tugas pak badar
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah
korban Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung
menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan.
Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di
turunkan bila kita memahami cara- cara penanggulangan Kegawat Daruratan.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan
segera dan bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya
atau menimbulkan cacat permanent. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
( PPGD ) Upaya untuk mengatasi keadaan gawat darurat agar pasien tidak
meninggal, memburuk keadaannya atau mencegah / mengurangi kecacatan.
Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi
dimana mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang
mendesak yang terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat
kesehatan, kita harus menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami
pasien dan menyadari perasaan sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan
pasien dalam memebicarakan fungsi serta gejala ureginetal. Pasien mungkin
“lupa” atau menyangkal gejala tersebut karena rasa cemas atau sungkan.
Penyakit renal harus dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit renal terjadi
ketika ginjal terkena. Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala
yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup
informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah
korban Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung
menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan.
Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di
turunkan bila kita memahami cara- cara penanggulangan Kegawat Daruratan.
1
Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan
segera dan bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya
atau menimbulkan cacat permanent. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
( PPGD ) Upaya untuk mengatasi keadaan gawat darurat agar pasien tidak
meninggal, memburuk keadaannya atau mencegah / mengurangi kecacatan.
Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi
dimana mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang
mendesak yang terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat
kesehatan, kita harus menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami
pasien dan menyadari perasaan sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan pasien
dalam memebicarakan fungsi serta gejala ureginetal. Pasien mungkin “lupa” atau
menyangkal gejala tersebut karena rasa cemas atau sungkan. Penyakit renal harus
dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit renal terjadi ketika ginjal terkena.
Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan
tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang
berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan usaha mempertahankan kehidupan
pasien dalam keadaan gawat darurat
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa menguasai cara meminta bantuan pertolongan
- Mahasiswa menguasai teknik bantuan hidup dasar
- Mahasiswa menguasai teknik evakuasi dan tranportasi
- Mahasiswa dapat memperioritaskan klien sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. TRIAGE
1.1 Pengertian Triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan suatu pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir, yaitu proses
khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahuannya (Pusponegoro, 2010)
1.2 Tujuan Triage
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau
derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan, serta dapat
menangani korban atau pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan
sumber daya yang ada. Memberikan penanganan terbaik pada korban dalam
jumlah yang banyak untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan
maupun resiko cedera bertambah parah.
3
1.3 Macam-Macam Triage
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
1. Gawat darurat (P1)
Keadaan yang mengancam nyawa atau adanya gangguan ABC dan
perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat.
2. Gawat tidak darurat (P2)
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter
spesialis, misalkan : pasien kanker tahap lajut, fraktur, sickle cell dan
lainnya.
3. Darurat tidak gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lajut dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor atau tertutup, sistitis, otitis media dan lainnya.
4. Tidak gawat tidak darurat (P4)
Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis, misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya.
1.4 Prinsip Triage di RS dan Lapangan
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien
berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti
jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu,
nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam,
deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang
diberikan kepada pasien diruang gawata darurat. Perawat memberikan
prioritas pertana untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi
terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri
4
dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama.
Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan
pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau
membutuhkan banyak sumber daya medis (Bagus, 2007).
Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak
sedikit dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan
harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah
korban untuk memberikan prioritas pertolongan.
Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
6. Tag Warna
Prinsip dalam penatalaksanakan triase :
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya, ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam
proses interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dari kondisi
5
Tanggung jawab utama seorang perawata triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic
dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu
pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien
1) Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada diatas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien.
2) Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
3) Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
atau temannya.
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care
Provider”
Pengambilan keputusan dalam proses triage dilakukan berdasarkan :
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
(Making the Righ Decision A Triage Curriculum, 1995)
6
1.5 Prioritas Triage
Prioritas : penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul
Tingkat prioritas :
1. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk
sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.
2. Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
3. Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan.
4. Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka
sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis.
