (4) meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan6. Tindakan keperawatan sebagaimana maksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaanprosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan7. Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas.Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pasal tersebut, perawatan luka yang kami lakukan adalah salah satu prosedur keperawatan atau intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat. Dalam standar spesialis perawatan luka kami diperkenankan memberikan balutan-balutan luka dan dapat digunakan bersama tindakan keperawatan komplemeter (penggunaan herbal ataupun terapi yang terkait untuk membantu dalam proses kesembuhan pasien). Setiap tindakan yang dilakukan sudah tentu harus diperdalam mengikuti pelatihan khusus yang diakui oleh Departemen Kesehatan RI khususnya sehingga sertifikat kompetensi yang dimiliki diakui negara.Pada Bab III pasal 9 mengingatkan kita sebagai perawat untuk tetap melakukan praktik sesui dengan kewenangan yang kita miliki. Seperti yang disampaikan sebelumnya, menjalankan praktik sesuai kompetensi yang kita miliki. Dalam situasi kegawatdaruratan maka perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya yang diatur dalam pasal 10 dengan mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan untuk dirujuk. Hak dan Kewajiban perawat juga diatur dalam Permenkes No. 148 tahun 2010, sebagai berikut;Pasal 11; Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:a.Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar,b.Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya,c.Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi,d.Menerima imbalan jasa profesi dan,e.Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugas.

Pasal 12; 1. Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:a.Menghormati hak pasienb.Melakukan rujukanc.Menyimpan rahasia dengan peraturan perundang-undangand.Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkane.Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukanf.Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematik dan g. mematuhi standar.

Berdasarkan pasal yang diuraikan diatas menjadi dasar kita dalam menjalankan praktik mandiri perawat yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada pasal 12 ayat (3) menyebutkan bahwa Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun sudah dikeluarkan Permenkes no. 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, Undang-undang keperawatan tetap diperlukan untuk memberikan kepastian perlindungan hukum bagi perawat yang menjalankan praktik keperawatan. Semoga undang-undang tersebut bisa memberikan gambaran yang lebih baik dan memberikan perlindungan hukum bagi perawat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR .TENTANGKEPERAWATANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMenimbang :a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian integral dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan kaidah etik, nilai-nilai moral serta standar profesi.d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang diberikan kepada perawat karena keahliannya, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan praktik keperawatan, perlu keterlibatan organisasi profesi.f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik keperawatan;g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Keperawatan.

Mengingat:1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1)2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN :Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATANBAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (2) Praktik keperawatan adalah tindakan perawat berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang diberikan melalui kesepakatan dengan klien dan atau tenaga kesehatan lain dan atau sektor lain terkait. Fokus praktik keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan atau masyarakat pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.(3) Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan yang dilandasi keilmuan keperawatan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologis, psikolologi, sosial, kultural dan spiritual(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional, perawat professional dan perawat profesinoal spesialis(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesioal dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)(7) Perawat professional adalah tenaga professional yang mampu melaksanakan praktik keperawatan secara mandiri dan atau kolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN) (8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan diatas level perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis. (9) Konsil Keperawatan Indonesia yang yang selanjutnya disebut Konsil merupakan suatu badan otonom, mandiri, non struktural yang bersifat independen.(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji.(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melaksanakan profesinya.(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah memenuhi persyaratan.(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan.(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau bersama profesi kesehatan lain.(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah kesehatan aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak langsung(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi profesi keperawatan.(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.Pasal 3Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat.BAB IIILingkup Keperawatan

Pasal 4Bagian kesatuPeran dan Fungsi Perawat(1) Perawat dalam melakukan tugasnya dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, pengelola keperawatan dan atau kesehatan, pendidik, advokat, peneliti.(2) Perawat dalam melakukan tugasnya berfungsi secara mandiri, ketergantungan dengan profesi lain, dan kerjasama (kolaborasi)Pasal 5Bagian keduaPraktik Keperawatan(1) Praktik keperawatan diberikan melalui Asuhan keperawatan untuk klien individu, keluarga, masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.(2) Asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui tindakan keperawatan mandiridan atau kolaborasi dengan tim kesehatan dan atau dengan sektor terkaitlain

