tugas terstruktur kwn
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR
ANALISIS DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT KABUT ASAP
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN
Oleh :
MOHASYM BUDI SYAHPUTRA
F1F015006
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkahan rahmad
dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini
adalah tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan oleh bapak Drs. Bambang Suswanto,
M.Si
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Drs. Bambang
Suswanto, M.Si yang telah memberikan bimbingan, kepada orang tua yang selalu memberikan
dukungan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi khalayak umum, meskipun dalam
penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar tugas ini bermanfaat bagi semua pembaca
PURWOKERTO, SEPTEMBER 2015
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KABUT ASAP
B. DAMPAK KABUT ASAP
C. DAMPAK KABUT ASAP TERHADAP PEREKONOMIAN
MALAYSIA DAN SINGAPORE
D. USAHA PEMERINTAH DALAM MENANGANI KABUT ASAP
E. BENTUK TANGGUNG JAWAB NEGARA
BAB 3 PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah asap kebakaran hutan di Indonesia adalah masalah yang tak kunjung selesai,
kebakaran hutan selalu terjadi setiap tahunnya, bahkan kebakaran hutan dari tahun ke
tahun tidak semakin berkurang malah semakin bertambah besar. Kurangnya sosialisasi
pemerintah tentang resiko dari asap kebakaran hutan dinilai menjadi penyebab makin
banyaknya kebakaran hutan setiap tahun. Hutan sendiri merupakan suatu sumber daya
alam yang menyediakan berbagai kebutuhan manusia.
Padahal hutan adalah komponen penting dalam dunia ini, hutan sendiri merupakan
suatu atau asosiasi pohon-pohon yang cukup rapat dan menutup areal yang cukup luas
sehingga akan dapat membentuk iklim mikro yang kondisi ekologis yang khas serta
berbeda dengan areal luarnya.1 istilah hutan dianggap sebagai persekutuan antara
tumbuhan dan binatang dalam suatu asosiasi biotis. Asosiasi ini bersama-sama dengan
lingkungannya membentuk suatu sistem ekologis dimana organisme dan lingkungan
saling berpengaruh di dalam suatu siklus energi yang kompleks.2
Penyebab dari masalah kebakaran hutan adalah karena banyak perusahaan ataupun
warga yang membuka lahan perkebunan atau land clearing dengan cara membakar lahan,
alasannya karena dengan membakar biayanya lebih murah dan efisien ketimbang harus
1 Anonimous. 1997. 2 Spurr. 1973.

dengan cara lain. Pemerintah memberikan hak penguasaan hutan (HPH) kepada
pengusaha-pengusaha perkebunan sawit. kebanyakan lahan yang dibakar adalah lahan
gambut sehingga menyebabkan bencana kebakaran yang begitu besar dan pada akhirnya
menimbulkan masalah baru yaitu transboundary haze pollution. Penerapan metode land
clearing dengan pembakaran hutan ini bertentangan dengan hukum nasional Indonesia
sendiri. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Bab III Pasal 5 ayat (1) menyatakan
bahwa ”Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”3.Selain itu, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 pasca
Amandemen menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.4
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dari kabut asap ?
Bagaimanakah dampak kabut asap bagi manusia dan lingkungan ?
Bagaimanakah dampak polusi kabut asap yang terjadi di Riau terhadap negara
Malaysia dan Singapura (transboundary haze) ?
Bagaimana usaha pemerintah dalam menangani masalah kabut asap ?
3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 BAB III Pasal 5 Ayat 1 4 UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1

BAB 2
A. PENGERTIAN KABUT ASAP
Seperti yang kita ketahui kabut asap merupakan kasus pencemaran udara berat yang
diakibatkan mulai dari kebakaran hutan, hasil pembuangan asap mobil dan lain
sebagainya. Kabut asap bisa terjadi berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Dalam
keadaan cuaca yang menghalangi sirkulasi udara kabut asap bisa menutupi suatu wilayah
dalam jangka waktu yang lama. Kabu asap senediri merupakan koloid jenis aerosol padat
dan aerosol cair.
Kabut sendiri terbentuk karena udara yang jenuh akan uap air didinginkan
dibawah titik bekunya. Kabut asap yang berasal dari pembuangan asap mobil mobil dan
polutan lainnya sangat berbahaya karena mengandung hidrokarbaon dan oksida-oksida
nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia oleh sinar matahari.
1.1 Jenis-jenis kabut
Kabut Advection
Kabut advection adalah kabut yang terbentuk dari aliran udara yang melalui suatu
permukaan yang memiliki suhu yang berbeda. Salah satu contoh kabut ini adalah kabut
Laut yang terjadi ketika udara yang basah dan hangat mengalir di atas suatu permukaan
yang dingin. Kabut laut sering muncul di sepanjang pesisir pantai dan di tepi-tepi danau.
Salah satu jenis yang lain dari Kabut Advection disebut Kabut Uap. Kabut ini terbentuk
dari aliran udara dingin yang melalui air hangat. Uap air dari hasil penguapan permukaan
air secara terus menerus, bertemu dengan udara dingin. Ketika udara mencapai titik

