tugas pato diah dan ary
TRANSCRIPT
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI ( ASKEB V )
“Komplikasi dan Penyulit dalam Kehamilan Trimester II”
“Hipertensi , Pre Eklampsia , dan Eklampsia”
Disusun Oleh :
Diah Suci Anjasmoro Dwi Ary Nugraheni
Tingkat II Non Reguler
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2013
KOMPLIKASI DAN PENYULIT DALAM KEHAMILAN TRIMESTER II
Hipertensi dalam Kehamilan
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
permulaan nifas.
Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang
disertai proteinuria, oedem, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain.
Hipertensi dalam kehamilan menjadi juga penyebab yang penting dari
kelahiran mati dan kematian neonatal.
Kematian bayi ini terutama disebabkan partus prematurus yang
merupakan akibat dari penyakit hipertensi. (Obstetri Patologi Unpad
Bandung 1981,89-90)
Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare
I. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk
kehamilan ialah pre eklampsi dan eklampsi.
Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuria atau
oedem atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20
II. Hipertensi yang chronis (apapun sebabnya)
Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau
penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan
hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir
III. Preeklampsi dan eklampsi yang terjadi atas dasar hipertensi
yang chronis. Pasien dengan hipertensi yang chronis sering
memperberat penyakitnya dalam kehamilan, dengan gejala-
gejala hipertensi naik, proteinuria,oedem, dan kelainan retina
IV. Transient hypertension
Diagnosa dibuat kalo timbul hypertensi dalam kehamilan atau
dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya
normotensip dan yang hilang dalam 10 hari postpartum (Obstetri
patologi Unpad bandung 1981, 90)
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik : Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam
posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau
hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20
minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia : Peningkatan tekanan darah yang baru
timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh
membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein
di dalam air seni (proteinuria).Eklamsia: preeklamsia yang disertai
dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik : Pre eklamsia
yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi
sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional : Hipertensi pada kehamilan yang timbul
pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan
tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali
normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional
berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa
yang akan datang.
Hipertensi Gestasional
Diagnosis
Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih, dengan menggunakan fase V Korotkof untuk menentukan
tekanan diastolik.
Edema sudah tidak lagi digunakan sebagai kriteria diagnostik karena
juga terjadi pada banyak wanita hamil normal.
Gangguan hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan membentuk
suatu dari trias mematikan, bersama dengan perdarahan dan infeksi,
yang merupakan penyebab tersering mordibitas dan mortalitas terkait
kehamilan.
Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan
darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali
selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut hipertensi sementara jika tidak terjadi pre
eklampsia dan tekanan darah kembali ke normal dalam 12 minggu
pasca partum.
Tabel 49-1 klasifikasi Gangguan Hipertensif Yang Menjadi Penyulit
Kehamilan
Hipertensi Gestasional :
TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan
Tidak ada proteinuria
TD kembali ke normal < 12 minggu pasca partum
Diagnosis akhir ditegakkan hanya setelah melahirkan
Mungkin memeperlihatkan tanda-tanda lain preeklampsia, misalnya
keluhan epigastrum atau trombositopenia
Preeklamsia
Kriteria Normal :
TD >140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
Proteinuria >300 mg/24 jam atau > dipstick 1+
Meningkatkan kepastian preeklampsia
TD >160/110 mmHg
Proteinuria >300 mg/24 jam atau > 2+
Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui sebelumnya sudah
meningkat
Trombosit <100.000/mm3
Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH)
Peningkatan ALT atau AST
Nyeri kepala menetap atau gangguan otak atau penglihatan lainnya
Nyeri epigastrum meningkat
Eklampsia
Kejang yang tidak dapat dikaitkan dengan kausa lain pada seorang
wanita dengan preeklampsia
Preeklampsia Pada Hipertensi Kronis
Proteinuria awitan baru >300 mg/24 jam pada wanita hipertensif,
tetapi tidak ada proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit <100.000/mm3 pada wanita hipertensi dan proteinuria
sebelum gestasi 20 minggu
Hipertensi Kronis
TD >140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum
gestasi 20 minggu atau
Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu
dan menetap setelah 12 minggu pasca partum
(Obstetri Williams edisi 21, 393-394)
Hipertensi Dalam Kehamilan, Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang
Dan/Atau Koma
Penilaian Klinik
Gejala dan Tanda
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan
hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan distolik mengukur
tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik >90 mmHg
pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam :
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali
sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan, dan/atau
dalam 48 jam pasca persalinan.
2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20
minggu.
Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Hipertensi
karena kehamilan
Hipertensi
Kenaikan
tekanan diastolik
15 mmHg dalam
2 pengukuran
berjarak 1 jam
atau tekanan
diastolik sampai
110 mmHg
Proteinuria (-)
Kehamilan >20
minggu
Preeklampsi
ringan
Idem Proteinuria 1+
Preeklampsi
berat
Tekanan diastolik
>110 mmHg
Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan
penglihatan
Nyeri epigastrum
Eklampsi Hipertensi Kejang
Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik Hipertensi Kehamilan <20
minggu
Superimposed
pre-eclampsia
Hipertensi kronik Proteinuria +
tanda-tanda lain
pre eklampsi
Hipertensi Karena Kehamilan
Lebih sering pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat
implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom
inflamasi
Risiko meningkat pada :
1. Masa plasenta besar (pada gemelli, penyakit trofoblas)
2. Diabetes melitus
3. Isoimunisasi rhesus
4. Faktor herediter
5. Masalah vaskuler
Hipertensi karena kehamilan :
1. Hipertensi tanpa proteinuria dan edema
2. Preeklampsi ringan
3. Preeklampsi berat
4. Eklampsia
Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsi ringan sering
ditemukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah.
Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria.
Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang shahih untuk
preeklampsi.
Preeklampsi berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala
berikut :
1. Tekanan diastolik >110 mmHg
2. Proteinuria >2+
3. Oliguria <400 ml per 24 jam
4. Edema paru : nafas pendek, sianosis, rhonkhi +
5. Nyeri daerah epigastrum atau kuadran atas kanan
6. Gangguan penglihatan : skotomaatau penglihatan berkabut
7. Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesik biasa
8. Hiperrefleksia
9. Mata : spasme arteriolar, edema, ablasio retina
10. Koagulasi : koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom
HELLP
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Otak : edema serebri
13. Jantung : gagal jantung
Eklampsia ditandai oleh gejala-gejala preeklampsia berat dan
kejang :
1. Kejang dapat terjadi tidak tergantung dari beratnya hipertensi
2. Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsi
grand mall
3. Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-
jam)
Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu
Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dengan
preeklampsia
Diagnosis diferensial
Hipertensi Kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui,
sulit membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik,
dalam hal demikian tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin,
sehingga terdapat proteinuria
Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
Infeksi kandung kencing, anemia berat, payah jantung, partus lama
juga dapat menyebabkan proteinuria
Darah dalam urine, skistomiassis, kontaminasi darah vagina dapat
menghasilkan proteinuria positif palsu
Kejang dan Koma
Eklampsia hars di DD dengan epilepsi, malaria serebral, trauma
kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun),
kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis,
ensefalopati, intoksikasi air, histeria, dan lain-lain
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan
Neonatal,2009,207-
210)
Pre Eklampsi dan Eklampsi
Penyakit hipertensi yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit
hipertensi yang akut pada waita hamil dan wanita dalam nifas.
Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklampsi dan pada tingkat
dengan kejang disebut eklampsi.
Preeklampsi memperlihatkan gejala hipertensi, oedem, dan
proteinuria, kadang-kadang hanya hipertensi dengan proteinuria atau
hipertensi dengan oedem
Eklampsi sama gejala-gejalanya dengan preeklampsi ditambah
dengan kejang dan/atau coma
Jadi preeklampsia dan eklampsia merupakan satu penyakit hanya
tingkatannya yang berlainan.
Pada umumnya preeklampsia dan eklampsi baru timbul sesudah
minggu ke 20 dan makin tua kehamilan makin besar kemungkinan
timbulnya penyakit tersebut. Pada mola hydatidosa penyakit ini dapat
menjelma sebelum minggu ke 20.
Setelah persalinan, gejala-gejalanya berangsur hilang sendiri. Untuk
diagnosa preeklampsi, pada wanita yang hamil 20 minggu atau lebih
harus diketemukan hipertensi dengan proteinuria dan oedema atau
sekurang-kurangnya hipertensi dan proteinuria.
1. Tekanan systole 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg
diatas tekanan yang biasa.
Tekanan darah yang meninggi ini sekurang-kurangnya diukur 2 kali
dengan antara 6 jam
2. Proteinuria ialah protein lebih dari 0,3 g/l dalam urine 24 jam atau
lebih dari 1 g/l pada urine yang sembarangan.
Urine yang diambil untuk pemeriksaan harus urine yang bersih, atau
urine yang diperoleh dengan penyadapan. Proteinuria ini harus ada
pada 2 hari berturut-turut atau lebih.
3. Oedema yang tetap pada jari tangan dan mata.
Preeklampsi disebut berat jika :
1. Tekanan darah systole 160 atau lebih atau diastole 110 atau lebih
diukur 2 kali dengan antara sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien
dalam istirahat rebah.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam
3. Oliguri 400 cc atau kurang dalam 24 jam
4. Gangguan cerebral atau gangguan penglihatan
5. Oedema paru-paru atau cyanosis
Preeklampsia :
Preeklampsi diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan
oedema pada seorang gravida yang tadinya normal.
Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan yang paling sering
terjadi pada primigravida yang muda.
Preeklamps adalah penyakit primigravida dan jika timbul pada
seorang multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti hipertensi,
diabetes, atau kehamilan ganda.
Gejala-gejala :
1. Hipertensi : gejala yang paling dulu timbul adalah hipertensi yang
terjadi sekonyong-konyong, sebagai batas diambil tekanan darah
140 mm systole dan 90 mm diastole tetapi juga kenaikan systole 30
mm atau diastole 15 mm di atas tekanan yang biasa merupakan
pertanda.
Tekanan darahh dapat mencapai 180 mm systole dan 110 mm
diastole tetapi jarang mencapai 200 mm
Jika tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya
hipertensi essensial
2. Oedema : timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan
yang berlebihan. Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil
dianggap normal, tetapi jika mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg
dalam sebulan preeklmapsi harus dicurigai.
Tambah berat yang sekonyong-konyong ini disebabkan retensi air
dalam jaringan dan kemudian baru oedema nampak. Oedema ini
tidak hilang dengan istirahat.
3. Proteinuria : proteinuria sering diketemukan pada preeklampsi,
rupa-rupanya karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah
ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dan hipertensi dan
tambah berat.
4. Gejala-gejala subjektif : perlu ditekankan bahwa hipertensi, tambah
berat, dan proteinuria yang merupakan gejala-gejala yang
terpenting dari preeklampsi tidak diketahui oleh penderita. Karena
itu prenatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi
preeklampsi dengan cepat
Baru pada preeklampsi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala
subjektif yang membawa pasien ke dokter.
Gejala-gejala subjektif tersebut adalah :
1. Sakit kepalayang keras karena vasospasmus atau oedema otak
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia
atau oedema, atau sakit karena perubahan lambung
3. Gangguan penglihatan :
Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.
Gangguan ini disebabkan vasospasmus, oedema, atau ablasio
retinae.
Perubahan-perubahan ini dapat dilihat dengan opthalmoskop.
Etiologi :
Sebab preeklampsia belum diketahui tapi pada penderita yang meninggal karena eklampsi terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat tapi kelainan yang menyertai penyakit ini ialah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan koagulasi intravaskular.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia.
Vasospasmus menyebabkan :
1. Hipertensi2. Pada otak : sakit kepala, kejang3. Pada plasenta : solutio placentae, kematian janin4. Pada ginjal : oliguri, insuffisiensi5. Pada hati : ikterus6. Pada retina : amourose
Diagnosa :
Jika pada seorang yang hamil dan yang sebelum minggu ke 20 sehat, timbul hipertensi, proteinuria, atau oedema maka diagnosa preeklampsia dibuat.
Yang harus dikesampingkan ialah penyakit ginjal misalnya glomerulonefritis acuta dan hipertensi essensial.
Membedakannya dari hipertensi essensial kadang-kadang sulit, tapi gejala-gejala yang menunjuk ke arah hipertensi essensial ialah :
1. Tekanan darah diatas 2002. Pembesaran jantung3. Multiparitas terutama kalau pasien di atas 30 tahun4. Pernah menderita toxemia pada kehamilan yang lalu5. Tidak adanya oedema dan proteinuria6. Perdarahan dalam retina
Prognosa :
Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsia. Di negara-negara yang sudah maju kematian karena peeklampsi kurang lebih 0,5 %
Tapi jika eklampsia terjadi maka prognosa menjadi kurang baik : kematian pada eklampsi adalah 5%
Prognosa untuk anak juga berkurang tetapi tergantung pada saatnya preeklampsi menjelma dan pada beratnya preeklampsi. Kematian perinatal : 20%. Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hipertensi yang tetap terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau dengan perkataan lain kalau gejala-gejala preeklampsi timbul dini.
Sebaliknya ahli lain menganggap bahwa penderita dengan hipertensi yang tetap sesudah persalinan sudah menderita hipertensi sebelum hamil.
Pengobatan :
Profilaksis :
Pada tingkat permulaannya preeklampsi tidak memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care.
Psien hamil hendaknya diperiksa sekali 2 minggu setelah bulan ke 6 dan sekali seminggu pada bulan terakhir.
Pada pemeriksaan ini secara routine harus ditentukan tekanan darah, tambah berat, dan ada atau tidaknya proteinuria.
Terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap preeklampsi kita harus waspada sekali.
