tugas terstruktur pbl
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR PBL (Problem-Base Learning)
MATA KULIAH DIAGNOSA KLINIK
OLEH : KELOMPOK 2
1. Ayu Alfisa (0911313003)
2. Fisma Eka Pramudita (0911313005)
3. Hariati Sri Rejeki (0911313036)
4. Ling Sandra A. H. A. K. (0911313001)
5. Luddy Ardian (0911313003)
6. Nevi Kristi Yunani (0911313006)
7. Sri Helda Wulandari (0911313012)
8. Yazid Busthomi (0911313022)
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

KASUS :
Datang seorang klien dengan membawa seekor anjing Golden Retriever
jantan berusia 8 bulan dengan keluhan :
- keluar darah merah terang dari kedua lubang hidung,
- nafas sedikit tersengal-sengal,
- kadang bersin bersin,
- lesu,
- terlihat seperti kehausan.
Pemeriksaan terhadap suhu tubuh menunjukan 38,5°C dan menurut info
klien kejadian pendarahan pada hidung tersebut sudah berlangsung 2x dengan
interval waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya anjing tersebut sudah
mendapatkan pelatihan khusus secara intensif oleh pelatih anjing sebanyak 3x
dalam seminggu. Catatan vaksinasi anjing cukup lengkap (Sudah sesuai anjuran
dokter hewan)
DISKUSI :
SIGNALEMEN
- Hewan : Anjing
- Breed : Golden Retriever
- Jenis Kelamin : Jantan
- Usia : 8 bulan
ANAMNESA
- Keluar darah dari hidung (epistaxis) sudah 2x dengan interval waktu
yang tidak terlalu lama,
- Nafas tersengal-sengal,
- kadang bersin-bersin,
- lesu,
- terlihat seperti kehausan
- Sudah mendapatkan pelatihan intensif 3x seminggu
- Vaksinasi lengkap

PEMERIKSAAN FISIK
Temperatur : 38,5 °C NORMAL
DIAGNOSA
Dari beberapa keterangan yang telah diuraikan diatas, adanya epistaxis
kami jadikan sebagai gejala yang paling menciri. Sebagai langkah awal kami
mengumpulkan informasi tentang segala agen ataupun kondisi yang dapat
menjadi causa epistaxis, yang dapat dijadikan sebagai hipotesa awal/pra-duga
sementara.
Namun dari keseluruhan causa tersebut, apabila dibandingkan dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang ada, dimana diketahui bahwa :
- Suhu tubuh dari anjing tersebut normal,
- Pasien mendapatkan pelatihan intensif 3x seminggu,
- Pasien sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Kami akhirnya menetapkan diagnose akhir bahwa kondisi abnormal
dari anjing tersebut disebabkan karena Over-Exercised. Penjelasan lebih
lanjut akan diperinci dalam bab pembahasan.
PENANGANAN
Tujuan : untuk menghentikan perdarahan.
Penanganan awal difokuskan pada bagaimana caranya menghentikan
perdarahan yakni dengan :
- Dikompres dengan es batu dan ditekan pada bagian nasal.
- Pemberian Adrenaline (e.x : epinephrine) pada hidung
- Istirahatkan
Penanganan Lanjutan :
Advise mengenai Exercise yang tepat, yakni :
- Minimal 1x/hari selama 20-30 menit.
- Maksimal 2x/ hari, masing-masing 30-45 menit.
- Paling Baik : 25 menit berjalan di pagi hari dan 15-20 menit bermain
di sore hari.