jenuh, maka kelebihan uap air secara cepat mengembun menjadi kabut yang berasal dari
penguapan permukaan air. Kabut Uap sering muncul pada saat udara dingin bertiup di
atas danau yang luas dan bertiup diatas danau yang hangat.
Kabut Frontal
Kabut frontal terbentuk melalui suatu pertemuan antara dua masa udara yang berbeda
temperaturnya. Kabut ini terbentuk ketika hujan turun dari masa udara yang hangat ke
dalam masa udara yang dingin tempat uap air menguap. Dengan demikian akan
menyebabkan uap air pada udara dingin melampau titik jenuh.
Kabut Radiasi
Kabut radiasi terbentuk pada malam yang tenang dan bersih, ketika tanah memancarkan
kembali panas ke dalam udara. Satu lapis kabut terbentuk di seluruh permukaan tanah,
dan secara bertahap bertambah menjadi tebal. Kabut Radiasi sering muncul di lembah-
lembah yang dalam.
Kabut Gunung
Kabut gunung terbentuk ketika uap air bergerak menuju ke atas melewati lereng-lereng
gunung. Udara dingin bergerak ke atas lereng sampai tidak sanggup menahan uap air.
Titik-titik kabut kemudian terbentuk di sepanjang lereng gunung.

B. DAMPAK KABUT ASAP
1.1 Dampak Kabut Asap bagi Manusia
Penyebab dari kabut asap sendiri yaitu banyaknya kebakaran hutan yang terjadi,
khususnya daerah Riau yang setiap tahun selalu terjadi kebakaran hutan, ditambah lagi
disaat musim kemarau panjang, lahan gambut yang luas menjadi pemicu besarnya
kebakaran hutan yang terjadi. Sampai saat ini masi belum ada penanganan yang tepat
untuk menghentikan kebakaran hutan. Tercatat kebakaran hutan di Riau mencapai 55
hotspot (sumber Staf Analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Pekanbaru Yesi Chisty kepada Okezone, Senin (14/9/2015).
Hasil dari kebakaran ini jelas adalah kabut asap yang berdampak buruk bagi
masyarakat Riau. Jalur transportasi masyarakat dari darat, laut, udara mulai terganggu
akibat bencana kabut asap. Banyak kecelakaan lalu lintas terjadi akibat jarak pandang
yang pendek hanya beberapa meter saja. Kabut asap juga sangat membahayakan
kesehatan, sudah mulai banyak masyarakat yang mengalami gangguan pernapasan.
Infeksi pernapasan atau ispa adalah penyakit yang bnyak diderita masyarakat akibat
menghirup asap.
Dinas Kesehatan Riau menyebutkan hingga kini sebanyak 9.386 orang terjangkit
penyakit akibat paparan asap. "Pasien berasal dari seluruh daerah di Riau," kata Kepala
Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjfril, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 5 September 2015.
Menurut Andra, pasien mengidap penyakit berbeda akibat asap yakni penderita saluran

pernafasan atas (ISPA) sebanyak 7.312 orang, asma 296 orang, pneumonia 290 orang,
iritasi mata 485 orang dan iritasi kulit 903 orang.
Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara yang dikeluarkan Badan Lingkungan
Hidup Riau, kualitas udara berada dalam kategori tidak sehat hingga berbahaya terjadi di
setiap daerah.
Menurut Andra, dengan kondisi cuaca buruk akibat asap ini sebaiknya masyarakat Riau
mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama bagi anak di bawah umur dan berusia
lanjut.
Dinas Kesehatan Riau telah memerintahkan seluruh Puskesmas mendirikan posko di
setiap daerah serta memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat rawat inap dan gawat
darurat. "Kami sudah salurkan 100 ribu masker ke seluruh wilayah," ujarnya.
Kabut asap tidak hanya mendatangkan penyakit bagi warga Riau, tetapi juga
melumpuhkan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Kemarin, 52 penerbangan terpaksa dibatalkan akibat jarak pandang hanya 500 meter.
Sedangkan untuk hari ini, Sabtu, 5 September 2015, delapan pesawat terpaksa menunda
keberangkatan hingga siang. Sejumlah pesawat dapat terbang saat cuaca mulai membaik
pada pukul 12.00. "Pesawat akan terbang jika jarak pandang berada di atas 1.000 meter,"
kata Manajer Bandara SSK II, Ibnu Hasan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyebutkan satelit
Tera dan Aqua memantau 390 titik panas di Sumatera. Empat belas titik di antaranya
terdapat di Riau. "Titik panas terpantau pukul 07.00 pagi," kata Kepala BMKG
Pekanbaru Sugarin,

