tugas perb.tanah 3
DESCRIPTION
jTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan material yang sangat penting untuk kehidupan, semua bangunan
berpijak diatas tanah. Tanah mempunyai beberapa karakteristik yang terbagi dalam tiga
kelompok diantaranya adalah sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi. Sifat fisik tanah
anatara lain adalah tekstur,permeabilitas,infiltraasi, dll. Setiap jenis tanah memiliki sifat
fisik tanah yang berbeda-beda. Sifat fisik yang berbeda-beda itulah yang membuat tanah di
tiap daerah berbeda karakteristik dan kekuatannya, khususnya di Indonesia.
Kebutuhan akan tempat tinggal dan akses jalan di Indonesia yang semakin
meningkat, membuat masyarakat memikirkan dataran yang cocok dan aman untuk
pembangunan. Dataran yang datar dengan karakteristik tanah yang bagus itulah yang dicari
masyarakat. Dengan penrkembangan zaman dan kebutuhan akan mobilisasi, Indonesia
sedang gencar-gencarnya meningkatkan pembangunan pada akses jalan. Dengan kondisi
goelogis dan geografis Indonesia yang beragam tidak jarang akses jalan dibangun diatas
tanah yang memiliki perbedaan ketinggian atau yang disebut dengan lereng.
Lereng biasanya dalam kondsi yang tidak stabil sehingga berpotensi rawan terjadi
longsor. Penyebab kegagalan lereng baisanya diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain
curah hujan yang tinggi, perubahan kuat geser, peubahan kondisi geometri lereng. Oleh
karena itu,harus ada perkuatan pada kondisi tanah untuk mengatasi masalah tersebut.
Metode untuk perkuatan tanah lereng beragam. Hal ini di sesuaikan dengan kondisi lereng,
mobilisasi, dan biaya. Sebagai salah satu metode perkuatan lereng yaitu menggunakan Soil
Nailing.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode Soil Nailing untuk perkuatan tanah pada lereng (teori)?
2. Bagaimana aplikasi penggunaan metode Soil Nailing pada lereng dan pembahsannya?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan yang diharapkan sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengerti tentang metode Soil Nailing
2. Mahasiswa mengetahui dan mengerti aplikasi atau penggunaan metode Soil Nailing
2
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Soil nailing
Soil nailing dalam bahasa masyarakat disebut jarum/ paku tanah. Dalam bahasa ilmu
tanah soil nailing merupakan teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai salah satu
metode untuk memperkuat kondisi lereng tanah yang tidak stabil. Metode ini sebagai suatu
cara atau teknik alternatif bagi kestabilan dan peningkatan faktor keamanan.
(Sargawi,2013).
Suatu lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk oleh manusia dengan tujuan
tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka komponen massa tanah di
atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat gravitasi. Jika
komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan longsor pada lereng
tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force) tidak melampaui gaya
perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor. (Das,1995)
Gambar 1. Kelongsoran lereng
Bidang gelincir dapat terbentuk dimana saja di daerah-daerah yang lemah. Jika
longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir memotong lereng pada dasar atau di atas
ujung dasar dinamakan longsor lereng (slope failure). Lengkung kelongsoran disebut
sebagai lingkaran ujung dasar (toe circle), jika bidang gelincir tadi melalui ujung dasar
maka disebut lingkaran lereng (slope circle). Pada kondisi tertentu terjadi kelongsoran
dangkal (shallow slope failure). Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir
berada agak jauh di bawah ujung dasar dinamakan longsor dasar (base failure). Lengkung
kelongsorannya dinamakan lingkaran titik tengah. (Das, 1995)
3
Gambar 2(a) Kelongsoran lereng, (b) Kelongsoran lereng
dangkal, (c) Longsor dasar
2.2 Komponen dan bahan Soil nailing
Berikut komponen dan bahan Soil nailing:
a) Drilling
Fungsi soil nailing digunakan sebagai perkuatan lereng untuk meningkatkan
angka keamanan terbagi dua yaitu dengan cara ditekan atau dengan cara dibor Dengan
cara ditekan menggunakan hidroulic injection untuk menghindari getaran bagi benda
di sekitarnya. Metode pengeboran lebih sering digunakan diakrenakan biasanya
perkuatan lereng dengan soil nail digunakan pada lereng lempung teguh (stiff clay)
4
sampai lempung keras (hardclay). Alat bor yang digunakan untuk memasukkan bar
menggunakan diameter 100mm samapi 200mm.