PEMBAHASAN
SISTEMATIKA DIAGNOSA
A. ANAMNESA
Dari penjabaran mengenai riwayat kesehatan dan gejala klinis pasien yang
diterangkan oleh pemilik serta hasil pemeriksaan fisik, didapatkan informasi :
1.) Pasien mengalami EPISTAXIS bilateral dengan discharge berwarna merah
terang. Saat dibawa ke klinik sudah terjadi 2x engan selang waktu yang tidak
terlalu lama. Gejala epistaxis pada kasus ini kami jadikan sebagai gejala
paling menciri.
Berikut ini penjabaran mengenai epistaxis :
Definisi Epitaksis
Epistaksis adalah pendarahan melalui hidung yang dapat berasal
dari rongga hidung, sinus paranasal, atao nasofaring. Epistaksis hanyalah
gejala bukan penyakit. Pendarahan bisa menetes atau mengucur lewat
hidung bisa lewat nasofaring.
Epistaxis pada anjing.
Macam-Macam Epistaxis
Berdasarkan lokasinya epistaksis dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
a. Epistaksis anterior (depan)
- berasal dari bagian anterior hidung dengan asal perdarahan berasal
dari pleksus Kiesselbach.

- Perdarahan biasanya ringan, dan dapat berhenti sendiri
- Kebanyakan terjadi pada usia yang lebih muda.
b. Epistaksis posterior (belakang)
- berasal dari rongga hidung posterior dengan asal perdarahan berasal
dari pleksus Woodruff’s.
- Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri
- Biasanya terjadi pada usia yang lebih tua dan bersifat lebih parah.
Causa Epistaxis
Terdapat beberapa causa epistaxis, antara lain :
1. Trauma
2. Neoplasia
3. Infeksi Mikroorganisme (Bakteri, jamur, parasit)
4. Benda Asing/Corpora Aliena pada Cavum Nasal
5. Dental disease
6. Penyakit/ Kelainan Darah Trombositopenia
7. Hiperviskositas
Patofisiologi Epistaxis
Pada pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada umur yang lebih
tua, terlihat perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media
menjadi jaringan kolagen. Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis
interstitial sampai perubahan yang komplet menjadi jaringan parut.
Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh darah
karena hilangnya otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak dan lama.
Pada umur yang lebih muda, pemeriksaan dilokasi perdarahan
setelah terjadinya epistaksis memperlihatkan area yang tipis dan lemah.
Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia lokal
atau trauma.
2.) Nafas tersengal-sengal,
Hal ini terjadi karena adanya perdarahan pada cavum nasal sehingga jalan
nafas menjadi terganggu.

3.) kadang bersin-bersin.
Gejala bersin merupakan refleks awal karena adanya iritasi dalam rongga
hidung
4.) lesu,
5.) terlihat seperti kehausan
6.) Sudah mendapatkan pelatihan intensif 3x seminggu
7.) Vaksinasi lengkap

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Temperatur : 38,5 °C NORMAL
Keterangan :
Temperatur normal untuk anjing : 37,7°C – 39,2°C dengan rata-rata 38,5°C
b. Jika diperlukan lakukan pemeriksaan lanjutan, seperti :
Pemeriksaan tekanan darah dan kondisi pernafasannya.
Pengamatan pada daerah kepala, terutama pada bagian oral dan nasal.
Untuk mempermudah pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dengan
prosedur anastesi atau sekedar pemberian premedikasi untuk membuat
anjing lebih tenang.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count or hemogram)
Untuk mendeteksi adanya anemia, inflamasi atau infeksi.
2. Urinalysis
Untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mengidentifikasi proteinuria yang
berhubungan dengan beberapa causa epistaxis.
3. Uji Pembekuan Darah
Termasuk di dalamnya :
- Pemeriksaan platelet darah,
- Pemeriksaan von Willebrand's factor, penting untuk deteksi penyakit
von Willebrand yakni suatu kelainan pembekuan darah menurun pada
anjing,
- Uji pembekuan darah yang lain seperti prothrombin time, partial
thromboplastin time, activated clotting time.
4. Uji Serologis
Untuk deteksi penyakit infeksius, terutama yang disebabkan oleh jamur
(histoplasmosis, blastomycosis) dan tick-borne rickettsial diseases, seperti
ehrlichiosis dan Rocky Mountain Spotted Fever.
5. Radiografi Nasal dan Dental
6. Uji-uji yang Lain :
- X-ray pada cavum nasal
- Computerized tomography (CT)

- Magnetic resonance imaging (MRI)
- Rhinoscopy (evaluasi cavum nasal dengan fiberoptic endoscope) dan
nasal biopsy.
- Pembedahan pada cavum nasal untuk diagnose yang lebih pasti.

