tutorial 2.docx
DESCRIPTION
kjkjhvkvkjhvTRANSCRIPT
Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar
tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh).
Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Klasifikasi
Osteomielitis hematogenik akut.
Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya
terjadi pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai
osteomielitis primer karena kuman penyebab infeksi masuk ke tubuh
secara langsung dari infeksi lokal di daerah orofaring, telinga, gigi, atau
kulit secara hematogen. Berbeda dengan osteomielitis primer, infeksi
osteomielitis sekunder berasal dari infeksi kronik jaringan yang lebih
superfisial seperti ulkus dekubitum, ulkus morbus hensen ulkus tropikum,
akibat fraktur terbuka yang mengalami infeksi berkepanjangan, atau dari
infeksi akibat pemasangan protesis sendi.
Osteomyelitis subakut
Osteomyelitis subakut adalah bentuk lain dari osteomyelitis, dan abses
Brodie adalah salah satu tipe yang paling umum dari osteomyelitis subakut.
Abses ini biasanya ditemukan dalam spongiosa tulang dekat ujung tulang.
Bentuk abses ini biasanya bulat atau lonjong dengan pinggiran skleroti,
kadang-kadang terlihat sekuester. Abses tetap terlokalisasi dan kavitas
dapat secara bertahap terisi jaringan granulasi. Abses Brodie juga dapat
ditemukan pada osteomielitis kronik.
Osteomyelitis subakut terjadi lebih banyak pada tulang-tulang
dibandingkan dengan tipe akut, dan itu terjadi pada bermacam-macam
daerah diantara tulang-tulang yang terinfeksi. Ekstremitas bawah terinfeksi
lebih banyak dibandingkan ekstremitas atas. Tibia terinfeksi lebih sering
dibandingkan femur.
Osteomyelitis subakut mungkin hanya terjadi pada epifisis, yang
merupakan kebalikan dari yang dipercaya bahwa infeksi tulang pertama
tidak terjadi di epifisis. Diafisis kadang-kadang terinfeksi, meskipun lebih
sering pada dewasa dibandingkan pada anak-anak; daerah yang paling
sering terinfeksi adalah metafisis. Daerah lain yang dilaporkan sebagai
osteomielitis subakut adalah metafisis sesuai lokasi, seperti di pelvis,
tulang belakang, calcaneus, clavicula, dan talus. Osteomyelitis subakut
yang terjadi pada tulang tarsal biasanya terjadi pada daerah subkondral atau
batas apofisis dari calcaneus. Lesi subakut dari tulang belakang terjadi
lebih sering pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Pada
osteomyelitis subakut yg trjdi pd tulang panjang pd orang dewasa, diafisis
sering terkena sama seperti metafisis, sedangkan lutut jarang terkena.
Osteomielitis kronik
Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang
menjadi osteomyelitis kronik. Organisme yang biasa berperan adalah
Staphylococcus aureus (75%), Escherichia coli, Streptococcus pyogenes,
Proteus, dan Pseudomonas. Kebanyakan penyebab dari osteomielitis
polimikroba. Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-
tahun dan tidak menimbulkan gejala selama bbrpa bulan atau bbrpa tahun.
Destruksi tulang tidak hanya pada fokus infeksi tetapi meluas. Kavitas
berisi potongan tulang mati (sekuestra) yang dikelilingi jaringan vaskular,
dan di luar jaringan vaskular tersebut ada daerah sklerosis, hasil dari reaksi
kronis pembentukan tulang baru.
Sekuester berperan sebagai substrat bagi adesi bakteri, lama-kelamaan
terbentuk sinus. Destruksi tulang dan dengan meningkatnya sklerosis
berakibat terjadinya fraktur patologis. Gambaran histologis berupa sebukan
sel radang kronis di sekitar daerah aselular tulang atau sekuestra.
