tugas terstruktur imunologi
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem imun adaptif (disebut juga sistem imun spesifik/acquired) adalah
sistem imun yang didapat oleh tubuh,sistem imun ini mempunyai kemampuan
untuk mengenal benda asing bagi dirinya.sistem imun ini terdiri dari sistem imun
humoral dan selular.pada sistem humoral,sel B melepaskan antibodi untuk
menyingkirkan mikroba ekstraseluler.pada imunitas seluler,sel T mengaktifkan
makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel T
citotoxic sebagai efektor menghancurkan sel yang terinfeksi (Baratawidjaja dan
Rengganis,2010;hal 39-40)
Proses pengikatan T-sel antigen reseptor (TCR) pada fragmen peptida
antigen yang disajikan oleh Major Histokompatibility Complex (pMHC) yang
terdapat pada Antigen-presenting cell (APC) adalah proses sentral dalam proses
bangkitnya respon imun adaptif (Choudhuri et al,2005) sehingga berhasilnya
mekanisme aktifasi sistem imunitas adaptif dapat ditinjau dari berhasilnya proses
pengikatan pMHC-antigen-TCR ini (compleks trimolekuler).
TCR merupakan kompleks glikoprotein yang terdiri atas rantai α, β at6au
γ, δ. Sebagian besar TCR matur merupakan dimer α, β sedangkan dimer γ, δ
merupakan TCR limfosit T awal (early). Hanya 0,5-10% sel T matur perifer
mempunyai TCR, yaitu limfosit T yang tidak memperlihatkan petanda permukaan
CD4 dan CD8 yang dinamakan sel limfosit T negatif ganda (double negative =
DN). Sel DN matur ini dapat mengenal aloantigen kelas I, mungkin juga
aloantigen kelas II, dengan mekanisme yang belum jelas. Masih belum jelas pula
apakah sel DN matur juga dapat mengenal antigen asing. Gen yang mengkode
TCR terletak pada kromosom 14 (α,γ) dan kromosom 7 (β,δ). Gen ini merupakan
anggota dari superfamili gen imunoglobulin, karena itu molekul TCR mempunyai
struktur dasar yang sama dengan struktur dasar imunoglobulin. Segmen gen ini
ada yang akan membentuk daerah variabel M dari TCR, daerah diversitas (D),
daerah joining (J), dan daerah konstan (C). Karena segmen gen ini terletak
terpisah, maka perlu diadakan penataan kembali gen VDJC atau VJC agar dapat
1

ditranskripsi dan menghasilkan produk berupa TCR. Penataan kembali segmen
DNA ini akan memungkinkan keragaman (diversity) spesifisitas TCR yang luas.
Setiap limfosit T hanya mengekspresikan satu produk kombinasi VDJC atau VJC,
yang membedakan klon yang satu dari klon lainnya (Abbas et al,2004).
Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complex
atau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata.
Molekul MHC terdiri dari 3 klas yaitu: MHC-I, MHC-II dan MHC-III. Setiap klas
mempunyai peranan berbeda dalam regulasi imun. MHC-I secara umum
mengolah antigen dari dalam seperti protein virus dan kanker. MHC-II mengolah
antigen eksogen misal bakteri. MHC-III masih belum dieksplorasi dan sedikit
berhubungan dengan sistem imun. MHC akan berikatan dengan potongan antigen
dan akan berada di permukaan sel APC, sehingga bisa dikenali oleh limfosit.
Bakteri (antigen eksogen) akan ditelan oleh makrofag (suatu APC) lalu dipecah-
pecah menjadi fragmen-fragmen antigen. Setelah itu fragmen berikatan dengan
MHC-II dan disajikan di permukaan APC. Komoleks MHC-II dan fragmen
antigen ini akan dikenali oleh sel Th dan membentuk ikatan trimolekuler yaitu
fragmen antigen, molekul MHC-II, dan reseptor sel T (TcR). Ada juga CD4
menempel, yang merupakan marker dari sel Th. Perannya adalah meningkatkan
ikatan kompleks trimolekuler (Garcia,2009).