C. HIPOTESA
Dalam menentukan hipotesa/pra-duga sementara, sebagai langkah awal
kami mengumpulkan informasi tentang segala agen ataupun kondisi yang dapat
menjadi causa epistaxis, sebagai gejala yang paling menciri.
Berikut ini merupakan causa dari epistaxis dan penjelasannya:
1. TRAUMA
Trauma kepala bisa terjadi akibat benturan pada kepala karena kecelakaan,
perkelahian, yaitu kelukaan akibat pemasukan alat bantu ke dalam atau melalui
cavum nasi, misalnya sonde. Adanya Trauma pada kepala menyebabkan
membran mukosa dan atau os turbinata terluka. Biasanya disertai dengan fraktur
dan kebengkakan pada daerah yang terluka.
Gejala yang tampak :
- Perubahan tingkat kesadaran.
Hewan yang mengalami trauma tampak mengantuk dan lemas. Atau
sebaliknya hewan justru menjadi terlalu aktif dan sangat waspada.
- Perubahan ukuran pupil dan pergerakan mata.
Ukuran pupil tetap, bahkan saat diuji menggunakan senter. Selain itu pada
beberapa kasus ukuran pupilnya berbeda pada masing-masing mata. Pada
penderita trauma biasanya pergerakan matanya menjadi lebih cepat.
- Kekakuan atau Kelemahan Kaki
- Perdarahan dari Hidung atau Telinga
Adanya perdarahan pada hidung atau telinga merupakan tanda bahwa trauma
yang dialami cukup parah dan memerlukan penanganan segera. Trauma
kepala menyebabkan pembengkakan otak, namun jika sampai ada perdarahan
berarti dimungkinkan terjadi perdarahan pada otak.
- Serangan Jantung
- Kepala Miring
Kepala yang miring ke salah satu arah mengindikasikan adanya tekanan pada
salah satu sisi otak.

Pengguguran hipotesis
Trauma pada Nasal/Kepala dari hasil anamnese pasien tidak ditemukan
adanya luka ataupun benjolan seperti pada penderita trauma kepala. Dan apabila
dibandingkan lebih lanjut banyak sekali ketidaksesuain antara anamnesa kasus
dan literature tentang gejala trauma pada kepala ini.

2. NEOPLASIA
Setiap adanya kanker atau tumor pada saluran pernapasan memungkinkan
terjadinya epistaksis. Hal ini disebabkan karena lisisnya kapiler darah yang
disebabkan oleh sel kanker yang mendesak kapiler darah dan menyebabkan
keluarnya leleran darah dari lubang hidung.
Pada prinsipnya berbagai lesi dan kelainan anatomis bisa menyebabkan
perdarahan atau epistaksis tetapi untuk epistaksis yang disebabkan oleh sel sel
tumor atau kanker biasanya disertai dengan gejala sumbat hidung (nasal
obstruction) dan rinosinusitis. Rhinosinusitis sendiri merupakan suatu proses
peradangan yang melibatkan satu atau lebih sinus paranasal yang biasanya terjadi
setelah reaksi alergi atau infeksi virus pernapasan atas. Rinosinusitis adalah
penyakit inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal
Rinosinusitis juga bisa disebabkan oleh berbagai infeksi seperti infeksi bacterial
ataupun viral yang menciri dari rinosinusitis yang disebabkan oleh sel tumor
adalah rinosinusitis yang disebabkan oleh sel tumor tidak mengandung lendir dan
lebih berat. Symptom epistaksis yang disebabkan oleh neoplasma biasanya
bersifat intermitten dan sedikit kadang-kadang ditandai dengan mukus yang
bernoda darah, Hemongioma, karsinoma, serta angio-fibroma dapat menyebabkan
epistaksis berat. Untuk diagnose lanjutan dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologi biopsi tumor.
Kecurigaan lain diagnose sel kanker adalah badan lemah, anoreksia, berat
badan turun. Ketiganya merupakan gejala yang ditimbulkan oleh karena adanya
persaingan metabolism antara sel kanker dengan metabolism tubuh.