Osteomyelitis Pasca Trauma
Osteomyelitis akibat fraktur terbuka merupakan osteomylitis yang paling
sering ditemukan pada orang dewasa. Pada suatu fraktur terbuka dapat
ditemukan kerusakan jaringan, kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma dan hubungan antara fraktur dan dunia luar. Sehingga pada
fraktur terbuka umumnya menjadi infeksi.
Etiologi: Staphylokokus aureus, E. Colli, pseudomonas dan kadang-kadang
oleh bakteri anaerobic, seperti clostridium, streptococcus anaerob atau
bakteriodes.
Gambaran Klinis: • Demam• Nyeri• Pembengkakan pada daerah fraktur
• Dan sekresi pus pada luka
Laboratorium
Pada fraktur terbuka perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman guna
menentukan kuman penyebabnya, pada pemeriksaan darah ditemukan
leukositosis dan peningkatan LED.
Pengobatan
Prinsip penanganan pada kelainan ini sama dengan osteomyelitis lainnya,
pada fraktur terbuka sebaiknya dilakukan pencegahan infeksi melalui
pembersihan dan debridement luka. Luka dibiarkan terbuka dan diberikan
antibiotic adekuat.
Epidemiologi
Osteomielitis masih merupakan permasalahan di Negara kita karena tingkat
hiegenis yang masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksaan yang
belum baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir
dengan osteomielitis kronis dan fasilitas diagnostic yang belum memadai
di Puskesmas. Angka kejadian osteomieliyis d Indonesia pada saat ini
masih tinggi sehingga kasus osteomielitis tulang dan sendi juga masih
tinggi. Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan
biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang terlambat dan
biasaya dating dengan komplikasi osteomielitis.
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates
adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien
dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis
setelah trauma pd kaki sekitar 16% (30-40% pd pasien dgn DM). insidensi
osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Dalam satu penelitian di Glasgow, Skotlandia, ditemukan 275 kasus
osteomielitis hematogenous akut pada anak-anak dibawah umur 13 tahun.
Penulis melaporkan adanya penurunan insiden dari 87 kasus osteomielitis
menjadi 42 kasus osteomielitis per 10.000 kasus pertahun selama periode
20 tahun penelitian. Jumlah kasus osteomielitis yang mengenai tulang
panjang menurun sementara jumlah kasus yang mengenai tulang-tulang
lain tetap sama.
Angka kejadian osteomielitis akibat inokulasi langsung lebih tinggi
pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Selain itu, angka kejadian
osteomielitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada pasien- pasien
yang immunocompromissed.
Insiden osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan 2-16% bergantung
pada derajat trauma dan tipe pengobatan yang diberikan.
Etiologi
Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.
Staphylococcus adalah organisme yang bertanggung jawab untuk 90%
kasus osteomyelitis akut. Organisme lainnya termasuk Haemophilus
influenzae dan salmonella. Pada masa anak-anak penyebab osteomyelitis
yang sering terjadi ialah Streptococcus, sedangkan pada orang dewasa ialah
Staphylococcus. Kuman penyebab yang paling banyak adalah
Staphylococcus aureus disusul oleh Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus pyogenes.
Biasanya mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu
melalui pembuluh darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti
selulitis) atau melalui trauma, termasuk iatrogenik seperti dislokasi sendi
atau fiksasi internal.
Pada balita, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis.
Pada anak-anak yang biasanya terinfeksi adalah tulang panjang. Abses
subperiosteal dapat terbentuk karena periosteum melekat longgar di
permukaan tulang, sedangkan pada orang dewasa tulang yang paling sering
terinfeksi adalah tulang belakang dan tulang panggul.
Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian
proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang
yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang
yang banyak vaskularisasinya. Bagaimanapun, abses pada tulang dapat
dipicu oleh trauma di daerah infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, yang merupakan flora normal yang dapat
ditemukan di kulit dan mukosa membran.
