tugas produksi 2
DESCRIPTION
vfbfgTRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH PRAKTEK PRODUKSI 1
PEMBUATAN RAK BESI
DISUSUN OLEH :
1. SUYATNO, NPM : 6411500012
2. SONY APRIYANTO, NPM : 6411500046
3. ACHMAD JAMALUDIN, NPM : 6411500052
4. GUNAWAN, NPM : 6411500058
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1 ( B )
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2011
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembuatan rak besi dengan menggunakan las busur listrik, untuk menyambung
atau menggabungkan komponen – komponen yang terbuat dari logam pada rak tersebut.
Dikerjakan oleh :
1. SUYATNO, NPM : 6411500012
2. SONY APRIYANTO, NPM : 6411500046
3. ACHMAD JAMALUDIN, NPM : 6411500052
4. GUNAWAN, NPM : 6411500058
Laporan praktek ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Kepala Program Studi Pembina Praktek
Ahmad Farid, ST, MT Waryono, ST
2
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN / SAMPUL JUDUL ………………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………….. 2
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ………………………………………………………………………………...... 4
2. Tujuan ……………………………………………………………………………………………….. 4
BAB II PERENCANAAN
1. Gambar desain …………………………………………………………………………………… 5
2. Kebutuhan bahan ………………………………………………………………………………. 6 - 8
3. Kebutuhan alat …………………………….……………………………………………………. 8 - 9
4. Estimasi ongkos produksi (modal) ……………………………………………………… 9 - 12
BAB III PROSES PRODUKSI
1. Pengukuran ……………………………………………………………………………………….. 13 - 14
2. Pemotongan ………………………………………………………………………………………. 14 - 15
3. Pengelasan ………………………………………………………………………………………… 15 - 16
4. Finishing …………………………………………………………………………………………….. 16 - 17
BAB IV RENDEMEN PROSES PRODUKSI
1. Perhitungan ulang ongkos produksi .………………………………………………….. 18 - 20
2. Penentuan besar harga jual produk dipasaran …………………………………… 21
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………… 22
2. Saran …………………………………………………………………………………………………. 22
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek produksi ini.
Disini kami akan menerangkan kembali apa yang sudah kami laksanakan dalam
kegiatan praktek. Adapun produk yang kami buat dalam kegiatan praktek ini adalah sebuah
rak dari bahan besi siku. Mulai dari :
I. Perencanaan (desain, bahan, alat dan perhitungan harga ongkos produksi / modal).
II. Proses pembuatan (pengukuran, pemotongan, pengelasan dan finishing).
III. Rendemen proses produksi (penentuan harga jual produk).
Tahapan proses tersebut diatas akan kami rinci satu persatu, dengan harapan kami
akan lebih bagus dalam menganalisa, merencanakan dan melaksanakan proses pengerjaan
suatu produk untuk masa yang akan datang, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan kajian
untuk mengembangkan keahlian yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan usaha
sendiri (wiraswasta). Karena itu tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak dan Ibu tercinta.
2. Bapak Ahmad Farid, ST, MT selaku Kepala program studi Teknik Mesin S1, Fakultas
Teknik, Universitas Pancasakti Tegal.
3. Bapak Slamet Subejo, ST selaku Kepala laboratorium proses produksi Fakultas Teknik,
Universitas Pancasakti Tegal.
4. Bapak Waryono, ST selaku Pembina praktek proses produksi Program Studi Teknik
Mesin S 1, Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal.
5. Teman – teman seangkatan dan seperjuangan di Program Studi Teknik Mesin S1
( kelas sore ), Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal.
Tegal, 28 Desember 2011
Tim penyusun
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Proses produksi 1 adalah salah satu mata kuliah yang di ajarkan kepada mahasiswa
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal semester 1. Proses
pengelasan adalah salah satu materi dari proses produksi 1. Dengan kegiatan praktek
mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan proses pengelasan
2.Tujuan
Selain sebagai syarat memperoleh nilai, pembuatan makalah ini merupakan latihan
agar mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal
mampu menghasilkan suatu produk mulai dari perencanaan sampai dengan proses finishing,
dimana proses produksi tersebut melibatkan proses pengelasan.
