tumor abdomen print
DESCRIPTION
tumorTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa
medisnya, Tumor dikenal sebagai Neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti
pertumbuhan/pembelahan, jadi Neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang baru,
yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal. Yang perlu
diketahui, sel tubuh secara umum memiliki 2 tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas
fungsional nya serta berkembang biak dengan membelah diri. Namun pada
sel tumor yang terjadi adalah hampir semua energi sel digunakan untuk aktivitas
berkembang biak semata. Fungsi perkembangbiakan ini diatur oleh inti sel (nucleus),
akibatnya pada sel tumor dijumpai inti sel yang membesar karena tuntutan kerja yang
meningkat.
Tumor abdomen merupakan sepertiga dari seluruh tumor ganas. Berbeda
dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan
disekitarnya. "Itu karena sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat
fleksibel”. Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan untuk menegakkan
diagnosa, seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah. Selain itu, perlu juga
pemeriksaan foto polos abdomen, ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai
sarana dan prasarana.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel
normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya. Kelainan ini dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi
obstruksi ureter atau vena kava inferior.Massa jaringan fibrosis mengelilingi
dan menentukan struktur yang dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS
Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi
dari 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen.
Pembagian berdasarkan region:
1. Regio hipokondriak kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondriak kiri
4. Regio lumbal kanan
5. Regio umbilicus
6. Regio lumbal kiri
7. Regio iliak kanan
8. Regio hipogastrika
9. Regio iliak kiri
Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari
satu garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.
1. Kuadran kanan atas
2. Kuadran kiri atas
2
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah
3
C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal.Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara
lain:
1. Karsinogen
2. Hormon
3. Faktor gaya hidup : Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan
makan- makanan yang kurang berserat.
4. Parasit : parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.
4
D. KLASIFIKASI
Dewasa :
- Tumor hepar
- Tumor limpa / lien
- Tumor lambung / usus halus
- Tumor colon
- Tumor ginjal (hipernefroma)
- Tumor pankreas
Anak-anak :
- Tumor wilms (ginjal)
E. GEJALA KLINIS
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah
terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan
pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian,
pengangkatan dapat dilakukan sedini mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut
tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan
fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang
dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan
demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau
retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara
pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah
mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti
pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau
tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem
5
hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum
tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang tanda
dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-danfer
warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim
WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.
Tanda dan Gejala :
- Hiperplasia.
- Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
- Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal
atau lunak.
- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
- Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
- Konstipasi.
- Nyeri.
- Anoreksia, mual, lesu.
- Penurunan berat badan.
- Pendarahan.
6
C = Change in bowel or bladder habitA = a sore that does not healU = unusual bleding or dischargeT = thickening in breast or elsewhereI = indigestion or difficult O = obvious change in wart or moleN = nagging cough or hoarseness
F. PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan klinik di sini adalah pemeriksaan rutin yang biasa
dilakukan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu:
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik
yang dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan
diagnosis klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara
holistik, meliputi bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.
Anamnesis seorang pasien, dapat bermacam-macam mulai dari tidak ada
keluhan sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai dengan berat.
Semakin lanjut stadium tumor, maka akan semakin banyak timbul keluhan
gejala akibat tumor ganas itu sendiri atau akibat penyulit yang ditimbulkannya.
Apabila ditemukan tumor ganas di dalam atau di permukaan tubuh yang
jumlahnya banyak (multiple), maka perlu ditanyakan tumor mana yang timbul
lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk memperkirakan asal dari tumor tersebut.
Pemeriksaan fisik ini sangat penting sebagai data dasar keadaan umum pasien
dan keadaan awal tumor ganas tersebut saat didiagnosa. Selain pemeriksaan
umum, pemeriksaan khusus terhadap tumor ganas tersebut perlu dideskripsikan
secara teliti dan rinci. Untuk tumor ganas yang letaknya berada di atau dekat
dengan permukaan tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ
tubuh supaya mudah mendeskripsikannya. Selain itu juga perlu dicatat :
1. Ukuran tumor ganas, dalam 2 atau 3 dimensi,
2. Konsistensinya
3. Ada perlekatan atau tidak dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya.
7
G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan
untuk melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa
terbaik. Hal yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam
perut, untuk memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh
jaringan untuk diteliti di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium
jarang digunakan karena hal tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal
dan tidak dianjurkan untuk biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya
menggunakan computer tomography (CT) scan pada dada dan perut untuk
memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-
organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter
biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran
pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi)
untuk memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh pada sekitar getah
bening.
Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang
konvensional sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih
sesuai dengan kasus yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda
dari bagian tubuh atau organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan
(guiding) pengambilan sample patologi anatomi, baik itu dengan cara fine
needle aspiration biopsi (FNAB) atau biopsy lainnya. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan
staging dari tumor ganas. Beberapa pemeriksaan imaging tersebut antara lain:
- Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak,
leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.
- Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in
loop, kistografi, dll.
- USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.
8
- CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar.
Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT.
- Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat
scanning dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium,
Technetium, dll. Contoh: scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
- RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor
marker).
H. GAMBARAN RADIOLOGI
1. Tumor H epar
Ada 2 macam gambaran hepatoma yaitu bentuk nodular yang
gambaran nodul tumor jelas misalnya tumor yang tidak berbatas rata, atau
bentuk difuse. Hepatoma bentuk difuse ditandai dengan edchopattern yang
sangat kasat dan mengelompok dengan batas tidak teratur dan bagian
sentralnya lebih ecvhogenik. Pembuluh darah disekitarnya sering
distorted. Seringkali para ultrasonografer yang tidak berpengalaman
membuat diagnosa sirosis padahal diagnosa yang betul adalah sirosis dan
hepatoma diffuse. Gambaran hepatoma diffuse harus dibedakan dari
gambaran focal fatty liver dimana ada gambaran echopattern yang kasar
tetapi fokal.
9
Gambar 2.1 - Hepatoma Difuse dan Hepatoma Noduler
Hepatoma yang berukuran 3 cm atau kurang disebut : Hepatoma dini
(early). Bila ukuran lebih dari 3 cm disebut : Hepatoma lanjut
(advanced). Hepatoma dini sering kali bersifat hypoechoic sedang
hepatoma lanjut biasanya hyperechoic atau multiple echo yang
menunjukkan nekrosis atau fibrosis dalam tumor. Kadang – kadang
hepatoma dini berbentuk seperti mata sapi (bull’s eye).
Gambar 2.2 - Gambaran USG Hepatoma Lanjut berupa hyperechoic
2. Tumor L impa
Pada tumor primer pada limpa ditemukan gambaran bulging atau
penggelembungan tepi limpa dengan struktur eko parenkim yang tidak
homogen.
10
Gambar 2.3 - Spiral CT scan dipotong 7 mm, dengan limpa sangat
membesar (di sebelah kanan pemirsa), menunjukkan massa tumor kurang
radiodense dengan limpa agak padat normal berdekatan.
3. Tumor L ambung atau U sus halus
Bila ada tumor lambung, maka dengan sendirinya kontras tidak dapat
mengisinya, sehingga pada pengisian lambung, tempat tersebut merupakan
tempat yang luput dari pengisian kontras (luput isi atau filling defect).
Stadium Awal Kanker Lambung
Lesi-lesi yang Nampak di mukosa dan submukosa diklasifikasikan
menjadi 3 tipe:
a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih
dari 5 mm.
b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa),
datar (IIb), atau tertekan (IIc).
c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus
ireguler dikelilingi nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.
Kanker Lambung Stadium Lanjut
Kanker lambung kadang-kadang Nampak dalam foto polos abdomen
sebagai gambaran abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran
massa soft tissue yang masuk ke dalam kontur gaster. Jarang ditemukan
musin yang diproduksi kanker yang akan memberikan gambaran area
11
kalsifikasi. Pada studi barium, karsinoma gaster tampak gambaran
polypoid, ulcerative atau lesi infiltrate.
Gambar 2.4 - Polypoid Carcinoma lambung. Radiografi dengan
kontras Foto Upper GI menunjukkan kelainan yang mengisi lobulated
(panah) di antrum lambung.
Gambar 2.5 - Tumor jinak stroma gastrointestinal dalam Duodenum
4. Tumor K olon
- Adanya penonjolan ke dalam lumen berupa polip bertangkai
(pedunculated) atau tak bertangkai (sesile).
