tugas semester ii
DESCRIPTION
kelompok 3 VinaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari sekian banyak jurang perbedaan yang ada di antara Negara
berkembang dan Negara maju, salah satu perbedaan terbesar adalah risiko yang
dihadapi ibu saat hamil dan melahirkan. Setiap tahun terdapat lebih dari 150 juta
ibu hamil di Negara berkembang, sekitar 500.000 di antaranya akan meninggal
akibat penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, dan 50 juta lainnya akan
menderita karena kehamilannya mengalami komplikasi. (Widyastuti, 2003)
Menurut WHO (World Health Organization) kematian maternal ialah kematian
seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan
oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan
untuk mengakhiri kehamilan. Sebab – sebab kematian ini yang langsung di
sebabkan oleh komplikasi – komplikasi kehamilan. Angka kematian yang tinggi
setengah abad yang lalu umumnya mempunyai sebab pokok yaitu masih
kurangnya pengetahuan mengenai sebab – musabab dan penanggulangan
komplikasi – komplikasi penting dalam kehamilan. (Saifuddin,2010). Menurut
WHO (World Health Organization) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
adalah 500.000 jiwa pertahun, kematian ibu tersebut terjadi di Negara
berkembang sebesar 99%. (Manuaba, 2010)
Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan yang signifikan dari
tahun ke tahun. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, karena Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Target Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian
Ibu (AKI) pada Tahun 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, dalam
1
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang
diramalkan sulit dicapai. (www.kesehatanibu.depkes.go.id)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Gorontalo Tahun 2009 masih
tingginya Angka Kematian Ibu di Gorontalao, ditunjukkan dengan Angka
Kematian Ibu mencapai 708 dari 553.000 kelahiran hidup. Penyebab utama
kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan,
partus macet, komplikasi aborsi tidak aman, eklampsia. Risiko kematian ibu
dapat ditambah dengan adanya anemia, defisiensi energi kronis, status
sosioekonomi keluarga, pendidikan, budaya, akses terhadap fasilitas kesehatan
serta transportasi. (Saifuddin, 2010)
Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu
menurunkan AKI, deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Di Puskesmas Cipelang Kota
Sukabumi angka kematian ibu hamil sebanyak 19 orang, banyak faktor yang
melatar belakangi terjadinya hal tersebut. Diantaranya faktor ketidaktahuan ibu
hamil dalam mengenal tanda bahaya kehamilan. (Blog Keperawatan, 2010)
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Limba, dari 30 ibu hamil (20%)
yang mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan, (20%) cukup mengetahui
tentang tanda bahaya kehamilan dan (60%) kurang mengetahui tentang tanda
bahaya kehamilan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu hamil
mengenai tanda bahaya pada kehamilan masih kurang, walaupun ibu hamil sudah
mendapatkan buku KIA yang salah satu halamannya berisi pengetahuan tentang
tanda bahaya pada kehamilan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan
Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Di Puskesmas Limba Kota Gorontalo
Tahun 2013“.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka penulis
menemukan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Limba
Kota Gorontalo ?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristrik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan di Puskesmas Limba Kota Gorontalo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Limba Kota Gorontalo.
b. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan di Puskesmas Limba Kota Gorontalo.
c. Mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan di Puskesmas Limba Kota Gorontalo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan masukan dan evaluasi bagi pihak
yang terkait untuk meningkatkan kesehatan ibu menjadi lebih baik lagi dan untuk
membantu program KIA dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI).
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai upaya memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu
pengetahuan.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang tanda bahaya
kehamilan.
c. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya, dokumentasi dan sebagai
tambahan pustaka.