B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Mengetahui apa saja komponen sistem imun utama dalam mekanisme
aktivasi sistem imun adaptif.
2. Mengetahui jalur dan proses presentasi fragmen peptida antigen oleh
APC (antigen Presenting cell).
3. Mengetahui TCR(T-cell reseptor) secara detail dan proses singnaling
pada aktivasi sel limfosit-T
4. Mengetahui penyakit terkait aktivasi sistem imun adaptif dan
pengobatanya
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sel limfosit merupakan sel yang berperan utama dalam sistem imun
spesifik,sel T pada imunitas seluler dan sel B pada imunitas humoral.sel T CD4+
berinteraksi dengan sel B dan merangsang proliferasi dan diferensiasi sel B.pada
imunitas seluler sel T CD4+ mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan
mikroba atau CD8+ untuk membunuh mikroba intraseluler yang menginfeksi
sel.sel B dan T yang matang mengekspresikan reseptor (BCR dan TCR) pada
permukaan sel yang berperan dalam diversitas,spesifisitas dan memori. Sel B
menggunakan antibodi sebagai reseptor sel yang dapat mengenal antigen
bebas,sedangkan TCR hanya mengenal antigen yang diikat oleh molekul
MHC .ada 2 jenis MHC yaitu MHC-I yang diekspresikan oleh hampir semua sel
bernukleus dan MHC-II yang diekspresikan APC (Baratawidjaja dan
Rengganis,2010;hal 95).
T sel menginisiasi respon imun adaptif dengan berinteraksi melalui TcR
(T-Cell reseptor) yang mereka miliki,dengan kompleks MHC/peptida pada
antigen-presenting cell (sel penyaji antigen) yang telah terpapar oleh
antigen.kelompok vertebrata telah mengembangkan suatu mekanisme pengenalan
antigen untuk membangkitkan /mengaktivasi sel T dan sel B melalui spesifisitas
reseptor yang tepat.setiap sel T yang bersirkulasi didalam tubuh megekspresikan
jenis T sel reseptor yang berbeda-beda.berbagai sel dengan bermacam-macam
reseptor ini dimasak dalam Thymus dan organ yang membutuhkan untuk tujuan
perkembangan T sel tersebut.sel dari sumsum tulang yang belum matur dan belum
3

mempunyai reseptor antigen memasuki timus untuk pemasakan dan keluar dari
organ timus sebagai T-sel matur yang telah mempunyai spesifisitas pada
reseptornya untuk mengenali molekul MHC yang disajikan oleh APC
(Kuby,2007;chapter 9;3).
Aktivasi sel B oleh antigen protein larut memerlukan bantuan sel
Th.tanpa adanya interaksi dengan TCR dan sitokin,ikatan antigen dengan mIg
pada sel b sendiri tidak akan menginduksi proliferasi dan diferensiasi.pada waktu
yang sama sebagian sel B akan kembali ke dalam fase istirahat,sebagian sel
menjadi matang,menjadi sel B memori yang dapat memberikan respon imun
dengan lebih cepat pada pejanan ulang dengan antigen yang sama.ikatan antigen
juga mengawali signal memalui BCR yang menginduksi sel B meningkatkan
ekspresi jumlah molekul membran seperti MHC-II dan ligan costimulator
B.peningkatan ekspresi kedua protein membran tersebut meningkatkan
kemampuan sel B berfungsi sebagai APC dalam aktivasi sel Th.sel B yang
diaktifkan mulai mengekspresikan reseptor membran untuk berbagai sitokin
seperti IL-2,IL-4,IL-5.sitokin-sitokin tersebut berikatan dengan reseptornya pada
sel B dan memacu proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma dan
memori,pengalihan kelas dan pematangan afinitas (Baratawidjaja dan
Rengganis,2010;106-108).
