tugas kelompok kwn (observasi pkl)

Upload: aldilla-agung

Post on 07-Mar-2016

242 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PPKN

TRANSCRIPT

Observasi Profil Pedagang Kaki Lima

Oleh kelompok 5: Indra Setiawan (110114525) Putu Agus Andika Putra (110114511) Muhammad Helmi (110114509) Nindya Maridsa (110114274) Alexandrya ayu (110114276) Azizah (110114616)

Fakultas FarmasiUniversitas Surabaya2015/2016BAB I PENDAHULUANLatar Belakang Indonesia adalah Negara yang memiliki ideologi bangsa yang didasarkan pada pancasila, dan bhineka tunggal ika sebagai semboyannya. Indonesia merupakan Negara yang kaya akan suku, ras, agama dan budaya yang nyatanya dapat berjalan secara selaras dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang kaya, Indonesia menjadi Negara yang memeiliki sumber daya yang melimpah baik sumberdaya manusia maupun seumber daya alam dimana kualitas sumberdaya yang baik dapat meningkatkan laju prekonomian Negara Indonesia itu sendiri. Namun keakeragaman yang ada di Indonesia tidak selalu berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan keyakinan dan cara pandang dapat memicu adanya konflik dalam suatu kelompok masyarakat, yang tentunya akan berimbas pada kualitas hidup masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu adanya kendali pemerintah dalam menyelaraskan tujuan dan pemikiran masyarakat agar dapat mencapai kesamaan persepsi dan menciptakan kerukunan. Adanya keseimbangan antar kerukunan bermasyarakat dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat kualitas hudup masyarakat Indonesia. 2.1 Tujuan Penulisan 1. Memahami Pancasila sebagai Ideologi Negara2. Mengetahui keaneka ragaman Suku, Ras, Agama dan Budaya yang ada di Indonesia 3. Mengetahui Peran Pemerintah Dalam Menjaga dan Menciptakan Kerukunan 4. Mengetahui realitas rasa kebangsaan

Pancasila Sebagai Ideologi NegaraIdeologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, pengertian kata logi yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Istilah ideologi pertama kali di kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang perancis pada tahun 1796. Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial atau sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional di golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi doktriner dan ideologi yang pragmatis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri:1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.2. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen nya untuk melaksanakannya. Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup mereka.Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa. Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

2.2 Keanekaragaman Suku, Rasa, Agama dan Budaya Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan Bhinneka tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan. Persebaran Daerah Asal Suku Bangsa di IndonesiaSuku bangsa addalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat. Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini. a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain. b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan lain-lain. c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian. d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari Saudati. e. Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis ayah) dan matrilineal (sistem keturunan menurut garis ibu). f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar. Jumlah suku bangsa di Indonesia ratusan jumlahnya. Di bawah ini tabel persebaran suku bangsa. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembinaan kebudayaan daerah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. pertukaran kesenian daerah b. pembentukan organisasi kesenian daerah c. penyebarluasan seni budaya, antara lain melalui radio, TV, surat kabar serta majalah d. penyelenggaraan seminar mengenai seni budaya daerah e. membentuk sanggar tari daerah f. mengadakan pentas kebudayaan

