tugas pendahuluan pustaka metodologi pra perecanaan (1)

41
DRAINASE DAN SEWERAGE BERKELANJUTAN TL 3202 TUGAS 01-Pendahuluan PUSTAKA, METODOLOGI, PRA PERENCANAAN Anggota Kelompok : 1. Kiki Kumala Putri 15312028 2. Tania Alpiani 15312030 3. Kezia Theresia 15312032 4. Aji Gumelar 15312034 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

Upload: tania-alpiani

Post on 19-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sdb

TRANSCRIPT

  • DRAINASE DAN SEWERAGE BERKELANJUTAN

    TL 3202

    TUGAS 01-Pendahuluan

    PUSTAKA, METODOLOGI, PRA PERENCANAAN

    Anggota Kelompok :

    1. Kiki Kumala Putri 15312028

    2. Tania Alpiani 15312030

    3. Kezia Theresia 15312032

    4. Aji Gumelar 15312034

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sistem Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana pendukung yang

    penting untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkungan yang baik, yang

    pada akhirnya dapat menunjang terciptanya suatu masyarakat yang sehat dan

    produktif. Perbaikan sanitasi lingkungan pemukiman yang bersih, sehat dan

    berkesinambungan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui terciptanya

    kesehatan masyarakat. Adapun keuntungan dari pelayanan air kotor bagi masyarakat

    antara lain :

    a) Perbaikan lingkungan pemukiman terutama untuk daerah-daerah padat

    penduduk.

    b) Penataan sistem saluran pembuangan.

    c) Penataan sistem sanitasi lingkungan pemukiman.

    d) Penurunan tingkat pencemaran pada badan-badan air penerima akibat

    pembuangan limbah domestik.

    Limbah cair domestik adalah sisa air yang telah dipakai untuk kegiatan

    sanitasi manusia seperti minum, memasak, mandi, mencuci, menyiram tanaman, dan

    lain-lain. Kegiatan sanitasi di gedung perkantoran, komersial, dan kegiatan industri

    turut menyumbangkan air limbah domestik ke dalam sistem penyaluran air buangan.

    Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada sumber

    asal limbah tersebut.

    Limpahan air hujan akan bergabung dengan air limbah, dan sebagian air hujan

    tersebut menguap dan ada pula yang merembes ke dalam tanah dan akhirnya menjadi

    air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran air limbah, maka

    terjadi penyusupan air tanah ke saluran limbah melalui sambungan-sambungan pipa

    atau melalui celah -celah yang ada karena rusaknya saluran pipa (Sudrajat, 2004). Jika

    saluran pembuangan tidak direncanakan dengan baik, maka akan terjadi pencemaran

    terhadap air tanah yang mengakibatkan penurunan kualitas air tanah. Dengan adanya

    sistem pembuangan air kotor, maka kualitas air tanah dapat terjaga dengan baik

  • Sistem Sewerage di Negara Berkembang

    Peningkatan populasi yang terjadi terus-menerus juga akan berdampak pada

    peningkatan limbah buangan yang dihasilkan, karena setiap manusia akan

    menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Limbah yang

    dihasilkan dapat bertindak sebagai bahan pencemar bagi mahluk hidup dan dapat

    merusak lingkungan di sekitarnya jika tidak diolah dengan baik. Untuk menjamin

    tercapainya keseimbangan ekologis dari alam dan mahluk hidup di sekitarnya perlu

    dibangun suatu instalasi pengolahan limbah sebelum dialirkan langsung ke badan air.

    Saat ini, pengelolaan sistem sanitasi limbah buangan rumah tangga perlu diperhatikan

    lebih jauh karena dampak negatifnya terhadap lingkungan. Beberapa contoh

    dampaknya antara lain ancaman kesehatan pada masyarakat, pencemaran air tanah

    dangkal, dan pencemaran badan air. Timbulan air limbah domestik yang dominan

    pada umumnya bersifat organo-mikrobiologis. Limbah cair ini berasal dari

    perumahan, perkantoran, hotel, tempat hiburan, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya

    yang sering digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

    Dalam perencanaan wilayah pemukiman banyak dijumpai kesalahan

    perencanaan saluran-saluran pembuangan yang mengakibatkan saluran yang

    direncanakan tidak dapat menampung debit puncak air buangan dari pemukiman

    tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena adanya salah perhitungan besar debit puncak

    per rumah tangga dan data curah hujan serta diabaikannya faktor-faktor koefisien

    perhitungan kemungkinan akan berkembangnya lokasi pemukiman atau wilayah yang

    direncanakan. Kemudian dalam pengolahannya pun masih kurang direncanakan

    dengan baik dan hanya dilakukan dengan pengolahan sederhana yang dapat

    menghasilkan kualitas air limbah yang sangat buruk bagi lingkungan disekitarnya.

    Pembuangan limbah domestik dibagi menjadi 2 sistem, yaitu sistem setempat (on-site

    sanitation) dengan menggunakan septik tank, dan sistem terpusat (off-site sanitation)

    dengan cara limbah dialirkan melalui perpipaan. Dari 2 sistem tersebut, akan dilihat

    bagaimana implementasinya di kawasan penelitian.

    1.2 Tujuan

    1. Menentukan sistem air buangan yang tepat untuk wilayah Kebon kembang

    2. Menentukan sistem jaringan perpipaan yang efektif untuk menyalurkan air

    buangan di wilayah kebon kembang

  • 3. Menentukan sistem pengolahan air buangan yang sesuai dengan kondisi

    daerah Kebon Kembang

    4. Menganalisis kondisi daerah studi setelah dan sebelum adanya perancangan

    sistemair buangan ini.

    1.3 Ruang Lingkup Masalah

    Hal-hal yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir yang menjadi ruang lingkup

    perencanaan, yaitu:

    a. Tinjauan terhadap kondisi lingkungan perencanaan

    b. Perencanaan jaringan induk penyaluran air buangan dengan pembatasan

    perencanaan pada periode perencanaan, batas daerah perencanaan dan

    pembagian blok pelayanan.

    c. Penetapan criteria perencanaan jaringan induk sistem penyaluran air buangan.

    d. Penentuan jaringan penyaluran air buangan berdasarkan aspek ekonomis dan

    teknis.

    e. Perhitungan kuantitas air buangan di daerah pelayanan.

    f. Perhitungan dimensi pipa saluran berdasarkan kapasitas pembebanan serta

    bangunan pelengkap yang dibutuhkan.

    g. Desain jaringan pipa dan aksesoris perencanaan yang dibutuhkan

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal

    dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada

    umumya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan

    bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain

    mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair

    yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,

    bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin

    ada (Notoatmodjo, 2003).

    Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau

    kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan

    asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah

    kamar mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga.

    Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya

    jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air yang

    dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka

    akan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak akan

    menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada

    lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya perlu dilakukan

    penanganan air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam penyaluran

    maupun pengolahannya.

    Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang

    berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan

    baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya

    menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi

    menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke

    saluran utama atau saluran drainase. Prinsip penyaluran air buangan adalah membuat

    suatu sistem penyaluran yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan

    Pengolah Air Buangan (BPAB) melalui jarak yang sependek-pendeknya agar waktu

    penyaluran yang dibutuhkan singkat. Untuk menentukan teknologi yang akan

  • digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap kondisi umum, batasan-

    batasan yang ada dan potensi yang dimiliki daerah pelayanan.

    (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf,diakses

    pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 21.00).

    2.1 Pengertian Sewerage

    Sistem penyaluran air buangan adalah perlengkapan pengelolaan air limbah

    bisa berupa pipa ataupun selainnya yang dipergunakan untuk membantu air buangan

    dari sumbernya sampai ke tempat pengelollan atau ke tempat pembuangan (Modul

    Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana).Sistem penyaluran air

    buangan ini bertujuan untuk menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas

    umum, ada juga yang digabung dengan air limbah industri.

    Air buangan sendiri terbagi menjadi dua, yakni:

    1. Air hujan yang berlebihan (excess rainfall), yang dibicarakan dalam drainase

    2. Air limbah, yaitu air bekas pemakaian aktivitas masyarakat, baik oleh

    pemakaian domestik maupun oleh pemakaian non domestic (komersial, institusional,

    dan industri). Sifat air telah terkontaminasi dan cemar.

    Air limbah domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari aktivitas daerah

    pemukiman yang kontaminasinya didominasi oleh bahan organik.Air limbah non

    domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah pemukiman, yaitu dari

    daerah komersial, perkantoran, institusional, laboratorium, rumah sakit, industri, dan

    lain sebagainya (MODUTO, 2000).

    2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk

    Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting dalam

    memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang. Prediksi

    ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata guna

    lahan s erta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah

    penduduk.Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa

    lampau, maka metode statistikmerupakan metode yang paling mendekati untuk

    memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa metode yang

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf

  • dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa

    mendatang yaitu

    Aritmatika

    Geometrik

    Linier

    Eksponensial

    Logaritmik

    Least Square

    2.2.1 Metode Aritmatika

    Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini

    digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama

    tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat

    pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Rumus

    metode ini adalah :

    Dengan:

    Pn = jumlah penduduk tahun ke-n

    P0 = jumlah penduduk awal

    r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun

    Tn = tahun yang diproyeksi

    T0 = tahun awal

    P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

    P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

    http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/12/picture31.jpg

  • 2.2.2 Metode Geometrik

    Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah

    penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.Rumus metode

    geometrik :

    Dengan:

    Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi

    P0 = jumlah penduduk tahun awal

    r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

    n = jangka waktu

    2.2.3 Metode Regresi Linear

    Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :

    2.2.4 Metode Eksponensial

    Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :

    http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture215.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture311.jpg

  • 2.2.5 Metode Logaritmik

    Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :

    2.2.6 Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk

    Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam

    perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan

    perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar deviasi

    diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada dengan data

    penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.

    Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    Kriteria korelasi adalah sebagai berikut:

    http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture49.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture512.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture610.jpg

  • r< 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara

    keduanya berbanding terbalik.

    r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.

    r> 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat,

    diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.

    Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi terendah

    dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi

    kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan metode proyeksi.

    Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan

    penduduk di masa mendatang.

    (http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-

    perencanaan-studi-kasus/, diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul 11.00)

    2.3Sistem Penyaluran Air Buangan

    2.3.1 Sistem Sanitasi Setempat

    Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) adalah sistem pembuangan air

    limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan

    saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan

    air penerima, melainkan dibuang di tempat. Sistem ini dipakai jika syarat-syarat

    teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah.Sistem ini sudah

    umum karena telah banyak dipergunakan di Indonesia.

    Kelebihan sistem ini adalah :

    Biaya pembuatan relatif rendah/ murah.

    Bisa dibuat secara pribadi.

    Teknologi dan sistem penanganannya cukup sederhana.

    http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-perencanaan-studi-kasus/http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-perencanaan-studi-kasus/http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture712.jpg

  • Operasional dan perawatannya merupakan tanggung jawab pribadi.

    Kekurangannya :

    Umumnya tidak disediakan untuk menampung limbah dari proses mandi,

    cuci dan dapur.

    Dapat mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan

    pemeliharaan tidak dilakukan sesuai dengan aturannya.

    Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi

    (DPU, 1989), antara lain :

    Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ha.

    Kepadatan penduduk 200 500 jiwa/ha masih memungkinkan dengan syarat

    penduduk tidak menggunakan air tanah.

    Tersedia truk penyedotan tinja.

    Beberapa contoh fasilitas sanitasi on site :

    1. Cubluk

    Cubluk merupakan sistem pembuangan tinja yang paling sederhana. Terdiri

    atas lubang yang digali secara manual dengan dilengkapi dinding rembes air yang

    dapat dibuat dari pasangan batu bata berongga, anyaman bambu dan lain-lain. Cubluk

    biasanya berbentuk bulat atau kotak, dengan potongan melintang sekitar 0.5 1.0 m2,

    dengan kedalaman 1 3 m. Hanya sedikit air yang digunakan untuk menggelontorkan

    tinja ke dalam cubluk. Cubluk ini biasanya di desain untuk waktu 5 10 tahun.

    Beberapa jenis cubluk :

    Cubluk tunggal

    Cubluk tunggal dapat digunakan untuk daerah yang memiliki tinggi muka

    air tanah >1 m dari dasar cubluk.Cocok untuk daerah dengan kepadatan 2 m dari dasar cubluk.

    Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75%, dan selanjutnya

    lubang cubluk kedua dapat disatukan.Jika lubang cubluk kedua terisi 75%, maka

    lumpur tinja yang ada di lubang pertama dapat dikosongkan secara manual dan dapat

    digunakan untuk pupuk tanaman.Setelah itu lubang cubluk dapat difungsikan

    kembali.