Sumatera Selatan masih menjadi penyumbang titik panas terbanyak mencapai 224 titik,
disusul Jambi 92 titik, Lampung 25 titik, Bangka Belitung 13 titik, Sumatera Utara
sembilan titik, Sumatera Barat lima titik, Bengkulu lima titik, dan Kepulauan Riau tiga
titik. Sedangkan Riau 14 titik.
Kabut asap masih mengganggu jarak pandang di beberapa wilayah, seperti Pekanbaru
dengan jarak pandang yang menurun hingga 400 meter, Rengat 200 meter, Pelalawan
300 meter dan Dumai 1 kilometer.
Dampak lain kabut asap bagi kesehatan yaitu dapat menyebabkan iritasi lokal atau
setempat pada selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung
kena asap kebakaran hutan. Serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin
juga infeksi. Gangguan serupa juga dapat terjadi di mata dan kulit, yang langsung
kontak dengan asap kebakaran hutan, menimbulkan keluhan gatal, mata berair,
peradangan dan infeksi yang memberat. Dampak kabut asap dapat memperburuk asma
dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK. Karena asap kebakaran
hutan akan masuk terhirup ke dalam paru. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang
dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas. Kemampuan
paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih
mudah terjadi infeksi. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi,
utamanya karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll
penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).

Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin
dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
Kalau kemudian air dan makanan terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka
bukan tidak mungkin terjadi gangguan saluran cerna dan penyakit lainnya.
Secara umum maka berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh (jantung, hati,
ginjal dll) juga dapat saja memburuk. Ini terjadi karena dampak langsung kabut asap,
maupun dampak tidak langsung di mana kabut asap menurunkan daya tahan tubuh dan
juga menimbulkan stres.
Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakit kronik)
dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
(ase)
1.2 Dampak Kabut Asap bagi Lingkungan
Dampak kabut asap bagi lingkungan sendiri antara lain Adanya perubahan iklim,
misalnya yang sudah terasa adalah kenaikan suhu yang ekstrim dalam beberapa wakti
belakangan ini, contohnya suhu di Sumatra yang biasanya 33-34oC naik menjadi 37oC.
Sebagai akibat dari efek rumah kaca yang berakibat secara global semakin menipisnya
lapisan ozon dan kenaikan suhu permukaan bumi. Kebakaran hutan ini harus ditanggapi
dengan serius oleh semua pihak. Selain itu hilangnya areal hutan akibat terbakar semakin
memperparah keadaan dengan hilangnya sejumlah areal paru-paru dunia.

Hilangnya sejumlah spesies. Hal ini disebabkan oleh kebakaran hutan yang dapat
menghancurkan habitat satwa-satwa yang ada di dalamnya. Umumnya satwa musnah
karena terperangkap oleh asap dan sulit keluar karena api mengepung dari segala
penjuru. Hal lain yang menyebabkan hilangnya sejumlah spesies adalah adanya
perubahan iklim yang menyebabkan spesies ini tidak mampu lagi bertahan dan
menyesuaikan diri
Ancaman erosi. Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupundataran
tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang berfungsi menahan lajutanah pada
lapisan atas untuk mencegah erosi. Pada saat hujan turun, ketiadaan akartanah, akibat
terbakar, sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah
yang pada akhirnya juga potensial menimbulkan banjir dan longsor.
Perubahan fungsi lahan. Fungsi hutan yang sebenarnya adalah sebagai
catchmentarea, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu
ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Namun fungsi
hutan ini hilang karena karbondioksida tidak lagi dapat disaring, panas matahari tidak
dapat terserap dengan baik, dan perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau
terkadang malah menjadi padang ilalang yang membutuhkan waktu lama untuk kembali
pada fungsinya yang semula.
Penurunan kualitas air. Kualitas air berubah karena adanya erosi yang muncul
dibagian hulu. Air hujan tidak lagi memiliki penghalang untuk menahan lajunya, makaia
akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk ke dalam sungai-
sungai yang ada. Akibatnya sungai pun menjadi keruh. Punahnya keanekaragaman hayati
baik flora maupun fauna di sekitar lokasi kebakaran.

