tugas uas isbd
TRANSCRIPT
STIA Maulana Yusuf Banten 1
Nama : Lalan Rayatullah NPM : 0943102010028 Kelas : Non Reguler Semester : 3 (tiga) Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar Keterangan : Tugas UAS
BUDAYA ULU-ULU
Pengelolaan Sumber Daya Air di Perdesaan
(Desa Panosogan Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang)
Masalah pengairan merupakan bagian penting dari setiap kebudayaan dan
organisasi sosial didalam komunitas masyarakat perdesaan yang mayoritas
bergelut dengan pertanian, Sumber Daya Air tidak hanya berguna untuk
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, tetapi juga sebagai sumber daya utama
untuk kegiatan ekonomi produktif mereka. Pengaturan Sumber Daya Air ini,
seperti melalui sistem irigasi, telah dikenal masyarakat Sunda (Jawa Barat) dan
Banten sejak abad ke-V dan makin diperkuat ketika masa kolonialisme.
Dari masa kolonialisme hingga pasca reformasi saat ini, banyak sekali
perubahan dan penambahan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan
Sumber Daya Air. Seiring dengan berbagai perubahan tersebut, banyak pula
perubahan menyangkut posisi dan peran seorang Ulu-Ulu atau pengatur distribusi
Air (pelayan cai) di desa-desa. Namun budaya sistem Ulu-Ulu masih tetap
bertahan diantaranya terdapat di Desa Panosogan Kecamatan Cikeusal Kabupaten
Serang – Banten yang hingga kini masih tetap berjalan sebagai sistem pengaturan
irigasi tradisional dalam pengeolaaan sumber daya air untuk kebutuhan pertanian
sawah khususnya (padi), yang notabene masyarakat setempat mayoritas berprofesi
sebagai petani.
Penjelasan :
1. Makna yang terkandung;
Dalam budaya ulu-ulu ini terkandung makna yang sangat luhur, yakni
memanfaatkan anugerah Tuhan berupa sumber daya air guna dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, dalam pengelolaan salah satu sumber daya pokok yang
STIA Maulana Yusuf Banten 2
telah dianugerahkan Tuhan demi kelangsungan ekosistem alam yang sangat
menunjang bagi keberlangsungan kehidupan manusia yang diantaranya
bercocok tanam tanpa harus menghamburkan air yang tidak hanya berfungsi
sebagai kebutuhan pokok kehidupan mahluk hidup saja, akan tetapi mampu
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
2. Tujuan;
Dengan diberlakukannya sistem ulu-ulu bagi pertanian di pedesaan ini
bertujuan diantaranya :
a. Dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan suplai air untuk
tanaman padi terutama dilahan para petani, agar dalam bercocok tanam
padi khususnya tidak kekurangan suplai air sehingga pertumbuhan padi
tersebut dapat berlangsung dengan baik dan subur. Karena tanaman padi
membutuhkan asupan air yang cukup tinggi sehingga dapat tumbuh subur
dan dipanen pada waktunya dengan hasil yang memuaskan.
b. Agar kebutuhan air pada lahan-lahan petani dapat diatur dengan sebaik-
baiknya tanpa ada lahan yang kekurangan air.
c. Mencegah penggunaan air secara tidak teratur dengan tidak berlebihan
sehingga tidak merugikan sebagian lahan petani yang ada.
2. Nilai-nilai yang terkandung;
Tetap berlangsung dan diterapkannya budaya ulu-ulu ini banyak nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, beberapa diantaranya ialah :
a. Mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa
Maha dari segala Maha, dengan memanfaatkan air dengan sebaik-baiknya
sehingga bermanfaat secara positif demi kelangsungan kehidupan dan
kelestarian alam.
b. Memahami bahwa air adalah sumber pokok dari kehidupan
c. Menanamkan sikap arif dan bijaksana serta adil terhadap sesama dan alam
d. Menanamkan budaya berterimakasih atau balas budi dengan timbale balik
sebagian kecil hasil panen terhadap orang yang telah berjasa dengan telah
menjadi pengatur cai.
e. Tertanam budaya gotong royong, tenggang rasa sesama masyarakat.
STIA Maulana Yusuf Banten 3
3. Aspek positif;
Aspek positif yang terkandung atau terdapat dalam budaya ulu-ulu ini
diantaranya ialah :
a. Bercocok tanam padi atau tanaman lainnya dapat teratur dengan baik
sehingga pertanian dapat tumbuh dengan baik, sehingga kesejahteraan
kehidupan dan perekenomianpun meningkat dengan hasil panen yang
memuaskan bagi petani dan bagi ulu-ulu itu sendiri.
b. Terjalin komunikasi antara beberapa pihak baik petani, petugas ulu-ulu dan
pemerintah (desa).
c. Musim tanam dapat teratur dan seragam, karena air yang digunakan para
petani diatur oleh mantri cai atau petugas ulu-ulu tersebut.
d. Dari sisi alam, tingkat kesesuaian (level of fitness) antara kebutuhan dan
ketersediaan Air ternyata semakin lama semakin timpang.
e. Terdapat upaya pencegahan dan penyelamatan lingkungan khususnya
Sumber Daya Air dengan melakukan penghematan.
4. Aspek negatif;
a. Secara sosiologis, otoritas yang dimiliki seorang Ulu-Ulu sangatlah
strategis, karena ia memegang “kuasa” atas distribusi air. Namun
demikian, semakin hari, menjalani profesi menjadi Ulu-Ulu semakin tidak
mudah. Hal ini terkait dengan masalah-masalah degradasi alam (nature),
perilaku manusia (culture), kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air (state)
dan komodifikasi air (market/liberalization) yang berimbas langsung
terhadap peran Ulu-Ulu.
b. Terkadang riak-riak kekecewaanpun muncul ke permukaan juga sering
terjadi, khususnya pada musim kemarau ketika petani sawah merasa
semakin sulit mendapatkan jatah air terutama sawah yang letaknya terjauh
dari saluran air irigasi.
c. Terkadang terjadi hal yang kurang bijaksana pada saat panen tiba dimana
petani harus memberikan sebagian kecil hasil panennya kepada petugas
ulu-ulu, dengan jumlah yang tidak sepantasnya karena hanya didasari rasa
kekeluargaan tanpa lebih memperhitungkan jasa merawat dan tugas
membagi air dengan berusaha seadil mungkin.