tugas manajemen farmasi rs pa dimas
DESCRIPTION
Mekanaisme Manajemen Farmasi Rumah SakitTRANSCRIPT
1. Carilah artikel tentang inventory control management di rumah sakit, buatlah resume maksimal 2 lembar. Sertakan artikel anda dalam pengumpulan tugas!
Tujuan dari diberlakukannya inventory control management di RS adalah untuk:
1. Menjamin dan menjaga availabilitas item-item yang diperlukan dalam pelayana medis di
RS (Obat, Alkes dan item-item pendukung lain), dimanapun dan kapanpun dengan biaya
yang paling optimal (cost efficiency).
2. Mengoptimalkan biaya dengan menganalisa biaya penyimpanan (Holding Cost), biaya
pemesanan (Ordering Cost) dan jumlah kerugian jika terjadi kondisi Out of Stock (Stock
Out Cost) yang ditanggung oleh RS.
3. Meminimalkan terjadinya Stok Mati dan kondisi merugikan lain terkait perbekalan RS.
Prinsip keseluruhan sistem ini adalah untuk menjamin biaya minimum dalam menjaga
ketersediaan barang; maka jenis biaya persediaan yang harus dipahami oleh semua tenaga
profesional yang berkecimpung di bidang ini, terutama bagi saya sebagai calon Apoteker yang
mungkin nanti akan berada pada posisi sebagai penaggungjawab perbekalan farmasi di RS.
Inventory control sendiri adalah merupakan sistem yang menjamin pengawasan pasokan dan
penyimpanan dan aksesibilitas item, sehingga pasokan (perbekalan) yang ada dapat selalu
tercukupi untuk menghindari pasokan berlebihan. Hal ini juga dapat disebut sebagai
pengendalian internal merupakan prosedur akuntansi atau sistem yang dirancang untuk
mempromosikan efisiensi atau menjamin pelaksanaan kebijakan atau menjaga aset atau
menghindari penggelapan, penipuan dan hal-hal kritikal terhadap inventory RS.
Yang perlu diingat adalah, inventori ataupun perbekalan di Rumah Sakit tidak hanya terbatas
pada perbekalan Farmasi, namun juga perbekalan-perbekalan lain yang menjadi unsur
pendukung dalam pelayanan medis di Rumah Sakit. Namun karena yang menjadi titik
pembahasan seorang calon Apoteker yang berkecimpung di dunia medis RS adalah perbekalan
Farmasi, maka untuk selanjutnya pembahasan terkait inventori di sini dapat dikerucutkan
menjadi Perbekalan Farmasi.
Inti dari pembahasan Inventory Control Management adalah, keseluruhan metode jika
dijalankan dengan optimal dan dengan sistem yang mantap, maka akan menghindari terjadinya
beberapa kendala di Perbekalan Farmasi RS berupa Stok Macet yang menjadi penyebab
banyaknya obat-obat yang mencapai masa kadaluarsa di gudang, Out of Stock item-item tertentu
yang mengganggu kualitas dan menghambat pelayanan hingga menyebabkan terganggunya
Cashflow yang berujung kepada masalah finansial di RS.
Teknik Inventory Control :
Ada beberapa teknik yang seorang penanggungjawab Perbekalan RS dapat gunakan untuk
meningkatkan keuntungan dan merampingkan alur kerja melalui kontrol persediaan yang tepat.
Melalui penelitian, analisis kompetitif dan pengalaman, manager/penanggungjawab instalasi
ataupun perbekalan RS yang efektif dapat menyeimbangkan biaya dan keuntungan untuk
menyimpan dan memesan pasokan yang diperlukan untuk memastikan vitalitas logistik.
Rantai pasokan terbuat dari semua bahan yang membantu Anda untuk memproduksi,
memanage dan memasok dan mendistribusikan produk pelayanan kefarmasian. Pengendalian
persediaan berarti bahwa Anda telah mengidentifikasi setiap aspek dari rantai suplai dan logistik.
FIFO
Untuk menangani item yang mudah rusak dan memiliki ED yang tidak lama, maka metode
FIFO (first in, first out) adalah konsep paling praktis dan efisien diterapkan, untuk mengetahui
dan menjaga seluruh rantai pasokan. Penerapannya secara sederhana: stok yang baru datang
lebih dulu (atau dengan kata lain lebih lama berada di gudang) akan dikeluarkan pertama kali
ketika ingin digunakan. Stok harus diatur berdasarkan tanggal diterima.