Faktor predisposisi tersebut adalah :
1. Multipartas2. Riwayat keluarga dengan eklamps atau preeklampsi3. Kehamilan ganda4. Diabetes5. Hipertensi yang kronis6. Mola hidatidosa7. Hydrops foetalis
Pasien juga harus mengetahuui tanda-tanda bahaya ialah sakit kepala, gangguan penglihatan dan bengkaknya tanga atau muka. Jika salah satu dari ini timbul, ia hatus memeriksakan diri, angan menunggu pemeriksaan routine.
Usaha penjegahan preeklampsi yang terpenting ialah pembatasan pemakaian garam dan ada juga yang mengusahakan pembatasan tambah berat pada gravidae. Usaha terakhir ini diragukan.
Pembatasan pemakaian garam baiknya dianjurkan pada semua wanita pada triwulan yang terakhir dari kehamilan, lebih-lebih pada pasien dengan faktor predisposisi tersebut diatas.(Obstetri patologi Unpad bandung 1981, 90)
Preeklampsi adalah suatu sindrom khas-keamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasopasme dan pengaktifan endotel. Dalam hal ini, proteinuria adalah adanya 300 mg atau lebih protein urin per 24 jam atau 30 mg/dL (1 + pada dipstick) dalam sampel urine acak derajat proteinuria dapat sangat berfluktuasi dalam periode 24 jam bahkan pada kasus yag parah. Oleh karena itu, satu sampel acak mungkin gagal memperlihatkan adanya proteinuria yang signifikan. Kombinasi protienuria plus hipertensi dalam kehamilan sangat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas perinatal.
Insidensi perinatal asering mencapai sekitar 5 persen meskipu angkanya sangat bervariasi dalam berbagai laporan. Insidensi dipengaruhi oleh paritas, dengan nulipara memiliki resiko lebih besar (7 sampai 10 persen) jika dibandingkan dengan wanita multipara. Faktor resiko lain yang berkaitan dengan preeklampsia antara lain adalah kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronis, usia ibu lebih dari 35 tahun, berat ibu berlebihan, dan etnis Afro-Amerika.
Keparahan Preeklamsia
Keparahan preeklamsia dinilai berdasarkan frekuensi dan intensitas kelainan yang tercantum di Tabel 49-2. Semakin parah kelainannya,
semakin besar kearusan menghentikan kehamilan. Hal yang penting, perbedaan antara preeklamsia ringan dan berat dapat menyesatkan karena penyakit yang tampak ringan dan cepat berkembang menjadi parah.
Tabel 49.2 Gangguan Hipertensif Selama Kehamilan: Indikasi Keparahan
Kelaianan Ringan Berat
Tekanan darah diastole > 100 mm Hg 110 mm Hg atau lebih
Proteinuria Sekelumit sampai 1 + Menetap 2 + atau lebih
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan penglihatan Tidak ada Ada
Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Kejang Tidak ada Ada (eklamsia)
Kreatinin Serum Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan enzim hati Minimal Nyata
Hambatan pertumbuhan janin
Tidak ada Jelas
Edema paru Tidak ada Ada
EKLAMPSIA
Eklampsi
Eklampsi adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita nifas disertai hipertensi, oedema, dan proteinuria.
Eklampsi lebih sering terjadi pada primigravida daripada multiparae.
(Obstetri Patologi Unpad , 1984)
Menurut saat terjadinya eklampsi kita mengenal istilah :
1. Eklampsi antepartum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinanIni yang paling sering terjadi.
2. Eklampsi intrapartum ialah eklampsi sewaktu persalinan.3. Eklampsi postpartum ialah eklampsi setelah persalinan.
Kebanyakan terjadi antepartum.
Jika terjadi postpartum maka timbul dalam 24 jam setelah partus.
Dalam kehamilan eklampsi terjadi dalam triwulan terakhir dan makin besar kemungkinan mendekati saat cukup bulan.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Eklampsi lebih sering terjadi pada :
1. Kehamilan kembar2. Hydramnion3. Mola hydatidosa
Pada mola hydatidosa eklampsi dapat terjadi sebelum bulan ke 6.
Gejala :
Eklampsi selalu didahului oleh gejala-gejala preeklampsi.
Gejala-gejala preeklampsi yang berta seperti :
1. Sakit kepala yang keras2. Penglihatan yang kabur3. Nyeri di ulu hat4. Kegelisahahn dan hiperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
(Obstetri Patologi Unpad , 1984)
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
1. Tingkat invasi (tingkat permulaan) : mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu pihak, kejang-kejang halus terlihat pada muka.Tingkat ini berlangsung beberapa detik
2. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) :Seluruh badan menjadi kaku, kadang-kadang terjadi epistotonusLamanya 15 sampai 20 detik
3. Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis) :Terjadilah kejang yang timbul hilang : rahang membuka dan menutup begitu pula mata ; otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari tempat tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah , muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya : 1 menit
4. Tingkat coma : setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam cooma.Lamanya coma ini dari beberapa menit sampai berjam-jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan di atas berulang lagi kadang-kadang 10-20 kali.