5
BAB II
PERENCANAAN
Dalam perencanaan pembuatan rak besi ini, terdapat beberapa langkah utama
antara lain :
1.Gambar Desain
Desain dari rak yang akan kami buat adalah seperti dalam gambar desain atau pun
gambar foto, dengan konstruksi utama yang mempunyai ukuran :
- Panjang = 150 cm →1,5 m.
- Lebar = 30 cm →0,3 m.
- Tinggi (kaki) = 115 cm → 1,15m.
6
2.Kebutuhan bahan
Bahan utama yang digunakan adalah : Besi siku, dg ukuran lebar : 30 mm → 0.03 m,
tebal : 3 mm → 0,003 m, yang di gunakan sebagai rangka utama. Jika dilihat dari
konstruksinya kebutuhan besi siku adalah sebagai berikut :
A. Besi siku ukuran panjang adalah : 1,5 x 6 = 9 m.
B. Besi siku ukuran lebar adalah : 0,3 x 6 = 1,8 m.
C. Besi siku ukuran tinggi ( kaki ) adalah : 1,15 x 4 = 4,6 m.
D. Total kebutuhan besi siku : 9 + 1,8 + 4,6 = 1,54 m.
Sebagai acuan dalam mementukan jumlah kebutuhan bahan besi siku dalam satuan
berat, untuk besi siku sepanjang satu meter ( per meter ), yang akan di bahas pada sub bab
berikutnya. Jika kita teliti lebih jauh, maka bentuk besi siku tersebut sama juga dengan dua
buah besi plat strip (balok), yang di gabungkan dengan membentuk huruf L, Maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Volume balok : ( Panjang x lebar x tinggi ).
- Volume besi siku ( dua buah balok ) : 2 x ( Panjang x lebar x tinggi )
2 x ( 1 x 0,03 x 0,003 ) = 0,00018 m³.
- Massa jenis = Massa / Volume, massa jenis besi : 7860 Kg / m³.
- Maka massa ( berat ) besi siku per meter : Massa jenis besi x Volume besi siku.
7860 x 0,00018 = 1,4 Kg.
Untuk bahan pendukung, yang dibutuhkan antara lain :
A. Besi puntir dengan ukuran panjang x lebar penampang : 10 mm x 10 mm → 0,01 m x
0,01 m, sebagai penguat dan penahan triplex kayu, sebanyak : 6 (ruas) x 30 cm = 180
cm → 1,8 m.
Jika kita teliti lebih jauh, maka bentuk besi siku tersebut sama juga dengan sebuah
balok dengan panjang = 1m, lebar = 0,01 m dang tinggi = 0,01 m, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Volume balok : ( Panjang x lebar x tinggi ).
7
- Volume besi puntir ( balok ) : ( Panjang x lebar x tinggi )
( 1 x 0,01 x 0,001) = 0,0001 m³.
- Massa jenis = Massa / Volume, massa jenis besi : 7860 Kg / m³.
- Maka massa ( berat ) besi puntir per meter : Massa jenis besi x Volume besi siku.
7860 x 0,0001 = 0,8 Kg.
B. Triplex kayu, dg tebal : 5 mm, sebagai deck untuk setiap tingkat rak dengan ukuran
panjang x lebar : 148 cm → 1,48 m x 28 cm → 0,28 m = 0,4144 m².
Total kebutuhan triplex kayu : 0,4144 m² x 3 (tingkat) = 1,2432 m².
C. Elektroda las listrik, sebagai bahan untuk mengelas. Elektroda yang akan di gunakan
mempunyai klasifikasi E 6013.
D. Mata / batu gerinda tangan (universal), sebagai alat untuk merapihkan hasil
sambungan las yang masih kasar.
E. Energi listrik, sebagai sumber energi untuk bekerjanya alat – alat saat proses
produksi berlangsung.
F. Cat minyak (universal), sebagai pelindung rak dari karat / korosi sekaligus sebagai
pemanis tampilan.