3
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah kesehatan ibu hamil
dan Ilmu Kebidanan tentang Askeb I Kehamilan yang di fokuskan pada
pengetahuan ibu hamil tentang tanda – tanda bahaya kehamilan karena tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang tanda – tanda bahaya kehamilan masih kurang dan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristrik ibu hamil dengan
pengetahuan tentang tanda – tanda bahaya kehamilan. Ruang lingkup lokasi
penelitian di Puskesmas Limba Kota Gorontalo, penelitian ini menggunakan
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel
yaitu menggunakan simple random sampling, sampel yang di teliti yaitu ibu
hamil. Adapun teknik pengambilan data di lakukan melalui pengisian kuesioner
secara mandiri, waktu penelitian yaitu pada bulan November – Desember 2013.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Definisi
Kehamilan yaitu masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi kedalam tiga triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
(Prawirohardjo, 2006)
2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri
dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)
3. Diagnosa Kehamilan
Menurut (Manuaba, 2010), lama kehamilan berlangsung sampai persalinan
aterm adalah sekitar 280 hari sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga
triwulan, yaitu triwulan pertama (0-12 minggu), triwulan kedua (13-28 minggu),
dan triwulan ketiga (29-42 minggu). Untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala
kehamilan :
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
2) Mual dan muntah (emesis)
3) Ngidam (wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu)
4) Sinkope atau pingsan
5) Payudara tegang
5
6) Sering miksi
7) Konstipasi atau obstipasi
8) Pigmentasi kulit
9) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan
2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda
Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan
positif palsu.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin
3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat Doppler.
4. Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan
1) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah
minggu ke 36).
(Prawirohardjo, 2006)
B. TANDA – TANDA BAHAYA
1. Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode
antenatal,yang apabila tidak di laporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
6
2. Macam – macam tanda bahaya kehamilan
Ada 6 tanda bahaya kehamilan menurut (Prawirohardjo, 2006) :
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala lebih dari biasa
c. Gangguan penglihatan
d. Pembengkakan pada wajah/tangan
e. Nyeri abdomen
f. Janin tidak bergerak seperti biasanya
Menurut (Kusmiyati, 2008) tanda bahaya kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu tanda
bahaya kehamilan muda dan tanda bahaya kehamilan lanjut.
A. Tanda bahaya kehamilan muda
1. Perdarahan pervaginam masa hamil muda
Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh :
a. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
Jenis abortus terdiri dari :
1) Abortus imminens
Abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus insipiens di diagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks.
3) Abortus incomplitus
7
Di diagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta), perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu.
4) Abortus komplitus
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap, perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan
berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh.
5) Abortus tertunda
Pada anamnesis terdapat buah dada mengecil, tanpa nyeri, perdarahan bisa
ada/tidak. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi hilangnya tanda kehamilan, tidak
ada bunyi jantung, berat badan menurun, fundus uteri lebih kecil dari umur
kehamilan.
6) Abortus habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut, etiologi abortus
ini adalah kelainan genetik, kelainan hormonal dan kelainan anatomis.
7) Abortus febrilis
Abortus yang disertai rasa nyeri/febris, pada anamnesa terdapat panas, perdarahan
dari jalan lahir berbau. Pada pemeriksaan dalam ostium uteri umumnya terbuka
dan teraba sisa jaringan, rahim maupun adneksa nyeri pada perabaan, fluksus
berbau.
b. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, misalnya dalam
tuba, ovarium, rongga perut, serviks. Kehamilan ektopik dikatakan terganggu
apabila berakhir dengan abortus atau ruptur tuba, kebanyakan kehamilan ektopik
terjadi didalam tuba.
c. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis
disertai dengan degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat
dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya
terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur korialis yang seluruhnya atau
8
sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti
anggur.
2. Hipertensi gravidarum
a. Hipertensi kronik
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu
pasca salin.
b. Superimposed preeklampsi
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan.
3. Nyeri perut pada kehamilan muda
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang, hal ini mungkin gejala utama
pada kehamilan ektopik atau abortus.
B. Tanda bahaya kehamilan lanjut
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan
lanjut adalah :
1. Perdarahan pervaginam
a. Batasan
Perdarahan antepartum / perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan
lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang – kadang
tapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
b. Jenis-jenis perdarahan antepartum
1) Plasenta previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian / seluruh
ostium uteri internum. (Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri).
2) Solutio plasenta (Abruptio Plasenta)
9
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, secara normal plasenta terlepas
setelah anak lahir.
3) Gangguan pembekuan darah
Koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan yang hebat.
Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan hebat, atau tanpa komplikasi
trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh
pemeriksaan laboratorium.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, kadang – kadang
dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya
menjadi kabur atau berbayang.
3. Penglihatan kabur
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah
perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang.
Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin
menandakan preeklamsia.
4. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain, Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklamsia.