T sel mengikat kompleks antigen yang tersusun atas peptida pada
membran sel yang telah terdapat molekul MHC.saat reseptor sel T melakukan
kontak dengan kompleks MHC-peptida antigen pada permukaan sel
penyaji(APC),kedua membran sel tersebut saling berdekatan.penyambungan ini
merupakan suatu proses aktivasi sel T Helper yang akhirnya juga merupakan
proses aktivasi sel B (kuby,2007;chapter 3;59).Komponen sistem imun utama
dalam aktivasi sistem imun adaptiv adalah adanya APC (antigen presenting
cell),molekul MHC penyaji antigen dan TCR sebagai reseptor pada aktivasi sel-T.
A. APC (Antigen Presenting cell) / Sel Penyaji Antigen
Antigen-presenting Cel (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang
menampilkan antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC)
pada permukaannya. T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel
4

reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen dan menyajikan untuk T-
sel(Kuby,2007)
Fungsi utama sel sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell) terdapat
pada sifat fagositik yang mengikat antigen yang terlepas dari mekanisme
pertahanan awal dan menampilkan fragmen protein dari antigen tersebut pada
kompleks MHC bagi sel T dan sel B.Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan
ditelan ke dalam sitosol dan dipotong menjadi peptida untuk kemudian
diekspresikan menuju ke permukaan sel sebagai antigen MHC.beberapa jenis
APC adalah : Interdigitating dendritic cells,Sel Langerhans dan Veiled cells yang
berlokasi di Parakorteks,KGB,Kulit dan Saluran limfe ; Folliculardendritic cells
yang berlokasi di Folikel KGB ; Makrofag di Medula KGBHati (sel Kupffer)Otak
(astrosit) ; Sel B (khususnya bila teraktivasi) di Jaringan limfoid (Chapel,2006)
Sel APC tidak hanya mempresentasikan peptida antigen kepada sel T,
tetapi juga berfungsi sebagai ”sinyal kedua” untuk aktivasi sel T. Antigen
merupakan sinyal pertama, sedangkan sinyal kedua adalah mikroba atau APC
yang berespons terhadap mikroba. Peran penting dari sinyal kedua ini adalah
untuk menjaga agar respons imun spesifik hanya timbul terhadap mikroba dan
tidak terhadap bahan-bahan non infeksius yang tidak berbahaya. Berbagai produk
dari mikroba dan respons imun non spesifik dapat mengaktifkan APC untuk
mengekspresikan sinyal kedua bagi aktivasi limfosit. Sebagai contoh, berbagai
bakteri menghasilkan lipopolisakarida (LPS). Pada saat bakteri ditangkap oleh
APC, LPS akan menstimulasi APC tersebut. Sebagai respons, APC
mengekspresikan protein permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator
ini akan dikenali oleh reseptornya di sel T. Sel APC juga mensekresi sitokin yang
akan dikenali oleh reseptor sitokin di sel T. Ko-stimulator dan sitokin bekerja
bersama dengan pengenalan antigen oleh T cell receptor (TCR) untuk merangsang
proliferasi dan diferensiasi sel T. Dalam hal ini, antigen adalah sinyal pertama,
sedangkan kostimulator dan sitokin merupakan sinyal kedua(Chapel,2006).
B. MHC (major histocompatibility complex)/Kompleks Histokompatibilitas
Mayor.
Protein MHC terdiri dari tiga kelas struktur, yaitu protein MHC kelas
I,kelas II dan kelas III.
5

Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti.
Protein ini bertugas mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc)
yang secara langsung akan menghancurkan sel yang mengandung antigen asing
tersebut. Protein MHC kelas I terdiri dari dua polipeptida, yaitu rantai membrane
integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen MHC pada kromosom nomor 6, dan
non-covalently associated beta-2 mikroglobulin(β2m). Rantai α akan melipat dan
membentuk alur besar antara domain α1 dan α2 yang menjadi tempat penempelan
molekul MHC dengan antigen protein. Alur tersebut tertutup pada pada kedua
ujungnya dan peptida yang terikat sekitar 8-10 asam amino. MHC kelas satu juga
memiliki dua α heliks yang menyebar di rantai beta sehingga dapat berikatan dan
berinteraksi dengan reseptor sel T(David,2004).
