tugas kelompok ii lbp (kdoktrn kerja)

39
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGAS FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2015 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR KEDOKTERAN KERJA “ LOW BACK PAIN (LBP) OLEH : kelompok II: 1. Muh.hasan, S.Ked. 2. Moh zulkayyan, S.Ked. 3. Fitriah ubaedha, S.Ked. 4. Miftahul janna, S.Ked. 5. Gusti eka putri, S.Ked. Pembimbing : dr. Muhammad Sofyan BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 1

Upload: sri-hardyanti-bulan

Post on 30-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gj

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGASFAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2015UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KEDOKTERAN KERJA “ LOW BACK PAIN (LBP) “

OLEH :

kelompok II:

1. Muh.hasan, S.Ked.2. Moh zulkayyan, S.Ked.3. Fitriah ubaedha, S.Ked.4. Miftahul janna, S.Ked.5. Gusti eka putri, S.Ked.

Pembimbing :dr. Muhammad Sofyan

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

1

Page 2: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering kita

dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang usia

muda Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low back pain

dapat disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan

mobilisasi yang salah.1,2

Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot,

saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Dengan demikian low back pain adalah

gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh

berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.3

Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), pada periode

tahun 1996 – 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 64 %

diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor resiko ergonomi. OSHA

(2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit

yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders (MSDs) sehingga memerlukan biaya

kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar dolar US.

Hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005

menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan

pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut studi yang dilakukan

tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit

musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8 %), gangguan syaraf (6 %), gangguan pernapasan

(3 %), dan gangguan THT (1,5 %).

2

Page 3: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

1. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang

bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental

maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit yang diakibatkan oleh

faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Sebagai bagian

spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan,kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup

kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

kesehatan yang bertujuan untuk :4

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.

2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan

kerja atau pekerjaannya.

3. Menempatkan pekerja sesuai kemampuan fisik,mental dan pendidikan atau

keterampilannya.

4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kondisi yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja adalah kondisi fisik

dan kondisi mental pekerja, khususnya disaat mereka sedang menghadapi

pekerjaannya.Laporan Kesehatan Dunia 2002 menempatkan risiko kerja pada urutan

kesepuluh penyebab terjadinya penyakit dan kematian.5.6

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007,di Indonesia terdapat 106,3 juta

angkatan kerja yang tersebar diberbagai lapangan kerja dengan berbagai permasalahan

yang timbul akibat pekerjaannya. Data menunjukkan bahwa secara umum 68% bekerja

disektor informal dan 32% di sektor formal.5

3

Page 4: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Kondisi setiap pekerja ini sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni :

a. Beban kerja

Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot

dan/ataupun pikiran, adalah memerlukan beban bagi yang melakukan, baik berupa

beban fisik dan beban mental.

b. Beban tambahan

Disamping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja, pekerja sering memikul beban

tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi

pelaksanaan pekerjaan. Beban tambahan inilah yang dapat menyebabkan penyakit

akibat kerja.

c. Kemampuan kerja

Kemampuan seseorang dalam melalui pekerjaan berbeda dengan orang lain, meskipun

pendidikan atau pengalamannya sama dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang

sama.

Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda, yang dipengaruhi

oleh nilai gizi dan kesehatan, genetik, dan lingkungan.5

2. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan

oleh pekerjaannya atau lingkungan kerjanya, dan diperoleh pada waktu melakukan

pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat ringannya penyakit

dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit.Cara menegakkan diagnosa penyakit

akibat kerja agak berbeda dengan diagnosa penyakit-penyakit umum karena untuk

penyakit ini tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Akan tetapi,

harus pula diperiksa tempat, cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan

bagi anamnesis yang biasa, harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si penderita.5

Penyebab Penyakit Akibat Kerja:

1. Golongan Fisik

Bising,radiasi,suhu ekstrem,tekanan udara,vibrasi,penerangan

2. Golongan Kimiawi

Semua bahan kimia dalam bentuk debu,uap,gas,larutan,kabut

4

Page 5: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

3. Golongan Biologik

Bakteri,virus,jamur dan lain-lain

4. Golongan Fisiologik/ Ergonomik

Desain tempat kerja, beban kerja

5. Golongan Psikososial

Stress psikis,monotoni kerja,tuntutan pekerjaan,dan lain-lain.