2.3 Peran Pemerintah Dalam Menjaga dan Menciptakan Kerukunan Dalam rangka memperkokoh komitmen kebangsaan serta memperteguh 4 pilar dalam berbangsa dan bernegara (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI) maka diperlukan kesadaran bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan FKUB. Fenomena kehidupan beragama yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini perlu mendapat tanggapan yang positif dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta berbagai kalangan menyangkut masalah keadilan, kerukunan, dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memang telah banyak berbuat, baik secara langsung maupun dengan cara memfasilitasi berbagai kagiatan yang berkaitan dengan kerukunan nasional dan ketertiban masyarakat. Pemerintah juga telah membangun Kawasan Desa Binaan, membentuk kader pemeliharaan kerukunan dan perdamaian (peace making dan peace keeping), serta melaksanakan kegiatan pengembangan wawasan multikultural bersama tokoh-tokoh agama tingkat pusat dan daerah. Pemerintah juga sudah melaksanakan program kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan dan LSM dalam rangka pendampingan, pembelajaran serta penanaman nilai wawasan kebangsaan. Berbagai kegiatan tersebut sesungguhnya telah banyak membuahkan hasil, yang membawa kehidupan beragama dan kerukuanan umat beragama semakin kondusif. Mengingat bahwa kehidupan dan kerukunan umat beragama bersifat dinamis dan rentan terhadap pengaruh lingkungan global serta berbagai aspek kehidupan nasional maka kerukunan umat beragama harus dipelihara secara terus-menerus dan terarah. Oleh karena itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban meningkatkan kinerjanya dalam memenuhi tuntutan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Sehubungan dengan itu, Kongres Forum Kerukunan Umat Beragama ke III merumuskan peran yang berkaitan dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan FKUB sebagai berikut: 1. Pertama, menegaskan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menjalankan urusan wajib, yaitu menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional termasuk kerukunan umat beragama serta keutuhan NKRI. 2. Kedua, Pemerintah dan Pemerintah Daerah meningkatkan peran FKUB sebagai mitra di dalam membangun dan memelihara kerukunan umat beragama, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pemecahan problem keadilan dan kesejahteraan di dalam kehidupan masyarakat. 3. Ketiga, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan kewajiban secara konsisten memberikan fasilitas dukungan anggaran melalui APBN/APBD untuk pelaksanaan tugas pokok FKUB. Realitas menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama masih menyisakan banyak masalah. Penyiaran agama, pendirian rumah ibadat, kekerasan atas nama agama, penodaan agama, dan pelecehan ajaran serta simbol-simbol suci keagamaan seringkali menjadi penyebab terjadinya konflik antar umat bergama. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui berbagai peraturan perundang-undangan telah mengupayakan terbangunnya harmoni dalam kehidupan beragama. Aktifitas kerukunan, dimulai dengan musyawarah antar umat beragama, dialog kerukunan, pengembangan wawasan multikultural hingga kerjasama lintas agama, telah dilakukan ataudifasilitasi oleh pemerintah. Berbagai macam upaya juga telah dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil (LSM) untuk pengembangan kerukunan, harmoni dan toleransi, namun upaya itu lebih banyak mengalami jalan buntu dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Kondisi demikian membuat masyarakat semakin tahu bahwa upaya-upaya yang dilakukan selama ini hanya membuang buang dana. Buktinya, untuk urusan mendirikan rumah ibadat bagi kelompok minoritas saja tidaklah mudah. Penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan tentang Perselisihan Pendirian Rumah Ibadat pada tahun 