G. Pengencer cat / thinner (universal), sebagai zat pengencer cat, agar cat lebih cepat
kering dan lebih mengkilap.
8
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam gambar:
3.Kebutuhan alat
Alat dibutuhkan dalam beberapa tahapan proses produksi, antara lain :
A. Pengukuran, alat yang dibutuhkan adalah : meteran, mistar siku, penggores dan
kapur.
B. Pemotongan, alat yang dibutuhkan adalah : tanggem, gergaji dan gerinda tangan.
C. Pengelasan, alat yang dibutuhkan adalah : mesin las listrik, topeng las, palu terak dan
tang.
D. Finishing, alat yang dibutuhkan adalah : gerinda tangan, wadah cat dan kuas.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam gambar:
9
Dari kiri : Sarung tangan las, Gergaji besi dan Misatar siku, Mesin las, Meja + Tanggem.
Dari kiri : Gerinda tangan, Palu terak, Topeng dan kaca mata las, Misatar baja.
4.Perhitungan harga ongkos produksi (modal)
Perhitungan ongkos produksi ( modal ) Dipertimbangkan atas dua faktor :
A. Dengan satuan apa bahan dapat dibeli.
Maksudnya adalah ketika kita membutuhkan suatu bahan, dengan jumlah
aktual yang terpakai hanya sedikit, tapi satuan jual dari bahan tersebut dipasaran
lebih besar dari apa yang kita butuhkan (tidak tersedia dalam satuan yang lebih kecil
atau eceran ). Maka, mau tidak mau kita harus tetap membelinya. Contohnya ketika
kita membutuhkan cat minyak sebanyak ± ¼ Kg, tapi dipasaran cat tersebut dijual
paling sedikit sebanyak 1 Kg. Mau tidak mau kita tetap harus membelinya sebanyak 1
Kg. Sehingga, kita mempunyai resiko akan menyisakan bahan cat sebanyak ¾ Kg .
Oleh karena itu, kita harus dapat menghitung berapakah jumlah unit yang tepat dari
barang yang kita produksi dalam satu kali proses produksi, agar semua bahan yang
10
kita beli bisa habis terpakai. Kalaupun masih ada sisa, diusahakan agar jumlahnya
hanya sedikit. Kebutuhan bahan antara lain :
- Kebutuhan besi siku = Rp 9.000,00 per Kg.
- Kebutuhan besi puntir = Rp 9.000,00 per Kg.
- Kebutuhan triplex kayu = Rp 55.000,00 Per lembar.
- Kebutuhan elektroda las listrik = Rp 75.000,00 per box atau Rp
1000,00 per batang.
- Kebutuhan cat minyak = Rp 30.000,00 per Kg.
- Kebutuhan thinner cat = Rp 18.000,00 per liter.
- Kebutuhan mata atau batu gerinda = Rp 10.000,00 per buah.
- Kebutuhan energy listrik atau harga sewa listrik + tempat = Rp
20.000,00 per hari.
B. Estimasi Jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal ).
Adalah berapa banyak modal produksi yang diperlukan meliputi bahan yang
dibutuhkan dan berapa orang yang terlibat dalam proses produksi, yaitu :
1. Estimasi Jumlah nyata harga bahan yang dibutuhkan, antara lain:
- Kebutuhan Besi siku = (berat besi siku per meter x total
kebutuhan besi siku x harga besi siku per Kg). Jika kebutuhan
besi siku = 15,4 m. Besi siku sepanjang 1 m memiliki berat =
1,4 Kg. Harga besi = Rp 9.000,00 per Kg. Maka estimasi harga
belanja untuk besi siku adalah : ( 1,4 x 15,4 x Rp 9.000, 00) =
Rp 194.040,00 → Rp 194.000,00.
- Kebutuhan besi puntir = (berat besi puntir per meter x total
kebutuhan besi puntir x harga besi puntir per Kg). Jika
kebutuhan besi puntir = 1,8 m. Besi puntir sepanjang 1 m
memiliki berat = 0,8 Kg. Harga besi = Rp 9.000,00 per Kg. Maka
estimasi harga belanja untuk besi puntir adalah : ( 0, 8 x 1, 8 x
Rp 9.000,00 ) = Rp 12.960,00 → Rp 13.000,00. .