C. DAMPAK KABUT ASAP YANG TERJADI DI RIAU TERHADAP
NEGARA MALAYSIA DAN SINGAPURA (TRANSBOUNDARY
HAZE)
Dampak kabut asap sendiri bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Riau saja akan
tetapi dampak kabut asap juga dirasakan masyarakat Malaysia dan Singapura. Kabut
asap tahun ini merupakan tragedi paling parah ketimbang tahun sebelumnya. Masalah
kabut asap bukan lagi masalah nasional tetapi sudah menjadi masalah internasional atau
transboundary haze Pollution. Transboundary haze pollution atau pencemaran udara
lintas batas adalah Transboundary haze pollution means haze pollution whose physical
origin is situated wholly or in part within the area under the national jurisdiction of one
Member State and which is transported into the area under the jurisdiction of another
Member State.5 Dapat disumpulkan, bahwa pencemaran udara lintas batas adalah
pencemaran udara yang berasal dari sebgian wilayah atau seluruh bagian wilayah dari
Negara yang menimbulkan dampak diwilayah yang berada dibawah yurisdiksi Negara
lain. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya seringkali merugikan
Negara lain. Akibat kebakaran hutan ini kualitas udara semakin menurun bahkan sampai
di ambang yang sangat berbahaya. Kerugian yang diakibatkan dari kebakaran hutan ini
sangat besar, ditaksir kerugian bisa mencapat triliunan. Tragedy kabut asap membuat
perekonomian Negara Malaysia dan Singapura sempat lumpuh. Sector bisnis dan
pariwisata yang banyak terkena dampak dari tragedy bencana kabut asap tahun ini.
Akibat kabut asap juga F1 Singapore hampir terancam batal bergulir karena kabut asap
5 ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, 2002

yang menyelimuti singapura. Kabut asap juga mengakibatkan turunnya jumlah
kunjungan wisata di Malaysia. Turunnya jumlah kunjungan turis asing ke Malaysia dan
Singapore berdampak buruk bagi bisnis pariwisata di kedua Negara tetangga ini.
Kerugian yang diakibatkan kabut asap kiriman Indonesia ini mencapai jutaan dolar
amerika. Pemerintah Malaysia dan Singapore berharap pemerintah Indonesia dapat
menyelesaikan masalah tragedy kabut asap ini yang merugikan kedua Negara tetangga
ini. Pemerintah Malaysia mendesak pemerintah Indonesia agar dapat cepat menangani
peristiwa kebakaran hutan yang selalu terjadi setiap tahunnya.
D. USAHA PEMERINTAH DALAM MENANGANI KEBAKARAN
HUTAN
Dalam menangani masalah kabut asap ini, pemerintah Indonesia sudah
mengambil berbagai tindakan untuk mengatasi kabut asap yang selalu terjadi setiap
tahunnya. Berbagai usaha sudah dilakukan untuk mengurangi terjadinya kebakaran.
Tetapi sampai saat ini masi belum ada cara yang tepat untuk mengatasi kebakaran hutan.
Penanganan masalah kabut asap ini masi di titik beratkan pada pengejaran pelaku
karhutla. Sampai sekarang ini saja POLDA RIAU sudah menetapkan 46 orang tersangka
karhutla, termasuk seorang pejabat perusahaan perkebunan. "Dua hari terakhir ada
penambahan lima tersangka baru, termasuk seorang pejabat PT Langgam Inti Hibrindo
Pelalawan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat POLDA Riau Guntur Aryo Tejo
kepada wartawan hari Kamis (17/09) di Pekanbaru. Dalam penyelidikan selanjutnya
penanganan masalah karhutla tidak lagi di fokuskan pada pengejaran tersangka