Secara umum gangguan muskuloskeletal didaerah belakang dapat terjadi karena posisi

duduk,antara lain : neck pain, back pain dan low back pain. Penelitian mengenai neck pain

maupun low back pain telah banyak dilakukan dan terbukti mempunyai hubungan

bermakna dengan posisi tubuh saat melakukan pekerjaan.Secarateori nyeri punggung

mudah terjadi karena beberapa faktor yaitu posisi duduk yang statis terus menerus selama

kerja dan getaran yang timbul selama aktivitas.

B. Low back Pain

1. Defenisi

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapatmerupakan

nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasadiantara sudut iga

terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal ataulumbo-sakral dan sering

disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.LBP yang lebih dari 6 bulan

disebut kronik.7

Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:8

a. Nyeri punggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah denganradiasi ke

kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian dibawahnya seperti fasia,

otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi danligamen.

b. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan padadermatom yang

bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadangdapat disertai hilangnya

perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapatdisebabkan oleh proses desak

ruang pada foramen vertebra atau di dalamkanalis vertebralis.

5

Page 6: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

c. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam

padadermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam

dapatdirasakan di bagian lebih superfisial.

d. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalamruangan

panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

e. Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yangdapat

dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapatdisebabkan oleh

penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliakakomunis.

f. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dandermatom

dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

2. Etiologi

a. Diskogenik

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang

merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu

protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan

kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan

jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang

dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari

nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai

dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam

tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra.

Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada

trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar

maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan,

yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan

6

Page 7: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus

lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.9

b. Non-diskogenik

Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik

saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,

infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam

perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi

pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).

3. Faktor Resiko

Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan

epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan

terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja, yaitu:

a. Faktor Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalaminteraksinya

dengan sistem kerja. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwatinjauan secara

biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaanberkontribusi

pada terjadinya cedera otot akibat bekerja Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa

menyebabkan terjadinya cederapada otot atau jaringan tubuh :

1. Postur tubuh

Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal

ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya LBP.

Keyserling (1986) mengembangkan criteria sikap tubuh membungkuk, berputar dan

menekuk yang dilakukan pada waktu bekerja berdasarkan pengukuran sikap tubuh

tersebut.

Kriteria penilaian sikap tubuh:

- Sikap tubuh normal : tegak / sediit membungkuk 0o- 200dari garis vertikal

- Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 200– 450dari garis vertikal

- Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk > 450dari garis vertikal

- Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping kanan atau

kiri atau berputar > 15o dari garis vertikal

7

Page 8: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

2. Repetisi

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada

dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus

terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban

dapat menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang dan

sendi – sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus

invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban

berat secara tiba – tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakakn

secara berulang – ulang. Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan

degenerasi tulang punggung daerah lumbal.

3. Pekerjaan statis (static exertions)

Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahanposisi dalam

bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan denganpostur yang

dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebihrendah

dibandingkan dengan pekerjaan yang mengharuskan postur statis. Halini

disebabkan karena postur tubuh yang statis dapat meningkatkan risikoyang

berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi padajaringan

otot.Begerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus,sehingga

pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itupekerjaan statis

menyebabkan peregangan otot dan ligament daerahpunggung, hal ini merupakan

faktor resiko timbulnya LBP.

4. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) atau beban

Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkanuntuk

menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yangmenggunakan

tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besarterhadap otot, tendon,

ligament, dan sendi. Beban yang berat akanmenyebabkan iritasi, inflamasi,

kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, danjaringan lainnya.

8

Page 9: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

b. Faktor Individu (Personal factors)

Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi musculoskeletal disorder.

Berikut adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap kejadian

MSDs:

1. Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja

disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis

yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi

semakin lana waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko

MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs.10

2. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan

keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun

terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi

jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada

tulang dan otot menjadi berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang, semakin

tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang,

yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs.

Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65

tahun. Pada usia 35, kebanyakan orang memiliki episode pertama mereka kembali

sakit. Umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama

untuk otot leher dan bahu, bahkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur

merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini

terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.

Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus

musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.

4. Kebiasaan Merokok

9

Page 10: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat merokok positif

dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu panggul, atau intervertebral

disc hernia. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan

tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,

semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan.

Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat

kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari.

Mereka yang telah berhenti merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama

dengan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan

kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan

menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut

pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam

darah rendah.

5. Kebiasaan Olahraga

Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. 80 %) kasus nyeri tulang

punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang

berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu

menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi

oleh tingkat kesegaran jasmani.

6. Tinggi badan

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan merupakan faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Penelitian Heliovaara (1987), yang

dikutip NIOSH (1997) menyebutkan bahwa tinggi seseorang berpengaruh terhadap

timbulnya herniated lumbar disc pada jenis kelamin wanita dan pria. Schierhout

(1995), menemukan bahwa pendeknya seseorang berasosiasi dengan keluhan pada

leher dan bahu.

Pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung,

tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu,

dan pergelangan tangan. Apabila diperhatikan, keluhan otot skeletal yang terkait

10

Page 11: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka

dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya

7. Obesitas

Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkantonus otot

abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorongke depan dan

menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah yang kemudianmenimbulkan

kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP.11

c. Faktor Lingkungan

1. Getaran (vibrasi)

Getaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian arus bolak balik, arus mekanis

bolak balik, dan pergerakan partikel mengitari suatu keseimbangan, merupakan

sebagian kecil yang dikemukakan. Karakteristik getaran ditinjau dari frekuensi dan

intensitas. Frekuensi getaran mengacu pada frekuensi bolak balik per detik dan

diukur dalam satuan hertz (Hz). Intensitas diukur dengan berbagai cara, seperti

puncak amplitude, kecepatan tertinggi, dan pecepatan.

Reaksi fisiologis tubuh terhadap getaran tergantung pada frekuensi dan

intensitas. Getaran juga dibedakan menjadi getaran seluruh tubuh dan getaran yang

terlokalisir. Getaran seluruh tubuh ditransmisikan ke tubuh terutama melalui

bokong, misalnya saat seorang operator menduduki tempat duduk yang bergetar.

Tetapi getaran seluruh tubuh juga dapa terjadi saat getaran memasuki tubuh melalui

lengan dan tungkai. Getaran seluruh tubuh beraibat pada seluruh tubuh dapat

bersumberdari berbagai jenis kendaraan atau peralatan berat termasuk mobil, truk,

bis,kereta api, pesawat terbang, dan mesin – mesin untuk konstruksi

bangunan.Pajanan getaran setempat terutama berasal dari peralatan mesin genggam

yang bergetar.

2. Temperatur ekstrim

11

Page 12: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensortubuh, aliran

darah, kekuatan otot dan keseimbangan. Sedangkan temperatur

bekerja yang tinggi dapat menyebabkan pekerja cepat merasa lelah

4. Penatalaksanaan Low Back Pain

Biasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karena

aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalami

kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin tidak

jelas sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit

menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain selama 12

bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapat

umum bahwa 90% gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan12

Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan

penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk

menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan

kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri

akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan

vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang

menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya.

Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untukmenghilangkan

gejala-gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBPkarena tegang otot

dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untukmengendorkan kontraksi otot

(muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatislainnya kadang-kadang memerlukan

campuran antara obat-obat analgesik, antiinflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-

lain13

Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan

tindakanfisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan

tulangbelakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan

denganfisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran

yangberat. Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Di samping

12

Page 13: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

berobatpada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat

kespesialis penyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah orthopedic bahkan

mungkinperlu konsultasi pada psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih

banyakkasus dokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus low back

pain,padahal penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang tidak

akanmengurangi gejala low back pain.14

Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula.Meski

demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu:

a. Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring, medikamentosa danfisioterapi.

b. Terapi Operatif

Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.Pengobatan nyeri

punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab,lain pula pengobatannya.

Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dariyang paling sederhana yaitu

istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarikatau ligamen sprain, sampai

penanganan yang sangat canggih, seperti menggantibantal tulang belakang. Jika dengan

bedrest tidak juga sembuh, maka harusditingkatkan dengan pemeriksaan sinar X atau

dengan MRI (magnetic resonanceimaging). Setelah itu, bisa dilakukan fisioterapi,

pengobatan dengan suntikan, muscleexercise, hingga operasi. Masih ada lagi teknik

pengobatan lain, misalnya melaluipembedahan dengan endoskopi (spinal surgery),

metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang.15

Mengatasi low back pain juga tidak cukup dengan obat atau fisioterapi. Halitu hanya

mengurangi nyeri, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Penderita harusmenjalani

pemeriksaan untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisamelalui

pembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri.Latihan itu

menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utamayang berperan

dalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung.

Semua penyakit apapun jenisnya pada dasarnya dapat dicegah walaupunterkadang

timbulnya suatu penyakit adalah disebabkan lebih dari satu faktor dan adafaktor

penyebab yang tidak dapat kita kendalikan.

13

Page 14: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

C. Ergonomi

1. Defenisi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang kerja dan nomos artinya peraturan

atau hukum. Sehingga secara harfiahergonomi diartikan sebagai peraturan tentang

bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja. Selanjutnya seirama dengan

perkembangan kesehatan kerja ini maka hal – hal yang mengatur antara manusia sebagai

tenaga kerja dan peralatan kerja atau mesin juga berkembang menjadi cabang ilmu

tersendiri. Tujuan dari ergonomi itu sendiri adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga

kerja dapat melakukan pekerjaannya denga rasa aman, selamat, efesien, efektif dan

produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari bahaya yang mungkin timbul

ditempat kerja.16

Dua misi pokok ergonomi, adalah :17

a. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya (ukuran anggota tubuh : tangan,

kaki, tinggi badan) tetapi juga kemampuan intelektual atau berpikirnya. Cara

meletakkan dan penggunaan mesin otomatik dan komputerisasi di suatu pabrik

misalnya, harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang akan mengoperasikan mesin

tersebut, baik dari segi tinggi badan dan kemampuannya dalam hal ini yang ingin di

capai oleh ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat

– alat tersebut.

b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersbut sudah cocok maka

kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang

efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi. Dari uraian tersebut berarti

memperoleh produktivitas kerja yang tinggi. Dari uraian tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa tujuan utama ergomonik adalah mencegah kecelakaan kerja dan

mencegah ketidakefisienan kerja (meningkatkan produktivitas kerja). Disamping itu,

ergomoni juga dapat mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak

sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.

Edukasi sikap duduk ergonomis saat bekerja :18

1. Sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang dengan bokong

menyentuh belakangan kursi

14

Page 15: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

2. Gulungan handuk kecil dapat digunakan untuk mempertahankan kurva tulang

belakang

3. Apabila tidak terdapat pendukung lumbal, dapat dilakukan dengan cara duduk di ujung

kursi dan membungkuk sempurna. Tubuh ditegakkan dan lengkungan tubuh (kurva)

dibuat sebisa mungkin, kemudian tahan beberapa detik. Setelah itu posisi tersebut

dilepaskan secara ringan (sekitar 10 derajat). Keadaan ini merupakan posisi duduk

terbaik.

4. Lutut tetap dijaga setinggi/sedikit lebih tinggi dari pinggul (penyangga kaki dapat

digunakan bila perlu)

5. Tungkai tidak menyilang

6. Kaki dijaga tetap rata dengan lantai

7. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 30 menit

8. Ketinggian kursi dan tempat kerja diatur sehingga dapat duduk dekat ke pekerjaan

9. Siku dan lengan diistirahatkan pada kursi atau meja serta bahu dijaga agar tetap rileks

2. Tempat Duduk

Kriteria tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan

duduk merasa nyaman dan otot – otot menjadi lebih rileks dan tidak mengalami

penekenan – penekanan pada otot, saraf, fasia dan ligamentum.Kriteria tempat duduk

yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

a. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke

telapak kaki dengan ukuran antara 38 – 48 cm.

