tugas perekonomian indonesia
TRANSCRIPT
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
1/17
TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA
( PAJAK DAERAH )
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Perekonomian Indonesia
Di susun Oleh :
Hanny Putry Destiany 2120302126
STEIN ( Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Internasional )
Tahun 2013 / 2014
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
2/17
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan petunjukNya, alhamdulillah
tugas makalah perekonomian indonesia ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah PAJAK DAERAH ini diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
perekonomian indonesia . Makalah ini memuat tentang Pajak Retribusi Daerah sebagai
Sumber Pendapatan Daerah, Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah, dan Ketentuan
Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Tujuan saya membuat makalah ini adalah
untuk menambah nilai dari mata kuliah Perekonian Indonesia.
Pada makalah ini di jelaskansumber-sumber pendapatan daerah antara lain pajak dan retribusi
daerah dan di lengkapi dengan undang-undangnya, dalam makalah ini juga menjelaskan
aspek-aspek lain yang insya allah akan bermanfaat bagi kita, sebab kita sebagai warga negarayang baik dan taat pada hukum kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang menyangkut
pajak daerah dan retribusi daerah, karena kalau kita dapat mengetahuinya kita dapat dengan
mudah memahami dan menjalankan aturan perundang-undangan yang telah dibuat
pemerintah daerah.
Pada makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Atas segala kelebihan dan
kekurangannya, semuanya kita serahkan kepada Allah SWT. Karena kekurangan hanya milik
saya semata. Mohon saran dan kritiknya untuk penyenpurnaan dalam pembuatan makalah ini
dan berikutnya dan terima kasih.
Jakarta, 20 Juni 2014
Penulis,
Hanny Putry Destiany
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
3/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan
otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya dengan
menetapkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daaerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan
dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintahan
daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak
daerah dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda diupayakan
tidak berbenturan dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai) karena hal tersebut
akan menimbulakan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan
perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam Undang-Undang Nomor 18
tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana di ubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain menyatakan bahwa objek
pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat. Di negara-negara yang menganut paham
hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan. Dengan demikian, pemungutan pajak kepada rakyat tentunya harus diseratai
dengan perangkat peraturan perundang-undangan yang di sebut dengan hukum pajak. Di
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A mengatur dasar hukum pemungutan pajak
oleh negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk
keperluan negara di atur dengan Undang-Undang. Penyelenggaraan otonomi daerah akandapat dilaksanakan dengan baik apabila didikung sumber-sumber pembiayaan yang memadai.
Salahsatunya adalah dengan meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara
rumah tangganya. Sekalipun demikian, otonomi daerah dalam kerangka Negara Republik
Indonesia, bukan hanya diukur dari jumlah PAD yang dapat dicapai, tetapilebih dari itu yaitu
sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah dapat berperan dalam mengatur perekonomian
masyarakat agar dapat bertumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja yang menjadi prinsip dan kriteria perpajakan daerah
b. Apa saja jenis pajak yang dapat ditarik pemerintahan daerah
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa saja sumber pendapatan daerah
d. Dapat mengaetahui jenis, kriteria pajak daerah
e. Dapat mengetahui siapa saja yang harus membayar pajak
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
4/17
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penegertian Pajak Daerah.
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh
pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil
di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD).
Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2002:5) : Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di
paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk
membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.[5])
Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalahkontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai
pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya
untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang
melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
B. Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah
Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda diupayakan tidak berbenturan
dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai) karena hal tersebut akan
menimbulakan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan
perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam Undang-Undang Nomor 18
tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana di ubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain menyatakan bahwa objek
pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat:
Prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang memenuhi kriteria umum tentang
perpajaka daerah sebagai berikut:
1. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya dapat mudah naik turun
mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.
2. Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan kelompok masyarakat
dan secara horizontal, artinya berlaku sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat
sehingga tidak ada yang kebal pajak.
3. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana, mudah dihitung, memuaskan bagi wajib
pajak.
http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn5http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn5http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn5http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn5 -
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
5/17
4. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat sehingga timbul motivasi dan kesadaran
pribadi untuk membayar pajak.