  • 2. Tangki Septik

    Tangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa

    kompartemen yang berfungsi sebagai bangunan pengendap untuk

    menampung/mengolah air limbah domestik dengan kecepatan alir yang sangat lambat

    sehingga member kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap suspense

    benda-benda padat dan kesempatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba

    anaerobik. Proses ini berjalan secara alamiah yang sehingga memisahkan antara

    padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan (supernatant). Proses anaerobic

    yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan. Untuk mendapat

    proses yang baik, sebuah tangki septik haruslah hampir terisi penuh dengan cairan,

    oleh karena itu tangki septik haruslah kedap air (Sugiharto 1987).

    Cairan yang terolah akan keluar dari tangki septik sebagai efluen dan gas yang

    terbentuk akan dilepas melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang

    (stabil) akan mengendap didasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-5

    tahun bergantung pada kondisi. Efluen masih membutuhkan pengolahan yang lebih

    lanjut. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan adalah sumur resapan dan small

    bore sewer. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan tangki septik

    (Gambar 2.2):

    Kecepatan daya serap tanah > 0.0146 cm/menit.

    Cocok diterapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk < 500 jiwa/ha.

    Dapat dijangkau oleh truk penyedot tinja.

    Tersedia lahan untuk bidang resapan.

  • Gambar 1.1. Tangki Septik.

    3. Beerput

    Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan. Oleh karena

    itu bentuknya hampir sama seperti sumur peresapan.

    Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem beerput antara lain :

    Tinggi air pada sumur beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,2 m

    dari dasar.

    Jarak dengan sumur minimal 8 m.

    Volume air dalam sumuran harus lebih besar dari 1m3.

    Apabila sumur tersebut dibuat bulat, maka diameternya tidak boleh kurang

    dari 1 m dan apabila dibuat segi empat maka sisi harus lebih besar dari 0,9 m.

    2.3.2 Sistem Sanitasi Terpusat

    Sistem Sanitasi Terpusat ( Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan

    air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang

    menyalurkan dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air

    buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air

    buangan sebelum dibuang ke badan perairan.

  • 2.3.2.1 Sistem Penyaluran Terpisah

    Sistem penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system adalah sistem

    dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan

    limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang

    tidak tercemar. Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:

    1. Periode musim hujan dan kemarau lama.

    2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.

    3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air

    hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima.

    4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim

    kemarau dan musim hujan relatif besar.

    5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat

    berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).

    Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai

    dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan

    pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk

    jaringan masing-masing sistem saluran

    2.3.2.1.1 Sistem Penyaluran Konvensional

    Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan suatu jaringan

    perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan

    atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima.

    Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa servis, pipa lateral, dan pipa induk

    yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas.

    Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa manhole yang ditempatkan

    pada lokasi-lokasi tertentu.Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka

    air buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi

    ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan

    diri.Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional :

    Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor.

    Diameter pipa minimal 100 mm , karena membawa padatan.

    Aliran dalam pipa harus aliran seragam.

    Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0,6 m/detik). Aliran

    dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan.

  • Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3 m/detik.

    Kelebihan sistem penyaluran konvensional :

    Tidak memerlukan tangki septik

    Kekurangan sistem penyaluran konvensional :

    Biaya konstruksi relatif mahal.

    Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran small

    bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan karakteristik

    berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional bersambung ke

    saluran small bore sewer.

    Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran secara konvensional (DPU,

    1989) :

    Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat

    dengan daerah yang punya sistem ini.

    Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah

    perumahan mewah, pariwisata.

    Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan cukup

    tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.

    Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak

    dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan pengolahan

    sendiri.

    Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk >300 jiwa/ha dan umumnya

    penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem setempat

    sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.

    2.3.2.1.2 Sistem Riol Dangkal

    Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial Sewerage

    (Mara, 1996).

    Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah, sistem ini mengangkut air buangan

    dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai.Peletakan saluran ini

    biasanya diterapkan pada blok-blok rumah.Shallow sewer sangat tergantung pada

    pembilasan air buangan utnuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan

    cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.

    Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage sekunder di daerah perkampungan

    dengan kepadatan tinggi, tidak dilewati oleh kendaraan berat dan memiliki

  • kemiringan tanah sebesar 1%.Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah

    perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk

    sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa pembuangan

    setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar mandi, cucian,

    pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan pengolahan mini.

    Gambar 1.2. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada Perumahan Tak Teratur

    (A) dan Teratur (B) (Mara, 1996)

    Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah bila dibandingkan dengan

    penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada sistem

    sanitasi setempat (Gambar 3.2).Biaya murah ini dikarenakan penggalian yang

    dangkal, pipa yang digunakan berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana

    dalam tempat manhole yang tidak besar.

    Gambar 1.3 Biaya Shallow Sewerage di Natal, Brazil (Mara, 1996)

    2.3.2.1.3 Sistem Riol Ukuran Kecil

    Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya

    untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan

    limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat.Saluran

  • tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah

    dibandingkan dengan sistem konvensional.

    Daerah pelayanannya relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil dan

    servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk tidak

    diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan penduduk

    sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar.

    Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana.

    Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini :

    Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan,

    tangki ini biasanya tangki septik.

    Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan

    Aliran yang terjadi dapat bervariasi.

    Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing

    karena tidak harus membawa padatan.

    Kecepatan maksimum 3 m/detik.

    Gambar 1.4 Skema Small Bore Sewer (TAG UNDP, 1985)

    Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil :

    Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi terutama

    daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya sudah tidak

    mampu lagi menyerap effluen tangki septik.

    Biaya pemeliharaan relatif murah

    Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan padatan

  • Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening

    Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang

    resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permeabilitasnya jelek.

    Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil :

    Memerlukan lahan untuk tangki

    Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil

    2.3.2.2 Sistem Penyaluran Tercampur

    Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan

    yang tercampur dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah

    pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air

    buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing-masing air buangan

    relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan

    yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari

    tahun ke tahun.

    Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem

    penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih

    ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena

    adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya

    perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya

    tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang

    cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan. buangan.

    2.3.2.2.1 Sistem Kombinasi

    Pada sistem penyaluran secara kombinasi, air buangan dan air hujan

    disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau

    tertutup, tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan

    dipisahkan dengan bangunan regulator.

    Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi

    pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima.

    Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak

    akan mencemari badan air penerima.