2011 menunjukkan bukti kebenaran pernyataan tersebut. Masyarakat sering melihat dan memahami bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih setengah hati dalam menangani kasus-kasus kerukunan umat beragama. Akar masalah konflik antar umat beragama sebenarnya telah dapat diidentifikasi, namun solusinya tidak sampai kepada penuntasan akar masalah. Sebenarnya, dengan eksistensi FKUB, akar masalah tersebut dapat didiskusikan atau didialogkan. Warga masyarakat juga dapat menyampaikan aspirasi terkait dengan hubungan antar umat beragama kepada FKUB, sehingga persaingan dan permusuhan tidak berkembang dalam forum-forum yang sakral seperti khutbah, ceramah, dan ibadat. Sebagian besar masyarakat juga semakin melihat dan memahami bahwa negara cenderung tidak memiliki perspektif kebhinnekaan dalam melihat keunikan karakter dan ekspresi budaya masyarakat di berbagai daerah, yang berakibat kepada diskriminasi terutama diskriminasi budaya. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah sangat diharapkan untuk: 1. Mengkaji secara intensif dan mendalam tentang bidang regulasi dengan mengikutsertakan FKUB dalam penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan mengingat hal ini berkaitan dengan: a) Relasi sosial Kehidupan Umat Beragama atau UU apa pun namanya yang mengatur substansi tersebut;b) Penetapan RTRW, termasuk lokasi peruntukan rumah ibadat;c) Melakukan revisi penyempurnaan Peraturan Gubernur dengan memasukkan substansi tentang: penguatan tugas Dewan Penasehat FKUB, peran Pemerintah Daerah dalam penyelesaian perselisihan, peran Kepala Desa/Lurah dalam pendataan umat beragama, dan peran Camat menerima tugas Bupati/Walikota menyangkut perijinan sementara bangunan gedung sebagai rumah ibadat. 2. Meningkatkan dukungan fasilitasi bagi pemberdayaan FKUB dalam penganggaran dalam bentuk anggaran melalui APBN/APBD, fasilitas kantor, perbantuan tenaga administrasi, peningkatan kapasitas anggota FKUB melalui pembelajaran organisasi, dan pelimpahan tugas sosialisasi peraturan perundang-undangan. Untuk hal ini, perlu ada nota kesepahaman antara Kemenag dan Kemdagri. 3. Meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan FKUB, majelis-majelis agama, organisasi dan lembaga keagamaan serta lembaga swadaya masyarakat lainnya melalui penguatan peran Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota selaku Ketua Dewan Penasehat FKUB, dan Kakanwil Kementerian Agama serta Kakan Kemenag Kabupaten/Kota selaku Wakil Dewan Penasehat FKUB; Mengkoordinasikan pelaporan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan, pemberdayaan FKUB, dan pendirian rumah ibadat kepada pihak terkait secara berjenjang. 4. Menyediakan informasi hasil pemetaan tentang data penduduk dan perkembangan situasi kerukunan serta lingkungan berpengaruh lainnya; Membuka ruang dialog agama dan pluralisme agar hubungan antar-agama tidak mengalami pengerasan dan sentimen negatif yang dapat mengarah pada kebencian antar-umat beragama dan intra-agama. Masyarakat pasca-konflik jelas sangat membutuhkan ruang dialog agar masyarakat lokal bisa ikut membangun daya kohesif yang berguna bagi terbentuknya ketahanan lokal. Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana disebutkan di atas sangat diperlukan bagi upaya menciptakan kerukunan 2.4 Realitas Kebangsaan Realitas merupakan gambaran nyata kehidupan masyarakat sehari-hari, rasa kebangsaaan merupan cerminan masyarakat akan kecintaanya terhadap suatu bangsa dan semangat membangun bangsa. dengan berkembangnya berbagai paham negative, masyarakat cenderung mengalami perubahan cara pandang dan ideology. sehingga untuk mengetahui hal tersebut kami melakukan sebuah survey dengan mewawancarai pekerja PNS maupun Non PNS untuk mengetahui realitas rasa kebangsaan saat ini. Berikut merupakan hasil survey yang kami lakukan: I. Frequensi Identitas Responden I.1.a Tempat Tinggal Responden