1.6 Keuntungan Triage
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
7
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
1.7 Triage Scoring
1. Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya
2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,0
dan selanjutnya
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan
pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban
1.8 Penggolongan dalam Triage
Dalam triage ada 5 golongan
1. Golongan I (Label Hijau)
Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan
tindakan bedah.
2. Golongan II (Label Kuning)
Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.
3. Golongan III (Label Merah)
Penderita keadaan luka berat / syok.
4. Golongan IV (Label Putih)
Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong
5. Golongan V (Label Hitam)
Penderita meninggal dunia
8
2. Konsep Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(Spgdt)
2.1 Pengertian SPGDT
Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang
mengalami kegawatan dengan melibatkan semua unsur.
2.2 Tujuan
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya
mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian
rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :
1. Penanggulangan ditempat kejadian.
2. Transportasi ke sarana kesehatan yang lebih memadai.
3. Penyediaan sarana komunikasi.
4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.
5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita
2.3 Komponen
SPGDT memiliki beberapa komponen dan fase, Komponen SPGDT antara
lain :
1. Fase Deteksi
Pada fase ini dapat dideteksi:
9
- Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas
- Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai
- Jaraknya orang memakai safety belt
- Daerah bekerja di pabrik yang berbahaya
- Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat
- Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan
kondisi tanah
- Daerah rawan terjadi gempa
2. Fase Supresi
Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan
atau diamana dapat terjadi bencana/korban masal maka kita dapat
melakukan supresi :
- Perbaikan kontruksi jalan(engineering)
- Pengetatan peraturan lalu lintas
- Perbaikan kualitas helm
- Pengetatan peraturan keselamatan kerja
- peningkatan patroli keamanan
- membuat “disaster mapping
- dll
3. Fase Pra RS
Pada fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat
tergantung pada beberapa komponen :
1) Komunikasi
Dalam komunikasi, hubungan yang sangat diperlukan adalah:
-Pusat komunikasi ambulan gawat darurat
-Pusat emergency
-Pusat komunikasi ke rumah sakit
10
-Pusat komunikasi polisi
-Pusat komunikasi pemadam kebakaran
Untuk komunikasi pager, radio, telpon, telpon genggam
Tugas pusat komunikasi adalah :
- Menerima permintaan penolong
- Mengirim ambulan terdekat
- Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
- Monitor kesiapan RS terutama unit gawat darurat dan ICU
Pada dasarnya komunikasi disektor kesehatan terdiri dari :
a. Komunikasi kesehatan
Sistem komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di bidang administrative.
b. Komunikasi medis
Sistem komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di bidang teknis medis
- Tujuan : Untuk mempermudah dan mempercepatmenyampain
dan penerimaan informasi data menanggulangi penderita gawat
darurat
- Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita
gawat darurat adalah :
Untuk mempermudah masyarakat dalam meminta
pertolongan kesarana kesehatan
Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang
diberikan ditempat kejadian selama perjalanan kesarana
kesehatan yang lebih memadai
Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat
darurat dan puskesmas ke RS atau antar RS
Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana
11
Jenis komunikasi
Teknologi komunikasi di Indonesia telah berkembang pesat dan
semakin modern, namun demikian sarana komunikasi medis belum
sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan dalam penanggulangan
penderita gawat darurat dapat berupa :
a. Komunikasi tradisional
- Kentongan
- Beduk
- Terompet
- Kurir/ mulut ke mulut
b. Komunikasi modern
- Telpon, telepon genggam
- Radio komunikasi
- Telegram
- Facsimile
- Computer
- Telkometri
Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah :
a. Sentral komunikasi
Fungsi pusat komunikasi
- Mengkoordinir penanggulangan penderita dawat darurat mulai dari
tempat kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai RS yaitu
dengan
a) Menerima dan menganalisa permintaan pertolongan
b) Mengatur ambulance terdekat dari kejadian
c) Menghubungi ke RS terdekat
d) Mengatur atau memonitor rujukan penderita gawat darurat
12
- Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penanggulangan medis
korban bencana
- Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain
- Dapat di ambil alih oleh perawat keamanan
Syarat syarat sentral komunikasi
a. Harus mempunyai nomer telepon khusus sebaiknya 3 digit
b. Mudah dihubungi dan memberikan pelayanan 24 jam
c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis perawatan yang terampil
dan berpengalaman
Syarat alat sentral komunikasi
- Telepon
- Radio komunikasi
- Teleks
- Computer bila perlu
- Tenaga yang terampil dan komunikatif
- Konsekuen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis
Jaringan komunikasi
Agar rahasia medis setip penderita tetap terjamin, maka tenaga
untuk keperluan komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau para
medis perawatan yang telah di didik dalam bidang penanggulangan
penderita gawat darurat bidang komunikasi.