b) Soil Nailing Rebar
Merupakan batang angkur tanah yang seringkali digunakan berdiamter 22m
sampai 32mm dengan lubang bor minimal 100mm. disamping rebar diperlukan juga
penyambung dan centralizer yang berfungsi untuk membuat batang agar terletak
pada tengah lubang bor sehingga ikatan antara batang/bar dengan tanah asli memiliki
ikatan yang kuat.(Sargawi.2013)
Sering kali di sebut jangkar tanah (earth anchor) adalah sebuah alat yang
dirancang untuk mendukung struktur dan digunakan dalam aplikasi geoteknik dan
konstruksi. Jangkar yang digunakan pada turap secara umum dapat di bagi sebagai
berikut:
1. Plat dan balok (balok berat) jangkar
2. Batang penguat di belakang turap
3. Tiang jangkar vertikal
4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang tiang miring (tekan dan tarik)
Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi. Jangkar dihubungkan ke
turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah waling (wale)
ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan penempatan
batang penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat berkarat,
biasanya batang ini dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal. Pada waktu
pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau kabel ditempatkan
di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu, lalu digruting dengan beton
(kabel biasanya berkekuatan tinggi, tendon baja prategang). menunjukkan tiang
jangkar vertikal dan balok jangkar dengan tiang-tiang miring. (Sargawi,2013)
5
Gambar 3 Berbagai jenis anchor untuk turap: (a) plat atau balok jangkar; (b) batang tarik atau
kabel
c) Grouting
Semen atau campuran anatara semen dan pasir dengan kuat tekan umur 3 hari
sebesar 10,5Mpa dan kuat tekan umur 28 hari sebesar 21 Mpa dengan faktor air semen
0,4 sampai 0,45.
d) Pompa
Pompa untuk memasukkan grout kedalam lubang memiliki pengaruh kuat tarik/friksi.
Perbedaan nilai unit friksi antara grout dan tanah dengan cara gravitasi maupun dengan cara di
pompa.
6
Gambar 4 Pengaruh tekana pompa pada saat grouting
e) Centralizer
Dibuat dengan menggunakan bahan PVS atau bahan sintetik lainnya
yang tidak memmbahayakan batang baja (kayu tidak bleh digunakan). Dipasang
dengan baik pada batang baja sehingga memungkinkan batang baja berada di
tengah lubang dengan maksimum penyimpangan 25 mm, memungkinkan tremie
masuk sampai dasar lubang, dan memungkinkan material grout
memenuhiseluruh batang sampai atas.
f) Batang baja ulir sebagai tendon
Batang baja ulir menerus tanpa samungan atau las,dalam keadaan baru,
tisak rusak seperti yang tertera dala gambar rencana. Baja tulangan yang
digunakan memmiliki kuat tarik420Mpa atau 520 Mpa sesuai ketentuan ASTM
A 615. Untuk baja prategang digunakan mutu baja 1035 Mpa sesuai dengan
ketentuan ASTM A722.
g) Bahan Tambah (Admixture)
Campuran untuk mengontrol bleed pada beton untuk mengurangi kadar
air, memperlama waktu setbeton untuk grout dapat digunakan setelah diperiksa
dan disetujui. Accelarator (bahan mempercepat) tidak diijinkan untuk
digunakan. Admixture harus sesuai dengan material grout dan dicampurkan
sesuai dengan persyaratan dari pembuat (manufacturer).
h) Semen
Sesuai ketentuan AASTHO M85/ASTM C150 menggunakan tipe I,II,III
atau V. Semen disimpan agar tidak mengalami hidrasi parsial atau kelembaban.