2. Rumusan masalahApakah faktor sosial, ekonomi, dan dan politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola berjualan dan pangsa pasar di lingkungan pkl?

3. HipotesisFaktor faktor sosial, ekonomi, lebih berpengaruh terhadap pola berjualan dan pangsa pasar daripada faktor politik yang cenderung hanya terjadi musiman saja.

4. Observasi/wawancaraKami melakukan observasi melalui kuisioner dari sumber berkaitan, yang kami gunakan untuk mencari informasi dari para responden (dalam hal ini pedagang kaki lima) di sekitar universitas surabaya.Kuisioner tersebut berisis:Identitas respondenFaktor yang mempengaruhi pola jual pedagangHarapan/ rencana responden kedepannya

5. Hasil observasi

1. Pedagang nasi goreng

Sutikno, yang berperawakan tinggi, kurus, dan murah senyum berjualan nasi goreng di persimpangan jalan raya trosobo, setiap sore selalu mangkal di tempatnya berjualan. Sutikno menekuni usaha berjualan nasi goreng sejak tahun 2000 dikarenakan berjualan nasi goreng ini adalah usaha turun menyrun dari orang tuanya. Disini Sutikno tinggal di kos yang tidak jauh dari tempat mangkalnya. Sutikno harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari istri dan kedua anaknya yang berada di Lamongan. Isdtrinya hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Dalam area kos nya terdapat beberapa jenis pekerjaan yang mereka geluti. Dari mulai buruh pabrik, pedangan asongan, dan penjual makanan. Dikatakan oleh Sutikno bahwa pemilik kos tidak bertempat tinggal di lingkungan tersebut hanya sesekali mengecek dan menarik uang anggaran kos. Meski Sutikno berjualan dia juga tetap mengikuti kegiatan di tepat dia tinggal (agustusan,kerja bakti)Sutikno mendapatkan modal dari orang tuanya, peralatan-peralatan memasak dan gerobak yang digunakan berjualan adalah milik sendiri, pendapatan setiap harinya Rp.100.000 jadi omset yang didapatnya Rp.3000.000, terdapat kemajuan dan kemunduran itu pasti, karena tidak dapat dipastikan ramai dan sepinya pembeli tersebut. Di tempat Sutikno berjualan tidak memerlukan ijin jadi di tidak dipungut biaya apapun. Sehingga pendapatan yang didapatkan lebih banyak, Maka dari itu dia dapat berjualan dengan harga miring. Harapan pedagang adalah dengan modal yang sekesil-kecilnya akan mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin. 2. Pedagang Makanan dan Minuman RinganHasanah seorang wanita paruh baya yang berusia 55 tahun ,berkulit putih dan berhidung mancung yang biasa menjajahkan makanan dan minuman ringan di sebuah warung yang sangat sederhanan di pinggiran jalan Mejoyo pojok daerah sekitar Universitas Surabaya , setiap harinya hasanah harus bangun pagi untuk memasak dan mengurus keperluan anak dan suaminya yang sekarang ini sudah sakit-sakitan tepatnya dua tahun yang lalu Ahmad suami dari Hasanah yang berumur 60 tahun terkena struk saat sedang jaga disebuah rumah dimana dia bekerja sebagai satpam dirumah tersebut, entah karena kecapekan atau banyak fikiran hal itu menyebabkan tubuhnya menjadi drop dan jatuh saat sedang jaga dan saat difonis oleh dokter mengidap penyakit struk hal itu membuat Hasnah sangat sedih dan terpukul dia harus berjuang sendiri untuk menghidupi keluarga besarnya setiap bulannya Hasanah mengantarkan suaminya untuk check up di rumah sakit ,tidak hanya itu dia harus mengurus anak-anaknya