(3) Tindakan mandiri keperawatan antara lain adalah:Tindakan terapi keperawatan, observasi keperawatan, terapi komplementer, penyuluhan kesehatan, nasehat, konseling, advokasi, dan edukasi dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.Memberikan pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan khitan tanpa komplikasi.Pelakaksanaan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan(4) Tindakan ketergantungan dengan tenaga kesehatan lain adalah ; Pelaksanaan program pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari dokter(5) Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lainnya atau dengan sektor terkait lain antara lain adalah:Pembuatan dan pelaksanaan program kesehatan lintas sektoral untuk peningkatan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakatPerencanaan terhadap upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien bersama dengan tenaga profesi kesehatan lain.Pelaksanaan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan huruf c dimaksud sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing.(5) Praktik keperawatan dapat diberikan di sarana kesehatan dan Praktik Mandiri KeperawatanPraktik keperawatan di sarana kesehatan adalah asuhan keperawatan profesional yang diberikan oleh Perawat Profesional dibantu oleh perawat Vokasional.Ketentuan mengenai rasio dan jumlah tanaga perawat profesional dan vokasional di sarana kesehatan diatur dalam peraturan konsil.Praktik Mandiri Keperawatan berdasarkan prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.Ketentuan mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan disatu wilayah diatur dalam peraturan konsil.Pasal 6Wewenang Perawat(1) Dalam menjalankan peran dan fungsinya, perawat memiliki kewenangan untuk melakukan asuhan keperawatan mandiri dan kolaborasi sebagaimana tercantum pada pasal 5(2) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan di luar kewenangan.(3) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan di luar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.(4) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan di luar kewenangannya sebagai perawat.(5) Ketentuan mengenai daerah yang sulit terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui peraturan tersendiri.Pasal 7Kualifikasi dan Kewenangan(1) Kualifikasi perawat terdiri dari Perawat vokasional, perawat Profesional dan Perawat Profesional Spesialis.(2) Kewenangan Perawat seperi yang dimaksud ayat (1) adalah :Perawat vokasional mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan lingkup praktik yang ditetapkan dan dibawah pengawasan langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesioal.Perawat professional mempunyai wewenang untuk melaksanakan praktik keperawatan secara mandiri dan atau kolaborasi dengan yang lain.Perawat Profesional Spesialis mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik sebagai seorang spesialis dengan keahlian lanjut dalam satu cabang ilmu di bidang keperawatan.Kewenangan Perawat sesuai dengan huruf a, b dan c sesuai dengan standard kompetensi yang ditetapkan oleh konsil.BAB IVKONSIL KEPERAWATAN INDONESIABagian KesatuNama dan Kedudukan

Pasal 8(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II Pasal 3, dibentuk Konsil Keperawatan Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini disebut Konsil.(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 9Konsil berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.Bagian KeduaFungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 10Konsil mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, pembinaan serta penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan praktik keperawatan.Pasal 11(1) Konsil mempunyai tugas:Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;Mengesahkan standar pendidikan profesi perawatMembuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi masyarakat.(2) Standar pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat dan di usulkan oleh organisasi profesi

Pasal 12Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Konsil mempunyai wewenang :Mengesahkan standar kompetensi perawat dan standar praktik Perawat yang dibuat oleh organisasi profesi;Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat ;Menetapkan seorang perawat kompeten atau tidak melalui mekanisme uji kompetensi;Menetapkan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat;Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik yang dilakukan perawat; danMenetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan berdasarkan rekomendasi Organisasi Profesi.

Pasal 13Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil serta pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian KetigaSusunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 14(1) Susunan peimpinan Konsil terdiri dari :Ketua merangkap anggotaWakil ketua merangkap anggotaKetua- ketua Komite merangkap anggota.(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :Komite uji kompetensi dan registrasiKomite standar pendidikan profesiKomite praktik keperawatanKomite disiplin keperawatan(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua Komite merangkap anggota.Pasal 15(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih oleh dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam peraturan konsilPasal 16(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji kompetensi dan proses registrasi keperawatan.(2) Komite standar pendidikan profesi mempunyai tugas memvalidasi standar pendidikan profesi yang disusun oleh organisasi profesi.(3) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu praktik Keperawatan dan menetapkan kebutuhan praktik keperawatan.(4) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan kepada para perawat, menentukan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat dalam penerapan praktik keperawatan dan memberikan masukan kepada Ketua Konsil terkait disiplin perawat.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja komite-komite diatur dengan Peraturan Konsil