Umur Organisme
Neonatus (lebih kecil dari 4
bulan)
S. aureus, Enterobacter species,
and group A and B Streptococcus
species
Anak-anak (4 bulan – 4 tahun) S. aureus, group A Streptococcus
species, Haemophilus influenzae,
and Enterobacter species
Anak-anak, remaja ( 4 tahun-
dewasa)
S. aureus (80%), group A
Streptococcus species, H.
influenzae, and Enterobacter
species
Orang dewasa S. aureus and occasionally
Enterobacter or Streptococcus
species
Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui
fraktur terbuka, operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi.
Osteomielitis kadang dapat merupakan komplikasi sekunder dari
tuberkulosis paru. Pada keadaan ini, bakteri biasa menyebar ke tulang
melalui sistem sirkulasi, pertama yang terinfeksi adalah sinovium (karena
kadar oksigen yang tinggi) sebelum menginfeksi tulang. Pada osteomielitis
tuberkulosis, tulang panjang dan tulang belakang merupakan satu-satunya
tulang yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat juga disebabkan potongan besi yang mengenai tulang
pada saat pembedahan untuk memperbaiki fraktur. Spora bakteri dan jamur
dapat juga mengenai sendi tulang yang terlibat. Osteomielitis juga dapat
terjadi akibat penyebaran infeksi jaringan lunak. Infeksi tersebut meyebar
ke tulang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Tipe penyebaran
ini biasa terjadi pada orang yang lebih tua. Infeksi dapat dimulai dari
kerusakan akibat trauma, terapi radiasi, kanker, atau pada kulit yang luka
yang disebabkan sedikitnya sedikit sirkulasi darah pada tulang atau pada
penyakit diabetes. Infeksi sinus, gusi atau gigi dapat meyebar ke tulang-
tulang kepala.
Faktor risiko
•Ras
Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.
•Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa
kanak-kanak, memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada
orang dewasa.
•Usia
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis
akut hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma
langsung dan fokus osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada orang
dewasa dan remaja dari pada anak. Osteomielitis vertebral lebih sering
pada orang tua dari 45 tahun.
1. Diabetes mellitus
2. Penyakit sickle cell disease
3. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
4. IV drug abuse (penyalahgunaan pengobatan)
5. Alcoholism
6. Penggunaan steroid jangka panjang
7. Immunosupresi
8. Penyakit sendi kronis
9. Penggunaan alat-alat bantu ortopedik.
implant prosthetik dalam ortopedik dapat merupakan faktor resiko
terjadinya osteomyelitis pada pembedahan ortopedik atau fraktur terbuka.
Patofisiologi
Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara
dibawah ini :
•Melalui aliran darah.
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah
di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis paling umum terjadi di daerah
yang lebih lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua ujung
tulang panjang pada lengan dan kaki.
•Dari infeksi di dekatnya.
Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika
luka terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.
•Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung
tulang yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi
langsung. Selain itu juga dapat terjadi selama operasi untuk mengganti
sendi atau memperbaiki fraktur.
Patogenesis
Kuman biasanya bersarang dlam spongiosa metafisis dan membentuk pus
sehingga timbul abses. Pus menjalar ke arah diafisis dan korteks,
mengangkat periost dan kadang-kadang menembusnya. Pus meluas
di daerah periost dan pada tempat-tempat tertentu membentuk fokus
skunder. Nekrosis tulang yang timbul dapat luas dan terbentuk sekuester.
Periost yang terangkat oleh pus kemudian akan membentuk tulang di
bawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal. Juga di dalam tulang itu
sendiri dibentuk tulang baru, baik pada trabekula dan korteks, sehingga
tulang terlihat lebih opak dan dikenal sebagai sklerosis. Tulang yang
dibentuk di bawah periost ini membentuk bungkus bagi tulang yang lama
dan disebut involukrum. Involukrum ini pada berbagai tempat terdapat
lubang tempat pus keluar, yang disebut kloaka.