b. Panjang alas susuk harus labih pendek dari jarak lutut sampai garis punggung, dengan

ukuran yang disarankan adalah 36 cm.

c. Sandaran punggung bagian atas tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan

bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

3. Meja Kerja

Tinggi permukaan atas meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap

tubuh pada waktu bekerja. Kriteria umum yang dianjurkan untuk meja kerja sebagai

berikut :

a. Bagi pekerjaan yang memerlukan kekuatan manual yang besar, atau gerakan – gerakan

yang bebas, maka meja kerja dianjurkan setinggi lutut.

15

Page 16: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

b. Untuk sikap berdiri ukuran tinggi meja yang diusulkan pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian adalah 10 – 12 cm lebih tinggi dari siku. Sedangkan pada pekerjaan yang

memerlukan penekanan dangan tangan, tinggi meja adalah 10 – 12 cm lebih dari tinggi

siku.

c. Tinggi meja untuk sikap duduk yang diusulkan 54 – 58 cm dari permukaan daun meja

ke lantai, pada wanita ditambah lagi 2 – 4 cm untuk menyesuaikan dengan ketinggian

sepatu

d. Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan kebebasan bergerak

pada kaki

e. Permukaan meja rata dan tidak menyilaukan

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

- Kepala Keluarga : Ny.B

- Nama : Ny.B

16

Page 17: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

- Umur (tahun) : 48 Tahun

- Pekerjaan : Pengolahan bahan dasar kacipo

- Alamat Kantor : Jl.Gowa Ria No.21 Laikang

- Alamat Rumah : Jl.Gowa Ria No.21 Laikang

B. Anamnesis

1. Keluhan

Keluhan utama pasien ini adalah nyeri pinggang dan punggung bawah sejak 3 hari yang

lalu. Nyeri ini dirasakan hilang timbul sejak 10 tahun terakhir, muncul pada saat aktivitas

terlalu padat berkurang saat istirahat dan setelah minum obat penghiang nyeri. Saat

serangan nyeri datang, pasien merasa pinggang terasa kaku dan sulit digerakkan.

Pasien mengaku selama ini tidak pernah mengalami nyeri saat buang air kecil atau

nyeri pinggang yang menjalar ke perut dan rasa kesemutan yang menjalar ke kaki. Pasien

juga menyangkal jika pernah mengalami trauma atau kecelakaan sebelum mengalami

keluhan ini. Selama ini pasien jarang melakukan olahraga teratur, aktivitas sehari-hari

dirumah juga tidak terlalu berat serta tidak ada masalah yang berarti di tempat kerja

ataupun di rumah.

2. Riwayat Pekerjaan

Sebelumnya pasien bekerja menjadi pengolah bahan dasar kacipo selama ± 10 tahun yang

lalu, sejak tahun 1992 hingga 2001. Dalam sehari pasien hanya memiliki beberapa jam

istirahat.

3. Alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang digunakan adalah masker, topi, sarung tangan, dan clemek.

4. Riwayat penyakit

Pasien mengaku memiliki penyakit gastritis yang sudah dialami sejak masih muda.

Penyakit dalam keluarga tidak diketahui.

C. Hazard/faktor resiko

17

Page 18: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Faktor resiko timbulnya keluhan pada pasien adalah ergonomi, pasien mengaku jika

bekerja sikap duduk yang paling sering dilakukan adalah membungkuk, namun sesekali ia

mengubah sikap duduknya menjadi tegak atau bersandar di kursi.

D. Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan Umum : Tampak baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,8oC

BB : 56 Kg

TB : 161 cm

IMT : 21,62 kg/m2

Status Gizi : Cukup

Status Generalis

Kepala

Bentuk : Tidak ada kelainan

Rambut : Tidak ada kelainan

Mata : sklera ikterik (-/-), Konjungtiva pucat (-/-)

Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)

18

Page 19: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)

Leher

Bentuk : Simetris

Trakhea : Di tengah

KGB : Tidak teraba pembesaran KGB

JVP : Tidak meningkat

Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri

Palpasi : Fremitus vokal simestris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordiss tidak terlihat

Palpasi :Iktus Kordis teraba di sela iga V linea midklavikularis kiri

Perkusi : Pekak

Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : perut datar, simetris

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior : Tidak ada kelainan

Inferior : Sensibilitas (+/+),Parastesi (-/-)

Status Lokalis

Regio Lumbal

Inspeksi : datar, simetris, tanda – tanda radang (-), skoliosis (-), lordosis (-),

kifosis (-).