Semen yang telah mengeras atau membongkah tidak boleh digunakan. Agregat
disimpan agar tidak tercampur dengan bahan lain
7
i) Baja Tulangan
Baja tulangan harus diletakkan pada tumpuan dantidak boleh diletakkan
langsng menyentuh permukaan tanah. Kerusakan pada baja tulangan akibat
abrasi, terpotong, tergores, terkena las, dapat menjadi alasan tidak diperbolhkan
dipasang. Baja tulangan harus dilindungi terhadap kotoran karat dan cairan
kimia tertentu sebelum dipasang. Kondisi berkarat yang parah sehingga batang
baja terkikis dapat menjadi alasan penolakan namun bila berkarat ringan yang
tidak menyebabkan baja terkikis dapat diterima.
2.3 Metode Pelaksanaan
Sebelum pemasangan Soil Nailing dilaksanankan pada lereng rencana, persiapan
pekerjaan harus matang. Untuk mempersiapkan rencana dengan baik, dilakukan
peninjauan ke lokasi yang berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja. Secara
detail pelaksanan diuraikan sebagai berikut:
a) Peninjauan ke lokasi
Kondisi lingkungan yang berkaitan, misalnya:
Kondisi dreinase permukaan maupun bawah permukaan
Apakah pemasangan soli nailing pada lereng pengalian bertahap atau pada lereng
yang sudah tergali keseluruhan
Pengangutan alat-alat yang akan digunakan
Ketersediaan alat bantu, seperti bambu, kayu atau air dan bahan-bahan lain
Ketersediaan tenaga kerja
b) Pekerjaan persiapan
Mempelajari gambar dan ketersedian dengan kondisi lapangan
Mepersiapkan alat yang digunakan
Mampersiapakan material
Mempersiapkan tenaga teknis
c) Pengaturan dreinase
Untuk mengalirkan semua air permukaan yang dapat mempengaruhi pekerjaan
soil naiing. Menjaga saluran dan pipa yang digunakan untuk pengaturan dreinase
selama pekerjaan dilakukan.
d) Pemasangan soil nailing
Tahapan pemasangan soil nailing secara berurutan sebagai berikut:
Pekerjaan persiapan lereng
8
Penentuan lubang bor
Pemboran
Pembersihan lubang bor serta pengecekan kedalaman
Pemasangan batang baja ulir sebagai tendon pada posisi dan kedalaman yang
diharapkan
Grouting dengan campuran betonyang memenuhi persyaratan sampai jenuh
Uji tarik.
Gambar 5 Penggunaan soil nailing
2.4 Pemodelan soil nailing dengan program plaxis
Plaxis adalah paket program finite elemen untuk analisa 2 dimensi dari deformasi
dan stabilitas dalam rekayasa geoteknik. Dengan program ini kita dapat mengetahui faktor
keamanan dari suatu lereng. Plaxis mulai dikembangkan sekitar tahun 1987 di Technical
University of Delfy atas inisiatif dari Dutch Departement of Public Works and Water
Management. Plaxis adalah program elemen hingga untuk aplikasi geoteknik dimana
digunakan modelmodel tanah untuk melakukan simulasi terhadap perilaku dari tanah.
Program plaxis dan model-model tanah didalamnya telah dikembangkan dengan seksama.
Meskipun pengujian dan validasi telah banyak dilakukan, tetap tidak dapat dijamin bahwa
program plaxis telah bebas dari kesalahan. Simulasi permasalahan geoteknik dengan
menggunakan metode elemen hingga sendiri telah secara implisit melibatkan kesalahan
pemodelan dan kesalahan numerik yang tidak dapat dihindarkan. Akurasi dari keadaan
sebenarnya yang diperkirakan sangat bergantung pada keahlian dari pengguna terhadap
pemodelan permasalahan, pemahaman terhadap model-model tanah serta keterbatasannya,
9
penentuan parameter-parameter model, dan kemampuan untuk melakukan interpretasi
hasil komputasi.
