tugas pa safuan kelompok.docx
TRANSCRIPT
Tugas
OLOEH
KELOMPOK IV
MURNI G2F1 15 076
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul pengelolaan
sumberdaya perairan waduk secara optimal dan terpadu. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas Mata Kebijakan Ilmu Lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Kendari, 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya alam secara luas dan efisien merupakan
tuntunan dalam pembangunan nasional. Keperluan akan sumberdaya air terus
menerus meningkat baik ditujukan bagi pengairan, keperluan umum dan
pemukiman, pengembangan industri, pembangkit tenaga, perikanan,
perhubungan, pariwisata maupun maksud lainnya. upaya pembendungan DAS,
genangan atau bentuk sumberdaya air lainnya telah banyak dilakukan dalam
rangka memenuhi keperluan air dan tenaganya, untuk itu dibentuk waduk
(reservoir/man made lakes). Pembuatan waduk melalui pembendungan aliran
sungai pada hakekatnya akan merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi
ekosistem waduk. Perubahan ini akan mempunyai dampak, baik positif maupun
negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannyA.
Dampak positif maupun negatif yang ditimbulkna adalah sesuai dengan
fungsi waduk tersebut, sedangkan dampak negatif dan permasalahan yang paling
menonjol adalah pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi,
pengadaan lapangan kerja, hilangnya daratan, hutan, perkebunan, dan sumberdaya
lainnya termasuk flora, fauna serta dampak ekologi yang merugikan lainnya baru
akan terasa dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, maka pembangunan waduk
perlu dinilai dan dikaji dengan memperhitungkan arti dan peran pentingnya bagi
pembangunan ekonomi dan kemudian memantapkan cara dan teknik pengelolaan
sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan meminimalkan
efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu kajian untuk
membahas masalah mengenai pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara
optimal dan terpadu, untuk mendukung suatu program pengelolaan yang efektif
guna menjamin produksi ikan yang optimum dan berkelanjutan dengan tidak
mengabaikan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya, yang
akan dibahas dalam tulisan ini.
Menurut Krismono (1995), luas perairan danau dan waduk di Indonesia
adalah 2,6 juta hektar. Pengelolaan perikanan di perairan waduk penting dan perlu
dikembangkan karena sumberdaya alam perikanan akan merupakan sumberdaya
hayati pengganti dari lahan daratan yang digenangi. Pola produktivitas perikanan
di waduk dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: tipe waduk, kesuburan,
dan pengelolaan perikanan. Pada tahap awal penggenangan waduk akan terjadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang di bahas
dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara optimal?
2. Bagaimana pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara terpadu?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara optimal
2. Untuk mengetahui pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara
terpadu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal
Pengelolaan perikanan tangkap meliputi berbagai kegiatan yang ditujukan
untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan.
Dalam pengelolaan perikanan tangkap, diharapkan kesejahteraan hidup
masyarakat dapat meningkat, khususnya yang berada di sekitar waduk dan mereka
yang terkena pembangunan waduk, oleh sebab itu inventarisasi mengenai
keinginan, harapan dan prefensi masyarakat perlu dilakukan. hal-hal yang perlu
diperhatikan agar dicapai tingkat pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan,
adalah:
1. Pengelolaan Habitat
Pembendungan aliran sungai akan membentuk ekosistem baru yang sangat
berlainan dengan ekosistem sungai. Sungai yang merupakan perairan mengalir
sebagai habitat ikan sungai, akan mengalami perubahan menjadi perairan waduk
dan mungkin hanya beberapa jenis ikan saja yang mampu menyesuaikan diri
untuk hidup dan berkembangbiak dalam menyelesaikan daur hidupnya.Perairan
waduk yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan, tetapi
tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan asli sungai, sehingga ikan
tersebut hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan keturunannya. Oleh
sebab itu, maka di dalam pengelolaan sumberdaya perairan waduk, salah satu hal
yang penting untuk diperhatikan adalah kondisi habitat agar habitat baru tersebut
sesuai bagi persyaratan perkembangan populasi ikan untuk menyelesaikan daur
hidupnya.