19

Page 20: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Nyeri ketok costovertebral angle (-)

E. Diagnosis Kerja

Low Back Pain e.c posisi tidak ergonomis

F. Penatalaksanaan

Medikamentosa :

- Analgetik oral, dikonsumsi setelah makan dan jika nyeri

- Obat H2 reseptor

G. Edukasi

a. Istirahat yang cukup

b.Melakukan olahraga secara teratur ( berenang, bersepeda atau jalan kaki)

c. Memperbaiki posisi duduk saat mengolah kacipo, yaitu sikap duduk yang tegak yang

diselingi istirahat sedikit membungkuk.

H. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam: ad bonam

Quo ad sanationam: ad bonam

BAB V

PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis kerja dengan low back pain et causa ergonomis. Tidak ditemukan

adanya penyakit lain pada anamnesis maupun pemeriksaan fisik. Etiologi dari LBP pada pasien

ini yaitu ketegangan otot, otot-otot yang dapat terlibat antara lain musculus gluteus, muskulus

20

Page 21: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

quadratus lumborum, spasme muskulus psoas mayor. Spasme ini dapat terjadi karena gerakan

pinggang yang terlalu mendadak atau berlebihan melampaui kekuatan otot-otot tersebut

Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja adalah

ergonomisakibatUnsafe Action dimana pada pasien ini posisi duduk, posisi duduk yag dilakukan

saat mengolah bahan kacipo adalah membungkuk. Penelitian menunjukkan bahwa lama duduk

selama 4 jam per hari dengan sikap membungkuk merupakan faktor risiko terjadinya LBP. Jika

pasien duduk dengan sikap tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk kemungkinan

nyeri pinggang. Addanya faktor usia> 40 tahun dimana bertambahnya usia, kekuatan tulang dan

elastisitas otot cenderung menurun. Discus intervertebral mulai kehilangan cairan dan

fleksibilitas, yang mengurangi kemampuan sebagai bantal.

Patofisiologi nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat

perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan

nyeri Keterangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang merupakan

salah satu pemnyebab utama LBP Kifosis lumbal selain menyebabkan peregangan ligamentum

longitudinalios posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis

sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posteriordan penekanan

pada nukleus pulposus.

Penelitian menunjukkan tekanan diskus lebih besar pada posisi duduk tegak (140%)

dibandingkan posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar lagi pada posisi duduk dengan badan

membungkuk ke depan (190%). Keadaan ini terjadi akibat perubahan mekanisme pelvis dan

sakrum selama perpindahan dari berdiri ke duduk, yaitu: tepi atas pelvis berotasio ke belakang,

sakrum berputar menjadi tegak, kolumna vertebralis berubah dari lordosis ke posisi lurus atau

kifosis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus.

Edukasi yang dilakukan :

- Istirahat yang cukup

- Melakukan stretching sebelum, saat dan sesudah waktu bekerjaa. Stercting yang disarankan

untuk pekerja adalah sebagai berikut :

21

Page 22: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Pelvic Tilts

Berbaring telentang dengan lutut ditekuk,

tumit diatas lantai, dan berat badan

bertumpu pada tumit. Tekan punggung

kecil menghadap lantai, kerutkan bokong

(angkat sekitar setengah inci dari lantai),

dan kerutkan otot perut. Tahan posisi ini

untuk hitungan 10. ulangi 20 kali.

Abdominal Curls

Berbaring telentang dengan lutut ditekuk

dan kaki diatas lantai. Letak kan tangan

melintani dada. Mengkerutkan ototperut,

secara perlahan mengangkat bahu 10 inci

dari lantai sambil menjaga kepala belakang

(dagu seharusnya tidak menyentuh dada).