a) Model Tanah
Model Mohr-Coulomb adalah model elastis-plastis yang terdiri dari lima buah parameter:
E dan ν untuk memodelkan elastisitas tanah;
φ dan c untuk memodelkan plastisitas tanah dan
ψ sebagai sudut dilatansi
Gambar 6 Bidang leleh Mohr-coulomb dalam ruang tegangan utama (c-0) dan metode
tegangan regangan untuk model elastic-plastic
b) Model Soil Nailing
Input nilai E dan A pada model PLAXIS yang telah dijelaskan diatas baik nilai
EA_ekivalen maupun nilai EIekivalen dapat dilihat pada persamaan-persamaan berikut:
Dimana:
Eg = Modulus elastisitas shotcrete
En = Modulus elastisitas nailing
An = luas penampang soil nailing
A = Luas penampang soil nailing yang telah tergrouting
Ag = Luas penampang grouting (Ag = A-An)
Sh = spasi soil nailing arah plane strain
10
2.5 Pertimbangan dalam desai soil nailing
Untuk mendesain stabilitas soil nailing ini perlu dilakukan analisis:
a. Internal stability analysis
Soil nailing reinforcement harus mampu memikul beban yang bekerja. Sehingga dalam
desain perlu dilakukan analisis apakah sebuah reinforcement ini dapat menahan gaya
tarik dan gaya geser yang akan bekerja. Jika soil nailing reinforcement ini tidak mampu
menahan gaya yang bekerja akan menyebabkankegagalan local dan men-trigger
progressive failure. Untuknmenambah kuat tarik soil reinforcement ini dapat dengan
memperpanjang atau memperbesar diameter.
b. External stability analysis
Stabilitas secara external ini dilakukan untuk memastikan bahwa panjang soil nailing
yang dibutuhkan mampu menahan stabilitas global. (Sargawi,2013)
11
BAB III
PERMASALAHAN
Kebutuhan akses jalan semakin meningkat mengingat sangat dibutuhkannya mobilisasi
barang, hewan, orang guna menunjang kebutuhan sehari-hari. Demikian juga untuk pelosok
negeri yang membutuhakn akses jalan, untuk itu harus dibangun jalan. Pembangunan jalan ini
dilakukan di kelurahan Tinoor, kota Tomohon Sulawesi Utara. Kelurahan Tinoor, Kota
Tomohon yang merupakan penghubung kawasan berkembang dan pusat kegiatan wilayah
antara Kota Manado dan Kota Tomohon, tepatnya di STA 7+250. Lokasi pembuatan jalan
merupakan lereng yang merupakan salah satu titik longsor.
Dengan pertimbangan perencana mendesain konstruksi penahan tanah yang berpotensi
longsor besar dengan metode Soil Nailing. Soil Nailing dilengkapi dengan anchor sehingga
keduanya saliing bekerja sama sebagai kontruksi perkuatan atau penahan tanah. Data tanah
diambil sampel pada 15 Januari 2014 dalam keadaan Banjir Bandang melanda Kota Manado.
Pengambilan sampel ini pada kondisi tanah jenuh air sepenuhnya atau curah hujan
tinggi.Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah dilokasi
tersebut. Setelah data tanah dari laboratoriaum keluar, data tanah tersebut dimasukkan ke dalam
program Plaxis 2D yang dianalisis berdasarkan Finite Element Method dengan data profil
potongan melintang kemiringan lereng sesuai kondisi lapangan. Dari hasil desain perangkat
lunak ini diguanakan untuk mengecek apakah desain soilnailing memebuhi atau mampu sebagai
perkuatan tanah atau tidak.
Gambar 7 Lokasi kelurahan Tinoor,kota Tomohon Sulawesi Utara.
12
BAB IV
PEMBAHASAN dan DISKUSI
Penyebab terjadinya kegagalan lereng biasanya diakibatkan oleh beberapa factor antara
lain; 1. Curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan lereng pada kondisi jenuh sehingga
mengakibatkan gaya dorong pada lereng naik sementara gaya yang menahan tetap, 2.