Protein MHC kelas II terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel
dendritik, dan beberapa sel penampil antigen (antigen presenting cell atau APC)
khusus. Melalui protein MHC kelas II inilah, APC dapat mempresentasikan
antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi reaksi inflamatori atau
respon antibodi.MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan non kovalen polipeptida
integrated-membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini akan
berpasangan untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor
sel T. Domain α1 dan β1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan
antigen(David,2004).
Pembentukan komponen beberapa sitokin dan molekul lain ditentukan
oleh molekul MHC-III .sejumlah protein yang ekspresinya ditentukan molekul
MHC-III antara lain adalah molekul komplemen(C2,C4),faktor B properdin atau
Bf,TNF dan Limfotoksin,beberapa jenis enzim,Heat Stock Protein tertentu dan
molekul pembawa yang diperlukan dalam memproses antigen (Baratawidjaja dan
Rengganis,2010;203)
6

C. TCR (T-Cell Reseptor)
Vertebrata menghasilkan dua kategori sel T: pertama yang
mengekspresikan TCRα dan rantai reseptor β dan kedua yang mengekspresikan
TCRγ dan rantai reseptor δ. Sel TCRαβ adalah reseptor yang dominan dalam
respon imun adaptif dalam organ limfoid sekunder, namun, sel-sel TCRγδ juga
memainkan peranan penting, terutama dalam melindungi jaringan mukosa dari
infeksi luar(Kuby,2007;chapter9;9)
Struktur TCR adalah kompleks dan menunjukkan bentuk rantai yang
mengikat antigen predominan pada rantai α dan β.sel T mengekspresikan TCR
hanya dengan satu spesifisitas.kedua peptida trans membran memiliki 2 domain
eksternal yang diikat dengan disulfida.TCR selalu diekspresikan yang
berhubungan dengan kompleks CD3 yang diperlukan untuk transduksi signal
yang terdiri atas rantai γ,δ dan ε beserta 2 rantai ξ.Th ,mengekspresikan CD4 yang
diperlukan untuk interaksi dengan dengan APC,sedang Tc mengekspresikan
koreseptor CD8(Baratawidjaja dan Rengganis,2010;117).
TCR(T-cell resseptor) berikatan secara kovalen dengan beberapa molekul
aksesoris pada permukaan sel.namun hanya terdapat 2 molekul aksesoris yang
juga mengenali kompleks MHC-fragmen antigen yaitu yang disebut marker CD 4
dan CD 8. Ini menjadikan bahwa sel T yang telah matur dapat di subklasifikasikan
menjadi 2 populasi menurut marker yang mereka ekspresikan pada membran
plasma,CD4 ataukah CD8. CD 4 T sel mengenali fragmen antigen yang
terkombinasi dengan molekul MHC kelas II dan fungsi utamanya adalah sebagai
helper atau regulatori sel T sehingga selanjutnya CD4 T Sel disebut juga sel T
Helper.Sedangkan CD8 T sel mengenali fragmen antigen yang terekspresi pada
permukaan molekul MHC kelas I dan fungsi utamanya adalah sebagai citotoxic T
sel atau selanjutnya disebut sel T sitotoksik (macian,2005).
7

BAB III
PEMBAHASAN
A. PRESENTASI ANTIGEN
Presentasi antigen dilakukan oleh sel APC (Antigen presenting cell),dalam
artian sel ini memproses antigen dan menyajikanya untuk sel-T. Antigen-
presenting Cel (APC) atau sel aksesori adalah sel asing yang menampilkan
antigen kompleks dengan major histocompatibility complex (MHC) pada
permukaannya. T-sel dapat mengenali kompleks mereka menggunakan T-sel
reseptor (TCRs) dimana Antigen protein dari mikroba yang memasuki tubuh akan
ditangkap oleh APC, kemudian terkumpul di organ limfoid perifer dan dimulailah
aktivasi respons imun adaptif (Kuby,2007).
