tugas_1

8
PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN KAJIAN STRUKTUR RUANG DAN AKSESIBILITAS KOTA Tata Guna Tanah di Perkotaan Oleh : Hesti Nur septa A Kesi Dewi Emawati 11/319423/TK/38552 Nur Aini Salamah Faiz Mahbubi Raymond Simamora

Upload: kesi-dewi-emawati

Post on 28-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sss

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS_1

PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN PERKOTAAN

BERDASARKAN KAJIAN STRUKTUR RUANG DAN

AKSESIBILITAS KOTA

Tata Guna Tanah di Perkotaan

Oleh :

Hesti Nur septa A

Kesi Dewi Emawati 11/319423/TK/38552

Nur Aini Salamah

Faiz Mahbubi

Raymond Simamora

TEKNIK GEODESI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2014

Page 2: TUGAS_1

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan struktur ruang di perkotaan dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk tersebut berdampak pada berkembangnya wilayah yang

menyebabkan beralih fungsi ruang terbuka. Ruang terbuka yang semula merupakan lahan

pertanian, lahan konservasi alam, dan resapan air tanah, serta daerah sabuk hijau menjadi

lahan aktivitas yang difungsikan untuk kegiatan industri, perdagangan, dan perumahan.

Permasalahan yang terjadi di kota-kota besar di negara yang sedang berkembang adalah

terjadinya perubahan struktur ruang yang cepat. Tiga elemen pembentuk struktur ruang

adalah perdagangan, industri, dan perumahan. Ketiga elemen tersebut sangat erat kaitannya

dengan struktur ruang, yaitu: perdagangan umumnya memerlukan lokasi di pusat kota,

industri memerlukan lokasi di pinggiran kota yang memiliki aksesibilitas tinggi untuk

distribusi hasil produksi dan bahan dasar, dan perumahan atau tempat tinggal memerlukan

kenyamanan dalam arti yang luas, termasuk adanya kemudahan akses, ketenangan, jauh dari

kebisingan, dan udara bersih.

Bentuk perkotaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan oleh system transportasi perkotaan

tersebut dikarenakan keterkaitannya bersifat timbal balik. Keterkaitan antara transportasi

dengan bentuk perkotaan dalam pengembangan kota dapat mengurangi dampak negative

terhadap pencemaran.

Aksesibilitas merupakan konsep yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara sistem

tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang

menghubungkannya. Perubahan tata guna lahan yang menimbulkan zona-zona dan jarak

geografis di suatu wilayah atau kota akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana

atau sarana angkutan (Miro, 2005).

Page 3: TUGAS_1

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan penduduk yang tinggal di kawasan Kota Semarang dalam kurun waktu 1998-

2008 telah mengalami pertambahan yang disebabkan oleh: pertumbuhan alami 10,0 %-15,0

%, migrasi penduduk dari desa ke kota 25,0 %-30,0 % terhadap pertumbuhan penduduk

perkotaan, dan transformasi perubahan wilayah dari perdesaan menjadi perkotaan sekitar

30,0%-35,0% (ADB, 2000).

Aksesibilitas diartikan diartikan sebagai mudahnya suatu lokasi yang dihubungkan dengan

lokasi lainnya lewat jaringan transportasi berupa prasarana jalan dan alat angkut yang

bergerak di atasnya.

Permodelan dalam tata guna lahan dikategorikan menjadi 3 kegiatan, yaitu:

1. Meneliti perubahan tata guna lahan (TGL) berkaitan Pembentuk Struktur Ruang Kota

(PSRK) yang struktur elemen pembentuknya adalah kawasan perdagangan, industri, dan

perumahan.

2. Mencari hubungan antara struktur pembentuk ruang kota dengan aksessibilitas dari

besarnya nilai bangkitan perjalanan pada kawasan dominan di setiap zona

3. Menganalisis peningkatan aksesibilitas dan harga lahan pada kawasan dominan sebagai

pembentuk PSRK.

Semarang merupakan salah satu kota metropolitan muda yang sedang berkembang di

Indonesia. Permasalahan trasnportasi dan perubahan struktur ruang kotanya belum

Page 4: TUGAS_1

sekompleks kota metropolitan lainnya. Sehingga pengaturan terhadap pemanfaatan ruang

lebih mudah. Kota Semarang memiliki kondisi topografi perbukitan dan dataran rendah.

Diagram berikut merupakan data yang menunjukkan hubungan jarak ke CBD (Central

Business District) dengan elemen pembentuk struktur ruang di Kota Semarang dari tahun

1998 s/d 2008.

1. Hubungan jarak ke CBD dengan harga lahan di kawasan perumahan.

2. Hubungan jarak ke CBD dengan harga lahan di kawasan perdangangan.

3. Hubungan jarak ke CBD dengan harga lahan di kawasan industri.

Page 5: TUGAS_1

4. Hubungan jarak ke CBD dengan harga lahan di kawasan perdangangan, perumahan, dan

industri.

Nilai konstribusi perjalanan terbesar adalah kawasan perumahan, yaitu sebesar 2.591, diikuti

kawasan perdagangan, yaitu 600, dan kawasan industri, yaitu 334. Hasil analisis tersebut

mengindikasikan bahwa kawasan perumahan sebagai penyumbang konstribusi perjalanan

yang paling dominan di kawasan Kota Semarang. Fenomena tersebut disebabkan harga lahan

di kawasan perumahan lebih murah daripada harga lahan di kawasan industri dan

perdagangan, sehingga berdampak terhadap jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan kawasan

perumahan, yang jauh lebih besar daripada tarikan perjalanan kawasan industri dan

perdagangan.

Page 6: TUGAS_1

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Hasil penelitian pembangunan jaringan jalan perkotaan berdasarkan kajian struktur ruang dan

aksesibilitas kota di Kota Semarang menunjukkan bahwa:

1. Kawasan perumahan di Kota Semarang merupakan faktor yang paling dominan

sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan, disusul oleh kawasan perdagangan dan

kawasan industri.

2. Perubahan tata guna lahan perkotaan terkait dengan harga lahan mempengaruhi

aksesibilitas pada dua kurun waktu yang berbeda (tahun 1998 dan 2008).

Daftar pustaka

Masrianto, dkk. 2012. Pembangunan Jaringan Jalan Perkotaan Berdasarkan Kajian Struktur

Ruang dan Aksesibilitas Kota. Jurnal Transportasi Vol. 12 No. 2 Agustus 2012: 153-164