tumbuh-kembang-ternak

14
MENGUKUR PRODUKSI TERNAK I. PERTUMBUHAN Kata pertumbuhan dapat di terapkan pada suatu se l, organ,  jaringan, seekor ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, olume ataupun massa. !enurut "#atland (198$) dan %berle et al.(2&&1) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pa kan, mi num dan men dapat tempat be rlin du ng yang layak. Peningka tan sediki t saja uku ran tubuh akan menyebabka n peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan 'ungsi dari olume. Pertumbuhan mempunyai dua aspek yait u me ny angk ut pe ni ngkatan massa pe rsatuan #a kt u, dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai akibat dari pertumbuhan di'erensial komponenkomponen tubuh Pertumbuhan ternak menunj ukkan peni ngkatan ukur an li near, bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. *erdapat tiga hal penting dalam per tumbuhan seekor ternak, yaitu proses proses dasar pertumbuhan sel, di 'ere nsi asi sel sel induk me nj adi ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan mek anisme pengendal ian pertumbuhan dan di'erensiasi. Pertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel, pembesaran sel dan aku mulasi substansi ekstraselule r atau mater ial mater ial non pro topl asma. Pertu mbuhan dimulai sej ak terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat di+ap ainya kede#asaan. Per tu mbuhan ternak dapat dibedakan menjadi pertumbuhan sebelum kelahiran (prenatal) dan pertumbuhan setelah terjadi kelahiran (postnatal) . Pertumbuhan pr enat al dapat di bagi menj adi ti ga peri ode yait u periode oum, periode embrio dan periode 'etus. Pada domba periode

Upload: rizki-fauzan

Post on 19-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang ternak

TRANSCRIPT

MENGUKUR PRODUKSI TERNAK

MENGUKUR PRODUKSI TERNAKI. PERTUMBUHANKata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, organ, jaringan, seekor ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, volume ataupun massa. Menurut Swatland (1984) dan Aberle et al.(2001) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan fungsi dari volume. Pertumbuhan mempunyai dua aspek yaitu: menyangkut peningkatan massa persatuan waktu, dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai akibat dari pertumbuhan diferensial komponen-komponen tubuh Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Terdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu: proses-proses dasar pertumbuhan sel, diferensiasi sel-sel induk menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan mekanisme pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi. Pertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel, pembesaran sel dan akumulasi substansi ekstraseluler atau material-material non protoplasma. Pertumbuhan dimulai sejak terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat dicapainya kedewasaan. Pertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi pertumbuhan sebelum kelahiran (prenatal) dan pertumbuhan setelah terjadi kelahiran (postnatal) .

Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pada domba periode ovum dimulai saat ovulasi sampai terjadinya mplantasi, periode embrio dimulai dari implantasi sampai terbentuknya organorgan utama seperti otak, kepala, jantung, hati dan saluran pencernaan, periode fetus berlangsung sejak hari ke-34 masa kebuntingan sampai terjadinya kelahiran

Pertumbuhan post natal biasanya dibagi menjadi pertumbuhan pra sapih dan pasca sapih. Pertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu yang dihasilkan oleh induknya Pada domba, pertumbuhan pra sapih dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi susu induk, litter size, umur induk, jenis kelamin anak dan umur penyapihan. Pertumbuhan pasca sapih (lepas sapih) sangat ditentukan oleh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan bobot sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, kondisi kandang, pengendalian parasit dan penyakit lainnya.

Pertumbuhan hewan yang diukur dalam berat tubuh atau berat karkas maupun organ, jaringan atau bagaian tubuh tertentu, bila diplot pada kertas grafik terhadap umurnya, merupakan suatu kurva berbentuk sigmoid, dengan persamaan :

Disini Wt Ukuran tubuh pada waktu t, A adalah ukuran maksimum yang dapat dicapai pada waktu t tak hingga, sedangkan a, b, dan k adalah suatu kontanta yang mempunyai arti tertentu dalam pertumbuhan dan e adalah bilangan logaritma alami yang besarnya 2,71828

Pertumbuhan terdapat dua fase, yaitu: fase pertama self accelerating phase, dimana kecepatan tumbuh meningkat, dengan persamaan Wt = W0ekt , disini W0 ukuran tubuh pada saat lahir atau menetas dan k adalah kecepatan pertumbuhanFase kedua self inhibiting phase dimana pertambahan ukuran tubuh per unit waktu turun sampai pertambahan ukuran tubuh tersebut menjadi nol atau mencapai ukuran maksimum, dan dalam keadaan ini ukuran tubuh dewasa telah tercapai dengan persamaan Wt = A - bekt. Titik antara kedua fase ini disebut titik balik (inflection point).