Perubahan kuat geser tanah dikarenakan terjadinya excess pore water pressure, 3. Perubahan
geometri lereng yang diakrenakan proses pelapukan atau proses yang dilakuakn oleh manusia.
4.1 Teknik analisis yang digunakan adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi parameter-parameter tanah pada sampel tanah yang di uji di
laboratorium.
Sampel tanah dari lokasi dibawa ke laboratorium mekanika tanah untuk mengetahui
parameter-parameter tanah. Data tanah yang didapat dimasukkan dalam pemodelan
analisis soil nailing dalam program Plaxis. Sehingga didapat;
Gambar 8 Parameter tanah
2. Penggunaan program plaxis kondisi sebebnernya sebelum menggunakan soil nailing
a) Membuat pemodelan dan digambarkan dengan 2D seperti berikut:
Gambar 9 Potongan melintang lokasi tinjauan
13
Gambar 10 Perspektif desain 2D
b) Analisis hasil pemodelan
Data tanah dimasukkan dalam program sehingga diperoleh:
Gambar 11 Hasil penurunan total
Gambar 12 Diagram garis runtuh lereng penurunana total
Hasil program yang ditunjukkan (Gambar 11 dan Gambar 12) secara
keseluruhan mengalami penurunan yang signifikan, namun pada daerah lereng yang
berwarna kuning merah adalah daerah dengan penurunan yang besar. Maka dianggap
14
perlu untuk adanya perkuatan tanah baik dilereng bagian atas jalan maupun lereng
bagian bawah jalan.
3. Penggunaan program plaxis setelah menggunakan soil nailing
Perkuatan lereng dengan menggunakan soil nailing digunakan diameter baja 22mm,
diameter injeksi semen 0,3m, jumlah tulangan dengan panjang vertikal 15 m, dan spasi
antar nail 2,5 m.
a) Membuat pemodelan dan digambarkan dengan 2D. Berikut ini dengan data yang
sama dan dengan memasukkan sistem soil nailing pada lereng samping atas jalan,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:
b) Analisis hasil pemodelan
Gambar 14 Penurunan total dengan sistem soil nailing
Gambar 13 Potongan melintang lokasi tinjauan dengan sistem nailing
15
Gambar 15 Diagram garis runtuh dengan siste soil nailing
Gambar 14 & 15 menunjukkan bahwa berkurangnya penurunan yang terjadi pada
lereng yang diberi sistem soil nailing yang menjadi sedikit berwarna biru, sementara arah
penurunannya untuk tanah dipuncak lereng adalah kebawah sehingga hanya akan bergeser
ke arah jalan ketika lereng bergeser, namun arah penurunan masih secara keseluruhan yakni
dari titik puncak lereng sampai pada dasar lereng bagian bawah. Maka dianggap perlu
adanya perkuatan tanah pada lereng bagian bawah jalan yang memungkinkan karena lereng
dibagian bawah jalan adalah jurang yang curam dengan kontur tanah tidak beraturan.
Dengan menggunakan konstruksi anchor, yaitu pelat jangkar atau balok jangkar tanpa
menghilangkan konstruksi soil nailing yang sudah ada, kemudian dikalkulasi menghasilkan:
Gambar 16 Penurunan total dengan sistem soilnailing dan anchor
16
Gambar 17 Diagram runtuh penurunan total soil nailing dan anchor
Gambar 16 & 17 menunjukkan hasil akhir bahwa arah penurunan sudah tidak secara
keseluruhan, lereng bagian bawah lereng mengalami pengurangan penurunan dan arahnya
tidak lagi keluar. Tetapi secara keseluruhan jika kondisi jenuh air sepenuhnya terjadi di
lokasi tinjauan maka penurunan pun tidak dapat dihindari, namun dengan melihat bahwa
orientasi penurunan besar terjadi dilereng bagian atas disebabkan oleh kondisi jenuh air
sepenuhnya sehingga air didalam tanah yang tidak mengalir memberikan pengaruh besar
terhadap bergesernya tanah pada lereng, sementara itu arahnya menunjukkan ada arah
keatas pada bagian jalan namun pada penelitian ini berat jalan dan beban yang diterima
jalan tidak diperhitungkan sehingga memungkinkan kondisi tersebut terjadi.