Agar produksi perikanan di perairan waduk meningkat dan sesuai dengan
sasaran yang diharapkan, maka pengelola perikanan harus mampu memanipulasi
dan memodifikasi habitat waduk sehingga sesuai dengan persyaratan yang
diperlukan oleh populasi ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan pembersihan tumbuhan sebelum waduk diairi, penyediaan
daerah pemijahan dan jalur ikan, pengelolaan daerah hilir bendungan, dan
pengendalian tanaman air.
Terbentuknya suatu waduk berarti wilayah tersebut telah mengalami
perubahan ekosistem, untuk itu perlu dibina dengan cara:
a. Mengidentifikasi daerah tersebut menurut tingkat pemanfaatan
sumberdaya, maka pemanfaatan bisa seperti pada daerah padat upaya atau
daerah berkembang.
b. Penebaran sebaiknya dilakukan setelah perairan tersebut stabil (setelah
berumur 5 tahun) tetapi bila keadaan mendesak/tujuan politik bisa
dilakukan sebelumnya.
c. Pada daeran waduk sering dimanfaatkan oleh berbagai pihak dengan
tujuan masing-masing, maka untuk pengelolaan perlu dilakukan secara
terpadu dan didukung oleh peraturan-peraturan yang cukup memadai.
d. Perlu usaha yang intensif sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
pendangkalan dan meluasnya gulma.
e. Memperkenalkan dan mengembangkan usaha di bidang budidaya ikan.
f. Memonitoring segala usaha tersebut secara terusmenerus untuk menjaga
kelestarian sumber.
2. Pengelolaan Populasi Ikan
Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem waduk akan berpengaruh
terhadap populasi ikan. Pada awal penggenangan, siklus hidup ikan akan
terganggu. Jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan waduk akan
tumbuh dan berkembang biak serta biasanya merupakan ikan yang mendominasi.
Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak mampu beradaptasi, pada jangka
panjang akan menghilang meskipun mungkin pada tahun pertama penggenangan
jumlahnya melimpah.
Ukuran populasi ikan ditentukan oleh laju peremajaan dan pertumbuhan.
Apabila ketersediaan daerah pemijahan dan daerah makanan ikan terbatas maka
ukuran populasi akan semakin menurun. Penurunan tersebut akan dipercepat
dengan meningkatnya upaya penangkapan.
Perikanan waduk bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan dan
mempertahankan produksi tersebut pada tingkat produktivitas maksimumnya,
oleh sebab itu maka pengelolaan populasi ikan harus ditujukan bagi tercapainya
kondisi perairan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan populasi ikan
yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam pengelolaan populasi ikan di
waduk, harus mempertimbangkan kondisi lingkungan, faktor-faktor yang
membatasi ukuran populasi dan tujuan serta sasaran perikanan waduk.
Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam pengelolaan populasi ikan
untuk mencapai tingkat produksi ikan yang tinggi antara lain : pemberantasan
jenis ikan yang tidak disukai, introduksi dan penebaran, pengaturan permukaan air
dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit dan parasit.
3. Pengelolaan Penangkapan
Pola usaha penangkapan ikan yang dikembangkan di suatu perairan waduk
harus didasarkan pada pengetahuan tentang populasi ikan seperti formasi
populasi, dinamika populasi, kelimpahan stok dan biomass, dan produksi
maksimum lestari yang dapat dicapai.
Usaha penangkapan diarahkan pada rasionalisasi pemanfaatan sumber
yang optimal dengan memperhatikan kelestarian sumber. Dengan sasaran itu,
maka pola pembinaan pengelolaan di daerah padat menurut Widana dan
Martosubroto (1986) dilakukan dengan upaya sebagai berikut:
a. Pembatasan upaya baik jumlah alat tangkap maupun musim penangkapan.
b. Pembatasan ukuran mata jaring atau alat lain
c. Membangun reservat baru dan meningkatkan fungsi reservat yang sudah
ada, serta perlu adanya pengawasan terhadap kegiatan nelayan yang
merugikan fungsi reservet tersebut dan perlu adanya penyuluhan tentang
arti penting suatu reservat.
d. Mengadakan penebaran yang harus ditunjang dengan penyediaan benih
yang cukup dengan jalan meningkatkan fungsi BBI lokal.
e. Mengingat perairan waduk merupakan peranan yang tertutup dan
dibeberapa tempat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, maka pengelolaan
harus dilaksanakan secara koordinatif dan terpadu dengan ditunjang oleh
peraturan yang memadai.
f. Diversivikasi usaha kebidang lain, terutama kebidang usaha budidaya
diperairan waduk.
g. Perlu penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya
kelestarian sumber.