Pasal 17(1) Keanggotaan Konsil terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil masyarakat.(2) Jumlah anggota Konsil 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang berasal dari:Anggota yang ditunjuk adalah 12 ( dua belas) orang terdiri dari:1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia 3 (tiga) orang;2. Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;3. Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 2 (dua) orang;4. Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;5. Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;6. Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;7. Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;8. Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang9. Anggota yang dipilih adalah 9 (sembilan) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama (barat, tengah, timur) Indonesia.

Pasal 18Keanggotaan Konsil ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri dengan rekomendasi organisasi profesiMenteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil harus berdasarkan usulan dari organisasi profesiKetentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil diatur dengan Peraturan Presiden.Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil adalah 5 (lima) tahundan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode berikutnya, dengan memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 19(1) Anggota Konsil sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat sumpah.(2) Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk kepentingan hukum.Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.

Pasal 20Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil :Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;Warga Negara Republik Indonesia;Sehat rohani dan jasmani;Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat, kecuali untuk non perawat;Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik; danMelepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama menjadi anggota Konsil.

Pasal 21(1) Keanggotaan Konsil berakhir apabila :Berakhir masa jabatan sebagai anggota;Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;Meninggal dunia;Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau(2) Dalam hal anggota Konsil menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari keangotaannya.(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua Konsil.

Pasal 22(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil dibantu sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris konsil(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota konsil(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua KonsilBagian KeempatTata Kerja

Pasal 23(1) Setiap keputusan Konsil yang bersifat mengatur diputuskan oleh rapat pleno anggota.(2) Rapat pleno Konsil dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu.(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dapat dilakukan pemungutan suara.

Pasal 24Pimpinan Konsil melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas anggota dan pegawai konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian KelimaPembiayaan

Pasal 25(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(2) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan Indonesia.

BAB VSTANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 26(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan, organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VIPENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 27Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi perawat yang berpraktik dan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Pasal 28(1) Setiap perawat yang berpraktik harus meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk program sertifikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi profesi.(3) Pemerintah, pemerintah daerah dan atau sarana kesehatan yang memakai jasa perawat wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kompetensi dan sertifikasi perawatBAB VIIREGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 29(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji kompetensi oleh konsil.(2) Surat Tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat (1) terdiri atas 2 (dua) kategori:untuk perawat vokasional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)untuk perawat profesional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Registered Nurse (RN)(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :memiliki ijazah perawat Diploma untuk Lisenced Vocasional Nurse (LVN)memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis untuk Registered Nurse (RN)lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh konsilRekomendasi Organisasi Profesi

Pasal 30(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, lisensi praktik perawat diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Perawat yang terdiri dari Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) atau Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP)(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LVN berhak memperoleh SIPV dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan bersama.(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan praktik mandiri.(4) Lisenced vocasional Nurse (LVN) dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana pelayanan kesehatan dapat mengikuti uji kompetensi Registered Nurse(RN).(5) Perawat LVN yang telah lulus uji kompetensi RN dapat memperoleh SIPP.

Pasal 31(1) Syarat untuk memperoleh SIPV :Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatanMelampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan(2) Syarat untuk memperoleh SIPP :Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Registered Nurse(RN) Tempat praktik memenuhi persayaratan untuk praktek mandiriMemiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatanMelampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan(3) SIPV dan SIPP masih tetap berlaku sepanjang:Surat tanda Regstrasi Perawat masih berlakuTempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat praktik untuk memperoleh SIPP diatur dalam peraturan Menteri.Pasal 32(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau LVN (Lisence Vocasional Nurse) untuk perawat vokasional.(2) Sebutan RN dan LVN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 33(1) Surat Tanda Registrasi Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.(2) Registrasi ulang untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Perawat dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 29 ayat (3), ditambah dengan angka kredit pendidikan berlanjut yang ditetapkan Organisasi Profesi.(3) SIPP hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Pasal 34(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus dilakukan adaptasi dan evaluasi sebelum di registrasi.(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.(3) Ketentuan mengenai Adaptasi selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:keabsahan ijazah;registrasi perawat dari negera asalkemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang dikeluarkan oleh konsilmemiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; danmembuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik keperawatan Indonesia yang ditetapkan oleh organisasi profesi.(5) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.(6) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat diregistrasi oleh konsil dan selanjutnya dapat diberikan Surat Ijin Perawat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kualifikasi perawat vokasional atau Profesional.