- Kebutuhan triplex kayu = (luas kebutuhan triplex kayu x Harga
satu lembar utuh triplex kayu) / luas satu lembar utuh triplex
kayu. Jika jumlah triplex kayu yang dibutuhkan adalah seluas
= 1,2432 m². Jika luas untuk satu lembar utuh triplex kayu
11
adalah = 2,88 m², dan harga satu lembar utuh triplex kayu
( panjang : 2,4 m x lebar : 1,2 m ) = Rp 55.000,00. Maka
estimasi harga belanja untuk triplex kayu adalah : ( 1,2432 x Rp
55.000,00 ) / 2,88 = Rp 23.741,00 → Rp 23.750,00.
- Kebutuhan elektroda las listrik = ( jumlah elektroda yang
dibutuhkan x harga elektroda per batang ) atau (Jumlah
elektroda yang dibutuhkan x Harga satu box elektroda) /
Jumlah elektroda dalam satu box . Jika estimasi jumlah
elektroda las listrik yang dibutuhkan kira – kira sebanyak = 20
buah. Harga satu box elektroda ( isi ± 80 buah ) adalah : Rp
75.000,00. Maka estimasi harga belanja untuk elektroda las
listrik adalah : ( 20 x Rp 75.000,00 ) / 80 = Rp 18.750,00.
- Kebutuhan cat minyak = ( jumlah cat minyak yang di butuhkan
x harga cat minyak per Kg ) . Jika estimasi jumlah cat minyak
yang di butuhkan kira – kira sebanyak ½ Kg. Harga 1 kg cat
minyak adalah : Rp 20.000,00. Maka estimasi harga belanja
untuk cat minyak adalah : ( 0,5 x Rp 20.000,00 ) = Rp
10.000,00.
- Kebutuhan Thinner cat = ( Jumlah thinner cat yang di butuhkan x harga thinner cat per liter ). Jika estimasi jumlah thinner cat yang di butuhkan sebanyak ½ liter. Harga satu liter thinner cat : Rp 18.000,00. Maka estimasi harga belanja untuk thinner cat adalah : ( 0,5 x Rp 18.000,00 ) = Rp 9.000,00.
- Kebutuhan mata atau batu gerinda = ( Jumlah mata / batu
gerinda yang di butuhkan x harga mata atau batu gerinda per
buah ). Jika estimasi jumlah batu gerinda yang di butuhkan
sebanyak : 1 ( satu ) buah. Harga satu buah batu gerinda
adalah : Rp 10.000,00. Maka estimasi harga belanja untuk batu
gerinda adalah : ( 1 x Rp 10.000 ) = Rp 10.000,00.
- Kebutuhan energy listrik = ( Jumlah kebutuhan energy listrik
per satuan waktu x harga energi listrik per satuan waktu) atau
Harga sewa listrik + tempat = Rp 20.000,00 per hari.
- Biaya transportasi = Rp 10.000,00.
12
Jadi estimasi jumlah nyata harga bahan = estimasi harga
belanja besi siku + estimasi harga belanja besi puntir + estimasi harga
belanja triplex kayu + estimasi harga belanja elektroda las listrik +
estimasi harga belanja cat minyak + estimasi harga belanja thinner
cat + estimasi harga belanja mata / batu gerinda + estimasi harga
sewa listrik + tempat + biaya transportasi belanja.
Maka besar estimasi jumlah nyata harga bahan : Rp
194.000,00 + Rp 13.000,00 + Rp 23.750,00 + Rp 18.750,00 +
Rp 10.000,00 + Rp 9.000,00 + Rp 10.000,00 + Rp 20.000,00 +
Rp 10.000,00 = Rp 308.500,00.
2. Estimasi jumlah nyata harga tenaga kerja yang dibutuhkan.
Idealnya, tenaga kerja yang diperlukan dalam proses
pembuatan rak ini butuh sebanyak 2 ( dua ) orang tenaga kerja,
rinciannya adalah :
- Pengukuran dan pemotongan ( tenaga bantuan ) sebanyak : 2
orang, dengan upah = 2 x ( Rp 30.000,00 ) per hari.
