tumbuhan hiperakumulator
DESCRIPTION
FitoremediasiTRANSCRIPT
1
TUMBUHAN HIPERAKUMULATOR:Colocasia esculenta, Chromolaena odorata, Ischaemum timorense,
Rhapanus sativus dan Daucus carota
Viki WulandariH41112 009
Fitoremediasi- Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin
Email : [email protected]
1. Colocasia esculenta
Penelitian dengan menggunakan tanaman hiperakumulator biasanya
dilakukan pada daerah bekas penambangan. Misalnya pada bekas penambangan
emas, maka akan banyak meninggalkan tumpahan merkuri pada lahan bekas
lokasi penambangan. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan suatu usaha untuk
mengatasi pencemaran merkuri. Salah satunya dengan menggunakan tumbuhan
hiperakumulator merkuri. Salah satu tumbuhan yang digunakan untuk remediasi
adalah Colocasia esculenta atau talas.
Gambar: Talas Colocasia esculentaSumber : Hilamuhu, dkk., 2010
Daun talas, tua atau muda, juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan gurame.
Daun, tangkai daun, dan umbi, digunakan sebagai campuran pakan ternak,
Universitas Hasanuddin, 2015
2
terutama babi. Di beberapa daerah di Indonesia di mana padi tidak dapat tumbuh,
antara lain diKepulauan Mentawai dan Papua, talas dimakan sebagai makanan
pokok, dengan cara dipanggang, dikukus atau dimasak dalam tabung bambu.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Balai Riset dan
Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) menggunakan metode pengujian
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Tumbuhan Colocasia esculenta
yang dijadikan objek penelitian adalah tumbuhan yang terdapat pada
penambangan emas Desa Ilangata, Gorontalo.
Penelitian ini menggunakan beberapa tumbuhan uji lainnya, tetapi
Colocasia esculenta mampu menyerap merkuri dalam kadar yang paling besar.
berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan:
Menurut Widyawati (2011), banyaknya serapan logan oleh tanaman
tergantung pada umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya
waktu tanaman berada pada tanah tercemar.
Universitas Hasanuddin, 2015
3
Semua spesies tumbuhan di kawasan tersebut digolongkan sebagai
tumbuhan hipertoleransi terhadap merkuri. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan tumbuhan tersebut dalam menyerap merkuri, dan dalam proses
penyerapan, ada faktor yang mempengaruhi yaitu perbedaan morfologi dan
faktor lingkungan diantaranya suhu dan pH, pH pada kawasan tersebut adalah
6,5. Menurut (Ashraf dkk, 2010), ada dua faktor yang mempengaruhi penyerapan
logam, yang pertama yaitu perbedaan genetik dalam serapan, translokasi dan
menolak atau menyimpan kontaminan oleh tanaman, dan kedua yaitu faktor
lingkungan.
Menurut Meagher (2000), merkuri dalam tanah terserap oleh akar melalui
zat khelat atau fitokelatin yang diekresikan oleh jaringan akar tumbuhan terhadap
respon kandungan merkuri. Pada penelitian ini tumbuhan yang berada di kawasan
tersebut memiliki kemampuan dalam mengeksresikan fitokelatin yang merupakan
respon terhadap kandungan merkuri pada tanah tetapi hanya dapat
mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang rendah sehingga tidak
digolongkan sebagai tumbuhan hiperakumulator.
2. Chromolaena odorata
Secara umum, mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat
oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung (Hardiani,
2009), sebagai berikut : (1) Penyerapan oleh akar. Agar tanaman dapat menyerap
logam, maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer)
dengan beberapa cara bergantung pada spesies tanaman, (2) Translokasi logam
dari akar ke bagian tanaman lain. Setelah logam menembus endodermis akar,
logam atau senyawa asing lain mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas
Universitas Hasanuddin, 2015
4
tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem dan floem) ke bagian tanaman
lainnya, (3) Lokalisasi logam pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk
menjaga agar logam tidak menghambat metabolisme tanaman. Sebagai upaya
untuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tanaman mempunyai
mekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ
tertentu seperti akar.
Dalam sebuah penelitian, telah diperoleh hasil bahwa Chromolaena
odorata mampu mengakumulasi kadar Hg sebanyak 0,39 ppm. Chromolaena
odorata adalah tumbuhan liar yang dianggap sebagai gulma atau tanaman
pengganggu.
Gambar : Chromolaena odorataSumber : Hilamuhu, dkk., 2010
Penelitian yang menggunakan tanaman Chromolaena odorata telah
membuktikan bahwa Chromolaena odorata mampu mengakumulasikan merkuri
dan menjadi tanaman yang dapat memperbaiki kualitas lahan bekas penambangan
emas yang tercemar merkuri. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mendeteksi
pada bagaian mana yang dapat bekerja untuk menanggulangi merkuri.
Universitas Hasanuddin, 2015
5
3. Ischaemum timorense
Pembuangan limbah padat secara timbunan terbuka berpotensi
menimbulkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran media air dan tanah.