Teknik penangkapan yang diterapkan harus didasarkan pada teknologi
tepat guna, yaitu teknologi yang sedarhana, mudah diterapkan, rancang
bangunnya tidak memerlukan pengetahuan yang tinggi, produktivitasnya tinggi
tetapi tidak merusak sumberdaya perikanan. Sebagai contoh, di waduk Jatiluhur,
penangkapan ikan dengan jaring insang menggunakan bahan pelampung yang
terbuat dari styrofoam bekas, potongan kayu atau bambu. Jumlah, jenis dan tipe
alat tangkap yang digunakan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya ikan
dan daya pulih stok. Jenis alat tangkap yang umumnya banyak digunakan di
perairan waduk adalah: jaring insang, rawei, jala, dan pancing.
Penggunaan alat tangkap ikan yang menggunakan arus listrik, bahan
peledak atau racun (bahan-bahan yang bersifat toksik) harus dilarang karena akan
memusnahkan stok ikan mulai dari larva hingga dewasa, serta biota lainnya.
Penggunaan alat tangkap yang sifatnya menguras stok ikan seperti pukat harimau
harus dilarang sebab selain menangkap ikan tidak selektif, juga dapat merusak
habitat biota dasar perairan.
Pengendalian penangkapan ikan antara lain dapat dilakukan dengan cara:
1. Menetapkan daerah dan musim atau bulan larangan penangkapan ikan,
yang bertujuan untuk memberi kesempatan ikan berkembang biak dan
bertumbuh.
2. Pengaturan ukuran terkecil yang boleh ditangkap, yaitu dengan penetapan
ukuran terkecil mata jaring insang dan ukuran mata pancing rawai yang
boleh dipakai oleh nelayan.
3. Pengaturan upaya penagkapan, misalnya dengan mengatur jumlah nelayan
dan atau unit alat tangkap.
4. Larangan penggunaan alat tangkap ikan yang dapat membahayakan
kelestarian sumberdaya perikanan, misalnya larangan penggunaan bahan
peledak dan bahan beracun berbahaya (B3), alat tangkap berarus listrik
dan pukat harimau.
4. Pengelolaan Budidaya
Pengelolaan budidaya ikan harus ditujukan untuk mendapatkan produksi
ikan optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian
sumberdaya perairan. Prinsip dari budidaya ikan adalah pemeliharaan ikan pada
kondisi perairan yang dapat dikendalikan lingkungannya. Waduk merupakan salah
satu perairan umum yang mempunyai wilayah yang memenuhi syarat untuk
budidaya ikan. Saat ini budidaya yang masih cocok untuk perairan waduk adalah
pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung. Keramba jaring apung
merupakan salah satu jenis usaha keramba yang dominan yang diusahakan oleh
petani.
Jika ditinjau dari segi ketersediaan sumberdaya pertanian, profitabilitas
usaha dan pasar, terutama pasar ekspor, usaha keramba jaring apung mempunyai
prospek untuk dikembangkan dan merupakan lapangan pekerjaan yang penting
bagi masyarakat di sekitarnya. Ada indikasi bahwa usaha keramba jaring apung
bersifat terintegrasi mulai dari penyediaan benih, usaha pembesaran ikan hingga
pemasaran mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi (Manurung, 1997).
Lebih lanjut Manurung (1997), mengemukakan bahwa usaha budidaya
keramba jaring apung relatif baru dikenal oleh petani Indonesia yakni sejak 1974.
Usaha ini pada awalnya dicoba di waduk Jatiluhur oleh Lembaga Penelitian
Perikanan Darat. Pemanfaatan waduk untuk usaha perikanan dengan keramba
lebih berkembang di Jawa dibanding dengan daerah lain di Indonesia.
Tujuan utama budidaya ikan adalah optimasi produksi ikan pada tingkat
biaya yang minimum, oleh kerenanya setiap budidayawan harus tahu dan
menguasai seluruh konsep sistem budidaya dan secara efektif dapat
mengendalikan setiap tahapan operasional budidaya yang dimulai dari tahap
pembuatan unit budidaya dan pemilihan lokasi untuk budidaya ikan meliputi
faktor fisik, kimia, dan biologi perairan, kemudahan jangkauan dan ketersediaan
sarana dan prasarana, serta faktor keamanan.