Manifestasi klinis
Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise
menonjol, sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis
belum tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam
tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit
pembengkakan serta kesukaran gerak dari ektremitas yang terkena,
merupakan gejala osteomyelitis hematogen akut. Pada saat ini diagnosis
harus ditentukan berdasarkan gejala klinis, untuk memberikan pengobatan
yg adekuat. Diagnosis mjdi lebih jelas bila didapatkan sellulitis subkutis.
Gambaran klinik Osteomielitis kronik
Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya
infeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling
sering pada trauma terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya
terdapat riwayat osteomilitis pada penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir,
kemerahan, dan drainase disekitar area yang terkena seringkali timbul.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas
operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari
gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan, dan status neurologis.
Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
•Demam (terdapat pada 50% dari neonates)
•Edema •Teraba hangat •Fluktuasi
•Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan
dalam berjalan jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat
pseudoparalisis anggota badan pada neonatus).
•Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Pada osteomielitis kronik tulang akan menjadi tebal dan sklerotik dengan
gambaran hilangnya batas antara korteks dan medula. Dalam tulang yang
terinfeksi akan terdapat sekuestra dan area destruksi. Kadang-kadang suatu
abses, dikenal dengan brodie’s abscess akan terlihat sebagai daerah lusen
yang dikelilingi area sklerotik.
Foto polos: Dapat normal hingga 10 hari dengan tanda paling awal berupa
pembengkakan jaringan lunak. Tulang yang terinfeksi pada awalnya
kehilangan detailnya dan menjadi tidak berbatas jelas dengan reaksi
periosteal dan bahkan destruksi tulang.
Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi,
reaksi periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang
tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya
detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang membungkus
fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali
apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat
infeksi yang menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya ‘gas
gangrene’. Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area
radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
MRI (Magnetic resonance imaging)
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat membantu dalam mendeteksi
osteomielitis. MRI lebih unggul jika dibandingkan dengan radiografi, CT
scan dan scintigrafi tulang MRI memiliki sensitifitas 90-100% dalam
mendeteksi osteomielitis. MRI juga memberikan gambaran resolusi ruang
anatomi dari perluasan infeksi.
Ultrasonografi dan CT (computed tomographic) scan
Pemeriksaan ultrasonografi dan CT (computed tomographic) scan dapat
membantu menegakkan diagnosa osteomielitis. USG dapat menunjukkan
perubahan sedini mungkin 1-2 hari setelah timbulnya gejala. USG dapat
menunjukkan ketidakabnormalan termasuk abses jaringan lunak atau
penumpukan cairan (seperti abses) dan elevasi periosteal.
USG juga dapat digunakan untuk menuntun dalam melakukan aspirasi.
Tapi, USG tidak digunakan untuk mengevaluasi cortex tulang.
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
ketidaknormalan intrakortikal. CT scan mungkin dapat membantu dalam
mengevaluasi lesi pada tulang vetebra. CT scan juga lebih unggul dalam
area dengan anatomi yang kompleks, contohnya pelvis, sternum, dan
calcaneus.
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi merupakan gold standard
dalam mendiagnosa osteomielitis. Kultur dari sediaan sinus tidak dapat
dipercaya sepenuhnya untuk mengidentifikasi etiologi dari osteomielitis,
sehingga biopsi merupakan anjuran untuk menentukan etiologi dari
osteomielitis. Namun keakuratan biopsi seringkali terbatas oleh kurangnya
pengumpulan spesimen yang sama dan penggunaan antibiotik sebelumnya.
Biopsi: pengambilan jaringan tubuh yang hidup dan pemeriksaan biasanya
mikroskopik, yg dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti.
Pemeriksaan Laboratorium
-Pemeriksaan darah lengkap
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran
ke kiri biasanya disertai dgn pningkatan jmlah leukosit polimorfonuklear.