Pembuangan cara ini juga dapat mengurangi estetika dan pemakaian lahan yang
digunakan untuk aktivitas manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan pemulihan
lahan terkontaminasi pada lokasi bekas timbunan tersebut. Fitoremediasi sebagai
pemulihan media tanah terkontaminasi yang menggunakan tanaman merupakan
teknologi yang efektif, murah dan ramah lingkungan. Efektifitas proses sangat
dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi kontaminan serta tanaman yang digunakan.
Penelitian dilakukan menggunakan tanaman Ischaemum timorense Kunth atau
biasa dikenal sebagai rumput sarang buaya. Tumbuhan ini banyak ditemukan
sebagai gulma di pinggiran perairan hingga padang rumput.
Gambar : Ischaemum timorenseSumber : Hardiani, 2009
Universitas Hasanuddin, 2015
6
Industri Kertas dengan proses deinking adalah salah satu industri yang
menghasilkan limbah padat yang diklasifikasikan sebagai limbah B3 dari sumber
yang spesifik. Logam Cu berpotensi toksik terhadap tanaman dan berbahaya bagi
manusia karena bersifat karsinogenik. Kandungan logam Cu dalam jaringan
tanaman yang tumbuh normal sekitar 5-20 mg/kg, sedangkan pada kondisi kritis
dalam media 60-120 mg/kg dan dalam jaringan tanaman 5-60 mg/kg. Pada
kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai terhambat sebagai akibat keracunan
Cu.
Pengolahan limbah yang mengandung Cu hingga saat ini masih
menggunakan cara fisika-kimia yang membutuhkan peralatan dan sistem
monitoring yang mahal. Konsep pengolahan limbah secara biologis dengan
menggunakan media tanam yang dikenal dengan fitoremediasi bukan lagi
merupakan hal yang baru.
Berdasarkan penelitian Sagita (2002) menyatakan bahwa famili Poaceae
memiliki kemampuan mengkhelat logam dan membawanya kedalam sel akar
melalui proses transport aktif sehingga tidak menghambat metabolisme tanaman
tersebut. Jenis tanaman Ischaemum timorense Kunth digunakan dalam penelitian
ini karena karakteristiknya termasuk spesies ruderal (spesies yang mampu
berkembang dalam lingkungan tercemar serta mempunyai siklus hidup yang
relatif cepat), dapat mengakumulasi pencemar dalam jumlah yang besar tanpa
menampakkan gejala kerusakan eksternal.
Efektifitas proses sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi
kontaminan serta tanaman yang digunakan. Penelitian dilakukan menggunakan
tanaman Ischaemum timorense Kunth dengan rancangan acak pola faktorial yang
Universitas Hasanuddin, 2015
7
terdiri atas 2 faktor yaitu media tanam dan umur tanam. Parameter yang diuji
adalah logam Cu yang merupakan polutan cukup tinggi di dalam limbah deinking
industri kertas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mempunyai
kemampuan mengakumulasi dan menyerap logam Cu dengan efisiensi
penyerapan sebesar 3,73%. Kemampuan akumulasi Cu pada akar Ischaemum
timorense Kunth, batang dan daun berturut-turut sebesar 55,31 mg/kg (30,9%);
31,60 mg/kg (17,7%) dan 22,11 mg/kg (12,4%).
4. Rhapanus sativus
usaha untuk meningkatkan akumulasi logamberat, khususnya Pb, telah dilakukan
di beberapa laboratorium. Ilya Raskin dan kolega di AgBiotech Center berusaha
menaikkan tingkat akumulasi Pb oleh Rhapanus sativus dengan memberikan zat
pengkhelat ke dalam tanah. Hasilnya menunjukkan, bahwa denganmemberikan
khelator EDTA ke dalam tanah yang mengandung 600 mg Pb/kg, tumbuhan
Rhapanus sativus mampu mengakumulasi Pb hingga 1,5% biomassanya. Dengan
demikian biladianggap hasil biomassa adalah 12 t/ha, maka sebanyak 180 kg
Pb/ha dapat diambil daridalam tanah. Untuk mencapai hasil yang tinggi ini
tambahan biaya untuk pemberian EDTAdiperhitungkan sekitar US$7,50/t tanah
yang digarap.
Tanaman lobak Rhaphanus sativa mampu berperan dalam fitoremediasi
logam Pb. Konsentrasi maksimum Pb di dalam akar yaitusebesar 440 µg/gr,
sedangkan di dalam daun sebesar 42 µg/gr. Dalam penelitian ini
terlihat bahwa lobak berperan dalam proses fitoekstraksi. Timbal (Pb)
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kelangsunganhidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui
Universitas Hasanuddin, 2015
8
airminum, makanan atau udara, yang dapat menyebabkan gangguan pada organ
sepertigangguan neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik
serta sistem syaraf pusat (otak) terutama pada anak yang dapat menurunkan
tingkat kecerdasan. Pb dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti kegiatan industri
(industri pengecoran maupun pemurnian, industri battery, industri bahan bakar,
industri kabel serta industri bahan pewarna), sisa pembakaran kendaraan bermotor
dan penambangan.
