tugas profil tanah.docx

38
KATA PENGANTAR Puji syukur saya hanturkan kepada Allah SWT. Karena telah memberikan kita kesehatan. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafa’ati di padang tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau. Makalah ini dibuat dengan judul “Profil dan Potensi Sawah di Desa Glanggang ” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang profil ini. Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan kekurangan baik isi , atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan saran untuk meyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita mengetahui tentang Profil dan Potensi Sawah di Desa Glanggang. Demikian sebagai pengantar makalah ini. I

Upload: imo-priyanto

Post on 30-Dec-2014

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dibuat oleh trimo

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS PROFIL TANAH.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan kepada Allah SWT. Karena telah

memberikan kita kesehatan.

Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah

beliau sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama

yang beliau sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau

syafa’ati di padang tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau.

Makalah ini dibuat dengan judul “Profil dan Potensi Sawah di

Desa Glanggang ” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti tentang

profil ini.

Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali

ditemukan kekurangan baik isi , atau kata yang kurang tepat dalam

penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan saran untuk

meyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah ini juga sangat

bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita mengetahui

tentang Profil dan Potensi Sawah di Desa Glanggang. Demikian sebagai

pengantar makalah ini.

 

Pekalongan,19 Maret 2013

Penulis

I

Page 2: TUGAS PROFIL TANAH.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi

sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan

tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi,

tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah

perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat

disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga

ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam

dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila

sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya.

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dar i air irigasi disebut

sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah

tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemu kan sawah pasang surut,

sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah

lebak.

Penggenangan selama pertumbuhan padi dan pengolahan tanah pada

tanah kering yang disawahkan, dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat

tanah, baik sifat morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi maupun sifat-sifat

lain, sehingga sifat-sifat tanah dapat sangat berbeda dengan sifat-sifat tanah

asalnya. Koenigs (1950), orang yang pertama kali melakukan penelitian sifat

morfologi tanah sawah sekitar Bogor, mengemukakan adanya profil tanah

sawah yang khas, pada tanah kering yang disawahkan di daerah tersebut.

Namun demikian, karena perbedaan berbagai faktor yang berpengaruh dalam

proses pembentukan tanah sawah, ternyata profil tanah sawah yang khas

tersebut tidak selalu dapat terbentuk. Pada tanah rawa yang disawahkan, atau

pada tanah dengan air tanah yang dangkal, tidak terlihat adanya profil tanah

yang khas seperti yang dikemukakan oleh Koenigs (1950), meskipun

2

Page 3: TUGAS PROFIL TANAH.docx

bermacam-macam perubahan sifat tanah akibat penyawahan telah terjadi.

Bahkan pada tanah kering yang disawahkanpun, seperti pada Vertisol dan

beberapa jenis tanah lain, tidak semuanya dapat membentuk profil tanah

yang khas tersebut. Penggunaan tanah kering untuk padi sawah dapat

menyebabkan peruba han sifat morfologi dan sifat fisiko-kimia tanah secara

permanen, sehingga dapat menyeb abkan perubahan klasifikasi tanah. Dalam

tulisan ini, disajikan uraian tentang beberapa macam sifat morfologi dan

profil tanah sawah, serta pengaruhnya dalam klasifikasi tanah, khususnya

dalam sistem Taksonomi Tanah

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi:

1. Permasalahan Tanah Sawah

2. Bagai mana cara pengolahan tanah sawah dan Faktor Yang

Mempengaruhi Pembentukan Tanah Sawah

3. Profil tanah sawah dan pembentukannya

4. Profil dan Potensi di Desa Glanggang

I.3 Tujuan

Pada makalah ini akan dirangkum sejumlah hasil penelitian

mengenai permasalahan dan pengelolaan serta klasifikasi dari tanah sawah.

Tulisan ini bertujuan untuk memperlihatkan bagimana permasalahan dan

pengelolaan serta klasifikasi secara morfologi dari tanah sawah tersebut,

sedangkan.

3

Page 4: TUGAS PROFIL TANAH.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalan Tanah Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi

sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan

tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi,

tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah

perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat

disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga

ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam

dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila

sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya.

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat

saluran-salur an drainase. Sawah yang airnya berasal dar i air irigasi disebut

sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah

tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemu kan sawah pasang surut,

sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah

lebak.

Tanah sawah biasanya tergenang dalam jangka waktu yang lama hal

ini akan menyebabkan tanah ini akan mengalami perubahan morfologi kimia,

fisika dan biologi dari tanah sawah. Perubahan sifat ini akan lebih

menampakkan pada sifat fisik diamana kita akan lebih terlihat dari

perubahan warna, dan tekstur.

Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atau

tanah rawa sehingga karakterisasi sawah-sawah tersebut akan sangat

dipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya. Tanah sawah dari tanah kering

umumnya terdapat didaerah dataran rendah , dataran tinggi volkan atau non

volkan yang pada awalnya merupakan tanah kering yang tidak pernah jenuh

air sehingga morfologinya akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari

tanah rawa yang awalnya memang sudah jenuh air.

4

Page 5: TUGAS PROFIL TANAH.docx

2.2 Cara pengolahan Tanah Sawah Dan Faktor Yang Mempengaruhi

Pembentukan Tanah Sawah

Tanah sawah merupakan tanah buatan manusia. Karena itu, sifat-sifat

tanahnya sangat dipengaruhi oleh perbuatan manusia. Kegiatan manusia

yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan profil tanah sawah,

antara lain, adalah (1) cara pembuatan sawah dan (2) cara budi daya padi

sawah.

1. Cara pembuatan sawah

Cara pembuatan sawah tergantung dari beber apa hal, antara lain, kondisi

relief/topografi dan hidrologi tanah asalnya.

Relief

Bila relief/topografi tanah asal berombak atau berlereng, maka lebih

dulu harus dibuat teras bangku. Sawah pada teras, sifatnya sangat berubah

dibandingkan dengan tanah asalnya, karena terjadinya penggalian dan

penimbunan pada waktu pembuatan teras. Cara pembuatan ter as adalah

dengan jalan menggali lereng atas, dan menimbun lereng bawah. Akibatnya,

susunan horizon tanah asalnya da pat hilang sama sekali. Makin curam

lereng, maka teras semakin sempit dan penggalian serta penimbunan

semakin dalam. Dalam satu petak sawah yang baru dibu at dengan cara ini,

mungki n akan ditemukan lebih dari satu jenis tanah, yaitu Entisol atau

Inceptisol pada bagian tanah yang ditimbun atau digali, selain tanah asl inya

di bagian tengah petakan. Perubahan sifat tanah selanjutnya, terjadi akibat

pelumpuran/pengolahan tanah dalam

keadaan tergenang dan penggenangan lapisan olah selama

pertumbuhan padi, sehingga terjadi proses pembasahan dari lapisan atas ke

lapisan bawah. Lama kelamaan tanah dalam satu petak sawah akan

mempunyai sifat morfologi dan sifat-sifat tanah lain, yang mendekati

kesamaan terutama pada lapisan atas, atau bila sudah berumur ratusan tahun,

pada seluruh solum tanah.

5

Page 6: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Hidrologi

Pembuatan sawah dari lahan rawa dilakukan dengan membuat saluran-

saluran drai nase, agar lahan menjadi lebih kering, atau tidak terus-menerus

tergenang. Karena itu, sifat tanah akan berubah karena terjadi proses

“pengeringan” tanah, mulai dari lapisan atas ke lapisan bawah. Sebaliknya,

pada tanah kering yang disawahkan, akan terjadi proses “p embasahan” dari

lapisan atas ke lapisan bawah. Apabila tanah ra wa yang “dikeringkan”

tersebut banyak mengandung bahan sulfidik (pirit, FeS ), maka profil tanah

sawah yang terbentuk banyak mengandung karatan jarosit (K Fe (SO )

(OH)6).

2. Cara budi daya padi sawah

Pola tanam dan penggenangan

Tanah sawah yang ditanami padi tiga kali setahun, yakni padi-padi-

padi, akan tergenang terus-menerus sepanjang tahun. Sawah dengan

pergiliran tanaman padi-padi-palawi ja, setiap tahunnya mengalami masa

tergenang yang lebih lama dibandingkan dengan masa kering. Sedangkan

sawah dengan pola tanam padi-palawija-bera, mengalami masa tergenang

lebih singkat dibandingkan masa keringnya. Akibat adanya perbedaan pola

tanam, yang menyebabkan perbedaan lamanya penggenangan tersebut, maka

terjadilah perbedaan sifat-sifat morfologi tanah sawah. Sifat-sifat tanah

sawah, termasuk sifat morfologinya, juga berubah setiap musim akibat

penggunaan tanah yang berbeda. Dalam hal ini, sifat tanah pada saat

ditanami padi sawah (basah), berbeda dengan waktu ditanami palawija atau

bera. Namun demikian, sawah-sawah yang mempunyai profil tanah yang

khas yang telah dikeringkan puluhan tahun, seperti halnya (bekas) tanah

sawah di sekitar Bo gor, masih menunjukkan adanya lapisan tapak bajak,

lapisan Fe, dan lapisan Mn, meskipun lapisan atas tidak lagi berwarna pucat,

melainkan kecoklatan mendekati warna tanah asalnya. Sifat-sifat tanah

sawah yang tidak berubah , baik sewaktu digunakan untuk bertanam padi

sawah maupun waktu digunakan untuk bertanam palawija atau bera, disebut

sifat tanah sawah permanen .

6

Page 7: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Penambahan lumpur bersama air irigasi

Air pengairan mengandung l umpur ya ng diendapkan pada petak

sawah. Oleh karena itu, selalu ada penambahan lumpur pada lapisan olah.

Kualitas dan jumlah lumpur yang diendapkan sangat beragam, tergantung

dari sumber lumpur dan banyaknya air. Akibatnya, lapisan olah semakin

tebal karena penambahan lumpur tersebut.

Penambahan bahan kimia/unsur hara dengan sengaja dan praktek

pengolahan tanah

Pemberian pupuk, baik pupuk buatan maupun pupuk kandang, kapur

dan bahan amelioran lain akan berpengaruh terhadap sifat tanah sawah.

Demikian juga praktek pengolah an tanah sawah yang di lakukan dengan

cara mencampur dan membalik horizon tanah, pelumpuran, dan pemadata n,

dapat mempengaruhi sifat dan perkembangan profil tanah.

Cara budi daya

Pembuatan sawah diawali dengan perataan tanah dan pembuatan

pematang. Tanah sawah yang diolah dalam keadaan jenuh air, dengan cara

“bajak-garu-bajak-g ar u” hingga halus, baru kemudian ditanami benih padi,

menyebabkan struktur tanah hancur hingga menjadi lumpur yang cocok

untuk padi sawah. Tanah sawah yang dilumpurkan, jika kemudian sawah

dikeringkan untuk ditanami palawija, akan menjadi masif atau tidak

berstruktur, oleh karena itu harus diolah lagi. Penggenangan sedalam 5–10

cm selama 4 – 5 bulan pertanaman padi, menyebabkan terjadinya kondisi

reduksi selama jangka waktu tersebut.

2.3 Profil tanah sawah dan pembentukannya

Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah

genangan air di permukaan, dan penggenangan serta pengeringan yang

bergantian. Proses pembentukan profil tanah sawah melip uti berbagai

proses, yaitu (a) proses utama berupa pengaruh kond isi reduksi-oksidasi

(redoks) yang bergantian; (b) penambahan dan pemindahan bahan kimia atau

partikel tanah; dan (c) perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah,

akibat penggenangan pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan

7

Page 8: TUGAS PROFIL TANAH.docx

drainase pada tan ah rawa yang disawahkan. Secara lebih rinci, proses pembe

ntukan profil tanah sawah meliputi (a) gleisasi dan eluviasi; (b) pembentukan

karatan besi (Fe) dan mangan (Mn); (c) pembentukan warna kelabu

( grayzation ); (d) pemb entukan selaput ( cutan ); (e) penyebaran kembali

basa basa; dan (f) akumulasi dan dekomposisi bahan organik.

Profil tanah sawah tipikal

Berdasarkan proses pembentukan tanah seperti telah di uraikan, maka

terbentuklah profil tanah sawah dengan sifat morfolog i yang berbeda-beda,

tergantung dari sifat tanah a salnya. Profil tanah sawah yang tipikal (khas),

atau Aquorizem (Kanno, 1978), yang terbentuk pada tanah kering dengan air

tanah dalam, seperti yang dikemukakan oleh Koenigs (1950), sedikit berbeda

dengan profil tanah sawah tipikal dengan air tanah yang agak dangkal

(Moormann and van Breemen, 1978)

Pada tanah kering dengan air tanah dalam yang disawahkan, akan

terbentuk susunan horizon sebagai berikut: 1) lapisan olah yang tereduksi

dan tercuci (eluviasi) (Ap); 2) lapisan tapak bajak (Adg); 3) horizon iluviasi

Fe (Bir) di atas horizon iluviasi Mn (Bmn), yang sebagian besar teroksidasi;

4) horizon tanah asal, yang tidak terpengaruh persawahan (Bw, Bt). Bila air

tanah agak dangkal, maka di bawah horizon tersebut kemudian ditemukan:

5) horizon i luviasi (penimbunan) Mn (Bmn) di atas h orizon iluviasi Fe

(Bir); 6) horizon tereduksi permanen (Cg).Pengamatan di berbag ai tempat

di Indonesia menunjukkan bahwa lebih banyak tanah sawah yang tidak

menunjukkan profil tanah yang tipikal tersebut, dibandingkan dengan yang

memilikinya. Hal ini disebabkan karena kebanyakan sawah di Indonesia,

antara lain, dibuat pada tanah dengan air tanah yang sangat dangkal, atau

lahan rawa yang dikeringkan, penyawahan yang terus-menerus dilakukan

sepanjang tahun, tekstur tana h yang terlalu kasar atau terlalu halus, tanah

yang mengembang dan mengkerut, da n sebagainya. Karena banyak tanah

sawah di Indonesia terdapat di daerah pelembahan atau dataran aluvial yang

terus-menerus tergenang air, baik dari air hujan, luapan sungai maupun air

tanah yang dangkal, dan kondisi relief/topografi yang tidak memungkinkan

8

Page 9: TUGAS PROFIL TANAH.docx

gerakan air ke ba wah solum tanah, maka horizon iluviasi Fe dan Mn

ataupun lapisan tapak bajak sulit terbentuk. Demikian juga, tekstur tanah

yang terlalu kasar atau terlalu halus, atau adanya sifat tanah mengembang

dan mengkerut, me nghalangi pembentukan horizon-horizon tersebut.

Menurut Kawaguchi dan Kyuma (1977) seperti halnya di Indonesia, profil

tanah sawah tipikal ( Aquorizem ) hanya terbentuk, pada lahan kering yang

disawahkan yang tidak mengandung mineral liat-2:1. Tanah yang hanya

digenangi air pada waktu penyawahan, dan kemudian dikeringkan untuk

tanaman palawija atau bera pada musim berikutnya, dalam bahasa Jepang

disebut “ kanden ”. Dengan penggunaan tanah seperti itu, profil tanah sawah

tipikal di Jepang dapat terbentuk dalam jangka waktu 10–40 tahun. Menurut

Kanno (1 978), di Jepang juga banyak tana h sawah yang tidak memiliki

susunan horizon seperti tanah sawah tipikal tersebut, karena keragaman

dalam pengaruh air tanah dan air genangan (hidromorfisme).

Pengelolaan Lahan Sawah

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat

sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi

perkapita akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak upaya

peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti

konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim

(anomaly iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan

kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap

penurunan dan atau pelandaian produktivitas.

Sistem produksi padi saat ini juga sangat rentan terhadap penyimpangan

iklim (El-nino). Penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh

selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan

juga tidak efisien.

Guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu

diupayakan untuk mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu

memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha. Optimasi

9

Page 10: TUGAS PROFIL TANAH.docx

produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang

peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila

dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar

lokasi dan belum optimal.

Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia

karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras.

Saat ini keberadaan tanah-tanah sawah subur beririgasi terancam oleh

gencarnya pembangunan kawasan industri dan perluasan kota (perumahan)

sehingga luas tanah sawah semakin berkurang, karena dikonservasikan

untuk nonpertanian. Sebagai gambaran, menurut Biro Pusat Statistik/BPS

(1994) luas lahan sawah Indonesia pada tahun 1993 sekitar 8,50 juta ha,

sedangkan pada tahun 2000 luasnya menjadi sekitar 7,79 juta ha (BPS,

2001). Sebagian besar lahan sawah terdapat di Pulau Jawa, yaitu seluas 3,34

juta ha (42,9% dari luas sawah Indonesia). Pencetakan sawah di luar Pulau

Jawa umumnya dilakukan pada tanah-tanah yang kurang subur dan hingga

saat ini belum menunjukan keberhasilan yang nyata.

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi

sawah, baik secara terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran

dengan tanaman palawija (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005). Istilah tanah

sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum,

seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan

sebagainya. Menurut Kyuma (2004), tanah sawah (paddy soil) adalah tanah

yang digunakan atau berpotensi digunakan untuk menanam padi sawah.

Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat dalam

zona iklim dengan rezim temperatur yang sesuai untuk menanam padi

paling tidak sebanyak satu kali dalam satu tahun.

Tanah sebagai faktor tumbuh yang penting harus mendapat perhatian khusus

dalam budidaya tanaman. Tanah menyediakan faktor tumbuh, yang mana

kondisi optimum dinyatakan subur dan kemampuan tanah tersebut

dinyatakan sebagai kesuburan tanah. Kondisi tanah yang perlu diperhatikan

dalam pertumbuhan tanaman ini adalah suhu, udara, air tanah maupun unsur

hara yang terdapat dalam tanah. Tanah sebagai salah satu faktor tumbuh

10

Page 11: TUGAS PROFIL TANAH.docx

membutuhkan penanganan khusus agar tidak terjadi hambatan-hambatan

bagi pertumbuhan tanaman, sehingga perlu dilakukan pengelolaan tanah

yang baik.