Pasal 35(1) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang bersifat sementara di Indonesia.(2) Surat Ijin Perawat vokasional semetara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara sebagai mana dimaksud ayat (1) berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 ( satu) tahun berikutnya.(3) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 31.

Pasal 36(1) Surat Ijin Perawat Vokasional bersyarat atau Surat Ijin Perawat Profesional bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu, tidak memerlukan SIPP bersyarat.(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dari Konsil.(4) Surat Ijin Perawat bersyarat dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan melalui program adaptasi.

Pasal 37SIPV atau SIPP tidak berlaku karena:dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;atas permintaan yang bersangkutan;yang bersangkutan meninggal dunia; ataue. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang berwenang

Pasal 38Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara uji kompetensi, registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil.

BAB VIIIPENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 39Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.Pasal 40Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP berwenang untuk:melaksanakan asuhan keperawatan yang didasari proses keperawatan terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan;tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi seperti yang tercantum dalam pasal 5dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;kewenangan perawat yang mempunyai SIPV dan SIPP seperti yang tercantum pada pasal 6

Pasal 41Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPV berwenang untuk :melakukan tindakan keperawatan di bawah pengawasan perawat yang memiliki SIPPmelaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 huruf a harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

Pasal 42 (1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional (LVN).(2) LVN dalam melaksanakan tindakan keperawatan di bawah pengawasan RN. (3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang setara kompetensi dan pengalamannya.

Pasal 43Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 44Hak KlienKlien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan.meminta pendapat perawat lain;mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standarmenolak tindakan keperawatan; danPasal 45Kewajiban KlienKlien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai kewajiban:memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; danmemberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.Pasal 46Pengungkapan Rahasia KlienPengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:Persetujuan klienPerintah hakim pada sidang pengadilanKetentuan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 47Hak PerawatDalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /atau keluarganya;Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasiMemperoleh fasilitas kerja yang mendukung pekerjaan perawat profesionalMemperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya;Menerima imbalan jasa profesi

Pasal 48Kewajiban PerawatDalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SOPMerujuk klien fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau tindakan;Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali untuk kepentingan hukum;Menghormati hak-hak klien sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku;Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk menyelamatkan jiwaMenambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

Pasal 49Praktik Mandiri(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok dan atau kunjungan rumah(2) Perawat yang melakukan praktik mandiri mempunyai kewenangan sesuai yang tercantum pada pasal 5(3) Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada praktik mandiri meliputi:Tindakan terapi keperawatan, terapi komplementer, konseling, advokasi dan edukasi keperawatanPerawatan dirumah atau dalam bentuk lain sesuai dengan peraturan yang berlakuPelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan, khitan tanpa komplikasi.Pemberian pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas,(4) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan:Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi untuk melakukan asuhan keperawatan(5) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.(6) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IXPENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN

Pasal 50Penghargaan(1) Perawat yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.(2) Perawat yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh penghargaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pasal 51(1) Penghargaan dapat diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan.(2) Penghargaan dapat diberikan pada, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, dan/atau tingkat internasional.(3) Penghargaan kepada perawat dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain.(4) Penghargaan kepada perawat dilaksanakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari ulang tahun provinsi, hari ulang tahun kabupaten/kota, hari ulang tahun satuan pendidikan, hari pendidikan nasional, hari perawat nasional, dan/atau hari besar lain.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.PERLINDUNGANPasal 52(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau institusi sarana kesehatan wajib memberikan perlindungan terhadap perawat dalam melaksanakan tugas.(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.(3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dalam melaksanakan pekerjaan profesinya.(4) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat perawat dalam melaksanakan tugas.(5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

BAB XPEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 53Pemerintah, Konsil , dan Organisasi Profesi membina, mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.