Sebab kematian eklampsi ialah : oedema paru-paru, apoplexi dan acidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumonia aspirasi, kerusakan hati atau gagal faal ginjal.
Kadang-kadang terjadi eklampsi tanpa kejang ; gejala yang menonjol adalah coma. Eklampsi semacam ini disebut “eklampsi sine eklampsi” dan terjadi kerusakan hati yang berat.
Karena kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsi maka eklampsi sine eklampsi sering dimasukkan preeklampsi berat. Pada eklampsi tensi biasanya tinggi sekitar 180/110.
Nadi kuat dan berisi tapi kalau keadaan sudah buruk menjadi kecil dan cepat. Demam yang tinggi memburukkan prognosa . demam ini rupa-rupanya cerebral.
Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsi yang berat ada cyanosis.
Proteinuria biasanya hampir selalu ada malahan kadang-kadang sangat banyak, juga oedema biasanya ada.
Pada eklampsi antepartum biasanya persalinan mulai setelah beberapa waktu. Tapi kadang pasien berangsur baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan terus berlangsung.
Eklampsi yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsi intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan dari eklampsi ke dalam keadaan preeklampsi.
Jadi kemungkinan eklampsi tetap mengancam pasien semacam ini sebelum persalinan terjadi.
Setelah persalinan keadaan pasien berangsur baik, kira-kira dalam 12-24 jam. Juga kalauanak mati di dalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang.
Proteinuria hilang dalam 4-5 hari sedangkan tensi normal kembali dalam kira-kira 2 minggu.
Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsi menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2-3 minggu.
Penyulit lainnya ialah hemiplegi dan gangguan penglihatan (buta), karena oedema retina.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Patologi
Pada wanita yang mati karena eklampsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, paru-paru, dan jantung.
Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia, oedema, hyperaemia atau ischemia dan trombosis
Pada plasenta terdapat infark-infark karena degenerasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat iaah retensi air dan natrium, haemo konsentrasi dan kadang-kadang acidosis.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Etiologi
Sebab eklampsi belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsi disebabkan ischaemiz rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak.
Pada mola hydatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, mullipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes. Peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Diagnosa
Untuk diagnosa eklampsi harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan kejang dan coma seperti uraemi, keracunan, epilepsi, hysteri, encephalitis, meningitis, tumor otak dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnosa eklampsi lebih dari 24 jam post partum harus dicurigai.
(Obstetri patologi Upad, 1984)
Prognosa
Eklampsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik untuk ibu ataupun anak.
Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit.
Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa : jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1. Coma yang lama2. Nadi diatas 1203. Suhu diatas 390 C4. Tensi di atas 200 mmHg5. Lebih dari 10 serangan6. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih7. Tidak adanya oedema
Oedema paru-paru dan apoplexi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Terapi
Profilaksis : ialah dengan pencegahan, diagnosa dini dan terapi yang cepat dan intensif dari preeklampsi.
Maka pengaturan diit dan berat badan selanjutnya, pengukuran tensi, pemeriksaan urine, dan tambah berat badan merupakan pekerjaan yang sangat penting disusul dengan pengobatan dan kalau perlu pengakhiran kehamilan.
Semua tindakan tersebut diatas bermaksud untuk mencegah timbulnya eklampsi.
(Obstetri Patologi Unpad, 1984)
Eklampsi adalah timbulnya kejang pada wanita pada preeklamsia yang tidak dapat dikaitkan dengan klausa lain.. kejang bersifat grand mal dan munngkin terjadi senelum, selama, atau setelah persalinan. Eklamsia dapat terjadi hinga 10 hari pasca partum.
Preeklamsia yang timbul pada Hipertensi Kronis
Semua Gangguan hipertensif kronis, apapun kausanya, memudahkan teradinya, preeklamsia atau eklamsia. Gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis dan penatalaksanaan wanita yang belum penah hingga setelah pertengahan kehamilan. Diagnosis hipertensi kronis diisyaratkan oleh (1) hipertensi yang mendahului kehamilan, (2) hipertensi yang dideteksi sebelum 20 minggu (kecuali terdapat penyakit trofoblastik gestasional, atau (3) hipertensi yang menetap lama setelah melahirkan. Faktor riwayat lain yang dapat membantu diagnosis adalah multiparitas dan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan sebelumnya yang bukan kehamilan pertama. Juga terdapat riwayat hipertensi essensial dalam keluarga.
Patologi
Pada preeklamsia dan eklamsia, terjadi perburukan patologis fungsi sejumlah organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia.