yang berjumlah 10 orang 4 perempuan 6 laki-laki diantara anak-anaknya ada yang sudah berkeluarga , bekerja dan ada yang masih sekolah meskipun anaknya sudah berkeluarga tetapi mereka masih sering mengunjunginya dan mendapat jatah dari anaknya yang sudah bekerja setiap bulanya meskipun begitu hal itu tidak menjadikan dirinya berpanggku tangan Hasanah harus menanggung 8 anaknya dan suami yang sangat dicintainya, dengan penampilannya yang sangat sederhana dengan hijab dan baju yang menutup rambut serta tubuhnya,setiap harinya Hasanah berangkat dari rumahnya yang berada dijalan Mejoyo gang 2 No.37 menuju warung dimana dia berjualan untuk menjajahkan jualannya dari jam 07.00-23.00, setiap harinya Hasanah harus menunggunggu pembeli yang mau mampir sekedar membeli makanan ataupun minuman hal tersebut tidak selalu menjadikannya semangat dan senang ada kalanya timbul perasaan jenuh ,dia sering kali menonton TV dan beristirahat disela-sela dia menggunggu pembeli untuk membuang perasaan jenuh yang ada pada dirinya, terkadangpun ada perasaan lelah dan capek dengan semua kehidupannya tetapi anak dan suaminya lah yang menjadi penyemangat dalam hidupnya dia rela berjualan makanan dan minuman ringan dari tahun 1979 sampai sekarang dengan kondisi warung yang sudah tidak layak lagi sering kali jika hujan turun air hujan masuk melalui sela-sela atap yang berlubang, terkadang terbesit dalam fikirannya untuk hidup lebih layak lagi namun apa daya nasib belum berpihak padanya dengan dia bisa makan setiap harinya saja itu sudah menjadi nikmat yang luar biasa untuknya ,karena dia menyadari dia hanya lulusan SD hal itu menjadikannya dirinya hanya bisa bekerja sebagai penjual makanan dan minuman dipinggir jalan ,sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah ladang milik orang lain tak jauh dari rumahnya namun karena Hasanah merasa pendapatan dari bertani itu kurang akhirnya dia memutuskan untuk membuka warung tempat dimana dia berjualan sekarang ini, Hasanah tidak berjualan sendiri kerap kali anaknya yang masih sekolah datang membantunya setelah pulang sekolah namun tidak semua anak-anaknya mau membantunya sedangkan suaminya serang menjadi penjaga parkir meskipun kondisinya belum sembuh total namun Ahmadmempunya keinginan untuk membantu Hasanah mesipin penghasilannya tidak seberapa, dengan pekerjaanya Hasanah yang sekarang dia tidak pernah merasa malu ataupun gengsi justrus dia merasa bangga karena dari usahannya tersebut dia bisa menghidupi keluarga serta menyekolahkan anak-anaknya sapai lulus SMA.Di lingkungan tempat tinggalnya Hasanah bisa dibilang aktif , dia sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti bersih kampung , pengajian kampung dan diapun ikut berpartisiasi baik tenaga ataupun berupa iruan bila ada acara-acara di kampungnya,tetangga disekitar rumahnyapun sangat peduli terhadap keluarganya karena bisa dibilang keluarga Hasanah merupakan salah satu keluarga yang tidak mampu tetangganyapun kerap kali membagi makanan ke keluarganya, namun tidak semua tetangganya memiliki hati yang mulia ada juga tetangganya yang tidak suka kepadanya membuli dan menjelekannya namun hal itu tidak menjadikannya sakit hati karena dia berfikir hal itu tidak akan merubah hidupnya, meskipun dia banyak mengikuti kegiatan di kampungnya namun dia tidak pernah