pembakar hutan dan lahan, akan tetapi pemda Riau melalui badan penyelidik pegawai
negeri sipil sudah melakukan pemasangan police line pada areal hutan dan lahan yag
terbakar. Sebelumnya usaha ini tidak pernah dilakukan karena kurangnya koordinasi
antara kementerian kehutanan dan kementerian lingkungan hidup.
Pemerintah juga sudah menyiapkan dana sesesar 385 M untuk mengatasi kebakaran
hutan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga sudah menyiapkan 10
helikopter untuk mengatasi kebakaran yang terjadi. BNPB juga sudah membuat operasi
hujan buatan di Riau. Untuk proses pembuatan hujan dengan penyemaian bahan garam
melalui udara itu, pihaknya menyiapkan dua pesawat Hercules TNI-AU, satu unit
pesawat CN-295 dan dua pesawat Cassa 212.
E. BENTUK TANGGUNG JAWAB NEGARA
Timbulnya tanggung jawab negara atas lingkungan didasarkan pada adanya
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang berada diwilayah suatu
negara atau dibawah pengawasan negara tersebut yang membawa akibat merugikan
terhadap lingkungan tanpa mengenal batas negara. Dalam hukum internasional,
tanggung jawab Negara dalam hal hukum lingkungan Internasional khususnya masalah
transbondary haze pollution, diatur dalam beberapa peraturan internasional, seperti
Deklarasi Stockholm 1972, Deklarasi Rio 1992, Biodiversity Convention, dan Climate
Change Convention, serta dilengkapi dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan
internasional yang telah disebutkan diatas.

Dalam Draft Articles on State Responsibility yang diadopsi oleh Komisi Hukum
Internasional (ILC) 6 , disebutkan dalam pasal 1 bahwa ”Every internationally wrongful
act of a State entails the international responsibility of that State”. Jadi setiap tindakan
atau kelalaian yang dilarang oleh hokum internasional membawakan pertanggung
jawaban internasional bagi negara itu. ILC Draft tersebut tidak mengikat sebagai suatu
instrumen hukum Internasional
karena belum ditetapkan sebagai sebuah produk hukum. Namun demikian, kekuatan
mengikat ILC Draft tidak dilihat dari bentuknya sebagai suatu instrumen, melainkan dari
isinya. ILC Draft dapat digunakan sebagai sumber tambahan dan mengikat sebagai
hukum kebiasaan Internasional.7
Secara lengkap, bentuk-bentuk pertanggung jawaban Negara diatur dalam
pasal-pasal draf ILC. Ganti rugi atau reparation diatur dalam Pasal 31. Bentukbentuk
ganti rugi dapat berupa :
a. Restitution (Pasal 35) : kewajiban mengembalikan keadaan yang dirugikan
seperti semula.
b. Compensation (Pasal 36) : kewajiban ganti rugi berupa materi atau uang
c. Satisfaction (Pasal 37) : penyesalan, permintaan maaf resmi.
Dalam kasus transboundary haze pollution ini, negara yang dirugikan
dapat saja menggugat Pemerintah Indonesia karena menurut sejumlah konvensi
internasional yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia, seperti Biodiversity
Convention dan Climate Change Convention dan ASEAN Agreement on the
6 Draft Articles Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, International Law Commission, 2001 7 Martin Dixon, Textbook on International Law , third edition, Blackstone Press
Limited 1996, hal 219

Conservation of Nature and Natural Resources 1985, di mana Indonesia telah
meratifikasinya, yang memuat ketentuan bahwa negara boleh saja mengeksploitasi
sumber daya alam mereka, tetapi berkewajiban untuk memastikan bahwa aktivitas
tersebut tidak menimbulkan kerusakan di wilayah negara lain (state responsibility).
Ketentuan ini bahkan telah menjadi hukum kebiasaan internasional (international
customary law) dan mengikat semua negara beradab, bahkan telah diterapkan
sejak tahun 1941 dalam kasus Trail Smelter (AS vs Kanada).
Di samping itu, ketentuan di atas juga telah diadopsi dalam Undang-
Undang (UU) Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.8 Oleh karena itu, tidak ada alasan hukum yang bisa
membebaskan Indonesia daritanggung jawab jika negara yang dirugikan
menggugat Indonesia. Tanggungjawab Indonesia diperkuat lagi oleh hukum
Nasional Indonesia sendiri karenaUU No 4/1999 tentang Kehutanan dan Peraturan
Pemerintah (PP) No 4/2001tentang Kebakaran Hutan serta PP No 45/2004 tentang
Perlindungan Hutan melarang dengan tegas pembakaran hutan. Untuk membuktikan
apakah Indonesia dapat dimintai ganti rugi, harus dilihat bentuk dari kerugian yang
diakibatkan oleh suatu Negara yang bisa berupa tindakan aktif (an act) atau tidak adanya
tindakan (omission). Tindakan aktif berarti tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh
aparat Negara yang kemudia
menjadi tanggung jawab Negara. Sementara tindakan omission adalah aparat Negara
tidak melakukan tindakan apapun namun karena ketiadaan tindakan mengakibatkan
kerugian bagi Negara lain.
8 Undang (UU) Nomor 32 tahun 2009