5. Nondistorsi terhadap perekonomia: implikasi pajak atau pungutan yang hanya
menimbulkan pengaruh minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya, setiap pajak atau
pungutan akan menimbulkan suatu beban, baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan
sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan yang berlebihan sehingga
merugikan masyarakat secara menyeluruh.
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip tersebut, perpajakan daerah harus memiliki
ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandigan antara penerimaan
pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.
2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan ada kalanya menurun secara tajam.
3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan dan kemampuan
untuk membayar.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemberian kewenangan untuk
mengadakan pemungutan pajak, selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang
berlaku secara umum, seyogianya juga harus memprtimbangkan ketetapan suatu pajak
sebagai pajak daerah. Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung
pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi. Untuk itu,pemerintah daerah dalam melakukan pungungutan pajak harus tetap menempatkan sesuai
dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak di kelompokan menjadi dua yaitu: fungsi budgeter
danfungsi regulator.
Funsi budgeter, yaitu apabila pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Fungsi regulator yaitu apabila
pajak dipergunakan sebagai alat mengatur untuk mencapai tujuan, misalnya pajak minuman
keras dimaksudkan agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras,
pajak ekspor komoditas tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut
dalam negeri.
Menurut Teresa Ter-Minassian (1997), beberapa kriteria dan pertimbangan yang
diperlukan dalam pemberian kewenangan perpajakan pada tingkat pemerintahan pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota yaitu sebagai berikut:
1. Pajak yang dimaksudkan untuk tujuan stabilisasi ekonomi dan cocok untuk tujuan
distribusi pendapatan seharusnya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
2. Basis pajak yang diserahkan kepada daerah seharusnya tidak terlalu mobile. Pajak
daerah yang sangat mobile akan mendorong pembayar pajak merelokasi usahanya dari daerahyang beban pajaknya tinggi ke daerah yang beban pajaknya rendah. Sebaliknya, basis pajak
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
6/17
yang tidak terlalu mobile akan mempermudah daerah untuk menetapkan tarif pajak yang
berbeda sebagai cerminan dari kemampuan masyarakat. Untuk alasan ini, pajak konsumsi di
banyak negara diserahkan kepada daerah hanya karena pertimbangan wilayah daerah yang
cukup luas (seperti provinsi di canada). Dengan demikian, basis pajak mobile merupakan
persyaratan utama untuk mempertahankan di tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.(pusat/provinsi),
3. Basis pajak yang distribusinya sangat timpang antardaerah, seharusnya diserahkan
kepada pemerintahan pusat.
4. Pajak daerah seharusnya visible dalam arti bahwa pajak seharusnya jelas bagi pembayar
pajak daerah, objek dan subjek pajak dan besarnya pajak terutang dapat dengan mudah
dihitung sehingga dapat mendorong akuntabilitas daerah.
5. Pajak daerah seharusnya tidak dapat dibebankan kepada penduduk daerah lain karena
akan memperlemah hubungan antara pembayar pajak dan pelayanan yang diterima (pajak
adalah fungsi dari pelayanan).
6. Pajak daerah seharusnya dapat menjadi sumber penerimaan yang memadai untuk
menghindari ketimpangan fiskal vertikal yang besar. Hasil penerimaan, idealnya, harus
elastis sepanjang waktu dan seharusnya tidak terlalu berfluktuasi.
7. Pajak yang diserahkan kepada daerah seharusnya relatif mudah di administrasikan atau
dengan kata lain perlu pertimbangan efisiensi secara ekonomi berkaitan dengan kebutuhan
data, seperti identifikasi jumlah pembayar pajak, penegakan hukum dan komputerisasi.
8. Pajak dan retribusi berdasarkan prinsip manfaat dapat digunakan secukupnya pada
semua tingkat pemerintahan, tetapi penyerahan kewenangan pemungutannya kepada daerah
akan tetap sepanjang manfaatnya dapat dilokasikan bagi pembayar pajak lokal.
C. Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak
kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
7/17
Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan
a. Pajak yang Dikelola Provinsi
Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan
dan Pajak Rokok.
1. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraanbermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat
besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara
permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu
persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan
secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran,
sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, PemerintahDaerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
8/17
rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan
paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma
dua persen).
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-
masing sebagai berikut :
a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan
jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen).
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan
bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah
dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4. Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).
5. Pajak Rokok
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
9/17
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif
Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok
dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan
paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota
Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang
dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1. Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi
Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih
dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2. Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran
adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3. Pajak Hiburan.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak
Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif
Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk
hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam,
permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan
paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian
rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal
45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4. Pajak Reklame
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
10/17
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi
sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5. Pajak Penerangan Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber
lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan
sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi
untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan
batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral
dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar
25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
7. Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan
paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
8. Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan
tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
9. Pajak Sarang Burung Walet
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
11/17
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk
marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,collocalia
esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggisebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan olehorang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan
paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).[6])
D. Fungsi Pajak Daerah.
Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah.
Banyak hal yang bisa dibiayai pajak seperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan
sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), dan sebagainya.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal
pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan
suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga
anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya.
Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat jika
anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap
pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya.
Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajakdaerah.
http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn6http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn6http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn6http://f/Kuliah/Pajak%20Daerah/Pajak%20Daerah.docx%23_ftn6 -
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
12/17
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi. Misalnya,
jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan pajak untuk
sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan kerja. Selain itu,
pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental, seperti pendidikan
untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya,pajakdaerahdiharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena penyaluran pajak
yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan.
E. Permasalahan dalam Perpajakan Daerah
Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga
memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak
tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Belum Intensifnya Penerimaan Pajak
Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak.
Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah.
Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk
keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.
2. Penyaluran Pajak
Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi penyaluran
dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk pajak daerah)adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih didapati pajak itu
lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan
sebagainya.
Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan untuk
pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan dengan
masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) pendidikan
(pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung menyentuh
masyarakat.
3. Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak
Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan
tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain
itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan
manfaat pajak bagi mereka.
Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak untuk
bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi wartegmaupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
13/17
ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak
bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
14/17
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan antara
lain sebagai berikut :
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari
pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara
melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak
yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak.
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk membiayai
pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak Daerah itu
secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak :
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
- Pajak Air Permukaan
- Pajak Rokok
2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak :
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Hiburan
- Pajak Reklame
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
- Pajak Parkir
- Pajak Air Tanah
- Pajak Sarang Burung Walet
- Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
15/17
- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
B. Saran
Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik, sudah
sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan
berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-
permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan
kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan
pada daerah itu sendiri.
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
16/17
PENUTUP
yang dapat saya tarik dari pembahasan di atas dalah bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu cara meningkatkan APBD tapi pajak dan retribusi daerah itu
harus dilaksanakan dengan benar dan adil oleh pemerintah maupun pembayar pajak, di
kenakannya sanksi terhadap orang yang menunggak ataun menyalahkan aturan adalah hal
yang benar, seperti yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah. seperti juga dijelaskan di atas bahwa terdapat kategori-kategori
atau kriteria-kriteria pajak. Berapa tarif pajak yang di tetapkan yang harus sesuai tidak
menjadi beban bagi pembayar pajak, di jelaskan juga jenis-jenis pajak apa saja yang di ambil
sseperti pajak perhotelan, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C dan pajak parkir. Di harapkan dengan
adanya pembayaran pajak dan retribusi daerah yang tidak membebani masyarakat pembayar
pajak dapat berperan mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
-
5/19/2018 Tugas Perekonomian Indonesia
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25 november
2013.
http://jhohandewangga.wordpress.com,pengertian dan macam-macam pajak daerah, diakses
tanggal 25 november 2013.
http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 2013.
http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htmPajak Daerah Untuk Pembangunan, diakses tanggal
26 November 2013.
http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htmhttp://www.anneahira.com/pajak-daerah.htmhttp://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm