tugas riko dan bahaya
DESCRIPTION
KebencanaanTRANSCRIPT
Tugas Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana
KARAKTERISTIK DAN PENILAIAN ANCAMAN, KERENTANAN DAN KAPASITAS BENCANA
GEMPA BUMI DI YOGYAKARTA
AHMAD SANUSI : 1109200140002AINAL MARDHIAH : 1109200140034EDHITA DEVIANI : 1109200140061IVO REIVINA : 1109200140041NURUL IZZATI : 1109200140062
Dosen : Dr. Ir. Eldina Fathimah, M.Sc, M.Si
PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI MAGISTER KEBENCANAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM-BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing
lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu
wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat
dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan
bangunan dan fasilitas umum lainnya. Gempa bumi disebabkan oleh
adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfir. Semakin
besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi. Terdapat
dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa
yaitu pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba-tiba
sepanjang sesar merupakan penyebab yang sering terjadi. Setiap
bencana alam selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat,
korban jiwa dan harta benda kerap melanda masyarakat yang berada di
sekitar lokasi bencana.
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat
alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak
berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses
pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi. Pergeseran
secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai
penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia
(artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran
pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih
halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia.
Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil,
kereta api, tiupan angin pada pohon. Getaran seperti ini dikelompokan
sebagai mikroseismisitas (getaran sangat kecil). Dimana tempat biasa
terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan hasil
penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hamper 95
persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar
lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah sesar.
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 1
Gambar 1. Peta Bencana Gempa Bumi di Indonesia
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama
terjadinya gempa bumi berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam
interior bumi (gaya konveksi mantel) yang menekan kerak bumi (outer
layer) yang bersifat rapuh, sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat
dalam merespon gaya gerak dari dalam bumi tersebut maka akan
membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat gaya gerak dari
dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa
fragmen yang di sebut lempeng (plate). Gaya gerak penyebab gempa
bumi ini selanjutnya disebut gaya sumber tektonik (tectonic source).
Selain sumber tektonik yang menjadi faktor penyebab terjadinya gempa
bumi, terdapat beberapa sumber lainnya yang dikategorikan sebagai
penyebab terjadinya gempa bumi, yaitu sumber non-tektonik (non-
tectonic source) dan gempa buatan (artificial earthquake).
Gempa bumi adalah suatu keadaan ketika terjadi pelepasan energi
yang menyebabkan pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-
tiba. Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat
alamiah yang terjadi pada lokasi tertentu dan sifatnya tidak
berkelanjutan. Lapisan terluar bumi terbentuk dari batuan yang disebut
kerak bumi yang kemudian pecah menjadi potongan-potongan puzzle
yang disebut lempeng. Saat lempeng bergerak dan berdesakan
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 2
menekan bebatuan bawah tanah, akan terjadi pelepasan tekanan yang
merambatkan getaran sehingga menimbulkan gempa bumi.
Dalam studi kasus ini yang akan ditinjau adalah gempa yang terjadi
pada tanggal 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta (khususnya
daerah Bantul). Dari literatur dan data yang ada, gempa bumi yang
terjadi di Yogyakarta ini termasuk gempa tektonik yang cukup besar,
menurut BMG posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan
110,31° BT pada kedalaman 33 km yang direlease sesaat terjadi
gempa.
Gambar 2. Peta Epicentre Gempa Yogyakarta
Sekilas mengenai Bantul
Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang
Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur.
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 3
Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah
Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih
dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara
garis besar terdiri dari :
Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta
perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86
km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan
daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang
keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas
206,05 km2 (40,65%).
Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari
daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir
dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan
Srandakan, Sanden dan Kretek.
1.2. Sejarah Gempa di Pulau Jawa
Berdasarkan catatan sejarah gempa, Yogyakarta dan Jawa Tengah
mengalami gempa dahsyat bukan untuk yang pertama kali. Jadi
peristiwa yang serupa dengan gempa 27 Mei 2006 bukanlah yang
pertama di Yogya dan Jawa Tengah. Dari data historis, Yogyakarta telah
diguncang sedikitnya empat gempa yang berkekuatan 6 skala Richter,
yaitu pada tahun 1867, 1937, 1943, dan 1981 baik karena aktifitas
vulkanik maupun tektonik. Akan tetapi menurut data yang terekam,
telah terjadi beberapa kali gempa yang menggoyang Yogyakarta. Pada
tahun 1840, gempa telah merusak beberapa bangunan rumah. Pada
tahun 1852 beberapa bangunan dan rumah penduduk rusak. Pada
tahun 1863 juga terjadi gempa yang menyebabkan kerusakan
bangunan, rumah penduduk serta 1 pabrik gula. Pada tanggal 10 Juni
1867, sedikitnya 372 rumah roboh dan lima orang meninggal.
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 4
Gambar 3. Peta lokasi gempa yang merusak di jawa tengah bagian selatan sejak 1840
Gempa yang getarannya terasa hingga Surakarta, Jawa
Tengah. Kejadian ini menyebabkan keruntuhan tugu Keraton Yogyakarta
dan sejumlah bangunan Taman Sari. Kediaman Residen Belanda
(Gedung Agung) juga turut ambruk. Diberitakan bahwa pada tahun
tersebut Gunung Merapi marah. Pada tahun 1871 gempa terjadi lagi
yang menyebabkan bangunan pemerintah dan rumah penduduk retak.
Setahun kemudian, gempa menyebabkan bangunan retak-retak. Pada
tahun 1916 gempa telah merobohkan 740 rumah, dan beberapa
sekolah rusak. Lima tahun kemudian, 1923 beberapa
bangunan dirusakkan gempa. Pada tahun 1926 beberapa orang terluka
oleh gempa saat itu. Pada tanggal 23 Juli 1943 juga terjadi gempa lagi
yang mengakibatkan 213 orang meninggal, 2.096 orang luka-luka, dan
2.800 rumah hancur. Getarannya terasa dari Garut hingga Surakarta.
Pada tanggal 14 Maret 1981 terjadi lagi gempa berkekuatan 6 SR
di Selatan Yogyakarta. Gempa itu meretakkan dinding Hotel
Ambarukmo. Gempa tektonik berkekuatan 6,5 SR terjadi pada pukul
07.31 WIB dengan kedalaman 106 km pada 9 Juni 1992. Kejadian
berlangsung selama 1 menit dan getarannya terasa di daerah
Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Magelang. Pada tanggal 25 Mei 2001
telah terjadi gempa tektonik berkekuatan 6,2 SR yang mengguncang
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 5
Semarang, Kudus, Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta pukul 12.10
WIB. Beberapa bangunan di Bantul mengalami keretakan. Pada 19
Agustus 2001 gempa tektonik kembali terjadi dengan kekuatan 6,3 SR
pada pukul 13.33 WIB. Pada tanggal 19 Juli 2005 juga terjadi gempa
tektonik dengan kekuatan 5,5 SR, tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
BAB II
GEMPA BUMI BANTUL
2.1. Karakteristik Gempa Bantul
Karakteristik gempa bumi bantul dapat dianalisa berdasarkan
beberapa faktor seperti faktor pemicu, durasi kejadian, gempa susulan.
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 6
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Karakteristik Gempa Bumi di Bantul
KARATERISTIK
Triggering faktor ( faktor pemicu)
Endogenic; terjadi pergeseran batu pada patahan lempeng bumi (gempa bumi tektonik)
Spasial Occurrences Posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.
Durasi kejadian Terjadi kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa ini diikuti oleh gempa susulan yang lebih lemah. Selang dari satu getaran ke getaran berikutnya dan dapat terjadi dalam 10 menit hingga 30 menit atau beberapa jam setelahnya. Gempa susulan terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB.
Time on onset Munculnya awan gempa (karena karakteristik listrik yang dimiliki oleh patahan lempeng bumi di daerah tersebut). Muncul kurang lebih 2 minggu sebelum gempa terjadi
Frekuensi /magnitude 6,2 SR Mw atau 5,9 SR Mb
Kejadian ikutan Terjadinya likuifaksi dan kekeringan pada beberapa daerah dan terjadi kerusakan beberapa bangunan yang memiliki potensi untuk runtuh karena banyaknya retakan seperti bangunan mall saphir,mall Ambarukmo Plaza, gedung2 sekolah, candi Prambanan, makam Imogiri,candi Borobudur,
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 7
Gambar 4. Pusat Terjadinya Gempa Yogyakarta
Gambar 5. Daerah-daerah yang terkena dampak gempa secara langsung dan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 8
Gambar 6. Gempa Susulan setelah gempa pertama
Gambar 7. Daerah kerusakan yang diakibatkan Gempa Susulan
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 9
Gambar 8. Peta kerusakan akibat gempa, Mei 2006
BAB III
INDIKATOR ANCAMAN GEMPA BUMI BANTUL
Indikator penilaian ancaman gempa bumi bantul dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Indikator Ancaman Gempa Bumi, Bantul Jogyakarta 2006
NO
INDIKATOR KELAS INFORMASI NILAI BOBOT
SCORE
KET
1 Geologi (sifat fisik, kekerasan batuan)
Andesit, granit, diorite, meteamorf, breksi vulkanik, aglomerat, breksi sedimen, konglomerat
1 3
Batu pasir, tufa kasar, batu lanau, arkose, greywacke, batu gamping
2
Pasir, lanau, batu 3 9
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 10
lumpur, napal, tufa halus, serpih
Lempung, lumpur, lempung organic, gambut
4
2 Guncangan Gempa
VII-VIII 4 5
VI-VII 3 15
V-VI 2
IV-V 1
3 Struktur patahan Pada zona sesar (<1000 m dari zona sesar)
3 4 12
Dekat dengan zona sesar (1500 -2000 m dari zona sesar)
2
Jauh dari Zona Sesar 1
Pemilihan indikator-indikator di atas di dasarkan oleh :
1. Indikator Geologi → Indikator ini dipilih karena Daerah Bantul
memiliki struktur tanah dan batuan yang cenderung berpasir yang
bersifat lepas, menyebabkan bangunan yang ada di atasnya akan
lebih rentan terhadap goncangan gempa (karena adanya
pengalihan fungsi lahan tanah dari persawahan menjadi
permukiman).
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 11
Gambar 9. Peta Geologi Daerah Yogyakarta dan Sekitarnya
Gambar 10. Peta Tingkat Kerentanan Tanah Dan Batuan di Daerah
Bantul
2. Guncangan Gempa → Indikator ini dipilih karena daerah Bantul
memiliki keadaan topografi dan geologi yang rentan terhadap
guncangan gempa (intensitas gempa yang sering terjadi)
Gambar 11. Goyangan (MMI) dan jarak dari pusat gempa (USGS)
3. Struktur Patahan → Indikator ini dipilih karena daerah ini dilalui
oleh patahan sesar (patahan sesar menyebabkan terjadinya
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 12
pergeseran yang menghasilkan gempa). sensitif untuk turut
bergetar ketika gelombang gempa melalui zona patahan tersebut.
Gambar 12. Peta Struktur Patahan daerah Yogyakarta
Dalam proses pembuatan peta ancaman gempa bumi, maka
diperlukan data pendukung dasar yaitu data geologi daerah yang
kemudian dijadikan peta geologi, peta gunncangan gempa dan peta
struktur patahan dan selanjutnya dari beberapa peta ini dioverlay untuk
mendapatkan peta ancaman gempa bumi.
Gambar 13. Skema kerja pembuatan peta ancaman gempa
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana
Overlay
Peta Struktur PatahanPeta Guncangan Gempa
Peta Geologi
Peta Ancaman Gempa
13
BAB IV
INDIKATOR KAPASITAS GEMPA BUMI BANTUL
Faktor kapasitas menggambarkan kemampuan suatu wilayah
untuk mengatasi suatu pengaruh/dampak yang diakibatkan oleh bahaya
gempa bumi. Faktor kapasitas yang berpengaruh terhadap tingkat risiko
bencana gempa bumi ini memiliki 3 (tiga) sub faktor yaitu sumberdaya
alami, dengan indikator keleluasaan pemanfaatan ruang dan vegetasi
pelindung. Sumberdaya buatan dengan indicator rasio jumlah
pelayanan kesehatan terhadap jumlah penduduk dan rasio jumlah
fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk. Serta Mobilitas dengan
indikator rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk dan rasio
sarana angkutan terhadap jumlah penduduk.