Terdapat 3 jalur presentasi antigen,mereka adalah jalur langsung,tidak
langsung dan semi-langsung,yang menggunakan MHC kelas I untuk presentasi
peptida antigen pada CD8+ sel T dan MHC kelas II untuk presentasi peptida
antigen pada CD4+ sel T (Skelton.,et al,2011)
1. Jalur Langsung
Jalur langsung presentasi antigen disebut juga dengan jalur endogenus kelas
I.jalur ini aktiv hampir pada semua sel dan memiliki mekanisme penyajian peptida
antigen yang diproduksi dalam sel menggunakan MHC kelas I.jalur ini
memungkinkan internal proteome bekerja dan mengaktifkan sel T Cd8 sitolitik
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh tumor antigen atau protein virus
yang dipresentasikan.jalur dimulai dengan perakitan MHC kelas I dengan β2-
microglobulin yang diikuti dengan perakitan kompleks peptida antigen dalam
retikulum endoplasma dimana proses perakitan ini dibantu oleh retikulum
endoplasmapeptidase (ERAAP).Peptida endogenus dihasilkan dengan cara
dipecah oleh proteome lalu ditransport kedalan RE dengan transporter
heterodimer yang bergabung dengan pemroses antigen (TAP).kompleks peptida-
MHC lalu ditransport ke badan golgi melalui sekretory vesikel untuk proses final
dan akhirnya dipresentasikan ke permukaan sel T CD8 dengan cara ditransport via
exoxome/sekretori vesikel (Skelton.,et al,2011;17-18).
8

2. Jalur Tidak Langsung
Jalur presentasi sntigen tidak langsung disebut juga jalur eksosomal kelas
II.melibatkan proses endositosis dari antigen ekstraseluler dengan APC
resipien.APC donor pada hal ini pertama-tama bermigrasi melewati Graft
mengambil donor MHC terlarut,Sel apoptosis,dan sisa nekrosis,dan
dipresentasikan kepada sel T CD4 sebagai fragmen antigen,tanpa berinteraksi
langsung menggunakan MHC keas II.setelah mendapat fragmen antigen dari
donor APC,APC resipien lalu merakit MHC kelas II dalam retikulum endoplasma
yang berasosiasi dengan protein chaperon transmembran.didalam kompartmen
endosomal serangkaian protease membuat MHC kelas II bergabung dengan
invarian chain peptide (CLIP) agar tidak mengikat fragmen antigen sebelum
waktunya.setelah itu,protein intraseluler HLA-DM mengkatalisis pelepasan CLIP
dan mulai bisa mengikat endositosis peptida sebelum akhirnya ditransport
kepermukaan sel T CD4 dengan cara ditransport via exoxome/sekretori vesikel
untuk dipresentasikan . (Skelton.,et al,2011;19-20).
3. Jalur Semi-Langsung
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat mekanisme baru dalam
presentasi antigen yang dikenal sebagai Allorecognition.model konvensional yang
menjelaskan hubungan antara sel T CD4 dan CD8 mununjukkan bergabungnya “3
sel” yaitu Sel T efektor CD8 spesifik antigen bergabung dengan APC yang
memerlukan sinyal stimulasi dari T helper CD4 yang diaktifkan oleh APC yang
sama.dalam sistem ini tetep dibutuhkan adanya APC donor yang utuh dalam
mendonorkan MHC kelas I atau II kepada APC resipien melalui kontak antar sel
atau exosomal vesikel.proses ini memungkinkan presentasi langsung MHC kelas I
pada sel T CD8 resipien dan MHC II pada sel T CD4(Skelton.,et al,2011;20).