5. Keluaran cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3, ketuban dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu)
maupun pada kehamilan aterm, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala
I atau awal kala.
6. Gerakan janin tidak terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Gerakan bayi akan
10
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik.
7. Berat badan turun atau tidak bertambah
C. PENYULIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN
Menurut Manuaba (2010), penyulit yang menyertai kehamilan yaitu :
1. Hiperemesis Gravidarum
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah, hal tersebut dapat
menimbulkan kekhawatiran wanita hamil.
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, tetapi
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Faktor adaptasi dan hormonal
b. Faktor psikologis
c. Faktor alergi
Gejala hiperemesis gravidarum berdasarkan tingkatannya :
1) Hiperemesis gravidarum tingkat pertama yaitu muntah berlangsung terus,
nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kulit dehidrasi, nyeri di daerah
epigastrium dan lain-lain.
2) Hiperemesis gravidarum tingkat kedua yaitu penderita tampak lebih lemah,
gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, lidah kering dan kotor.
3) Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga yaitu muntah berkurang, keadaan
wanita hamil makin menurun : tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu
naik, keadaan dehidrasi makin jelas.
2. Anemia Pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahtraan
sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Kadar Hb 9-10 g% disebut anemia ringan, kadar Hb 7-8 g
% disebut anemia sedang, kadar Hb < 7 g% disebut anemia berat. Bahaya anemia
11
selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan pre-maturitas, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (Hb < 6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
3. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Tipe pre-eklamsia yaitu :
a. Pre-eklamsia ringan
b. Tanda dan gejala pre-eklamsia ringan yaitu tekanan darah sistolik 140 atau
kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. Tekanan darah diastolik
90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih dalam seminggu, proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat
kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
c. Pre-eklamsia berat
Tanda dan gejala tekanan darah pre-eklamsia berat yaitu tekanan darah 160/110
mmHg, oligouria, urine <400 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3 g/liter, nyeri
epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis.
4. Eklamsia
Kelanjutan pre-eklamsia berat menjadi eklamsia dengan tambahan gejala kejang
dan atau koma. Menjelang kejang-kejang dapat di dahului gejala subjektif yaitu
nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur dan
terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukan hiper-refleksia atau
mudah terangsang, selama kejang-kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 400 C,
frekuensi nadi bertambah cepat dan tekanan darah meningkat, kejang dapat
menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
D.PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang
melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah
diperoleh sebelumnya. Menurut Gulo, (2005) Pengetahuan merupakan aspek
12
kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu
dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.
2. Penggolongan Pengetahuan
Bloom mengelompokan pengetahuan kedalam Cognitive Domain
(Ranah Kognitif), pada ranah kognitif pengetahuan ditempatkan sebagai urutan
pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan
tingkatan – tingkatan ranah kognitif berikutnya seperti pada:
a. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
b. Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa
atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
d. Memadukan (synthesis)
Yaitu menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi
menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru.
e. Penilaian (evaluation)
Yaitu mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah,
baik-buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
baik kualitatif maupun kuantitatif.
13
3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan yaitu proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijakan. Sehingga pendidikan dan pengetahuan saling
berkaitan, wanita yang berpendidikan akan membuat keputusan yang benar dalam
memperhatikan kesehatan anak-anaknya serta kesehatan dirinya sendiri.
(http//.Papua.web)
b. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak
yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup
diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001). Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, paritas yaitu keadaan wanita yang berkaitan dengan
jumlah anak yang dilahirkan.
Semakin banyak paritas semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuannya
sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik dan suatu pengalaman masa
lalu mempengaruhi belajar. Ibu dengan paritas tinggi lebih sering kontak dengan
petugas kesehatan dan lebih banyak informasi kesehatan yang di dapat sehingga
pengetahuan ibupun makin bertambah. (http//www.Marxist.)