Tindakan pengolahan tanah merupakan usaha mekanis terhadap

tanah yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh yang sesuai bagi

perakaran tanaman. Pengolahan tanah juga ditujukan untuk menyiapkan

tempat persemaian (seed bed), pemberantasan gulma, memperbaiki kondisi

tanah untuk penetrasi akar, memperbaiki infiltrasi air dan udara tanah.

Dalam suatu usaha pertanian, baik usaha pertanian umum maupun khusus,

pemilihan mengenai sistem pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan

hasil yang setinggi-tingginya.

2.4 Profil dan Potensi di Desa Glanggang

Tata Pemerintahan Desa Glanggang

Desa Glanggang :  dipimpin oleh seorang kepala desa (kades) dan

dibantu oleh sekretaris desa (Carik). Selain itu ada juga enam kepala urusan

yang membantu Kepala Desa dalam bidang pemerintahan, umum,

keamanan, keagamaan, ekonomi pembangunan, dan keuangan.

Desa Glanggang terbagi menjadi 4 (empat) dusun, yaitu Dusun

Margahayu, Dusun Krajan Glanggang, Dusun Darungan, dan Dusun Karang

Tengah. Selain itu desa glanggang juga terbagi dalam 30 RT dan 9 RW,

diantaranya:

Dusun Margahayu meliputi RT 01 dan 02, dan RW 01. Dusun ini

dikenal dengan hasil hasil gerabahnya yang sudah dikirimkan kebeberapa

kota besar yang ada di Jawa Timur. Dusun Krajian Glanggang meliputi RT

02 sampai 13, dan RW 02, 03, dan 04. Dusun ini dikenal sebagai dusun

penghasil kripik tempe, karena jumlah pengrajin tempe di dusun ini cukup

banyak, namun terdapat pula petani dan pengrajin sepatu di dusun ini

meskipun jumlahnya tidak sebanyak pengrajin tempe.

Dusun Karang Darungan meliputi RT 14 dan 15, dan RW 08. Dusun

ini juga mencakup satu-satunya kawasan perumahan yang berada di desa

11

Page 12: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Glanggang. Kawasan perumahan merupakan RT 28 sampai 30 dan RT 07.

Dusun ini bukan merupakan penghasil kerajinan namun memiliki kesenian

kuda lumping.

Dusun Karang Tengah meliputi RT 16 sampai 27, dan RW 05, 06

dan 09. Dusun ini lebih dikenal dengan perternakan itik dan sapi yang

jumlahnya lumayan besar, namun selain itu dusun ini juga mempunyai

pengrajin tempe, konveksi dan ada juga petani. Keempat Dusun dipimpin

oleh seorang Kepala Dusun (kadus), RW dipimpin oleh seorang kepala RW,

dan RT dipimpin oleh seorang ketua RT.

Penjelasan Detail Desa Glanggang

Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Propinsi

Jawa Timur adalah sebuah desa yang memiliki potensi yang luar biasa yang

tidak dimiliki oleh desa lain. Di bagian utara Desa Glanggang berbatasan

dengan Desa Sutojayan, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan

Desa Jatirejoyoso,di sebelah Barat berbatasan dengan  Desa Karang Pandan

dan Desa Mojosari, dan dibagian timur berbatasan dengan Desa Curung

Rejo.

Desa Glanggang berada pada kurang lebih 3 kilometer dari ibukota

kecamatan terdekat (Kecamatan Pakisaji), 7 kilometer dari ibukota

kabupaten (kabupaten Malang), dan 100 kilometer dari ibukota propinsi

Jawa Timur (Surabaya).

Data demografis Desa Glanggang Jumlah penduduk Desa

Glanggang yaitu 4.702 orang, yang terdiri dari 2377 orang laki-laki dan

2325 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1301

orang (tahun 2011). Tidak ada hal yang begitu penting yang menjadi

masalah mengenai adat istiadat di Desa Raharja karena sebagian besar

masyarakat masih tetap memegang teguh prinsip selayaknya orang desa.

Adat istiadat masyarakat di Desa Raharja semakin hari semakin menjurus ke

arah modernisasi karena pengaruh dari berkembangnya teknologi.