Cutting Edge Technology Control
Semakin besar RS, maka akan semakin besar pula inventori yang harus ditangani, oleh karena
itu, sistem FIFO jika digunakan sebagai satu-satunya sistem, tidak akan mampu membantu RS
untuk dapat memanage seluruh perbekalannya. Oleh sebab itu, Rsbesar akan sangat perlu
mempertimbangkansistem pendukung yang akurat, efisien, dan praktis. Seperti menggunakan
sistem barcode atau RFID (Radio Frequency Identification) yang memungkinkan setiap yang
berkepentingan mengetahui lokasi, jumlah, dan informasi detail terkait item lainnya yang sudah
diharmonisasikan dengan database perbekalan RS. Sistem ini pada awalnya akan membutuhkan
biaya yang besar dari segi pengadaan fasilitas dan peralatan pendukung untuk operasional, tapi
tidak akan terus menerus seperti itu. Dana yang mungkin dikeluarkan secara rutin untuk
mempertahankan sistem ini tetap berjalan optimal mungkin hanya sekedar biaya maintenance.
Sedangkan dampaknya bagi RS besar adalah, terjaminnya sistem inventory control yang prima.
Costs versus Convenience
Seorang penanggungjawab perbekalan RS yang baik harus mampu membuat sistem yang
dapat menyeimbangkan ruang yang tersedia untuk masuknya inventory ekstra yang
dibandingkan kecepatan produk Turnover, mempertimbangkan biaya untuk penyimpanan jika
ingin memasuk suatu item dalam jumlah yang besar, biaya dalam jumlah besar dibandingkan
pemesanan reguler, dan apakah klien / pengguna akan bersedia menunggu, dan hal ini tentu saja
tidak terjadi di RS. Pasien tidak bisa menunggu untuk diobati jika memang perlu penanganan
saat itu juga, dan pasien tidak dapat menunggu obat yang sudah diresepkan untuknya oleh
dokter, dipasok dalam waktu yang lama. Untuk itu, tidak boleh terjadi out of stock dalam
perbekalan farmasi. Jika Formularium RS dijalankan dengan baik oleh dokter dan formularium
itu menjadi salah satu dasar dalam pertimbangan pemesanan dan pemasokan obat, maka kondisi
stock macet ataupun obat out of stock tidak boleh terjadi, kecuali memang managemen
perbekalan yang tidak memiliki sistem handal atau kinerja yang tidak profesional dari para
karyawan.
2. Jelaskan tentang “Ideal Inventory Control Model” , anda dapat menggunakan buku Managing Drug Supply sebagai referensi Anda!
Model Kontrol Persediaan yang Ideal secara Skematis
Pembahasan tentang konsep Ideal Inventory Control Model merupakan inti utama dari
keseluruhan Inventory Control Models framework, oleh karena itu, dari pembahasan yang
tertulis di dalam buku, saya coba kembangkan lagi agar lebih mudah menjelaskan konsep ini
secara lebih detail (bagi diri saya pribadi), dan tidak banyak pemotongan bahasan yang
dilakukan.
“Dalam model yang ideal ini, semua perbekalan farmasi yang dikeluarkan sebagai tanggapan
atas permintaan (resep ataupun non-resep), dan hal utama yang paling dihindari sebagai alasan
utama diberlakukannya sistem ini adalah bahwa jangan sampai terjadi kondisi stock out; keadaan
dimana tidak tersedianya obat/sediaan farmasi lain, yang dibutuhkan dalam penangan medis
pasien.”
“Seiring dengan berjalannya aktivitas pelayanan medis, dimana terjadi arus pergerakan
perbekalan farmasi dari gudang menuju ruang instalasi farmasi di RS hingga sampai ke tangan
pasien ataupun di distribusikan sebagai floor stock, perbekalan farmasi yang tersedia terus
menurun sampai titik di mana harus dilakukan pemesanan kembali terhadap item-item yang
mulai menurun jumlahnya di gudang perbekalan. Stok sendiri terdiri dari dua komponen, stok
yang siap pakai (ready stock) dan Safety Stock (SS). Dalam model yang ideal (normal), pemasok
yang sudah ditunjuk oleh RS sebagai suplier dianggap saja mampu menyediakan barang sesuai
dengan waktu yang disepakati, artinya tidak ada delay atau penundaan, atau dengan kata lain
pengiriman tiba tepat waktu. Jumlah barang yang datang atau Quantity Ordered (QO) sesuai
dengan kalkulasi, dan tingkat persediaan kembali ke titik maksimum semula (QO + SS). Stok
siap pakai bervariasi dari nol sampai kuantitas yang dipesan dan mewakili jumlah stok yang
digunakan untuk memenuhi keperluan selama proses menunggu pengiriman tiba di RS. Karena
sekali lagi ditegaskan bahwa, tidak boleh terjadi kondisi “Stock Out”. Perhatikan bahwa dalam
model yang ideal, working stock rata-rata adalah setengah dari kuantitas pesanan.”