  • Sistem kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang airnya tidak

    dimanfatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di daerah yang untuk program jangka

    panjang direncanakan akan diterapkan saluran secara konvensional, karena itu pada

    tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat

    dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.

    2.4 Sistem Perpipaan

    Pada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri dari :

    1.Pipa Persil

    Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam rumah dan langsung

    menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki diameter 3 4,

    kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa servis; membentuk

    sudut 45 dan apabila perbandingan antara debit dari persil dengan debit dari saluran

    pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.

    2. Pipa Servis

    Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil yang

    kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa

    servis sekitar 6 8, kemiringan pipa 0,5 1 %. Lebar galian pemasangan pipa

    servis minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa ini

    disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.

    3. Pipa Lateral

    Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk dialirkan

    ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan. Diamter awal

    pipa lateral minimal 8, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 1%.

    4.Pipa Cabang

    Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa lateral.

    Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-msing pipa.

    Kemiringan pipa sekitar 0,2 1%.

  • 5.Pipa Induk

    Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa

    cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan. Kemiringan

    pipanya sekitar 0,2 1%.

    2.5 Pola Jaringan Saluran

    Pola-pola jaringan yang umum diterapkan pada sistem penyaluran air buangan (D A.

    Okun, Community of Waste Water Treatment and Disposal,1975) :

    Pola Perpendicular (Tegak Lurus)

    Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada sistem

    terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan

    Pengolahan Air Buangan (BPAB).

    Pola Interceptor

    Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali yaitu ke dalam pipa

    riol hulu dimasukkan sejumlah tertentu air hujan dengan pemasukkan

    terkendali.Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas riol interceptor, sedangkan

    outfall bypassnya menuju badan air penerima terdekat.Pola ini cocok untuk

    diterapkan di daerah pantai.

    Pola Zona

    Pola zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah pelayanan

    yang terbagi dua oleh adanya sungai di daerah pelayanan, dimana pipa penyebrangan

    atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal untuk dibangun.

    Pola Kipas

    Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah pelayanan yang terletak di

    suatu lembah.Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah dalam dapat melalui lebih dari

    dua cabang saluran, yang kemudian bersatu dalam pipa utama menuju suatu outfall

    atau BPAB.

    Pola Radial

    Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke arah luar dimulai

    dari daerah tinggi, jalur yang ditempuh pendek-pendek sehingga diperlukan banyak

    BPAB.Pola jaringan riol ini dapat dilihat pada Gambar 1.3.

    a) Pola Interceptor

  • b) Pola Zona / Wilayah

    c) Pola Kipas

    d) Pola Radial

    Gambar D Pola Jaringan Riol (Masduki, 2000)

    2.6 Bentuk dan Bahan Saluran

  • 2.6.1 Bentuk Saluran

    Dalam pemilihan bentuk saluran terdapat beberapa pertimbangan, diantaranya:

    Segi konstruksi.

    Segi hidrolis pengaliran untuk menjamin pengaliran air buangan, kedalaman

    berenang minimum dan kecepatan aliran minimum harus terpenuhi.

    Ketersediaan tempat bagi penanaman saluran.

    Segi ekonomis dan teknis termasuk kemudahan memperoleh materialnya.

    Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan adalah

    lingkaran dan bulat telur.

    1. Bentuk Lingkaran

    Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi debit aliran konstan

    dan aliran tertutup.

    Kondisi umum pengaluran saluran bulat lingkaran adalah :

    V max tercapai pada saat d = 0.815 D

    Q max tercapai pada saat d = 0.925 D

    Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran.

    d D

    Gambar E Pipa Bulat Lingkaran (Henny Wardhani, 2003)

    2. Bentuk Bulat Telur

    Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran tidak konstan dengan

    aliran tertutup dimana kondisi :

    Vmax tercapai pada saat d = 0.89 D

    Q max tercapai pada saat d = 0.94 D

    Umumnya pipa bulat telur ini digunakan untuk pipa lateral, cabang, dan induk.

  • d D

    Gambar F Pipa Bulat Telur (Henny Wardhani, 2003)

    Dari segi hidrolis, bentuk bulat telur ini mempunyai kelebihan :

    Kedalaman aliran lebih terjamin

    Dapat mengatasi fluktuasi aliran dengan baik

    Kekurangan bentuk saluran ini :

    Pemasangan pipa bulat telur lebih rumit dan lebih lama

    Mempunyai resiko tidak kedap yang lebih tinggi setelah penyambungan

    Sukar diperoleh

    Harga pipa bulat telur lebih mahal

    Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat lingkaran

    sehingga pemasangannya tidak efisien.

    2.6.2 Bahan Saluran

    Pemilihan bahan pipa perlu diperhitungkan dengan cermat, mengingat di negara-

    negara berkembang termasuk Indonesia, memiliki sumber daya bahan-bahan

    perlengkapan dan dana yang terbatas.

    Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan bahan pipa (Design and

    Construction of Sanitary and Storm Sewers, 1969), adalah :

    Kondisi lapangan, drainase, topografi tanah.

    Sifat aliran dalam pipa, koefisien geseran.

    Lifetime yang diharapkan.

    Tahan gesekan, asam, alkali, gas, dan pelarut.

    Mudah penanganan dan pemasangannya.

    Kekuatan struktur dan tahan terhadap korosi tanah.

  • Jenis sambungan dan kemudahan pemasangannya serta kedap air dan mudah

    diperoleh di pasaran.

    Tersedianya bahan, adanya pabrik pembuatan dan perlengkapannya.

    Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering sehingga dapat

    memilih pipa yang tepat dan ekonomis.

    Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa digunakan, yaitu :

    Pipa tanah liat (clay pipe)

    Pipa beton (concrete pipe)

    Pipa asbes (asbestos cement pipe)

    Pipa besi (cast iron)

    Pipa HDPE (High Density Polyethilen)

    Pipa PVC (Polyvinil Chlorida)

    Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran yang dapat dijadikan pertimbangan

    dalam pemilihan bahan saluran :

    Tabel 1Perbandingan Bahan Saluran.