Pengguguran hipotesis
Neoplasma pada nasal cavity dari hasil anamnese pasien ditemukan nafas
tersengal hal ini mungkin menunjukkan gejala sumbat hidung (nasal obstruction),
tetapi hasil anamneses dan pemeriksaan klinis tidak ditemukan Rhinosinusitis
pada kavitas nasal, hasil pemeriksaan klinis juga menunjukkan tanda bahwa
epistaksis yang diderita pasien tidak bersifat intermitten dan sedikit

3. INFEKSI MIKROORGANISME (BAKTERI, JAMUR, PARASIT)
a. Bakteri :
Tidak banyak infeksi bakteri yang dapat menyebabkan epistaxis. Umumnya
infeksi bakteri muncul karena adanya trauma ataupun benda asing.
b. Jamur :
Aspergillus merupakan jenis jamur yang sering menyerang cavum nasal
dan dapat menyebabkan epistaxis. Nasal Aspergillosis biasa terjadi pada
anjing dengan ras dolichocephalic dan mesaticephalic pada usia muda
hingga dewasa. Golden retriever dan collie merupakan ras yang beresiko
tinggi dibandingkan ras lainnya. Spesies yang paling sering menyebabkan
nasal Aspergillosis adalah A. fumigatus.
Gejala klinisnya berupa lethargy, nyeri hidung, ulcer pada mukosa
hidung, frontal sinus osteomyelitis, bersin, purulen nasal discharge yang
tidak berespon terhadap antibiotik, epistaxis, dan dapat terjadi unilateral
atau bilateral. Penyakit ini dapat terjadi pada rongga hidung maupun sinus
paranasal. Terjadi kerusakan pada os turbinatio dengan gambaran radiografi
berupa peningkatan radiolusen pada os turbinatio. Kerusakan tersebut dapat
berlanjut menjadi penetrasi pada otak. Faktor predisposisinya adalah
imunosupresi, paparan spora dalam jumlah banyak, dan trauma pada wajah.
c. Parasit :

Parasit yang sering meyerang pada bagian nasal adalah jenis tungau
seperti Pneumonyssoides caninum dan Ehrlichia canis. Gejala yang sering
tampak adalah epistaxis dgn discharge berwarna blood-tinge, hewan sering
menggosok-gosok wajahnya, bersin yang berulang dan sering dan
menggosok bagian muka.
Satu-satunya cara untuk memastikan infeksi parasit pada cavum nasal
adalah dengan dilakukan rhinoscopy.
Pengguguran hipotesis
Infeksi Parasit dari hasil anamnese pasien, bersinnya hanya kadang-
kadang dan dischargenya berwarna merah terang. Sedangkan pada infeksi
parasite bersinnya berulang dan dischargenya berwarna blood-tinge.
4. BENDA ASING PADA CAVUM NASAL/CORPORA ALIENA
Terjadi karena adanya benda asing pada cavum nasal yang menusuk
pembuluh darah di hidung. Leleran hidung yang keluar berwarna merah pucat.
5. DENTAL DISEASE
Abses pada akar gigi yang terbentuk karena penyakit ataupun infeksi pada
gigi. Jika dibiarkan maka akan terjadi pembengkakan pada cavum oral, yang
lama-kelamaan juga dapat mempengaruhi cavum nasal.
6. PENYAKIT/ KELAINAN DARAH
Beberapa penyakit/kelainan darah dapat menyebabkan epistaxis, seperti
Trombositopenia, Von Willebrand’s Disesase, dan efek racun tikus yang tidak
sengaja termakan.
a. Thrombocytopenia
Thrombocytopenia merupakan suatu kondisi abnormal dimana
konsentrasi platelet dalam darah menjadi sangat rendah. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya memar dan perdarahan. Jumlah platelet yang sangat
rendah ini mungkin disebabkan oleh kegagalan produksi platelet baru di
sumsum tulang, pemusnahan platelet oleh system imun tubuh, dll.
Salah satu penyebab yang paling umum adalah karena infeksi rickettsia.