Tingkat C-reaktif protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini
mungkin lebih berguna daripada laju endapan darah (LED) karena
menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya
meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan
LED memiliki peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis
seringkali didapatkan hasil yang normal.
-Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi
dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan
yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan
osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin
menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk
mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki
hasil diagnostik sekitar 77% pada semua studi.
Tatalaksana diberikan
Menurut Arif Mansjoer (2002):
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun
gram negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah
secara parenteral selama 3-6 minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah
keganasan (karsinoma epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca
pembedahan.
Osteomielitis akut
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena
diistirahatkan dan segera berikan antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang
efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung
sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6
minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah penderita.
Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan,
dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena.
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk
mengurangi tekanan intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk
menentukan jenis kuman dan resistensinya. Bila terdapat perbaikan,
antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan
secara oral paling sedikit 4 minggu.
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa
dekstruksi sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis,
dan osteomielitis kronik.
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah:
a.Adanya abses. b.Rasa sakit yang hebat.
c.Adanya sekuester. d.Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah
keganasan (karsinoma epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca
pembedahan.
Osteomielitos subakut
Pengobatan osteomyelitis subakut tergantung dari diagnosis. Kebanyakan
1/3 kasus tidak dapat dibedakan dari keganasan primer dari tumor tulang.
Biopsi dan kuretase diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kasus-
kasus ini. Pada saat diagnosis ditegakkan, pemberian antibiotik yang sesuai
dengan kelompok gram, kultur, dan sensitivitas harus sudah dimulai secara
intravena selama 2-7 hari, diikuti dengan antibiotik oral selama 6 minggu.
Kegagalan gejala untuk timbulnya perbaikan setelah 6 minggu pengobatan
dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan harus
dipikirkan untuk mengevaluasi ulang dan mendiagnosis secara
bakteriologis, diikuti penatalaksanaan operasi dan antibiotik yang sesuai.
Indikasi lain untuk operasi adalah perubahan bentuk sinus yang selanjutnya
dan drainase ke dalam sendi sinovial. Tanda-tanda klinis dari pus
subperiosteal atau sinovitis mengindikasikan bahwa infeksi subakut telah
berubah mjdi komponen akut, dan ini hrs dilakukan drainase secara bedah.
Indikasi tindakan bedah :
a.Kegagalan gejala untuk memperbaiki setelah lebih dari 6 bulan dilakukan
pengobatan dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan.
b.Lesi yang cepat berkembang (tidak dapat dibedakan dari keganasan
tulang).
c.Perubahan bentuk sinus atau drainase ke dalam sendi sinovial.
d.Tanda-tanda klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis.
Literatur yang ada tidak dapat mendukung pengobatan pada orang dewasa,
dikarenakan penyakit ini paling banyak menyerang kelompok usia anak.
Operasi diindikasikan dalam pengobatan pada orang dewasa.
Osteomielitis kronik
Pengobatan Osteomielitis Kronik:
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya.
Mengontrol eksaserbasi.
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan:
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun
jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa
hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian
tulang yang infeksi.
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai
sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
Kegagalan pemberian antibiotik dapat disebabkan oleh:
a.Pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab
b.Dosis tidak adekuat
c.Lama pemberian tidak cukup
d.Timbulnya resistensi
e.Kesalahan hasil biakan (laboratorium)
f.Antibiotik antagonis
g.Pemberian pengobatan suportif yang buruk
h.Kesalahan diagnostik
Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan.
Kualitas debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya
pengobatan. Setelah debridement dengan eksisi tulang, adalah hal yang
perlu untuk menghapuskan/ menghilangkan dead space yang dilakukan
dengan memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space
termasuk myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan penggunaan
antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan lunak telah dikembangkan untuk
meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian antibiotik.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah:
•Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian
akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
•Infeksi yang bersifat metastatik
Infeksi dapat bermetastatik ke tulang/ sendi lainnya, otak, dan paru-paru,
dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status
gizi yang jelek
•Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis
bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau
melalui infeksi metastatik
•Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan
lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga
tulang yang terkena akan menjadi lebih pendek.
Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis
yang merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan
ini tulang bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya
pemanjangan tulang
•Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis
akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik
•Fraktur Patologis •Ankilosis
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
-Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang,
menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas,
kemungkinan hrs diamputasi utk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
-Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam
sendi di dekatnya.
-Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada
daerah yang lembut, yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang
panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada
tulang yang terinfeksi.
-Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yg menyebabkan
keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma
sel skuamosa.
Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat
menimbulkan komplikasi berikut ini (Hidiyaningsih, 2012) :
1.Abses tulang 2.Bakteremia 3.Fraktur 4.Selulitis
Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan
hasil yang memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk
walaupun dengan pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa
minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan,
khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah.
Pada penderita yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu
prostetik perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu
mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis.
Pencegahan
Osteomyelitis hematogen akut dapat dihindari dengan pencegahan dari
kontaminasi bakteri pada tulang dari tempat yang jauh. Ini meliputi
diagnosis yang sesuai dan terapi primer infeksi bakteri.
Osteomyelitis direct/ eksogen dapat dicegah dengan manajemen luka yang
baik dan pemberian antibiotik profilaksi pada saat terjadinya luka.
Medikamentosa
Initial Antibiotic Regimens for Patients with Osteomyelitis
Organism
Antibiotic(s) of first
choice Alternative antibiotics
Staphylococcus aureus
or coagulase-negative
(methicillin-sensitive)
staphylococci
Nafcillin (Unipen), 2 g IV
every 6 hours, or
clindamycin phosphate
(Cleocin Phosphate),
900 mg IV every 8 hours
First-generation
cephalosporin or
vancomycin (Vancocin)
S. aureus or coagulase-
negative (methicillin-
resistant) staphylococci
Vancomycin, 1 g IV
every 12 hours
Teicoplanin (Targocid),*
trimethoprim-
sulfamethoxazole
(Bactrim, Septra) or
minocycline (Minocin)
plus rifampin (Rifadin)
Various streptococci
(groups A and B b-
hemolytic organisms or
penicillin-sensitive
Streptococcus
pneumoniae)
Penicillin G, 4 million
units IV every 6 hours
Clindamycin,
erythromycin,
vancomycin or
ceftriaxone (Rocephin)
Intermediate penicillin-
resistant S. pneumoniae
Cefotaxime (Claforan), 1
g IV every 6 hours, or
Erythromycin or
clindamycin
ceftriaxone, 2 g IV once
daily
Penicillin-resistant S.
pneumoniae
Vancomycin, 1 g IV
every 12 hours
Levofloxacin (Levaquin)
Enterococcus species Ampicillin, 1 g IV every 6
hours, orvancomycin, 1 g
IV every 12 hours
Ampicillin-sulbactam
(Unasyn)
Enteric gram-negative
rods
Fluoroquinolone (e.g.,
ciprofloxacin [Cipro], 750
mg orally every 12
hours)
Third-generation
cephalosporin
Serratia species or
Pseudomonas
aeruginosa
Ceftazidime (Fortaz), 2 g
IV every 8 hours (with an
aminoglycoside given IV
once daily or in multiple
doses for at least the first
2 weeks)
Imipenem (Primaxin I.V.),
piperacillin-tazobactam
(Zosyn) or cefepime
(Maxipime; given with an
aminoglycoside)
Anaerobes Clindamycin, 600 mg IV
or orally every 6 hours
For gram-negative
anaerobes: amoxicillin-
clavulanate (Augmentin)
or metronidazole (Flagyl)
Mixed aerobic and
anaerobic organisms
Amoxicillin-clavulanate,
875 mg and 125 mg,
respectively, orally every
Imipenem
12 hours
IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med
1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial
treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop 1999;(360):46-65.