Semua teori mengenai patofisiologi preeklamsia harus mempertimbangkan pengamatan bahwa gangguan hipertensif akibat kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita yang, (1) terpajan ke vilus korion untuk pertama kali; (2) terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidiformis; (3) telah mengidap penyakit vaskular, atau (4) secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang timbul selama kehamilan.
Vasospasme adalah hal mendasar dalam patofisiologi preeklamsia-eklamsia. Konsep ini didasarkan pada pengamatan langsung pembuluh darah halus di dasar kuku, fundus okuli,dan konjungtiva bulbar, dan diperkirakan dari perubahan histologis yang dijumpai di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan berperan dalam timbulnya hipertensi arteri. Vasospasme itu sendiri kemungkinan besar juga menimbulkan kerusakan pada pembuluh. Selain itu, angioensin II menyebabkan sel-sel endotel berkontraksi. Perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel serta menyebabkan bocornya konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen yang kemudian mengendap di subendotel. Perubahan vasular ini, bersama dengan hipoksia lokal
jaringan di sekitarnya, mungkin menyebabkan perdarahan nekrosis dan berbagai gangguan end-organ lainnya yang dapat dijumpai pada preeklampsia berat.
Meskipun kemungkinan akibat dari gangguan hipertensi pada kehamilan sangat banyak namun agar lebih sederhana maka akibat tersebut dibahas di sini dengan menggunakan sistem organ sasaran spesifik. Nkausa utama gangguan janin adalah berkurangnya perfusi uteroplasenta.
Perubahan Kardiovaskular
Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi hangguan hebat pada gangguan kardiovaskular. Gangguan ini pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, dan cedera endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ekstrasel, terutama paru. Pemberian cairan yang agresif kepada wanita dengan preeklampsia berat menyebabkan tekanan pengisisan sisi kiri meningkat secara bermakna sementara curah jantung yang sudah tinggi bertambah hingga tingkat supernormal.
Volume Darah
Hemokonsentrasi adalah tanda utama preeklampsia-eklampsia. Volume darah yang secara normal bertambah selama kehamilan hampir tidak terjadi sama sekali dan hal ini mugkin disebabkan oleh vasokontriksi generalisata yang diperparah oleh meningkatnya permeabilitas vaskular.
Perubahan Hematologis
Kelainan hematologis terjadi pada sebagian wanita yang menerita gangguan hipertensif akibat kehamilan. Trombositopenia kadang-kadang dapat sedemikian parah sehingga dapat mengancam nyawa; kadar plasma sebagian dari faktor pembekuan mungkin menurun; dan eritrosit mungkin mengalami tarauma sehingga bentuknya menjadi aneh dan cepat mengalami hemolisis.
Tombositopenia
Pada preeklampsi-eklampsia, dapat timbul trombositopenia ibu secara akut. Setelah pelahiran, hitung trombosit akan meningkat secara progresif hingga ke kadar normal dalam 3 hingga 5 hari. Trombositopenia nyata yang didefinisikan oleh hitung trombosit kurang dari 100.000/μL, menunjukkan penyakit yang parah (lihat tabel 49.2). pada sebagian besar kasus, diindikasikan pengeluaran janin karena hitung trombosit terus menurun. Secara umum, semakin rendah hitung trombosit, semakin rendah morboditas dan mortalitas ibu dan janin. Terjadinya peningkatan kadar enzim hati dalam situasi klinis ini akan memperburuk prognosis. Kombinasi hal-hal ini disebut sebahai sindrom HELLP- yaitu hemolisis (H) peningkatan enzim hati (elevatid liver enzym, EL), dan trombosit rendah
(low platelet, LP). Preeklampsia tidak menyebabkan trombositopenia pada nonatus
Koagulasi
Defisiensi berat pada salah satu faktor koagulasi larut sangat jarang terjadi pada preeklampsia berat atau eklampsi kecuali jika terdapat keadaan lain yang mempermudah terjadinya koagulasi konsumtif, misalnya solusio plasenta atau perdarahan hebat akibat infark hati.
Ginjal
Pada kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus meningkat secara bermakna. Jika teadi reeklampsia, perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus berkurang. Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita dengan penyakit parah. Pada sebagian besar pasien preeklampsia ringan sampai sedang tampaknya terjadi akibat penurunan volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma menjadi dua kali lipat dibandingkan kadar pada kehamilan normal yang sekitar 0,5 mg/dL. Akan tetapi, pada beberapa kasus preeklampsia berat, ginjal mengalami kelainan berat, dan kreatinin plasma mungkin meningkat beberapa kali lipat dibandingkan nilai normal nonhamil atau hingga 2 sampai 3 mg/dL. Setelah pelahiran, tanpa adanya penyakit renovaskular yang mendasari biasanya terjadi pemulihan sempurna fungsi ginjal.