    (Sumber : Qasim, Sewerage and Treatment Plant)

    Bahan Diameter

    (inch)

    Panjang

    (m) Standar

    Korosif

    dan

    erosi

    Kekuatan Jenis

    sambungan

    1. Reinforced

    Concrete

    12 - 144 1.27.4 ASTMC76 Tidak

    tahan

    Kuat Bell spigot

    2. Tanah Liat 4 - 48 1 - 2 ASTMC700 Tahan Mudah

    pecah

    Mortar,

    rubber

    gasket

    3. Pipa

    Asbes

    4 - 42 AWWAC400 Tidak

    tahan

    Kuat Colar,

    rubber ring

    4. Cast Iron 2 - 48 6.1 AWWAC100 Tidak

    tahan

    Sangat

    kuat

    Bell spigot,

    flanged

    mechanical

    5. Pipa Baja 8 - 252 1.2-4.6 AWWAC200 Tidak

    tahan

    Kuat Bell spigot,

    socket,

    6. PVC 4 - 15 3.2 ASTMD302 tahan Cukup Flexible

  • rubber,

    gasket

    7. HDPE 6 - 36 6.3 ASTM

    D3212

    Tahan Kuat Rubber

    gasket, tight

    bell,

    coupler.

    2.7 Penempatan dan Pemasangan Saluran

    Berikut adalah beberapa alternatif penempatan dan pemasangan saluran, berdasarkan

    keadaan/kondisi daerah pelayanan:

    Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila di bagian kiri dan kanan

    jalan terdapat jumlah rumah yang hampir sama banyak.

    Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang pada satu bagian sisi mempunyai

    jumlah rumah yang lebih banyak daripada sisi lainnya , saluran ditempatkan pada sisi

    jalan dengan jumlah rumah terbanyak.

    Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika di kedua sisi jalan

    tersebut terdapat banyak sekali rumah atau bangunan.

    Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi

    lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih

    tinggi.

    Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya

    dan mempunyai elevasi lebih tinggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di

    tengah jalan.

  • Gambar G Penempatan dan Pemasangan Saluran (DPU, 1986)

    2.8 Kedalaman Penanaman Pipa

    Kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa itu

    sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk.

    Kedalaman awal pemasangan pipa :

    Pipa persil (0.45 1.00) meter dari permukaan tanah.

    Pipa servis (0.88 1.20) meter dari permukaan tanah.

    Pipa awal lateral (0.88 1.20) meter dari permukaan tanah.

    Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak

    lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.

    Sedangkan kedalaman awal pipa induk dan cabang adalah 1.2 meter, jika kurang dari

    1.2 meter maka butuh drop manhole.(Pramadhita,2006)

  • BAB III

    METODOLOGI PERENCANAAN

    1. Diskusi kelompok

    Diskusi kelompok dilakukan untuk menentukan daerah observasi sistem saluran air

    buangan dan penyusunan draft untuk wawancara. Daerah yang akan kami observasi

    adalah daerah Tamansari-UNISBA.

    2. Studi literatur

    Mencari semua pustaka yang berhubungan dengan desain penyaluran

    air buangan.Baik itu berupa buku, catatan kuliah, jurnal, majalah, artikel, maupun

    data internet.

    Semuanya dapat diakses melalui perpustakaan, internet, maupun layanan publik.

    Mencari data-data apa saja yang diperlukan dan dimana kita bisa memperolehnya.

    Diskusi Kelompok

    Studi Literatur

    Survey&wawancara

    Menghitung proyeksi penduduk

    Menghitung timbulan air buangan

    Analisa dan pembahasan

    Merencanakan desain saluran air buangan

    Penyusunan laporan

  • 3. Survey dan wawancara

    Survey dan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting

    area dan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jumlah warga, banyaknya rumah,

    banyaknya fasilitas umum (sekolah, masjid, pasar, fasilitas kamar mandi umum, dll).

    Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan pihak warga seperti RT atau RW agar

    pengambilan data dapat berjalan lancar.

    4. Menghitung proyeksi penduduk

    Data proyeksi penduduk selama 20 tahun ke depanakan membantu dan berguna dalam

    menentukan dimensi saluran yang akan didesain dan banyaknya material yang akan

    digunakan sehingga dapat disusun anggaran dana yang dibutuhkan.

    5. Menghitung timbulan air buangan

    Setelah mendapatkan hasil proyeksi pernduduk selama 20 tahun serta dari

    literatur, hasil yang didapat digunakan untuk menentukan timbulan air buangan. Data

    yang didapat dijadikan acuan dalam menentukan desain bangunan saluran air

    buangan.

    5. Analisa dan pembahasan

    Data yang telah diperoleh kemudian diolah agar desain dapat

    terumuskan dengan baik, misalnya jumlah penduduk diproyeksikan untuk tahun

    rancangan (misalnya 20 tahun ke depan). Pembahasan dilakukan terhadap semua

    aspek agar hasil desain bisa realistis dan optimal.Dijelaskan pula pemilihan sistem

    yang dipakai, sesuai dengan kriteria desain.

    6. Merencanakan desain saluaran air buangan.

    Rencana sistem saluran air buangan yang kami desain berdasarkan pertimbangan

    kondisi eksisting dan biaya yang efisien.

    7. Penyusunan laporan

    Data dan desain yang telah diolah dan dibahas, disusun dalam bentuk laporan yang

    baik.Termasuk di dalamnya pendahuluan, kondisi eksisting, perhitungan, data &

    analisa, serta rencana desain.Penyusunan yang sistematis akan membuat desain

    terlihat solid dan sempurna.

  • BAB IV

    PENENTUAN PERIODE PERENCANAAN, PROYEKSI PENDUDUK DAN

    PERKIRAAN DEBIT AIR BUANGAN

    4.1 Penentuan Periode Perencanaan

    Dalam merencanakan pembuatan sistem sewerage pada suatu wilayah

    perkotaan perlu ditentukan periode perencanaan sistem yang tepat. Faktor-faktor

    yang menjadi pertimbangan tahapan penentuan periode perancanaan adalah:

    Pertumbuhan penduduk di daerah layanan

    Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung pada tahun 2012 tercatat sebesar

    1,26% (BPS Kota Bandung 2012). Seiring dengan bertambahnya jumlah

    penduduk, kebutuhan akan sarana dan prasarana sanitasi turut meningkat. Oleh

    karena itu dibutuhkan pembangunan sistem penyaluran air buangan yang

    berkelanjutan. Menurut Imhoff & Fair,1966, jika persentase rata-rata

    pertumbuhan penduduk di daerah perencanaan < 3%/tahun maka lama periode

    perencanaan 20-25 tahun, sedangkan jika persentase rata-rata pertumbuhan

    penduduk di daerah perencanaan > 3%/tahun maka lama periode perencanaan 10-

    15 tahun.

    Kecepatan pertumbuhan sarana perkotaan

    Penduduk membutuhkan sarana dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

    Dengan adanya pertumbuhan penduduk, sarana untuk memenuhi aktivitas pun

    turut meningkat yang disesuaikan dengan masterplan pengembangan kota.