Pasal 54(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kompetensi profesional dan kepribadian(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui Jenjang Karir Perawat.(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat /Peringkat dan promosi.Pasal 55(1) Pemerintah, konsil dan organisasi profesi membina serta mengembangkan kualifikasi dan kompetensi perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada institusi pelayanan pemerintah;(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada institusi pelayanan swasta

Pasal 56Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53, diarahkan untuk:Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawatMempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat;Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.

Pasal 57(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP.(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 58Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 59Sanksi Administratif dan Disiplin(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun(2) Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi sebagai berikut:Pemberian Peringatan TertulisKewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada Institusi Pendidikan Keperawatan.Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Perawat(3) Pelanggaran disiplin sebagai mana dimaksud ayat (2) diteliti dan ditetapkan oleh konsil.(4) Pencabutan Surat Izin Perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa:Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 6 (enam) bulanPelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahunPelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 3 (tiga) tahun(5) Sanksi Administratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (4) dilakukan oleh Kepala Dinas Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah dilakukan penelitian dan usul dari Komite Disiplin Keperawatan Konsil.Pasal 60Sanksi PidanaSetiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 61Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 62Perawat yang dengan sengaja:(1). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 huruf b sampai dengan huruf e(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 63Penetapan sanksi pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran dan berat ringannya risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64(1). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.(2). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut sesuai ketentuan.Pasal 65Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Keperawatan, sebelum terbentuknya Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 66Konsil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.Pasal 67Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PENJELASANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR .TENTANGPRAKTIK KEPERAWATAN

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1

Ayat (1) ;Cukup jelasAyat (2) ;Cukup jelasAyat (3) ;Cukup jelasAyat (4) ;Cukup jelasAyat (5) ;Cukup jelasAyat (6) ;Cukup jelasAyat (7) ;Cukup jelasAyat (8) ;Cukup jelasAyat (9) ;Cukup jelasAyat (10) ;Cukup jelasAyat (11) ;Cukup jelasAyat (12) ;Cukup jelasAyat (13) ;Cukup jelasAyat (14) ;Cukup jelasAyat (15) ;Cukup jelasAyat (16) ;Cukup jelasAyat (17) ;Cukup jelasAyat (18) ;Cukup jelasAyat (19) ;Cukup jelas