Kemudian mepaskan otot perut, secara

perlahan merendahkan bahu. lakukan 3

kali 10

Knee-to-Chest Stretch

Berbaring pada punggung dengan lutut

ditekuk dan kedua tumit pada lantai.

Ketika menjaga lutut ditekuki, letakkan

kedua tangan dibelakang salah satu lutut

dan arahkan ke dada. Tahan untuk

hitungan ke 10. Secara perlahan

rendahkankan ki dan ulangi dengan kaki

yang lain. Lakukan latihan ini 10 kali.

22

Page 23: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

Hip and Quadriceps Stretch

Berdiri dengan salah satu kaki diatas lantai

dan lutut pada kaki yang lain ditekuk kira-

kira bersudut 90º. Genggam didepan

pergelangan kaki pada kaki yang ditekuk

dengan tangan pada sisi yang sama.

(tangan yang lainnya kemungkinan

diletakkan di belakang bangku atau pada

dinding untuk keseimbangan). Menjaga

lutut bersamaan, menekan kaki berlawanan

dengan tangan dan menjauh dari tubuh.

Tahan untuk hitunganke 10. Ulangi dengan

kaki yang lain. Lakukan olah raga ini 10

kali.

23

Page 24: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Low Back Pain pada kasus ini disebabkan oleh ketegangan otot akibat posisi duduk yang

tidak ergonomis yang terjadi selama beberapa tahun dan diperberat oleh faktor usia.

2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.

B. Saran

1. Memperbaiki posisi duduk saat melakukan pengolahan kacipo, yaitu sikap duduk yang

tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.

2. Melakukan pendataan terhadap pekerja yang mengalami LBP secara berkala agar dapat

dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi angka kesakitan.

24

Page 25: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work, and Health. Maryland, Gaithersburg :Aspen

Publishers, Inc

2. Sumarni, Herni. Analisis Faktor Resiko Ergonomi dan Keluhan Subyektif Terhadap Resiko

Terjadinya Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Karyawan Bagian Produksi Seksi

Welding 2A di Plant PT.X Tahun 2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. 2008.

3. Rachel, Sulvana. Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Perawatan Lapangan Golf di

Perusahan X dan Faktor – faktor yang Berhubungan. Tesis. Jakarta :Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2005.

4. Suma’mur PK. 1996. Higine Kesehatan dan Keselamatan Kerja. hal. 87-97. PT Toko Jakarta:

Gunung Agung

5. Basuki, Kristiawan. (2009). Analisis faktor risiko kejadian low back pain pada operator

tambang sebuah Perusahaan Tambang Nickel di Sulawesi Selatan tahun 2007-2008.

Semarang. Program Studi Magister Promosi Kesehatan.

6. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan.

Jakarta.

7. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi dan

Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi,

2001:145-167.

8. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan makalah lengkap

Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Palembang, 8-12

Desember 1996

25

Page 26: Tugas Kelompok II LBP (Kdoktrn Kerja)

9. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004) Available

from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm.

10. Jannis J. 2000. Pathophysiology event on Low Back Pain. Jakarta : Bagian Neurologi

FKUI/RSUPN-CM;2 Oktober 2000. dalam pertemuan PERDOSSIJAYA.

11. Sunarto. Latihan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah. Medika Jelita Jakarta Edisi

III/406.054. 2005.

12. Manek, Nisha dan Mac Gregor. Epydemiology of Back Disorder : Prevalence, Risk Factors

and Prognosis. Curr Opin Rheumatol. 2005 ; 17(2) : 134-140.©2005 Lippincot Williams

& Wilkins.

13. Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med. Vol 344

No. 5. 2001.

14. Zanni, Guido dan Jeannette, Wick. Low Back Pain : Eliminating Myths and Elucidating

Realities. J. Am Pharm Assoc 43(3):357-352. © 2003 American Pharmaceutical

Association.

15. Murtagh, John. Low Back Pain in : General Pratice. Third Edition. The McGraw-

HillCompanies. Australia. 2003

16. Notoatmodjo S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

26