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal, risiko pada
14
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
(Wiknjosastro, 2005)
c. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur sangat berpengaruh terhadap
kehamilan karena diharapkan organ reproduksi sudah siap dan matang dalam
menghadapi kehamilan. (Notoatmodjo,2002)
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20 – 30 tahun, kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun. (Wiknjosastro, 2005)
Usia <20 tahun dianggap masih berbahaya untuk hamil dan melahirkan karena
organ – organ reproduksinya masih muda dan belum kuat sekali secara fisik,
mental dan psikologis dianggap masih belum cukup dan dewasa untuk
mengahadapi kehamilan dan persalinan. Dalam pengambilan keputusan masih
tergantung karena pada umur terebut merupakan usia remaja, suatu usia yang
kurang tepat dalam pengambilan keputusan karena kurang dalam pengalaman
termasuk pengalaman hamil. Kesiapan fisik wanita untuk hamil di tentukan oleh 3
hal yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental dan kesiapan sosial ekonomi. Secara
fisik di katakan siap hamil apabila telah menyelesaikan pertumbuhan terutama
organ reproduksi. Kematangan ini baru dapat dicapai pada usia sekitar 20 tahun.
Umur > 30 tahun dianggap sudah bahaya, sebab secara fisik sudah mulai menurun
apalagi kalau jumlah kelahiran sebelumnya sudah cukup banyak. Umur > 35
tahun dianggap berbahaya untuk hamil dan melahirkan karena alat reproduksi
maupun fisik ibu sudah jauh menurun. Umur ibu hamil dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan karena semakin tua umur
ibu maka pengalaman yang ibu dapat makin banyak sehingga pengetahuannya
pun bertambah. (Wiknjosastro, 2002)
15
d. Pekerjaan
Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat
akan keterampilan dan pengetahuanlah yang diperlukan, maka orang yang bekerja
akan memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi.
e. Pengalaman
Menurut teori Detrminan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang
terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan – kepercayaan, dan
penilaian - penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
orang lain. (Notoatmodjo,2003)
f. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo, 2007)
g. Sosial budaya
Sosial termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis
dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam penerapan nilai-nilai
keagamaan untuk memperkuat super egonya. (Notoatmodjo, 2003)
h. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu yang
berasal dari kelurga yang berstatus sosial ekonominya baik dimungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka
yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. (Notoatmodjo, 2003)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode analitik. Rancangan survey
pendekatan dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu variabel
independen dan variabel dependen di ukur pada saat yang sama.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan ANC di Puskesmas Limba Kota Gorontalo pada bulan Desember
Tahun 2013 sebanyak 212 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto,
2010). Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun
kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi :
1. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Limba Kota
Gorontalo pada bulan Desember.
2. Ibu hamil yang memahami bahasa Indonesia.
3. Ibu hamil yang sehat.
4. Ibu hamil yang tidak buta huruf.
Kriteria eksklusi :
1. Ibu hamil yang mengisi kuesioner tidak lengkap
2. Ibu hamil yang menolak untuk mengisi kuesioner
Untuk menentukan besar sampel, digunakan rumus menurut (Rahmat, 2005)
sebagai berikut :
17
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan
Dengan rumus di atas maka sampel yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah dengan mengasumsi tingkat kepercayaan 10%.
Jadi pada penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran sampel sebanyak 68
orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan ANC ( Antenatal Care ) di Puskesmas Limba Gorontalo pada bulan
Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas
(variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen), variabel bebas
pada penelitian ini adalah Karakteristik ibu hamil sedangkan yang menjadi
variabel terikatnya adalah pengetahuan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen didefinisikan sebagai alat pengumpulan data yang telah baik
atau memiliki standar validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner terdiri dari 30 soal
untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada
kehamilan.
18
1. Uji Validitas Pengetahuan
Apabila bentuk item adalah dichotomous (correct/incorrect, true/false). Rumus
untuk korelasi point-biserial pada item ke-i adalah:
dimana : Rata-rata pada test untuk semua orang
Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang
menjawab benar pada item ke-i
p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i.
1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i.
Standar deviasi pada test untuk semua orang
(Arikunto,2010)
Dari hasil uji validitas kuesioner penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Ibrahim Adji Kota Bandung kepada 20 orang Ibu Hamil dengan jumlah
pertanyaan 30 item, memiliki nilai korelasi diatas 0.444, artinya 30 item
pertanyaan dinyatakan valid ( layak digunakan untuk penelitian ).
2. Uji Reliabilitas
Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan
menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20), metode ini
merupakan koefisien reliabilitas yang dapat menggambarkan variasi dari item-
item untuk jawaban benar/salah yang diberi skor 1 atau 0. Koefisien Reliabilitas
Kuder-Richardson (KR-20) dapat dihitung dengan menggunakan rumus.
dimana : n = jumlah item
St2 = Varians total
p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i.