Ayat (20) ;Cukup jelasAyat (21) ;Cukup jelasBAB IIASAS DAN TUJUANPasal 2Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan;1. nilai ilmiah adalah bahwa praktik keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan tehnologi yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun pengalaman praktik.2. Nilai moral (Etika dan etiket) adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus mengacu pada prinsip-prinsip moral antara lain beneficience, nonmaleficience, veracity, justice, non-diskriminatif dan otonomi.3. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.4. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus mampu memberikan pelayanan yang dan tidak diskriminatif, merata, terjangkau dan bermutu dalam konteks pelayanan kesehatan.5. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik keperawatan memberikan perlakuan yang memenuhi hak azazi manusia sebagai penerima pelayanan yaitu hak memperoleh pelayanan yang aman, hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk didengar serta hak untuk memilih.6. Keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan atas keseimbangan antara hak dan kewajiban penerima dan pemberi pelayanan.7. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dilakukan dengan kehati-hatian sesuai dengan standard praktik keperawatan.Pasal 3Cukup JelasBAB IIILingkup Praktik KeperawatanPasal 4 ;Cukup JelasPasal 5Ayat (1)Asuhan keperawatan diberikan akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, akibat kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan untuk berfungsi optimal, dan kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiriAyat (2) Cukup JelasAyat (3)Huruf a ;cukup jelasHuruf b ;cukup jelasHuruf c.Pegobatan adalah pemberian obat-obatan (kecuali obat-obat yang berlabel merahtidak termasuk obat-obat yang masuk dalam DOA /Daftar obat Apotik)Tindakan medik terbatas yang dimaksud adalah tindakan medik termasuk pengobatan dalam rangka penyembuhan dan pemulihan penyakit-penyakit ringan yang lazim timbul di masyarakat di suatu wilayah (common illness) yang dilakukan oleh perawat professional yang kompeten sesuai dengan Protokol.Pasal 6Cukup JelasPasal 7Cukup JelasBAB IVKONSIL KEPERAWATAN INDONESIABagian KesatuNama dan KedudukanPasal 8Cukup JelasPasal 9Cukup JelasBagian KeduaFungsi, Tugas dan Wewenang KonsilPasal 10Pasal 11Cukup JelasAyat (1)Huruf bYang dimaksud dengan standar pendidikan profesi keperawatan adalah pendidikan profesi yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistim pendidikan nasional.Penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan dilakukan oleh organisasi profesi termasuk kolegiumPasal 12Cukup JelasPasal 13Cukup JelasBagian KetigaSusunan Organisasi dan KeanggotaanPasal 14Cukup JelasPasal 15Cukup JelasPasal 16;Ayat (1) ;Uji kompetensi adalah suatu proses penilaian terhadap perawat yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.Pasal 17 ;Ayat (1);cukup jelasAyat (2);Yang dimaksud dengan anggota konsil yang dipilih sebagaimana huruf (b) adalah pemilihan melalui mekanisme pencalonan dari 3 wilayah, masing-masing 3 orang kemudian dilakukan pemilihan secara serempak di tiga wilayah utama yaitu; barat meliputi pulau sumatera dan Jawa. Wilayah tengah meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTB. Wilayah timur meliputi NTT, Kepulauan Maluku dan Papua.Pasal 18Cukup JelasPasal 19Cukup JelasPasal 20Cukup JelasPasal 21Cukup JelasPasal 22Cukup JelasBagian KeempatTata KerjaPasal 23Cukup JelasPasal 24Cukup JelasBagian KelimaPembiayaanPasal 25Cukup JelasBAB VSTANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATANPasal 26Cukup JelasBAB VIPENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTANPasal 27Cukup JelasPasal 28Cukup JelasBAB VIIREGISTRASI dan LISENSI PERAWATPasal 29Cukup JelasPasal 30Cukup JelasPasal 31Cukup JelasPasal 32Cukup JelasPasal 33Ayat (1);Cukup jelasAyat (2);Cukup jelasAyat (3);Cukup jelasPasal 34Cukup JelasPasal 35Cukup Jelas

Pasal 36Ayat (1);Cukup jelasAyat (2);Cukup jelasAyat (3);Cukup jelasPasal 37Huruf a, b, c, d ; cukup jelasHuruf e ;Pencabutan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena perawat dinyatakan melanggar ketentuan administratife atau disiplin.Pasal 38Cukup JelasBAB VIIIPENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATANPasal 39Cukup JelasPasal 40Cukup JelasPasal 41Cukup JelasPasal 42;Ayat (1);Cukup jelasAyat (2);Pengawasan yang dilakukan oleh perawat professional kepada perawat vokasional adalah dimaksudkan agar praktik keperawatan berjalan dengan aman sesuai standar profesi dan dalam rangka melindungi masyarakat memperoleh pelayanan keperawatan yang aman.Ayat (3);Pendelegasian kepada perawat yang setara kemampuan dan pengalamanya dimaksudkan agar praktik keperawatan yang diberikan berjalan dengan aman.Pasal 44;Cukup jelasPasal 45Cukup JelasPasal 46Cukup JelasPasal 47Cukup JelasPasal 48Cukup JelasPasal 49Ayat (3)Hurup d

BAB IXPENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN Pasal 50Cukup JelasPasal 51Cukup JelasPasal 52Cukup JelasBAB IXPEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASANPasal 53Cukup JelasPasal 54Cukup JelasPasal 55Cukup JelasPasal 56Cukup JelasPasal 57Cukup JelasPasal 58Cukup JelasPasal 59Cukup JelasPasal 60Cukup JelasPasal 61Cukup JelasPasal 62Cukup JelasPasal 63Cukup JelasBAB XKETENTUAN PERALIHANPasal 64Cukup JelasPasal 65Cukup JelasBAB XIKETENTUAN PENUTUPPasal 66Cukup JelasPasal 67Cukup Jelas

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanUntuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tiadak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya.

B. Saran 1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban serta kewenangannya2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara pelayanan keperawatan yang profesional

DAFTAR PUSTAKA

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/19915875/PMKTTGIzinDanPenyelenggaraanPraktikPerawat.pdf.html. diakses 4 Oktober 2014Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.