Data geografis dan geologi Desa Glanggang

12

Page 13: TUGAS PROFIL TANAH.docx

1. Luas daerah Desa Glanggang

Luas desa Glanggang adalah 215,33 Ha dengan penggunaan lahan adalah:

Luas Pemukiman 52 Ha

Luas Persawahan 145,33 Ha

Luas Perkebunan 5 Ha

Luas Pekarangan 6 Ha

Luas Perkantoran 1 Ha

Luas prasarana umum lainnya 4 Ha

2. Iklim Desa Glanggang

Curah hujan Desa Glanggang : 2,5 mm/th

Suhu rata-rata harian Desa Glanggang : 31 C

Tinggi tempat Desa Glanggang : 250 mdl

Bentang wilayah Desa Glanggang : Dataran tinggi atau pegunungan

3. Keadaan tanah, kondisi air, dan penggunaan lahan Desa

Glanggang

Jenis tanah di desa ini (Desa Glanggang) sebagian besarnya merupakan

tanah yang berwarna hitam dengan tekstur tanah lempungan dengan tingkat

kemiringan tanah sebesar 3 derajat. Sebagian besar lahan digunakan sebagai

area tanah persawahan (seluas 145,33 Ha), adapun penggunaan lahan

lainnya digunakan sebagai area:

1) Luas Pemukiman Desa Glanggang : 52 Ha

2) Luas Pesawahan Desa Glanggang : 145,33 Ha

3) Luas Perkebunan Desa Glanggang : 5 Ha

4) Luas Kuburan Desa Glanggang : 2 Ha

5) Perkantoran Desa Glanggang : 1 Ha

6) Luas prasarana umum lainnya: 4 Ha

7) Tanah sawah

Sawah Irigasi setengah teknis : 131,33 Ha

Sawah Irigasi ½ teknis : 7 Ha

Sawah tandan hujan : 7 Ha

13

Page 14: TUGAS PROFIL TANAH.docx

8 ) Tanah kering

Tegal/Ladang : 8 Ha

Pemukiman : 52 Ha

Pekarangan : 6 Ha

Mata pencaharian Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji,

Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, Indonesia.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Glanggang,

Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur yaitu

karyawan perusahaan wiraswasta dan petani. Para petani yang bekerja di

desa Glanggang memiliki usia relatif 35 tahun keatas dengan jumlah sekitar

60% dari keseluruhan anggota.

Sementara lelaki usia 20 – 35 tahun lebih memilih bekerja di luar

desa dengan menjadi karyawan perusahaan swasta, buruh migran, dan

pengrajin industri rumah tangga. Hasil komoditas pertanian yang terdapat di

Desa Glanggang adalah padi sawah dan jagung.

Berikut merupakan data mata pencaharian pokok penduduk Desa

Glanggang :

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perdmpuan

Karyawan perusahaan swasta 479 259

Petani 201 239

Buruh migran/buruh lepas 206 120

Pengrajin industri rumah

tangga

199 151

Peternak 91 0

Pegawai Negeri Sipil 67 28

Pedagang 43 52

14

Page 15: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Pada umumnya hasil pertanian desa sudah dijual sebagai pendapatan

masyarakat, namun masih ada para petani yang memakan hasil taninya

untuk konsumsi sehari-hari mereka. Rata-rata petani yang memiliki lahan

atau ladang yang luas menjual hasil pertaniannya ke pasar melalui tengkulak

dan hinga saat ini tidak ada petani yang menjual hasil taninya langsung ke

pasar.

PADI SAWAH(Oryza sativa)

Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi

rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi

sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan

di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah

tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.

Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah

secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah

dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui

pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3

hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari.

Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua

kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu

bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas

(yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau

konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah

amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu

pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani

ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara

15

Page 16: TUGAS PROFIL TANAH.docx

terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk

hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam

di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan

kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga

dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo.

Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa

sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya :

1. Bertanam padi di sawah tadah hujan

Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang

tanah yang ditanami harus dapat:

-    Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air.

-    Mudah memperoleh dan melepaskan air.

Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting,

karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau

galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah

hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air

dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah

hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.

Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara

“basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses

penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah

terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam

penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama

hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang

besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi

sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali

terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya

rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.

16

Page 17: TUGAS PROFIL TANAH.docx

2.    Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)

Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang atau biasa

disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah

tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini

biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses

pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan

persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau

pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu

tua.

Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan

selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan bila kebanyakan air

hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu bilamana air hujan

cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah biasa. Tetapi

kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat

kecil.

3.    Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)

Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah tanah tetapi

tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih

merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan

mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di

dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan

penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma

yang tumbuh.

Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini

dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan

lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan

bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman

padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini

disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan

tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman

17

Page 18: TUGAS PROFIL TANAH.docx

padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung

ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih

dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air

yang sudah disediakan.