Brody (1945) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat diukur dengan tigacara, yakni: (1) laju pertumbuhan kumulatif (cumulative growth rate), (2) laju pertumbuhan relative (relative growth rate) dan (3) laju pertumbuhan absolute (absolute growth rate).

a. Pertumbuhan Kumulatif

Kurva laju pertumbuhan kumulatif adalah kurva bobot badan versus waktu, bentuk urva ini sigmoid. Menurut Tulloh (1978) pertumbuhan sapi jantan

di bawah kondisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan sebagai kurva yang berbentuk sigmoid (Gambar 1).

Kurva pertumbuhan kumulatif diperoleh dengan cara menimbang bobot hidup ternak sesering mungkin, selanjutnya dibuat kurva dengan aksisnya adalah umur dan ordinatnya adalah bobot hidup. Di bawah kondisi lingkungan yang terkendali, bobot ternak muda akan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang tinggi sampai dicapainya pubertas. Setelah pubertas dicapai bobot badan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang semakin menurun, dan akhirnya tidak terjadi peningkatan bobot badan setelah dicapai kedewasaan. Pertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan negatif atau tidak terjadi lagi penambahan bobot badan bahkan terjadi penurunan bobot badan karena ketuaan .

b. Pertumbuhan Absolut

Menurut Brody (1945) adalah pertambahan bobot badan per unit waktu atau laju pertumbuhan absolut (LPA). Dapat digambarkan dengan rumus :

.Dimana : W1 = bobot badan pada umur t1 W2 = bobot badan pada umur t2 Kurva ini diperoleh dengan cara menggambarkan pertambahan bobot badan harian versus umur. Pada saat lahir sampai pubertas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang semakin meningkat. Setelah dicapai pubertas, pertambahan harian menurun sampai dicapai titik nol setelah dicapainya kedewasaan. Setelah kedewasaan laju pertumbuhannya menjadi negative..

Gambar 1. Kurva pertumbuhan sejak lahir sampai ternak mati

Keterangan :

Y = Bobot hidup, Pertambahan bobot badan harian atau persen laju ertumbuhan

X = Umur C = Pembuahan B = Kelahiran P = Pubertas

M = Dewasa tubuh D = Matic. Pertumbuhan Relatif

Menurut Brody (1945) laju pertumbuhan relatif (LPR) pada self accelerating phase didefinisikan sebagai kecepatan tumbuh absolut dibagi dengan setengah jumlah bobot badan awal dan bobot badan akhir pengamatan. Dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut :

(W2 W1) / (t2 t1) (ln W2 ln W1)

LPR = k = --------------------------- atau k = ------------------------

(W2 + W1) (t 2 t1)

Persen laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju pertumbuhan tertinggi dicapai saat terjadinya pembuahan. Meskipun laju pertumbuhannya sama, ternak yang lebih kecil tumbuh tiga kali lebih cepat bila perbandingan dibuat dalam persen laju pertumbuhan (Tabel 1). Ternak dari bangsa yang besar kerangka tubuhnya meskipun pertambahan bobot badan hariannya lebih tinggi tetapi persen laju pertumbuhannya lebih kecil bila dibandingkan dengan bangsa yang kerangka tubuhnya kecil (Tabel 2). Sebagai gambaran untuk memperjelas penyataan tersebut disajikan data pertumbuhan sapi bobot 100 dan 300 kg dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang sama (1,0 kg).

Tabel 1. Laju pertumbuhan relatif sapi pada bobot potong 100 dan 300 kg

Bobot Potong

Laju Pertumbuhan

PBBH (kg)% Laju Pertumbuhan

1001,01,0

3001,00,3

Sumber : Tulloh (1978)