    Penekanan biaya

    Periode perencanaan yang panjang akan menambah nilai investasi. Biaya

    pembangunan akan tertutup dengan nilai investasi yang meningkat.

  • Mempermudah evaluasi

    Periode perencanaan yang dibagi empat tahap akan mempermudah dalam

    proses evaluasi dalam pembangunan.

    Setelah mempertimbangkan berbagai factor di atas makan direncanakan

    sistem penyaluran air buangan si daerah Cisitu Baru akan berlangsung selama 20

    tahun dimulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2035.

    4.2 Proyeksi Penduduk

    Pertumbuhan penduduk di suatu daerah akan meningkat seiring dengan

    perkembangan yang terjadi. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan proyeksi

    penduduk untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di daerah tersebut hingga

    beberapa tahun yang akan datang. Proyeksi penduduk tersebut akan digunakan

    sebagai dasar untuk perhitungan proyeksi air buangan yang dibuang di suatu daerah

    tersebut. Perhitungan proyeksi penduduk akan dilakukan menggunakan data jumlah

    penduduk dalam sepuluh tahun ke belakang.

    Proyeksi pertumbuhan penduduk di daerah Cisitu Baru dihitung untuk

    mengetahui jumlah penduduk Cisitu Baru selama 20 tahun yang akan datang sehingga

    sistem saluran air buangan masih dapat melayani hingga tahun akhir periode

    perencanaan. Untuk menghitung proyeksi penduduk di wilayah

    perencanaanTamansari-UNISBA, diperlukan data jumlah penduduk di daerah Cisitu

    Baru selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Jumlah penduduk Cisitu Baru tahun 2006-2015

    Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) (Po)

    2003 826

    2004 836

    2005 846

    2006 857

    2007 868

    2008 879

    2009 890

    2010 901

    2011 913

    2012 924

  • Data tersebut didapat dengan mengasumsikan pertumbuhan penduduk kota

    bandung yaitu sebesar 1,26% menurut BPS Kota Bandung tahun 2012. Berdasarkan

    data tersebut, dapat dihitung proyeksi jumlah penduduk hingga akhir periode

    perencanaan dengan menggunakan metode proyeksi diantaranya metode aritmatik,

    regresi linier, logaritmik, eksponensial,least square, dan geometrik. Berdasarkan

    literatur pada bab 2 disebutkan bahwa dalam pemilihan metode yang akan digunakan

    harus memenuhi syarat diantaranya yaitu nilai factor koreksi (r) mendekati angka 1

    dan nilai standar deviasi yang paling rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

    menggunakan Microsoft exel didapat hasil sebagai berikut :

    Metode Aritmatik

    Tahun

    Jumlah Penduduk

    (Jiwa) (Po)

    Pertambahan

    Penduduk Tn-To Pn Pn-Po (Pn-Po)^2

    2006 826 0 0 826 0 0

    2007 836 10.40162539 1 834 -2.1954441 4.819974896

    2008 846 10.53268587 2 842 -4.5219487 20.44802027

    2009 857 10.66539771 3 850 -6.9811652 48.73666713

    2010 868 10.79978173 4 858 -9.5747656 91.67613678

    2011 879 10.93585897 5 867 -12.304443 151.3993257

    2012 890 11.0736508 6 875 -15.171913 230.1869398

    2013 901 11.2131788 7 883 -18.17891 330.4727829

    2014 913 11.35446485 8 891 -21.327194 454.8492026

    2015 924 11.49753111 9 899 -24.618544 606.0726992

    R 98.47417523 (Pn-Po)^2 1938.661749

    r 8.206181269

    Po 8739.410733

    Pr 728.2842277

    Std. Deviasi 12.16931456

  • Metode Geometrik

    Metode Regresi Linear

    Metode Eksponensial

    TahunJumlah Penduduk

    (Jiwa) (Po)Tn-To

    Rasio Pertambahan

    PendudukPn Pn-Pr Pn-Po (Pn-Pr)^2 (Pn-Po)^2

    2003 826 0 1 825.53 97.2416 0 9455.9282 0

    2004 836 1 0.012443215 902.02 173.74 66.09634 30185.436 4368.726

    2005 846 2 0.012443215 985.61 257.326 139.1504 66216.809 19362.82

    2006 857 3 0.012443215 1076.9 348.659 219.8173 121562.82 48319.64

    2007 868 4 0.012443215 1176.7 448.454 308.8132 201111.27 95365.61

    2008 879 5 0.012443215 1285.8 557.498 406.9207 310803.64 165584.5

    2009 890 6 0.012443215 1404.9 676.646 514.995 457849.27 265219.9

    2010 901 7 0.012443215 1535.1 806.834 633.9707 650981.86 401918.8

    2011 913 8 0.012443215 1677.4 949.087 764.8691 900766.87 585024.8

    2012 924 9 0.012443215 1832.8 1104.52 908.8065 1219969.5 825929.3

    Po 8739.410733 r 1.111988939

    Pr 728.2842277 r 0.092665745

    (Pn-Pr)2 3968903.353

    (Pn-Po)2 2411094.026

    r^2 0.392503719Standar

    Deviasi 429.1628987

    Tahun (x)Jumlah

    Penduduk (Jiwa) x^2 x*y Pn (Jiwa) Pn-Po (Pn-Po)^2

    1 826 1 825.5258 488 -337.548 113938.4

    2 836 4 1671.855 555 -280.887 78897.54

    3 846 9 2539.38 622 -224.358 50336.34

    4 857 16 3428.502 689 -167.961 28210.86

    5 868 25 4339.627 756 -111.699 12476.56

    6 879 36 5273.167 823 -55.5723 3088.277

    7 890 49 6229.544 890 0.41621 0.173231

    8 901 64 7209.184 957 56.26516 3165.768

    9 913 81 8212.522 1024 111.9728 12537.91

    10 924 100 9240 1092 167.5374 28068.79

    Po 8739.410733 x 55 3025

    Pr 728.2842277 y 8739.411

    (Pn-Po)2

    330720.5588 x^2 385

    StDev 158.944569 x*y 48969.31

    a 420.9161451

    b 67.06212712

  • Metode Logaritmik

    Hasil rekapitulasi nilai r2 dan standar deviasi dari masing masing meode

    adalah sebagai berikut :