B. T-CELL RRESEPTOR DAN PROSES SIGNALING
Proses pengenalan antigen asing oleh Limfosit T merupakan proses paling
esensial dalam respon imun adaptif.Proses ini dikendalikan oleh T-sel reseptor
(TCR) spesifik yang mengikat kompleks peptida antigen-MHC yang terdapat
pada sel lain/APC (Huppa et al.,2010).Sesaat setelah terjadi kompleks
trimolekuler,yaitu terikatnya ligan(dalam hal ini adalah fragmen antigen) pada
9

ligan-binding subunit pada TCR,tepatnya pada rantai α and β TCR,hal ini belum
bisa menghasilkan transduksi sinyal langsung,namun proses ini harus
disempurnakan dengan pengikatan molekul CD3 dan rantai ζ untuk menghasilkan
transduksi sinyal.dimana sebelumnya kompleks TCR yang teraktivasi akan
bergabung dengan sitoplasmik tirosin kinase yang bergabung dengan protein
adaptor yang dapat menginisiasi sinyal penentu spesifik outcome pada proses
aktivasi sistem imun (krogsgaard dan Davis,2005)
Proses signaling melalui TCR bergantung pada kompleks protein
transduksi dan molekul CD3.kompleks CD3 terdiri dari 3 dimer : δε (delta
epsilon) pair, a γε (gamma epsilon) pair dan bagian ketiga adalah 2 CD3ζ (zeta)
molecules atau ζη(zeta, eta) heterodimer.bagian sitoplasmik dari molekul CD3
ditempeli oleh molekul ITAM yang menyediakan tempat docking untuk protein
adaptor yang diikuti aktivasi tirosin fosforilasi.setiap CD3 dimer mengandung
asam amino bermuatan negatif pada domain transmembrannya yang
mengakibatkan ikatan ionik dengan residu positif asam amino pada region
intramembran TCR (Kuby,2007)
Gambar : Diagram skematik kompleks TCR-CD3
T-cell reseptor juga berikatan secara kovalen dengan beberapa molekul
aksesoris pada permukaan sel.akan tetapi hanya ada 2 molekul yang juga
mengenali kompleks MHC-peptida yaitu molekul CD4 dan CD8,ini
mengingatkan kita bahwa sel T yang telah matur dapat disubklasifikasikan
menjadi 2 berdasarkan molekul yang mereka ekspresikan pada membran
plasma,yaitu CD4 atau CD8.sel T CD4 mengenali peptida yang bergabung dengan
10

molekul MHC kelas II,dan berfungsi utama sebagai sel T helper,sedangkan sel T
CD8 mengenali antigen yang bergabung dengan molekul MHC kelas I,dan
berfungsi utama sebagai sitotoksik sel.berikut adalah beberapa molekul aksesori
yang berpartisipasi dalam transduksi sinyal TCR (Kuby,2007).
Tabel : Molekul aksesori sel T yang berpartisipasi dalam transduksi sinyal
TCR
Nama Ligan
Fungsi
Adesi Transduksi sinyal
Anggota
Superfamili
Ig
CD4 MHC kelas II + + +
CD8 MHC kelas I + + +
CD2 (LFA-2) CD58(LFA-3) + + +
CD28 CD80,CD86 ? + +
CTLA-4 CD80,CD86 ? + -
CD45R CD22 + + +
CD5 CD72 ? + -
(Kuby,2007)
Domain ekstraseluler dari molekul CD4 dan CD8 mengikat region vektor
molekul MHC kelas II dan kelas I berurutan.molekul MHC berinteraksi dengan
TCR juga co-reseptor CD4/CD8nya yang memperkuat avinitas ikatan antara
ketiganya.sinyal melalui reseptor antigen walaupun berkombinasi dengan
CD4/CD8 tidak cukup untuk mengaktivasi sel T (sel T naif),sehingga sel T naif
membutuhkan sinyal simultan melalui TCR dan coreseptornya misalnya melalui
CD28.TCR dan CD28 dari sel T naif harus berikatan dengan MHC-peptida pada
ligan CD28 yaitu CD80/CD 86 yang terdapat pada sel APC untuk terjadinya
aktivasi yang distimulasi oleh adanya IL-2 (Kuby,2007).
1. LCK SEBAGAI TIROSIN KINASE PERTAMA YANG TERAKTIVASI
PADA SIGNALING SEL T
11

Famili SCR tirosin kinase LCK biasa ditemukan bergabung dengan
molekul CD4 dan CD8,dan gabungan antara CD4 dan LCK adalah yang paling
kuat.adanya antigen mengakibatkan berkumpulnya reseptor-koreseptor menjadi
kompleks yang mngakibatkan LCK berasosiasi dengan tirosin pospatase pada
membran,sebelum terjadi asosiasi ini,CD45 yang berperan sebagai pelepas
inhibitor,melepaskan inhibitor dari gugus fosfat LCK.proses selanjutnya adalah
LCK memfosforilasi residu CD3 ITAM.sesaat setelah CD3 ITAM
terfosforilasi,tirosin kinase kedua ZAP-70 menempel pada tirosin yang
terfosforilasi di rantai residu CD3ζ.ZAP-70 diaktivasi oleh Lck-termediasi
fosforilasi dan pada akhirnya memrosforilasi banyak molekul adaptor termasuk
SLP-76 dan LAT juga enzim yang penting pada aktivasi sel T seperti PLC
γ1(Choudhuri et al,2005)
Molekul adaptor yang pertama kali yang terlibat dalam kompleks
signaling adalah LAT (Linker protein of Activated T cells),suatu protein
transmembran yang tergandeng pada membran plasma.LAT terfosforilasi pada
residu multipel oleh ZAP-70,residu yang terfosforilasi ini menyediakan tempat
untuk aktivasi beberapa enzim penting seperti PLC γ1.LAT yang terfosforilasi
juga berikatan dengan protein adapter lain yaitu GADS yang berikatan dengan
adaptor SLP-76.kombinasi dari protein adaptor ini swangat penting dalam proses
signaling TCR,yaitu menyediakan framework utama dalam downstream
signaling.PLC γ1 yang teraktivasi terlokalisasi dalam membran plasma dengan
berikatan pada LAT,proses ini adalah hasil aktivasi dari tirosin kinase yang
dimediasi oleh kinase Itk.Proses selanjutnya PLC γ1 memecah PIP2 melepaskan
IP3 yang mengindusi lepasnya kalsium dan aktivasi NFAT via aktivasi
calcineurin.sementara itu DAG menghidrolisis PIP2 menjadi PKCθ (theta) yang
akrirnya memecah inhibitor NF-kB sehingga NF-kB bisa ditransportkan dalam
nukleus sebagai faktor transkripsi aktif.faktor transkripsi terakhir yang dibutuhkan
dalam aktivasi sel T adalah Ap-1 yang dihasilkan melalui jalur Ras-MAP
kinase,diawali dengan proses aktivasi GEF proteins Vav dan SOS,proses aktivasi
ini karena mereka terikat pada LAT,proses ini mengawali aktivasi jalur faktor
transkripsi AP-1 Ras/MAP kinase dan jalur Rac/Rho/cdc42 (Kuby,2007).
12

Hasil akrir dari proses aktivasi ini adalah sitokin untuk proliferasi
dan diferensiasi yang diinisiasi oleh faktor transkripsi NFAT,sitokin penyebab
perubahan bentuk sel dan motilitas yang diinduksi oleh faktor transkripsi Ap-1
dan sitokin peningkat kemampuan survival sel yang diinduksi oleh faktor
transkripsi NF-kB.signaling pada sel T juga menghasilkan molekul adesi seperti
integrin pada permukaan sel dan juga produk seperti kemokin (Kuby,2007).
Gambar : Jalur Transduksi sinyal dari TCR
C. PENYAKIT TERKAIT AKTIVASI SISTEM IMUN ADAPTIF DAN
PENGOBATANYA
1. Penolakan Transplantasi
Reaksi penolakan pada umumnya berlangsung sesuai respon CMI
(Celluler mediated immunity) reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th Resipien
yang mengenal MHC alogeneik dan memicu immunitas humoral (antibodi).sel
CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogeneik dan membunuh sel sasaran
melalui imunitas seluler.sekresi sitokin asal CD4 akan dikerahkan dan
mengaktifkan CD8,sel B sel Nk dan makrofag yang semuanya mempunyaipotensi
untuk terjadinya reaksi penolakan.makrofag yang diproduksi atas pengaruh
13

limfokin sel Th akan bersifat merusak.IFN- γ dari makrofag meningkatkan
produksi antigen pada tempat penolakan sehingga meningkatkan sitotoksisitas
CD8(Baratawidjaja dan Rengganis,2010;625-627).