- Pengelasan ( tenaga utama ) sebanyak : 1 orang, dengan upah
= Rp 50.000,00 perhari
Jadi estimasi jumlah nyata harga tenaga kerja = harga tenaga utama
+ harga tenaga bantuan.
Maka besar estimasi jumlah nyata harga tenaga
kerja : Rp 50.000,00 + Rp 60.000,00 = Rp 110.000,00.
Jadi estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal ) = estimasi
jumlah nyata harga bahan + estimasi jumlah nyata harga tenaga kerja.
Maka besar estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal )
: Rp 308.500,00 + Rp 110.000,00 = Rp 418.500,00.
13
BAB III
PROSES PRODUKSI
Dibagi dalam beberapa langkah kerja yang saling berkaitan erat terhadap kualitas
produk, waktu selesainya proses produksi dan besarnya modal produksi.
1.Pengukuran
Pengukuran merupakan langkah yang sangat vital. Sebaiknya pengukuran dilakukan
oleh satu orang saja, agar terjadi kesamaan dari hasil pengukuran. Untuk setiap jenis
pengukuran, misal : panjang dan sudut (kesikuan), sebaiknya kita menggunakan alat yang
tetap sama. Jika kita berganti – ganti alat, dimungkinkan akan terjadi perbedaan dari hasil
pengukuran yang sudah kita lakukan. Alat yang sering digunakan dalam proses pengukuran
antara lain : Meteran (pita), mistar baja panjang dan mistar siku.
Gambar. Proses pengukuran konstruksi Gambar. Pengukuran bahan
keakuratan dari hasil pengukuran akan berpengaruh terhadap kecepatan proses produksi
yang berpengaruh terhadap lama waktu selesainya proses produksi. Kita ambil contoh : jika
kita akan membuat rak (kubus), maka kita membutuhkan paling sedikit 12 ruas batang besi
siku. Jika ada salah satu dari ruas dengan panjang yang berbeda dari ukuran yang
seharusnya (yang sudah ditetapkan), katakan 5 mm saja, yang disebabkan karena
kecerobohan si pengukur. Dan hal ini baru diketahui setelah ruas besi siku tersebut sudah di
potong, maka kita harus menambah proses kerja tambahan untuk menyamakan ukuran dari
ruas yang panjangnya berbeda.
14
Gambar. Perbaikan karena kesalahan pemotongan.
Hal ini akan semakin menambah waktu pengerjaan, sehingga proses produksi akan semakin
lama. Kesalahan seperti ini juga bias dilakukan oleh si pemotong bahan. Semakin lama
selesainya proses produksi, maka semakin besar perhitungan harga tenaga kerja dan
semakin besar perhitungan harga energi listrik yang kita pakai.
Yang lebih fatal adalah jika kesalahan tersebut baru diketahui setelah rangka rak
selesai di las. Dipastikan, hasil dari rak yang kita buat adalah rak dengan bentuk yang tidak
presisi, miring, tidak karuan dan lain sebagainya. Atau waktu selesainya proses produksi
akan semakin membengkak, karena kita harus membongkar dan mengelas ulang rangka rak
tersebut.
Kesimpulannya : dalam proses pengukuran, keakuratan adalah faktor utama yang
harus diperhatikan, baik pada saat pengukuran panjang, sudut dan yang lainnya .
2.Pemotongan
Dari beberapa proses, yang tidak kalah pentingnya adalah proses pemotongan.
Setelan bahan kita ukur, langkah selanjutnya adalah pemotongan bahan. Sebaiknya yang
melakukan proses pemotongan bahan adalah orang yang melakukan pengukuran. Hal ini
akan mempermudah, karena orang yang mengukur tentulah adalah orang yang lebih tahu
keakuratan pengukuran. Dengan begitu, hasil pemotongan juga akan lebih akurat atau
presisi.