4.2 Penjelasan metode Soil nailing (paku tanah)
Dalam perkuatan lereng jalan ini metode soil nailing dianggap sebagai dinding penahan
tanah dan dipaku (dipancang) dengan sistem adalah subvertikal dan dirancang sebagai
struktural yang memberikan tindakan retensi ke tanah oleh berat sendiri, kekuatan atau
kekakuan lentur. Soil nailing ini meningkatkan stabilitas lereng, dinding penahan. Gaya
tarik terjadi di paku tanah terutama melalui interaksi gesekan antara paku tanah dan tanah
serta reaksi yang diberikan oleh ujung nail. Gaya tarik pada paku tanah memperkuat tanah
dengan langsung mendukung beberapa beban geser diterapkan dan dengan meningkatkan
tekanan yang normal dalam tanah pada permukaan potensi kegagalan, sehingga
memungkinkan tahanan geser yang lebih tinggi. Ujung nail memberikan efek kekangan
dengan membatasi deformasi tanah dekat dengan normal ke permukaan lereng. Akibatnya,
17
tegangan efektif rata-rata dan tahanan geser dari tanah di belakang ujung nail akan
meningkat. Itu juga membantu untuk mencegah kegagalan lokal di dekat permukaan lereng.
4.3 Metode pelaksanaan
Secara umum metode pelaksanaan seperti tertulis pada dasar teori:
Sebelum pemasangan soil nailing dilaksanakan pada lereng rencana. Persiapan pekerjaan harus
matang. Untuk mempersiapkan rencana dengan baik. Dilakukan peninjauan ke lokasi yang
berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja. Secara detail tahapan pelaksanaan akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Peninjauan ke lokasi
2. Persiapan pekerjaan
3. Pengaturan drainase
4.Pemasangan soil nailing
a.Pekerjaan perapihan kondisi lereng
b.Penentuan lubang bor
c.Pemboran dengan menggunakan drilling machine
d.Grouting
e.Membangun facing
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan
untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau yang memungkinkan aman dari
keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, soil nailing menawarkan alternatif dari
sudut pandang kelayakan teknis, biaya konstruksi, dan durasi konstruksi.
2. Dari hasil analisis dengan metode plaxis disimpulkan metode soil nailing dapat
mengurangi penurunan tanah untuk menghindari bahaya longsor serta menaikkan
faktor keamanan tanah.
3. Untuk perkuatan tanah lebih pada lokasi tersebut sebaiknya ditambahkan dengan
anchor. Hal ini disarankan untuk perkuatan lebih pada tanah apabila tanah dalam
kondisi jenuh (hujan).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan bagi mahasiswa atau pembaca lainnya untuk dijadikan
dasar pengetahuan metode perbaikan tanah dan kurang atau lebihnya dapat ditambahkan.
19
Daftar Pustaka
Das Braja M, Endah Noor, Mochtar Indrasurya B, 1995. Mekanika Tanah Prinsip– Prinsip Geoteknik,
Jilid 1, 2,.Erlangga:Jakarta.
Plaxis 2D Version, 1998, Manual Book, A.A. Balkema, P.O. Box 1675, 3000 BR Rotterdam,:
Netherlands.
Riogilang,Hendra dan Christian P.Soil Nailing dan Anchor sebagai Solusi Aplikasif Penahan Tanah
Untuk Potensi Longsor di STA 7+250 Ruas Jalan Manado-Tomohon(jurnal).2014.Universitas Sam
Ratulangi.
Sargawi,Rivai.Endra Susila.Aditya Hadyan Putra.2013.Optimasi Perkuatan Lereng dengan
Menggunakan Soil Nailing berdasarkan Instrumensi Geoteknik(jurnal).Bandung.