Menurut Krismono (1995) bila pada perairan waduk dan danau sudah
ditentukan kawasan bididayanya, maka pemanfaatan zona budidaya perairan hasil
penentuan tata ruang harus memperhatikan syarat-syarat atau catatan-catatan
khusus tentang lingkungan sumberdaya perairan tersebut, yang meliputi:
a. Luas zona budidaya, kedalaman, arus air, kecerahan dan tingkat tropik
(daya dukung sumberdaya perairan)
b. Ketinggian, musim dan sifat khusus, misalnya umbalan.
5. Operasional Budidaya
Sebelum operasional budidaya dilakukan, perlu dibuatkan jadwal
pelaksanaanya yang memuat semua kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari
persiapan, pengadaan sarana, bahan dan peralatan, penebaran ikan, pemberian
pakan, perawatan dan pengawasan, pemantauan stok ikan dan kualitas perairan
sampai dengan panen dan distribusi.
Apabila lokasi budidaya telah dipilih, fasilitas budidaya sudah lengkap
tersedia dan wadah pemeliharaan sudah ditebari ikan, maka budidayawan ikan
harus mempunyai keyakinan bahwa ikan yang dipelihara tumbuh dengan laju
pertumbuhan yang diharapkan, kehilangan ikan baik yang disebabkan penyakiot,
hama maupun lolos keluar jaring minimum, dilakukan pemeliharaan jaring secara
rutin, pemberian pakan dilakukan secara efisien dan tepat, dan pengecekan stok
ikan serta kualitas air dilakukan secara rutin selama pemeliharaan. Panen
sebaiknya disesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan, ukuran ikan sesuai
dengan permintaan dan tersedianya pasar serta produk yang dihasilkan sebaiknya
memenuhi mutu terbaik dan higienis.
B. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Terpadu
Perencanaan pengelolaan perairan waduk secara terpadu merupakan salah
satu alternatif bentuk pengelolaan yang diharapkan dapat dikembangkan dan
diterapkan di waduk tersebut agar tercapai pemanfaatan sumberdaya perairan
waduk secara optimum dan berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya.
Ilyas dan Budihardjo (1995), mengemukaan bahwa bagi suatu
perencanaan terpadu, sangat primer perlu difahami akan proses dan interaksi
alami yang berlangsung, potensi yang tersedia, interaksi antara berbagai
kepentingan, agar tidak menimbulkan kompetisi dalam pemanfaatan, yang
mengakibatkan pada benturan yang menjurus pada tidak lestarinya sumberdaya
dan menurunnya kondisi sosial ekonomi, tiadak berlanjutnya pembangunan.
Menurut Krismono (1998), untuk menjaga kelestarian sumberdaya
perairan dan kesinambungan usaha perikanan, maka perlu diperhatikan dan
dipelajari beberapa hal, antara lain:
a. Jenis perairan, sehingga diketahui pola kelakuannya.
b. Letak tata ruang dari budidaya ikan diperairan waduk/danau karena pada
danau vulkanik/tektonik, tempat terjadinya umbalan biasanya tidak total.
c. Musim, berdasarkan pengalaman, kematian pada waktu-waktu tertentu
misalnya di perairan waduk pada saat awal musim hujan (pada air rendah),
sehingga pada saat tersebut harus mengurangi jumlah pemeliharaan ikan.
d. daya dukung perairan umumnya pada saat air tinggi (Maret-Agustus) lebih
tinggi, sehingga jumlah pemeliharaan ikan dapat lebih tinggi.
Seperti kita ketahui bahwa perikanan merupakan fungsi sekunder dari
pembangunan waduk, oleh karena itu, pengelolaan waduk secara terpadu,
masyarakat yang tergusur dapat bekerja dalam kegiatan perikanan baik kegiatan di
waduk itu sendiri, maupun kegiatan perikanan di sekitar waduk, terutama daerah
yang mendapat sistem pengairan dari waduk tersebut. Pengembangan perikanan di
waduk dapat memberikan kontribusi yang optimal jika diterapkan suatu bentuk
atau pola pengelolaan perikanan yang rasional dan terpadu sesuai dengan fungsi
waduk yang bersifat serbaguna (Kartamihardja, 1993).
Pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara terpadu yang bisa
dilakukan di luar sektor perikanan, antara lain:
a. Pengelolaan sumber tenaga listrik (kawasan berbahaya); kawasan ini
merupakan daerah tertutup untuk kepentingan umum. Pada kawasan ini
pula dibentuk untuk melindungi instalasi penting dan bendungan utama.
Arealnya biasanya ditentukan meliputi luasan dengan jarak 1 km dari titik
tengah bendungan dan batasnya berupa pelampung dengan warna
menyolok.
b. Pengelolaan kawasan wisata dan olah raga; kawasan ini dimanfaatkan
untuk rekreasi air (pariwisata) seperti perahu dayung, pemancingan, ski
air, dan lain-lain.
c. Pengelolaan kawasan yang dilindungi; kawasan ini juga merupakan
kawasan yang tertutup bagi kegiatan perikanan dan kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelestarian populasi ikan. Kawasan ini dapat
merupakan daerah pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan
(nursery ground) sehngga memungkinkan perlindungan bagi induk-induk
ikan untuk berkembang biak dan mengasuh anaknya. Kawasan ini perlu
ditinjau ketepatannya secara berkala, sebab mungkin saja perubahan
ekologis waduk telah merubah pola kebiasaan hidup ikan.
Pengelolaan perairan waduk sebagai salah satu sumberdaya alam, untuk
keperluan lain di luar perikanan, diarahkan untuk menjaga keserasian antara
kegiatan-kegiatan manusia dan pembinaan mutu lingkungannya. Sebagai modal
dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya tetapi dengan cara-cara
yang tidak merusak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan1. Sebagai konsekuensi adanya pembendungan aliran sungai untuk
membentuk suatu waduk yang dapat merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk, akan menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungan. Sehingga diperlukan pembinaan waduk secara optimal dan terpadu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tingkat pemanfaatan optimal dan berkelanjutan, antara lain: pengelolaan habitat, pengelolaan populasi ikan, pengelolaan penangkapan, pengelolaan budidaya dan operasional budidaya. Di samping itu, perlunya kita menjaga kelestarian sumberdaya perikanan dan kesinambungan usaha perikanan, dengan memperhatikan hal-hal seperti: jenis perairan, letak tata ruang dari budidaya ikan di perairan waduk/danau, musim, serta daya dukung perairan.
2. Pengelolaan sumberdaya waduk secara optimal dapat dilakukan melalui usaha-usaha di bidang sektor perikanan, seperi perikanan tangkap dan budidaya, sedangkan pengelolaan sumberdaya waduk secara terpadu, dilakukan dengan cara pengelolaan di luar sektor perikanan, yang dilakukan untuk mendukung suatu program pengelolaan yang efektif guna menjamin produksi ikan yang optimum dan berkelanjutan dengan tidak mengabaikan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya.
B. Saran1. Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita meningkatan
kwalitasPengelolaan sumberdaya perairan waduk secara optimal dan terpadu”.
2. Tingkatkan mutu Pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara optimal dan terpadu.
3. Tingkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang Pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara optimal dan terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S., Budihardjo. 1995. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Posisi Kunci dalam Pembangunan Perikanan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25 – 27 Agustus 1993. Jakarta.Kartamihardja, E.S. 1993. Perencanaan Pengelolaan Perikanan Terpadu di Waduk Kedungumbo, Jawa Tengah. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25 – 27 Agustus 1993. Jakarta.Krismono 1998. Mengapa Ikan dalam Keramba Jaring Apung di Danau dan di Waduk Mati. Warta Penelitian Perairan Indonesia. Vol. IV No. I. Jakarta.Krismono, 1995. Penataan Ruang Perairan Umum untuk Mendukung Agribisnis dan Agroindustri. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25-27 Agustus 1995. Jakarta.Manurung, V.T. 1997. Status dan Prospek Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. XVI. No. I.Sarnita, A. 1986. Perairan Umum di Indonesia sebagai salah satu Sumberdaya Alam. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum. Tanggal 1 September 1986. Jakarta.Widana,K.,P. Martosubroto. 1986. Pengelolaan Perikanan Perairan Umum dan Masalahnya. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum. Tanggal 1 September 1986. Jakarta.