Kesalahan yang sering terjadi dalam proses pemotongan yaitu : hasil pemotongan
dengan panjang yang berbeda dan hasil pemotongan dengan sudut yang tidak sesuai
15
dengan yang direncanakan (45°, 90°, dll). Kesalahan juga bisa terjadi karena alat yang kita
gunakan (gergaji besi manual) sudah tidak layak : gagang kendur, mata gergaji tumpul dll.
Dalam langkah kerja yang sebelumnya, kita sudah tahu efek / resiko, jika terjadi
kesalahan pemotongan. Oleh karena itu, usahakan agar pemotongan bahan menghasil
ukuran yang sama panjang, untuk setiap kelompok ruas yang panjangnya sudah kita
rencanakan.
Gambar. Proses pemotongan yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda.
3.Pengelasan
Ketika semua bahan sudah terpotong, langkah selanjutnya adalah proses
pengelasan. Pengelasan dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang, yaitu : pengelas dan
pembantu. Sebaiknya kita menyatukan bagian bagian yang letaknya di dalam, yang lebih
mudah posisinya dan urutan yang lebih memudahkan proses pengelasan.
Yang harus diperhatikan saat kita menggabungkan setiap bagian adalah : agar setiap
bagian itu harus terjalin sesuai dengan sudut yang sudah direncanakan, terutama kesikuan
(tegak lurus). Kita tentu sudah tahu risikonya jika terjadi kesalahan. Kita jangan langsung
mengelas penuh, tapi kita las titik (cantum) terlebih dahulu. Sehingga kita bisa mengatur
kasikuan rangka atau bagian terlebih dahulu, jika kita sudah yakin, barulah kita lakukan
pengelasan secara penuh.
16
Gambar. Pengecekan sudut
Gambar. Proses las cantum. Gambar. Proses las penuh.
4.Finishing
Ini adalah langkah terakhir, dalam proses pembuatan. Pada umumnya kita
melakukan finishing dengan cara mengecat hasil produk. Tujuannya agar : hasil produk
mempunyai tampilan warna yang menarik dan lebih tahan dari pengaruh kelembaban udara
yang bisa menimbulkan karat / korosi. Cat yang umumnya kita gunakana adalah cat minyak,
karena cat ini lebih mampu menahan kelembaban.
Sebelum melakukan pengecatan, sebaiknya kita periksa lebih dulu apakah masih ada
bagian – bagian dari rangka rak yang masih tajam, kasar dan yang lainnya. Jika masih ada
maka sebaiknya kita rapihkan lebih dulu. Kita bisa menggunakan Gerinda tangan untuk
17
melakukan proses tersebut. Setelah yakin semua sudut sudah rapih dan aman, maka kita
dapat mengecat rak tersebut.
Gambar. Proses pengerindaan Gambar. Proses Pengecatan
Akan semakin baik jika kita memberikan dasaran cat terlebih dahulu (epoxy, meny
besi dsb), ini akan membuat cat semakin kuat dan dengan warna yang semakin bagus.
Tetapi kita dapat langsung mengecat dengan cat warna, atas dasar pertimbangan sesuai
dengan pangsa pasar yang kita bidik, yang pastinya berhubungan dengan modal ongkos
produksi dan kemapuan / daya beli masyarakat. Dibawah ini adalah gambar contoh rak yang
sudah jadi :
18
BAB IV
RENDEMEN PROSES PRODUKSI
1.Perhitungan ongkos produksi
Akan terdapat selisih antara jumlah biaya saat kita membeli bahan dengan besarnya
biaya aktual ( nyata ) kebutuhan bahan, hal ini dikarenakan harga bahan yang tersedia
dipasaran tidak akan selalu sama dengan besarnya jumlah kebutuhan aktual bahan yang kita
perlukan atau yang sudah kita hitung.
Dibawah ini ada dua tabel, inti permasalahannya adalah jika kita membeli elektroda
las dengan satuan box ( isi ± 80 buah ) seharga Rp. 75.000,00. Sedangkan kebutuhan
elektroda las untuk satu buah rak adalah sebanyak : 20 buah elektroda ( senilai Rp 18.750,00
), ini akan berakibat tersisanya bahan berupa elektroda sebanyak ± 60 buah, yang jika dinilai
dengan uang, akan setara dengan uang sebanyak Rp 56.250,00. Sangat disayangkan jika
harus ada endapan dana yang cukup besar, dikarenakan ada bahan tidak terpakai.
