tugas pi uji tuberkulin tiwi

4
TUGAS PENYAKIT INFEKSIUS I VETERINER NAMA : RIZKI PRATIWI NIM : O11113012 JURUSAN : KEDOKTERAN HEWAN UJI TUBERKULIN Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik. Reaksi tuberkulin merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau delayed-type hipersensitivity (DTH) berupa indurasi di tempat suntikan pada pejamu yang tersensitisasi. DTH, disebut juga hipersensitivitas tipe IV, merupakan sistem imun yang bekerja berdasarkan imunitas selular. Sesuai dengan namanya DTH merupakan reaksi selular tipe lambat terhadap antigen yang terlokalisisr, biasanya kulit. Individu yang pernah terpajan kuman Mycobacterium tuberculosis (M.tb) atau pernah menerima vaksinasi BCG akan terbentuk reaksi indurasi eritematous yang khas pada kulit apabila disuntikkan secara intrakutan sejumlah kecil PPD tuberkulin. Individu yang belum pernah terpajan M.tb atau tuberkulin tidak akan memberikan reaksi meskipun disuntikkan secara lokal PPD dengan dosis tinggi.Ini memberi kesan bahwa DTH adalah respons sekunder. Pajanan pertama antigen tidak menyebabkan timbulnya reaksi DTH. A. Mekanisme Respon Imun Mekanisme respons imun terhadap uji tuberkulin terdiri atas 3 tahap yaitu sensitisasi, aktivasi dan efektor. Sensitisasi terjadi saat pajanan pertama kali M.tb yang ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Makrofag dalam fungsinya sebagai

Upload: rizki-pratiwi

Post on 16-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kjkjkjkj

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pi Uji Tuberkulin Tiwi

TUGAS PENYAKIT INFEKSIUS I VETERINER

NAMA : RIZKI PRATIWINIM : O11113012JURUSAN : KEDOKTERAN HEWAN

UJI TUBERKULINUji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat

ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik.

Reaksi tuberkulin merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau delayed-type hipersensitivity  (DTH) berupa indurasi di tempat suntikan pada pejamu yang tersensitisasi. DTH, disebut juga hipersensitivitas tipe IV, merupakan sistem imun yang bekerja berdasarkan imunitas selular. Sesuai dengan namanya DTH merupakan reaksi selular tipe lambat terhadap antigen yang terlokalisisr, biasanya kulit. Individu yang pernah terpajan kuman Mycobacterium tuberculosis (M.tb) atau pernah menerima vaksinasi BCG akan terbentuk reaksi indurasi eritematous yang khas pada kulit apabila disuntikkan secara intrakutan sejumlah kecil PPD tuberkulin. Individu yang belum pernah terpajan M.tb atau tuberkulin tidak akan memberikan reaksi meskipun disuntikkan secara lokal PPD dengan dosis tinggi.Ini memberi kesan bahwa DTH adalah respons sekunder. Pajanan pertama antigen tidak menyebabkan timbulnya reaksi DTH.

A. Mekanisme Respon Imun

Mekanisme respons imun terhadap uji tuberkulin terdiri atas 3 tahap yaitu sensitisasi, aktivasi dan efektor. Sensitisasi terjadi saat pajanan pertama kali M.tb yang ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Makrofag dalam fungsinya sebagai APC akan mempresentasikan potongan M.tb melalui MHC kelas II kepada sel T CD4 (Th). Selanjutnya sebagian sel CD4 berdiferensiasi menjadi subset Th1 (T-DTH/antigen-specific memory T cell). 

Tahap aktivasi dimulai ketika pasien mendapatkan pajanan ulang M.tb. Antigen tersebut sudah dikenal pejamu yaitu oleh sel T-DTH memory specific antigen yang selanjutnya akan memproduksi sitokin kemotaksis dan proinflamasi khususnya interferon (IFN) gamma dan interleukin 12 (IL-12). 

