tugas mikro.docx
TRANSCRIPT
Tugas
RESUME
MIKROPALEONTOLOGI
Oleh:
Mohamad Riski Rahman
471 413 017
Dosen Pengampu:
Bpk, Muh Kasim, S.T. M.T
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Asal klasifikasi stratigrafi
Pada mulanya tujuan ilmu geologi adalah menyusun sejarah bumi dengan
membagi dalam selang-selang waktu tertentu Untuk pembagian perioda-perioda
digunakan kriteria litologi dan paleontology. Mikropalenteologi cabang ilmu
palenteologi yang khusus membahas semua sisa-sisa organisme
yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara laian adalah
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigrafi. Pengertian Mikrofosil Menurut
Jones (1936) Setiap fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-
sifat dan strukturnya dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil
ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19
mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang
dimiliki organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian-bagian
tubuh dari fosil makro yang mengamainya menggunakan mikroskop
serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan
foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna
untuk mempelajarinya. Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :
Biocoenose & Thanatocoenose
Biocoenose
Kumpulan organisme yg hidup, tumbuh,
berkembang biak dlm suatu tempat atau
lingkungan yg sama (biotope)
Thanatocoenose
Kumpulan organisme yg mati (fosil)
yang berasal dari biotope yg berbeda-
beda, karena proses transportasi
dpt terendapkan dlm batuan sedimen yg sama.
Gambar proses perkembangan mikro fosil yang berbeda-beda
Fosil yg dijumpai pada lapisan yg bukan habitatnya
Reworked Fossils
Fosil tua yang terdapat pada
lapisan yang lebih muda
Introduced Fossils
Fosil muda yg dijumpai
pada lapisan yg lebih tua
Gambar tempat proses lapisan batuan yang bukan habitatnya
Hukum Superposisi (Nicholas Steno)
1. Principle of Original Horizontality
Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali
pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar
cekungannya yang memang menyudut.
2. Principle of Superposition
Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang
berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan
tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
Youngest Strata
Oldest Strata
3. Principle of Lateral Continuity
Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan
batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan
sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan
batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies terjadi
apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda
satu dengan lainnya.
Hal ini menjadi suatu tantangan bagi para ahli untuk mengenalinya dalam
batuan yang umurnya sama ketika salah satu batuan diendapkan di lingkungan darat
dan batuan lainnya diendapkan pada lingkungan laut dalam. Para ahli harus
mempelajari fosil fosil yang hidup di berbagai lingkungan sehingga diperoleh suatu
gambaran yang lengkap dari binatang ataupun tumbuhan yang hidup pada periode
waktu tertentu di masa lampau. Fosil merupakan data historis yang handal hanya jika
kita dapat menentukan umurnya. Penentuan usia fosil umumnya dilakukan dengan
cara penentuan skala waktu geologi dan penentuan usia absolut.
Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi
mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah pada
batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang
hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar-
kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang
ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
Gambar Foraminifera
Hewan foraminifera contohnya adalah plankton dan benthos, hidup pada dasar
laut. Plankton bentuk testnya adalah bulat dan susunan kamarnya adalah trochospiral,
sedangkan benthos bentuk testnya adalah pipih dan susunan kamar planispiral.
Kedua-duanya ini adalah merupakan bagian dari fhilum protozoa.
Gambar Sel Philum Protozoa
Uniseluler, nucleus, protoplasma
Bergerak dgn : pseudopodia, flagela, cilia atau sel
Seksual & Aseksual Reproduksi
Tidak ada pembagian sistem organic
Hidup di segala habitat
Jumlah individu sangat banyak
Mikroskopik
Makanan : autotrophic, heterotrophic, saprozoic
Bentuk Fosil Foraminifera B & P
Bentuk Fosil Foraminifera B & P
BAB II
ANALISIS MIKROFOSIL
1. Suatu telaah penelitian dengan mempergunakan mikrofosil sebagai dasar untuk
pemecahan masalah.
Tahapan Analisis Mikrofosil
Sampling
▼
Preparasi
▼
Observasi
▼
Determinasi
▼
Interpretasi
Sampling
Pengambilan contoh batuan untuk dianalisis, Sampling merupakan proses
pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil mikro maka yang diambil adalah
contoh batuan. Batuan yang diambil haruslah batuan yang masih dalam keadan insitu,
yaitu batuan yang masih ditempatnya.
Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan memperhatikan
tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval
jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan sampel di lapangan, yaitu :
1. Jenis batuan
2. Metode sampling
3. Jenis sampel
Gambar Pengambilan contoh batuan untuk dianalisis
Sampling bawah laut
Sampel bawah laut adalah sampel yang diambil dari suatu pengeboran. Dari
cara pengambilannya, sampel bawah permukaan ini dapat dipisahkan menjadi 4
bagian, yaitu :
1) inti bor (core); seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu diambil
secara utuh.
2) sampel hancuran (ditch-cutting); lapisan pada kedalaman tertentu
dihancurkan dan dipompa ke luar dan kemudian ditampung.
3) sampel sisi bor (side-wall core); diambil dari sisi-sisi dinding bor dari
lapisan pada kedalaman tertentu.
4) Setiap pada kedalaman tertentu pengambilan sampel harus dicatat dengan
cermat dan kemungkinan adanya fosil-fosil runtuhan (caving).
Sampling bawah permukaan
Sampel permukaan (surface sample). Adalah sample yang diambil pada
permukaan tanah. Lokasi dan posisi stratigrafinya dapat diplot dalam peta. Sampel
bawah permukaan (sub surface sample).
Kualitas sampel Kualitas sampel batuan perlu diperhatikan agar fosil mikro
yang didapatkan baik untuk dideterminasi atau dianalisa. Untuk mendapatkan fosil
yang baik maka dalam pengambilan suatu contoh batuan untuk analisis
mikropaleontologi harus memenuhi kriteria berikut ini:
1. Bersih
2. Representatif
3. Komplit
Preparasi
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor
lainnya. Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada
umumnya bertujuan untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari
material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya. Untuk setiap jenis
mikrofosil, mempunyai teknik preparasi tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan
kesalahan dalam prosedur maupun kekeliruan pada pemberian label, harus tetap
menjadi perhatian agar mendapatkan hasil optimum. Beberapa contoh teknik
preparasi untuk foraminifera & ostracoda, dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan
mempergunakan miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya yang
berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di bawah
mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan tergantung pada jenis preparasi dan
analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang
dipergunakan, yaitu mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi dan mikroskop
scanning-elektron (SEM).
Determinasi
Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di
laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting selanjutnya,
yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama genus dan spesies
mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua sifat fisik dan kenampakan
optik mikrofosil tersebut.
Deskripsi :
Pengamatan ciri-ciri mikrofosil yg nampak di bawah mikroskop
Bentuk cangkang
Jenis dinding
Bentuk aperture
Hiasan / ornamentasi
Penamaan
Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (1707-1778) yang kemudian
melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal
dengan Law Of Priority, 1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang
telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat
spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspecies terdiri dari tiga kata. Nama-nama
kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan
fosil sebagai berikut:
Globorotalia menardi exilis Blow, 1998, arti dari penamaan adalah fosil
hingga subspesies diketemukan oleh Blow pada tahun 1969.
Globorotalia ruber elogatus (D’Orbigny), 1826, arti dari n. sp adalah spesies
baru.
Pleurotoma carinata Gray, Var Woodwardi Martin, arti dari penamaan adalah
Gray memberikan nama spesies sedangkan Martin memberikan nama varietas.
Globorotalia acostaensis pseudopima Blow, 1969,s arti dari n.sbsp adalah
subspecies.
Dentalium (s.str) ruteni Martin, arti dari penamaan adalah fosil tersebut
sinonim dengan dentalium rutteni yang diketemukan Martin.
BAB III
FORAMINIFERA PLANKTONIK DAN BENTONIK
1. Lingkungan Hidup
Planktonik
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun.
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut (tidak memiliki kemampuan
renang) apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan
badan air tawar.
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya
banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil
plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara
lain :
Sebagai fosil petunjuk
Korelasi
Penentuan lingkungan pengendapan
Foraminifera plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
kedalaman tertentu ;
Hidup antara 30 – 50 meter
Hidup antara 50 – 100 meter
Hidup pada kedalaman 300 meter
Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri terhadap
temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar laut, sedangkan
di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina
pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai 50 meter,
sedangkan di laut atlantik tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300 meter.