Contohnya :
Tabel ke - 1
Kebutuhan Harga bahan ( harga
satuan barang )
Harga / biaya Nyata
(aktual terpakai)
Selisih ( endapan
dana )
Besi siku Rp 194.000,00 Rp 194.000,00 0
Besi puntir Rp 13.000,00 Rp 13.000,00 0
Triplex kayu Rp 55.000,00 / lembar Rp 23.750,00 Rp 31.250,00
Elektroda las Rp 75.000,00 / box Rp 18.750,00 Rp 56.250,00
Cat minyak Rp 20.000,00 / Kg Rp 10.000,00 Rp 10.000,00
Thinner cat Rp 18.000,00 / liter Rp 9.000,00 Rp 9.000,00
Batu gerinda Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Biaya transportasi Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Listrik + tempat Rp 20.000,00 / hari Rp 20.000,00 0
Tenaga utama Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 0
Tenaga pembantu Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 0
Total Rp 525.000,00 Rp 418.500,00 Rp 106.500,00
19
Untuk menghindari endapan dana, maka kita membeli elektroda dengan harga
satuan. Harga satuan untuk satu buah elektroda sebesar Rp 1.000,00. Maka besar dana yang
dibutuhkan adalah : 20 x Rp 1.000,00 = Rp 20.000,00. Maka denga membeli elektroda
dengan harga satuan, kita dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan saat belanja
bahan sebesar : Rp 55.000,00. Seperti di ceritakan pada tabel – 2.
Tabel ke - 2
Kebutuhan Harga bahan ( harga
satuan barang )
Harga / biaya Nyata
(aktual terpakai)
Selisih ( endapan
dana )
Besi siku Rp 194.000,00 Rp 194.000,00 0
Besi puntir Rp 13.000,00 Rp 13.000,00 0
Triplex kayu Rp 55.000,00 / lembar Rp 23.750,00 Rp 31.250,00
Elektroda las Rp 20.000,00 / 20 bh Rp 18.750,00 Rp 1.250,00
Cat minyak Rp 20.000,00 / Kg Rp 10.000,00 Rp 10.000,00
Thinner cat Rp 18.000,00 / liter Rp 9.000,00 Rp 9.000,00
Batu gerinda Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Biaya transportasi Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Listrik + tempat Rp 20.000,00 / hari Rp 20.000,00 0
Tenaga utama Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 0
Tenaga pembantu Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 0
Total Rp 470.000,00 Rp 418.500,00 Rp 51.500,00
Jika kita perhatikan lebih lanjut, pada tabel – 2 masih terdapat dana endapan lainnya
dari bahan berupa :
- Triplex Kayu seluas : 1,6368 m² atau senilai : Rp 31.250,00 → 1 rak butuh 1,2432
m².
- Cat minyak sebanyak ½ Kg atau senilai : Rp 10.000,00 → 1 rak butuh ½ Kg.
- Thinner cat sebanyak ½ literatau senilai : Rp 9.000,00 → 1 rak butuh ½ liter.
Tapi kita dapat mengefektifkan penggunaan bahan tersebut dengan memproduksi rak
sebanyak 2 unit sekaligus. Sehingga semua bahan bisa di pakai sampai dengan batas
maksimal.
20
Hal ini bisa kita lihat pada tabel – 3.