BAB 3
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan
hujan tropis terbesar dunia setelah Brazil. Hutan sendiri merupakan unsure terpenting
dalam kehidupan. Karena hutan merupakan tempat tinggal bagi bnyak binatang dan
juga merupakan tempat mata pencarian manusia. Hutan juga menghasilkan oksigen,
hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia karena menyumbang 40% oksigen
dunia. Indonesia dikarunia hutan hujan tropis paling luas dan paling keanekaragaman
hayati di dunia. Hutan Indonesia merupakan hutan dimana tinggalnya berbagai
ragam aneka binatang dan tumbuhan, seperti harimau Sumatra, bunga raflesia arnoldi
dan masi bnyak lagi.
Kebakaran hutan merupakan tragedy yang tiada habisnya di negeri ini. Setiap
tahun selalu terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan bukan lagi masalah nasional
tetapi sudah menjadi masalah internasional. Kebakaran hutan mengakibatkan
pencemaran udara lintas batas (transboundary haze pollution). Semakin hari
keberadaan hutan Indonesia semakin menyusut. Jika keberadaan hutan tidak
ditangani dengan solusi yang tepat, maka tidak akan lama lagi keberadaan hutan
Indonesia akan musnah beserta keanekaragaman hayati didalamnya.
Dampak kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya yaitu, hilangnya habitat
asli binatang Indonesia, dan juga kebakaran berdampak pada aspek sosial dan
ekonomi masyarakat. Kebakaran hutan juga menggagu kesehatan masyarakat,

ribuaan penduduk akan mengalami ispa atau gangguan saluran pernapasan. Mata
pencaharian masyarakat akan hilang.
Bentuk tanggung jawab Negara dalam hal kebakaran hutan adalah Pemerintah
sebagai pemegang otoritas tertinggi seharusnya bisa mencari solusi agar kebakaran
hutan yang terjadi setiap tahun dapat ditangani. Kejadian yang selalu berulang ini
takkan pernah terjadi lagi, asap yang selalu menjadi masalah setiap tahunnya dapat
dihindarkan serta masyarakat tak ada lagi yang terkena dampak dari kebakaaran
hutan. Kita sebagai manusia hendaknya menjaga kelestarian hutan kita, menjaga
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
1.2 SARAN
Dalam hukum internasional, pertanggungjawaban negara timbul dalam hal negara yang
bersangkutan merugikan Negara lain, dan dibatasi hanya terhadap perbuatan yang melanggar
hukum internasional. Bila dilihat, sebenarnya Indonesia telah melakukan segala upaya yang
mampu dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi polusi asap akibat kebakaran hutan.
Hal ini jelas bukan merupakan tindakan aktif negara dan juga tidak dapat dikategorikan
sebagai tindakan membiarkan, mengingat upaya-upaya telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1997.
Spurr. 1973.
Putra, Akbar Karunia, Jurnal Ilmu Hukum, Transboundary Haze Pollution Dalam Perspektif Hukum Lingkungan Internasional, 2015
Draft Articles Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, International Law Commission, 2001
Martin Dixon, Textbook on International Law , third edition, Blackstone Press Limited 1996, hal 219
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, 2015
Majalah dan Surat Kabar
http://www.infostmkg.com/2014/01/jenis-jenis-kabut-gambar-dan-penjelasan.html
http://news.okezone.com/read/2015/09/14/340/1213771/kebakaran-hutan-menggila-982-titik-panas-penuhi-sumatera
http://life.viva.co.id/news/read/656263-ini-dampak-asap-kebakaran-hutan-bagi-kesehatan http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150731130405-20-69319/pemerintah-siapkan-dana-
rp107-m-untuk-atasi-kebakaran-hutan/
http://news.merahputih.com/asia/2015/09/16/dampak-kabut-asap-sumatra-untuk-malaysia-dan-singapura/26564/
http://library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hi/205613011/bab4.pdf
Peraturan Perundang-Undangan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 BAB III Pasal 5 Ayat 1
P a g e |

UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1
Undang UU Nomor 32 tahun 2009
Perjanjian Internasional
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, 2002
P a g e |