terlibat dan ikut organisasi PKL di daerahnya.Selain berjualan makanan dan minuman ringan sebelumnya Hasanah pernah berjualan nasi campur, nasi pecel dan gorengan namun karena tenaganya semakin berkurang dan sudah tidak ada yang membantunya seperti dulu akhirnya lambat laun dia memutuskan berjualan makanan dan minuman ringan saja yang dianggapnya bisa dilakukannya sendiri, kebanyakan pebelinya adalah mahasiswa mahasiswi yang kos disekitar warung Hasaanah berjualan namun pembelinya semakin berkurang setelah hasanah tidak berjualan nasi lagi hal itu menyebabkan omset Hasanah menurun drastis yang biasanya mendapat 700 ribu perhari sekarang Hasanah hanya mendapat 200 ribu namun terkadang pendapatannya kurang dari 200 ribu dari penghasilan itu dia mengembangkan usahanya namun jika penghasilannya tidak cukup untuk membeli dagangan dan untuk makan keluarganya ,Hasanah selalu mengutamakan keluarganya baginya yang penting keluarganya bisa makan dulu masalah dagangan dia bisa membeli bila ada rejeki lebih,dalam usahanya tidak selalu berjalan lurus pernah ada satpol pp yang mau menggusurnya dan meberikan tempat yang lebih baik untuk Hasanah namun dia tidak mau karena berat buatnya untuk melepas tempat dimana dia dan keluarganya mengais rejeki dari nol selain itu disitu dia tidak punya saingan yang berjualan sama dengannya hal itu sangat menguntungkan baginya,dalam berjualan dia menggunakan alat-alat yang sangat sederhana dan terlihat meja yang sudah pada rapuh dengan atap yang sudah pada bocor namun karena terhimpit biaya Hasanah belom bisa memperbaikinya , Hasanah miliki keinginan besar untuk merenofasi semuanya namun apadanya yang penting dia masih bisa berjualan diwarungnya. Dengan modal yang tak begitu besar namun dia mendapat keuntungan dari usahanya meskipun omset yang di dapat mengalami kemunduran dari 700 ribu ke 200 ribu namun Hasanah masih bisa bersyukur dengan omset yang diperoleh kurang lebih 5 juta setiap bualannya bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.Ketika Hasanah menempati tempat jualanya sekarang Hasanah tidak mengurus ijin terlebih dahulu karena dia mendapatkannya dari orang tuanya yang sudah dulu menempati tempat tersebut Hasanah hanya melanjutkan usaha dari orang tuanya saja dan dia tidak pernah dituntut untuk bayar tagihan ataupun iuran ditempat dimana dia bekerja hal tersebut sangat meringankan bebannya, pengeluarannya menjadi sedikit, meskipun pernah dihadapkan petugas satpol pp yang ingin menggusurnya namun hal itu tak menjadikannnya takut karena dia mencari rizki yang halal , berusaha sendiri dan dia melakukannya demi keluarganya yang sangat dia cintai melebihi apapun.Harapan yang paling besar buat Hasanah sendiri sangat sederhana seperti harapan orang tua pada umumnya dia sangat berharap bisa melihat anak-anaknya menjadi orang sukses , bisa melanjutkan diperguruan tinggi , menjadi anak sholeh dan sholihah , serta ada diantara mereka yang mau melanjutkan usahanya suatu saat nanti, harapan untuk suaminya dia hanya berharap semoga keajaiban berupa kesembuhan bisa terjadi pada suaminya sehingga bisa membantunya untuk mendapatkan rejeki yang lebih banyak lagi sehingga bisa memerbaiki warungnya dan kehidupannya bis lebih baik lagi . intinya kehidupan akan mengikuti kita jikalau kita mau berusaha dan berdoa.LAMPIRAN

Saat wawancara

Surat check up

3. Pedagang JusSeorang penjual kaki lima yang berdagang jus buah segar dan tentunya baik untuk kesehatan tubuh dengan penampilannya yang bersahaja duduk dengan sabar menunggu para pelanggan dan pembeli yang akan berdatangan membeli dagangannya. Namanya Abdul Muis, pria kelahiran Madura yang sekarang berusia 24 tahun kini menekuni pekerjaan sebagai pedagang dengan berjualan jus buah di dekat kampus II Universitas Surabaya yakni berlokasi di depan area halaman depan rumah Blok AI No. 34 Jalan Raya Tenggilis, Rungkut Mejoyo Selatan dan bisa terlihat dengan jelas karena dagangannya mempunyai nama, sehingga identik dan banyak yang mengenalnya dengan nama Juice Bomber. Pak Muis menggeluti pekerjaan ini sejak 4 tahun lalu karena tuntutan ekonomi sehingga mengharuskannya untuk berjualan jus. Pak Muis yang hanya lulusan Sekolah Dasar mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dahulu dikarenakan syarat minimal untuk bisa diterima bekerja harus lulus Sekolah Menengah Umum/Atas sehingga ia berinisiatif membuka usaha sendiri. Pak Muis melakukan pekerjaan ini karena dulu sudah punya pengalaman berdagang jus bersama saudaranya sehingga ia menjadi punya keterampilan dalam berjualan jus. Beliau yang menyewa tempat tinggal bersama seorang istri dan satu orang anak perempuannya yang masih berumur 2,5 tahun menempati sebuah rumah kos yang cukup sebagai tempat untuk berteduh dan beristirahat yang beralamat di Rungkut Lor Gang III B. Istri dari Pak Muis sendiri kesehariannya berada di rumah sebagai ibu rumah tangga dan terkadang juga ikut membantu suaminya dalam bekerja selain juga menjaga buah hati mereka yang masih kecil.Dengan menempati rumah kos yang cukup sederhana, Pak Muis dapat melakukan aktivitasnya disana dengan menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya ketika lelah datang dari bekerja. Di sekitar kos yang ia bersama keluarga tempati, hampir sebagian besar yang ikut menempati rumah kos di sekitar sana ada yang berprofesi sebagai pedagang, ada juga yang berprofesi sebagai karyawan pabrik, buruh dan lain lain. Pada setiap acara atau kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat disana ketika hari-hari besar keagamaan maupun nasional tiba, Pak Muis selalu turut ambil bagian dalam penyelenggaraan acara yang dilaksanakan di sekitar komplek tempat tinggal beliau seperti acara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus tiap tahunnya, acara kerja bakti, acara pernikahan dan acara lain yang diselenggarakan oleh masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal Pak Muis sehingga menimbulkan interaksi sosial yang baik antar masyarakat serta hubungan baik antara ia dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.Sebagai seorang pedagang yang sudah menekuni pekerjaan ini sejak lama dengan menjual jus buah. Para pelanggan Pak Muis sendiri kebanyakan adalah mahasiswa Universitas Surabaya yang tinggal dengan menempati kos di sekitar kampus Universitas Surabaya. Selain itu masyarakat sekitar daerah Tenggilis juga jadi pangsa pasar Pak Muis dalam berjualan. Pak Muis yang sejak dulu merintis usaha ini seorang diri dan dengan bermodalkan keberanian untung mengalami untung dan rugi dalam menjalankan usaha serta disokong oleh modal materi yang beliau dapatkan dari meminjam di saudara maupun lembaga pemberi modal, beliau pergunakan modal tersebut dengan baik, sehingga sampai sekarang beliau masih bisa berjualan jus. Modal yang ia peroleh dari lembaga peminjaman modal dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Muis dalam menjalankan usahanya sampai ia tidak pernah mengalami kesulitan dalam peminjaman modal atau diminta melunasi peminjaman hutangnya oleh para penagih hutang secara paksa. Selain itu terkadang ada suatu waktu ketika saudara beliau yang giliran mengalami hal yang terjadi sama terjadi padanya, yakni dalam peminjaman modal, Pak Muis dengan senang hati meminjamkan modal yang ia punya sebagai tanda balas jasa karena saudaranya tersebut pernah meminjamkan modalnya kepada Pak Muis. Peralatan yang ia gunakan untuk berdagang setiap harinya merupakan miliknya sendiri yang sudah dipakai sejak 4 tahun silam, namun ketika malam hari tiba dan sudah saatnya untuk selesai bekerja, Pak Muis menutup barang dagangannya dan menitipkan kepada tuan rumah tempatnya menyewa lahan untuk berjualan. Dengan pendapatan yang masih kotor diantaranya termasuk harga barang dagangan yang dijual, setiap harinya Pak Muis bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp. 600. 000, 00- dan apabila dihitung secara bersih tanpa ditambah harga barang dagangan dan pengeluaran yang lain, Pak Muis bisa meraup pendapatan sekitar Rp. 150. 000, 00- per harinya. Namun beberapa saat yang mengharuskan beliau untuk mengigit jari adalah ketika terjadi kemunduran dalam menjalankan roda usaha nya seperti ketika kondisi atau cuaca buruk contohnya hujan dengan intensitas tiap waktu sehingga tidak memungkinkan untuk Pak Muis dalam menjual habis dagangannya karena enggannya para pembeli yang ingin meminum jus disaat suasana seperti itu selain juga karena ada kondisi dimana harga bahan baku yang melonjak naik pada waktu waktu tertentu, sehingga mengharuskan beliau untuk memutar otak supaya roda usahanya masih tetap bisa berjalan dan asap dapur tetap bisa mengepul. Selain itu ada saatnya juga ketika beliau mendapatkan suatu keadaan yang menguntungkan beliau dalam berjualan yakni pada saat cuaca terik dan panas sehingga banyak sekali yang berdatangan.Lokasi yang Pak Muis tempati sebagai tempat untuk berdagang, sebelumnya telah mendapatkan izin dari pemilik lahan tempat Pak Muis berjualan dan setiap bulannya Pak Muis harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 400. 000, 00- per bulan untuk penyewaan lahan tempatnya berjualan dan dibayarkan langsung kepada pemilik lahan tersebut. Selama beliau menjalankan usahanya dengan berjualan jus, beliau tidak pernah sampai mengalami konflik/masalah yang berhubungan langsung dengan aparat keamanan sebagai contoh Satuan Polisi Pamong Praja, atau Hansip yang mungkin secara langsung dapat melakukan penggusuran terhadap lahan yang ia tempati karena area/lahan yang beliau tempati untuk bejualan jus, sebelumnya sudah mendapatkan izin. Harapan Pak Muis sendiri agar pemerintah senantiasa memperhatikan rakyat kecil khususnya pedagang dalam hal ini karena Pak Muis berprofesi sebagai pedagang agar harga bahan baku dalam pembuatan jus selalu stabil dan bisa dijangkau, selain itu Pak Muis berkeinginan untuk membuka cabang lagi dengan usaha yang sama dan tidak ada regulasi dari pemerintah yang memberatkan para pedagang kaki lima