1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i = q
(Sugiono,2007)
19
Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai korelasi sebesar 0.931.
Hal ini menunjukan korelasi yang erat ( reliabel ), artinya jawaban responden
terhadap item pertanyaan konsisten.
E. Prosedur Pengambilan Data
Sampel dikumpulkan pada satu waktu yang kemudian diberi informed
consent untuk persetujuan untuk bersedia menjadi responden, setelah itu peneliti
menyebarkan kuesioner pada ibu hamil. Responden diberi penjelasan tentang
tujuan penelitian yang dilakukan, dan kemudian responden diminta untuk mengisi
lembaran kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner yang digunakan berbentuk
pernyataan, responden tinggal memilih jawaban benar atau salah. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner langsung. kuesioner yang diberikan langsung kepada
orang yang diminta informasinya tentang dirinya sendiri. Lembaran kuesioner
yang telah di isi responden kemudian dikumpulkan dan selanjutnya diolah.
F. Pengolahan Data
Data yang terkumpul belum merupakan hasil yang tepat, karena belum
dapat di baca dan hasil merupakan data yang mentah. Oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang diinginkan diperlukan pengolahan dan analisis. Langkah
yang dilakukan dalam pengolahan dan penganalisaan data sebagai berikut:
1. Editing data
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan kuesioner apakah masih ada yang
kurang lengkap atau jawaban yang kurang konsisten.
2. Coding data
Yaitu mengubah jawaban yang berbentuk huruf kedalam bentuk angka sehingga
memudahkan mengentry data.
3. Tabulating data
Yaitu pengorganisasian data agar dapat dengan mudah dijumlahkan, disusun dan
ditata untuk disajikan serta dianalisis.
4. Entry data
20
Yaitu memasukkan data kedalam komputer untuk diolah dengan menggunakan
software khusus.
G. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari
masing-masing variabel yang diamati. Rumus yang digunakan menurut
(Notoatmodjo, 2005) yaitu :
`
Keterangan : P : Persentase
f : Frekuensi dari masing-masing variabel yang diamati
n : Jumlah seluruh observasi
2. Analisa Bivariat
Dalam penelitian ini dilakukan analisis statistic dengan uji Chi-square
yaitu :
Keterangan : 0 = Nilai Observasi
E = Nilai Ekspektasi
X = Statistik chi-square
(Sutanto,2008)
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba Kota Gorontalo dengan
waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013.
21
I. Etika Penelitian
1. Peneliti terlebih dahulu meminta ijin dan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, Dinas Kesehatan Kota Bandung,
Puskesmas Garuda yang digunakan sebagai tempat penelitian.
2. Peneliti akan sangat menghargai dan menghormati subjek yang diteliti
3. Peneliti memegang kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan
informasi yang diberikan. Nama-nama subjek tidak akan disebutkan dalam
laporan penelitian
4. Membuat Informed consent untuk persetujuan menjadi responden.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
B. Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan
ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu
yang dini tidak selalu jelas.
C. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas
saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan
23
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke
uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
D. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.
E. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
24
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-
gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
F. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat (5,6,8):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak
ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c) Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b) USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
25
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di
luar uterus.
G.Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu
telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan
indikasi operasi.
Infeksi
Sterilitas
Pecahnya tuba falopii
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
26
I. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971)
melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591
kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan
Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik
kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun
angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi
cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
J. Diagnosa Banding
Diagnosa bandingnya adalah :
Infeksi pelvic
Kista folikel
Abortus biasa
Radang panggul,
Torsi kita ovarium,
Endometriosis
27
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan
penanganan ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu. Saran merupakan
alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang berupa
kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis, operasional yang
artinya saran itu dapat dilaksanakan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Sarifuddin basuki, 2010 , Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Buku kedokteran
EGC;
Jakarta.
EM Synoms , 2008, Ultrasonography in obstetric and gynecology , Buku
kedokteran EGC
; Jakarta.
Aspillagra MO ,2007 , Endocrinologic events in early pregnancy failure, Buku
kedokteran
Jakarta; EGC ,Jakarta.
29