Kebutuhan Harga bahan ( harga
satuan barang )
Harga / biaya Nyata
(aktual terpakai)
Selisih ( endapan
dana )
Besi siku Rp 194.000,00 Rp 194.000,00 0
Besi puntir Rp 26.000,00 Rp 26.000,00 0
Triplex kayu Rp 55.000,00 / lembar Rp 47.500,00 Rp 7.500,00
Elektroda las Rp 40.000,00 / 40 bh Rp 37.500,00 Rp 2.500,00
Cat minyak Rp 20.000,00 / Kg Rp 20.000,00 0
Thinner cat Rp 18.000,00 / liter Rp 18.000,00 0
Batu gerinda Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Biaya transportasi Rp 10.000,00 / buah Rp 10.000,00 0
Listrik + tempat Rp 20.000,00 / hari Rp 20.000,00 0
Tenaga utama Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 0
Tenaga pembantu Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 0
Total Rp 503.000,00 Rp 493.000,00 Rp 10.000,00
Untuk di ketahui sebagai catatan, bahwa :
1. Jumlah jam kerja efektif dalam satu hari adalah sebanyak 7,5 jam, dari pukul 08.00
sampai dengan pukul 16.30 (dipotong waktu untuk istirahat sebanyak 1 jam, dari
pukul 12.00 s/d pukul 13.00).
2. Lamanya proses produksi untuk 1 ( satu ) unit rak besi adalah : 3 jam ( 3 x 60 menit ),
dari pukul 14.30 s/d pukul 16.00.
3. Maka, lamanya proses produksi untuk 2 ( dua ) unit rak besi adalah : 6 jam ( 6 x 60
menit ).
4. Banyaknya jumlah tenaga yang di butuhkan, adalah : 3 orang.
5. Banyaknya biaya yang diperlukan untuk belanja bahan dan untuk upah tenaga kerja
untuk memproduksi rak sebanyak 2 unit : Rp 503.000,00.
6. Besarnya estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal ) untuk 2 ( dua ) unit
rak adalah : Rp 493.000,00.
7. Besarnya estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal ) untuk 1 ( satu ) unit
rak adalah : Rp 246.500,00.
21
2.Penentuan besar harga produk dipasaran
Seperti yang kita ketahui, besarnya estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi
(modal ) untuk 2 buah rak adalah : Rp 493.000,00. Maka banyaknya modal untuk
memproduksi satu buah rak : Rp 493.000,00 / 2 = Rp 246.500,00.
Laba ( untung ) = Besarnya estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi ( modal ) –
Besar harga jual produk. Jika 1 unit rak kita jual dengan harga Rp 300.000,00. Maka kita
masih bisa meraih laba sebesar : Rp 300.000,00 – Rp 246.500,00 = Rp 53.500,00. Karena ada
endapan dana sebesar Rp 10.000,00 karena ada sisa bahan yang tidak terpakai. Maka laba
kita kurangi lagi : Rp 53.500,00 – Rp 10.000,00 = Rp 43.500,00.
Besar prosentase keuntungan satu buah rak = ( laba x 100 % ) / besarnya
estimasi jumlah nyata harga ongkos produksi. Maka : ( Rp 43.500,00 x 100 ) /
Rp 246.500,00 = 17,65 %.
Saya rasa cukup pantas jika rak tersebut kita jual dengan harga Rp 300.000,00.
Karena dengan harga jual senilai itu, rak besi tersebut dimungkinkan masih terjangkau oleh
daya beli masyarakat. Juga, cukup pantas jika kita mendapat keuntungan sebesar Rp
43.500,00 ( 17,65 % ) atas hasil kreatifitas dan olah pikir dari sebuah disiplin ilmu.
22
BAB V
PENUTUP
1.Kesimpulan
1. Perencanaan termasuk satu langkah vital dalam menghasilkan suatu produk
2. Kekompakan team atau antar bagian adalah salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap hasil akhir sebuah produk.
3. Melakukan semua langkah – langkah dalam proses produksi dengan akurat, efektif
dan dengan sedikit kesalahan, akan memperkecil harga ongkos produksi.
2.Saran
1. Perlu adanya penambahan meja ragum + ragum dalam laboratorium proses
produksi, agar sesuai dengan jumlah mahasiswa yang praktek.
2. Perlu adanya pengadaan alat - alat kerja bangku yang baru, karena jumlah alat
yang ada masih kurang dan alat yang lama sudah ada yang rusak.
Contoh : setang gergaji besi sudah goyang, mata gergaji tumpul, topeng las hanya
ada satu dll.
----- terima kasih -----
23
24