Proteinuria
Untuk menegakkan diagnosisi preeklamsia-eklamsia, harus terdapat proteinuria (lihat Tabel 49-1)
Hati
Pada preeklamsia berat, kadang-kadang terjadi perubahan dalam fungsi dan integritas hati. Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hati kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya enzim hati dalam serum. Perdarahan dari lesi ini dapat menyebabkan ruptur hati, atau perdarahan dapat meluas di bawah kapsul hati dan membentuk hematom subkapsul.
Otak
Manifestasi preeklamsa pada sistem saraf pusat, terutama keang pada eklampsi, telah lama diketahui. Gejala penglihatan merupakan manifestasi lain keterlibatan otak.
Dua enis patologi otak yang berbeda, tetapi berkaitan adalah perdarahan makroskopik akibat ruptur arteri karena hipertensi berat. Perdarahan ini
dapat dijumpai pada semua wanita dengan hipertensi gestasional, dan preeklampsia bukan merupakan prasyarat terjadinya kelainan ini.
Lesi lainnya yang sering dijumpai pada preeklampsia dan hampir universal pada eklampsia bersifat luas dan jarang mematikan. Lesi otak utama aadlah edema, hiperemia, anemia fokal, trombosis dan perdarahan.
Ablasio Plasenta
Terlepasnya retina dapat menyebabkan kehilangan penglihatan total pada wanita dengan kebutaan korteks. Jarang diindikasikan terapi bedah; prognosis baik dan penglihatan biasanya kembali normal dalam seminggu. Edema serebrum dapat terjadi pada kassus-kasus yang parah, dan penurunankesadaran dan delirium adalah faktor utama dengan gejala yang hilang timbul. Pada beberapa kasus pasien mengalami koma.
EKLAMPSIA
Preeklamsia yang mengalami penyulit kejang tonik klonik generalisata disebut eklampsia. Jika telah terjadi eklampsia, resiko bagi ibu dan janin meningkat secara bermakna. Hampir tanpa pengecualian, preeklampsi mendahului awitan keang eklamtik. Eklampsia disebut antepartum, intrapartum, atau pascapartum, bergantung apakah kejang munncul sbelum, selama, atau setelah persalinan. Eklampsia sering terjadi pada semester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm. Prognosis untuk eklampsia selalu serius. Untungnya, mortalitas ibu akibat elamsia telah menurun selama tiga dekade terakhir dari 5 hingga 10 persen menjadi kurang dari 3 persen kasus.
Secara umum, eklampsia lebih besar kemungkinan terlalu sering didiagnosis daripada terlewatkan, karena epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak, sistiserkosis, dan ruptur aneurisma serbrum selama kehamilan tahap lanjut serta masa nifas dapat mirip dengan eklampsia. Akan tetapi, sapa kausa-kausa lain tersebut disingkikan semua wanita hamil dengan kejam harus dianggap mengalami eklampsia.
GAMBAAN KLINIS EKLAMPSIA
Gerakan kejang biasanya mulai di sekitar mulut dalam bentuk kedutan wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu kontraksi otot generalista. Fase ini dapat menetap selama 15 hingga 20 detik. Secara mendadak rahang mulai membuka dan menutup dengan keras dan segera sesudahnya, menyusul kelopak mata. Otot-otot wajahlain dan kemudian seluruh oktot berkontraksi dan melemas secara bergantian dan cepat. Gerakan ototnya sedemikian kuat sehingga pasien dapat terlrmpar ke luar tempat tidur, dan jika tidak dilindungi, lidahnya dapat tergigit akibat gerkan rahang yang hebat. Fase ini, yaitu saat otot berkontraksi dan melemas secara bergantian dapat berlangsung hingga
semenit. Secara bertahap gerakan otot menjadi lebih kecil dan lbih jarang dan akhirnya pasien terdiam. Sepanjang kejang, diafragma terfiksasi dan pernapasan terhenti. Selama beberapa detik pasien tampak sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas pajang dan dalam dengan suara keras dan pernapasan pulih kembali. Kemudian pasien mengalami koma.. ia tidak akan ingat kejang, atau barangkali kejadian-kejadian menjelang dan setelah kejang. Seiring waktu, ingatan-ingatan ini dapat pulih. Kejang petama biasanya merupakan pemicu kejang lain yang jumlahnya dapat bervariasi dari satu atau dua pada kasus ringan hingga 100 atau lebih pada kasus berat yang tidak diobati. Pada kasus yang jarang, kejang belangsung berurutan sedemikian cepat sehingga pasien tampak berada dalam kejang berkepanjangan yang hampir kontinu.