b. Penyakit Von Willebrand
adalah kurangnya factor penggumpalan darah yang menyebabkan
fungsi platelet abnormal dan pendarahan yang berkepanjangan saat
terjadi luka atau trauma.
c. Rodenticides
mengandung vitamin K antagonis are frequently the cause of
generalized bleeding in dogs because they interfere with activation of
several clotting factors by vitamin K.
7. HIPERVISKOSITAS
Hiperviskositas atau pengentalan darah dapat terjadi karena konsentrasi
protein yang sangat tinggi dalam darah. Konsentrasi protein yang terlalu tinggi
menyebabkan penurunan fungsi platelet dan koagulasi yang abnormal. Penyebab
yang umum dari sindrom hiperviskositas adalah multiple myeloma (produksi
berlebih protein antibody oleh malignant antibody-producing plasma cells),
lymphoma (kanker pada jaringan limfoid dan limfosit) dan erhlichiosis (penyakit
tick-borne rickettsial).

D. PENETAPAN DIAGNOSA AKHIR
Dari kasus yang tersebut diatas, setelah dianalisa anamnesanya dan
dilakukan pengguguran hipotesa, kami menetapkan diagnosa bahwa kondisi
abnormal dari anjing tersebut disebabkan oleh Over-Exercised.
OVER-EXERCISED
Exercise (aktifitas gerak) pada anjing sebenarnya sangat bagus dalam
memelihara kesehatan tulang dan sendi, serta fungsi jantung dan paru-paru anjing.
Namun pemberian exercise yang berlebihan (over-exercise) atau tidak sesuai
dengan kondisi fisik si anjing justru akan memberikan efek negative seperti
pingsan, gangguan perkembangan tulang dan sendi, dll.
Dalam sebuah literature, disebutkan juga bahwa pada anjing yang
mengalami over-exercise, dimungkinkan mengalami perdarahan di paru-paru.
Namun untuk membuktikannya diperlukan adanya pemeriksaan endoskopi pada
paru-paru. Tetapi beberapa diantara kasus yang pernah ada, gejala yang paling
mencolok adalah adanya perdarahan pada hidung (epistaksis) setelah latihan.
Perdarahan pada paru-paru ini mungkin disebabkan karena adanya
perbedaan tekanan pada pembuluh darah di paru-paru yang sangat tinggi saat
hewan melakukan exercise.

E. PENANGANAN
Tujuan : untuk menghentikan perdarahan.
Penanganan awal difokuskan pada bagaimana caranya menghentikan
perdarahan yakni dengan :
- Dikompres dengan es batu dan ditekan pada bagian nasal.
Perlakuan ini akan memicu kontriksi pada pembuluh darah sehingga
aliran darah menurun dan membantu proses pembekuan darah.
- Pemberian Adrenaline (e.x : epinephrine) pada hidung untuk
mengontrol perdarahan dan membuat hewan lebih tenang.
- Setelah perdarahan bisa dihentikan bersihkan hidung dari sisa darah
yang menggumpal.
- Istirahatkan, sampai kondisi hewan pulih kembali. Jangan dipaksa
untuk melalukan exercise sementara waktu.
Penanganan Lanjutan :
Advise mengenai Exercise yang tepat, yakni :
- Minimal 1x/hari selama 20-30 menit.
- Maksimal 2x/ hari, masing-masing 30-45 menit.
- Paling Baik : 25 menit berjalan di pagi hari dan 15-20 menit bermain
di sore hari.