Salah satu pengobatan reaksi penolakan pada transplantasi adalah
menggunakan zat aktif siklosporin yang bersifat imunosupresif dan berfungsi
menghambat sistem imun adaptiv.zat ini menghambat proliferasi sel Th dan sel Tc
secara selektif dan reversibel.obat ini juga mengeblok produksi dan pelepasan IL-
2 dan limfokin lain yang mutlak diperlukan untuk proliferasi sel-T.obat ini justru
memicu produksi sel T-supresor sehingga dapat menekan reaksi imunitas berlebih
di tempat transplantasi (Tjay dan Rahardja,2008).
D. SIMPULAN
1. Mekanisme utama dalam aktivasi sistem imun adaptif adalah Proses
pengikatan T-sel antigen reseptor (TCR) pada fragmen peptida antigen yang
disajikan oleh Major Histokompatibility Complex (pMHC) yang terdapat
pada Antigen-presenting cell (APC).
2. Terdapat 3 jalur presentasi antigen,mereka adalah jalur langsung,tidak
langsung dan semi-langsung,yang menggunakan MHC kelas I untuk
presentasi peptida antigen pada CD8+ sel T dan MHC kelas II untuk
presentasi peptida antigen pada CD4+ sel T
3. Proses signaling pada aktifasi sel-T menghasilkan 3 faktor transkripsi yaitu
NFAT,NF-kB dan AP-1 yang digunakan untuk menghasilkan sitokin
proliferasi dan diferensiasi sel-T.
4. Salah satu jenis penyakit yang berhubungan dengan aktivasi sistem imun
adaptif adalah penolakan transplantasi,yang dapat diatasi dengan zat aktif
siklosporin yang berfungsi sebagai imunosupresan
E. SARAN
Dalam pengembangan makalah selanjutnya diharapkan agar penulis
lebih detail dalam membahas tema yang diangkat,dengan bahasa makalah
yang mudah dipahami dan skematis dalam pembahasan tema,serta dilakukan
penambahan frekuensi sisipan gambar agar makalah semakin mudah
dipahami.
14

DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS,2004 Cellular and molecular immunology. Philadelphia: WE Saunders Company,
Baratawidjaja,Karnen garna dan Rengganis,Iris.,2010,Imunologi,Dasar,Edisi-IX,Balai Penerbit Buku kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta,
Chapel helen, Mansel Haeney, Siraj Misbah, Neil Snowden.,2006, Essentials of Clinical Immunology Edisi 5, berilustrasi, direvisi.Wiley.
Choudhuri,Kaushik et all.,2005, T-cell receptor triggering is critically dependent on the dimensions of its peptide-MHC ligand , nature, Vol 436,28 July 2005
David S. Wilkes, William J. Burlingham.,2004. Immunobiology of organ transplantation. Springer
Garcia,K Christopher, Jarrett J Adams, Dan Feng & Lauren K Ely,2009, The molecular basis of TCR germline bias for MHC is surprisingly simple. nature immunology volume 10 number 2 february 2009.
Huppa, Johannes B.,2010, TCR–peptide–MHC interactions in situ show accelerated kinetics and increased affinity, Nature. 2010 February 18; 463(7283): 963–967.
Krogsgaard,michelle dan Davis,Mark M,2005,How T cells “see” antigen. Nature Immunology,Volume 6 number 3 march 2005.
Kuby,Janis.,dkk,2007, Kuby immunology 6th ed., New York : W.H. Freeman
Macian, F. 2005. NFAT proteins: Key regulators of T-cell development and function. Nature Reviews Immunology 5:472.
Skelton, Thomas S. Malgorzata Kloc, Rafik M. Ghobrial.,2011, Molecular and cellular pathways involved in the therapeutic functions of MHC molecules; a novel approach for mitigation of chronic rejection, Open Journal of Immunology, Vol.1, No.2, 15-26
Tjay,tan Hoan,Raharja kirana.,2008,Obat-Obat Penting ed.6.Elex Media Komputindo,kelompok gramedia-Jakarta.
15