2) Pendidikan
1. Pada orang awam
Kemampuan yang harus di miliki oleh orang awam adalah :
- Mengetahui cara minta tolong misalnya menghunbungi 118
- Mengetahui cara resusitasi jantung paru
- Mengetahui cara menghentikan perdarahan
- Mengetahui cara memasang pembalut atau bidal
- Mengetahui cara transportasi yang baik
13
2. Pada perawat
Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat
dengan gangguan :
- System pernafasan
- System sirkulasi
- System vaskuler
- System saraf
- System pencernaan
- System perkemihan
- System integument dan toksilogi
- System endokrin
- System muskuluskletal
- System pengindraan
- Pada anak
3) Transportasi
1. Syarat transfortasi penderita
a. Penderita gawat darurat siap di transportasi bila :
- Gangguan pernafasan sudah ditanggulangi
- Perdarahan harus dihentikan
- Luka harus ditutup
b. Selama transportasi harus dimonitor
- Kesadaran
- Pernapasan
- Tekanan darah dan denyut nadi
- Daerah perlukaan
c. Syarat kesadaran
d. Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi, oksigen alat hisap,
obat-obatan dan infuse, balut dan bidal, tandu, EKG, transmitter,
incubator (untuk bayi) dan alat alat persalinan
e. Syarat personal
14
- Dua orang perawat yang mengemudi
- Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
f. Klasifikasi ambulan sesui fungsinya sebagai berikut :
- Ambulans transportasi
- Ambulans gawat darurat
- Ambulans RS lapangan
- Ambulans pelayanan medic bergerak
- Kereta jenazah
g. Alat pelindung diri
4. Fase rumah sakit
a. Puskesmas
Puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan :
- Resusitasi
- Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan
minor
- Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang dignostik seperti
pemeriksaan leokosit, Hb dan gula darah
- Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga
perawat dalam satu shift
b. UGD/ IGD
Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD tergantung pada :
1. Keadaan penderita waktu tiba di IGD
2. Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa
3. Kualitas dan kuantitas alat alat atau obat obatan
c. Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi
- Alat alat periksa pengobatan mata
- Slip lamp
- THT set
- Traction kit
15
- Gips
- Obstetric genekologi set
- Laboratorium urine
- Bone set
- Pembedahan minor set
- Thoracotomy set
- Benang atau jarum segala ukuran
d. Kemampuan dan keterampilan
5. Fase rehabilitasi
Semua penderita yang cidera akibat kecelakaan maupun bencana
harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga mereka
sapat kembali berfungsi didalam kehidupan masyarakat.
6. Penanggulangan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh factor alam atau factor non alam maupun factor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
1. Evaluasi
- Memonitor penanggulangan penderita
- Mengevaluasi terus menerus
Kebutuhan untuk pengembangan
Dampak pada morbidilitas dan mortalitas : Yaitu melakukan
quality management program
16
2. Dana
Seperti juga dengan pelayanan rumah sakit dimana dana didapat dari :
-Pemerintah
-Swasta
-Modal asing
Maka dalam penanggulangan gawat darurat sehari hari maupun
bencana di dapat dana dari :
-Jasa raharja
-Pegawai negeri
-Pegawai swasta
-Orang mampu
-Askes
-Astek
-Asosiasi komersial
-Subsidi PEMDA
17