Keuntungan menanam padi dengan sistem Tanpa Olah Tanam

(TOT).

a.    Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda

dengan penanaman padi biasa.

b.    Menghemat biaya persiapan lahan 40% yang juga mengurangi

biaya produksi.

c.    Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah

penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.

d.    Mengurangi pemakaian air lebih dari 20%

e.    Mempermudah kemungkinan penanaman secara serempak

sehingga konsep pengendalian hama terpadu (PHT) padi sawah dapat

diterapkan dan baik.

f.    Melestarikan kesuburan tanah, mengurani pencucian unsur hara

dan jumlah sendimen terangkut.

g.    Mengurangi pencemaran perairan dan pendangkalan saluran air

atau sungai.

h.    Mengurangi emisi metan sampai 40%.

i.    Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.

j.    Memberikan keuntungan bagi petani yang berarti membantu

meningkatkan kualitas hidupnya.

18

Page 19: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Bertanam Padi

1. Air

Air diperlukan untuk pengolahan dan dalam penanaman padi di

sawah adakalanya perlu pengaturan air secara baik. Saat tertentu air

dimasukkan, tetapi saat lainnya air justru perlu ditambah. Pengaliran air

secara terus menerus dari satu petakan ke petakan lain atau penggenangan

dalam petakan sawah secara terus-menerus selain boros air juga berakibat

kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Tetapi sebaliknya itu pengairan

terlalu sedikit biasanya gulma akan tumbuh pesat dan produksi padi akan

berkurang dan pemasukan air sangat penting pada masa-masa berikut: a.   

Awal tanam

Seperti yang sudah dilakukan pada saat penanaman, air diberikan

setinggi 2-5 cm dan permukaan tanah.

b.    Pembentukan anakan (pertunasan)

Dalam masa ini air dipertahankan setinggi 3-5 cm pemberian air lebih dari 5

cm dapat menghambat pembenihan anakan (tunas)

c.    Pembentukan tunas bulir (primordia) atau tanaman padi bunling

Air sangat dibutuhkan pada pembentukan calon. Calon bulir ini air

dimasukkan setinggi 10 cm. Kekurangan air pada saat pembentukan akan

mengakibatkan pembentukan anak (tunas) karena kekurangan air dapat

menghambat pembentukan malai, pembuahan dan pembuangan yang dapat

berakibat fatal yakni bulir padi yang dihasilkan hampa.

d.    Pembungaan

Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya. Muka air dijaga setinggi

5-10 cm akibat kekurangan air juga dapat menyebabkan hampanya bulir

padi tetapi bila tanaman padi telah mengeluarkan bunga, petakan untuk

beberapa saat perlu dikeringkan agar terjadi pembungaan yang serempak.

Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk

19

Page 20: TUGAS PROFIL TANAH.docx

mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di

batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta

mengurangi serangan tikus-tikus.

2. Pengeluaran air

Ada saat-saat tanaman padi tak perlu diberikan air, untuk itu petakan sawah

dikeringkan pada waktu-waktu berikut:

a. Sebelum tanaman bunting

Gunanya untuk mencegah anakan tanaman tidak mengeluarkan bulir.

b. Awal pembungaan

Gunanya untuk membuat tanaman berbunga serempak.

c. Awal pemasakan biji

Air perlu dikeringkan saat ini untuk menyeragamkan dan mempercepat

pematangan padi. Tindakan pengeringan ini juga bermanfaat untuk

memperbaiki aerosi tanah, memacu pertumbuhan anakan merangsang

pembuangan dan mengurangi terjadinya serangan busuk akar.

3.    Pemupukan

Pada penanaman padi di sawah, dosis pemupukan pada sawah

tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan dan varietas padi yang

ditanam pada lokasi tersebut. Tetapi kendala pemupukan biasanya dialami

petani karena petani biasanya pupuk diberikan pada dosis yang tidak sesuai.

Pupuk diberikan 2 atau 3 kali selama musim tanam. Pupuk adalah bahan

yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan

unsur yang paling penting dan harus tersedia adalah unsur N.P.K. Dosis

pemupukan urea biasanya diberikan sepertiga bagian pada pemupukan

pertama dan kedua pertiga bagian pada pemupukan kedua. Pupuk TSP dab

KC biasanya diberikan sekaligus bersamaan dengan pemupukan urea

pertama.

20

Page 21: TUGAS PROFIL TANAH.docx

Sewaktu melakukan pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan

pembuangan air ditutup terlebih dahulu. Petakan sawah berada dalam

kondisi berair, pupuk disebar merata pada permukaan tahan. Hati-hati

sewaktu menyebar pupuk agar tidak mengenai daun tanaman karena dapat

mengakibatkan daun terbakar.