Durasi koma setelah kejang bervariasi. Jika kejangnya jarang, pasiennya biasanya mengalami pemulihan kesadaran secara sebagian setelah setiap serangan. Selagi tersadar pasien mungkin meronta-ronta tanpa sadar. Pada kasus yang sangat berat, koma menetap dari stu kejang ke kejang yang lain, dan pasien dapat meninggal sebelum sempat sadar. Pada kasus yang jarang, satu kali kejang dapat diikuti oleh koma yang menetap meskipun biasanya meskipun biasanya pasien jarang meninggal sebelum mengalami kejang yang berulang-ulang.
Pernapasan setelah kejang biasanya menjadi cepat dan dapat mencapai 50 kali per menit, mungkin sebagai respons terhadap hipoksia. Pada kasus yang berat mungkin terjadi sianosis. Demam setinggi 39o C atau lebih merupakan tanda yang sangat buruk karena mungkin merupakan manifestasi dari perdarahan sistem saraf pusat.
Proteinuria hampir selalu ada dan sering berat. Haluaran urine kemungkinan besar kurang bermakna, dan kadang-kadang terjadi anuria. Sering terjadi hemoglobinuria, tetapi jarang terjadi hemoglobinemia. Edema sering mencolok (kadang-kadang masif) tetapi mungkin juga tidak ada.
Seperti pada preeklampsia berat , peningkatan haluaran urine setelah melahirkan biasanya merupakan tanda awal perbaikan. Proteinuria dan edama biasanya lenyap dalam seminggu. Pada sebagian kasus, tekanan darah kembali ke normal dalam beberapa hari hingga 2 minggu setelah persalinan. Semakin lama hipertensi menetap pascapartum, semakin besar kemungkinan hipertensi tersebut diakibatkan penyakit ginal atau vascular kronis.
Pada eklampsia antepartum, persalinan dapat terjadi secara spontan setelah segera terjadi kejang dan berkembang cepat, kadang-kadang sebelum petugas kesehatan menyadari bahwa wanita yang sedang tidak sadar atau stupor ini sebenarnya sedang mengalami kontraksi uterus yang efektif. Jika kejang terjadi sewaktu persalinan, frekuensi dan intensitas kontraksi dapat meningkat, dan durasi persalinan dapat
memendek. Karena terjadinya hipoksemia dan asidemia laktat pada ibu akibat kejang, biasanya terjadi bradikardi janin setelah setiap kali kejang. Hal ini biasanya pulih dalam 3 hingga 5; jika bradikardi menetap lebih dari sekitar 10 menit, kausa lain harus dipertimbangkan, seperti solusio plasenta atau partus iminen.
KOMPLIKASI EKLAMPSIA
Edema Paru
Kejang eklampsia dapat menyebabkan edema paru. Terdapat paling tidak dua sumber: (1) dapat terjadi pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika kejang disertai oleh muntah. (2) kombinasi hipertensi berat dan pemberian cairan intravena dalam jumlah besar dapat menyebabkan gagal jantung.
Wanita preeklamsia berat eklampsia yang mengalami edema paru biasanya mengalaminya pada masa pascapartum. Aspirasi isi lambung akibat kejang atau mungkin dari anestesi atau sedasi berlebihan, harus disingkirkan; namun, sebagian besar wanita ini megalami gagal jantung. Beberapa perubahan yang normal terjadi pada kehamilan mengalamai penguatan oleh preeklampsia-eklampsia dan hal ini memudahkan terjadinya edema paru. Hal yang penting, tekanan onkotik plasma berkurang bermakna pada kehamilan aterm normal karena berkurangnya albumin serum, dan pada preeklampsia tekanan onkotik ini turun semakin jauh.
Pemberian cairan intavaskular dalam jumlah sedang dan pencegahan ekspansi volume dapat membatasi timbulnya komplikasi ini.
Kebutaan
Pada sekitar 10 persen wanita, kejang eklamsia sedikit banyak diikuti oleh kebutaan. Kebutaan juga timbul secara spontan pada preeklampsia. Terdapat paling sedikit dua penyebab: (1) ablasio retina dengan derajat bervariasi; dan (2) iskemia, infark atau edema lobus oksipitalis. Meski penyebabnya adalah patologi otak atau retina, prognsis pulihnya penglihatan baik dan biasanya berselang-seling dalam seminggu. Sekitar 5 persen pasien akan mengalami perubahan kesadaran yang substansial, termasuk koma menetap, setelah kejang. Hal ini disebabkan oleh edema otak yang luas sedangkan herniasi unkus transtentorium dapat menyebabkan kematian pada pasien ini.
Kematian
Pada sebagian kasus eklampsia, pasien meninggal mendadak bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya, akibat perdarahan otak yang luas, sedangkan herniasi