- Terjadi kerancuan dinding kolon bersifat simetris (napskin ring) atau
asimetris (apple core).
12
- Kekakuan dinding colon bersifat segmental (lumen colon dapat atau
tidak menyempit)
Gambar 2.6 – Pedunculated polip pada kolon descenden
Gambar 2.7 - Gambaran “apple core” pada colon sigmoid
13
Gambar 2.8 – Kanker caecum. Massa polipoid mendesak lipatan iliocaecal
sehingga menyebabkan obstruksi.
Gambar 2.9 - Polypoid carcinoma. Massa berlobus besar di rectosigmoid
junction.
5. Tumor G injal
- pemeriksaan dengan IVP terlihat gambaran sistem kalixes yang tidak
teratur (tumor willms).
- bayangan masa dapat tidak homogen, tidak ada kalsifikasi,
mengandung banyak jaringan lunak (hipernefroma).
- massa di daerah ginjal, batas tidak jelas, menutupi bayangan
musculus psoas bagian atas (sarcoma ginjal).
14
Gambar 2.10 - CT scan bayi dengan massa ginjal yang besar (panah).
Jaringan ginjal normal adalah ditunjukkan di sebelah kanan tumor Wilms
(panah kepala, struktur berwarna putih).
6. Tumor U reter
Terdapat gambaran filling defect pada daerah yang terdapat polip
dengan atau tanpa dilatasi proksimalnya.
Gambar 2.11 Gambaran filling defect (panah) di ureter adalah
karakteristik dari polip fibroepithelial.
7. Tumor B uli-buli
Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian
pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak
teratur pada film kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena
menunjukkan adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan pada
15
keterlibatan otot – otot di dekat orifisium ureter dibandingkan obstruksi
akibat massa neoplasma yang menekan ureter. CT atau MRI bermanfaat
dalam penilaian praoperatif terhadap penyebab intramural dan
ekstramural, invasi lokal, pembesaran kelenjar limfe, dan deposit sekunder
pada hati atau paru.
Gambar 2.12 - Transisi Cell Carcinoma. Radiografi dari urogram
ekskretoris menunjukkan massa lobulated (panah) yang menyebabkan
kelainan di dasar kandung kemih
.
8. Tumor P ankreas
CT Scan dari multisection aksial pada pasien dengan kanker pankreas
menunjukkan penipisan massa rendah di kepala pankreas, berdekatan
dengan vena mesenterika superior.
16
Gambar 2.13 – CT Scan Tumor Pankreas (kiri)
Gambar 2.14 - Endoskopi Tumor pancreas (kanan)
17
BAB III
KESIMPULAN
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses
pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor abdomen merupakan
sepertiga dari seluruh tumor ganas. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah
diraba ketika mulai mendesak jaringan disekitarnya. "Itu karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel”.
Tumor abdomen merupakan suatu benjolan atau pembengkakan abnormal
dalam abdomen, yang meliputi organ-organ hepar, limpa, lambung dan usus halus,
kolon, ginjal, ureter, buli-buli, pancreas. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya tumor antara lain karsinogen, hormon, faktor gaya hidup, parasit, genetik,
infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan untuk menegakkan
diagnosa. Seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah. Selain itu, perlu juga
pemeriksaan foto polos abdomen, ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai
sarana dan prasarana.
Yang termasuk tumor abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa / lien,
Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor
pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal).
18
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Doherty GM. Small Intestines. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery 13th
edition. 2010. US : McGraw-Hill Companies,p544-55.
2. Hunter JG. Neoplasms in Small Intestine. In : Schwart’s Principles of Surgery
8th edition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.
3. http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-batu-empedu-171.html
4. Heuman DM. Abdominal Neoplasms. 2011. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape. com/article/175667-overview.
5. Silbernagl S, Lang F. Intra Abdominal Masses. 2000. In : Color Atlas of
Pathophysiology. New York : Thieme,p:164-7.
6. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Kelainan di Usus Halus. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 1. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 767-73.
7. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Gastrointestinal
Tumours. In : Sabiston Textbook of Surgery 17th edition. 2004. Pennsylvania :
Elsevier.
8. Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. Small Intestine
Surgery. In : Washington Manual of Surgery 5th edition. 2008. Washington :
Lippincott Williams & Wilkins.
19