4.    Pengendalian hama dan penyakit

Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap serangan hama dan

penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan penyakit

yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu

antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung.

Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun,

bercak bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro,

kerdil hampa dan kerdil rumput. Dahulu petani sering melakukan tindakan

gampang untuk memberantas hama dan penyakit yaitu dengan

penyemprotan pestisida. Namun cara ini tidak dianjurkan karena pestisida

dapat mencemari air irigasi atau sumber air di sekitarnya dan banyak jensi

hama dan penyakit yang rentan atau tak mempan lagi disemprot.

Pengendalian hama dan penyakit (PHT) merupakan sistem pengelolaan

populasi hama dengan menggunakan seluruh teknik yang cocok dalam suatu

cara yang terpadu untuk mengurangi populasi hama dan penyakit serta

mempertahankannya pada tingkat di bawah jumlah yang dapat

menimbulkan kerugian.

5.    Panen

Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti.

Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah

menanam dan merawat tanaman.

a. Saat panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan

mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung

butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan

21

Page 22: TUGAS PROFIL TANAH.docx

menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim

tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada

jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila

tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap

dipanen:

-   Bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning.

-    Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau gabah

yang bertambah berat.

-    Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak

berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.

b.    Cara panen

Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan

biasanya padi dipanen dengan ani-ani atau sabit.

Ani-ani umumnya digunakan untuk memanen jenis padi yang sulit rontok

sehingga dipanen beserta tangkainya, contohnya jenis padi bulu. Namun,

alat ini tidak cocok digunakan untuk penanaman padi sawah.

Sabit digunakan untuk memanen padi yang mudah rontok, misalnya padi

coreh. Namun, karena alat ini dapat memungut hasil lebih cepat serta lebih

gampang memotong batang padi maka alat ini kini lebih banyak digunakan

untuk panen.

c. Perontokan

Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher,

atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan

secara sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke

kayu atau “kotak gebuk” dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk

menampung butir padi yang berhamburan.

22

Page 23: TUGAS PROFIL TANAH.docx

d. Pengeringan

Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah

dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit diproses

menjadi beras dengan baik.

Bulir- bulir gabah daapt dijemur dengan cara dihamparkan di atas lantai

semen yang bersih dapat pula dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca

panas, sinar matahari mampu mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.

e.    Pemisahan kulit gabah

Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras yang

dapat ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok.

Mula-mula gabah yang sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah

hampa atau kotoran yang mungkin terbawa selama perontokan atau

pengeringan, caranya dapat dengan ditampi.

Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller atau mesin, cara ini

praktis dan cepat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki huller,

pemisahan dapat dilakukan dengan penumbuhan padi menggunakan alu dan

lumpang.

6.    Sentra Produksi

Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah sentra produksinya

diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah bahan

dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama

masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak

semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi

23

Page 24: TUGAS PROFIL TANAH.docx

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi

sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan

tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi,

tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah

perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat

disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga

ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam

dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila

sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Glanggang,

Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur yaitu

karyawan perusahaan wiraswasta dan petani. Para petani yang bekerja di

desa Glanggang memiliki usia relatif 35 tahun keatas dengan jumlah sekitar

60% dari keseluruhan anggota. Sementara lelaki usia 20 – 35 tahun lebih

memilih bekerja di luar desa dengan menjadi karyawan perusahaan swasta,

buruh migran, dan pengrajin industri rumah tangga. Hasil komoditas

pertanian yang terdapat di Desa Glanggang adalah padi sawah dan jagung.

24

Page 25: TUGAS PROFIL TANAH.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. ITB, Bandung.

2. BPS. 1994. Statistik Indonesia. Jakarta : Blai Pusat Statistik.

3. BPS. 2001. Statistik Indonesia. Jakarta : Blai Pusat Statistik.

4. Hardjowigeno Sarwono dkk. 2008. Morfologi dan Klasifikasi Tanah.

5. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/.../buku/tanahsawah/

tanahsawah1 diakses 29 Mei 2010.

6. Hardjowigeno dan M. Luthfi. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia

Publishing, Malang

7. Kartasapoetra, A.G.1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.

Rineka Cipta, Jakarta.

8. Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha

Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara, Jakarta.

9. Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science, 280pp. Kyoto University

Press. Trans Pacific Press.

10. Mitsuchi, M. 1975. Permebility Series of Lowland Paddy Soil in

Japan. Jpn. Agric. Sci. B.

25