Kapasitas suatu wilayah dan penduduk dalam menghadapi gempa
bumi perlu ditingkatkan, hal ini untuk mengurangi kerentanan dan risiko
yang akan terjadi saat bencana gempa terjadi. Peningkatan kapasisitas
dapat berupa pelaksanaan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat,
memberikan pengetahuan tentang gempa bumi dan cara
menghadapinya saat bencana terjadi. Kapasitas dapat juga ditingkatkan
dengan mendirikan bangunan fisik yang kokoh dan sesuai dengan
building code yang telah ditetapkan. Untuk menghasilkan peta
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 14
kapasitas pada gempa bumi, maka diperlukan peta sumber daya alami,
peta sumber daya buatan dan peta mobilitas yang kemudian di overlay
untuk menghasilkan peta kapasitas bencana gempa bumi.
Gambar 15. Skema kerja pembuatan peta kapasitas pada gempa bumi
BAB V
INDIKATOR KERENTANAN GEMPA BUMI BANTUL
Penilaian kerentanan Gempa Bumi di Bantul dipengaruhi oleh
empat indikator, yaitu indikator sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan
yang meningkatkan kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak
ancaman bencana. Untuk melakukan penilaian terhadap indikator-
indikator terpilih, kita menggunakan metode penilaian AHP.
Gambar 16. Skema kerja pembuatan peta kerentanan gempa bumi
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana
Overlay
Peta MobilitasPeta Sumber Daya Buatan
Peta Sumber Daya Alami
Peta Kapasitas Gempa
Peta Kerentanan Gempa Bumi
Peta Kerentanan Sosial
Peta Kerentanan Fisik
Peta Kerentanan Lingkungan
Overlay
Peta Kerentanan Ekonomi
15
BAB VI
ANALISIS TINGKAT RISIKO GEMPA BUMI BANTUL
Analisis tingkat risiko bencana gempa bumi di bantul merupakan
analisis yang mengkombinasikan antara faktor bahaya, kerentanan dan
kapasitas melalui overlay basis data ketiga sub factor tersebut, yang
mana prosesnya dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 17. Skema kerja pembuatan peta risiko pada gempa bumi
Hasil akhir Proses Penentuan Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi
dibantul seperti terlihat diatas sehingga menghasilkan peta resiko
bencana gempa bumi di bantul.
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana
Overlay
Peta Tingkat Kapasitas Gempa Bumi
PetaTingkat Kerentanan
Gempa Bumi
Peta Tingkat BahayaGempa Bumi
Peta Tingkat RisikoGempa Bumi
16
DAFTAR PUSTAKA
Erwin T. Hasyim, st , Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Serta arahan tindakan mitigasi bencana Di wilayah pesisir kabupaten sukabumi
htt p:// htt p:// www.pirba.ristek.go.id/ det.php?i d=4
htt p:// www.fi sikanet.l ipi .go.id/ utama.cgi?arti kel &1030986000 &34
htt p:// htt p:// 72.14.235.104/search?q=ca che:B5 Ug CE2vrygJ:jurnalsipi l
ukm.tripod.com/v2n2_2t heo_ari.pdf+ketebalan +inner+cor e &hl =id &ct =cl nk &c d=1 &gl=id
www.appl i e dg e ology.itb . a c .id / s ta t ic/lab / hg/modu l 1.pdf
http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/eqinthenews/2006/usneb6/
http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta-178k
http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta#Asal_Usul_.28Origins.29_2
Tugas Mata Kuliah : Penilaian Bahaya, Kerentanan dan Evaluasi Risiko Bencana 17