Tabel 2. Laju pertumbuhan relatif sapi bangsa A dan bangsa B

BangsaBobot Potong

Laju Pertumbuhan

PBBH (kg)% Laju Pertumbuhan

A2000,50,25

B5001,00,20

Sumber : Tulloh (1978)

d. Pertumbuhan Alometri

Perkembangan tubuh ternak dapat dipelajari dengan mengukur pertumbuhan relatif komponen-komponen tubuh dan biasanya dilakukan dengan teknik pemotongan ternak secara beruntun (Butterfield, 1988). Dengan menggunakan persamaan alometrik Huxley (1932) yaitu Y = aXb, dapat diketahui gambaran pertumbuhan organ atau komponen tubuh secara kuantitatif. Transformasi logaritma persamaan Huxley akan menghasilkan garis lurus untuk setiap komponen tubuh terhadap bobot tubuh. Bentuk tranformasi logaritmanya adalah :

log Y = log a + b log X. atau ln Y = ln a + b ln X

Menurut Natasasmita (1979) dengan mengetahui besaran nilai koefisien pertumbuhan relatif (b) dari suatu bagian komponen tubuh (Y) terhadap bobot tubuh (X) di dalam persamaan Alometrik Huxley, dapat dipelajari fenomena pertumbuhan komponen bersangkutan. Jika prinsip allometrik Huxley diaplikasikan secara tepat pada sejumlah individu hewan, kita akan menghasilkan hewan yang mempunyai komposisi karkas dan bobot yang spesifik selama pertumbuhan (McDonald et al., 1975). Bila slope atau koefisien pertumbuhan relatif b=1, maka kedua komponen tubuh tumbuh dengan laju yang sama. Bila b1 menunjukkan komponen tubuh (Y) bertambah sejalan dengan peningkatan bobot tubuh (X), atau dapat diinterpretasikan bahwa kecepatan pertumbuhan relatif komponen tubuh (Y) lebih tinggi, bila dibandingkan dengan peningkatan bobot tubuh (X) Koefisisen ini menunjukkan bahwa waktu perkembangan komponen tubuh (Y) termasuk masak lambat, sehingga potensi pertumbuhan relatif dari komponen tubuh (Y) termasuk potensi tinggi.

Penggunaan persamaan ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan relative komponen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada bobot hidup, dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran tersebut dan pakan (Tulloh.1963). Hal ini berarti bahwa umur fisiologis (berdasarkan bobot hidup) lebih berpengaruh dari pada umur kronologis (Natasasmita, 1978). Kemudian untuk mengetahui karakteristik tumbuh kembang komponen tubuh, Natasasmita (1979) mencoba menginterpretasikan dengan menguji nilai b terhadap satu dengan formula : (b-1) / Sb. Untuk mencegah penyimpangan hasil yang didapat dalam analisis ini, dianjurkan agar pemotongan ternak secara serial, sesuai dengan masa pertumbuhan atau pada selang bobot potong yang tidak terlalu besar. Tulloh (1963) menganjurkan pemakaian persamaan alometrik Huxley dalam bentuk linier dengan alasan penggunaan ratio ataupun persentase dari bagian tubuh terhadap bobot tubuh secara keseluruhan, dapat memperoleh gambaran tentang perubahan komponen tubuh selama pertumbuhan seekor ternak tidak terlalu besar. Hasil penelitian Murray dan Slezacek (1976) dan Wood et al. (1980) pada domba, mendapatkan bahwa persentase tulang karkas berkurang sesuai dengan pertambahan umur maupun bobot tubuh karena nilai koefisien pertumbuhan relative (b1). Dengan meningkatnya bobot karkas, maka persentase otot, tulang dan jaringan pengikat berkurang (b1). Dengan meningkatnya lemak karkas pada domba Priangan maka persentase lemak subkutan konstan (b=1), lemak intermuskuler berkurang (b1), 21 sedangkan pada domba Ekor Gemuk persentase lemak subkutan, intermuskuler, ginjal dan pelvis konstan (b=1) dengan semakin meningkatnya lemak karkas. Secara umum persentase otot, tulang dan jaringan pengikat selalu lebih tinggi, sedangkan persentase lemak selalu lebih rendah pada domba Priangan dibandingkan dengan domba Ekor Gemuk. Bangsa domba sangat nyata berpengaruh pada intersep bobot otot, tulang, lemak dan jaringan ikat, sedangkan pada distribusi lemak menunjukkan koefisien pertumbuhan lemak subkutan, intermuskuler, lemak abdomen, lemak ginjal dan lemak pelvis tidak nyata dipengaruhi oleh bangsa domba.Dari segi depot lemak, Herman (1993) menyatakan bahwa dengan meningkatnya bobot tubuh, maka persentase lemak tubuh domba Priangan dan Ekor Gemuk semakin meningkat (b>1). Pada domba Priangan persentase lemak subkutan dan lemak ginjal meningkat (b>1), lemak intermuskuler, lemak pelvis, lemak rongga thorax berkurang (b1), lemak intermuskuler, lemak pelvis, lemak rongga thorax dan lemak ekor berkurang (b