Gambar : Lobak Rhapanus sativusSumber : Suharno dan Sancayaningsih, 2013
Berbagai jenis tanaman dapat berperan dalam fitoremediasi, baik itu
tanamanpangan ataupun nonpangan. Untuk menghindari terjadinya akumulasi
logam berat Pb didalam tanaman pangan perlu dikaji lebih mendalam mengenai
komposisi media tanam (tanah), pestisida maupun pupuk. Sedangkan untuk
pemanfaatan teknik fitoremediasi terhadap lingkungan tercemar Pb sebaiknya
menggunakan tanaman nonpangan. Tanaman nonpangan harusnya lebih
dikembangkan dalam fitoremediasi karena tidak menyebabkan dampak dari akibat
konsumsi yang ditimbulkan.
Universitas Hasanuddin, 2015
9
5. Daucus carota
Kajian mengenai fungi mikoriza arbsukula (FMA) di berbagai ekosistem
telah dilakukan. Peran mikoriza inipun telah diketahui mampu meningkatkan
kemampuan tumbuhan dalam mempertahankan kemampuan hidup, baik pada
habitat yang sesuai maupun habitat lahan-lahan marginal. Pada beberapa dekade
belakangan ini kemampuan mikoriza dimanfaatkan dalam remediasi logam berat
pada lahan bekas tambang. Kinerjanya menunjukkan bahwa mikoriza mampu
menyumbangkan peran kemampuan pertahanan tumbuhan pada lahan marginal.
Berbagai jenis FMA juga mampu bersimbiosis dan berperan dalam stabilisasi
serta penyerapan logam berat pada lahan tercemar.
Gambar: wortel Daucus carotaSumber : https://www.academia.edu
Kompleks logam berat pada tanaman hiperakumulator juga berkaitan erat
dengan asam karboksilat seperti sitrat, asam malat, dan malonat. Asam organik ini
terlibat dalam penyimpanan logam berat dalam vakuola daun. Asam amino lain
seperti sistein, asam glutamat, histidin, dan glisin, juga dapat membentuk
kompleks logam berat dalam hiperakumulator. Kompleks ini lebih stabil
dibanding asam karboksilat, yang sebagian besar terlibat dalam transport logam
Universitas Hasanuddin, 2015
10
berat melalui xilem. Selain itu, tanaman hiperakumulator dapat meningkatkan
ketersediaan logam seperti Fe, Zn, Cu, dan Mn dengan melepaskan khelat
fitosiderofor. Mekanisme hiperakumulator kemungkinan berhubungan dengan
proses rizosfer seperti pelepasan agen khelat, fitosiderofor dan asam organik,
dan/atau perbedaan dalam jumlah atau afinitas transporter-transporter logam pada
akar.
Hasil pengamatan infeksi mikoriza sangat bervariasi antara 30%-70%
untuk semua perlakuan logam berat. Jumlah arbuskel relatif bervariasi pula antara
38%-70%. Mikoriza dapat berkembang dengan baik, sedangkan keberadaan
arbuskula terbukti mampu meningkatkan kandungan logam pada tajuk tanaman.
Transfer Pb dan As ke dalam tanaman sayuran yang ditanam pada tanah yang
terkontaminasi oleh Pb arsenat (pestisida) dikaji dalam penelitian rumah kaca.
Selada, wortel, buncis, dan tomat yang ditanam pada tanah yang mengandung
berbagai jumlah konsnetrasi Pb (16,5-915 mg / kg) dan As (6,9-211 mg / kg).
Universitas Hasanuddin, 2015
11
DAFTAR PUSTAKA
Bani, T., 2009. Fitoremediasi Lingkungan Yang Tercemar Timbal https://www.academia.edu, diakses pada Minggu, 8 Maret pukul 20.00 WITA, Makassar.
Hardiani, H., 2009. Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. Jurnal Bioteknologi Sains Vol. 44, No. 1: 27 – 40.
Hardiani.H. 2008. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari Proses Deinking Industri Kertas Secara Fitoremediasi, Jurnal Riset Industri. Vol.2. No.2. Hal. 64–75.
Irsyad, M., Rismawaty S., dan Musafira, 2014. Translokasi Merkuri (Hg) Pada Daun Tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinosus L) Dari Tanah Tercemar. Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 8-17. Universitas Tadulako, Palu.
Munawar., dan A. Rina. 2010. Kemampuan Tanaman Mangrove Untuk Menyerap Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb). J. ilmu Teknik Lingkungan 2 (2).
Suharno dan Sancayaningsih, R. P., 2013. Fungi Mikoriza Arbuskula: Potensi Teknologi Mikorizoremediasi Logam Berat dalam Rehabilitasi Lahan Tambang. Jurnal Bioteknologi 10 (1): 31-42, ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658 Universitas Cendrawasih, Jayapura.
Universitas Hasanuddin, 2015