Pada tahap efektor, sitokin akan meningkatkan adesi molekul pada endotel vaskular dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah lokal, meningkatkan keluarnya plasma dan sel-sel dari vaskular menuju lokasi antigen. Sel T mulai berkumpul di sekitar vaskular dalam 12 jam pascsuntikan dan dalam 48 jam terjadi infiltrasi lebih dari 60% sel mononuklear dari vaskular. Semua kejadian tersebut menyebabkan pembengkakan lokal yang bisa diamati sebagai indurasi. 

Reaksi terhadap tuberkulin mulai terjadi 5-6 jam setelah suntikan, menyebabkan indurasi maksimal 48-72 jam kemudian dan menghilang dalam 14 hari. Pada beberapa individu (usia tua atau menjalani uji pertama kali) reaksi puncak mungkin terjadi setelah 72 jam. Reaksi yang lambat seperti itu tidak mengubah interpretasi uji.

Page 2: Tugas Pi Uji Tuberkulin Tiwi

B. Pemberian Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin diberikan dengan cara suntikan 0,1 ml PPD RT-23 TU intrakutan (metode Mantoux) pada permukaan depan atau belakang lengan bawah. suntikan bisa diberikan di tempat lain namun dianjurkan pada lengan bawah, tidak terdapat lesi dan jauh dari vena. Tuberkulin disuntikkan tepat di bawah permukaan kulit (intrakutan) dengan lubang ujung jarum menghadap ke atas atau ke bawah. Suntikan dikerjakan dengan tepat bila kulit menjadi bengkak dan pucat dengan diameter 6-10 mm. Advisory Committee on Immunization Practice   merekomendasikan pelaksanaan uji tuberkulin bisa dilakukan pada hari yang sama vaksinasi dengan virus hidup atau 4-6 minggu sesudahnya, karena vaksin tersebut akan menekan reaktivitas tubuh terhadap uji tuberkulin.

C. Jenis-Jenis dan Kekuatan Tuberkulin

Tuberkulin pertama yang dibuat oleh Kch disebut dengan Old Tuberculin (OT). Kemudian tahun 1930-an Florence Seibert membuat presipitasi dari OT dengan asam trikloroasetat dan amonium sulfat serta menamakannya purified protein derivative (PPD) . PPD terdiri dari beberapa komponen antigenik dengan lebih sedikit karbohidrat dibandingkan OT sehingga memperkecil reaksi hipersensitivitas yang non-spesifik. PPD inilah yang sekarang banyak digunakan. Berdasarkan potensinya, kekuatan tuberkulin terbagai menjadi 3 yaitu : first strength, intermediate strength dansecond strength.

Kekuatan yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas paling baik sehingga banyak dipakai adalah intermediate strength. Penggunaan first dan second strength dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu.

Setelah seseorang terinfeksi kuman mycobacteria, sel limfosit T akan berproliferasi dan menjadi tersensitisasi. Sel T yang tersensitisasi masuk ke dalam aliran darah dan bersirkulasi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Proses sensitisasi ini terjadi pada kelenjar getah bening regional dan memerlukan waktu 2-12 minggu setelah infeksi. Sekali terinfeksi, maka sensitisasi terhadap tuberkulin akan menetap. Injeksi tuberkulin pada kulit akan menstimulasi sel-sel limfosit dan terjadi aktivasi rentetan kejadian yang termasuk dalam respon hipersensitivitas tipe lambat (delayed-type hypersensitivity/DTH). Respons ini dikatakan lambat oleh karena reaksi memerlukan waktu berjam-jam. Reaktivitas kulit mencakup vasodilatasi, edema, infiltrasi sel-sel limfosit, basofil, monosit dan netrofil ke lokasi suntikan. Antigen-spesific limfosit T akan berproliferasi dan melepaskan limfokin, yang akan mengundang akumulasi sel-sel alin ke lokasi suntikan. Terjadilah indurasi yang mencerminkan aktivitas DTH. Pada pasien yang sudah pernah terinfeksi, DTH muncul setelah 5-6 jam dan kebanyakan mencapai indurasi maksimal 48-72 jam.

Page 3: Tugas Pi Uji Tuberkulin Tiwi