Secara kalkulatif dirumuskan sebagai kondisi:
Working Stock Rata-Rata = ½ QO
Jumlah Persediaan Rata-Rata (I) atau Jumlah Rata-Rata Stok yang Tersedia, merupakan jumlah
dari Safety Stock ditambah Working Stock Rata-Rata:
I = SS + ½ QO
Hal yang kemudian dijadikan pertimbangan selanjutnya terkait usaha pengontrolan Inventori
yang Ideal terhadap sebuah instalasi RS adalah bahwa sistem pengadaan barang tidak dapat
disederhanakan dengan ungkapan:
“Semakin banyak memesan barang, maka semakin Cost effective…Karena bisa memperbesar
diskon dari pemasok, dan tidak perlu kena beban biaya pemesanan yang berulang-ulang.”
Hal tersebut memang logis, akan tetapi ada hal-hal teknis yang juga perlu turut dipertimbangkan,
yakni adanya biaya yang akan dikeluarkan dalam proses penyimpanan barang, atau yang disebut
dengan istilah “inventory-holding cost” dimana nilai nya kan terus bertambah seiring
berjalannya waktu.
Untuk dapat mengurangi jumlah Inventory rata-rata yang kemudian akan turut mengurangi biaya
penyimpanan, working stock, safety stock, atau kedunya akan sangat baik jika bisa
diminimumkan. Ketika sediaan farmasi digunakan dengan kecepatan yang konsisten (sebagai
implementasi dari tidak adanya kendala distibusi dan peresepan yang dilakukan sesuai dengan
Formularium Rumah Sakit) maka akan tercapai kestabilan arus pergerakan perbekalan farmasi
dari gudang ke seluruh pos-pos pelayanan di RS, serta arus pemesanan yang dilakukan instalasi
farmasi RS kepada suplier.
Kegiatan pemesanan dalam jumlah besar yang dilakukan tidak secara teratur dan diluar dari
perhitungan yang tepat, akan menyebabkan berbagai masalah yang akan berujung pada Cash
Flow Rumah Sakit, dan itu akan berpengaruh terhadap citra penanggungjawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Jika kita mencoba untuk memotong jumlah (SS) maka jumlah (I) akan dapat
diminimalisir, akan tetapi hal tersebut memperbesar kemungkinan terjadinya Stock Out.
Maka, untuk mempermudah mencapai kestabilan aktivitas perbekalan farmasi, hal-hal berikut
penting untuk dipertimbangkan:
1. Safety stock—Berapa banyak jumlah stok yang harus disimpan dalam perbekalan untuk
mencegah kondisi Stock Out
2. Reorder frequency—waktu yang diperlukan sebelum harus memasok ulang sediaan
tertentu (Disebut juga Waktu Pengadaan)
3. Reorder quantity—Jumlah barang yang di order, sesuai dengan kebutuhan
3. Jelaskan tentang “Combination of Annual, Scheduled, and Perpetual Purchasing”
anda dapat menggunakan buku Managing Drug Supply sebagai referensi Anda!
Kenyataan bahwa perbekalan farmasi terdiri dari berbagai macam jenis, bentuk dan spesifikasi
yang berbeda-beda antara satu dan yang lain, menyebabkan penerapan sistem pemesanan barang
(dalam hal ini barang yang dimaksud adalah perbekalan farmasi RS yang terdiri dari obat, alkes
dan perbekalan penangan dan perawatan medis lain) tidak dapat dilakukan dengan metode yang
sama sederhananya dengan metode yang digunakan dalam memasok benda-benda lain, misalnya
saja memesan kain untuk produksi baju, yang bisa dilakukan cukup dengan memperhitungkan
seberapa banyak baju yang ingin diproduksi, tanpa perlu mempertimbangkan banyak hal lain.
Dalam memesan perbekalan farmasi, banyak sekali variabel-variabel yang harus
dipertimbangakn, oleh karena itu, memilih satu metode pemesanan barang, tidak akan dapat
diterapkan jika ingin mencapai pembelian yang paling rasional.
Pembelian rasional akan membantu memastikan kelancaran pelayanan medis terkait ketersediaan
perbekalan farmasi yang selalu terjamin.
Jika secara umum metode pembelian dibagi menjadi ke dalam tiga metode berbeda, yakni
metode Pembelian Tahunan (Annual Purchasing), Pembelian Terjadwal (Schedulled
Purchasing) dan Pembelian Terus-Menerus (Perpetual Purchasing), maka dalam pengadaan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit, ketiga metode ini harus digabungkan untuk menciptakan
sistem pembelian yang harmonis. Hal ini terkait kenyataan bahwa variasi-variasi yang harus
diperhitungkan dalam penentuan metode pembelian meliputi jenis sediaan, kecepatan
penggunaan yang berbanding dengan jumlah stock terpakai per satuan waktu, kondisi terjadinya
wabah yang menyebabkan suatu obat tertentu tiba-tiba digunakan dalam jumlah banyak, dan
banyak hal lain yang menyebabkan pembelian obat tidak dapat dilakukan dengan satu metode.
Tinjauan secara menyeluruh dari beberapa pilihan dapat mengungkapkan bahwa beberapa obat
paling baik jika dibeli per tahun, misalnya, impor obat-obatan di suatu negara dimana devaluasi
mata uang lokal adalah masalah utama, atau harga rendah, dan obat-obatan tersebut jarang
digunakan. Obat lain mungkin paling efektif jika dibeli melalui pembelian yang terjadwal,
misalnya, obat yang relatif slow moving tetapi teratur digunakan. Obat-obatan yang memiliki
volume besar dan obat-obatan yang sangat mahal akan lebih efektif jika dibeli secara
berkelanjutan, tentunya dengan mempertimbangkan kapasitas tempat penyimpanan.
4. Pengolahan data dalam format Excel Word terkait pengkategorian item obat
berdasarkan metode ABC dan VEN.
a. Berdasarkan data tersebut, buatlah kombinasi analisa ABC dan VEN menjadi
PUT(Prioritas, Utama, Tambahan). Jika anggaran yang tersedia hanya 4,5 milyar, maka
lakukanlah penyesuaian sesuai prioritas PUT.
b. Berdasarkan data tersebut, hitunglah nilai EOQ dan EOI! Jelaskan apa makna dari EOQ
dan EOI!
Jawaban:
a. Dari data yang didapatkan, untuk pembelian seluruh item obat yang ada dalam daftar membutuhkan dana total sebesar Rp 5,814,704,858.90
Sedangkan Dana yang dianggarkan hanya sebesar 4,5 Milyar Rupiah.
Jika saya yang menjadi manager Instalasi Farmasi Rumah Sakit, maka obat yang akan
saya reduce jumlah pembeliannya adalah:
1. Lantus (Vial) yang semula direncanakan untuk diorder sebanyak 2.800 Vial akan
cukup diorder sebanyak 1.000 Vial.
Jika order awal Lantus: 2.800 x Rp 491.900 = Rp 1.377.320.000,00
Dan yang diorder 1.000 x Rp 491.900 = Rp 491.900.000,00 Total dana terpotong = Rp 885.420.000,00
2. Rifam (Botol) yang semula direncanakan dibeli sebanyak 74.160 Botol, dibeli
setengahnya saja.
Jika order awal Rifam: 74.160 x Rp 14.000 = Rp 1.038.240.000,00Dan yang diorder 37.080 x Rp 14.000 = Rp 519.120.000,00
Total dana terpotong = Rp 519.120.000,00
Alasan: karena Lantus dan Rifam masuk dalam kategori Slow Moving, dan pada saat Lantus
mulai mencapai titik perlu restock, maka sudah akan ada cukup dana untuk membeli lagi Lantus
ke pemasok. Dan saya merasa lebih simpel memesan ulang 2 item daripada harus memesan
beberapa puluh item dengan nilai pembelian tidak seberapa yang dibatalkan pembeliannya.
Maka nilai total pemangkasan Anggaran Belanja RS sebesar Rp 1.404.540.000,00
b. EOQ= Economic Order Quantity
Keadaan dimana metode pengadaan barang yang dilakukan dapat mencapai nilai
ekonomis terbaik yang membuat besar biaya antara biaya pemesanan, jumlah pemesanan
serta biaya penyimpanan (Holding Cost) berada dalam kuadran terendah.
EOQ hanya berlaku ketika permintaan untuk suatu produk konstan sepanjang tahun dan
setiap pemesanan akan dipasok secara menyeluruh saat persediaan mencapai nol. Ada
biaya tetap untuk setiap pesanan, terlepas dari jumlah unit yang dipesan. Ada juga biaya
penyimpanan yang dikenakan untuk setiap unit, kadang-kadang dinyatakan sebagai
persentase dari biaya pembelian item.
EOI = Economic Order Interval
perencanaan berkala atau EOI, sesuai dengan namanya, ialah perencanaan dan
perhitungan kebutuhan barang yang dilakukan secara berkala tetap, misalnya setiap
bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan, dan sebagainya. Salah satu jenis formula yang
digunakan dalam perencanaan berkala untuk menghitung kebutuhan barang sekaligus
juga untuk menghitung jumlah pemesanan kembali, adalah sebagai berikut.
Q = C ( P + T + R ) - ( S + O )
Q = Quantity, adalah jumlah yang harusdipesan (dalam satuan barang)
C = Consumption, yaitu pemakaian rata-rata per bulan (dalam satuan
barang),dihitung dari rata-rata selama setahun terakhir.
P = Periode, adalah periode antara perhitungan(dalam bulan), yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus EOQ (frekuensi) atau dapat
ditentukan secara khusus.
T = Total Elapsed Time, atau lead time pembelian (dalam bulan)
R = Reserve, atau safety stock (dalam bulan), dapat dihitung dengan metode
tertentu.
S = Stock on hand, atau jumlah yang tersedia di gudang (dalam satuan barang)
O = On order , atau jumlah yang sedang dipesan (dalam satuan barang)
Rumus tersebut terdiri dari 2 bagian besar, yang pertama ialah (P+T+R) sedangkan bagian kedua
adalah (S+O). Bagian pertama menunjukkan kebutuhan yang akan datang dan yang kedua
menunjukkan persediaan pada saat ini. Jadi Q atau kebutuhan yang perlu dipesan adalah selisih
kebutuhan yang akan datang dikurangi dengan persediaan saat ini. Secara lebih jelas, setiap
komponen perhitungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Consumption (C)
Ini adalah kebutuhan rata-rata per bulan, yang umumnya dapat dihitung dari kebutuhansatu
tahun terakhir dibagi dengan 12. Perlu dijelaskan bahwa ini adalah kebutuhan rutin,bukan
kebutuhan ekstra. Dengan cara perhitungan di atas, agaknya sekaligus diasumsikan bahwa
kebutuhan rata-rata per bulan yang akan datang sama dengan kebutuhan rata-rata per bulan
pada tahun yang lalu.
2. Period (P)
Period adalah waktu antara setiap perhitungan kebutuhan atau pemesanan
kembali. Beberapa perusahaan, berdasarkan pengalaman membuat perhitungan ini secara
mudah atau dengan pembulatan. Misalnya untuk barang yang pemakaiannya cepat (fast
moving items), perhitungan dilakukan perbulan sekali, jadi P = 1; untuk barang yang
pemakaiannya lambat (slow moving items), perhitungan dilakukan setiap tahun, jadi P=12;
dan sebagainya. Namun perusahaan yang ingin lebih akurat, dapat menggunakan rumus EOQ
frekuensi.
3. Total Elapsed Time (T)
Total elapsed time atau disebut juga lead time, adalah waktu yang dibutuhan untuk
memesan barang, dari sejak perhitungan jumlah kebutuhan sampai barang itu tiba di gudang
pembeli, siap untuk digunakan. Waktu ini termasuk permintaan penawaran atau
tender,analisis tender, pembuatan surat pesanan, pembuatan barang,
pengapalan,pembongkaran, dan sebagainya. Perlu diperhatikan, apabila T makin besar,
maka Q juga makin besar.
4. Reserve (R)
Reserve stock atau safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang
perlu ditambah untuk menjaga sewaktu-waktu ada tambahan kebutuhan atau
keterlambatan kedatangan barang.
5. Stock on Hand (S)
Ini adalah jumlah persediaan yang ada di gudang, yang dapat digunakan, yang dinyatakan
dalam satuan barang. Perlu diperhatikan bahwa satuan P, T, dan R adalah bulan, sedangkan
satuan S dan O adalah satuan barang. Satuan C adalah satuan/bulan.
6. On Order (O)
Kadang-kadang istilah on order disebut juga stock on order , karena barang yang sudah
dipesan sudah dapat diperhitungkan juga sebagai persediaan yang belum datang. Hal ini dari
perhitungan formula memang benar, tetapi tetap perlu diingat waktu kedatangan
barang harus sedemikian rupa, sehingga jangan sampai S menjadi nol