    Tahun (x)Jumlah Penduduk

    (Jiwa) (Po=y)ln y x^2 x ln y Pn Pn-Po (Pn-Po)^2

    1 826 6.7160205 1 6.71602 51.5297 -774 599069.97

    2 836 6.7285418 4 13.4571 82.8466 -753.08 567130.81

    3 846 6.7410631 9 20.2232 133.196 -713.26 508745.69

    4 857 6.7535844 16 27.0143 214.145 -642.98 413423.93

    5 868 6.7661057 25 33.8305 344.29 -523.64 274193.67

    6 879 6.7786269 36 40.6718 553.53 -325.33 105840.12

    7 890 6.7911482 49 47.538 889.935 0 0

    8 901 6.8036695 64 54.4294 1430.79 529.639 280517.29

    9 913 6.8161908 81 61.3457 2300.34 1387.84 1926087.7

    10 924 6.8287121 100 68.2871 3698.35 2774.35 7697036.4

    Po 8739.410733 x 55

    Pr 728.2842277 x^2 385

    (Pn-Po)2 12372045.55 ln y 67.72366

    St. Dev 972.1557554 x ln y 373.5132

    b 0.474831575

    ln a 3.467327207

    a 32.05096226

    Tahun (x)

    Jumlah

    Penduduk (Jiwa)

    (Po=y)

    ln x (ln x)^2 y ln x Pn (Jiwa) Pn-Pr Pn-Po (Pn-Pr)^2 (Pn-Po)^2

    1 826 0 0 0 377.551 -350.73 -447.97 123013.5 200681

    2 836 0.69315 0.48045 579.421 570.695 -157.59 -265.23 24834.5 70348.49

    3 846 1.09861 1.20695 929.932 683.676 -44.608 -162.78 1989.891 26498.66

    4 857 1.38629 1.92181 1188.23 763.838 35.5534 -93.288 1264.047 8702.625

    5 868 1.60944 2.59029 1396.87 826.016 97.7316 -41.909 9551.473 1756.402

    6 879 1.79176 3.2104 1574.71 876.819 148.535 -2.042 22062.62 4.169855

    7 890 1.94591 3.78657 1731.73 919.773 191.488 29.838 36667.84 890.2998

    8 901 2.07944 4.32408 1873.88 956.981 228.697 55.833 52302.12 3117.3

    9 913 2.19722 4.8278 2004.97 989.801 261.516 77.298 68390.83 5975.006

    10 924 2.30259 5.3019 2127.59 1019.16 290.875 95.159 84608.12 9055.232

    Po 8739.410733 ln x 15.1044

    Pr 728.2842277 (lnx)^2 27.6502

    (Pn-Pr)2 424684.9377 y ln x 13407.3

    (Pn-Po)2 327029.2323

    R2 0.229948597

    Std. Deviasi 158.0550527

    b 278.6466146

    a 377.551442

  • Dari data diatas metode aritmatik sangat sesuai digunakan pada perhitungan

    proyeksi di daerah Cisitu Baru dikarenakan jumlah penduduknya yang tidak terlalu

    banyak dan juga pertumbuhan penduduknya dari tahun ke tahun tidak terlalu pesat.

    Berikut contoh dan hasil perhitungan dengan menggunakan metode aritmatik :

    Contoh Perhitungan Data

    1. Proyeksi penduduk metode aritmatik

    Perhitungan untuk tahun 2015

    Pn = P0 + (r x t)

    P0 = jumlah penduduk tahun 2006

    = 826 jiwa

    x = pertambahan penduduk

    = P2015-P2014 = 924-913

    = 11

    R = x = 98,474

    r = R/12 = 98,474/12

    = 8,206

    t = tahun ke- x

    = Tn-T0 = 9

    sehingga, nilai Pn untuk t = 2015

    Pn = P0 + (r x t)

    = 826 + (8,206 x 9)

    = 899 jiwa

    2. Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun ke depan

    Berikut dilampirkan hasil proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2035

    :

    Metode r^2 STDEV

    Aritmatik 1 12.16931456

    Geometrik 0.9877 429.1628987

    Regresi Linear 1 158.944569

    Eksponensial 0.7651 972.1557554

    Logaritmik 0.9057 158.0550527

  • 4.3 Perkiraan Debit Air Buangan

    4.3.1 Perhitungan kebutuhan air bersih untuk tahun 2035

    Kebutuhan air domestik

    Dari hasil survey didapatkan rumah yang ada pada daerah Cisitu Baru

    merupakan rumah yang tergolong permanen, dari data survey dan hasil

    proyeksi didapat jumlah penduduk tahun 2035 yaitu 1064 jiwa.

    Kebutuhan air per orang per hari sesuai literature adalah 150 l/0/h dan

    persen pelayanan kebutuhan air sebesar 70%. Maka total kebutuhan air

    adalah jumlah penduduk x standar kebutuhan air x persen pelayanan yaitu

    111668,034 l/hari.

    Tahun Pn

    2006 826

    2007 834

    2008 842

    2009 850

    2010 858

    2011 867

    2012 875

    2013 883

    2014 891

    2015 899

    2016 908

    2017 916

    2018 924

    2019 932

    2020 940

    2021 949

    2022 957

    2023 965

    2024 973

    2025 981

    2026 990

    2027 998

    2028 1006

    2029 1014

    2030 1022

    2031 1031

    2032 1039

    2033 1047

    2034 1055

    2035 1064

  • Kebutuhan air non domestik.

    Fasilitas umum yang terdapat pada daerah survey adalah satu sekolah

    dengan perkiraan jumlah murid pada tahun 2035 sebanyak 350 siswa dan

    standar kebutuhan air 10 l/o/hari maka kebutuhan air sebesar 3500 l/h dan

    satu masjid dengan perkiraan luas masjid adalah 200 m2 pada tahun 2035

    dan standar kebutuhan air sebesar 20 l/m2/h maka kebutuhan air sebesar

    4000 l/h

    4.3.2 Perhitungan Jumlah Air Buangan pada Tahun 2035

    Jumlah air buangan untuk tahun 2035 dihitung dengan mengasumsikan

    produksi air buangan sebesar 80% dari kebutuhan air total pada tahun 2035.

    4.3.3 Perhitungan Jumlah Air Buangan Periode 5 Tahunan Sampai dengan Tahun

    2035

    Sistem perencanaan 5 tahunan dibuat jika akan dilakukan penekanan terhadap

    jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendesain sistem untuk 20 tahun

    sekaligus. Dengan perencanaan 5 tahunan maka pembangunan sistem air

    buangan akan berlangsung secara bertahap namun masih tetap melayani dengan

    baik.