4. Pedagang pentol keliling

Pak suroso namanya, beliau merupakan pedagang pentol keliling. Berperawakan tidak terlau tinggi, kulit hitam karena terkena sengatan sinar matahari. Namun demikian pak suroso tetap sabar dalam menunggu jualannya.

Dagangan pentol milik pak suroso tidak laku habis begitu saja, biasanya perlu waktu 2 hingga 3 hari untuk kemudian pak suroso menghabiskan dagangannya. Pak suroso memulai dagangannya sejak 2 tahun yang lalu di sekitar lingkungan ubaya dan sma dekat universitas surabaya. Modal yang didapatkan oleh beliau adalah dari kakaknya sendiri. Sehingga beliau tidak ikut menghitung keuntungan yang didapatnya dari berjualan pentol saat saya menanyainya. Namun, beliau menambahkan modal untuk berdagang ialah Rp 500.000. dengan keuntungan yang beliau tidak mengetahuinya.

Pak suroso tinggal bersama dengan kakaknya, di mejoyo utara, dekat sungai yang terus masuk kedalam. Namun sayangnya beliau tidak ingin memberitahu seperti apa rumahnya tersebut sehingga saya tidak bisa mengetahui pasti dimana beliau tinggal.

Pak suroso dalam kesehariannya termasuk orang yang pendiam, beliau sering mengikuti acara dalam kampung memang. Namun hanya sebagai peserta saja. Tidak pernah kemudian mengajukan diri menjadi panitia atao orang yang berpengaruh di kampungnya. Walaupun demikian beliau cukup dikenal oleh tetangga tetangganya. Karena juga melayani pesanan pentol untuk acara acara kampung.

Untuk keterlibatan faktor politik, sama sekali tidak ada pengaruh sama sekali. Hal ini justru ada hanya pada saat event besar seperti pemilihan pilkada dan sebagainya. Yang biasanya akan banyak orang berkumpul di suatu tempat. Disinalah kesempatan pak suroso untuk menjual dagangannya.

6. KesimpulanHipotesis yang kami dapat sesuai dengan data yang kami peroleh dari observasi kuisioner yang kami lakukan. Sehingga dapat dikatakan hipotesis kami menjadi tesis yang bernilai benar.