Bentonik
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup
secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan
untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula
sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di
bawah permukaan laut.Material penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous,
khitin, gampingan. Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator
paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic
ini adalah :
Kedalaman laut
Suhu/temperature
Salinitas dan kimia air
Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
Makanan yang tersedia
Tekanan hidrostatik dan lain-lain.
Cangkang/Test
Monothalamust
Globular/spheric/bulat
Flask-shaped/botol
Tubular/tabung
Planispiral coiled
Planispiral coiled tdk teratur
Planispiral lurus
Psamosphaera
Lagena
Bathysiphon
Cornuspira
Bifurcammina
Ammodiscus
1. Terdiri dari satu buah kamar atau lebih yg satu dan lainnya dibatasi oleh
sekat-sekat (SEPTA)
2. Dinding cangkang terbuat dari zat gampingan atau zat lainnya yg tahan
terhadap pelarutan
3. Pertemuan antara septa dan dinding disebut SUTURA
4. Mempunyai susunan dari yg sederhana hingga sangat rumit
5. Mempunyai apertur (mulut) & hiasan / ornamentasi
Bentuk cangkang/Test Foraminifera
Polythalamust
Uniformed Uniserial LinierBiformed Biserial EquitantTriformed Triserial CurvilinierMultiformed Coiled
TrochospiralPlanispiralKompleks
Nodosaria/Lagenonodosaria/DentalinaBolivina/TextulariaBulimina/Uvigerina
Rotalia/AmoniaCibicides/GyroidinaElphidium/Planularia/PlanulinaQuinqueloculina/Spiroloculina/Pyrgo
Bentuk Cangkang Monothalamust
Dinding cangkango Lapisan terluar pembentuk cangkang
o Terbuat dari zat organik yg dihasilkan sendiri atau diambil dari
sekelilingnya.
Jenis dinding :
1. Khitin/tektin
2. Aglutin/arenaceous
3. Silika/siliceous
4. Gampingan/calcareous
Porselen
Hyalin/vitrocalcareous
Gampingan yg granular
Gampingan kompleks
Dinding khitin/tektin
Bentuk dinding yg paling primitif → Allogromidae
Terbuat dari zat tanduk, fleksibel, transparan /translucent, berwarna
kuning, tdk berpori
Hanya terdapat pada bagian dalam dinding Gol. Milliolidae, Lituolidae &
Astrorhizidae
Dianggap sbg dinding primitif yg akan berubah menjadi dinding
areanaceous dgn penambahan material asing (silika) dari sekelilingnya
Dinding agglutin/arenaceous
Terbuat dr material asing yg direkatkan pada bagian luarnya
Mempunyai lapisan khitin yg tipis di bagian dalam
Psammosphaera fusca → butir-butir pasir
Psammosphaera rustica → butir sponge-spiculae
Psammosphaera testacea → pecahan cangkang foram
Psammosphaera bowmanni → kepingan mika
Dinding porselen :
Terbuat dr zat gampingan
Tdk berpori/imperforate
Kenampakan khas porselen
Warna putih/opaque
BAB IV
KEGUNAAN MIKROFOSIL
Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu :
1. Menentukan umur relatif batuanFosil dapat digunakan untuk menentukan
umur relatif suatu batuan yang terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal
dari suatu jaman tertentu mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari
fosil yang terkandung dalam batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain.
2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat
lain.Dengan diketahui fisil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa
beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan pada
daerah tersebut terbentuk pada masa yang sama.
3. Mengetahui evolusi makhluk hidup Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi
fosil dari lapisan batuan batuan yang berbeda-beda umurnya berkesimpulan bahwa
batuan yang lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit, bentuknya lebih
primitip. Semakin muda umur batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan
strukturnya semakin canggih. Dari sini kemudian para ahli tersebut berkesimpulan
bahwa organisme yang pernah ada di bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai
dari sederhana menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat
lama. Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh ahli biologi sebagai teori evolusi
organisme.