    Persen pelayanan air bersih juga akan meningkat sehingga akan menyebabkan

    produksi air buangan yang lebih banyak. Peningkatan persen pelayanan air

    bersih diasumsikan meningkat 5% setiap tahunnya. Pengambilan angka tersebut

    didasarkan pada program walikota bandung yang sedang dijalankan pada saat

    ini yaitu Bandung Juara dimana tujuannya untuk meningkatkan pelayanan air

    bersih di seluruh kota bandung Berikut dilampirkan hasil perhitungan debit air

    buangan dalam periode 5 tahunan :

    Untuk memudahkan perencanaan sistem maka daerah tersebut dibagi menjadi

    beberapa blok sebagai berikut :

    kebutuhan air domestik tahun 2035 (l/h) 111668

    kebutuhan air non domestik tahun 2035 (l/h) 7500

    kebutuhan air total 2035 (l/h) 119168

    perkiraan air buangan tahun 2035 (l/h) 95334

  • Air Buangan Domestik

  • 940

    Blok jenis rumahpresentase

    (%)

    Penduduk

    (jiwa)

    Standar

    Kebutuhan Air

    (L/orang/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan

    (%)

    Kebutuhan

    Terlayani

    (L/hari)

    Total

    kebutuhan

    Air (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan

    (L/hari)

    Permanen 100% 135 150 20250 70% 14175 11340

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 14175 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 257 150 38550 70% 26985 21588

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 26985 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 235 150 35250 70% 24675 19740

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 24675 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 313 150 46950 70% 32865 26292

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 32865 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Total 78960

    981

    Blok jenis rumahpresentase

    (%)

    Penduduk

    (jiwa)

    Standar

    Kebutuhan Air

    (L/orang/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan

    (%)

    Kebutuhan

    Terlayani

    (L/hari)

    Total

    kebutuhan

    Air (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan

    (L/hari)

    Permanen 100% 140 150 21000 80% 16800 13440

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 16800

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0

    Permanen 100% 269 150 40350 80% 32280 25824

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 32280 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 245 150 36750 80% 29400 23520

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 29400 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 327 150 49050 80% 39240 31392

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 39240 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Total 94176

    1022

    Blok

    jenis rumahpresentase

    (%)

    Penduduk

    (jiwa)

    Standar

    Kebutuhan Air

    (L/orang/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan

    (%)

    Kebutuhan

    Terlayani

    (L/hari)

    Total

    kebutuhan

    Air (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan

    (L/hari)

    Permanen 100% 146 150 21900 90% 19710 17520

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 19710

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0

    Permanen 100% 280 150 42000 90% 37800 30240

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 37800 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 255 150 38250 90% 34425 27540

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 34425 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 341 150 51150 90% 46035 36828

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 46035 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Total 112128

    1063

    Blok

    jenis rumahpresentase

    (%)

    Penduduk

    (jiwa)

    Standar

    Kebutuhan Air

    (L/orang/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan

    (%)

    Kebutuhan

    Terlayani

    (L/hari)

    Total

    kebutuhan

    Air (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan

    (L/hari)

    Permanen 100% 152 150 22800 95% 21660 17328

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 21660

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0

    Permanen 100% 292 150 43800 95% 41610 33288

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 41610 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 265 150 39750 95% 37762,5 30210

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 37762,5 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Permanen 100% 354 150 53100 95% 50445 40356

    Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 50445 0

    Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0

    Total 121182

    D

    A

    Jumlah Penduduk Total (Jiwa)

    Tahun 2035

    Tahun 2020

    Tahun 2025

    Tahun 2030

    B

    C

    B

    c

    D

    A

    Jumlah Penduduk Total (Jiwa)

    B

    C

    D

    A

    Jumlah Penduduk Total (Jiwa)

    A

    Jumlah Penduduk Total (Jiwa)

    B

    C

    D

  • Contoh Perhitungan :

    Kebutuhan Air (L/hari) tahun 2035 (Blok A rumah permanen)

    =penduduk*standar kebutuhan air

    =152*150=22800 L/hari

    Kebutuhan Terlayani (L/hari) tahun 2035 (Blok A Rumah Permanen)

    =persen pelayanan*Kebutuhan air

    =95%*22800=21660L/hari

    Total Kebutuhan air (L/hari) tahun 2035 Blok A

    =keburuhan terlayani (L/hari)(permanen+semi-permanen+non-permanen)

    =21660+0+0=21660 L/hari

    Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Blok A

    =0.8*Kebutuhan Air Terpenuhi

    =0.8*21660=17328L/haru

    Total Air Buangan (L/hari) Tahun 2035

    = Total Air Buangan (Blok A+B+C+D) (L/Hari)

    =17328+33288+30210+40356=121182 L/hari

  • Air buangan non domestik

    Contoh Perhitungan :

    Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Sekolah

    =Jumlah murid*standar kebutuhan air sekolah

    =3500*10=35000L/hari

    Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Masjid

    =Luas masjid*standar kebutuhan air masjid

    =200*20=4000L/hari

    Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Sekolah

    =Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)

    =3500*85%=2975L/hari

    Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Masjid

    =Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)

    =4000*85%=3400L/hari

    Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Sekolah

    =80%*Total Kebutuhan Air Terpenuhi

    =0.8*2975=2380L/hari

    Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan

    Air (L/unit/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan (%)

    Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Total Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan (L/hari)

    Sekolah 350 Murid 10 3500 70% 2450 2450 1960

    Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 70% 2800 2800 2240

    Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan

    Air (L/unit/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan (%)

    Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Total Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan (L/hari)

    Sekolah 350 Murid 10 3500 75% 2625 2625 2100

    Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 75% 3000 3000 2400

    Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan

    Air (L/unit/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan (%)

    Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Total Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan (L/hari)

    Sekolah 350 Murid 10 3500 80% 2800 2800 2240

    Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 80% 3200 3200 2560

    Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan

    Air (L/unit/hari)

    Kebutuhan

    Air (L/hari)

    Persen

    Pelayanan (%)

    Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Total Kebutuhan

    Terpenuhi (L/hari)

    Timbulan Air

    Buangan (L/hari)

    Sekolah 350 Murid 10 3500 85% 2975 2975 2380

    Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 85% 3400 3400 2720

    Tahun 2020

    Tahun 2025

    Tahun 2030

    Tahun 2035

  • Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Masjid

    =80%*Total Kebutuhan Air Terpenuhi

    =0.8*3400=2720L/hari